0 Presentasi Kasus ILMU KESEHATAN MATA KATARAK HIPERMATUR Oleh: Novita Dwi Cahyanti G. 99121033 Rosa Kristiansen G. 99121042 Kisenda Bagus Widodi G. 99121022 PEMBIMBING : Rita Hendrawati, dr., Sp.M KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2013
26
Embed
ILMU KESEHATAN MATA - kesumaislamkedokteran.comkesumaislamkedokteran.com/.../2017/01/Presentasi-Kasus-MATA-KAT… · 2. Katarak senlis imatur 3. Glaukoma . 8 VII.DIAGNOSIS OD Katarak
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
0
Presentasi Kasus
ILMU KESEHATAN MATA
KATARAK HIPERMATUR
Oleh :
Oleh:
Novita Dwi Cahyanti G. 99121033
Rosa Kristiansen G. 99121042
Kisenda Bagus Widodi
G. 99121022
PEMBIMBING :
Rita Hendrawati, dr., Sp.M
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2013
1
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. P
Umur : 66 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jetis, Boyolali
Tanggal pemeriksaan : 6 November 2013
NO. RM : 01 22 20 65
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama :
Pandangan mata kanan tidak bisa melihat.
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Mata RS Dr. Moewardi dengan keluhan mata kanan
tidak bisa melihat. Keluhan ini dirasakan sejak 4 bulan yang lalu. Awalnya, sejak 2
tahun lalu pasien mengeluhkan pandangan mata kanan kabur seperti tertutup kabut
yang semakin lama semakin memberat, hingga saat ini mata kanan tidak bisa untuk
melihat. Pasien merasa mata kanan tidak dapat melihat pada jarak dekat maupun jauh,
sehingga untuk beraktivitas pasien harus dibantu oleh orang lain, pasien berjalan
dituntun. Pasien mengeluhkan mata kanan terasa cekot-cekot, dan setiap kali kambuh
pasien juga mual dan muntah. Mata kanan nrocos (+), silau (+), terasa mengganjal (+).
Pasien mengatakan bahwa mata kiri masih dapat melihat namun kabur dan berkabut.
Pasien tidak mengeluhkan pusing, blobokan, dan gatal. Karena keluhan tersebut pasien
datang ke RS Dr. Moewardi.
2
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat pakai kacamata : disangkal
Riwayat trauma mata : disangkal
Riwayat konsumsi obat-obat mata: (+) berobat poli mata namun beberapa bulan
terakhir berhenti berobat
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat pakai kacamata : disangkal
F. Kesimpulan Anamnesis
OD OS
Proses Gangguan penglihatan Gangguan penglihatan
Lokalisasi Suspek media refrakta Suspek media refrakta
Sebab Degeneratif Degeneratif
Perjalanan Kronis progresif Kronis progresif
Komplikasi Glaukoma sekunder Belum ditemukan
3
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan umum
Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup
Nadi : 72 x/menit
RR : 16 x/menit
Suhu afebril
B. Pemeriksaan subyektif
OD OS
Visus Sentralis Jauh 1/~ 6/60
Pinhole tidak membaik tidak membaik
Koreksi non koreksi non koreksi
Refraksi - -
Visus Perifer
Konfrontasi test tidak dilakukan tidak dilakukan
Proyeksi sinar tidak dilakukan tidak dilakukan
Persepsi warna
Merah tidak dilakukan tidak dilakukan
Hijau tidak dilakukan tidak dilakukan
C. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
Tanda radang ` tidak ada tidak ada
Luka tidak ada tidak ada
Parut tidak ada tidak ada
Kelainan warna tidak ada tidak ada
Kelainan bentuk tidak ada tidak ada
2. Supercilium
Warna hitam hitam
Tumbuhnya normal normal
Kulit sawo matang sawo matang
Pasangannya dalam batas normal dalam batas normal
Geraknya dalam batas normal dalam batas normal
4
3. Pasangan Bola Mata dalam Orbita
Heteroforia tidak ada tidak ada
Strabismus tidak ada tidak ada
Pseudostrabismus tidak ada tidak ada
Exophthalmus tidak ada tidak ada
Enophthalmus tidak ada tidak ada
Anophthalmus tidak ada tidak ada
4. Ukuran bola mata
Mikrophthalmus tidak ada tidak ada
Makrophthalmus tidak ada tidak ada
Ptosis bulbi tidak ada tidak ada
Atrofi bulbi tidak ada tidak ada
Bufthalmus tidak ada tidak ada
Megalokornea tidak ada tidak ada
Mikrokornea tidak ada tidak ada
5. Gerakan Bola Mata
Temporal Superior dalam batas normal dalam batas normal
Temporal Inferior dalam batas normal dalam batas normal
Temporal dalam batas normal dalam batas normal
