BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 14/2005 tentang guru dan dosen membawa nuansa baru dalam bidang pendidikan di Indonesia. Pasal 8 dan 9 dalam undang-undang tersebut menetapkan bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik yang diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat, sedangkan tenaga pengajar guru tersebut harus minimal lulus pendidikan S-2. Hal ini sejalan dengan ketentuan dalam PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang menetapkan bahwa kualifikasi akademik seorang pendidik mulai dari pendidikan Anak Usia Dini sampai SMA atau sederajat adalah minimal S-1 atau D-IV. Ketentuan seperti ini tentu membawa perubahan yang sangat besar bagi pendidikan guru, termasuk bagi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Oleh sebab itu, program
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang No. 14/2005 tentang guru dan dosen membawa
nuansa baru dalam bidang pendidikan di Indonesia. Pasal 8 dan 9 dalam
undang-undang tersebut menetapkan bahwa guru harus memiliki kualifikasi
akademik yang diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau
program diploma empat, sedangkan tenaga pengajar guru tersebut harus
minimal lulus pendidikan S-2. Hal ini sejalan dengan ketentuan dalam PP No.
19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang menetapkan bahwa
kualifikasi akademik seorang pendidik mulai dari pendidikan Anak Usia Dini
sampai SMA atau sederajat adalah minimal S-1 atau D-IV. Ketentuan seperti
ini tentu membawa perubahan yang sangat besar bagi pendidikan guru,
termasuk bagi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Oleh sebab itu,
program pascasarjana UNESA mengadakan Program Pengalaman Lapangan
(PPL) di dua tempat untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan Dasar yaitu
pertama di SDI Raudlatul Jannah untuk melakukan observasi pembelajaran
SD di kelas dan kedua di Kampus UNESA Lidah Wetan Jurusan S-1 PGSD
untuk melakukan praktek mengajar di kelas. Dengan demikian mahasiswa
tahu benar akan pembelajaran di SD dan ditingkat Perguruan Tinggi, dari
pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari kegiatan pemantapan praktek
lapangan ini diharapkan mahasiswa lebih berinovasi dalam pelaksanaan
2
pembelajaran di kelas yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu
pendidikan.
B. Tujuan
1. Untuk menerapkan materi yang telah diterima di perkuliahan.
2. Untuk memahami proses kegiatan pembelajaran di Perguruan Tinggi
yang berkaitan dengan ke-SD-an.
3. Memahami karakteristik mahasiswa PGSD.
4. Mengembangkan perangkat pembelajaran untuk pembelajaran ditingkat
Perguruan Tinggi.
C. Objek/Sasaran Kegiatan
Adapun sasaran dari kegiatan PPL ini adalah mahasiswa S-1 PGSD FIP
UNESA yang ada di kampus Lidah Wetan.
3
BAB II
PROFIL LEMBAGA
A. Sejarah Lembaga (PGSD)
Universitas Negeri Surabaya di kampus Lidah Wetan adalah
bagunan kuno yang dimanfaatkan sejak tahun 1990. Awal digunakan
sebagai perkuliahan mahasiswa SGO (Sekolah Guru Olahraga). Namun
lambat laun beralih fungsi menjadi ruang perkuliahan mahasiswa PGSD
Unesa. Di ruang yang berseberangan tampak pula aktifitas pembelajaran
siswa SMP Unesa 2 dan SMAN 4 Surabaya. Lahannya yang gersang dan
kurang perawatan, serta berbaurnya mahasiswa dengan siswa SMP dan
SMA membuat tidak banyak orang yang tahu bahwa Unesa mempunyai
kampus di jalan Moestopo Surabaya. Seiring dengan perkembangan dari
tahun ke tahun Unesa memiliki 2 kampus di 2 tempat yaitu di ketintang
dan di Lidah Wetan. Untuk di ketintang ditempati oleh FT, FMIPA, FE,
FIS dan di Lidah Wetan FIP, FBS, FIK. Untuk PGSD bernaung dibawah
bendera FIP jurusan PGSD.
