Page 1
KARAKTERISTIK MINUMAN JAHE MERAH SECANG
DENGAN PERBEDAAN CARA PENGIRISAN JAHE
Dyah R. S.1 Kiki W.
1 Lina I.
1 Kiky Chily A.D.
1 Ferdianto A.T
1
Daniar W. N.1 Nimas A.A.
1
Jurusan Teknologi Hasil Petanian, Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember
Jalan Kalimantan No.37 Jember Telp.(0331)330224,333147,336870,334267 Ext
(1):171022, Ext (2): 171021 (0331)321784,321785,321786 email:
[email protected]
ABSTRAK
Jahe merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang banyak dimanfaatkan
sebagai bahan baku obat-obatan maupun minuman kesehatan. Minuman
kesehatan adalah segala sesuatu yang dikonsumsi yang dapat menghilangkan
rasa haus dan dahaga juga mempunyai efek menguntungkan terhadap kesehatan.
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan jahe
dengan metode pengecilan ukuran yang berbeda terhadap kualitas minuman
penghangat yang dihasilkan. Dalam praktikum ini digunakan dua metode yaitu
metode pengirisan tipis dan metode penggeprekan. Berdasarkan hasil praktikum,
diperoleh hasil bahwa metode yang digunakan berpengaruh terhadap warna,
aroma, rasa, tingkat kepedasan dan kesukaan. Untuk rasa pada perlakuan metode
pengirisan tipis didapat hasil uji sensori sebesar 3,578947, sedangkan untuk
perlakuan jahe digeprek adalah 3,23684. Untuk aroma pada metode pengirisan
tipis diperoleh 3,474 dan untuk perlakuan digeprek sebesar 3,184. Untuk tingkat
kepedasan perlakuan jahe yang diiris tipis memiliki tingkat kepedasan yang lebih
tinggi dibandingkan jahe yang dikeprek. Untuk metode pengirisan tipis diperoleh
3,553 dan untuk penggeprekan rasa diperoleh 3,105. Untuk warna diperoleh
2,973684 untuk metode iris tipis dan 3,789474 metode geprek. Berdasarkan
kesukaan, panelis lebih menyukai minuman jahe dengan perlakuan diiris tipis.
Derajat brix dari perlakuan metode pengirisan lebih tinggi daripada digeprek.
Secara umum para panelis lebih menyukai minuman jahe merah secang dengan
perlakuan diiris tipis daripada digeprek dalam hal rasa, aroma, dan tingkat
kepedasan.
Kata Kunci: Jahe, minuman, pengirisan, penggeprekan.
PENDAHULUAN
Minuman adalah segala sesuatu yang dapat dikonsumsi dan dapat
menghilangkan rasa haus. Minuman umumnya berbentuk cair, namun ada pula
yang berbentuk padat seperti es krim atau es lilin. Minuman kesehatan adalah
segala sesuatu yang dikonsumsi yang dapat menghilangkan rasa haus dan dahaga
Page 2
juga mempunya efek menguntungkan terhadap kesehatan. (Winarti dan
Nurdjanah, 2005).
Menurut Rukmana (2000), jahe merupakan salah satu jenis rempah-
rempah yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan. Hal ini
dikarenakan rimpang jahe, beraroma tajam dan berasa pedas meskipun ukuran
rimpang kecil. Pemanfaatan jahe dalam pembuatan minuman sering dilakukan
diantaranya pada minuman penyegar dan penghangat tubuh. Minuman dengan
penambahan jahe sebagai minuman fungsional bermanfaat untuk sirkulasi darah
dan menurunkan kadar kolesterol.
Dari ketiga jenis jahe yang ada jahe merah (Zingiber officinale Rosc) yang
lebih banyak digunakan sebagai obat. Jahe merah (Zingiber officinale Rosc)
termasuk dalam familia Zingiberaceae (jahe-jahean), rimpangnya berwarna
merah, dipanen setelah tua, mengandung minyak atsiri lebih besar dari jahe gajah
dan jahe kecil (Depkes RI, 1989)
Secang merupakan pewarna merah yang alami. Secang yang dibuat
menjadi minuman secara empiris terbukti dapat meningkatkan stamina tubuh,
mampu mengatasi perut kembung dan masuk angin, serta sebagai penghangat
tubuh (Nirmagustina dkk, 2011).
Kapulaga (Amomum cardamomum) selama ini dikenal sebagai rempah
untuk masakan dan juga lebih banyak digunakan untuk campuran obat. Selain biji,
yang digunakan untuk obat adalah bagian akar, buah, dan batangnya. Kapulaga
memiliki khasiat sebagai obat batuk. Kapulaga juga memiliki khasiat untuk
mencegah keropos tulang (Suratman, 1987).
