Top Banner

of 22

Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

Jun 03, 2018

Download

Documents

iWELL
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    1/22

    Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

    Intoleransi aktifitas adalah penurunan dalam kapasitas fisiologis

    seseoranguntuk melakukan aktifitas sampai tingkat yang diinginkan atau

    dibutuhkan. (Carpenito 2000:2)

    Intoleransi aktifitas adalah ketidak cukupan energi secara fisiologis

    maupun psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang

    43

    diminta atau aktifitas sehari-hari. (Nanda 2002:01)

    Masalah ini menjadi prioritas ke tiga berdasarkan triase

    merupakan dampak dan prioritas 1 dan karena pada post op penderita

    harus istirahat untuk sementara dikarnakan terpasang drain pada

    abdomen.

    Batasan karakteristik mayor adalah adanya kelemahan, pusing,

    dispnea yang terjadi selama aktifitas dan 3 menit setelah aktifitas akan

    terjadi pusing, dispnea, keletihan, frekwensi pernafasan >24x/menit,frekwensi nadi >95x/menit, sedang kriteria minor adalah pucat atau

    sianosis, sianosis dan fertigo. (carpenito 2001:02)

    Peningkatan aktifitas syarat simpatis mengakibatkan kontrilen

    spincter kapiler sehingga curah jantung menurun dan meningkatkan

    peningkatan tahanan perifer mengakibatkan suplay darah kejaringan dan

    otak tidak adekuat, akibatnya metabolisme meningkat dan transport O2

    ke jaringan dan otak menurun, hal ini mengakibatkan kerja jantung

    meningkat dan timbulnya nyeri dada atau dispnea, nafas pendek dan

    pusing terjadilah hipoksia dijaringan. Inilah salah satu penyebab

    kelemahan, disamping itu klien punya riwayat paru setengah tahun yanglalu dg adanya kelemahan ini aktifitasnya klien menjadi terganggu dan

    menimbulkan intoleransi aktifitas. (Doengoes 2000:45)

    44

    Masalah ini terjadi karena penurunan aktifitas yang di akibatkan

    adanya pembesaran prostat telah dilakukannya oprasi. Prinsip dilakukan

    dalam tindakan keperawatan ini adih membantu pemenuhan ADL klien

    secara bertahap. Masalah ini muncul karenam dalam kasus ditemukan

    tanda-tanda klien tampak lemas, ADL dibantu keluarga, tonus otot lemah,

    TD 160/90mmHg, nadi 92x/menit.

    Apabila hal ini tidak diatasi dapat menurunkan partisipasi klien

    dalam aktifitas sehingga meminimalkan pengunaan otot (Carpenito 2000).

    Adapun aktifitas yang penulis lakukan, mengukur TTV sebelum dan

    sesudah aktifitas karena efek obat

    Evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan asuhan keperawatan

    selama 2x 24 jam pada tanggal 20 Januari 2010 pada jam 13.10 sebagai

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    2/22

    berikut: S: klien mengatakan sudah tidak lemas, bisa beraktifitas

    walaupun masih terbatas O: klien terlihat segar, tidak lemas, TD

    160/90mmHg nadi 92x/menit, A : masalah intoleransi teratasi sebagian,

    P: bantu ADL seperlunya, beri motivasi dalam melakukan aktifitas,

    pertahankan kondisi.

    Modofikasi intervensi yang diberikan yaitu membantu ADL klien

    seperlunya, memberikan motivasi dalam melakukan aktifitas dan

    pertahankan kondisi.

    45

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    3/22

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN POST OP BPH HARI KE-7 DI RUANG

    EDELWEIS RST DR.SOEDJONO MAGELANG

    1BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangDi Indonesia jumlah lanjut usia (usila) terus meningkat dari tahunke tahun tentunya akan menimbulkan persoalan-persoalan baru, tidak

    saja di bidang sosial-ekonomi, tetapi juga di bidang kesehatan, baik

    tingkat negara, masyarakat, maupun individu. Perubahan-perubahanyang terjadi dapat mengakibatkan kemunduran fungsi sehingga

    kemampuan fisik menurun (disability) atau kekacauan koordinasi

    (disorder) sehingga dapat menimbulkan hambatan atau rintangan

    (handicap), bahkan sampai dapat mengarah pada suatu penyakit(disease). Perubahan-perubahan itu akan berjalan terus, dan akan

    semakin cepat (progressive), setelah umur melampaui dekade ke-enam.

    Dari sekian banyak Geriatric Giant (problem yang banyak diderita usila)pada pria adalah inkontinentia urine (ketidak mampuan mengendalikan

    diri dalam kencing) yang pada lanjut usia salah satu penyebabnya adalah

    Pembesaran Prostat Jinak (PPJ).

    2Pembesaran Prostat Jinak menurut kejadiannya disebabkan oleh

    dua faktor penting yaitu ketidak seimbangan hormon estrogentestosteron,

    serta faktor umur/ proses menua.Secara umum kira-kira 50% pada usia 60 tahun, dan meningkat

    menjadi 70% pada usia 70 tahun dan 90% pada usia 90 tahun, namun

    hanya 50% yang mengalami gejala/ keluhan yang jelas. Di Indonesia

    prevalensinya belum diketahui dengan pasti.B. Rumusan Masalah.

    Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Tn. S dengan Post OP

    BPH hari ke-7 di Ruang Edelweis RS Tentara Dr. Soedjono Magelang.C. Tujuan Penulisan.

    1. Tujuan Umum.

    Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah memberikangambaran nyata tentang Asuhan Keperawatan pada Tn S dengan

    post OP BPH hari ke-7 di Ruang Edelweis RS tentara Dr. Soedjono

    Magelang.

    32. Tujuan khusus.

    a. Melakukan pengkajian pada klien dengan post prostatektomi.

    b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan post

    prostatektomi.c. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan post

    prostatektomi.

    d. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien denganpost prostatektomi.

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    4/22

    e. Pendokumentasian Asuhan keperawatan pada klien dengan

    prostatektomi.

    D. Manfaat.1. Memberikan wawasan dan informasi pada mahasiswa tentang

    penyakit benigna prostat hipertropi (BPH).

    2. Bagi institusi pendidikan dapat dijadikan bahan referensi .3. Bagi profesi keperawatan sebagai masukan atau saran dalammemberikan pelayanan pada pasien dengan benigna prostat

    hipertropi (BPH).

    4. Bagi penulis sebagai tambahan pengetahuan tentang penyakitbenigna prostat hipertropi (BPH).

    4

    E. Metode Penulisan.

    Metode yang digunakan untuk menulis laporan kasus ini adalahmetode deskriptif secara studi kasus di lapangan yang menggambarkan

    suatu perencanaan masalah melalui pengkajian, diagnosa keperawatan,

    intervensi, implementasi, dan evaluasi.F. Tinjauan Teori.

