PRESENTASI KASUS
HIPERTENSI GRADE II DAN CHEPALGIA PADA WANITA LANSIA DISERTAI
KEKHAWATIRAN TERHADAP PENYAKITNNYA DAN KEKHAWATIRAN TERHADAP MASA
DEPAN ANAKNYA DALAM KELUARGA DISFUNGSIONAL SEDANG YANG TIDAK
PHBSDisusun untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mengikuti Ujian
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Puskesmas
Kota Gede II
Disusun olehNicky Adi saputra(20090310123)Dokter Pembimbing
Puskesmasdr. SitaDokter Pembimbing Fakultasdr. Oryzati Hilman
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGAFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2015
HALAMAN PENGESAHANPRESENTASI KASUS
HIPERTENSI GRADE II DAN CHEPALGIA PADA WANITA LANSIA DISERTAI
KEKHAWATIRAN TERHADAP PENYAKITNNYA DAN KEKHAWATIRAN TERHADAP MASA
DEPAN ANAKNYA DALAM KELUARGA DISFUNGSIONAL SEDANG YANG TIDAK
PHBS
Disusun oleh:
Nicky Adi saputra(20090310123)
Telah dipresentasikan dan disahkan pada19 Maret 2015
Dokter Pembimbing,
dr. Oryzati Hilman, FMCM
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangPuskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan
yang letaknya berada paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan
mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan lainya
(Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi PUSKESMAS adalah
mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan
misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh
atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang
meliputi aspek promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif.
Prioritas yang harus dikembangkan oleh PUSKESMAS harus diarahkan ke
bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang
lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health
service).Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka PUSKESMAS
dituntut untuk mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang
akan dilaksanakan. Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh
pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang
dimiliki Puskesmas juga meliputi: kewenangan merencanakan kegiatan
sesuai masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan menentukan
kegiatan yang termasuk public goods atau private goods serta
kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi
Puskesmas. Jumlah kegiatan pokok Puskesmas diserahkan pada tiap
Puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya
yang dimiliki, namun Puskesmas tetap melaksanakan kegiatan
pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.Fungsi puskesmas
menurut keputusan menteri kesehatan republik Indonesia
No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai pusat penggerakan
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan
keluarga dalam pembangunan kesehatan, serta pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama.Hipertensi merupakan silent killer
(pembunuh diam-diam) yang secara luas dikenal sebagai penyakit
kardiovaskular yang sangat umum. Dengan meningkatnya tekanan darah
dan gaya hidup yang tidak seimbang dapat meningkatkan faktor risiko
munculnya berbagai penyakit seperti arteri koroner, gagal jantung,
stroke, dan gagal ginjal. Salah satu studi menyatakan pasien yang
menghentikan terapi anti hipertensi maka lima kali lebih besar
kemungkinannya terkena stroke.Sampai saat ini hipertensi tetap
menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain meningkatnya
prevalensi hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang
sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta
adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan
morbiditas dan mortilitas.Data epidemiologis menunjukkan bahwa
dengan makin meningkatnya poulasi usia lanjut, maka jumlah pasien
dengan hipertensi kemungkinan besar akan bertambah, dimana baik
hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan
diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia
>65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang
dahulu terus meningkat, dalam dekade terakhir tidak menunjukkan
kemajuan lagi. Dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai
34% dari seluruh pasien hipertensi.B. Rumusan MasalahBerdasarkan
latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat
dirumuskan adalah :1. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada
pasien2. Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan hipertensi3.
Bagaimana fungsi-fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga
ditinjau dari aspek fungsi biologis, fungsi afektif, fungsi sosial,
fungsi penguasaan masalah, dan fungsi ekonomi dan pemenuhan
kebutuhan.4. Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk
menanganinya.C. Tujuan Penelitian1. Penulisan laporan kasus
kepaniteraan klinik ilmu kedokteran keluarga ini bertujuan untuk
memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di
bagian ilmu kedokteran keluarga Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.2. Mengetahui dan memahami tentang penyakit
hipertensi dan penyebabnya serta menerapkan prinsip-prinsip
pelayanan kedokteran secara komprehensif dan holistik dan peran
aktif dari pasien dan keluarga.
