PENDAHULUAN Pada awal hingga pertengahan tahun 1980-an, di dunia bagian lain mulai berhadapan dengan kasus epidemi HIV dan AIDS yang serius. Pada awal 1990-an, epidemi AIDS telah muncul di beberapa negara Asia, dan pada akhir dekade ini, HIV menyebar dengan cepat di banyak benua. 1 Saat ini, hampir 5 juta orang hidup dengan HIV di Asia Selatan, Timur dan Tenggara. Di India, statistik terbaru menunjukkan bahwa diperkirakan 0,1 % orang dewasa berusia 15-49 tahun yang hidup terinfeksi HIV, lebih rendah bila dibandingkan dengan prevalensi HIV di beberapa bagian sub-Sahara Afrika. Namun, dengan penduduk sekitar 1 miliar setara dengan 2,3 juta orang dewasa yang hidup terinfeksi HIV di India. Jumlah infeksi di Asia turun dari 450.000 pada tahun 2001 menjadi 369.000 pada tahun 2013 dan di India telah turun 56 % sejak 2006. 1 Sekitar 380.000 orang yang hidup terinfeksi HIV di Indonesia, memiliki epidemi yang paling cepat berkembang di Asia. Jumlah ini telah meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir dan diperkirakan akan lebih dari dua kali lipat pada tahun 2014, jika pendekatan untuk pencegahan HIV tidak ditingkatkan. Kenaikan ini karena beberapa faktor termasuk: industri negara seks, pemeriksaan dini dan pengobatan terbatas, populasi yang tumbuh pesat dari orang-orang yang menggunakan narkoba, penolakan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENDAHULUAN
Pada awal hingga pertengahan tahun 1980-an, di dunia bagian lain mulai berhadapan dengan
kasus epidemi HIV dan AIDS yang serius. Pada awal 1990-an, epidemi AIDS telah muncul di
beberapa negara Asia, dan pada akhir dekade ini, HIV menyebar dengan cepat di banyak benua.1
Saat ini, hampir 5 juta orang hidup dengan HIV di Asia Selatan, Timur dan Tenggara. Di
India, statistik terbaru menunjukkan bahwa diperkirakan 0,1 % orang dewasa berusia 15-49
tahun yang hidup terinfeksi HIV, lebih rendah bila dibandingkan dengan prevalensi HIV di
beberapa bagian sub-Sahara Afrika. Namun, dengan penduduk sekitar 1 miliar setara dengan 2,3
juta orang dewasa yang hidup terinfeksi HIV di India. Jumlah infeksi di Asia turun dari 450.000
pada tahun 2001 menjadi 369.000 pada tahun 2013 dan di India telah turun 56 % sejak 2006.1
Sekitar 380.000 orang yang hidup terinfeksi HIV di Indonesia, memiliki epidemi yang paling
cepat berkembang di Asia. Jumlah ini telah meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir dan
diperkirakan akan lebih dari dua kali lipat pada tahun 2014, jika pendekatan untuk pencegahan
HIV tidak ditingkatkan. Kenaikan ini karena beberapa faktor termasuk: industri negara seks,
pemeriksaan dini dan pengobatan terbatas, populasi yang tumbuh pesat dari orang-orang yang
menggunakan narkoba, penolakan kesehatan seksual dan pelayanan reproduksi pada orang-orang
yang belum menikah, dan krisis ekonomi.1
Tingginya kadar infeksi HIV yang ditemukan di antara kelompok beresiko tinggi, seperti
pengguna narkoba suntik, pekerja seks dan klien mereka, serta laki-laki yang berhubungan
dengan laki-laki. Pada tahun 2012, prevalensi HIV dilaporkan setinggi 36 % pada orang yang
menggunakan narkoba suntik. Peraturan daerah sering mengkriminalisasi kelompok beresiko
tinggi dan telah diidentifikasi bahwa beberapa anggota Komisi AIDS Nasional, yang
bertanggung jawab untuk mengatasi HIV / AIDS di Indonesia, gagal untuk mengatasi masalah
HIV/AIDS di kalangan yang beresiko tinggi. Kampanye untuk mempromosikan penggunaan
kondom di kalangan orang-orang yang terlibat dalam hubungan seks beresiko tinggi telah
bertemu perlawanan dari beberapa kelompok agama, yang merasa bahwa kondom hanya harus
dipromosikan untuk pasangan yang sudah menikah.2
Transmisi HIV melalui beberapa cara yaitu hubungan seks tanpa kondom, menyumbang