    1. Pengertian.

    a. Pembesaran kelenjar prostat, memanjang keatas ke dalam

    kandung kemih dan menyumbat aliran urine dengan menutupiorifisium uretra. (Smeltzer, 2001).

    b. Pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada

    pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajatobstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius. (Doenges,

    2000).

    c. Hiperplasia kelenjar periuretral yang asli ke perifer dan menjadi

    simpai bedah. (Syamsuhidayat, 2004).d. Prostatectomy yaitu operasi pengangkatan kelenjar prostat yang

    menjangkau prostat lewat insisi abdomen bagian bawah

    (suprapubik). (christine hancock, 2000)5

    2. Etiologi.

    Banyak teori yang menjelaskan terjadinya pembesaran kelenjarprostat, namun sampai sekarang belum ada kesepakatan mengenai

    hal tersebut. Ada beberapa teori yang mengemukakan mengapa

    kelenjar periuretral dapat mengalami hiperplasia, yaitu:

    a. Teori Sel Stem (Isaacs 2000).Berdasarkan teori ini jaringan prostat pada orang dewasa

    berada pada keseimbangan antara pertumbuhan sel dan sel mati,

    keadaan ini disebut steady state. Pada jaringan prostat terdapat

    sel stem yang dapat berproliterasi lebih cepat, sehingga terjadihiperplasia kelenjar periuretral.

    b. Teori MC. Neal (2000).

    Menurut MC. Neal pembesaran prostat jinak dimulai darizona transisi yang letaknya sebelah proksimal dari spincter

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    5/22

    eksterna pada kedua sisi veromontatum di zona periuretral.

    c. Teori DiHidro Testorenon (DHT).

    Testosteron adalah hormon pria yang dihasilkan oleh selleyding. Testosterone sebagian besar dihasilkan oleh kedua testis,

    sehingga timbulnya pembesaran prostat memerlukan adanya testis

    yang normal. Jumlah testosterone yang dihasilkan oleh testis kira6kira 90% dari seluruh produksi testosteron. Sedangkan 10%sisanya dihasilkan oleh kelenjar adrenal.

    Sebagian besar testosterone dalam tubuh berada dalam

    keadaan terikat dengan protein dalam bentuk Serum Binding Hormon(SBH). Sekitar 2% testosterone berada dalam keadaan bebas.

    Hormone yang bebas inilah yang memegang peranan penting dalam

    proses terjadinya pembesaran kelenjar prostat. Testosterone bebas

    dapat masuk ke dalam sel prostat dengan menembus membrane selke dalam sito plasma sel prostat, sehingga membentuk DHT-reseptor

    komplek yang akan mempengaruhi Ribo Nukleat (RNa) yang dapat

    menyebabkan terjadinya sintesis protein, sehingga dapat terjadipoliferasi sel (mc. Connel 2001). Perubahan keseimbangan

    testosterone dan esterogen dapat terjadi dengan bertambahnya usia,

    50 tahun keatas.

    3. Manifestasi Klinis.a. Grade 1 (congestic).

    1) Mula- mula pasien berbulan atau bertahun-tahun mulai susah

    berkemih dan mulai mengejan.2) Kalau miksi merasa puas.

    7

    3) Urin keluar menetes dan pancaran lemah.

    4) Nokturia.5) Urine keluar malam hari lebih dari normal.

    6) Ereksi lebih lama dari normal dan libido lebih dari normal.

    7) Pada cytoscopi kelihatan hyperemia dari orifisium uretrainterna, lambat laun terjadi varises akhirnya bisa terjadi

    perdarahan (blooding).

    b. Grade 2 (residual).1) Bila miksi terasa panas.

    2) Disuria nocturia bertambah berat.

    3) Tidak bisa buang air kecil (kemih tidak puas).

    4) Bisa terjadi infeksi karena sisa air kemih.5) Terjadi panas tinggi dan bisa menggigil.

    6) Nyeri pada daerah pinggang (menjalar ke ginjal).

    c. Grade 3 (retensi urin).

    Incontinensia.d. Grade 4.

    1) Kandung kemih penuh.

    2) Penderita merasa kesakitan.8

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    6/22

    3) Air kemih menetes secara periodik yang disebut over flow

    incontinesia.

    4) Pada pemeriksaan fisik yaitu palpasi abdomen bawah untukmeraba ada tumor, karena bendungan yang hebat.

    5) Dengan adanya infeksi penderita bisa menggigil dan panas

    tinggi 40-41C.6) Selanjutnya penderita bisa koma.4. Patofisiologi.

    Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan

    sehingga perubahan pada saluran kemihjuga terjadi secara perlahanlahan.Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi

    pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor

    menebal dan merenggang sehingga timbul difertikel. Fase penebalan

    detrusor disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, makadetrusor menjadi lelah akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak

    mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urine yang

    selanjutnya menyebabkan disfungsi saluran kemih atas, adapunpatofisiologi dari masing-masing gejala yaitu a). Penurunan kekuatan

    9

    dan kaliber aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran

    awal dan menetap dari BPH, b). Hesitancy terjadi karena detrusormembutuhkan waktu yang lama untuk resistensi uretra, c).

    Intermittency terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi resistensi

    uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puassehabis miksi terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam

    buli-buli, d). Nokturia dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang

    tidak lengkap pada tiap miksi interval antar miksi lebih pendek.

    (mansjoer, 2000)5. Pemeriksaan Penunjang.

    a) Pemeriksaan fisik.

    Dapat dilakukan dengan pemeriksaan rectal toucher,dimana pada pembesaran prostat jinak akan teraba adanya massa

    pada dinding depan rectum yang konsistensinya kenyal, yang

    kalau belum terlalu besar masih dapat dicapai batas atasnyadengan ujung jari, sedang apabila batas atasnya sudah tidak

    teraba biasanya jaringan prostat sudah lebih dari 60 gr.

    10

    b) Pemeriksaan sisa kemih.c) Pemeriksaan ultra sonografi (USG) .

    Dapat dilakukan dari supra pubic atau transrectal (Trans

    Rectal Ultra Sonografi :TRUS). Untuk keperluan klinik supra pubic

    cukup untuk memperkirakan besar dan anatomi prostat,sedangkan TRUS biasanya diperlukan untuk mendeteksi

    keganasan.

    d) Pemeriksaan endoscopy.Bila pada pemeriksaan rectal toucher, tidak terlalu menonjol

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    7/22

    tetapi gejala prostatismus sangat jelas atau untuk mengetahui

    besarnya prostat yang menonjol ke dalam lumen.

    e) Pemeriksaan radiology.Dengan pemeriksaan radiology seperti foto polos perut dan

    pyelografi intra vena yang sering disebut IVP (Intra Venous

    Pyelografi) dan BNO (Buich Nier Oversich). Pada pemeriksaan lainpembesaran prostat dapat dilihat sebagai lesi defek irisan kontraspada dasar kandung kemih dan ujung distal ureter membelok ke

    atas berbentuk seperti mata kail/pancing (fisa hook appearance).

