Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 14/2005 tentang guru dan dosen membawa nuansa baru dalam bidang pendidikan di Indonesia. Pasal 8 dan 9 dalam undang-undang tersebut menetapkan bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik yang diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat, sedangkan tenaga pengajar guru tersebut harus minimal lulus pendidikan S-2. Hal ini sejalan dengan ketentuan dalam PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang menetapkan bahwa kualifikasi akademik seorang pendidik mulai dari pendidikan Anak Usia Dini sampai SMA atau sederajat adalah minimal S-1 atau D-IV. Ketentuan seperti ini tentu membawa perubahan yang sangat besar bagi pendidikan guru, termasuk bagi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Oleh sebab itu, program
92

Isi Laporan PPL

Jan 19, 2016

Download

Documents

Mivy

dokumen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Isi Laporan PPL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang No. 14/2005 tentang guru dan dosen membawa

nuansa baru dalam bidang pendidikan di Indonesia. Pasal 8 dan 9 dalam

undang-undang tersebut menetapkan bahwa guru harus memiliki kualifikasi

akademik yang diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau

program diploma empat, sedangkan tenaga pengajar guru tersebut harus

minimal lulus pendidikan S-2. Hal ini sejalan dengan ketentuan dalam PP No.

19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang menetapkan bahwa

kualifikasi akademik seorang pendidik mulai dari pendidikan Anak Usia Dini

sampai SMA atau sederajat adalah minimal S-1 atau D-IV. Ketentuan seperti

ini tentu membawa perubahan yang sangat besar bagi pendidikan guru,

termasuk bagi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Oleh sebab itu,

program pascasarjana UNESA mengadakan Program Pengalaman Lapangan

(PPL) di dua tempat untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan Dasar yaitu

pertama di SDI Raudlatul Jannah untuk melakukan observasi pembelajaran

SD di kelas dan kedua di Kampus UNESA Lidah Wetan Jurusan S-1 PGSD

untuk melakukan praktek mengajar di kelas. Dengan demikian mahasiswa

tahu benar akan pembelajaran di SD dan ditingkat Perguruan Tinggi, dari

pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari kegiatan pemantapan praktek

lapangan ini diharapkan mahasiswa lebih berinovasi dalam pelaksanaan

Page 2: Isi Laporan PPL

2

pembelajaran di kelas yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu

pendidikan.

B. Tujuan

1. Untuk menerapkan materi yang telah diterima di perkuliahan.

2. Untuk memahami proses kegiatan pembelajaran di Perguruan Tinggi

yang berkaitan dengan ke-SD-an.

3. Memahami karakteristik mahasiswa PGSD.

4. Mengembangkan perangkat pembelajaran untuk pembelajaran ditingkat

Perguruan Tinggi.

C. Objek/Sasaran Kegiatan

Adapun sasaran dari kegiatan PPL ini adalah mahasiswa S-1 PGSD FIP

UNESA yang ada di kampus Lidah Wetan.

Page 3: Isi Laporan PPL

3

BAB II

PROFIL LEMBAGA

A. Sejarah Lembaga (PGSD)

Universitas Negeri Surabaya di kampus Lidah Wetan adalah

bagunan kuno yang dimanfaatkan sejak tahun 1990. Awal digunakan

sebagai perkuliahan mahasiswa SGO (Sekolah Guru Olahraga). Namun

lambat laun beralih fungsi menjadi ruang perkuliahan mahasiswa PGSD

Unesa. Di ruang yang berseberangan tampak pula aktifitas pembelajaran

siswa SMP Unesa 2 dan SMAN 4 Surabaya. Lahannya yang gersang dan

kurang perawatan, serta berbaurnya mahasiswa dengan siswa SMP dan

SMA membuat tidak banyak orang yang tahu bahwa Unesa mempunyai

kampus di jalan Moestopo Surabaya. Seiring dengan perkembangan dari

tahun ke tahun Unesa memiliki 2 kampus di 2 tempat yaitu di ketintang

dan di Lidah Wetan. Untuk di ketintang ditempati oleh FT, FMIPA, FE,

FIS dan di Lidah Wetan FIP, FBS, FIK. Untuk PGSD bernaung dibawah

bendera FIP jurusan PGSD.

Program studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas

Negeri Surabaya didirikan dengan tujuan menghasilkan tenaga guru

Sekolah Dasar yang memiliki kualifikasi dan kompetensi seperti yang

dirumuskan pada tujuan institusional Unesa dan memiliki kekhasan

mengetahui pengetahuan dasar situasi pengajaran dan pembelajaran di

sekolah dasar secara komprehensif, mantap dan mendalam, sehingga dapat

Page 4: Isi Laporan PPL

4

menerapkan dan mengembangkan kemampuannya dan menyesuaikan diri

dengan berbagai situasi dan perubahan.

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, program S1 PGSD Unesa

memiliki visi dan misi sebagai berikut :

Visi

Unggul dalam IPTEKS pendidikan dasar dan penyiapan calon guru yang

professional

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan calon guru SD/MI berkualifikasi

akademik sarjana.

2. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan program pendidikan guru

SD/MI untuk menghasilkan calon guru yang profesional.

3. Mengembangkan ilmu pendidikan dan berbagai disiplin ilmu untuk

menunjang pengembangan pendidikan dasar.

4. Menjalin kemitraan dengan stakeholders untuk meningkatkan kualitas

penyelenggaraan program dan lulusan dalam rangka menjamin

kesesuaian lulusan dengan kebutuhan pendidikan dasar.

5. Menghasilkan lulusan calon guru SD/MI yang berkualitas, didasari

oleh iman dan taqwa, berwawasan IPTEKS, kewirausahaan, nilai jual,

dan mampu melakukan inovasi pendidikan secara berkelanjutan.

Page 5: Isi Laporan PPL

5

Tujuan

1. Menghasilkan calon guru SD/MI yang memiliki kualifikasi sarjana dan

kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

2. Melakukan berbagai inovasi pendidikan melalui kegiatan penelitian

dan pengabdian kepada masyarakat untuk pengembangan pendidikan

dasar.

3. Menjalin kerjasama dengan stakeholders untuk menghasilkan calon

guru SD/MI yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan pendidikan

dasar.

4. Menghasilkan lulusan yang mampu mengembangkan kemampuan

kewirausahaan untuk meningkatkan kualitas hidup di masyarakat.

Sasaran Jurusan

1. Menghasilkan calon guru SD berkualifikasi akademik sarjana dan

calon guru yang profesional didasari oleh iman dan taqwa dan

berwawasan IPTEKS,

2. Pengembangan ilmu dan berbagai ilmu pendidikan; dan

3. Terjalinnya kemitraan dengan stakeholders yang berkesinambungan.

Page 6: Isi Laporan PPL

6

Strategi pencapaiannya

1. Meningkatkan kualitas perkuliahan dengan menyediakan media yang

layak, sarana dan prasarana perkuliahan yang memadai, menambah

koleksi pustaka, penyediaan alat dan bahan laboratorium yang

memadai, peningkatan kompetensi dan kualifikasi dosen dan tenaga

penunjang.

2. Pengembangan ilmu dan berbagai ilmu pendidikan dengan melakukan

studi lanjut, penelitian, magang, shortcourse, seminar, dan pelatihan

yang sesuai dengan bidang ilmu terkait.

