Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/26 Maret-7 Mei 2013 Biokimia Klinis Waktu : 08.00- 11.00 WIB PJP : dr. Husnawati Asisten : Yunan Nursyahbani M. Mina Ervani S. L. Suhermanto Edwin Afitriansyah INDUKSI HIPERLIPIDEMIA Kelompok 2 Siti Nur’aeni G84100067 Yuliana G84100040 Gia Permasku G84100001 Fakhriy M. F. G84100060
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/26 Maret-7 Mei 2013Biokimia Klinis Waktu : 08.00-11.00 WIB
PJP : dr. HusnawatiAsisten : Yunan Nursyahbani M.
Mina Ervani S. L. Suhermanto Edwin Afitriansyah
INDUKSI HIPERLIPIDEMIA Kelompok 2
Siti Nur’aeni G84100067Yuliana G84100040Gia Permasku G84100001Fakhriy M. F. G84100060
DEPARTEMEN BIOKIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2011
Pendahuluan
Tikus secara taksonomi termasuk sub filum Vertebrata, kelas mammalia,
ordo Rodentia dan famili Muridae (Linzey 2001). Secara umum morfologi tubuh
tikus dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kepala dan badan beserta bagian-
bagiannya (gambar 1). Bentuk kepala tikus adalah kerucut atau kerucut terpton,
dengan misai (kumis) pada ujung moncongnya yang berfungsi sebagai alat
peraba. Mata terletak di bagian tepi dari kepala dan letaknya agak menonjol
keluar, sehingga mempunyai sudut pandang yang lebar. Bentuk badan tikus
adalah silindris memanjang kebelakang. Batas antara kepala dan badan tidak
begitu jelas sehingga dalam identifikasi jenis-jenis tikus, kepala dan badan
digabung dan dipisahkan dengan ekor. Badan ditutupi oleh rambut yang warnanya
berbeda-beda tergantung jenisnya. Tikus jantan dewasa terdapat organ kelamin
berupa kantung yang merupakan tempat dihasilkannya sperma. Saat tikus belum
dewasa, kantung tersebut berada di dalam tubuh dan kemudian berangsur-angsur
keluar sesuai dengan umur tikus (Kaspul 2004)
Hati pada manusia mempunyai berat sekitar 1.5 kg dan karena itu
merupakan salah satu organ terbesar pada manusia (Koolman 2000). Walaupun
berat hati hanya 2-3% dari berat tubuh namun hati terlibat dalam 25-30%
pemakaian oksigen. Hati terdiri atas sel-sel parenkim hati (hepatosit) sekitar 60%
dan sel-sel endotel sekitar 30% yang membatasi sinusoid-sinusoid hati, sisanya
merupakan sel-sel pembuluh darah, jaringan penyambung, dan saluran empedu
(Tangendjaja 1987).
Hiperlipidemia atau hiperlipoproteinemia adalah gangguan metabolisme
yang melibatkan peningkatan konsentrasi lipoprotein pada plasma. Ganong (2001)
menyatakan bahwa hiperlipidemia merupakan suatu keadaan tingginya
konsentrasi lipid yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi trigliserida,
LDL, dan kolesterol darah melebihi batas normal (pada manusia > 200 mg/dL).
Faktor yang mempengaruhi hiperlipidemia adalah obesitas, usia, kurang olahraga,
stres, gangguan metabolisme, gangguan genetik, dan pola konsumsi makanan
sehari-hari yang dapat meningkatkan konsentrasi lipid atau kolesterol. Makanan
yang kaya akan kolesterol dan asam lemak jenuh dapat menekan pembentukan
reseptor LDL, sehingga meningkatkan kolesterol di dalam darah (Grundy 1991).
Hiperlipidemia dapat meningkatkan resiko aterosklerosis, yaitu penyumbatan
pembuluh darah arteri akibat penumpukan lipid pada dinding aorta. Jika
aterosklerosis terjadi pada pembuluh darah aorta yang mensuplai O2 ke jantung,
maka dapat menyebabkan penyakit jantung koroner (PJK). Faktor yang
mempengaruhi patogenesis aterosklerosis adalah hiperkolesterolemia yang
disebabkan oleh peningkatan konsentrasi lipoprotein densitas rendah (LDL)
(Schwart et al. 1993 dalam Taher 2003).