    11f) Pemeriksaan CT- Scan dan MRI.

    Computed Tomography Scanning (CT-Scan) dapat

    memberikan gambaran adanya pembesaran prostat, sedangkan

    Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat memberikan gambaranprostat pada bidang transversal maupun sagital pada berbagai

    bidang irisan, namun pameriksaan ini jarang dilakukan karena

    mahal biayanya.6. Penatalaksanaan.

    Pengobatan untuk hipertropy prostat ada 2 macam :

    a. Konservatif.

    b. Operatif.Dalam pengobatan ini dilakukan berdasarkan pembagian

    besarnya prostat, yaitu derajat 14.

    1) Derajat I : Dilakukan pengobatan koservatif, misalnya denganfazosin, prazoin dan terazoin (untuk relaksasi otot polos).

    2) Derajat II : Indikasi untuk pembedahan. Biasanya dianjurkan

    resekesi endoskopik melalui urethra.

    123) Derajat III : Diperkirakan prostat cukup besar dan untuk tindakan

    yang dilakukan yaitu pembedahan terbuka melalui transvesical,

    retropubic atau perianal.4) Derajat IV : Membebaskan penderita dari retensi urine total

    dengan memasang catheter, untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam

    pelaksanaan rencana pembedahan.a. Konservatif.

    Pengobatan konservatif ini bertujuan untuk memperlambat

    pertumbuhan pembesaran prostat. Tindakan dilakukan bila terapi

    operasi tidak dapat dilakukan, misalnya: menolak operasi atauadanya kontra indikasi untuk operasi.

    Tindakan terapi konservatif yaitu :

    1) Mengusahakan agar prostat tidak mendadak membesar karena

    adanya infeksi sekunder dengan pemberian antibiotika.2) Bila retensi urine dilakukan catheterisasi.

    b. Operatif.

    Pembedahan merupakan pengobatan utama padahipertropi prostat benigna (BPH), pada waktu pembedahan

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    8/22

    kelenjar prostat diangkat utuh dan jaringan soft tissue yang

    13

    mengalami pembesaran diangkat melalui 4 cara yaitu (a)transurethral (b) suprapubic (c) retropubic dan (d) perineal.

    1) Transurethral.

    Dilaksanakan bila pembesaran terjadi pada lobus medialyang langsung mengelilingi urethra. Jaringan yang direseksihanya sedikit sehingga tidak terjadi perdarahan dan waktu

    pembedahan tidak terlalu lama. Rectoscope disambungkan

    dengan arus listrik lalu di masukkan ke dalam urethra.Kandungkemih di bilas terus menerus selama prosedur berjalan.Pasien

    mendapat alat untuk masa terhadap shock listrik dengan

    lempeng logam yang di beri pelumas di tempatkan pada bawah

    paha.Kepingan jaringan yang halus di buang dengan irisan dantempat-tempat perdarahan di tutup dengan cauter.

    Setelah TURP di pasang catheter Foley tiga saluran

    yang di lengkapi balon 30 ml.Setelah balon catheter dikembangkan, catheter di tarik ke bawah sehingga balon berada

    pada fosa prostat yang bekerja sebagai hemostat.Ukuran

    catheter yang besar di pasang untuk memperlancar

    pengeluaran gumpalan darah dari kandung kemih.14

    Kandung kemih diirigasi terus dengan alat tetesan tiga

    jalur dengan garam fisiologisatau larutan lain yang di pakai olehahli bedah.Tujuan dari irigasi konstan ialah untuk

    membebaskan kandung kemih dari ekuan darah yang

    menyumbat aliran kemih.Irigasi kandung kemih yang konstan di

    hentikan setelah 24 jam bila tidak keluar bekuan dari kandungkemih.Kemudian catheter bisa dibilas biasa tiap 4 jam sekali

    sampai catheter di angkat biasanya 3 sampai 5 hari setelah

    operasi.Setelah catheter di angkat pasien harus mengukurjumlah urine dan waktu tiap kali berkemih.

    2) Suprapubic Prostatectomy.

    Metode operasi terbuka, reseksi supra pubic kelenjarprostat diangkat dari urethra lewat kandung kemih.

    3) Retropubic Prostatectomy.

    Pada prostatectomy retropubic dibuat insisi pada

    abdominal bawah tapi kandung kemih tidak dibuka.4) Perianal prostatectomy.

    Dilakukan pada dugaan kanker prostat, insisi dibuat

    diantara scrotum dan rectum.

    157. Pathways

    Etiologi pasti belum

    diketahuiAktivitas (sering mengangkat

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    9/22

    beban berat)

    Beberapa hipotesis

    menyebutkan pertumbuhanusia dan ketidak seimbangan

    hormon

    BPHPembesaran postat resistensi pada leher buli-bulidaerahpostat meningkat

    Dekompresi otot detrusor

    Otot detrusor menebal dan menegangKetidakstabilan otot detrutor

    Kontraksi involunter

    PROSTATECTOMY

    Luka operasiTrauma jaringan

    Diskontinuitas jaringan

    Pelepasan mediator kimia(bradikinin, histamine,

    serotonin prostaglandin)

    Merangsang ujung syaraf

    nyeriJalan masuknya

    kuman

    Penurunan dayatahan tubuh

    Mempermudah

    masuknya

    kuman/bakteriTerpasang irigasi

    Katerisasi

    MK : kerusakanmobilitas fisik

    Proses

    penyembuhanKebutuhan nutrisi

    Intake yang

    kurang

    Prosesmetabolisme

    menurun

    Pembentukan

    energi menurunATP menurun

    mansjoer (2000)

    168. Fokus intervensi

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    10/22

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    11/22

    2. Melakukan perawatan luka dan aseptik

    Rasional : melakukan perawatan luka aseptik dan antiseptik

    dapat mencegah kontak langsung dengan mikroorganisme penyebab infeksi

    3. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi seperti rubor, dolor dan

    kolorRasional : mengatasi adanya tanda-tanda infeksid. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas

    Kriteria hasil :

    - Klien mampu memenuhi kebutuhan personal higiene secaramandiri

    19

    - Klien merasa nyaman

    Intervensi1. Kaji kemampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari

    Rasional : membantu dalam mengantisipasi ata merencanakan

    pemenuhaan kebutuhan2. Bantu pemenuhan personal higiene klien

    Rasional : menjaga kebersihan diri klien

    3. Motivasi keluarga dam pemenuhan personal higiene

    Rasional : meningkatkan kenyamanan psikologis denganmelibatkan keluarga

    e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan katerisasi irigasi

    Intervensi1. Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cidera atau

    pengobatan

    Rasional : mengetahui derajat imobilitas klien

    2. Latih klien melakukan rentang gerak aktif pada ekstremitasyang sakit dan yang tidak sakit

    Rasional : melatih mobilisasi dini dapat meminimalkan

    kontraktur pada ekstremitas dan meningkatkanaliran darah

    20

    3. Ubah posisi secara periodic dan dorong untuk latihanRasional: menghindari terjadinya dekubitus pada sisi yang

    sering tertekan dan untuk mempercepat proses

    pemulihan mobilisasi

    f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot sekunderakibat pembedahan

