Refarat Infeksi TropisINFEKSI SALURAN KEMIHWaode Rusdiah,
Nurhayana Sennang, Benny RusliBagian Ilmu Patologi Klinik FK
UNHAS-RSUP DR. Wahidin SudirohusodoMakassar
I. PENDAHULUAN Infeksi Saluran Kemih merupakan istilah umum yang
menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin. Infeksi saluran
kemih seringkali dijumpai mulai infeksi ringan yang baru diketahui
pada saat pemeriksaan urine, maupun infeksi berat yang mengancam
jiwa. Pada dasarnya infeksi ini dimulai dari infeksi pada saluran
kemih (ISK) yang kemudian menjalar ke organ genitalia bahkan sampai
ke ginjal. Infeksi itu sendiri adalah merupakan reaksi inflamasi
sel urotelium yang melapisi saluran kemih. Infeksi akut pada organ
padat (testis, epididymis, prostat dan ginjal) biasanya lebih berat
daripada yang mengenai organ berongga (buli-buli, ureter atau
uretra); hal ini ditunjukkan dengan keluhan nyeri atau keadaan
klinis yang lebih berat. Adanya bakteri dalam urin disebut
bakteriuria. Bakteriuria bermakna menunjukkn pertumbuhan
mikroorganisme murni lebih dari 105 colony forming units (CFU) pada
biakan urin. Bakteriuria bermakna tanpa disertai manifestasi klinik
ISK disebut bakteriuria asimptomatik. Sebaliknya bakteriuria
bermakna disertai manifestasi klinik disebut bakteriuria
simptomatik. Pada keadaan normal, bakteri yang terdapat dalam
kandung kemih dapat segera hilang. Sebagian karena efek pengenceran
dan pembilasan ketika buang air kecil tapi juga akibat daya
antibakteri urin dan mukosa kandung kemih. Urin dalam kandung kemih
pada orang normal dapat menghambat atau membunuh bakteri terutama
karena konsentrasi urea dan osmolaritas urin yang tinggi. Sekresi
prostat juga mempunyai daya antibakteri. Leukosit polimorfonuklear
dalam dinding kandung kemih juga berperan dalam membersihkan
bakteriuria.
II. KLASIFIKASI Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi dua
kategori umum berdasarkan lokasi anatomi, yaitu :a. Infeksi saluran
kemih bawahb. Infeksi saluran kemih atasPresentasi klinis infeksi
saluran kemih bawah tergantung dari gender :a. Perempuan1. Sistitis
Sistitis adalah presentasi klinik infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna.2. Sindrom uretra akut (SUA) Sindrom uretra
akut adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis.b.
Laki-laki Presentasi klinis ISK pada laki-laki mungkin sistitis,
prostatitis, epidimidis dan uretritis.Infeksi saluran kemih atas
terbagi menjadi 2, yaitu :a. Pielonefritis akut (PNA) Pielonefritis
akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan
infeksi bakteri.b. Pielonefritis kronik (PNK) Pielonefritis kronis
mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau
infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks
vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti
pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai
pielonefritis kronik yang spesifik.
III. EPIDEMIOLOGI Infeksi saluran kemih tergantung banyak
faktor; seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor
predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih
termasuk ginjal. Infeksi saluran kemih dapat menyerang pasien dari
segala usia mulai bayi baru lahir hingga orang tua. Pada umumnya
wanita lebih sering mengalami episode ISK daripada pria; hal ini
karena uretra wanita lebih pendek daripada pria. Namun pada masa
neonatus ISK lebih banyak terdapat pada bayi laki-laki (2,7%) yang
tidak menjalani sirkumsisi daripada bayi perempuan (0,7%). Dengan
bertambahnya usia, insiden ISK terbalik, yaitu pada masa sekolah,
ISK pada anak perempuan 3% sedangkan anak laki-laki 1,1%. Insidens
ISK ini pada usia remaja anak perempuan meningkat 3,3 sampai 5,8%.