3. Melakukan promosi ke dinas pendidikan di tingkat kabupaten/kota dan

yayasan terkait peningkatan kompetensi guru dan kualifikasi akademik

guru. Selain itu juga membuat proposal hibah kompetensi yang

diluncurkan oleh Ditjen Dikti

Page 7: Isi Laporan PPL

7

B. Manajemen Lembaga (PGSD)

SENAT FAKULTAS DEKAN FIP

PD IPD II

PD III

KABAG TATA USAHA

KASUBAG

UNIT PENUNJANG KAJUR PGSD

SEKJUR PGSD MAJELIS URUSAN

DOSENKETUA LAB

MAHASISWA

Keterangan:

Garis Koordinasi

Garis Komando

Page 8: Isi Laporan PPL

8

C. Kinerja Lembaga

1. Kinerja Umum PGSD

a. Administrasi kelas

Administrasi kelas adalah tata usaha yang meliputi tentang

adminiatrasi yang berkaitan dengan mahasiswa dalam upaya

pengembangan potensi yang diupayakan di dalam kelas.

Pengadministrasian kelas diantaranya;

1) Daftar hadir mahasiswa

Buku yang digunakan untuk mengetahui kehadiran

mahasiswa dalam setiap harinya sehingga dosen dapat

mengetahui dan mengambil tindakan terhadap sikap mahasiswa.

2) Daftar hadir dosen

Daftar yang digunakan untuk mengetahui kehadiran

dosen dalam mengajar di kelas dan sebagai alat pemantau oleh

jurusan serta fakultas tentang keaktifan dosen setiap harinya.

3) Jadwal mata kuliah

Suatu daftar yang berkaitan dengan mata kuliah yang

diterima oleh mahasiswa setiap hari dalam satu minggu dan

nama dosen yang mengajar.

4) Perangkat media pembelajaran

Suatu peralatan yang digunakan untuk menunjang

kegiatan perkuliahan di kelas yang meliputi; almari untuk

menyimpan hasil karya mahasiswa, OHP untuk media

Page 9: Isi Laporan PPL

9

transparansi, LCD & Laptop untuk media alternatif elektronik,

buku ke-SD-an yang relevan dengan materi yang dijelaskan, dll.

b. Administrasi Jurusan PGSD

Pengadministrasian Jurusan PGSD UNESA dibagi menjadi

beberapa ruang lingkup yaitu;

1) Administrasi program pengajaran terdiri dari

Penelaahan program pengajaran mata kuliah yang meliputi

struktur program atau kurikulum yang berlaku dan kalender

pendidikan agar perancangan kurikulum sesuai dengan

sasaran yang dilaksanakan setiap awal semester dan

dilakukan bersama oleh ketua jurusan dan semua dosen

PGSD yang berkaitan.

Penyusunan program pembelajaran disusun oleh dosen

serumpun yang berisi tentang penetapan tujuan, isi dan

materi, strategi, metode dan penilaian pembelajaran.

Penilaian proses pembelajaran dilaksanakan dalam berbagai

bentuk meliputi penilaian partisipasi, tugas, UTS, dan UAS

yang bertujuan untuk mengetahui ketepatan pencapaian

kurikulum sesuai dengan kebutuhan mahasiswa PGSD.

2) Administrasi kesiswaan terdiri dari;

Daftar hadir siswa

Daftar hadir dosen

Buku agenda kelas

Page 10: Isi Laporan PPL

10

Nilai tiap semester

3) Administrasi kelengkapan

Yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pengaturan sarana yang

ada di jurusan agar identifikasi dapat digunakan sesuai dengan

fungsinya, diantaranya;

Identifikasi kebutuhan

Perencanaan dan Pengadaan

Penyimpanan dan pemeliharaan

Penataan dan inventarisasi

4) Administrasi keuangan

Yaitu kegiatan pengaturan keuangan yang meliputi kegiatan

perencanaan, penyimpanan, dan penenggung jawaban,

diantaranya;

Dana alokasi umum (DAU) yang diperoleh dari pemerintah

Anggaran DIPA

Sumbangan orang tua mahasiswa

5) Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di jurusan PGSD UNESA cukup

baik, dilihat dari gedung sekolah yang telah direnovasi dan

ditambah jumlahnya dengan cara memanfaatkan gudang untuk

dijadikan tempat untuk perkuliahan atau ruang media

pembelajaran. Kondisi ini juga ditunjang dengan sarana lain

yang memadai seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium

Page 11: Isi Laporan PPL

11

(IPA, IPS, dan BAHASA), ruang media untuk PPL, dan media

penunjang untuk proses perkuliahan (peta, media pembelajaran,

alat peraga, laptop, LCD, dan lain-lain).

2. Kinerja Perkuliahan Bidang Studi (Observasi di PGSD)

a) Kegiatan belajar mengajar materi pelajaran Sains/IPA

Sebagai langkah awal dosen memulai perkuliahan terlebih

dahulu dosen mengucapkan salam, setelah itu meminta salah satu

mahasiswa untuk memimpin berdo’a serta mengabsensi kehadiran

mahasiswa. dosen membuka perkuliahan dengan menanyakan

kembali materi yang telah dipelajari kemarin, setelah itu dosen

mengkaitkan dengan materi yang akan dipelajari. Memberikan

pertanyaan atau memotivasi mahasiswa dengan menunjukkan

fenomena di alam yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.

Dosen menulis judul materi yang akan dibahas di papan tulis

bentuk wujud zat dan sifatnya. Setelah itu dosen menyajikan

materi pokok perkuliahan dengan memberikan memberikan

penjelasan-penjelasan materi dengan menggunakan metode

berdiskusi dalam kelompok. Selama proses belajar mengajar

berlangsung dosen banyak memberikan pertanyaan bantuan kepada

mahasiswa dan perhatian pada mahasiswa atau kelompok yang

kelihatan mengalami kesulitan dalam mendiskusikan masalah yang

telah diajukan oleh dosen.

Page 12: Isi Laporan PPL

12

Setelah bekerja dalam kelompok mahasiswa dimohon untuk

menampilkan hasil diskusinya ke depan untuk mendapatkan

masukan dari kelompok-kelompok lain. Dalam hal ini dosen

menjadi fasilitator dalam membetulkan konsep yang sudah

dipahami oleh mahasiswa sehingga konsep yang dipahami oleh

mahasiswa menjadi benar, selain itu dosen juga dapat memberikan

contoh fakta dalam kehidupan sehari-hari sesuai konsep yang

diterima oleh mahasiswa.

Dosen mengakhiri perkuliahan dengan cara memberikan

stimulus/penguatan materi pada mahasiswa melalui post-test yang

berkaitan dengan materi yang telah dipelajari bersama dan tugas di

rumah yang berkaitan dengan materi yang telah dibahas saat itu.

Apabila mahasiswa dapat menjawab dengan benar dan

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen, maka dosen dapat

mengambil kesimpulan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan

itu berhasil dengan baik dan lancar.

b) Perangkat mengajar yang disiapkan oleh dosen antara lain; GBRP,

Silabus, SAP, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja

Siswa, Lembar Tes, Alat dan bahan yang digunakan sebagai media

pendukung proses belajar mengajar.

Page 13: Isi Laporan PPL

13

BAB III

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran IPA.