    Kriteria hasil :

    - ADL dapat terpenuhi

    - Dapat beraktifitas secara mandiriIntervensi

    1. Kaji tingkat ketergantungan

    Rasional : mengetahui kemampuan klien dalam setiapintervensi yang di berikan

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    12/22

    2. Kaji tingkat kemampuan otot klien

    Rasional : memberikan intervensi sesuai toleran

    3. Anjurkan untuk tirah baringRasional : mencegah munculnya dekubitus

    4. Lakukan ROM eksercise sesua kemampuan secara bertahap

    Rasional : meningkatkan kekuatan otot dam memperlancaraliran darah21

    BAB II

    RESUME KEPERAWATANA. PENGKAJIAN

    Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 18

    Januari 2010 jam 07.30 WIB didapatkan data pasien secara umum

    adalah sebagai berikut :Pasien bernama Tn. S, umur klien adalah 87 tahun. Klien

    beragama islam bertempat tinggal di Kajoran Kab. Magelang. Klien

    dibawa RS Tentara Dr. Soedjono Magelang pada tanggal 09 Januari2010 jam 08.45 WIB. Dan didiagnosa suspek BPH.,dan diagnosa medis

    saat pengkajian adalah post op BPH hari ke-7.

    Sedangkan penanggung jawab adalah anak klien yang bernama

    Ny.P berumur sekitar 36 tahun. Ny.P bertempat tinggal di Kedungan Kab.Magelang.

    Data anamnesa klien diperoleh pada saat dilakukan pengkajian

    pasca operasi hari ke tujuh, dan keluhan utama klien adalah nyeri padadaerah luka operasi. Riwayat penyakit sekarang klien kurang lebih 3 hari

    BAK sakit, sebelumnya klien periksa ke puskesmas dan di pasang kateter

    kurang lebih 2 hari kateter dilepas,kemudian kurang lebih 5 hari

    22mengeluh BAK sakit tidak lancer dan mengeluarkan darah. Akhirnya pada

    tanggal 09 Januari 2010 klien harus opname dan harus menjalani

    operasi. Riwayat penyakit dahulu klien dan keluarga mengatakan kuranglebih setengah tahun yang lalu pernah dirawat di RSU Tidar dengan

    riwayat paru karena kebanyakan merokok dan klien mengatakan belum

    pernah di operasi. Riwayat penyakit keluarga klien dan keluargamengatakan tidak ada yang yang mempunyai penyakit menular dan

    menurun.

    Pengkajian pola fungsional Gordon, didapatkan klien mengatakan

    selama sakit setelah operasi susah tidur, klien belum bisa beraktivitassecara maksimal dan masih dibantu keluarga karena klien merasakan

    nyeri dan terpasang selang kateter threeway serta selang drain. Klien

    BAK 5-6x/hari warna kuning dan selama sakit klien BAK dengan kateter

    kurang lebih 1500cc/hari warna kuning, terdapat gumpalan darah pdaselang.

    Untuk pengkajian sirkulasi klien tidak ada gangguan, tekanan

    darah klien 160/90mmHg, nadi klien 88 x/menit dan suhu tubuh klien36,4oC, pernafasan 24 x/menit.

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    13/22

    23

    Satu hari ini menurut keluarga klien, klien sudah mulai makan

    banyak, habis 1 porsi yang disediakan RS dengan diit bubur kasar tinggikalori tinggi protein. Namun klien masih kurang dalam pemenuhan

    cairannya, klien mengatakan hanya minum 3 gelas kecil saja setiap hari.

    Pada cairan parenteral klien terpasang infuse RL 500cc 20 tetes/menitdan sudah masuk 300cc.Sesuai dengan keluhan yang paling dirasakan klien yaitu nyeri,

    klien mengatakan nyeri karena luka bekas operasi. Rasanya seperti

    tertusuk-tusuk dan panas seperti terbakar. Nyeri dirasakan pada daerahperut dan genetalia(dari vesika urinaria). Skala nyeri yang disebutkan

    oleh klien saat pengkajian adalah 5 dan nyeri dirasakan hilang timbul.

    Klien nampak meringis menahan sakit.

    Pengkajian tentang keamanan didapatkan hasil sebagai berikut:tidak terjadi perdarahan hebat pasca operasi, drain klien kurang produktif,

    cairan irigasi klien berwarna jenuh keruh coklat sedikit kemerahan.

    Klien berjenis kelamin laki-laki sudah beristri dan mempunyai 5orang anak yang semuanya sudah menikah.

    Dalam kehidupan bermasyarakat klien termasuk orang yang

    mudah berinteraksi. Hubungan klien dengan keluarga, masyarakat terjalin

    dengan baik, hal ini dibuktikan dengan semua anak klien secara tertib24

    membagi jadwal untuk menunggui ayahnya selama dirawat di RS, serta

    banyak tetangga yang membesuk klien selama klien dirawat di RS. Selainitu hubungan klien dengan dokter, perawat, ataupun tenaga medis lain

    juga terjalin dengan baik.

    Untuk integritas ego, saat pengkajian klien mengatakan ingin

    segera pulih kembali agar bisa beraktifitas seperti biasa. Kesadaran kliencompos mentis.

    Klien dan keluarga selalu menanyakan tentang perkembangan

    kesehatan klien. Pada saat akan dilakukan tindakan klien selalukooperatif dan keluarga mendukung untuk kebaikan klien.