Gambar 1 Anatomi tikus (Linzey 2001).
Tujuan
Percobaan kali ini bertujuan memahami prinsip kondisi hiperlipidemia dan
penyiapan sampel darah, dapat membuat pakan kolesterol, mencampurkan bahan
uji ke dalam pakan hewan percobaan,
Alat dan Bahan
Percobaan kali ini menggunakan perlatan berupa oven, mortar, loyang,
Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja
dipelihara dan diternakan untuk dipakai sebagai hewan model untuk mempelajari
berbagai bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorium. Tikus
putih telah diketahui sifat-sifatnya dengan sempurna, mudah dipelihara, relatif
sehat dan peka terhadap pengaruh perlakuan dalam komponen dietnya, sehingga
merupakan hewan yang cocok digunakan untuk berbagai penelitian. Galur tikus
putih yang biasa digunakan untuk hewan percobaan di laboratorium adalah Long
Evans, Osborne-Mendel, Sherman, Sprague Dawley, dan Wistar (Malole dan
Pramono 1989).
Percobaan kali ini menggunakan galur tikus Sprague Dawley berjenis
kelamin jantan dengan bobot badan sekitar 100-150 g. Galur ini berasal dari galur
tikus Wishtar (Dahab dan Hesham 2005). Tikus galur ini memiliki kepala lebar,
berdaun telinga panjang, dan berekor panjang. Pemilihan tikus jantan karena pada
tikus betina memiliki siklus menstruasi yang cenderung lebih banyak
mengeluarkan darah. Selain itu, tikus betina akan mengalami perubahan secara
hormonal yang akan mempengaruhi keadaan organel yang akan difraksinasi
(Dahab dan Hesham 2005). Tikus jenis Sprague Dawley juga lebih mudah
ditangani dibanding jenis tikus lain. Kesehatan tikus dapat dilihat dari berbagai
parameter, salah satunya adalah bobot badan.
Bobot badan hewan coba terdiri atas bobot badan selama masa adaptasi
dan selama perlakuan. Selama masa adaptasi yakni tanggal 16 April 2011 hingga
21 April 2011 pada tikus normal terjadi fluktuasi bobot badan artinya bobot badan
mengalami penurunan dan kenaikan. Setelah masa perlakuan bobot badan
cenderung naik (gambar 2). Sementara itu, perbedaan bobot badan terlihat pada
kelompok perlakuan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Alviani (2007)
dinyatakan bahwa setelah pemberian pakan kolesterol tinggi bobot badan tikus
meningkat sebesar 25% secara nyata dibandingkan saat kondisi adaptasi
sedangkan bobot badan tikus normal meningkat sebesar 13% secara tidak nyata
dibandingkan dengan keadaan adaptasi.
Konsumsi pakan yang diberikan juga berperan dalam perubahan bobot
badan. Semakin banyak pakan yang habis dalam sehari maka akan terjadi
kenaikan bobot badan lebih banyak dibanding kelompok yang lain. Hanya
kelompok normal 1 saja yang mengkonsumsi pakan sebesar 25 g/hari sehingga
terlihat bobot badan paling tinggi yakni 196 g.
Hati sebagai kelenjar tebesar dalam tubuh manusia memiliki peran sentral
karena sebagai detoksifikasi senyawa toksik bagi tubuh, hematologi, sistem imun,
berperan dalam metabolisme biomolekul, dan sekresi produk akhir metabolisme
seperti bilirubin, urea, dan amonia (Kaplan dan Pesce 1989). Perbandingan hati
tikus pada kelompok normal dengan kelompok lain terlihat jelas. Kelompok
normal warna hati masih terihat merah terang karena pakan yang diberikan
hanyalah pakan standar saja sedangkan pada kelompok hiperlipidemia warna hati
terlihat kepucatan yang menandakan hati bekerja lebih keras untuk melakukan
detoksifikasi toksik dan bintik putih menunjukkan adanya penumpukan lemak
(plak) dalam hati yang dapat memicu timbulnya aterosklerosis (Murray et al.
