KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI
Klien Nn. B, 24 tahun, anak ke-4 dari 7 bersaudara (3 orang adik
lain ibu), dari tiga keluarga Bpk. A (almarhum) dan Ibu I
(almarhum), bertempat tinggal di Jakarta Barat. Klien masuk rumah
sakit tanggal 14 Maret 1996, dirawat untuk yang ketiga kalinya
dengan keluhan utama klien sering merobek-robek bajunya, telanjang,
dan ingin lari dari rumah. Sejak kecil, klien dianggap mengalami
gangguan jiwa, dianggap bodoh sehingga klien tidak disekolahkan.
Diumah selalu dikucilkan dan tidak pernah diajak berkomunikasi,
tidak mempunyai teman dekat, tidak ada anggota keluarga yang
dianggap teman dekat klien. Akibatnya, klien sering menyendiri,
melamun, dan mengatakan bahwa ada suara yang menyuruh pergi. Karena
klien tidak mau pergi, sebagai gantinya klien disuruh merobek-robek
bajunya dan menggores-gores tubuhnya dengan silet.Keluarga merasa
tidak mampu untuk merawat dan akhirnya membawa klien ke rumah sakit
jiwa (RSJ) dengan alasan mau diajak nonton film. Selama di RSJ, ibu
tiri klien tidak pernah menjenguk dan kadang kala kakak kandung
klien datang ke RSJ untuk membawakan pakaian serta membayar biaya
obat-obatan, tetapi kakaknya tidak mengakui klien sebagai adiknya.
Dari hasil observasi didapat data tentang klien, yaitu rambut kotor
dan bau, banyak kutu, wajah lusuh, tatapan mata kosong, gigi
kuning, banyak kotoran, tercium bau yang tidak enak, telinga kotor,
kulit kotor banyak daki, kuku panjang dan kotor, tidak memakai alas
kaki. Klien mengatakan malas mandi. Gaya bicara klien hati-hati,
bicara apabila ditanya, jawaban singkat. Klien sering duduk sendiri
dan banyak tidur.
Masalah KeperawatanMasalah keperawatan untuk kasus diatas
adalah1. Isolasi sosial : menarik diri;2. Gangguan
sensori/persepsi: halusinasi pendengaran;3. Risiko perilaku
kekerasan terhadap diri sendiri;4. Gangguan konsep diri: harga diri
rendah kronis;5. Ketidakefektifan penatalaksanaan program
terapeutik;6. Defisit perawatan diri: mandi dan berhias;7.
ketidakefektifan koping keluarga: ketidakmampuan keluarga merawat
klien di rumah;8. Gangguan pemeliharaan kesehatan.
Diagnosis KeperawatanDiagnosis keperawatan dari pohon masalah
pada gambar diatas adalah sebagai berikut :1. Risiko Perilaku
Kekerasan terhadap Diri Sendiri berhubungan dengan halusinasi
pendengaran.2. Gangguan Sensori/Persepsi: Halusinasi Pendengaran
berhubungan dengan menarik diri.3. Isolasi Sosial: Menarik Diri
berhubungan dengan harga diri rendah kronis.4. Gangguan
Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan defisit persawatan diri:
mandi dan berhias.5. Ketidakefektifan Penatalaksanaan Program
Terapeutik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien
di rumah.