    Pada pemeriksaan fisik didapatakan pada pemeriksaan kepala,

    rambut beruban, tidak mudah dicabut, bentuk kepala mesocepal, tidakada lesi, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, sklera tidak ikterik,

    simetris, tidak ada gangguan penglihatan, hidung simetris, tidak ada polip

    dan secret. Telinga simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan

    pendengaran, mulut mukosa bibir lembab, gigi bersih, leher tidak adadistensi vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid. Pada

    pemeriksaan dada pada paru-paru, dilakukan inspeksi dan hasilnya

    pergerakan dada simetris, palpasi paru hasilnya vocal fremitus paru

    kanan dan paru kiri sama, perkusi sonor, dan auskultasi parunya25

    vesikuler. Sedangkan inspeksi pada jantung hasilnya pergerakan jantung

    tidak tampak, palpasinya ictus cordis teraba di mid clavicula sinistraintercostals ke 5, perkusi hasilnya redup, dan auskultasi jantung hasilnya

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    14/22

    bunyi jantung 1 dan 2 murni tanpa suara tambahan, tidak ada gallop dan

    mur-mur. Dari inspeksi yang dilakukan didapatkan hasil perut datar,

    terdapat luka jahit post prostatektomi 10cm dan terdapat drain yangkurang produktif. Auskultasi perut hasilnya terdengar bising usus

    14x/menit. Dilakukan palpasi terdapat nyeri tekan pada daerah sekitar

    luka operasi. Perkusi, sedikit hipertimpani.Pada genetalia terpasang kateter threeway, sudah terpasangselama 5hari, 1 jalur untuk jalan keluaran urin, 1jalur untuk aliran irigasi

    dengan NaCl dan 1 jalur untuk kunci kateter. Warna urin bercampur

    dengan cairan irigasi warnanya jenuh keruh coklat sedikit kemerahan.Kondisi kateter bersih. Pemereksaan pada anus dan rectum, tidak

    terdapat hemoroid. Ekstremitas kanan atas terpasang infuse RL 20 tetes

    per menit. Dan ekstremitas lain dapat bergerak dengan bebas. Akral

    teraba hangat.Pada pemeriksaan panunjang pada tanggal 16 Januari 2010 untuk

    darah rutin hasilnya WBC 10,5 103/mm3 (normalnya 3,5-10,0),RBC 4,18

    106/mm (normalnya 3,8-5,8) HGb 12,4 g/dl (normalnya 11,5-16,5), HCT26

    35,4 % (normalnya 35,0-55,0), PLT 216DE 109/l (normalnya 100-400),

    adapun therapy injeksi ceftriaxon 2x1 gram, cefotaxim 2x1 gram,

    ranitidine 2x1 gram, infuse RL 20 tpm dan cairan irigasi menggunakanNaCl dengan 40 tpm, mefinal 500mg.

    Kebijakan dari RS Tentara Dr. Soedjono bila hari ke-7 post op BPH

    merupakan hari terakhir injeksi diberikan, setelah itu infuse dilepas, danobat diganti dengan per oral.

    Dan dari data yang diperoleh dari hasil pengkajian, penulis telah

    melakukan analisa data pada hari Rabu tanggal 18 Januari 2010 jam

    08.00. Dan hasilnya sebagai berikut:Diperoleh data subyektif dari pasien yaitu klien mengatakan nyeri

    dikarenakan oleh luka bekas operasi. Rasanya seperti tertusuk-tusuk dan

    panas seperti terbakar. Nyeri dirasakan pada daerah perut dangenetalia(dari vesika urinaria). Skala nyeri yang disebutkan oleh klien

    saat pengkajian adalah 5, dan nyeri dirasakan hilang timbul. Dan data

    objektif yang didapatkan oleh penulis adalah klien nampak meringismenahan sakit, tekanan darah 160/90 mmHg dan nadi 88x/menit. Dari

    data subjektif dan data objektif penulis melakukan analisa dan

    mendapatkan problem nyeri akut, dengan etiologi discontinuitas jaringan

    sekunder terhadap prosedur pembedahan dan terpasang kateter.27

    Data subjektif selanjutnya klien mengatakan ada luka bekas

    operasi diperutnya dan data objektifnya terdapat luka post operasi di

    perut, kondisi balutan bersih, dan terpasang kateter three way digenetalia klien.

    Dari kedua data diatas disimpulkan terdapat problem resiko tinggi

    infeksi dan dengan etiologi terbukanya pertahanan sekunder terhadappembedahan.

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    15/22

    B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    Setelah dilakukan analisa data dari hasil pengkajian yang dilakukan

    pada tanggal 18 Januari 2010 pukul 07.30, penulis menetapkan prioritaskeperawatan pada Tn. S sebagai berikut:

    1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya tahanan

    sekunder terhadap pembedahan ditandai dengan data subjektif : -,data objektif : terlihat tanda-tanda infeksi ( rubor dan tumor), terlihatrembesan pada tepi balutan luka, luka nampak kotor, TD:160/90

    mmHg, nadi: 88x/menit, S:36,5 oC

    2. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan sekunderterhadap prosedur pembedahan ditandai dengan data subjektif : klien

    mengatakan nyeri pada luka bekas operasi, data objektif : klien

    28

    Nampak meringi, ekpresi wajah tegang,P: luka insisi bekas operai, Q:seperti ditusuk-tusuk, R: di atas simpisis pubis, S: 5, T: hilang timbul,

    TD:160/90 mmHg, nadi: 88x/menit, S:36,5 oC

    3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengandata subjektif : klien mengatakan lemas dan merasa tidak berdaya,

    data objektif : klien tampak lemas, ADL dibantu keluarga dan perawat,

    klien terbaring di tempat tidur, TD:160/90 mmHg, nadi: 88x/menit,

    S:36,5 oCC. INTERVENSI

    1) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya tahanan

    sekunder terhadap pembedahanTujuan dan kriteria hasil yang didapatkan setelah dilakukan

    tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan masalah resiko

    infeksi dapat diatasi dengan kriteria hasil: tanda-tanda infeksi tidak

    terjadi, jaringan luka menunjukkan perbaikan, TTV dalam batasnormal.

    Dengan intervensi kaji tanda-tandaa munculnya infeksi, lakukan

    perawatan luka tiap hari dengan teknik steril dan aseptik, lakukanperawatan pda kateter tiap hari, observasi kantong drainase,

    29

    observasi perubahan tanda-tanda vital, motivasi keluarga dan klienuntuk menjaga kebersihan kelembaban daerah luka dan selang

    drainase, kolaborasi pemeriksaan darah untuk menghitung jumlah

    leukosit dalam darah, kolaborasi pemberian anti biotik.

    2) Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan sekunderterhadap prosedur pembedahan

    Tujuan dan kriteria hasil yang didapatkan setelah dilakukan

    tindakan keperawatan selama 2x8 jam diharapkan nyeri klien dapat

    teratasi dengan kriteria hasil: secara verbl klien melaporkan nyeriberkurang atau tidak nyeri, klien nampak rileks, TTV dalam batas

    normal.

    Dengan intervensi kaji karakteristik nyeri, observasi perubahantanda-tanda vital, ajarkan tehnik distraksi relaksasi, kolaborasi

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    16/22

    pemberian analgetik.

    3). Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.

    Tujuan dan kriteria hasil yang di dapatkan setelah dilakukantindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan masalah

    intoleransi aktifitas teratasi dengan kriteria hasil: ADL dapat dilakukan

    mandiri dan dengan bantuan.30Dengan intervensi kaji tingkat ketergantungan klien, kaji

    kemampuan otot klien, anjurkan klien banyak istirahat, observasi

    perubahan TTV, berikan nutrisi adekuat, anjurkan untuk tirah baring,lakukan ROM eksercise sesuai kemampuan secara bertahap.