1. Pendidikan IPA Sekolah Dasar

Sejatinya, melalui pembelajaran dan pengembangan potensi diri

pada pembelajaran IPA siswa akan memperoleh bekal pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan

menyesuaikan diri terhadap fenomena dan perubahan-perubahan di

lingkungan sekitar dirinya, disamping memenuhi keperluan untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pembelajaran dan

pengembangan potensi ini merupakan salah satu kunci keberhasilan

peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam memasuki dunia

teknologi, termasuk teknologi informasi pada era globalisasi. Meskipun

demikian, pencermatan terhadap realitas di lapangan: pada mayoritas

waktu dan tempat, pembelajaran IPA di sekolah dasar masih menunjukkan

sejumlah kelemahan.

Salah satu kelemahan pembelajaran IPA pada mayoritas SD selama

ini adalah bahwa pembelajaran tersebut lebih menekankan pada

penguasaan sejumlah fakta dan konsep, dan kurang memfasilitasi siswa

agar memiliki hasil belajar yang comprehensive. Keseluruhan tujuan dan

karakteristik berkenaan dengan pendidikan IPA SD sebagaimana tertuang

dalam kurikulum pada kegiatan pembelajaran secara umum telah

Page 14: Isi Laporan PPL

14

direduksi menjadi sekedar pemindahan konsep-konsep yang kemudian

menjadi bahan hapalan bagi siswa. Tidak jarang pembelajaran IPA bahkan

dilaksanakan dalam bentuk latihan-latihan penyelesaian soal-soal tes,

semata-mata dalam rangka mencapai target nilai tes tertulis evaluasi hasil

belajar sebagai “ukuran utama” prestasi siswa dan kesuksesan guru dalam

mengelola pembelajaran. Pembelajaran IPA yang demikian jelas lebih

menekankan pada penguasaan sejumlah konsep dan kurang menekankan

pada penguasaan kemampuan dasar kerja ilmiah atau keterampilan proses

IPA. Oleh karena target seperti itu maka guru tidak terlalu terdorong untuk

menghadirkan fenomena-fenomena alam betapa pun melalui alat peraga

sederhana ke dalam pembelajaran IPA. Kondisi objektif bermasalah

lainnya di lapangan saat ini adalah bahwa materi penilaian hasil belajar

untuk mata pelajaran IPA dengan pelaksanaan yang dikordinasikan oleh

Dinas Pendidikan kabupaten/kota masih didominasi dan berfokus pada

penilaian hasil belajar ranah kognitif melalui tes. Oleh karena itu,

penilaian tersebut tidak pernah mengukur sejauh mana kinerja, karya, dan

sikap siswa dalam kegiatan praktikum atau proses inkuiri IPA di SD itu

telah berjalan dengan benar, melainkan yang diukur dan dievaluasi itu

adalah sejauh mana siswa SD menguasai (mengetahui) sejumlah konsep-

konsep IPA yang terdapat dalam buku ajar. Tidak jadi soal dengan cara

apa siswa memperoleh pengetahuan dan penguasaan konsep-konsep

tersebut. Dengan bersandar pada alasan ini lah para guru di SD pada

umumnya "cenderung enggan" menyelenggarakan pembelajaran IPA yang

Page 15: Isi Laporan PPL

15

lebih menuntut siswa terlibat dalam berbagai kegiatan praktikum dan jenis

kegiatan inkuiri lainnya sekurang-kurangnya melalui metode demonstrasi,

karena hal demikian dipandang kurang efektif untuk meningkatkan

penguasaan siswa terhadap konsep-konsep dalam IPA.

2. Hakikat IPA

Cara pandang guru terhadap hakikat (essensi dan karakteristik)

pendidikan IPA akan sangat mempengaruhi profil pembelajaran IPA yang

diselenggarakan guru bersama siswa. Oleh karenanya pemahaman yang

benar tentang karakteristik pendidikan IPA mutlak diperlukan guru.

Karakteristik tersebut sekurang- kurangnya meliputi pengertian dan

dimensi (ruang lingkup) pendidikan IPA.

IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena

alam semesta. Dalam kurikulum pendidikan dasar terdahulu (1994)

dijelaskan pengertian IPA sebagai hasil kegiatan manusia berupa

pengetahun, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar,

yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara

lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Sedangkan

dalam kurikulum 2004 IPA diartikan sebagai cara mencari tahu secara

sistematis tentang alam semesta.

Menurut Hendro dan Jenny (dalam http://www.scribd.com) ucapan

Einstein: Science is the atempt to make the chaotic diversity of our sense

experience correspond to a logically uniform system of thought,

Page 16: Isi Laporan PPL

16

mempertegas bahwa IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat

berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikir yang logis

tertentu, yang dikenal dengan istilah pola berpikir ilmiah.

Untuk membahas hakikat IPA, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan sebagaimana dikemukakan oleh Hardy & Fleer (dalam

http://www.scribd.com) sehingga memungkinkan para guru memahami

IPA dalam perspektif yang lebih luas. Menurut mereka, sekurang-

kurangnya ada 7 ruang lingkup pemahaman IPA sebagaimana berikut.

a. IPA sebagai kumpulan pengetahuan

IPA sebagai kumpulan pengetahuan mengacu pada kumpulan

berbagai konsep IPA yang sangat luas. IPA dipertimbangakan sebagai

akumulasi berbagai pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman

dahulu sampai penemuan pengetahuan yang sangat baru. Pengetahuan

tersebut berupa fakta, teori, dan generalisasi yang menjelaskan alam.

b. IPA sebagai suatu proses penelusuran (investigation)

IPA sebagai suatu proses penelusuran umumnya merupakan

suatu pandangan yang menghubungkan gambaran IPA yang

berhubungan erat dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya.

Dalam kategori ini IPA dipandang sebagai sesuatu yang memiliki

disiplin yang ketat, objektif, dan suatu proses yang bebas nilai.

Page 17: Isi Laporan PPL

17

c. IPA sebagai kumpulan nilai

IPA sebagai kumpulan nilai berhubungan erat dengan

penekanan IPA sebagai proses. Bagaimanapun juga, pandangan ini

menekankan pada aspek nilai ilmiah yang melekat pada IPA. Ini

termasuk di dalamnya nilai kejujuran, rasa ingin tahu, dan keterbukaan.

d. IPA sebagai cara untuk mengenal dunia

Proses IPA dipengaruhi oleh cara dimana orang memahami

kehidupan dan dunia di sekitarnya. IPA dipertimbangkan sebagai suatu

cara dimana manusia mengerti dan memberi makna pada dunia di

sekeliling mereka, selain juga merupakan salah satu cara untuk

mengetahui dunia beserta isinya dengan segala keterbatasannya.

e. IPA sebagai institusi sosial

Ini berarti bahwa IPA seharusnya dipandang dalam pengertian

sebagai kumpulan para profesional, yang melalui IPA mereka didanai,

dilatih dan diberi penghargaan akan hasil karya. Para ilmuwan ini

sangat terikat dengan kepentingan institusi, pemerintah, politik, bahkan

militer.

f. IPA sebagai hasil konstruksi manusia

Pandangan ini menunjuk pada pengertian bahwa IPA

sebenarnya merupakan penemuan dari suatu kebenaran ilmiah

mengenai hakikat semesta alam. Pengetahuan ilmiah ini tidak lain

merupakan akumulasi kebenaran. Hal pokok dalam pandangan ini

Page 18: Isi Laporan PPL

18

adalah IPA merupakan konstruksi pemikiran manusia. Oleh karenanya,

dapat saja apa yang dihasilkan IPA memiliki sifat bias dan sementara.

g. IPA sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari

Orang menyadari bahwa apa yang dipakai dan digunakan untuk

pemenuhan kebutuhan hidup sangat dipengaruhi oleh IPA. Bukan saja

pemakaian berbagai jenis produk teknologi sebagai hasil investigasi dan

pengetahuan, melainkan pula cara bagaimana orang berpikir mengenai

situasi sehari-hari sangat kuat dipengaruhi oleh pendekatan ilmiah

(scientific approach).

Berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai paparan para pakar

tentang ruang lingkup IPA sebagaimana dilakukan oleh T. Sarkim (dalam

http://www.scribd.com) maka hakikat pendidikan IPA dapat dikategorikan

kedalam tiga dimensi yaitu: Dimensi Produk, Dimensi Proses, dan dimensi

sikap. Dimensi produk meliputi konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-

hukum, dan teori-teori di dalam IPA yang merupakan hasil rekaan

manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam bersama dengan

berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Produk IPA (konsep, prinsip,

hukum dan teori) tidak diperoleh berdasarkan fakta semata, melainkan

berdasarkan data yang telah teruji melalui serangkaian eksperimen dan

penyelidikan.

Page 19: Isi Laporan PPL

19

Fakta adalah fenomena alam yang berhasil diobservasi tetapi masih

memungkinkan adanya perbedaan persepsi di antara pengamat (pelaku

observasi). Fakta yang dipersepsi sama oleh setiap observer disebut data.

Bertumpu pada sekumpulan data yang sahih itulah suatu fenomena alam

diabstraksikan ke dalam bentuk konsep. Secara sederhana ada tiga jenis

konsep: konsep teramati, konsep terdefinisi, dan konsep menyatakan

hubungan. Kursi dan ruang kelas adalah contoh konsep teramati. Kita

dapat memahaminya semata-mata dengan menyaksikan bentuk

konkritnya, dan bukan mendefinisikannya. Energi, medan, suhu adalah

contoh konsep terdefinisi. Sedangkan rumus-rumus dan kalimat

matematika adalah contoh konsep menyatakan hubungan. Carin & Sund

(dalam http://www.scribd.com) mengajukan tiga kriteria bagi suatu produk

IPA yang benar. Ketiga kriteria tersebut adalah: (1) mampu menjelaskan

fenomena yang telah diamati atau telah terjadi; (2) mampu memprediksi

peristiwa yang akan terjadi; (3) mampu diuji dengan eksperimen sejenis.

Dimensi proses, yaitu metode memperoleh pengetahuan, yang

disebut dengan metode ilmiah. Metode ini dalam IPA sekarang merupakan

gabungan antara metode induksi dan metode deduksi. Metode gabungan

ini merupakan kegiatan beranting antara deduksi dan induksi, dimana

seorang peneliti mula-mula menggunakan metode induksi dalam

menguhubungkan pengamatan dengan hipotesis. Kemudian, secara

deduksi hipotesis ini dihubungkan dengan pengetahuan yang ada untuk

melihat kecocokan dan implikasinya. Setelah melewati berbagai

Page 20: Isi Laporan PPL

20

perubahan yang dinilai perlu, hipotesis ini kemudian diuji melalui

serangkaian data yang dikumpulkan secara empiris. Metode ilmiah dalam

proses IPA memiliki kerangka dasar prosedur yang dapat dijabarkan

dalam enam langkah: (1) sadar akan adanya masalah dan merumusan

masalah; (2) pengamatan dan pengumpulan data yang relevan; (3)

pengklasifikasian data; (4) perumusan hipotesis; (5) pengujian hipotesis;

dan (6) melakukan generalisasi.

Pada tahap-tahap tersebut terdapat aktivitas-aktivitas yang secara

umum biasa dilakukan oleh para peneliti, yang dikenal dengan

keterampilan proses, yaitu: melakukan observasi, mengukur, memprediksi,

mengklasifikasi, membandingkan, menyimpulkan, merumuskan hipotesis,

melakukan eksperimen, menganalisis data, dan mengkomunikasikan hasil

penelitian. Dalam pengajaran IPA, aspek proses ini muncul dalam bentuk

kegiatan belajar mengajar. Ada tidaknya aspek proses ini sangat

bergantung pada guru.

Dimensi sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai

yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari

atau mengembangkan pengetahuan baru. Sikap dapat diklasifikasi ke dalam

dua kelompok besar. Pertama, seperangkat sikap yang bila diikuti akan

membantu proses pemecahan masalah dan kedua, seperangkat sikap

tertentu yang merupakan cara memandang dunia serta berguna bagi

pengembangan karir di masa yang akan datang (T. Sarkim, dalam

Page 21: Isi Laporan PPL

21

http://www.scribd.com). Sikap yang termasuk dalam kelompok pertama,

antara lain adalah:

a. Kesadaran akan perlunya bukti ketika mengemukakan suatu

pernyataan.

b. Kemauan untuk mempertimbangkan interpretasi/pandangan lain.

c. Kemauan melakukan eksperimen atau kegiatan pengujian lainnya

secara berhati-hati dan menyadari adanya keterbatasan dalam

penemuan keilmuan.

Sedangkan sikap-sikap yang termasuk kelompok kedua adalah:

a. Rasa ingin tahu terhadap dunia fisik/biologis dan cara kerjanya.

b. Pengakuan bahwa IPA dapat membantu pemecahan masalah-masalah

individual dan global.

c. Memiliki rasa antusias untuk menguasi pengetahuan dan metode

ilmiah.

d. Pengakuan pentingnya pemahaman keilmuan dalam masa kini.

e. Mengakui IPA merupakan hasil dan kebutuhan aktivitas manusia.

Wynne Harlen (1987) dalam http://www.scribd.com menjelaskan

sembilan sikap ilmiah yang harus dikembangkan sejak dini pada siswa

sekolah dasar. Pengembangan sikap ilmiah ini bukan melalui ceramah

melainkan dengan memunculkannya ketika siswa terlibat dalam kegiatan

pemecahan masalah. Kesembilan sikap tersebut adalah:

a. Sikap ingin tahu (curiousity).

b. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality).

Page 22: Isi Laporan PPL

22

c. Sikap kerja sama (cooperation).

d. Sikap tidak putus asa (perseverance).

e. Sikap terbuka untuk menerima (open-mindedness).

f. Sikap mawas diri (self critism).

g. Sikap bertanggung jawab (responsibility).

h. Sikap berpikir bebas (independence in thinking).

i. Sikap kedisiplinan diri (self discipline).

Dari keseluruhan uraian tentang hakikat IPA di atas, kiranya cukup

jelas bahwa pendidikan IPA bukan sekedar berisi rumus-rumus dan teori-

teori melainkan suatu proses dan sikap ilmiah untuk mendapatkan konsep-

konsep ilmiah tentang alam semesta.

B. Pembelajaran Kooperatif.

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar

yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur

penting dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) adanya peserta

dalam empat kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya

belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai

(Sanjaya, 2008:242).

Page 23: Isi Laporan PPL

23

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran

dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat

sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,

jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian

dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh

penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang

disyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai

ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya

akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan

keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu

akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk

keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan

yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.

Model pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama,

yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur

insentif kooperatif (cooperative incentive structure) (Sanjaya, 2008:243).

Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja

sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur insentif

kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu

untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif dianggap

sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif, karena melalui struktur

insentif setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong

Page 24: Isi Laporan PPL

24

dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga

mencapai tujuan kelompok.