Nasal Superior dalam batas normal dalam batas normal
Nasal Inferior dalam batas normal dalam batas normal
6. Kelopak Mata
Gerakan : dalam batas normal dalam batas normal
Oedem : tidak ada tidak ada
Hiperemis : tidak ada tidak ada
Tepi Kelopak Mata
Oedem : tidak ada tidak ada
Hiperemi : tidak ada tidak ada
Entropion : tidak ada tidak ada
Ekstropion : tidak ada tidak ada
7. Sekitar saccus lakrimalis
Oedem : tidak ada tidak ada
Hiperemi : tidak ada tidak ada
5
8. Sekitar Glandula lakrimalis
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
9. Tekanan Intra Okuler
Palpasi kesan meningkat kesan normal
10. Konjungtiva
Konjungtiva palpebra superior
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Sekret tidak ada tidak ada
Konjungtiva palpebra inferior
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Sekret tidak ada tidak ada
Konjungtiva Fornix
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Sekret tidak ada tidak ada
Konjungtiva Bulbi
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Sekret tidak ada tidak ada
Injeksi Konjungtiva tidak ada tidak ada
Injeksi Siliar tidak ada tidak ada
Subkonjungtiva
Hematom tidak ada tidak ada
11. Sklera
Warna kemerahan putih
Penonjolan tidak ada tidak ada
12. Kornea
Ukuran 12 mm 12 mm
Limbus hiperemi dalam batas normal
Permukaan rata rata
Sensibilitas tidak dilakukan tidak dilakukan
6
Keratoskop tidak dilakukan tidak dlakukan
Flourescin Test tidak dilakukan tidak dlakukan
Arcus Zenilis ada ada
13. Kamera Okuli Anterior
Isi : jernih jernih
Kedalaman : dalam dalam
14. Iris
Warna : hitam keabu-abuan hitam keabu-abuan
Bentuk : bulat bulat
Sinekia anterior : tidak ada tidak ada
Sinekia posterior : tidak ada tidak ada
15. Pupil
Ukuran : 3 mm 3 mm
Letak : sentral sentral
Bentuk : bulat bulat
Reaksi terhadap
Cahaya Langsung : (+) (+)
Cahaya tak langsung : (+) (+)
Konvergensi : tidak dilakukan tidak dilakukan
16. Lensa
Ada/tidak : ada ada
Kejernihan : keruh menyeluruh keruh menyeluruh
Letak : sentral sentral
Shadow test : (-) (-)
17. Corpus vitreum
Kejernihan : tidak dilakukan tidak dilakukan
IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN
OD OS
Visus sentralis jauh 1/~ 6/60
Pinhole tidak membaik tidak membaik
Koreksi - -
Sekitar mata dalam batas normal dalam batas normal
Supercilium dalam batas normal dalam batas normal
7
Pasangan bola mata dalam batas normal dalam batas normal
dalam orbita
Ukuran bola mata dalam batas normal dalam batas normal
Gerakan bola mata dalam batas normal dalam batas normal
Kelopak mata dalam batas normal dalam batas normal
Sekitar saccus lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal
Sekitar glandula lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal
Tekanan intraokuler kesan meningkat normal
Konjungtiva bulbi dalam batas normal dalam batas normal
Konjungtiva palpebra dalam batas normal dalam batas normal
Konjungtiva forniks dalam batas normal dalam batas normal
Sub konjungtiva dalam batas normal dalam batas normal
Sklera merah kuning keruh
Kornea arcus zenilis (+) arcus zenilis (+)
Camera oculi anterior dalam dalam
Iris hitam keabu-abuan hitam keabu-abuan
Pupil dalam batas normal dalam batas normal
Lensa keruh menyeluruh keruh menyeluruh
Corpus vitreum tidak dilakukan tidak dilakukan
V. GAMBAR
VI. Diagnosis Banding
1. Katarak senilis matur
2. Katarak senlis imatur
3. Glaukoma
8
VII.DIAGNOSIS
OD Katarak senilis hipermatur dengan glaukoma sekunder
OS Katarak matur
VIII. TERAPI
Timolol 0,5% ED 2x1 tetes OD
Glaukon tab 3x1
Metilprednisolon tab 16 mg 3x1
EKIK OD
IX. PLANNING
Pemeriksaan dengan slitlamp
Pemeriksaan biometri
Pemeriksaan laboratorium darah
Konsul jantung
X. PROGNOSIS
OD OS
Ad vitam Bonam Bonam
Ad sanam Malam Dubia ad bonam
Ad fungsionam Malam Dubia ad malam
Ad cosmeticum Dubia ad bonam Dubia ad bonam
9
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Lensa
Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus
cahaya. Lensa tidak memiliki pembuluh darah dan tidak memiliki pembuluh limfe. Lensa
berbentuk cakram bikonveks dan transparan, yang terletak di dalam bilik mata belakang.