    D. IMPLEMENTASI

    1) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya tahanan

    sekunder terhadap pembedahanImplementasi dari diagnosa kedua hasil asuhan keperawatan

    yang dilakukan penulis pada tanggal 18-19 Januari 2010 adalah:

    mengkaji tanda-tanda munculnya infeksi, melakukan perawatan lukadengan teknik septik dan aseptik, melakukan perawatan pada selang

    kateter , mengobservasi kantong drainase, mengobservasi perubahan

    tanda-tanda vital, memotivasi keluarga dan klien untuk menjaga

    kebersihan dan kelembaban daerah luka dan selang drainase,mengambil sampel darah untuk menghitung jumlah leukosit dalam

    darah, kolaborasi pemberian anti biotik: injeksi ceftriaxon 2x1 gram.

    312) Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan sekunder

    terhadap prosedur pembedahan

    Implementasi dari diagnosa pertama yang telah dilakukan oleh

    penulis pada tanggal 18-19 Januari 2010 adalah mengkaji karakteristiknyeri, mengobservasi perubahan tanda-tanda vital, mengajarkan

    tehnik distraksi relaksasi (napas dalam dan bimbingan imajinasi),

    kolaborasi pemberian analgetik.3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

    Implementasi dari diagnosa ketiga yang telah dilakukan oleh

    penulis pada tanggal 18-19 Januari 2010 adalah: mengkaji tingkatketergantungan klien, mengkaji kemampuan otot klien, menganjurkan

    klien banyak istirahat, mengobservasi perubahan TTV, memberikan

    nutrisi adekuat sesuai diit yang diberikan, menganjurkan untuk tirah

    baring,melakukan ROM eksercise sesuai kemampuan secarabertahap.

    32

    E. Evaluasi

    1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya pertahananskunder terhadap pembedaha.

    Hasil evaluasi untuk diagnosa kedua resiko infeksi tanggal 19

    Januari 2010 adalah sebagai berikut. S: - O: luka bersih, tanda infeksitidak ada, proses perbaikan jaringan bagus, proses irigasi luka bagus,

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    17/22

    keteter bersih dan terpasang dengan baik, Suhu tubuh 36,7C. A:

    masalah teratasi sebagian. P: lanjutkan intervensi : lakukan perawatan

    luka dengan teknik steril dan aseptik, lakukan perawatan pada selangkateter , observasi kantong drainase, observasi perubahan tandatanda

    vital, motivasi keluarga dan klien untuk menjaga kebersihan dan

    kelembaban daerah luka dan selang drainase.2. Nyeri (akut) berhubungan dengan discontinuitas jaringan sekunderterhadap prosedur pembedahan.

    Hasil evaluasi tanggal 19 Januari 2010 dilakukan pada jam

    13.45. Untuk diagnosa nyeri akut evaluasinya S: klien mengatakannyeri, karena ada luka bekas operasi dan. Kualitasnya seperti ditusuktusuk.,

    Region atau daerah yang dirasakan nyeri adalah pada

    abdomen, dengan skala 5, serta nyeri dirasakan hilang-timbul. O: TD

    160/80 mmHg, wajah sedikit rileks dan klien bisa istirahat. A: masalah33

    teratasi sebagian. P: lanjutkan intervensi. mengobservasi perubahan

    tanda-tanda vital, mengajarkan tehnik distraksi relaksasi (napas dalamdan bimbingan imajinasi), kolaborasi pemberian analgetik.

    3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

    hasil evaluasi tanggal 20 Januari 2010, S : klien mengatakan

    sudah tidak lemas, bisa beraktifitas walaupun masih terbatas, O : klientampak segar, tidak lemas TD 160/90mmHg Nadi 92x/menit, A :

    masalah teratasi sebagian, P : Bantu ADL seperlunya, pertahankan

    kondisi.34

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Dalam bab ini penulis akan membahas tentang masalah keperawatanyang muncul dalam tinjauan kasus dan pengelolaan kasus pada TN. S

    dengan post op BPH hari ke-7 di ruang Edelweis RS Tentara Dr.Soedjono

    Magelang.A. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya tahanan

    sekunder terhadap pembedahan

    Resiko terhadap infeksi adalah keadaan dimana seorang individuberesiko terserang oleh agen patogen / opertunistik (virus, jamur, bakteri,

    protozoa atau parasit lain). Dan sumber-sumber eksternal, sumber

    endogen atau eksogen (Carpenito, 2006: 239)

    Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganismeyang mampu menyebabkan sakit. Adanya patogen tidak berarti bahwa

    infeksi akan terjadi. Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang

    bergantung pada elemen-elemen berikut yaitu agen infeksial atau

    pertumbuhan pathogen. tempat atau pertumbuhan pathogen; portalkeluar dari tempat tumbuh tersebut, cara penularan, portal masuk ke

    penjamu yang rentan (Perry and Potter, 2005: 933)

    35Diagnosa keperawatan ini menjadi prioritas pertama menurut

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    18/22

    Maslow karena adanya faktor yang menyebabkan infeksi yaitu jahitan

    post prostatektomi. Data yang diperoleh lebih mendukung kearah resiko

    terjadinya suatu infeksi. Resiko terjadinya suatu infeksi merupakankebutuhan dasar manusia, rasa aman dan nyaman yaitu

    mempertahankan keselamatan fisik yang melibatkan keadaan

    mengurangi atau mengeluarakan ancaman pada tubuh atau kehidupan.Pada saat sakit, seorang klien mungkin rentan terhadap komplikasiseperti infeksi oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan supaya tidak

    menjadi masalah yang aktual (Perry and Potter, 2005: 615).

    Masalah ini terjadi karena masuknya kuman melalui diskontinuitasjaringan pada saat trauma karena penyebab terjadinya trauma dan luka

    atau lesi dalam keadaan kotor, maka akan beresiko tinggi terjadinya

    infeksi dan jika masalah ini tidak segera diatasi maka pada daerah atau

    bagian yang luka atau lesi akan menimbulkan nanah atau pus yang dapatmemperparah infeksi dan menghambat proses penyembuhan luka.

    Apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan proses

    penyembuhan yang lama dan semakin memburuknya perbaikan jaringan,serta akan mengganggu aktifitas sehari-hari.

    36

    Prinsip implementasi yang dilakukan untuk mengatasi resiko tinggi

    infeksi adalah mencegah terjadinya atau penyebaran infeksi denganmeminimalkan jumlah atau jenis organisms yang dikeluarkan ke daerah

    yang berpotensi mengalami infeksi (Perry and Potter, 2005 : 947).