Jadi, hal yang menarik dari model pembelajaran kooperatif adalah

adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa

peningkatan prestasi belajar peserta didik (student achievement) juga

mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan terhadap

peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik,

penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan pada yang

lain. Menurut Sanjaya (2008:243), Model pembelajaran kooperatif ini

dapat digunakan pada saat:

a. Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping usaha

individual dalam belajar.

b. Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar

saja) untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.

c. Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman

lainnya, dan belajar dari bantuan orang lain.

d. Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan

komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.

e. Jika guru menghendaki meningkatkan motivasi siswa dalam menambah

tingkat prestasi mereka.

f. Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.

Page 25: Isi Laporan PPL

25

2. Karakteristik dan Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kooperatif

a. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan model

pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses

pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama

dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan

akademik dalam pengertian penguasaan bahan pembelajaran, tetapi

juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut.

Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran

kooperatif.

Slavin, dkk (dalam Sanjaya, 2008:244) berpendapat bahwa

belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif,

yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan

kognitif, dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif motivasi artinya

bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan

setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian,

keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan

kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota

kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya.

Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap

siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka

menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan.

Bekerja secara tim dengan mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh

Page 26: Isi Laporan PPL

26

kelompok, merupakan iklim yang bagus, dimana setiap anggota

kelompok menginginkan semuanya memeroleh keberhasilan.

Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan

adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan

prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi

kognitif, artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami

dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.

Dengan demikian, karakteristik model pembelajaran kooperatif

dijelaskan sebagai berikut:

1) Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim.

Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu,

tim harus mampu untuk membuat setiap siswa belajar. Semua

anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan

pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.

Setiap kelompok bersifat heterogen. Artinya, kelompok

terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis

kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda. Hal ini

dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling

memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima,

sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan kontribusi

terhadap keberhasilan kelompok.

Page 27: Isi Laporan PPL

27

2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai

empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi,

fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol (Sanjaya, 2008:245).

Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Fungsi

perencanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif

memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran

berjalan secara efektif, misalnya tujuan apa yang harus dicapai,

bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk

mencapai tujuan itu dan lain sebagainya. Fungsi pelaksanaan

menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan

sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah

pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-

ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi

menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan

bersama antara antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu

perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok.

Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran

kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes

maupun non tes.

Page 28: Isi Laporan PPL

28

3) Kemauan untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh

keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja

sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif.

Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan

tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan

perlunya saling membantu. Misalnya, yang pintar perlu membantu

yang kurang pintar.

4) Keterampilan Bekerja Sama

Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan

melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam

keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu

didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi

dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai

hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap

siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan

memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.

b. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kooperatif

Terdapat empat prinsip dasar model pembelajaran kooperatif,

seperti dijelaskan sebagai berikut:

1) Prinsip ketergantungan positif (Positive Interdependence)

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu

penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang

Page 29: Isi Laporan PPL

29

dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu

disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian

tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing

anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan

merasa saling ketergantungan.

Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap

anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai

dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan

dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat

ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin

bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tak bisa

menyelesaiakan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerja sama

yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota

kelompok yang mempunyai kemampuan lebih, diharapakan mau

dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugas.

2) Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability)

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang

pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada

setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki

tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus

memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya.

Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian

Page 30: Isi Laporan PPL

30

terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa

berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.

3) Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction)

Model pembelajaran kooperatif memberikan ruang dan

kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk

bertatap muka saling memberikan informasi dan saling

membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan

pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk

bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan

kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan

masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara

heterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan

kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan

menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar

anggota kelompok.

4) Partisipasi dan Komunikasi (Perticipation Communication)

Model pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat

mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemamuan ini

sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di

masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif,

guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi.

Tidak setiap siswa mempunyai kemampuan berkomunikasi,

misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara,

Page 31: Isi Laporan PPL

31

padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh pertisipasi setiap

anggotanya.

Untuk dapat melakukan partisispasi dan komunikasi, siswa

perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi.

Misalnya, cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah

pendapat orang lain secara santun, tidak menjatuhkan orang lain;

cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik

dan berguna.

Keterampilan berkomunikasi memang memerlukan waktu.

Siswa tidak mungkin dapat menguasainya dalam waktu singkat.

Oleh sebab itu, guru perlu terus melatih dan melatih sampai pada

akhirnya setiap siswa memiliki kemampuan untuk menjadi

komunikator yang baik.

3. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sanjaya (2008:246), prosedur pembelajaran kooperatif

pada prinsipnya terdiri dari atas empat tahap, yaitu: (1) penjelasan

materi; (2) belajar dalam kelompok; (3) penilaian; (4) pengakuan tim.

a. Penjelasan Materi

Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian

pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam

kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa

terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan

gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang

Page 32: Isi Laporan PPL

32

selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran

kelompok (tim). Pada tahap ini guru dapat menggunakan metode

ceramah, curah pendapat, dan tanya jawab, bahkan kalau perlu guru

dapat menggunakan demonstrasi. Di samping itu, guru juga dapat

menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses

penyampaian dapat lebih menarik siswa.

b. Belajar dalam kelompok

Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-

pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada

kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya.

Pengelompokan dalam model pembelajaran kooperatif bersifat

heterogen, artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-

perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan gender, latar belakang

agama, sosial-ekonomi, dan etnik, serta perbedaan kemampuan

akademik. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok

pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan

akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu

lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang (Anita Lie

dalam Sanjaya, 2008:248). Selanjutnya, Lie menjelaskan beberapa

alasan lebih disukainya pengelompokan heterogen. Pertama,

kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar

(peer tutoring dan saling mendukung). Kedua, kelompok ini

meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnis, dan

Page 33: Isi Laporan PPL

33

gender. Terakhir, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan

kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan

akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga

orang. Melalui pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk

melakukan tukar-menukar informasi dan pendapat, mendiskusikan

permasalahan secara bersama, membandingkan jawaban mereka, dan

mengoreksi yang kurang tepat.

c. Penilaian

Penilaian dalam model pembelajaran kooperatif bisa dilakukan

dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual

maupun secara kelompok. Tes Individual nantinya akan memberikan

informasi kemampuan setiap siswa; dan tes kelompok akan

memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir

setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai

setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini

disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya

yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.

d. Pengakuan Tim

Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang

dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk

kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan

pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim

Page 34: Isi Laporan PPL

34

untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain

untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.

4. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Stahl (dalam Latif, 2007:6) bahwa ciri-ciri model

pembelajaran kooperatif adalah :

a. Belajar dengan teman

b. Tatap muka antar teman

c. Mendengarkan diantara anggota

d. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok

e. Belajar dalam kelompok kecil

f. Produktif berbicara atau mengemukakan pendapat

g. Siswa membuat keputusan

h. Siswa aktif

Sedangkan menurut Johnson (dalam Latif, 2007:6), belajar

dengan kooperatif mempunyai ciri :

a. Saling ketergantungan yang positif

b. Dapat dipertanggungjawabkan secara individu

c. Heterogen

d. Berbagi kepemimpinan

e. Berbagi tanggung jawab

f. Ditekankan pada tugas dan kebersamaan

g. Mempunyai ketrampilan dalam berhubungan sosial

h. Guru mengamati

Page 35: Isi Laporan PPL

35

i. Efektifitas tergantung kepada kelompok

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar,

mengemukakan pendapat dan membuat keputusan secara bersama.

b. Kelompok siswa yang dibentuk merupakan percampuran yang

ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin, dan kemampuan

belajar.

c. Panghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok.