Program studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
Negeri Surabaya didirikan dengan tujuan menghasilkan tenaga guru
Sekolah Dasar yang memiliki kualifikasi dan kompetensi seperti yang
dirumuskan pada tujuan institusional Unesa dan memiliki kekhasan
mengetahui pengetahuan dasar situasi pengajaran dan pembelajaran di
sekolah dasar secara komprehensif, mantap dan mendalam, sehingga dapat
4
menerapkan dan mengembangkan kemampuannya dan menyesuaikan diri
dengan berbagai situasi dan perubahan.
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, program S1 PGSD Unesa
memiliki visi dan misi sebagai berikut :
Visi
Unggul dalam IPTEKS pendidikan dasar dan penyiapan calon guru yang
professional
Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan calon guru SD/MI berkualifikasi
akademik sarjana.
2. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan program pendidikan guru
SD/MI untuk menghasilkan calon guru yang profesional.
3. Mengembangkan ilmu pendidikan dan berbagai disiplin ilmu untuk
menunjang pengembangan pendidikan dasar.
4. Menjalin kemitraan dengan stakeholders untuk meningkatkan kualitas
penyelenggaraan program dan lulusan dalam rangka menjamin
kesesuaian lulusan dengan kebutuhan pendidikan dasar.
5. Menghasilkan lulusan calon guru SD/MI yang berkualitas, didasari
oleh iman dan taqwa, berwawasan IPTEKS, kewirausahaan, nilai jual,
dan mampu melakukan inovasi pendidikan secara berkelanjutan.
5
Tujuan
1. Menghasilkan calon guru SD/MI yang memiliki kualifikasi sarjana dan
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
2. Melakukan berbagai inovasi pendidikan melalui kegiatan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat untuk pengembangan pendidikan
dasar.
3. Menjalin kerjasama dengan stakeholders untuk menghasilkan calon
guru SD/MI yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan pendidikan
dasar.
4. Menghasilkan lulusan yang mampu mengembangkan kemampuan
kewirausahaan untuk meningkatkan kualitas hidup di masyarakat.
Sasaran Jurusan
1. Menghasilkan calon guru SD berkualifikasi akademik sarjana dan
calon guru yang profesional didasari oleh iman dan taqwa dan
berwawasan IPTEKS,
2. Pengembangan ilmu dan berbagai ilmu pendidikan; dan
3. Terjalinnya kemitraan dengan stakeholders yang berkesinambungan.
6
Strategi pencapaiannya
1. Meningkatkan kualitas perkuliahan dengan menyediakan media yang
layak, sarana dan prasarana perkuliahan yang memadai, menambah
koleksi pustaka, penyediaan alat dan bahan laboratorium yang
memadai, peningkatan kompetensi dan kualifikasi dosen dan tenaga
penunjang.
2. Pengembangan ilmu dan berbagai ilmu pendidikan dengan melakukan
studi lanjut, penelitian, magang, shortcourse, seminar, dan pelatihan
yang sesuai dengan bidang ilmu terkait.
3. Melakukan promosi ke dinas pendidikan di tingkat kabupaten/kota dan
yayasan terkait peningkatan kompetensi guru dan kualifikasi akademik
guru. Selain itu juga membuat proposal hibah kompetensi yang
diluncurkan oleh Ditjen Dikti
7
B. Manajemen Lembaga (PGSD)
SENAT FAKULTAS DEKAN FIP
PD IPD II
PD III
KABAG TATA USAHA
KASUBAG
UNIT PENUNJANG KAJUR PGSD
SEKJUR PGSD MAJELIS URUSAN
DOSENKETUA LAB
MAHASISWA
Keterangan:
Garis Koordinasi
Garis Komando
8
C. Kinerja Lembaga
1. Kinerja Umum PGSD
a. Administrasi kelas
Administrasi kelas adalah tata usaha yang meliputi tentang
adminiatrasi yang berkaitan dengan mahasiswa dalam upaya
pengembangan potensi yang diupayakan di dalam kelas.
Pengadministrasian kelas diantaranya;
1) Daftar hadir mahasiswa
Buku yang digunakan untuk mengetahui kehadiran
mahasiswa dalam setiap harinya sehingga dosen dapat
mengetahui dan mengambil tindakan terhadap sikap mahasiswa.
