INTERAKSI OBAT Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan Bersamaan.
INTERAKSI OBAT
Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat
diubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan
Bersamaan.
Interaksi Obat :
a. Bermanfaat (ex interaksi antara probenesid
dengan penisilin, di mana probenesid akan
menghambat sekresi penisilin di tubuli
ginjal, sehingga akan memperlambat
ekskresi penisilin dan mempertahankan
penisilin lebih lama dalam tubuh)
b. Efek yang merugikan (terjadinya efek samping
dan tidak tercapainya efek terapi)
OBAT YANG TERLIBAT DALAM PERISTIWA
INTERAKSI
a. Obat objek
b. Obat presipitan
1. Obat obyekObat-obat yang kemungkinan besar menjadi obyek interaksi atau efeknya dipengaruhi oleh obat lain, Umumnya adalah obat-obat yang mempunyai indek terapi sempit (narrow therapeutic range) yaitu : a. Obat-obat di mana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat) akanmenyebabkan perubahan besar pada efek klinik yang timbul
b. Obat-obat dengan rasio toksis terapik
yang rendah (low toxic:therapeutic ratio),
artinya antara dosis toksik dan dosis
terapetik tersebut perbandinganya (atau
perbedaanya) tidak besar.
Contoh obat indek terapi sempit Antikoagulansia: warfarin, Antikonvulsi (antikejang): antiepilepsi, Hipoglikemika: antidiabetika oral seperti
tolbutamid, klorpropamid dll, Anti-aritmia: lidokain,prokainamid dll, Glikosida jantung: digoksin, Antihipertensi, Kontrasepsi oral steroid, Antibiotika aminoglikosida, obat-obat sitotoksik, obat-obat susunan saraf pusat, dan lain-lain
2. Obat presipitanObat-obat presipitan adalah obat yang dapat mengubah aksi/efek obat lain. Untuk dapat mempengaruhi aksi/efek, :
a. Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, akan menggusur ikatan-ikatan yang protein obat lain yang lebih lemah. Obat-obat yang tergusur ini (displaced) kemudian kadar bebasnya dalam darah akan meningkat dengan segala konsekuensinya, terutama meningkatnya efek toksik, misalnya aspirin, fenilbutazon, dan sulfa
b. Obat-obat yang punya sifat sebagai perangsang enzim (enzyme inducer)misalnya rifampisin, karbamasepin, fenitoin, fenobarbital dan lain-lain akan mempercepat eliminasi (metabolisme) obat-obat yang lain sehingga kadar dalam darah lebih cepat hilang. Sedangkan obat-obat yang dapat menghambat metabolisme (enzyme inhibator) termasuk kloramfenikol, fenilbutason, alopurinol, simetidin dan lain-lain,akan meningkatkan kadar obat obyek sehingga terjadi efek toksik.
c. Obat-obat yang dapat mempengaruhi
/merubah fungsi ginjal sehingga eliminasi
obat-obat lain dapat dimodifikasi.
Misalnya probenesid, obat-obat golongan
diuretika dan lain-lain.
Interaksi obat berdasarkan mekanismenya
dapat dibagi menjadi 3 golongan besar,
1. Interaksi farmasetik,
2. Interaksi famakokinetik,
3. Interaksi farmakodinamik.
1. Interaksi farmasetik
Interaksi ini merupakan interaksi fisiko-kimiawi di
mana terjadi reaksi fisiko-kimiawi antara obat-
obat sehingga mengubah (menghilangkan)
aktifitas farmakologik obat. Yang sering terjadi
reaksi antara obat-obat yang dicampur dalam
cairan secara bersamaan, misalya dalam infus.
Beberapa tindakan (precaution) untuk menghindari interaksi farmasetik :
Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau yakin betul bahwa tidak ada interaksi antar masingmasing obat.
Menghindari pemberian obat bersama-sama lewat infus.
Selalu perhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya (manufacturer leaflet), untuk melihat peringatanperingatan pada pencampuran dan cara pemberian obat.
Sebelum memakai larutan , perhatikan
bahwa tidak terjadi perubahan warna,
kekeruhan, presipitasi dan lain-lain dari
larutan.
Siapkan larutan hanya kalau diperlukan
saja. Jangan menyimpan terlalu lama
larutan yang sudah dicampur, kecuali untuk
obat-obat yang memang sudah tersedia
dalam bentuk larutan seperti metronidazol ,
lidakoin .
Botol ifus harus selalu diberi label tentang jenis
larutannya, obat-obat yang sudah dimasukkan,
termasuk dosis dan dan waktunya.
·Jika harus memberi per infus dua macam obat,
berikan lewat 2 jalur infus, kecuali kalau yakin
tidak ada interaksi.
2. Interaksi farmakokinetik Interkasi farmakokinetik terjadi bila obat
presipitan mempengaruhi atau mengubah proses absorpsi, distribusi (ikatan protein), metabolisme, dan ekskresi dari obat-obat obyek. Sehingga mekanisme interaksi inipun dapat dibedakan sesuai dengan proses-proses biologik (kinetik) tersebut
Interaksi dalam proses absorpsi
Interaksi ini dapat terjadi dengan berbagai cara
misalnya,
- Perubahan (penurunan) motilitas gastrointestinal
oleh obat-obat seperti morfin atau senyawa-
senyawa antikolinergik dapat mengubah absorpsi
obat-obat lain.