porsi yang signifikan dari infeksi HIV baru di banyak negara Asia. Klien pekerja seks
1
membentuk populasi terbesar pada resiko tinggi, antara 0,5-15%. Tingkat penggunaan kondom
saat berhubungan seks di banyak negara masih rendah. Faktor-faktor ini telah memberikan
kontribusi terhadap prevalensi HIV yang tinggi di kalangan pekerja seks dan klien mereka di
seluruh Asia. Selain itu, terjadi peningkatan jumlah perempuan yang sudah menikah dan
dianggap beresiko rendah' infeksi HIV menjadi terinfeksi HIV. Sekitar 25-40 % infeksi HIV di
beberapa negara Asia antara perempuan dan laki-laki yang terinfeksi melalui seks bayaran,
berhubungan seks dengan laki-laki lain atau menggunakan narkoba suntik.3
Penggunaan narkoba suntikan merupakan faktor pendorong utama dalam penyebaran HIV di
seluruh Asia, terutama di China, Indonesia, Malaysia dan Vietnam. Di Cina 28,4 % dari semua
orang yang terinfeksi HIV diyakini telah terinfeksi melalui penggunaan narkoba suntik, sering
tumpang tindih antara komunitas penguna narkoba suntik dan masyarakat pekerja seks di Asia,
seperti pekerja seks melakukannya untuk membeli narkoba.4
Seks antar laki-laki menyumbang beberapa kasus yang tercatat paling awal dari HIV di Asia,
dan transmisi melalui jalur ini masih merupakan fitur yang menonjol dari epidemi banyak
negara. Kebanyakan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki di Asia tidak
mengidentifikasikan diri mereka sebagai gay karena norma-norma budaya yang mencegah
homoseksualitas, dalam beberapa kasus mereka bahkan mungkin menjadi kepala keluarga dan
mempunyai anak. Faktor-faktor baru yang muncul dalam penyebaran HIV di kalangan
homoseksual seperti kencan melalui internet, penggunaan narkoba, dan bentuk lain. Prevalensi
HIV meningkat diantara populasi homoseksual di Negara-negara Asia Selatan dan Asia
Tenggara.1
HIV dalam kehamilan merupakan salah satu masalah utama dalam bidang Obstretri.
Transmisi heteroseksual dan penyalahgunaan obat suntik meningkat kejadiannya secara
signifikan. Resiko infeksi pada bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi HIV diperkirakan 13-39
%. Kebanyakan anak-anak yang terinfeksi bertahan hidup hingga usia 5 tahun.5
Penularan ibu ke anak juga merupakan rute penularan HIV yang signifikan di Asia. Telah
terjadi penurunan 12 % dalam infeksi HIV yang terjadi pada anak-anak sejak tahun 2009, namun
pencegahan penularan dari ibu ke anak hanya 18 % di Asia Selatan dan Asia Tenggara pada
akhir 2011.1
2
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
HIV/AIDS adalah suatau sindroma penyakit defisiensi imunitas seluler yang didapat yang
disebabkan oleh HIV. Akibat adanya kehilangan kekebalan, penderita AIDS mudah terkena
berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit dan virus. (1,2)
HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini adalah
retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk memproduksi
kembali dirinya. (1,3)
ETIOLOGI
HIV merupakan retrovirus penyebab penyakit defisiensi imun yang ditemukan oleh
Montagmik dan kawan – kawan, pada tahun 1983. penyakit – penyakit ini disebabkan dua atau
lebih organisme yang memberikan petunjuk kemungkinan AIDS.
Saat ini terdapat dua jenis HIV: HIV–1 dan HIV–2.
HIV–1 mendominasi seluruh dunia dan bermutasi dengan sangat mudah. Keturunan yang
berbeda–beda dari HIV–1 juga ada, mereka dapat dikategorikan dalam kelompok dan
sub–jenis (clades). Terdapat dua kelompok, yaitu kelompok M dan O. Dalam kelompok
M terdapat sekurang–kurangnya 10 sub–jenis yang dibedakan secara turun temurun. Ini
adalah sub–jenis A–J. Sub–jenis B kebanyakan ditemukan di America, Japan, Australia,
Karibia dan Eropa. Sub–jenis C ditemukan di Afrika Selatan dan India.