2) Daftar hadir dosen
Daftar yang digunakan untuk mengetahui kehadiran
dosen dalam mengajar di kelas dan sebagai alat pemantau oleh
jurusan serta fakultas tentang keaktifan dosen setiap harinya.
3) Jadwal mata kuliah
Suatu daftar yang berkaitan dengan mata kuliah yang
diterima oleh mahasiswa setiap hari dalam satu minggu dan
nama dosen yang mengajar.
4) Perangkat media pembelajaran
Suatu peralatan yang digunakan untuk menunjang
kegiatan perkuliahan di kelas yang meliputi; almari untuk
menyimpan hasil karya mahasiswa, OHP untuk media
9
transparansi, LCD & Laptop untuk media alternatif elektronik,
buku ke-SD-an yang relevan dengan materi yang dijelaskan, dll.
b. Administrasi Jurusan PGSD
Pengadministrasian Jurusan PGSD UNESA dibagi menjadi
beberapa ruang lingkup yaitu;
1) Administrasi program pengajaran terdiri dari
Penelaahan program pengajaran mata kuliah yang meliputi
struktur program atau kurikulum yang berlaku dan kalender
pendidikan agar perancangan kurikulum sesuai dengan
sasaran yang dilaksanakan setiap awal semester dan
dilakukan bersama oleh ketua jurusan dan semua dosen
PGSD yang berkaitan.
Penyusunan program pembelajaran disusun oleh dosen
serumpun yang berisi tentang penetapan tujuan, isi dan
materi, strategi, metode dan penilaian pembelajaran.
Penilaian proses pembelajaran dilaksanakan dalam berbagai
bentuk meliputi penilaian partisipasi, tugas, UTS, dan UAS
yang bertujuan untuk mengetahui ketepatan pencapaian
kurikulum sesuai dengan kebutuhan mahasiswa PGSD.
2) Administrasi kesiswaan terdiri dari;
Daftar hadir siswa
Daftar hadir dosen
Buku agenda kelas
10
Nilai tiap semester
3) Administrasi kelengkapan
Yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pengaturan sarana yang
ada di jurusan agar identifikasi dapat digunakan sesuai dengan
fungsinya, diantaranya;
Identifikasi kebutuhan
Perencanaan dan Pengadaan
Penyimpanan dan pemeliharaan
Penataan dan inventarisasi
4) Administrasi keuangan
Yaitu kegiatan pengaturan keuangan yang meliputi kegiatan
perencanaan, penyimpanan, dan penenggung jawaban,
diantaranya;
Dana alokasi umum (DAU) yang diperoleh dari pemerintah
Anggaran DIPA
Sumbangan orang tua mahasiswa
5) Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di jurusan PGSD UNESA cukup
baik, dilihat dari gedung sekolah yang telah direnovasi dan
ditambah jumlahnya dengan cara memanfaatkan gudang untuk
dijadikan tempat untuk perkuliahan atau ruang media
pembelajaran. Kondisi ini juga ditunjang dengan sarana lain
yang memadai seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium
11
(IPA, IPS, dan BAHASA), ruang media untuk PPL, dan media
penunjang untuk proses perkuliahan (peta, media pembelajaran,
alat peraga, laptop, LCD, dan lain-lain).
2. Kinerja Perkuliahan Bidang Studi (Observasi di PGSD)
a) Kegiatan belajar mengajar materi pelajaran Sains/IPA
Sebagai langkah awal dosen memulai perkuliahan terlebih
dahulu dosen mengucapkan salam, setelah itu meminta salah satu
mahasiswa untuk memimpin berdo’a serta mengabsensi kehadiran
mahasiswa. dosen membuka perkuliahan dengan menanyakan
kembali materi yang telah dipelajari kemarin, setelah itu dosen
mengkaitkan dengan materi yang akan dipelajari. Memberikan
pertanyaan atau memotivasi mahasiswa dengan menunjukkan
fenomena di alam yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.