Bakteriuria asimtomatik pada wanita usia 18-40 tahun adalah 5-6%
dan angka itu meningkat menjadi 20% pada wanita usia lanjut. IV.
ETIOLOGI Banyak mikroorganisme yang dapat menginfeksi saluran
kemih, tetapi pada umumnya adalah bakteri batang Gram negatif.
Escherichia Coli menyebabkan hampir 80% kasus, kelompok kedua
Staphylococcus saprophyticus pada 10 15% kasus, Proteus mirabilis
dan Klebsiella pada 2 5% kasus. E. coli dapat menyebabkan infeksi
meskipun tanpa pemasangan kateter, tanpa kelainan urologik atau
batu. Serratia dan Pseudomonas dapat menyebabkan infeksi pada kasus
yang berhubungan dengan tindakan urologik, batu atau obstruksi.
Spesies Proteus memiliki urease yang mampu memecah urea menjadi
ammonia sehingga dapat meningkatkan pH urin dan kondisi ini
memudahkan terbentuknya batu. Spesies Klebsiella menghasilkan
lendir dan polisakarida ekstraselular yang merupakan predisposisi
pada pembentukan batu saluran kemih. Bakteri coccus Gram positif
lebih sedikit peranannya dalam ISK. Staphylococcus saprophyticus
(koagulase negatif) menyebabkan 10 15% ISK pada wanita muda.
Enterococcus merupakan penyebab ISK tanpa adanya kelainan anatomi
atau fisiologik sebelumnya. Sedangkan S. aureus menyebabkan infeksi
pada pasien ISK dengan komplikasi berupa batu ginjal atau akibat
tindakan instrumentasi. Penyakit akibat hubungan seksual juga dapat
mentransmisi ISK, seperti pada Chlamydia trachomatis, Neisseria
gonorhoeae dan virus herpes simpleks. Ureaplasma urealyticum dan
Mycoplasma hominis seringkali ditemukan pada pasien prostatitis
akut dan pyelonephritis. Adenovirus menyebabkan sistitis akut
hemoragik pada anak dan dewasa muda.
V. PATOGENESIS Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih
dapat melalui penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat
infeksi terdekat, hematogen, limfogen dan eksogen sebagai akibat
pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi. Dua jalur utama
terjadinya ISK ialah hematogen dan asending, tetapi dari kedua cara
ini asendinglah yang paling sering terjadi. 1. Infeksi hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan
tubuh yang rendah, karena menderita sesuatu penyakit kronik, atau
pada pasien yang sementara mendapat pengobatan imunosupresif.
Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya fokus infeksi
di salah satu tempat. Misalnya infeksi S.aureus pada ginjal bisa
terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang,
kulit, endotel atau di tempat lain. Salmonella, Pseudomonas,
Candida dan Proteus termasuk jenis bakteri yang dapat menyebar
secara hematogen. 2. Infeksi asendinga. Kolonisasi uretra dan
daerah introitus vagina Saluran kemih yang normal umumnya tidak
mengandung mikroorganisme kecuali pada bagian distal uretra yang
biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit seperti basil
difteroid, streptokokkus. Di samping bakteri normal flora kulit,
pada wanita, daerah 1/3 bagian distal uretra ini disertai jaringan
periuretral dan vestibula vaginalis juga banyak dihuni bakteri yang
berasal dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat
tersebut. b. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih Proses
masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum diketahui
dengan jelas. Beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya
mikroorganisme ke dalam kandung kemih adalah :1. Faktor anatomiISK
lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki, hal ini disebabkan
karena uretra wanita lebih pendek dan terletak lebih dekat pada
anus. Sedangkan uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar
prostat.2. Faktor tekanan urin pada waktu miksiMikroorganisme naik
ke kandung kemih pada waktu miksi karena tekanan urin. Dan selama
miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah pengeluaran
urin.3. Manipulasi uretraMisalnya manipulasi manual pada masturbasi
atau pada hubungan kelamin.c. Multiplikasi bakteri dalam kandung
kemih dan pertahanan kandung kemih Dalam keadaan normal
mikroorganisme yang masuk ke dalam kandung kemih akan cepat
menghilang, sehingga tidak sempat berkembang biak dalam urin.