2000). Keresistenan tikus terhadap kolesterol dapat disiasati dengan pemberian
propil tiourasil (PTU) yakni zat antitiroid yang dapat meningkatkan konsentrasi
kolesterol darah secara endogen dengan cara merusak kelenjar tiroid. PTU akan
menimbulkan kondisi hipotiroid yang dihubungkan dengan peningkatan
konsentrasi LDL plasma akibat penurunan katabolisme LDL. Penyebabnya, yaitu
pada hipotiroid terjadi penurunan sintesis dan ekspresi reseptor LDL di hati,
sehingga LDL banyak beredar di plasma dan menjadi penyebab
hiperkolesterolemia (Salter et al. 1991 dalam Rahayu 2007).
Weinberg (1996) menyatakan bahwa habbatussauda dapat meningkatkan
jumlah sel-sel T yang baik untuk meningkatkan sel-sel pembunuh alami. G
Reitmuller. Senyawa ini mengandung asam linolenat (omega 6), asam linoleat
(omega 3), saponin yang dapat menetralkan dan membersihkan racun dalam
tubuh. Hal tersebut terlihat dari warna hati yang lebih gelap dibanding normal
karena banyaknya jumlah sel T sebagai pembunuh alami. Adanya bintik kuning
menunjukkan adanya asam linoleat dan asam linolenat. Sementara itu Aloe vera
dan daging pelepahnya (gel) seringkali dimanfaatkan sebagai minuman kesehatan.
Secara kimiawi, komponen Aloe vera 99.5% merupakan air. Total padatan terlarut
hanya 0.49%, lemak 0.06%, karbohidrat 0.043%, protein 0.038%, vitamin A
4.594 IU, dan vitamin C 3.476 mg (Furnawanthi 2006). Warna hati pada
perlakuan ini tampak kepucatan karena hati bekerja lebih keras untuk melakukan
detoksifikasi.
Simpulan
Bobot tikus normal akan mengalami perubahan secara fluktuatif setiap
harinya. Semakin banyak pakan yang dikonsumsi maka semakin besar bobot
badan yang diperoleh. Hati tikus normal menunjukkan warna paling cerah
dibanding kelompok perlakuan yang lain. Adanya bintik putih pada hati tikus
hiperlipidemia menunjukkan adanya lemak (plak).
Daftar pustaka
Alviani. 2007. Khasiat ramuan ekstrak daun jati belanda terhadap peroksidasi lipid hati tikus hiperlipidemia. Skripsi. Fakultas Matematika dan IPA, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dahab GM dan Hesham YD. 2005. Effect of Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors Captopril and Lisinopril on Collagen Synthesis by Cultured rat liver Cell. Saudi Pharmaceutical Journal 37: 39.
Furnawanthi I. 2004. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Grundy SM. 1991. Multifactorial etiology of hypercholesterolemia: Implication for prevention of coronary heart disease. Arterioclerosis and thrombosis. 11: 1619-1635.
Kaspul. 2004. Kualitas Spermatozoa Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Setelah Perlakuan dengan Boraks. Skripsi. Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Surakarta. Surakarta.
Koolman J dan Roehm KH. 2000. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Wanandi S, penerjemah. Jakarta: Hipokrates. Terjemahan dari: Color Atlas of Biochemistry.
Linzey DW. 2001. Verterbrate Biology. New York: Mc Graw-Hill
Malole MBM dan Pramono SU. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan. Bogor : IPB Pr.
Rahayu YS. 2007. Khasiat ekstrak ramuan daun jati belanda terhadap konsentrasi kolesterol hati tikus yang hiperlipidemia. Skripsi. Fakultas Matematika dan IPA, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tangendjaja A. 1987. Buku Ajar Patologi Klinik. Jakarta: Universitas Tarumanegara.
Taher A. 2003. Peran fitoestrogen kedelai sebagai antioksidan dalam penanggulangan aterosklerosis. tesis. Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Weinberg RA. 1996. How Cancer Arises. Sci. Am. 3: 62-75.