Menurut Ibrahim (dalam Latif, 2007:7) unsur-unsur dalam

pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

a. Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka sehidup

sepenanggungan bersama.

b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam

kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya

memiliki tujuan yang sama.

d. Siswa haruslah berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama

diantara anggota kelompoknya.

e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan

yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan

keterampilan untuk belajar bersama dalam proses belajarnya.

Page 36: Isi Laporan PPL

36

g. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

5. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim (dalam Isjoni, 2010:27) pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan

yang hendak dicapai :

a. Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja

siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli yang berpendapat

bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu

siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.

b. Pengakuan adanya keragaman

Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat

menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam

perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan

suku, agama, kemampuan akademik dan tingkat sosial.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud

dalam pembelajaran kooperatif adalah berbagi tugas, aktif

bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide

atau pendapat, dan bekerja sama dalam kelompok.

Page 37: Isi Laporan PPL

37

6. Fase-Fase Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif memiliki enam fase utama, seperti

disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua

tujuan pelajaran yang ingin

dicapai pada pelajaran tersebut

dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi

kepada siswa dengan jalan

demonstrasi

atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke

dalam kelompok-kelompok

belajar

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok

agar melakukan transisi secara

efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja

dan belajar

Guru membimbing kelompok-

kelompok belajar pada saat

mereka mengerjakan tugas

mereka.

Fase 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang telah

dipelajari atau masing-masing

kelompok mempresentasekan

hasil kerjanya.

Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk

Page 38: Isi Laporan PPL

38

Memberikan penghargaan

menghargai baik upaya hasil

belajar individu maupun

kelompok.

(Suprijono, 2010:65)

7. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif

Manfaat-manfaat model pembelajaran kooperatif bagi siswa

dengan hasil belajar yang rendah, antara lain Linda Lundgren dalam

Ibrahim (dalam Latif, 2007:9) adalah :

a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

b. Memperbaiki kehadiran

c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar

d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

e. Konflik antar pribadi berkurang

f. Pemahaman yang lebih mendalam

g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

h. Hasil belajar lebih tinggi

C. Prestasi Belajar

Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan

belajar. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1989:700) prestasi diartikan

sebagai yang telah dicapai (telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)..

Menurut Arifin (dalam Latif, 2007:4) prestasi berarti hasil usaha. Dalam

hubungannya dengan usaha belajar, prestasi berarti hasil belajar yang dicapai

oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar pada kurun waktu tertentu.

Prestasi belajar siswa mampu memperlihatkan perubahan-perubahan dalam

Page 39: Isi Laporan PPL

39

bidang pengetahuan/pengalaman dalam bidang keterampilan, nilai dan sikap.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi

merupakan hasil usaha yang telah dicapai oleh seseorang sedangkan prestasi

belajar adalah hasil yang dapat dicapai oleh seseorang setelah melakukan

kegiatan belajar dalam kurun waktu tertentu. Seorang siswa yang telah

melakukan kegiatan belajar IPA, dapat diukur prestasinya setelah melakukan

kegiatan belajar tersebut dengan menggunakan suatu alat evaluasi. Jadi

prestasi belajar IPA merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah

mempelajari IPA dalam kurun waktu tertentu dan diukur dengan

menggunakan alat evaluasi (tes).

Sementara itu Muhibbin Syah (dalam http://www.scribd.com)

mengutip pendapat beberapa pakar psikologi tentang definisi belajar, di

antaranya adalah:

a. Skinner, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya educational

Psychology : The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar

adalah suau proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang

berlangsung secara progresif (a process of progressive behavior

adaptation). Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa

proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia

diberi penguat (reinforce).

Page 40: Isi Laporan PPL

40

b. Dalam Dictionary of Psychology, Chaplin memberikan batasan belajar

dengan dua rumusan. Rumusan pertama berbunyi : …..acquisition of any

relatively permanent change in behavior as a result of practice and

experience. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative

menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan

kedua : ..process of acquiring responses as a result of special

practice,belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat

adanya latihan khusus.

c. Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory

berpendapat Learning is change in organism due to experience which can

affect the organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan

yang terjadi dalam diri organism (manusia dan hewan) disebabkan oleh

pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organism tersebut.

Jadi, dalam pandangan Hitzman, perubahan yang ditimbulkan oleh

pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi

organisme.

d. Wittig dalam bukunya, Psychology of Learning, Wittig mendefinisikan

belajar sebagai : any relatively permanent change in an organisme’s

behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Belajar ialah

perubahan yang relatif menetap terjadi dalam segala macam/keseluruhan

tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.

Page 41: Isi Laporan PPL

41

e. Reber dalam kamusnya, Dictionary of Psychology, membatasi belajar

dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The process of

accuiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Pengertian

ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif

yang oleh sebagian ahli dipandang kurang representatif karena tidak

mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif. Kedua, belajar

adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs

as a result of reinforced practise, yakni suatu perubahan kemampuan

bereaksi yang relatif permanen sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial dan perlu

disoroti untuk memahami proses belajar, yakni :

1) Relatively permanent, yang secara umum menetap

2) Respons Potentiality, kemampuan bereaksi

3) Reinforce, penguatan

4) Practise, praktik atau latihan

f. Biggs dalam pendahuluan Teaching of Learning, Biggs mendefinisikan

belajar dalam tiga rumusan, yaitu : rumusan kuantitatif; rumusan

institusional; rumusan kualitatif. Dalam rumusan-rumusan ini, kata-kata

seperti perubahan dan tigkah laku tidak lagi disebut secara eksplisit

mengingat kedua istilah ini sudah menjadi kebenaran umum yang

diketahui semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan.

Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan

pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta

Page 42: Isi Laporan PPL

42

sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut

berapa banyak materi yang dikuasai siswa.

Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai

proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas

materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukan

siswa telah belajar dapat diketahui sesuai dengan proses mengajar.

Ukurannya semakin baik mutu guru mengajar akan semakin baik pula

mutu perolehan pelaku belajar yang kemudian dinyatakan dalam skor.

Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses

memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara

menafsirkan dunia disekeliling pelaku belajar. Belajar dalam pengertian

ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas

untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi pelaku

belajar.

Abu Muhammad Ibnu Abdullah (dalam http://www.scribd.com),

beliau mengutip pendapat beberapa pakar dalam menjabarkan pengertian

belajar, di antaranya adalah:

a. W.S. Winkel (1991:36) dalam bukunya yang berjudul Psikologi

Pengajaran. Menurutnya, pengertian belajar adalah suatu aktivitas

mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan

yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat

secara relatif konstan dan berbekas”.