Kayu manis merupakan beberapa spesies dari genus Cinnamomum. Genus
ini merupakan anggota dari famili Lauraceae yang meliputi tumbuhan berkayu
dengan bentuk daun tunggal. Kayu manis bermanfaat untuk mengeluarkan angin
(karminatif) dan membangkitkan selera atau menguatkan lambung (stomakik).
Selain itu, minyak yang terkandung ini sering sekali digunakan dalam industri
sebagai obat kumur dan pasta, penyegar bau sabun, deterjen, lotion, parfum, dan
cream (Paimin, 2000).
Menurut Tampubolon (2001), Ukuran partikel merupakan bagian penting
dalam beberapa pengolahan makanan atau minuman karena dapat mempengaruhi
warna, rasa dan kenampakan dari makanan tersebut. Pengirisan dan
penggeprekkan adalah salah satu upaya pengecilan ukuran, yang bertujuan untuk
memperluas permukaan bahan sehingga dapat mengekstrak kandungan bahan
secara optimal.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian bagaimana pengaruh
penggunaan jahe dengan metode pengecilan ukuran yang berbeda terhadap
kualitas minuman penghangat yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk
Page 3
mengetahui kualitas minuman penghangat yang dihasilkan dari metode pengecilan
ukuran jahe yang berbeda.
BAHAN DAN METODE
Praktikum pembuatan minuman jahe merah secang dilakukan di
Laboratorium RPHP 2, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Jember. Praktikum hanya dilakukan dalam satu hari yaitu
pada hari Rabu, 04 Maret 2015.
Bahan
Untuk melakukan praktikum diperlukan beberapa alat dan bahan. Bahan
yang dibutuhkan adalah jahe merah, secang, kapulaga, kayu manis, gula, dan air.
Kemudian alat yang dibutuhkan yaitu neraca analitik, pisau, panci, kompor, gelas,
sendok, botol, dan hand refractometer.
Metode
A. Pembuatan Minuman Jahe Merah Secang
Gambar 1. Pembuatan Jahe Merah Secang
Pembuatan minuman penghangat badan dengan bahan dasar jahe merah
dilakukan dengan memberi perlakuan pada cara pengirisan jahe merah. Perlakuan
tersebut ada yang digeprek dan ada yang diiris tipis (± 2 mm). Selain perlakuan
tersebut, cara pembuatan dari minuman jahe merah secang sama. Cara pembuatan
untuk satu perlakuan adalah sebagai berikut. Pertama jahe merah yang telah
Air
dipanaskan hingga
mendididh
+ gula
diaduk
Jahe merah
ditimbang
dicuci
digeprek
secang, kapulaga,
dan kayu manis
ditimbang
dicuci
Page 4
dikupas ditimbang sebanyak 50 gram. Kemudian jahe tersebuat dicuci dan diberi
perlakuan. Perlakuan pertama adalah jahe yang digeprek, sedangkan perlakuan
yang kedua yaitu jahe diiris tipis (± 2 mm). Selanjutnya 1 L air dipanaskan dalam
panci hingga mendidih. Setelah mendidih, jahe merah, 1 batang kayu manis, 3 biji
kapulaga dan 1 gram secang yang telah ditimbang dan dicuci dimasukkan ke
dalam panci. Kemudian ditambahkan juga 75 gram gula dan dilakukan
pengadukan agar minumannya tercampur rata. Akhirnya didapatkan minuman
penghangat badan yang terbuat dari jahe merah. Setelah itu dilakukan pengujian
sensori dan derajat brix.
B. Uji sensori
Uji sensori dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada 38 panelis.
Pengujian sensori didasarkan pada uji deskriptif dan tingkat kesukaan panelis
terhadap pembuatan minuman jahe merah secang dengan perlakuan digeprek dan
diiris tipis. Sifat sensori yang diujikan adalah rasa, aroma, warna, dan tingkat
kepedasan. Panelis diminta memberikan nilai diantara 1–5 sesuai dengan
ketentuan yang ada pada kuisioner. Hasil kuisioer dari para panelis direkap dan
dirata-rata.
C. Derajat Brix
Derajat brix diukur dengan menggunakan hand refractometer sebanyak
tiga kali ulangan pada masing-masing perlakuan. Pengukuran ini bertujuan untuk
mengetahui jumlah padatan terlarut dalam 100 mL larutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah perbedaan
metode pengirisan jahe. Dari hasil praktikum didapatkan data sebagai berikut.