    Upaya untuk meminimalkan serangan yang menyebabkan infeksiadalah dengan cara perawatan luka yang didasarkan pada prinsip teknik

    asepsis. Teknik asepsis adalah usaha untuk mempertahankan klien

    sedapat mungkin bebas dari mikroorganisme. Dua jenis teknik asepsis

    medis atau teknik bersih digunakan untuk mencegah penyebaranmikroorganisme, contohnya mencuci tangan, mengganti linen tempat

    tidur. Asepsis bedah atau teknik steril digunakan untuk membunuh

    mikroorganisme dari suatu daerah (Perry and Potter, 2005: 941).Dalam masalah ini maka dilakukan perawatan luka post

    prostatektomi dan perawatan kateter. Disini penulis melakukan perawatan

    luka post prostatektomi dengan prinsip steril dengan menggunakan kasayang telah disterilkan di autoklaf. Dan membersihkan daerah luka dengan

    kasa dan NaCl , kemudian mengoleskan daerah yang terdapat jahitan

    post prostatektomi dengan menggunakan Kassa steril yang telah diolesi

    betadine, kemudian menutup luka dengan kasa steril dengan rasionalmeningkatkan hygiene dan membantu mencegah terjadinya infeksi

    37

    (Doengoes, 2001: 395).

    Alasan menggunakan betadine (Povidone Iodine) karenaelemen iodin adalah salah satu zat bakterisid terkuat (sudah efektif pada

    kadar 2-4 mcg/ml air), dengan daya kerja cepat. Hampir semua kuman

    patogen, termasuk fungi dan virus diamikan olehnya begitu pula spora,iod merupakan antiseptikum yang sangat efektif untuk kulit utuh (Tjay dan

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    19/22

    Raharja, 2007 ) sedangkan menggunakan NaCl adalah karena menurut

    penelitian yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional

    Brawijaya FK, 2007 menyebutkan bahwa larutan yang paling efektif untukmempercepat pemulihan pada luka adalah NaCl 0,9%, karena

    merupakan suatu agen pembunuh luka yang paling efektif dan masih

    menjadi pilihan sampai sekarang, selain itu juga NaCl juga membantumengurangi nyeri saat dilakukan perawatan luka.Selain prinsip implementasi yang dilakukan diatas untuk mengatasi

    masalah resiko infeksi yang dapat penulis lakukan yaitu menggunakan

    tehnik steril dan aseptik setiap melakukan tindakan perawatan pada lukaklien. Hal ini dilakukan untuk menjaga luka tidak terkontaminasi dengan

    mikroorganisme luar baik dari peralatan yang di gunakan maupun dari

    perawat saat melakukan tindakan perawatan. Selain itu keterlibatan

    pasien dalam setiap tindakan sangat di butuhkan untuk mencapai tingkat38

    penyembuha luka seperti yang di rencanakan, yaitu menganjurkan dan

    memotivasi klien untuk selalu menjaga kebersihan dan kelembabandaerah luka. Dengan penggunaan tehnik ini pula. Proses perbaikan luka

    menjadi lebih cepat karena karena mnimalnya kontak luka dengan agen

    mikroorganisme yang dapat memperlambat proses perbaikan jaringan

    luka. Selain itu nyang perlu ddi perhatiakn dalam proses perbaikanjaringan adalah kecukupan nutrisi adekuat. Karena nutrisi sangat

    berperan dalam membantu proses perbaikan dan pergantian sel-sel yang

    rusak. Terutama asupan protein klien harus adekuat. Misalnyamenganjurkan klien untuk banyak mengosumsi ikan, daging dan telur

    sebagai pemberi asupan protein sesuai yang di butuhkan. Yang terakhir

    adalah kolaborasi pemberian antibiotik untuk menghambat infasi

    mikroorganisme yang dapat menghanbat proses perbaikan jaringan luka.Evaluasi yang di dapatkan setelah dilakukaan tindakan keperawatan

    yaitu S: -. O: tanda infeksi tidak ada, proses perbaikan jaringan bagus,

    proses irigasi luka bagus, keteter bersih dan terpasang dengan baik,Suhu tubuh 36,7C. A: masalah teratasi sebagian. P: lanjutkan intervensi

    Modifikasi intervensi dilakukan perawatan luka dengan teknik steril

    dan aseptik, lakukan perawatan pada selang kateter , observasi kantongdrainase, observasi perubahan tanda-tanda vital, motivasi keluarga dan

    39

    klien untuk menjaga kebersihan dan kelembaban daerah luka dan selang

    drainase.B. Nyeri akut berhubungan dengan discontinuitas jaringan sekunder

    terhadap prosedur pembedahan.

    Nyeri akut adalah keadaan dimana individu mengalami dan

    melaporkan adanya rasa tidak nyaman yang hebat atau sensasi yangtidak menyenangkan selama 6 bulan atau kurang (Carpenito, L.J, 2001).

    Nyeri merupakan keadaan yang subjektif dimana seseorang

    memperlihatkan ketidaknyamanan baik secara verbal maupun non verbalatau keduanya, dapat berupa akut atau kronik. Hal ini disebabkan adanya

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    20/22

    iritasi mukosa distensi kandung kemih kolik guyup, infeksi urinaria, terapi

    radiasi (Doenges, 2000).

    Sedangkan nyeri juga dapat diartikan sebagai sensasi subjektifrasa tidaknyamanan yang biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan

    aktual atau potensial, dapat bersifat protektif (Corwin, E.J. 2001:222)

    Batasan karakteristik mayor yaitu adanya pengungkapan secaraverbal atau melaporkan dengan isyarat. Batasan karakterisktik minoryaitu : gerakan menghindari nyeri, respon otonomik misalnya :

    diaphoresis, tekanan darah, pernafasan, perubahan nadi, perubahan

    40nafsu makan, perilaku distraksi, perilaku ekpresisf, fokus menyempit,

    berfokus pada diri sendiri.

    Pemrioritasan diagnosa yang kedua menurut Maslow, menyatakan

    bahwa kebutuhan rasa nyaman merupakan kebutuhan dasar setelahkebutuhan fisologis yaitu nyeri yang di timbulkan oleh luka sangat

    mengganggu di banding dengan masalah-masalah yang lainnya yang

    harus ditangani karena dibuktikan oleh data-data yang ada. Pasien yangmengalami nyeri akan berdampak pada aktivitas sehari-harinya. Pasien

    tersebut akan terganggu pemenuhan istirahat dan tidurnya, pemenuhan

    nutrisi, pemenuhan individual, juga aspek interaksi sosialnya yang dapat

    berupa menghindari percakapan, menarik diri, dan menghindari kontak(Potter dan perry, 2000).

    Masalah ini terjadi karena adanya luka insisi pada daerah simpisis

    pubis akibat pembedahan atas indikasi BPH. Luka masih agak basah,kemerahan yang menyebabkan meningkatnya reaksi peradangn jaringan

    yang nekrosis. Pada reaksi peradangan terjadi pelepasan histamine dan

    zat-zat humoral lain kedalam cairan jaringan sekitar yang menyebabkan

    meningkatnya rasa nyeri didaerah luka tersebut (Price, 2000).41

    Apabila nyeri tidak segera ditangani dengan baik maka pemenuhan

    kebutuhan lain akan ikut terganggu, selain itu menurut (Gamong, 2000)apabila tidak ditangani pada akhirnya dapat mengakibatkan syok

    neurogenik pada pasien tersebut.