Page 43: Isi Laporan PPL

43

b. S. Nasution MA (1982:68) mendefinisikan belajar sebagai perubahan

kelakuan, pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa suatu perubahan

pada diri individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai

sejumlah pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk

kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri. Dalam

hal ini meliputi segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar.

c. Sedangkan Mahfud Shalahuddin (1990: 29) dalam buku: “Pengantar

Psikologi Pendidikan”, mendefinisikan belajar sebagai suatu proses

perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui

prosedur latihan. Perubahan itu sendiri berangsur-angsur dimulai dari

sesuatu yang tidak dikenalnya, untuk kemudian dikuasai atau dimilikinya

dan dipergunakannya sampai pada suatu saat dievaluasi oleh yang

menjalani proses belajar itu.

d. Supartinah Pakasi (1981:41) dalam buku: “Anak dan Perkembangannya,”

mengatakan pendapatnya antara lain: 1) Belajar merupakan suatu

komunikasi antar anak dan lingkungannya; 2) Belajar berarti mengalami;

3) Belajar berarti berbuat; 4) Belajar berarti suatu aktivitas yang bertujuan;

5) Belajar memerlukan motivasi; 6) Belajar memerlukan kesiapan pada

pihak anak; 7) Belajar adalah berpikir dan menggunakan daya pikir; dan 8)

Belajar bersifat integratif.

Bertolak dari berbagai definisi yang telah diuraikan para pakar

tersebut, secara umum belajar dapat dipahami sebagai suatu tahapan

perubahan seluruh tingkah laku inividu yang relatif menetap (permanent)

Page 44: Isi Laporan PPL

44

sebagai hasil pengalaman. Sehubungan dengan pengertian itu perlu

ditegaskan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat

proses kematangan (maturation ), keadaan gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak

dapat dipandang sebagai hasil proses belajar. Berdasarkan hal tersebut dapat

diambil sebuah kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku individu yang relatif menetap (permanent) sebagai hasil atau

akibat dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan

proses kognitif, afektif dan psikomotor.

Istilah menetap (permanent) dalam definisi ini mensyaratkan bahwa

segala perubahan yang bersifat sementara tidak dapat disebut sebagai hasil

atau akibat dari belajar. Demikian pula istilah pengalaman, ia menafikan

keterkaitan antara belajar dengan segala tingkah laku yang merupakan hasil

dari proses kematangan (maturation) fisik atau psikis. Sehingga kemampuan-

kemampuan yang disebabkan oleh kematangan fisik atau psikis tidak dapat

disebut sebagai hasil dari belajar.

Adapun yang dimaksud dengan prestasi belajar atau hasil belajar

menurut Muhibbin Syah, sebagaimana yang dikutip oleh Abu Muhammad

Ibnu Abdullah (dalam http://www.scribd.com) adalah “taraf keberhasilan

murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah atau pondok

pesantren yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes

mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah “penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,

Page 45: Isi Laporan PPL

45

lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh

guru”.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau

usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan

alat atau tes tertentu. Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi

belajar adalah tingkat keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses

pembelajaran tentang materi tertentu, yakni tingkat penguasaan, perubahan

emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes

tertentu dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau skor.

Page 46: Isi Laporan PPL

46

BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Pra Praktek Mengajar

Sebelum melaksanakan program pengalaman lapangan (PPL)

terlebih dahulu mengadakan pertemuan dengan ketua jurusan PGSD Drs.

Supriyono, MM. yang difasilitatori oleh ketua program studi pendidikan

dasar program pascasarjana Universitas negeri Surabaya Ibu Dr. Wahyu

Sukartiningsih, M.Pd. untuk membahas program pelaksanaan, pembagian

guru pamong, dan serah terima mahasiswa pascasarjana PPL kepada ketua

jurusan prodi PGSD.

Ketua jurusan menunjuk dosen pamong sesuai dengan konsentrasi

masing-masing. Konsentrasi IPA diasuh oleh Dr. Suryanti, M.Pd., Drs.

Mintohari, M.Pd., dan Julianto, S.Pd., M.Pd. yang selanjutnya memilih

pamong dan dilanjutkan dengan mengadakan pertemuan dengan pamong

masing-masing untuk membahas jadwal mengajar, SAP, materi, dan

pelaksanaannya di lapangan.

Sesuai hasil kesepakatan maka praktik mengajar dilaksanakan

sebanyak 3 kali pertemuan untuk membahas materi konsep dasar IPA.

Untuk praktek mengajar kami diberi kepercayaan oleh dosen pamong

untuk mengajar mata pelajaran IPA ke-SD-an kelas tinggi. Pada pertemuan

yang ketigadilakukan ujian PPL. Masing-masing pertemuan diberikan

waktu 2x35 menit. Praktik mengajar dilaksanakan pada kelas D dan C

Page 47: Isi Laporan PPL

47

angkatan 2010. Jadwal perkuliahan hari Selasa mulai pukul 14.00 – 15.10

ruang O2.3.02 dan hari Rabu pukul 08.40-10.20 waktu tersebut

dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2012.

B. Praktek mengajar

Dalam proses pembelajaran berlangsung dosen pamong selalu

mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa PPL baik

secara langsung maupun tidak langsung, dan setelah itu memberi masukan

hal-hal yang perlu diperbaiki dalam proses pembelajaran berikutnya,

sehingga proses pembelajaran menjadi lebih baik dan bervariasi. Selain

dosen pamong sebagai pengamat dalam proses pembelajaran ada juga

mahasiswa pasca sarjana dari kelas KALTIM yang mengamati proses

pembelajaran sebagai tugas observasi.

Praktek mengajar diterapkan melalui model kooperatif dengan

pendekatan kontekstual melalui metode ceramah, diskusi, percobaan, dan

tanya jawab. Media yang digunakan adalah alat percobaan sederhana,

gambar, kartu yang sesuai dengan pokok bahasan, ternyata membuat

respon mahasiswa meningkat lebih baik, hal ini dapat dilihat antusias dan

keaktifan mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran respon mahasiswa sangat luar biasa,

mahasiswa aktif bertanya dan memberikan masukan sehingga proses

pembelajaran berlangsung sesuai dengan Satuan Acara Perkuliahan (SAP)

yang sudah dibuat dengan penyesuaian dan inovasi.

Page 48: Isi Laporan PPL

48

Pertanyaan yang bersifat realitas permasalahan dan teori pun

terlontar dari mereka sehingga mahasiswa PPL dan mahasiswa S-1 PGSD

dapat saling bertukar informasi pengetahuan. Pertanyaan selalu timbul

setiap proses pembelajaran berlangsung, hal ini menandakan bahwa proses

pembelajaran berjalan dengan baik.

C. Evaluasi Pengajaran

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan

pengajaran. Adapun evaluasi yang dilakukan selama praktek pengajaran di

kelas dilakukan melalui :

1. Evaluasi tingkat partisipasi selama proses belajar mengajar atau

(kegiatan kelompok)

2. Ujian Tengah Semester

3. Penugasan

1. Evaluasi tingkat partisipasi selama proses belajar mengajar

Partisipasi mahasiswa menjadi bagian tidak terpisahkan dalam

proses belajar mengajar. Karena itu, partisipasi mahasiswa akan

menjadi bagian integral penilaian dan evaluasi. Aspek yang menjadi

perhatian utama dalam menentukan nilai partisipasi adalah kehadiran

mahasiswa, sikap selama proses belajar mengajar, dan keberanian

dalam mengutarakan ide, gagasan, atau pertanyaan yang relevan

dengan materi yang sedang dibahas. Keaktifan dalam berdiskusi

Page 49: Isi Laporan PPL

49

kelompok juga menjadi point yang penting, karena dengan bekerja di

dalam kelompoknya masing-masing, maka mahasiswa mampu

bertukar pikiran atau menjadi tutor sebaya diantara anggota

kelompoknya. Bobot dari nilai partisipasi adalah 2 point.