Pertahanan yang normal dari kandung kemih ini tergantung dari
interaksi 3 faktor :1. Eradikasi organisme yang disebabkan oleh
efek pembilasan dan pengenceran urin.
2. Efek antibakteri dari urin karena :(i) Urin mengandung urea
dan asam organik yang bersifat bakteriostatik(ii) Urin mempunyai
tekanan osmotic yang tinggi dan pH yang rendah3. Mekanisme
pertahanan mukosa kandung kemih yang intrinsicd. Masuknya bakteri
dari kandung kemih ke ginjal Hal ini disebabkan oleh refluks
vesikoureter dan menyebarnya infeksi dari pelvis ke korteks karena
refluks intrarenal. Refluks vesikoureter adalah keadaan patologis
karena tidak berfungsinya valvula vesikoureter sehingga aliran urin
naik dari kandung kemih ke ginjal.
Gambar 1. Masuknya bakteri secara ascending kedalam saluran
kemih
VI. GAMBARAN KLINIS Gambaran klinis ISK tidak khas dan bahkan
pada sebagian pasien tanpa gejala. Gejala yang sering ditemukan
ialah dysuria, polakisuria dan urgensi yang biasanya terjadi
bersamaan. Nyeri suprapubic dan daerah pelvis. Polakisuria terjadi
akibat kandung kemih tidak dapat menampung urin lebih dari 500 mL
karena mukosa yang meradang sehingga sering kencing. Stranguria
yaitu kencing yang susah dan disertai kejang otot pinggang yang
sering ditemukan pada sistitis akut. Tenesmus ialah rasa nyeri
dengan keinginan mengosongkan kandung kemih meskipun telah kosong.
Nokturia ialah cenderung sering kencing pada malam hari akibat
kapasitas kandung kemih menurun. Sering juga ditemukan enuresis
nocturnal sekunder yaitu ngompol pada orang dewasa, prostatismus
yaitu kesulitan memulai kencing dan kurang deras arus kencing.
Nyeri uretra, kolik ureter dan ginjal. Gejala klinis ISK sesuai
dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai berikut :a.
Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit
atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih
sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di daerah suprapubik.b. Pada
ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual,
muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri di
pinggang.
VII. DIAGNOSIS Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat
bervariasi mulai dari tanpa gejala hingga menunjukkan gejala yang
sangat berat akibat kerusakan pada organ-organ lain. Pada umumnya
infeksi akut yang mengenai organ padat (ginjal, prostat, epididymis
dan testis) memberikan keluhan yang hebat sedangkan infeksi pada
organ-organ yang berongga (buli-buli, ureter dan pielum) memberikan
keluhan yang lebih ringan. Analisa urin rutin, pemeriksaan
mikroskop urin segar, kultur urin, serta jumlah kuman/mL urin
merupakan protokol standar untuk pendekatan diagnosis ISK.
Pengambilan dan koleksi urin, suhu dan teknik transportasi sampel
urin harus sesuai dengan protokol yang dianjurkan. Investigasi
lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin, harus
berdasarkan indikasi yang kuat. Pemeriksaan radiologis dimaksudkan
untuk mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan
faktor predispossi ISK. Renal imaging procedures untuk investigasi
faktor predisposisi ISK termasuk ultrasonogram (USG), radiografi
(foto polos perut, pielografi IV, micturating cystogram) dan isotop
scanning.Pemeriksaan laboratorium :1. Urinalisisa.
LeukosuriaLeukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk
penting terhadap dugaan adalah ISK. Leukosuria dinyatakan positif
bilamana terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada sedimen air kemih
menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun adanya leukosuria
tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai pada
inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang bermakna,
perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur. Gambar 2.
Leukosuria
b. HematuriaDipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk
adanya ISK yaitu bilamana dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen air
kemih. Hematuria dapat pula disebabkan oleh berbagai keadaan
patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain
misalnya urolitiasis, tumor ginjal atau nekrosis papilaris.2.
Bakteriologisa. MikroskopisDapat digunakan uriin segar tanpa
diputar atau tanpa pewarnaan Gram. Bakteri dinyatakan positif
bermakna bilamana dijumpai 1 bakteri/lapangan pandang minyak
emersi.b. Biakan bakteriPemeriksaan biakan bakteri dimaksudkan
untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam
jumlah bermakna sesuai dengan kriteria Cattel 1996 :i. Wanita,
simtomatik 102 organisme koliform/mL urin plus piuria, atau 105
organisme patogen apapun/mL urin, atauAdanya pertumbuhan organisme
patogen apa pun pada urin yang diambil dengan cara aspirasi
suprapubik ii. Lelaki, simtomatik 103 organisme pathogen/mL
uriniii. Pasien asimtomatik 105 organisme patogen/mL urin pada 2
contoh urin berurutan. Gambar 3. Biakan bakteri
3. Tes KimiawiYang paling sering dipakai ialah tes reduksi
griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali
enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpai lebih dari
100.000-1.000.000 bakteri. Konversi ini dapat dilihat dengan
perubahan warna pada uji carik. Sensivitas 90,7% dan spesifisitas
99,1% untuk mendeteksi bakteri Gram negatif. Hasil negatif palsu
dapat terjadi, bila pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis
yang banyak, infeksi oleh enterokoki dan asinetobakter.4. Tes
Plat-celup (Dip-slide)
Gambar 4. Plat Celup (Dip-slide)
Lempeng plastik bertangkai di mana pada kedua sisi permukaannya
dilapisi perbenihan padat khsusus. Lempeng tersebut dicelupkan ke
dalam urin pasien atau digenangi urin. Setelah itu lempeng
dimasukkan kembali ke dalam tabung plastik tempat penyimpanan
semula, lalu dilakukan pengeraman semalam pada suhu 370C. Penentuan
jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan
pada lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar yang
memperlihatkan keadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah
kuman antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap mL urin yang diperiksa.
Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup akurat. Tetapi jenis
kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.
VIII. DIAGNOSIS BANDING Sistitis Bakterial Pielonefritis akut
Uretritis
DefinisiPeradangan kandung kemihProses inflamasi parenkim
ginjalPeradangan dari saluran uretra
EtiologiE.coli, Enterococci, Proteus, Stafilokokkus
aureusE.coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas,
LactobacilusN.Gonorrhoeae, Chlamidia trachomatis, U.Urealyticum
InsidensWanita >>>Wanita >>>Wanita
>>>
Gejala KlinikDisuria, urgensi, nokturia, polyuria, rasa terbakar
saat miksi, hematuria, nyeri suprapubic dan pinggangDemam dan
menggigil tiba-tiba nyeri menetap pada pinggang, nokturia, urgensi,
dysuria, polyuria, malaise, mual, muntah, diare, takikardiDischarge
pada uretra, disuri, gatal dan rasa terbakar pada uretra,
edematous
PemeriksaanLaboratoriumPemeriksaan urin berwarna keruh,
berbau.Pada urinalisis : piuria, hematuria dan
bakteriuriaPemeriksaan DR : Leukositosis (+)Peningkatan laju endap
darah.Pada urinalisis : piuria, bakteriuria dan
hematuriaPemeriksaan urin : Leukosituria.Pewarnaan Gram
:Intraseluler Gram (+) cocci GOKultur dan tes sensitivitas
urin.