HIV–2 teridentifikasi pada tahun 1986 dan semula merata di Afrika Barat. Terdapat
banyak kemiripan diantara HIV–1 dan HIV–2, contohnya adalah bahwa keduanya
menular dengan cara yang sama, keduanya dihubungkan dengan infeksi–infeksi
3
oportunistik dan AIDS yang serupa. Pada orang yang terinfeksi dengan HIV–2,
ketidakmampuan menghasilkan kekebalan tubuh terlihat berkembang lebih lambat dan
lebih halus. Dibandingkan dengan orang yang terinfeksi dengan HIV–1, maka mereka
yang terinfeksi dengan HIV–2 ditulari lebih awal dalam proses penularannya. (3)
CARA PENULARAN
HIV menular melalui cairan tubuh seperti darah, semen atau air mani, cairan vagina, air
susu ibu dan cairan lainnya yang mengandung darah.
Virus tersebut menular melalui:
- Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah terinfeksi.
Kondom adalah satu–satunya cara dimana penularan HIV dapat dicegah.
- Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana darah tersebut
belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.
- Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang yang
telah terinfeksi.
- Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa kehamilan atau
persalinan dan juga melalui menyusui. (1,2,3)
PATOGENESIS
Penularan HIV terjadi melalui cairan tubuh dari orang yang telah terinfeksi oleh HIV
yang masuk kedalam aliran darah orang yang sehat. Cairan tubuh yang paling potensial dalam
menularkan HIV adalah cairan yang banyak mengandung sel darah putih seperti darah, cairan
sperma dan cairan vagina. Pada umumnya pada awal terinfeksi oleh HIV tidak ditemui gejala –
gejala. Pada sebagian kecil kasus dijumpai gejala – gejala ringan seperti flu yang dikenal sebagai
‘’Seroconversion Illness’’.
4
Sistem kekebalan mempertahankan tubuh terhadap infeksi. Sistem ini terdiri dari banyak
jenis sel. Dari sel–sel tersebut sel T–helper sangat krusial karena ia mengkoordinasi semua
sistem kekebalan sel lainnya. Sel T–helper memiliki protein pada permukaannya yang disebut
CD4.
HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan melekatkan dirinya pada
protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus dalam tubuh penderita)
turunan yang disebut RNA (ribonucleic acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic
acid) dengan suatu enzim yang disebut reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian
dari DNA manusia, yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel jenisnya, benda tersebut
mulai menghasilkan virus–virus HI.
Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus–virus yang baru.
Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas dalam aliran darah, dan
berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah proses yang sedikit demi sedikit dimana
akhirnya merusak sistem kekebalan tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang oleh
infeksi dan penyakit–penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk menularkan virus tersebut dari
orang ke orang.
Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan sel–sel yang
terinfeksi dan mengantikan sel–sel yang telah hilang. Respons tersebut mendorong virus untuk
menghasilkan kembali dirinya.
Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800–1200 sel/ml
kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel CD4+ T–nya terhitung dibawah 200, dia
menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi–infeksi oportunistik.
5
Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketika sistem kekebalan
tertekan. Pada seseorang dengan sistem kekebalan yang sehat infeksi–infeksi tersebut tidak
biasanya mengancam hidup mereka tetapi bagi seorang pengidap HIV hal tersebut dapat menjadi
fatal.
Tanpa perawatan, viral load, yang menunjuk pada jumlah relatif dari virus bebas bergerak
didalam plasma darah, akan meningkat mencapai titik dimana tubuh tidak akan mampu
melawannya. (1,3)
Perkembangan dari HIV dapat dibagi dalam 4 fase / stadium:
1. Infeksi utama (Seroconversion), ketika kebanyakan pengidap HIV tidak menyadari
dengan segera bahwa mereka telah terinfeksi. terjadi perubahan serologi dari negatif
menjadi positif, berlangsung antara 1-3 bulan bahkan ada yang sampai 6 bulan.