Gambar 1. Jaring Laba-Laba Sifat Sensori
Garis warna biru merupakan hasil dari perlakuan iris tipis, sedangkan
yang berwarna merah merupakan hasil dari perlakuan geprek. Dari gambar 1
dapat dilihat bahwa dari segi rasa, aroma, dan tingkat kepedasan perlakuan iris
0
1
2
3
4Rasa
Aroma
Kepedasan
Warna
Page 5
3
3,2
3,4
3,6
3,8
Iris tipis Keprek
3
3,1
3,2
3,3
3,4
3,5
Iris tipis Keprek
tipis memiliki nilai lebih tinggi daripada perlakuan geprek. Jahe yang digeprek
unggul pada sifat sensori warna bila dibandingkan dengan jahe diiris tipis.
Rasa
Grafik pengaruh metode pengirisan jahe terhadap rasa dapat dilihat pada gambar
2.
Gambar 2. Rasa Minuman Jahe Merah Secang
Berdasarkan hasil uji sensori yang dilakukan oleh 38 panelis, diperoleh
hasil bahwa panelis lebih menyukai rasa jahe merah secang dengan perlakuan jahe
diiris tipis. Pada perlakuan jahe diiris tipis peroleh dirata-rata nilai hasil uji sensori
adalah 3,578947 sedangkan untuk perlakuan jahe dikeprek adalah 3,236842.
Sebagian besar panelis lebih suka dengan jahe merah secang dengan perlakuan
jahe diiris tipis karena rasa pedas yang dihasilkan tidak terlalu tinggi, sehingga
berimbang antar rasa jahe dan bahan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena
dengan irisan tipis, maka permukaan jahe yang bersentuhan dengan larutan lebih
luas sehingga rasa jahe yang dihasilkan bisa lebih optimal. Untuk jahe yang
digeprek, luar permukaannya lebih sempit sehingga rasa jahe yang dihasilkan
kurang berimbang. Dari perhitungan ANNAVA, didapati bahwa perbedaan rasa
dari kedua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata sehingga pada dasarnya rasa
dari kedua minuman tersebut mirip.
Aroma
Grafik pengaruh metode pengirisan jahe terhadap aroma dapat dilihat pada
gambar 3.
Gambar 3. Aroma Minuman Jahe Merah Secang
Page 6
Hasil uji sensori berdasarkan aroma didapati bahwa aroma jahe merah
secang yang lebih disukai oleh panelis adalah perlakuan jahe iris tipis. Nilai rata-
rata yang diperoleh dari setiap perlakuan adalah 3,474 untuk perlakuan jahe iris
tipis dan 3, 184 untuk perlakuan dikeprek. Jahe yang diiris tipis memiliki aroma
yang seimbang antara jahe dan bahan lainnya. Hal ini disebabkan jahe yang diiris
tipis mempunyi permukaan yang lebih luas, sehingga pada saat direbus dalam air,
senyawa pembentuk aroma pada jahe akan terekstrak . Aroma ini akan menyatu
dengan aroma bahan lain membentuk aroma yang seimbang. Sedangkan untuk
perlakuan jahe yang dikeprek menyebabkan sel-sel pada daging jahe akan pecah
(lisis) sehingga senyawa selain pembentuk aroma ikut terekstrak kedalam air
rebusan. Senyawa ini akan mempengaruhi aroma dari jahe merah secang yang
dihasilkan. Aroma yang dihasilkan dari perlakuan jahe dikeprek yag terlalu
menyengat menghilangkan aroma dari bahan-bahan lainnya, sehingga hanya
aroma dari jahe yang terasa.
Karakteristik aroma jahe berasal dari campuran senyawa zingeron,
shogaol serta minyak atsiri dengan kisaran 1-3% dalam jahe segar. Komponen
utamanya adalah zingiberene dan zingiberol, senyawa ini yang menyebabkan jahe
berbau harum, sifatnya mudah menguap dan didapatkan dari cara destilasi
(Koensoemardiyah, 2010). Dari perhitungan ANNAVA, sama halnya dengan rasa,
didapati bahwa perbedaan aroma dari kedua perlakuan tersebut tidak berbeda
nyata sehingga pada dasarnya aroma dari kedua minuman tersebut mirip.
Tingkat Kepedasan
Grafik pengaruh metode pengirisan jahe terhadap tingkat kepedasan dapat dilihat
pada gambar 4.