Dosen menulis judul materi yang akan dibahas di papan tulis
bentuk wujud zat dan sifatnya. Setelah itu dosen menyajikan
materi pokok perkuliahan dengan memberikan memberikan
penjelasan-penjelasan materi dengan menggunakan metode
berdiskusi dalam kelompok. Selama proses belajar mengajar
berlangsung dosen banyak memberikan pertanyaan bantuan kepada
mahasiswa dan perhatian pada mahasiswa atau kelompok yang
kelihatan mengalami kesulitan dalam mendiskusikan masalah yang
telah diajukan oleh dosen.
12
Setelah bekerja dalam kelompok mahasiswa dimohon untuk
menampilkan hasil diskusinya ke depan untuk mendapatkan
masukan dari kelompok-kelompok lain. Dalam hal ini dosen
menjadi fasilitator dalam membetulkan konsep yang sudah
dipahami oleh mahasiswa sehingga konsep yang dipahami oleh
mahasiswa menjadi benar, selain itu dosen juga dapat memberikan
contoh fakta dalam kehidupan sehari-hari sesuai konsep yang
diterima oleh mahasiswa.
Dosen mengakhiri perkuliahan dengan cara memberikan
stimulus/penguatan materi pada mahasiswa melalui post-test yang
berkaitan dengan materi yang telah dipelajari bersama dan tugas di
rumah yang berkaitan dengan materi yang telah dibahas saat itu.
Apabila mahasiswa dapat menjawab dengan benar dan
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen, maka dosen dapat
mengambil kesimpulan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan
itu berhasil dengan baik dan lancar.
b) Perangkat mengajar yang disiapkan oleh dosen antara lain; GBRP,
Silabus, SAP, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja
Siswa, Lembar Tes, Alat dan bahan yang digunakan sebagai media
pendukung proses belajar mengajar.
13
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA.
1. Pendidikan IPA Sekolah Dasar
Sejatinya, melalui pembelajaran dan pengembangan potensi diri
pada pembelajaran IPA siswa akan memperoleh bekal pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan
menyesuaikan diri terhadap fenomena dan perubahan-perubahan di
lingkungan sekitar dirinya, disamping memenuhi keperluan untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pembelajaran dan
pengembangan potensi ini merupakan salah satu kunci keberhasilan
peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam memasuki dunia
teknologi, termasuk teknologi informasi pada era globalisasi. Meskipun
demikian, pencermatan terhadap realitas di lapangan: pada mayoritas
waktu dan tempat, pembelajaran IPA di sekolah dasar masih menunjukkan
sejumlah kelemahan.
Salah satu kelemahan pembelajaran IPA pada mayoritas SD selama
ini adalah bahwa pembelajaran tersebut lebih menekankan pada
penguasaan sejumlah fakta dan konsep, dan kurang memfasilitasi siswa
agar memiliki hasil belajar yang comprehensive. Keseluruhan tujuan dan
karakteristik berkenaan dengan pendidikan IPA SD sebagaimana tertuang
dalam kurikulum pada kegiatan pembelajaran secara umum telah
14
direduksi menjadi sekedar pemindahan konsep-konsep yang kemudian
menjadi bahan hapalan bagi siswa. Tidak jarang pembelajaran IPA bahkan
dilaksanakan dalam bentuk latihan-latihan penyelesaian soal-soal tes,
semata-mata dalam rangka mencapai target nilai tes tertulis evaluasi hasil
belajar sebagai “ukuran utama” prestasi siswa dan kesuksesan guru dalam
mengelola pembelajaran. Pembelajaran IPA yang demikian jelas lebih
menekankan pada penguasaan sejumlah konsep dan kurang menekankan
pada penguasaan kemampuan dasar kerja ilmiah atau keterampilan proses
IPA. Oleh karena target seperti itu maka guru tidak terlalu terdorong untuk
menghadirkan fenomena-fenomena alam betapa pun melalui alat peraga
sederhana ke dalam pembelajaran IPA. Kondisi objektif bermasalah
lainnya di lapangan saat ini adalah bahwa materi penilaian hasil belajar
untuk mata pelajaran IPA dengan pelaksanaan yang dikordinasikan oleh
Dinas Pendidikan kabupaten/kota masih didominasi dan berfokus pada
penilaian hasil belajar ranah kognitif melalui tes. Oleh karena itu,
penilaian tersebut tidak pernah mengukur sejauh mana kinerja, karya, dan
sikap siswa dalam kegiatan praktikum atau proses inkuiri IPA di SD itu
telah berjalan dengan benar, melainkan yang diukur dan dievaluasi itu
adalah sejauh mana siswa SD menguasai (mengetahui) sejumlah konsep-
konsep IPA yang terdapat dalam buku ajar. Tidak jadi soal dengan cara
apa siswa memperoleh pengetahuan dan penguasaan konsep-konsep
tersebut. Dengan bersandar pada alasan ini lah para guru di SD pada
umumnya "cenderung enggan" menyelenggarakan pembelajaran IPA yang
15
lebih menuntut siswa terlibat dalam berbagai kegiatan praktikum dan jenis
kegiatan inkuiri lainnya sekurang-kurangnya melalui metode demonstrasi,
karena hal demikian dipandang kurang efektif untuk meningkatkan
penguasaan siswa terhadap konsep-konsep dalam IPA.