DIAGNOSIS KEPERAWATANResiko gangguan sensori/persepsi halusinasi
berhubungan dengan menarik diriTUMKlien dapat berinteraksi dengan
orang lain sehingga tidak terjadi halusinasiTUK:1. Klien dapat
membina hubungan saling percayaKRITERIA EVALUASIEkspresi wajah
bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang
dihadapi.INTERVENSIBina hubungan saling percaya dengan menggunakan
prinsip komunikasi terapeutika. Sapa klien dengan nama baik verbal
maupun nonverbalb. Perkenalkan diri dengan sopanc. Tanyakan nama
lengkap dan nama panggilan yang disukai kliend. Jelaskan tujuan
pertemuane. Jujur dan menepati janjif. Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanyag. Berikan perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diriKRITERIA
EVALUASIKlien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal
dari : Diri sendiri Orang lain LingkunganINTERVENSI Kaji
pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandanyaa. Di
rumah, Ibu tinggal dengan siapab. Siapa yang paling dekat dengan
Ibuc. Apa yang membuat Ibu dekat dengannyad. Dengan siapa Ibu tidak
dekate. Apa yang membuat Ibu tidak dekat Beri kesempatan kepada
klien untuk mengungkapkan perasaan yang menyebabkan klien tidak mau
bergaul Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksidengan orang
lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lainKRITERIA
EVALUASI3.1. Klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan
orang lainMisalnya: Banyak teman Tidak sendiri Bisa diskusi,
dllINTERVENSI3.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan
memiliki teman3.1.2. Beri kesempatan kepada klien untuk
berinteraksi dengan orang lain3.1.3. Diskusikan bersama klien
tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain3.1.4. Beri
penguatan positif terhadap kemampuan mengungkapakan perasaan
tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lainKRITERIA
EVALUASI3.2.Klien dapat menyebutkan kerugian bila tidak
berinteraksi dengan orang lainINTERVENSI3.2.1. Kaji pengetahuan
klien tentang kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang
lain3.2.2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan tentang kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang
lain3.2.3. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain3.2.4. beri penguatan positif
terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan interaksi sosial secara
bertahapKRITERIA EVALUASIKlien dapat mendemonstrasikan interaksi
sosial secara bertahap antara : Klien-perawat Klien-perawat-perawat
lain Klien-perawat-perawat lain-klien lain
Klien-keluarga-/kelompok/masyarakatINTERVENSI4.1.1 kaji kemampuan
klien membina hubungan dengan orang lain4.1.2. Bermain peran
tentang cara berhubungan/berinteraksi dengan orang lain4.1.3.
dorong dan bantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain melalui
tahap : Klien-perawat Klien-perawat-perawat lain
Klien-perawat-perawat lain-klien lain
Klien-keluarga-/kelompok/masyarakat4.1.4.Beri penguatan positif
terhadap keberhasilan yang telah dicapai4.1.5. Bantu klien untuk
mengevaluasi keuntungan menjalin hubungan sosial4.1.6. Diskusikan
jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu, yaitu berinteraksi dengan orang lain4.1.7. Motivasi klien
untuk mengikuti kegiatan ruangan4.1.8. Beri penguatan positif atas
kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berinteraksi
dengan orang lainKRITERIA EVALUASIKlien dapat mengungkapkan
perasaanya setelah berinteraksi dengan orang lain untuk : Diri
sendiri Orang lainINTERVENSI5.1.1. Dorong klien untuk mengungkapkan
perasaannya bila berinteraksi dengan orang lain5.1.2. Diskusikan
dengan klien tentang perasaan keuntungan berinteraksi dengan orang
lain5.1.3. Beri penguatan positif atas kemampuan klien
mengungkapkan perasaan keuntungan berinteraksi dengan orang
lain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau
keluargaKRITERIA EVALUASI. Keluarga dapat : Menjelaskan perasaannya
Menjelaskan cara merawat klien menarik diri Mendemonstrasikan cara
perawatan klien menarik diri Berpartisipasi dalam perawatan klien
menarik diriINTERVENSI6..1.1. Bina hubungan saling percaya dengan
keluarga : Salam, perkenalan diri Jelaskan tujuan Buat kontrak
Eksplorasi perasaan klien6.1.2. Diskusikan dengan anggota keluarga
tentang : Perilaku menarik diri Penyebab perilaku menarik diir
Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
Cara keluarga menghadapi klien menarik diri6.1.3. Dorong anggota
keluarga untuk memberi dukungan kepada klien dalam berkomunikasi
dengan orang lain6.1.4. Anjurkan anggota keluarga untuk secara
rutin bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu6.1.5.
Beri penguatan positif atas hal-hal ang telah dicapai oleh
keluargaISOLASI SOSIAL
1. Pengertian
Menurut Townsend, M.C (19) isolasi sosial merupakan keadaan
kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap
menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya 98:152) isolasi
sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam
bagi dirinya. Sedangkan menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan
diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik
perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara
langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.
Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk
meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu
untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut Rawlins,
R.P & Heacock, P.E (1988 : 423) isolasi sosial menarik diri
merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan
orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak
mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau
selalu dalam kegagalan.