IX. PENATALAKSANAAN Prinsip pengobatan ISK pada anak adalah
memberantas bakteri penyebab, menghilangkan gejala-gejala yang
ditimbulkan, serta mencegah terjadinya keruskan ginjal sedini
mungkin. Pemberian antibiotik pada ISK sebaiknya disesuaikan dengan
hasil kultur, tetapi hal ini tidak selalu dapat dilakukan sebab
pengobatan ISK harus segera diberikan sambil menunggu hasil kultur
tersebut. Antibiotik diberikan sekurang-kurangnya 7-10 hari,
meskipun dalam waktu 48 jam biasanya telah terlihat respon klinik
dan biakan kemih telah steril. Dan akhir-akhir ini dilaporkan
semakin banyak jenis bakteri penyebab ISK yang resisten terhadap
antibiotik tertentu. Penatalaksanaan ISK bawah meliputi intake
cairan yang banyak, antibiotika yang adekuat, dan kalau perlu
terapi asimtomatik untuk alkalinasi urin :a. Hampir 80% pasien akan
memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika tunggal;
seperti ampisilin 3 gram, trimethoprim 200 mg.b. Bila infeksi
menetap disertai kelainan urinalisi (leukosituria) diperlukan
terapi konvensional selama 5-10 hari.c. Pemeriksaan mikroskopik
urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala hilang dan
tanpa lekosituria.Reinfeksi berulang (frequent re-infection)a.
Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif
diikuti koreksi faktor resiko.b. Tanpa faktor predisposisi : asupan
cairan banyak, cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi
antimikroba takaran tunggal (missal trimethoprim 200 mg), terapi
antimikroba jangka lama sampai 6 bulan. The Infection Disease of
America menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi antibiotik
Intra Venous (IV) sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum
diketahui mikroorganisme sebagai penyebabnya yaitu fluorokuinolon,
amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin dan sefalosporin dengan
spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida. Antibiotika
merupakan terapi utama pada ISK. Hasil uji kultur dan tes
sensitivitas sangat membantu dalam pemilihan antibiotika yang
tepat. Efektivitas terapi antibiotika pada ISK dapat dilihat dari
penurunan angka lekosit urin disamping hasil pembiakan bakteri dari
urin setelah terapi dan perbaikan status klinis pasien. Idealnya
antibiotika yang dipilih untuk pengobatan ISK harus memiliki
sifat-sifat sebagai berikut : dapat diabsorpsi dengan baik,
ditoleransi oleh pasien, dapat mencapai kadar yang tinggi dalam
urin, serta memiliki spektrum terbatas untuk mikroba yang diketahui
atau dicurigai. Pemilihan antibiotika harus disesuaikan dengan pola
resistensi lokal, disamping juga memperhatikan riwayat antibiotika
yang digunakan pasien.
X. KOMPLIKASI Komplikasi infeksi saluran kemih tergantung dari
tipe yaitu infeksi saluran kemih tipe sederhana (uncomplicated) dan
tipe berkomplikasi (complicated). 1. Infeksi saluran kemih
sederhana (uncomplicated) Infeksi saluran kemih akut tipe sederhana
(sistisis) yaitu infeksi saluran kemih pada pasien tanpa disertai
kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih, merupakan
penyakit ringan (self limited disiase) dan tidak menyebabkan akibat
lanjut jangka lama. 2. Infeksi saluran kemih berkomplikasi
(complicated) Infeksi saluran kemih complicated adalah infeksi
saluran kemih yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan
anatomik/struktur saluran kemih atau adanya penyakit sistemik.
Kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan bakteri oleh
antibiotik.