Gambar 4. Tingkat Kepedasan Minuman Jahe Merah Secang
Hasil uji sensori tentang tingkat kepedasan jahe merah secang mendapati
bahwa perlakuan jahe yang diiris tipis memiliki tingkat kepedasan yang lebih
tinggi dibandingkan jahe yang digeprek. Pada perlakuan jahe diiris tipis diperoleh
nilai rata-rata uji sensori adalah 3,553, sedangkan untuk perlakuan jahe yang
dikeprek 3,105. Sama halnya dengan rasa, semakin luas bidang sentuh antara jahe
2,8
2,9
3
3,1
3,2
3,3
3,4
3,5
3,6
Iris tipis Keprek
Page 7
dengan air maka senyawa yang akan larut dengan air semakin banyak. Senyawa
yang membuat pedas pada jahe yaitu zingeron. Pengirisan tipis membuat senyawa
zingeron yang larut lebih banyak karena permukaannya yang lebih luas. Dengan
begitu tingkat kepedasan dari jahe yang diiris tipis lebih tinggi daripada jahe yang
digeprek. Dari perhitungan ANNAVA, didapati bahwa perbedaan tingkat
kepedasan dari kedua perlakuan tersebut berbeda nyata sehingga terdapat tingkat
kepedasan yang berbeda dari kedua perlakuan.
Warna
Berdasarkan hasil praktikum pada pengamatan warna yang dilakukan
menggunakan perlakuan jahe geprek dan jage iris dengan 38 panelis didapatkan
data bahwa untuk jahe iris yaitu 2,973684 dan jage geprek yaitu 3,789474.
Menurut Mayani dkk (2014), warna diasosiasikan sebagai faktor yang
menggambarkan tingkat kesegaran, kematangan, daya beli dan keamanan dari
suatu produk. Penilaian warna terhadap suatu bahan minuman adalah sangat
penting, karena warna sebagai salah satu parameter yang menentukan mutu dari
bahan. Grafik warna minuman jahe disajikan pada gambar 5.
Gambar 5. Warna Minuman Jahe Secang
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa warna yang paling
disukai oleh panelis adalah pada perlakuan jahe geprek yaitu memiliki warna
merah cerah. Warna merah yang terjadi pada minuman jahe karena adanya enzim
polifenol oksidase. Reaksi ini disebut reaksi pencoklatan. Terdapat beberapa hal
yang menyebabkan terjadinya reaksi pencoklatan, salah satunya adalah
keberadaan enzim. Proses pencoklatan enzimatis memerlukan enzim polifenol
oksidase dan oksigen untuk berhubungan dengan substrat tersebut. Reaksi ini
dapat terjadi bila jaringan tanaman terpotong, terkupas dan karena kerusakan
secara mekanis (Mayani dkk, 2014). Warna dari jahe geprek lebih bagus daripada
diiris tipis dimungkinkan karena tingkat kecerahan dari minuman juga. Minuman
dengan perlakuan diiris tipis lebih keruh daripada geprek karena senyawa yang
larut pada perlakuan diiris tipis lebih banyak. Kekeruhan dari minuman dengan
perlakuan diiris tipis kurang disukai oleh panelis. Dari perhitungan ANNAVA,
0
1
2
3
4
Iris tipis Keprek
Page 8
didapati bahwa perbedaan warna dari kedua perlakuan tersebut berbeda nyata
sehingga terdapat tingkat warna yang berbeda dari kedua perlakuan.
Kesukaan
Berdasarkan hasil praktikum uji kesukaan panelis yang dilakukan pada 36
panelis dapat diketahui bahwa 21 panelis menyukai minuman jahe dengan
perlakuan diiris dan 9 panelis menyukai minuman jahe dengan perlakuan
digeprek. Sedangkan 6 panelis tidak memberi komentar mana yang mereka pilih
atau bersifat netral. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh panelis menyukai
minuman jahe dengan perlakuan diiiris dikarenakan pada perlakuan diiris luas
permukaan yang terdapat pada jahe lebih besar dan permukaan jahe yang
bersentuhan dengan larutan sehingga rasa jahe yang dihasilkan bisa lebih optimal
yaitu memiliki rasa pedas yang dihasilkan tidak terlalu tinggi. Hal tersebut juga
berdampak pada aroma yang dihasilkan minuman secang yaitu memiliki aroma
yang banyak disukai oleh panelis. Secara umum 83,33% dari keseluruhan panelis
menyukai minuman jahe merah secang yang telah dibuat.
Derajat Brix
Derajat brix dari perlakuan diiris tipis adalah 11,2 dan yang digeprek
adalah 10. Berarti dalam 100 mL larutan minuman terdapat 11,2 gr padatan
terlarut untuk perlakuan diiris tipis dan 10 gr untuk perlakuan geprek. Hal ini
menunjukkan bahwa padatan terlarut pada perlakuan diiris tipis lebih banyak
daripada digeprek. Penyebabnya adalah karena luas permukaan yang diiris tipis
lebih luas sehingga padatan yang terlarut lebih banyak.