2. Hakikat IPA
Cara pandang guru terhadap hakikat (essensi dan karakteristik)
pendidikan IPA akan sangat mempengaruhi profil pembelajaran IPA yang
diselenggarakan guru bersama siswa. Oleh karenanya pemahaman yang
benar tentang karakteristik pendidikan IPA mutlak diperlukan guru.
Karakteristik tersebut sekurang- kurangnya meliputi pengertian dan
dimensi (ruang lingkup) pendidikan IPA.
IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena
alam semesta. Dalam kurikulum pendidikan dasar terdahulu (1994)
dijelaskan pengertian IPA sebagai hasil kegiatan manusia berupa
pengetahun, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar,
yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara
lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Sedangkan
dalam kurikulum 2004 IPA diartikan sebagai cara mencari tahu secara
sistematis tentang alam semesta.
Menurut Hendro dan Jenny (dalam http://www.scribd.com) ucapan
Einstein: Science is the atempt to make the chaotic diversity of our sense
experience correspond to a logically uniform system of thought,
16
mempertegas bahwa IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat
berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikir yang logis
tertentu, yang dikenal dengan istilah pola berpikir ilmiah.
Untuk membahas hakikat IPA, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebagaimana dikemukakan oleh Hardy & Fleer (dalam
http://www.scribd.com) sehingga memungkinkan para guru memahami
IPA dalam perspektif yang lebih luas. Menurut mereka, sekurang-
kurangnya ada 7 ruang lingkup pemahaman IPA sebagaimana berikut.
a. IPA sebagai kumpulan pengetahuan
IPA sebagai kumpulan pengetahuan mengacu pada kumpulan
berbagai konsep IPA yang sangat luas. IPA dipertimbangakan sebagai
akumulasi berbagai pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman
dahulu sampai penemuan pengetahuan yang sangat baru. Pengetahuan
tersebut berupa fakta, teori, dan generalisasi yang menjelaskan alam.
b. IPA sebagai suatu proses penelusuran (investigation)
IPA sebagai suatu proses penelusuran umumnya merupakan
suatu pandangan yang menghubungkan gambaran IPA yang
berhubungan erat dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya.
Dalam kategori ini IPA dipandang sebagai sesuatu yang memiliki
disiplin yang ketat, objektif, dan suatu proses yang bebas nilai.
17
c. IPA sebagai kumpulan nilai
IPA sebagai kumpulan nilai berhubungan erat dengan
penekanan IPA sebagai proses. Bagaimanapun juga, pandangan ini
menekankan pada aspek nilai ilmiah yang melekat pada IPA. Ini
termasuk di dalamnya nilai kejujuran, rasa ingin tahu, dan keterbukaan.
d. IPA sebagai cara untuk mengenal dunia
Proses IPA dipengaruhi oleh cara dimana orang memahami
kehidupan dan dunia di sekitarnya. IPA dipertimbangkan sebagai suatu
cara dimana manusia mengerti dan memberi makna pada dunia di
sekeliling mereka, selain juga merupakan salah satu cara untuk
mengetahui dunia beserta isinya dengan segala keterbatasannya.