XI. RINGKASAN Infeksi Saluran Kemih merupakan istilah umum yang
menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin. Infeksi saluran
kemih seringkali dijumpai mulai infeksi ringan yang baru diketahui
pada saat pemeriksaan urine, maupun infeksi berat yang mengancam
jiwa. Pada dasarnya infeksi ini dimulai dari infeksi pada saluran
kemih (ISK) yang kemudian menjalar ke organ genitalia bahkan sampai
ke ginjal. Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi dua kategori
umum berdasarkan lokasi anatomi, yaitu infeksi saluran kemih bawah
dan infeksi saluran kemih atas. Infeksi saluran kemih dapat
menyerang pasien dari segala usia mulai bayi baru lahir hingga
orang tua. Pada umumnya wanita lebih sering mengalami episode ISK
daripada pria; hal ini karena uretra wanita lebih pendek daripada
pria. Namun pada masa neonates, ISK lebih banyak terdapat pada bayi
laki-laki yang tidak menjalani sirkumsisi daripada bayi perempuan.
Banyak mikroorganisme yang dapat menginfeksi saluran kemih, tetapi
pada umumnya adalah bakteri batang Gram negatif. Escherichia Coli
menyebabkan hampir 80% kasus, kelompok kedua Staphylococcus
saprophyticus pada 10 15% kasus, Proteus mirabilis dan Klebsiella
pada 2 5% kasus. Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih
dapat melalui penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat
infeksi terdekat, hematogen, limfogen dan eksogen sebagai akibat
pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi. Gambaran klinis ISK
tidak khas dan bahkan pada sebagian pasien tanpa gejala. Gejala
yang sering ditemukan ialah dysuria, polakisuria dan urgensi yang
biasanya terjadi bersamaan. Nyeri suprapubic dan daerah pelvis.
Diagnosis ISK ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium meliputi,
urinalisis, biakan bakteri, tes reduksi griess nitrat dan tes
Plat-celup. Infeksi Saluran Kemih (ISK) perlu dibedakan dengan
sistitis bakterial, pielonefritis akut dan urethritis. Komplikasi
infeksi saluran kemih tergantung dari tipe yaitu infeksi saluran
kemih tipe sederhana (uncomplicated) dan tipe berkomplikasi
(complicated). Penatalaksanaan ISK dapat berupa terapi preventif
dan terapi antibiotik. Perawatan suportif yang baik pada pasien ISK
maka prognosis harusnya baik.
XII. ALGORITMA
> 3 gejala ISK1. Disuri 4. Nyeri suprapubic2. Frekuensi 5.
Poliuri3. Urgensi 6. Hematuri
Penampungan spesimen urin
Urin tidak keruh Urin Keruh
Tes urin menggunakan Dipstick testPertimbangkan diagnosis
lain
Nitrit (-), leukosit (-)Nitrit (-), Leukosit (-), Blood
(-)atauNitrit (-), Leukosit (-), Blood (+), atau Protein (+)Nitrit
(+), leukosit (+), blood (+)atau Nitrit (+) sendiri
Mungkin ISK
ISK atau diagnosis lain yang mirip ISKPertimbangkan diagnosis
lain
Pertimbangkan waktu pengambilan spesimenTerapi ISK
Terapi jika gejalanya berat atau tunda pemberian antibiotik
& lakukan pemeriksaan kultur urin
DAFTAR PUSTAKA
1. White B. Diagnosis and Treatment of Urinary Tract Infections
in Children. Oregon Health and Science University. Portland. 2011:
409-415.2. Purnomo B. Dasar-dasar urologi : Infeksi Urogenitalia.
Malang : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 2012 : 51-79.3.
Sudiono H, Iskandar, Halim S.L, dkk. Urinalisis : Infeksi Saluran
Kemih. Edisi kedua. Jakarta : Bagian Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran Ukrida. 2008 : 76-9.4. Gandosoebrata R. Penuntun
Laboratorium Klinik : Urinalisis. Edisis XVI. Jakarta : 2010 :
69-121.5. Ciesla B. Hematology in Practice : Red Blood Cell
Production, Function, and Relevan Red Cell Morphology. Davis
Company. Philadelphia. 2007 : 33-50.
Refarat Infeksi TropisPage 17