KESIMPULAN
Secara umum para panelis lebih menyukai minuman jahe merah secang
dengan perlakuan diiris tipis daripada digeprek dalam hal rasa, aroma, dan tingkat
kepedasan. Derajat brix dari perlakuan iris tipis lebih tinggi daripada digeprek.
DAFTAR PUSTAKA
Deparetemen Kesehatan RI. 1989. Vademicum Bahan Obat Alam. Jakarta: Ditjen
POM.
Koensoemardiyah. 2010. A to Z Minyak Atsiri. Yogyakarta: Lily Publisher
Mayani, Lina, dkk. 2014. Pengaruh Pengecilan Ukuran Jahe dan Rasio Air
Terhadap Sifat Fisik, Kimia, dan Organoleptik pada Pembuatan Sari Jahe.
Malang: FTP UB.
Page 9
Nirmagustina, Dwi Eva, dkk. 2011. Sifat Organoleptik dan Kandungan Total
Fenol Minuman Rempah Tradisional (Minuman Secang). Lampung:
Program Studi Teknologi Pangan Politeknik Negeri Lampung.
Paimin. 2000. Budidaya, Pengolahan, Perdagangan Jahe. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Rukmana, Rahmat. 2000. Usaha Tani Jahe. Yogyakarta: Kanisius.
Suratman, Djauhari, Rachmat dan Sudiarto. 1987. Pedoman Bercocok Tanam
Jahe. Bogor: Balai Penelitian Tanaman dan Rempah.
Tampubolon, I. S. 2001. Pembuatan Jelly Apel (Malus sylvistrismull) Varietas
Anna (Kajian Proporsi Air Perebusan dan Konsentrasi Gula) terhadap Sifat
Fisik, Kimia dan Organoleptik. Skripsi. Malang: Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Brawijaya.
Winarti, C., dan Nurdjanah, N. 2005. Peluang Tanaman Rempah dan Obat
Sebagai Sumber Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian 24 (2), hal :
47-55.
Page 10
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Nama Panelis 274 519 Total
Anisa Mardiarti 5 4 9
Dyah Nur Arida 2 4 6
Shofwatur Rohman 2 4 6
Larasati Gandaningarum 2 4 6
Sulihati Jannah 2 4 6
Naili Mawadatur R. 3 4 7
Dessy Eka Kuliahsari 3 4 7
Hidayatul Fitriyah 3 5 8
Sri Ningsih Paramita 3 4 7
Dzikri Kurnia 3 4 7
Sahlul 4 3 7
Bella Martha S. 2 4 6
Cindy Eva 3 4 7
Indah M. R. 3 4 7
Elok Bashirah Yuliana 3 4 7
Andi 4 3 7
Armidha Aji P. 4 3 7
Meitha Rizqi D. 2 4 6
Fauzan Rahmatul H. 2 3 5
Kamalia Istiqamah 2 3 5
Rizqi R. J. 4 3 7
Robby Dwi D. 3 4 7
Yogi Fathur R. 2 4 6
Fifi Dewi Kadita 2 4 6
Nikho 4 5 9
Brihatsama 3 5 8
Nirmala Y. 2 3 5
Fiola 4 3 7
Fatkhur Rohman 3 4 7
Septian Y. M. 2 4 6
Tri Lestari 5 4 9
Feri Defriyanto 3 4 7
Moh. Ainul Yakin 4 3 7
Nur Khotija 4 3 7
Ike 2 2 4
Mohammad Mardiyanto 3 4 7
Riri N. L. S. 3 5 8
Page 11
Faktor Koreksi (FK) =
= 869,0658
Jumlah Kuadrat Total (JKT) = 22+4
2+2
2+4
2+.......+3
2+4
2+7
2 - 869,0658
= 57,93421
JKPr (Perlakuan) = 1132+144
2/38- 869,0658
= 12,64474
JKPn (Panelis) = 92+6
2+6
2+......+8
2+7
2/2 - 869,0658
= 21,43421
JK eror = (JKT-JKPr-JKPn)
= 57,93421- 12,64474-21,43421
= 23,85526
Sumber variasi db JK RJK F Hit F tab 5%
Perlakuan 1 12,64474 12,64474 19,61225 4,107
Panelis 37 21,43421 0,579303
Eror 37 23,85526 0,644737
Total 75
Ftab 5%
Df eror 37
Df sampel 1
Interpolasi 4,107
F.Hitung kurang dari F.tab 5% sehingga BERBEDA NYATA
Bu Nurhayati 3 4 7
Total 113 144 257
Rerata 2,973684 3,789474