2. Tanda dan Gejala
Menurut Townsend, M.C (1998:152-153) & Carpenito,L.J (1998:
382) isolasi sosial menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan
gejala sebagai berikut:
Data subjektif :a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna,
penolakan oleh lingkunganb. Mengungkapkan keraguan tentang
kemampuan yang dimiliki
Data objektifa. Tampak menyendiri dalam ruanganb. Tidak
berkomunikasi, menarik diric. Tidak melakukan kontak matad. Tampak
sedih, afek datare. Posisi meringkuk di tempat tidur dengang
punggung menghadap ke pintuf. Adanya perhatian dan tindakan yang
tidak sesuai atau imatur dengan perkembangan usianyag. Kegagalan
untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnyah. Kurang aktivitas
fisik dan verbali. Tidak mampu membuat keputusan dan
berkonsentrasij. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di
wajahnya
3. Penyebab
Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena
kurangnya rasa percaya pada orang lain, perasaan panik, regresi ke
tahap perkembangan sebelumnya, waham, sukar berinteraksi dimasa
lampau, perkembangan ego yang lemah serta represi rasa takut
(Townsend, M.C,1998:152). Menurut Stuart, G.W & Sundeen, S,J
(1998 : 345) Isolasi sosial disebabkan oleh gangguan konsep diri
rendah.
Gangguan konsep diri:harga diri rendah adalah penilaian pribadi
terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :227).
Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi
diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif
baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat senada dikemukan oleh
Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan
dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri
atau kemampuan diri.
Menurut Carpenito, L.J (1998:352) & Keliat, B.A (1994:20)
perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:
Data subjektif:a. Mengkritik diri sendiri atau orang lainb.
Perasaan tidak mampuc. Rasa bersalahd. Sikap negatif pada diri
sendirie. Sikap pesimis pada kehidupanf. Keluhan sakit fisikg.
Menolak kemampuan diri sendirih. Pengurangan diri/mengejek diri
sendirii. Perasaan cemas dan takutj. Merasionalisasi
penolakan/menjauh dari umpan balik positifk. Mengungkapkan
kegagalan pribadil. Ketidak mampuan menentukan tujuan
Data objektif:a. Produktivitas menurunb. Perilaku destruktif
pada diri sendiric. Menarik diri dari hubungan sosiald. Ekspresi
wajah malu dan rasa bersalahe. Menunjukkan tanda depresi (sukar
tidur dan sukar makan)
4. Akibat
Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya
perubahan persepsi sensori halusinasi (Townsend, M.C, 1998 : 156).
Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang
salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori
yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan
atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson,
B.S, 1995:421). Menurut Maramis (1998:119) halusinasi adalah
pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di mana
orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat
disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik atau
histerik.
Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi
tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi lima perasaan
(pengelihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan
tetapi yang paling umum adalah halusinasi pendengaran dan
halusinasi pendengaran (Boyd, M.A & Nihart, M.A, 1998: 303;
Rawlins, R.P & Heacock, P.E, 1988 : 198). Menurut Carpenito,
L.J (1998: 363) perubahan persepsi sensori halusinasi merupakan
keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau berisiko
mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau intepretasi
stimulus yang datang. Sedangkan menurut pendapat lain halusinasi
merupakan persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa adanya
stimulus eksternal, yang dibedakan dari distorsi dan ilusi yang
merupakan kekeliruan persepsi terhadap stimulus yang nyata dan
pasien mengganggap halusinasi sebagai suatu yang nyata (Kusuma, W,
1997 : 284). Menurut Carpenito, L.J (1998: 363) ; Townsend, M.C
(1998: 156); dan Stuart, G.W & Sundeen, S.J (1998: 328-329)
perubahan persepsi sensori halusinasi sering ditandai dengan
adanya:
Data subjektif:a. Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempatb.
Tidak mampu memecahkan masalahc. Mengungkapkan adanya halusinasi
(misalnya mendengar suara-suara atau melihat bayangan)d. Mengeluh
cemas dan khawatir
Data objektif:a. Apatis dan cenderung menarik dirib. Tampak
gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti
berbicara seolah-olah mendengarkan sesuatuc. Menggerakkan bibirnya
tanpa menimbulkan suarad. Menyeringai dan tertawa yang tidak
sesuaie. Gerakan mata yang cepatf. Pikiran yang berubah-rubah dan
konsentrasi rendahg. Respons-respons yang tidak sesuai (tidak mampu
berespons terhadap petunjuk yang kompleks.