Pada keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa mata,
kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau gambar tadi
akan diubah menjadi sinyal / impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf
penglihatan dan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami.
Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di
dalam kapsul lensa. Epitel lensa membentuk serat lensa secara terus-menerus
sehingga mengakibatkan memadatnya serat di bagian sentral sehingga membentuk
nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu
dibentuk atau serat lensa yang paling tua. Di bagian luar nukleus terdapat serat yang
lebih muda disebut korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus
disebut korteks anterior, sedangkan yang di belakang nukleus disebut korteks
posterior. Nukleus memiliki konsistensi yang lebih keras dibandingkan korteks. Di
bagian perifer kapsul lensa terdapat Zonula Zinn yang menggantungkan lensa di
seluruh equatornya pada badan siliar. Serat zonula yang berasal dari lamina basal pars
plana dan pars plikata badan silier. Serat-serat zonula ini menyatu dengan lensa pada
bagian anterior dan posterior kapsul lensa.
Secara fisiologik, lensa memiliki sifat tertentu:
1. Kenyal atau lentur karena memegang peranan penting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung
2. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan
3. Terletak di tempatnya
Keadaan patologik lensa dapat berupa:
1. Kekenyalan berkurang pada orang tua sehingga mengakibatkan presbiopi
2. Keruh atau disebut katarak
3. Tidak berada di tempatnya atau subluksasi atau luksasi
10
Gambar 1. Kedudukan Lensa di Bola Mata
Gambar 2. Anatomi dan Struktur Lensa Kristalin
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akanmenekan serat-
serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat paling tua yang terbentuk
merupakan lensa fetus yang diproduksi pada fase embrionik dan masih menetap hingga
sekarang. Serat-serat yang baru akanmembentuk korteks dari lensa (AAO, 2011).
B. Fisiologi Lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk mempertahankan
kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humor sebagaipenyedia nutrisi dan sebagai
tempat pembuangan produknya. Namun hanya sisianterior lensa saja yang terkena aqueous
humor. Oleh karena itu, sel-sel yang beradadi tengah lensa membangun jalur komunikasi
terhadap lingkungan luar lensa dengan membangun low-resistance gap junction antarsel.
11
Lensa normal mengandung 65% air, dan jumlah ini tidak banyak berubahseiring
bertambahnya usia. Sekitar 5% dari air di dalam lensa berada di ruangan ekstrasel.
Konsentrasi sodium di dalam lensa adalah sekitar 20µM dan potasiumsekitar 120µM.
Konsentrasi sodium di luar lensa lebih tinggi yaitu sekitar 150µM dan potasium sekitar 5µM.
Keseimbangan elektrolit antara lingkungan dalam dan luar lensa sangat tergantung
dari permeabilitas membran sel lensa dan aktivitas pompa sodium, Na+, K+-ATPase. Inhibisi
Na+, K+-ATPase dapat mengakibatkan hilangnya keseimbangan elektrolit dan meningkatnya
air di dalam lensa. Keseimbangan kalsium juga sangant penting bagi lensa.
Konsentrasikalsium di dalam sel yang normal adalah 30µM, sedangkan di luar lensa
adalahsekitar 2µM. Perbedaan konsentrasi kalsium ini diatur sepenuhnya oleh pompa kalsium
Ca2+-ATPase. Hilangnya keseimbangan kalsium ini dapat menyebabkan depresi metabolisme
glukosa, pembentukan protein high-molecular-weight dan aktivasi protease destruktif.
Transpor membran dan permeabilitas sangat penting untuk kebutuhan nutrisi lensa. Asam
amino aktif masuk ke dalam lensa melalui pompa sodium yangberada di sel epitel. Glukosa
memasuki lensa secara difusi terfasilitasi, tidak langsung seperti sistem transport aktif (AAO,
2011).
Lensa memiliki kemampuan untuk mencembung dan menambah kekuatan
refraksinya, yang disebut dengan daya akomodasi lensa. Mekanisme yang dilakukan mata
untuk merubah fokus dari benda jauh ke benda dekat disebut akomodasi. Akomodasi terjadi
akibat perubahan lensa oleh aksi badan silier terhadap serat serat zonula. Setelah umur 30
tahun, kekakuanyang terjadi di nukleus lensa secara klinis mengurangi daya akomodasi.Saat
otot silier berkontraksi, serat zonular relaksasi mengakibatkan lensa menjadi lebih cembung.
Ketika otot silier berkontraksi, ketebalan axial lensa meningkat, kekuatan dioptri meningkat,
dan terjadi akomodasi. Saat otot silier relaksasi, serat zonular menegang, lensa lebih pipih dan
kekuatan dioptri menurun.
Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf simpatik cabang nervus III