2. Fase asymptomatik, dimana tidak ada gejala yang nampak, tetapi virus tersebut tetap aktif
(5-8 tahun) jumlah sel T > 500
3. Fase symptomatik, dimana seseorang mulai merasa kurang sehat dan mengalami infeksi–
infeksi oportunistik yang bukan HIV tertentu melainkan disebabkan oleh bakteri dan
virus–virus yang berada di sekitar kita dalam segala keseharian kita dengan tanda-tanda
pembesaran kelenjer limfe, jumlah sel T antara 200-500
4. AIDS, yang berarti kumpulan penyakit yang disebabkan oleh virus HIV, adalah fase
akhir dan biasanya bercirikan suatu jumlah CD4 kurang dari 200.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah fase terakhir dari infeksi HIV
dan biasanya dicirikan oleh jumlah CD4 kurang dari 200. AIDS bukanlah penyakit yang
khusus melainkan kumpulan dari sejumlah penyakit yang mempengaruhi tubuh dimana
sistem kekebalan yang melemah tidak dapat merespons. (1,2,3)
6
PEMERIKSAAN KLINIS
Infeksi HIV dapat diketahui melalui sebuah pengujian antibodi mengenai HIV. Ketika
seseorang terinfeksi dengan HIV, antibodinya dihasilkan da0lam jangka waktu 3–8 minggu.
Tahap berikutnya sebelum antibodi tersebut dapat dideteksi dikenal sebagai "tahap jendela"
(window period).
- Pengujian dapat dilakukan dengan mengunakan sampel darah, air liur atau air kencing.
- Pengujian yang cepat ada dan menyediakan suatu hasil diantara 10–20 menit. Suatu hasil
positif biasanya menuntut suatu test konfirmatori lebih lanjut.
- Pengujian HIV harus dilakukan sejalan dengan bimbingan sebelum–selama–dan
sesudahnya. (1)
Terdapat 2 cara untuk pemeriksaan virus ini, yaitu :
1. Cara langsung
Yaitu isolasi virus dari sampel, umumnya dengan menggunakan PCR (Polimerase Chains
Reaction)
Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu
Menetapkan status infeksi pada individu seronegatif
Tes oada kelompok resiko tinggi sebelum terjadi serokonversi
Tes konfirmasi untuk HIV sebab sensitivitas untuk ELISA lebih rendah.
2. Cara tidak langsung
A. ELISA ( Enzin Linked Imuno Sorbent Assay )
Bereaksi terhadap antibodi yang ada dalam serum dengan memperlihatkan
7
warna merah tua.
B. Western Blot jarang digunakan karena mahal serta cukup sulit dan membutuhkan
waktu yang lama.
C. IFA ( Imuno Fluoresen Assay )
D. RIFA ( Radio Imunopraecipitation Assay ) (1)
Disamping itu, terdapat dua cara pengujian yang tersedia dalam memonitor
perkembangan HIV/AIDS:
- Pengujian CD4 adalah mengukur jumlah dari CD4 atau sel T–helper didalam darah.
Kekuatan dari sistem.
- Pengujian viral load adalah mengukur jumlah dari HIV didalam darah dalam setiap ml
darah. Semakin tinggi viral load maka semakin cepat pula perkembangannya ke AIDS. (3)
RESIKO DAN KEUNTUNGAN PEMERIKSAAN HIV
Resiko pemeriksaan HIV
Gangguan pada hubungan antar manusia
Seperti mengasingkan diri dari lingkungan sosial
Gejala menarik diri
Kesulitan dalam pekerjaan
Reaksi psikologios yang berat, seperti mimpi buruk, usaha bunuh diri, cemas dan
marah
Keuntungan pemeriksaan HIV
Membuat individu segera mendapat intervensi medik
8
Melindungi resisten dari organ – organ yang di donorkan sel telur, sperma, ASI atau
menyuntikkan bayinya dengan vaksin virus hidup.
Mengurangi kecemasan
Mendorong individu dengan tingkah laku beresiko tinggi untuk mengubah perilaku. (2)
PENGOBATAN
Obat–obatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan untuk HIV/AIDS tetapi
cukup memperpanjang hidup dari mereka yang mengidap HIV. Pada tempat yang kurang baik
pengaturannya permulaan dari pengobatan ARV biasanya secara medis direkomendasikan ketika
jumlah sel CD4 dari orangyang mengidap HIV/AIDS adalah 200 atau lebih rendah. Untuk lebih
efektif, maka suatu kombinasi dari tiga atau lebih ARV dikonsumsi, secara umum ini adalah
mengenai terapi Antiretroviral yang sangat aktif (HAART). Kombinasi dari ARV berikut ini