e. IPA sebagai institusi sosial
Ini berarti bahwa IPA seharusnya dipandang dalam pengertian
sebagai kumpulan para profesional, yang melalui IPA mereka didanai,
dilatih dan diberi penghargaan akan hasil karya. Para ilmuwan ini
sangat terikat dengan kepentingan institusi, pemerintah, politik, bahkan
militer.
f. IPA sebagai hasil konstruksi manusia
Pandangan ini menunjuk pada pengertian bahwa IPA
sebenarnya merupakan penemuan dari suatu kebenaran ilmiah
mengenai hakikat semesta alam. Pengetahuan ilmiah ini tidak lain
merupakan akumulasi kebenaran. Hal pokok dalam pandangan ini
18
adalah IPA merupakan konstruksi pemikiran manusia. Oleh karenanya,
dapat saja apa yang dihasilkan IPA memiliki sifat bias dan sementara.
g. IPA sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari
Orang menyadari bahwa apa yang dipakai dan digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan hidup sangat dipengaruhi oleh IPA. Bukan saja
pemakaian berbagai jenis produk teknologi sebagai hasil investigasi dan
pengetahuan, melainkan pula cara bagaimana orang berpikir mengenai
situasi sehari-hari sangat kuat dipengaruhi oleh pendekatan ilmiah
(scientific approach).
Berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai paparan para pakar
tentang ruang lingkup IPA sebagaimana dilakukan oleh T. Sarkim (dalam
http://www.scribd.com) maka hakikat pendidikan IPA dapat dikategorikan
kedalam tiga dimensi yaitu: Dimensi Produk, Dimensi Proses, dan dimensi
sikap. Dimensi produk meliputi konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-
hukum, dan teori-teori di dalam IPA yang merupakan hasil rekaan
manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam bersama dengan
berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Produk IPA (konsep, prinsip,
hukum dan teori) tidak diperoleh berdasarkan fakta semata, melainkan
berdasarkan data yang telah teruji melalui serangkaian eksperimen dan
penyelidikan.
19
Fakta adalah fenomena alam yang berhasil diobservasi tetapi masih
memungkinkan adanya perbedaan persepsi di antara pengamat (pelaku
observasi). Fakta yang dipersepsi sama oleh setiap observer disebut data.
Bertumpu pada sekumpulan data yang sahih itulah suatu fenomena alam
diabstraksikan ke dalam bentuk konsep. Secara sederhana ada tiga jenis
konsep: konsep teramati, konsep terdefinisi, dan konsep menyatakan
hubungan. Kursi dan ruang kelas adalah contoh konsep teramati. Kita
dapat memahaminya semata-mata dengan menyaksikan bentuk
konkritnya, dan bukan mendefinisikannya. Energi, medan, suhu adalah
contoh konsep terdefinisi. Sedangkan rumus-rumus dan kalimat
matematika adalah contoh konsep menyatakan hubungan. Carin & Sund
(dalam http://www.scribd.com) mengajukan tiga kriteria bagi suatu produk
IPA yang benar. Ketiga kriteria tersebut adalah: (1) mampu menjelaskan
fenomena yang telah diamati atau telah terjadi; (2) mampu memprediksi
peristiwa yang akan terjadi; (3) mampu diuji dengan eksperimen sejenis.
Dimensi proses, yaitu metode memperoleh pengetahuan, yang
disebut dengan metode ilmiah. Metode ini dalam IPA sekarang merupakan
gabungan antara metode induksi dan metode deduksi. Metode gabungan
ini merupakan kegiatan beranting antara deduksi dan induksi, dimana
seorang peneliti mula-mula menggunakan metode induksi dalam
menguhubungkan pengamatan dengan hipotesis. Kemudian, secara
deduksi hipotesis ini dihubungkan dengan pengetahuan yang ada untuk
melihat kecocokan dan implikasinya. Setelah melewati berbagai
20
perubahan yang dinilai perlu, hipotesis ini kemudian diuji melalui
serangkaian data yang dikumpulkan secara empiris. Metode ilmiah dalam
proses IPA memiliki kerangka dasar prosedur yang dapat dijabarkan
dalam enam langkah: (1) sadar akan adanya masalah dan merumusan
masalah; (2) pengamatan dan pengumpulan data yang relevan; (3)