C. MASALAH DATA YANG PERLU DIKAJI Tidak tahan terhadap kontak
yang lama
Tidak konsentrasi dan pikiran mudah beralih saat bicara
Tidak ada kontak mata
Ekspresi wajah murung, sedih
Tampak larut dalam pikiran dan ingatannya sendiri
Kurang aktivitas
Tidak komunikatif
Merusak diri sendiri
Ekspresi malu
Menarik diri dari hubungan sosial
Tidak mau makan dan tidak tidur
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. isolasi sosial menarik diri
F. FOKUS INTERVENSI
PasienSP 11. mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien2.
berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain3. berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain4. mengajarkan pasien cara berkenalan
dengan satu orang5. menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan
berbincang - bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
SP 21. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien2. memberikan
kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu
orang3. membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang - bincang
dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
SP 31. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien2. memberikan
kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau lebih3.
menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
KeluargaSP 11. mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga
dalam merawat pasien2. menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya3.
menjelaskan cara - cara merawat pasien isolasi sosial
SP 21. melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
isolasi sosial2. melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada pasien isolasi sosial
SP 31. membantu keluarga membuat jadual aktivitas dirumah
termasuk minum obat ( Discharge planning)2. menjelaskan follow up
pasien setelah pulang
G. DAFTAR PUSTAKABoyd, M.A & Nihart, M.A, (1998).
Psychiatric Nursing Contemporary Practice, Edisi 9th,
Lippincott-Raven Publishers, Philadelphia
Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan
(terjemahan), Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
DEPKES RI, (1989). Pedoman Perawatan Psikiatrik, Ed I, DEPKES
RI, Jakarta
Johnson, B.S, (1995). Psichiatric-Mental Health Nursing
Adaptation and Growth, Edisi 2th, J.B Lippincott Company,
Philadelphia
Kusuma, W, (1997). Dari A Sampai Z Kedaruratan Psikiatrik Dalam
Praktek, Ed I, Professional Books, Jakarta
Keliat, B.A, dkk, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Ed
I, EGC, Jakarta
Maramis,W.F (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga
University Press, Surabaya
Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988). Clinical Manual of
Psychiatric Nursing, Edisi 1th, The C.V Mosby Company, Toronto
Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan
Jiwa (terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta
Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada
Keperawatan Psikitari (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
LAPORAN PENDAHULUAN I
I. Kasus (Masalah Utama)
Gangguan isolasi sosial : menarik diri
II. Proses terjadinya masalah
A. Core Problem
1. Definisi
Perilaku menarik diri adalah klien ingin lari dari kenyataan
tetapi karena tidak mungkin, maka klien menghindari atau lari
secara emosional sehinga klien jadi pasif, tergantung, tidak ada
motivasi dan tidak ada keinginan untuk berperan (Budi Ana Keliat,
1992).
2. Tanda dan Gejala
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghidar dari orang lain (menyendiri)
Klien tampak memisahkan diri dari orang lain misalnya pada saat
makan.
c. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.
d. Komunikasi kurang / tidak ada.
Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain /
perawat.
e. Tidak ada kontak mata : klienlebih sering menunduk.
f. Mengurung diri di kamar / tempat terpisah, klien kurang dalam
mobilitas.
g. Menolak berhubungan dengan orang lain.
h. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri
dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
B. Penyebab
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Tanda dan Gejala
Klien yang gagal dalam mencapai suatu keinginan atau gagal dalam
tujuan akan merasa bahwa ia tidak berharga dant idak berguna,
keadaan tersebut akan membuat individu takut salah untuk berbuat
sesuatu, pesimis atau rasa tidak percaya diri, hal ini menimbulkan
dampak perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain dan
akan menghindari dari orang lain atau menarik diri.
C. Akibat
Resiko mencederai diri : bunuh diri
Tanda dan Gejala :
Klien dengan menarik diri disebabkan oleh adanya pengalaman yang
tidak menyenangkan bagi pasien, seperti kegagalan atau kehiilangan
atau karena perpisahan yang lama dengan orang terdekat.
III. A. Pohon Masalah
Resiko mencedarai diri : bunuh diri
Ganguan isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Resiko mencederai diri : bunuh diri
Data yang dikaji :
a. ada ide-ide / usaha bunuh diri
b. ingin mengakhiri kehidupan
c. mudah marah
d. gelisah
e. mengisolasi diri dengan membatasi hubungannya dengan orang
lain
f. merasa tidak berguna.
2. Isolasi sosial : menarik diri
Data yang perlu dikaji :
a. lebih banyak diam
b. lebih suka menyendiri / hubungan interpersonal yang
kurang
c. personal hygiene kurang
d. merasa tidak nyaman di antara orang
e. tidak cukupnya ketrampilan sosial
f. berkurangnya frekuensi, jumlah dan spontanitas dalam
berkomunikasi.