Kelasi yakni pengikatan molekul obat-obat tertentu
oleh senyawa logam sehingga absorpsi akan
dikurangi, oleh karena terbentuk senyawa kompleks
yang tidak diabsorpsi. Misalnya kelasi antara
tetrasiklin dengan senyawa senyawa logam berat
akan menurunkan absorpsi tetrasiklin.
Makanan juga dapat mengubah absorpsi obat-obat
tertentu, misalnya: umumnya antibiotika akan
menurun absorpsinya bila diberikan bersama dengan
makanan
2. Interaksi distribusi Interaksi ini terjadi terutama bila obat-obat
dengan ikatan protein yang lebih kuat menggusur obat-obat lain dengan ikatan protein yang lebih lemah dari tempat ikatannya pada protein plasma. Akibatnya kadar obat bebas yang tergusur ini akan lebih tinggi pada darah dengan segala konsekuensinya, terutama terjadinya peningkatan efek toksik. misalnya meningkatnya efek toksik dari antikoagulan warfarin atau obat-obat hipoglikemik (tolbutamid, kolrpropamid) karena pemberian bersamaan dengan fenilbutason, sulfa atau aspirin
3. Interaksi dalam proses metabolisme
Dapat terjadi dengan dua kemungkinan,
Pemacuan enzim (enzyme induction) Suatu
obat (presipitan) dapat memacu
metabolisme obat lain (obat obyek)
sehingga mempercepat eliminasi obat
tersebut. Kenaikan kecepatan eliminasi
pembuangan atau inaktivasi) akan diikuti
dengan menurunnya kadar obat dalam
darah dengan segala konsekuensinya.
Obat yang bekerja menginduksi enzim
contohnya :
- Rifampisin,
- Antiepileptika: fenitoin, karbamasepin,
fenobarbital.
Dari berbagai reaksi metabolisme obat, maka
reaksi oksidasi fase I yang dikatalisir oleh
enzim sitokrom P-450 dalam mikrosom hepar
yang paling banyak dan paling mudah dipicu.
Penghambatan enzim (enzyme inhibitor). Metabolisme suatu obat juga dapat dihambat oleh obat lain sehingga meningkatnya kadar obat dalam darah dengan segala konsekuensinya, oleh karena terhambatnya proses eliminasi obat. Obat-obat yang dikenal dapat menghambat aktifitas enzim metabolisme obat adalah:
kloramfenikol isoniazid simetidin propanolol eritromisin fenilbutason alopurinol, dll.
4. Interaksi dalam proses ekskresi
Interaksi obat atau metabolitnya melalui
organ ekskresi terutama ginjal dapat
dipengaruhi oleh obat-obat lain. Contoh
probenesid dengan penisilin melalui
kompetisi sekresi tubuli akan menghambat
sekresi penisilin , maka kadar penisilin
dapat dipertahankan dalam tubuh.
3. Interaksi farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik berbeda dengan
interaksi farmakokinetik. Disini tidak terjadi
perubahan kadar obat obyek dalam darah.
Tetapi yang terjadi adalah perubahan efek
obat obyek yang disebabkan oleh obat
presipitan karena pengaruhnya pada
tempat kerja obat.
Interaksi farmakodinamik dapat dibedakan
menjadi,
Interaksi langsung (direct interaction)
Interaksi tidak langsung (indirect interaction)
1. Interaksi langsung
Interaksi ini terjadi apabila dua obat atau lebih
bekerja pada tempat atau reseptor yang sama,
atau bekerja pada tempat yang berbeda tetapi
dengan hasil efek akhir yang sama atau hampir
sama
Interaksi langsung dibedakan menjadi :a. Antagonisme pada tempat yang samamisalnya: Pembalikan (penetralan) efek opiat oleh
obat nalokson. Pengobatan aritma yang disebabkan
intoksikasi antidepresan triklisik dengan obat fisotigmin.
Pengobatan keracunan pestisida organofosfat dengan sulfas atropin untuk menetralisir efek-efek kolinergik yang terjadi.
b. Sinergisme pada tempat yang samamisalnya: Efek obat pelemas otot
depolarisasi(depolarizing muscle relaxants) akan diperkuat oleh antibiotika aminoglikosida, kolistin dan polimiksin karena keduanya bekerja pada tempat yang sama yakni pada motor end plate otot serat lintang.
Kombinasi obat beta-blocker dan Ca channel blocker seperti verapamil dapat menyebabkan aritmia/asistole. Keduanya bekerja pada jaringan konduksi otot jantung yang sama.
c. Sinergisme pada tempat yang berbeda dari efek yang sama atau hampir sama.
Obat-obat dengan efek akhir yang sama atau hampir sama, walaupun tempat kerja ata reseptornya berlainan, kalau diberikan bersamaan akan memberikan efek yang saling memperkuat. Misalnya,
-Alkohol dan obat-obat yang berpengaruh terhadap susunan saraf pusat,
Antara berbagai obat yang punya efek yang sama terhadap susunan saraf pusat, misalnya depresi susunan saraf pusat.
Kombinasi antibiotika, misalnya penisilin dan aminoglikosida
Kombinasi beberapa obat antihipertensi