2. Ujian Tengah Semester

Maksud dan tujuan diadakan ujian tengah semester adalah

melihat kondisi kesiapan mahasiswa dalam menerima materi selama

tiga bulan pertama. kondisi seperti ini terutama untuk mengukur

kekuatan dan kelemahan seseorang mahasiswa dalam rangka

memperbaiki penguasaan atau kemampuan mahasiswa dalam suatu

materi dalam pembelajaran. Penyelenggaraan ujian tengah semester

ini dimaksudkan untuk :

(1) menilai apakah mahasiswa telah memahami atau menguasai

bahan-bahasan yang disajikan dalam kuliah,

(2) mengelompokkan mahasiswa ke dalam beberapa golongan

berdasarkan kemampuan,

(3) menilai apakah bahan kuliah disajikan sesuai dalam kurikulum,

dan apakah cara penyajian dosen cukup baik.

(4) Refleksi terhadap pengajaran dosen yang telah dilakukan

Ujian tengah semester diadakan setelah selesai pembahasan

beberapa pokok bahasan sesuai dengan Satuan Acara Perkuliahan

Page 50: Isi Laporan PPL

50

(SAP). Ujian dapat dilaksanakan dalam bentuk ujian tertulis. Bobot

nilai Ujian Tengah Semester adalah 2 point.

Adapun soal Ujian Tengah semester adalah sebagai berikut:

(1) “Filsafat dapat dikatakan merupakan induk atau sumber dari

berbagai macam ilmu pengetahuan, bahkan IPS termasuk di

dalamnya” jelaskan secara rinci pernyataan tersebut! (Bobot 15)

(2) Berikan penjelasan disertai contoh perbedaan pengertian fakta,

konsep, dan generalisasi dalam ilmu pengetahuan sosial! (Bobot

15)

(3) Konsep-konsep apa saja dari setiap ilmu sosial yang memberikan

sumbangan bagi ilmu pengetahuan sosial, berikan penjelasan

menurut pendapat anda! (Bobot 20)

(4) Jelaskan salah satu konsep dasar geografi! (Bobot 10)

(5) Jelaskan implementasi konsep dasar ekonomi dalam kehidupan

masyarakat! (Bobot 20)

(6) Jelaskan implementasi konsep-konsep sosiologi tersebut dalam

kehidupan sosial masyarakat! (Bobot 20)

3. Penugasan

Penugasan diberikan kepada mahasiswa dalam bentuk laporan

kelompok. Isi laporan adalah materi presentasi yang telah direvisi

dengan memperhatikan masukan-masukan dari peserta diskusi,

sekaligus bahan presentasi (powerpoint). Selanjutnya laporan

Page 51: Isi Laporan PPL

51

kelompok tersebut dikumpulkan dan dibuat portofolio. Sedangkan

bahan presentasi djadikan satu dalam bentuk CD portofolio. Bobot

nilai tugas adalah 3 point

Portofolio merupakan sekumpulan informasi pribadi yang

merupakan catatan dan dokumentasi atas pencapaian prestasi

seseorang dalam pendidikannya

Setiap portofolio berisi karya terpilih dari satu kelas peserta

didik secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif memilih,

membahas, mencari data mengelolah, menganalisa dan mencari

pemecahan terhadap suatu masalah yang dikaji

Menurut Barton dan Collin (1997) semua objek portofolio atau

evidence dibedakan menjadi empat, yaitu:

1. Hasil karya peserta didik (artifacts), yaitu hasil kerja peserta

didik yang dihasilkan kelas

2. Reproduksi (reproducktion), yaitu hasil kerja peserta didik yang

dikerjakan diluar kelas

3. Pengesahan (attestations) yaitu pernyataan dan hasil

pengamatan yang dilakukan oleh pendidik atau pihak lainnya

tentang peserta didik

4. Produksi (productions) yaitu hasil kerja peserta didik yang

dipersiapkan khusus untuk portofolio

Page 52: Isi Laporan PPL

52

D. Pelaporan

Setelah praktek mengajar selesai dilaksanakan yaitu sebanyak tiga

kali, mahasiswa PPL konsentrasi IPA melakukan diskusi pembahasan

laporan yang akan dibuat sesuai dengan pedoman PPL dari pasca sarjana

program studi Pendidikan Dasar. Setelah itu menyusun laporan individu

dan laporan kelompok. Sesuai dengan praktik mengajar yang sudah

dilaksanakan.

E.

Page 53: Isi Laporan PPL

53

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Program Pengalaman Lapangan (PPL) mahasiswa S2 pendidikan dasar

Program Pascasarjana Unesa dilaksanakan di jurusan S1 PGSD Universitas

Negeri Surabaya. Adapun kegiatan selama PPL dibagi menjadi empat tahap

yaitu tahap Pra Praktek Mengajar, Tahap Praktek Mengajar, Tahap Evaluasi,

dan Tahap Pelaporan

Pada tahap Para Praktek Mengajar, mahasiswa PPL bertemu dengan

dosen pamong untuk membicarakan teknis PPL dan hal-hal yang harus

dilakukan selama PPL. Pada tahap Praktek Mengajar, mahasiswa PPL terjun

langsung ke kelas untuk melakukan Kegiatan Belajar mengajar. Lama praktek

adalah 6 kali tatap muka. Selanjutnya Mahasiswa PPL melakukan evaluasi

baik evaluasi terhadap mahasiswa S1 PGSD maupun evaluasi diri. Dan yang

terakhir adalah menyusun laporan PPL baik individu maupun kelompok.

Dalam Praktek mengajar, mata kuliah yang dibawakan adalah Konsep

Dasar IPA orientasi konsep IPA 3 ke SD-an kelas tinggi. Selama

melaksanakan PPL, pembelajaran berlangsung dengan lancar sesuai dengan

tujuan pembelajaran. Mahasiswa PPL selaku dosen dan mahasiswa S1 PGSD

dapat menempatkan diri sesuai tugas masing-masing sehingga pembelajaran

menjadi efektif.

Page 54: Isi Laporan PPL

54

B. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan sebagai mahasiswa S2 pendidikan

dasar yang telah melaksanakan PPL adalah :

1. Materi Konsep Dasar IPA 3 di kelas yang pembelajarannya

dilaksanakan di semester pertama pada kelas C dan D 2010 belum

mempunyai handout pembelajaran. Handout akan membantu

mahasiswa dalam menyiapkan diri untuk mengikuti perkuliahan

dengan lebih baik karena di dalam handout itu sendiri berisikan

substansi dari materi pembelajaran.

2. Dalam satu kelas sebaiknya tidak terlalu banyak mahasiswa. Terlalu

banyak mahasiswa akan mengurangi keefektifan belajar di kelas

3. Lebih ditanamkan pendidikan berkarakter pada mahasiswa PGSD

sehingga mahasiswa benar-benar memiliki karakter sebagai pendidik.

Sebaiknya tidak hanya kemampuan akademik mahasiswa yang

diprioritaskan tetapi karakter mahasiswa sebagai calon pendidik juga

harus diperhatikan agar tercipta tenaga pendidik yang unggul,

kompeten, dan profesional.

Harapan penulis, Jurusan S1 PGSD dapat mencetak calon-calon guru

SD yang berkualitas dan memiliki karakter seorang pendidik demi

tercapainya tujuan pendidikan di masa sekarang, esok, dan yang akan datang.