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data yang perlu dikaji
a. perasaan rendah diri
b. pikiran mengalah
c. mengkritik diri sendiri
d. kurang terlibat dalam hubungan sosial
e. meremehkan kekuatan / kemampuan diri
f. menyalahkan diri sendiri
g. perasaan putus asa dan tidak berdaya.
IV. Diagnosa Keperawatan
1. Resti mencederai diri : bunuh diri berhubungan dengan menarik
diri.
2. Gangguan sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah.
V. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa I : Resti mencederai diri : bunuh diri berhubungan
dengan menarik diri.
TUM : Klien tidak mencederai diri sendiri.
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
a. Kriteria evaluasi
1.1. ekspresi wajah klien bersahabat
1.2. klien menunjukkan rasa senang
1.3. ada kontak mata
1.4. klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi
b. Intervensi
1.1.1. sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non
verbal
1.1.2. perkenalkan diri dengan sopan
1.1.3. tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
1.1.4. jelaskan tujuan pertemuan
1.1.5. jujur dan menepati janji
1.1.6. tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
TUK 2 : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
a. Kriteria evaluasi
2.1. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal
dari :
- diri sendiri
- orang lain
- lingkungan
b. Intervensi
2.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya.
2.1.2. Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul.
2.1.3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri,
tanda-tanda serta penyebab muncul.
2.1.4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam
mengungkapkan perasaannya.
TUK 3 : Klien dapat menyebutkan kuntungan berhubungan dengan
orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
a. Kriteria evaluasi
3.1. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain.
3.2. Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain.
b. Intervensi
3.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain.
3.1.2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.1.3. Diskusikan bersama klien tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain.
3.1.4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang
lain.
3.2.1. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain.
3.2.2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
3.2.3. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
3.2.4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain.
TUK 4 : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara
bertahap.
a. Kriteria evaluasi
4.1. Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara
bertahap antara:
K P
K P K
K P Kel
K P Klp
b. Intervensi
4.1.1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang
lain.
4.1.2. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang
lain melalui tahap :
K P
K P P lain
K P P lain K lain
K P Kel / Masy.
4.1.3. Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah
dicapai.
4.1.4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
4.1.5. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama
klien dalam mengisi waktu.
4.1.6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
TUK 5 : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain.
a. Kriteria evaluasi
5.1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain untuk :
- diri sendiri
- orang lain
b. Intervensi
5.1.1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain.
5.1.2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat
berhubungan dengan orang lain.
5.1.3. Beri reinforcement positif atau kemampuan klien
mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
TUK 6 : Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang
lain.
a. Kriteria evaluasi
6.1. Keluarga dapat :
- menjelaskan perasaannya
- menjelaskan cara merawat klien menarik diri
- mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri
- berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diri
b. Intervensi
6.1.1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
- salam, perkenalkan diri
- sampaikan tujuan
- buat kontrak
- eksplorasi perasaan keluarga.
6.1.2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang perilaku
penyebab serta akibat perilaku menarik diri.
6.1.3. Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada
klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
6.1.4. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minim satu kali seminggu.
TUK 7 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.
a. Kriteria evaluasi
7.1. Klien dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping
obat.
7.2. Klien dapat mendemonstrasikan dan tahu tentang manfaat dan
efek samping dan penggunaan obat dengan benar.
7.3. Klien memahami akibat berhentinya minum obat tanpa
konsultasi.
b. Intervesi :
7.1.1. Diskusikan dengan klien tentang dosis, frekuensi dan
manfaat obat serta efek sampingnya.
7.1.2 Anjurkan klien untuk minta sendiri obat kepada perawat dan
merasakan manfaatnya.
7.1.3. Anjurkan klien berbicara dengan dokter tentang manfaat
dan efek samping yang dirasakan.
7.1.4. Diskusikan akibat tidak minum obat tanpa konsultasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
Modul ini berisi panduan agar Saudara dapat menangani pasien
dewasa dengan masalah keperawatan isolasi sosial. Saudara dapat
mempelajari isi modul ini, mengerjakan latihan sesuai dengan
panduan yang diberikan, sehingga Saudara siap menangani pasien
gangguan jiwa dengan gejala isolasi sosial yang ada di wilayah
binaan Saudara. Selamat mempelajari modul ini.
Pengkajian Pasien Isolasi sosial
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain.
Untuk mengkaji pasien isolasi sosial Saudara dapat menggunakan
wawancara dan observasi kepada pasien dan keluarga