    Prinsip implementasi yang dilakukan oleh penulis secara mandiriuntuk mengurangi nyeri adalah dengan teknik distraksi dan relaksasi.

    Distraksi dan relaksasi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri

    dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri.

    Tehnik ini masih merupakan tehnik yang baik yang dapat dilakukanmandiri untuk menurunkan tingkat nyeri, ini dibuktikan oleh hasil

    penelitian yang dilakukan oleh (Basuki dan Ngudi, 2007) yang dilakukan

    terhadap 18 responden di ruang UGD RS Militer Malang. Pengambilan

    data dari penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara dimanatingkat signifikasi dari analisa datanya adalah 5%. Hasil penelitian

    didapatkan intensitas nyeri awal kelompok kontrol seluruh responden

    yaitu 5 responden (83,33%) tingkat nyerinya berat, kelompok ditraksibesarnya yaitu 4 responden (66,67%) mengalami tingkat nyeri berat,

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    21/22

    pada kelompok distraksi hampir seluruh responden yaitu 5 responden

    (83,33%) mengalami nyeri sedang. Hasil analisa menunjukkan ada

    pengaruh yang signifikan penerapan metode distraksi dan relaksasi42

    terhadap penurunan tingkat nyeri. Dengan adanya perubahan yang

    signifikan pada penurunan tingkat nyeri, maka teknik distraksi danrelaksasi merupakan salah satu cara yang efektif bagi perawat dalamupaya menurunkan nyeri, sebelum menggunakan metode farmakologis

    dengan obat-obatan.

    Evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan tindakan keperawatanyaitu S: klien mengatakan nyeri, karena ada luka bekas operasi

    Kualitasnya seperti ditusuk-tusuk, Region atau daerah yang dirasakan

    nyeri adalah pada abdomen, dengan skala 5, serta nyeri dirasakan

    hilang-timbul. O: TD 160/80 mmHg, wajah sedikit rileks dan klien bisaistirahat. A: masalah teratasi sebagian. P: lanjutkan intervensi.

    Modifikasi intervensi yang dilakukan mengobservasi perubahan

    tanda-tanda vital, mengajarkan tehnik distraksi relaksasi ( napas dalamdan bimbingan imajinasi), kolaborasi pemberian analgetik.

    C. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

    Intoleransi aktifitas adalah penurunan dalam kapasitas fisiologis

    seseoranguntuk melakukan aktifitas sampai tingkat yang diinginkan ataudibutuhkan. (Carpenito 2000:2)

    Intoleransi aktifitas adalah ketidak cukupan energi secara fisiologis

    maupun psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang43

    diminta atau aktifitas sehari-hari. (Nanda 2002:01)

    Masalah ini menjadi prioritas ke tiga berdasarkan triase

    merupakan dampak dan prioritas 1 dan karena pada post op penderitaharus istirahat untuk sementara dikarnakan terpasang drain pada

    abdomen.

    Batasan karakteristik mayor adalah adanya kelemahan, pusing,dispnea yang terjadi selama aktifitas dan 3 menit setelah aktifitas akan

    terjadi pusing, dispnea, keletihan, frekwensi pernafasan >24x/menit,

    frekwensi nadi >95x/menit, sedang kriteria minor adalah pucat atausianosis, sianosis dan fertigo. (carpenito 2001:02)

    Peningkatan aktifitas syarat simpatis mengakibatkan kontrilen

    spincter kapiler sehingga curah jantung menurun dan meningkatkan

    peningkatan tahanan perifer mengakibatkan suplay darah kejaringan danotak tidak adekuat, akibatnya metabolisme meningkat dan transport O2

    ke jaringan dan otak menurun, hal ini mengakibatkan kerja jantung

    meningkat dan timbulnya nyeri dada atau dispnea, nafas pendek dan

    pusing terjadilah hipoksia dijaringan. Inilah salah satu penyebabkelemahan, disamping itu klien punya riwayat paru setengah tahun yang

    lalu dg adanya kelemahan ini aktifitasnya klien menjadi terganggu dan

    menimbulkan intoleransi aktifitas. (Doengoes 2000:45)44

  • 8/12/2019 Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan

    22/22

    Masalah ini terjadi karena penurunan aktifitas yang di akibatkan

    adanya pembesaran prostat telah dilakukannya oprasi. Prinsip dilakukan

    dalam tindakan keperawatan ini adih membantu pemenuhan ADL kliensecara bertahap. Masalah ini muncul karenam dalam kasus ditemukan

    tanda-tanda klien tampak lemas, ADL dibantu keluarga, tonus otot lemah,

    TD 160/90mmHg, nadi 92x/menit.Apabila hal ini tidak diatasi dapat menurunkan partisipasi kliendalam aktifitas sehingga meminimalkan pengunaan otot (Carpenito 2000).

    Adapun aktifitas yang penulis lakukan, mengukur TTV sebelum dan

    sesudah aktifitas karena efek obatEvaluasi yang didapatkan setelah dilakukan asuhan keperawatan

    selama 2x 24 jam pada tanggal 20 Januari 2010 pada jam 13.10 sebagai

    berikut: S: klien mengatakan sudah tidak lemas, bisa beraktifitas

    walaupun masih terbatas O: klien terlihat segar, tidak lemas, TD160/90mmHg nadi 92x/menit, A : masalah intoleransi teratasi sebagian,

    P: bantu ADL seperlunya, beri motivasi dalam melakukan aktifitas,

    pertahankan kondisi.Modofikasi intervensi yang diberikan yaitu membantu ADL klien

    seperlunya, memberikan motivasi dalam melakukan aktifitas dan

    pertahankan kondisi.

    45DAFTAR PUSTAKA

    Carpenito, L.J.2006, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 1,. Jakarta:

    EGC.Doenges, M.E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

    perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3,

    Jakarta: EGC.

    Hancock, Christine, 2000, Kamus Keperawatan, Edisi 17, Jakarta : EGCMansjoer, A, Suprohaita, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3,

    Media Aesculapius, Jakarta.

    Probosuseno, dkk. 2004, Strategi Melepas Kateter yang Terus Meneruspada Pasien Usia Lanjut Akibat Pembesaran Prostat Jinak, Dikutip

    pada tanggal 13 Juli 2010 jam 09.54 dari website

    http//:medicalzone.comSchwartz, dkk. 2000, Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, Jakarta:

    EGC.

    Smeltzer, Sutane C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Burnner

    dan Suddarth, Edisi 8 , Jakarta : EGC.