D. Manfaat Penelitian1. Manfaat untuk puskesmasSebagai sarana
untuk kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan balik
dari hasil evaluasi koasisten dalam rangka mengoptimalkan peran.
puskesmas.2. Manfaat untuk mahasiswaManfaat untuk mahasiswa sebagai
sarana untuk menimba ilmu, keterampilan dan pengalaman dalam upaya
pelayanan kesehatan dasar dengan segala bentuk keterbatasannya
sehingga mahasiswa mengetahui serta memahami kegiatan-kegiatan
puskesmas baik dalam segi pelayanan, manajemen, administratif dan
karakter perilaku masyarakat dalam pandangannya terhadap kesehatan
khususnya dalam bidang ilmu kedokteran keluarga.
BAB IITINJAUAN PUSTAKAHIPERTENSIA. DEFINISIHipertensi atau
penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap
(Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa
disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan
bagi korbannya (Panggabean, 2010).Penyakit hipertensi merupakan
penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh meningkatnya tekanan
darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit penyakit ini biasanya
berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan
penyakit jantung (Fauci, 2008).
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention,
Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)
Kategori Tekanan Darah menurut JNC 7Tekanan Darah Sistol
(mmHg)dan/ atauTekanan Darah Diastol (mmHg)
Normal< 120dan< 80
Pra-Hipertensi120-139atau80-89
-< 130dan< 85
-130-139atau85-89
Hipertensi:
Tahap 1140-159atau90-99
Tahap 2 160atau 100
-160-179atau100-109
180atau 110
(Sumber: Sani, 2008)
C. ReninAngiotensin IAngiotensin II Sekresi hormone ADH rasa
hausStimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenalUrin sedikit
pekat & osmolaritasMengentalkanMenarik cairan intraseluler
ekstraselulerVolume darah Tekanan darah Ekskresi NaCl (garam)
dengan mereabsorpsinya di tubulus ginjal Konsentrasi NaCl di
pembuluh darah Diencerkan dengan volume ekstraseluler Volume darah
Tekanan darahAngiotensin I Converting Enzyme (ACE)PATOFISIOLOGI
D. FAKTOR RESIKOFaktor yang menyebabkan munculnya hipertensi
dapat dilihat dari gambar berikut ini
E. PENATALAKSANAAN
Kelas obat utama yang digunakan untuk mengendalikan tekanan
darah adalah : 1. DiuretikDiuretik menurunkan tekanan darah dengan
menyebabkan diuresis. Pengurangan volume plasma dan Stroke Volume
(SV) berhubungan dengan dieresis dalam penurunan curah jantung
(Cardiac Output, CO) dan tekanan darah pada akhirnya. Penurunan
curah jantung yang utama menyebabkan resitensi perifer. Pada terapi
diuretik pada hipertensi kronik volume cairan ekstraseluler dan
volume plasma hampir kembali kondisi pretreatment.a.
ThiazideThiazide adalah golongan yang dipilih untuk menangani
hipertensi, golongan lainnya efektif juga untuk menurunkan tekanan
darah. Penderita dengan fungsi ginjal yang kurang baik Laju
Filtrasi Glomerolus (LFG) diatas 30 mL/menit, thiazide merupakan
agen diuretik yang paling efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Dengan menurunnya fungsi ginjal, natrium dan cairan akan
terakumulasi maka diuretik jerat Henle perlu digunakan untuk
mengatasi efek dari peningkatan volume dan natrium tersebut. Hal
ini akan mempengaruhi tekanan darah arteri. Thiazide menurunkan
tekanan darah dengan cara memobilisasi natrium dan air dari dinding
arteriolar yang berperan dalam penurunan resistensi vascular
perifer.b. Diuretik Hemat KaliumDiuretik Hemat Kalium adalah anti
hipertensi yang lemah jika digunakan tunggal. Efek hipotensi akan
terjadi apabila diuretik dikombinasikan dengan diuretik hemat
kalium thiazide atau jerat Henle. Diuretik hemat kalium dapat
mengatasi kekurangan kalium dan natrium yang disebabkan oleh
diuretik lainnya.c. Antagonis AldosteronAntagonis Aldosteron
merupakan diuretik hemat kalium juga tetapi lebih berpotensi
sebagai antihipertensi dengan onset aksi yang lama (hingga 6 minggu
dengan spironolakton).2. Beta BlockerMekanisme hipotensi beta
bloker tidak diketahui tetapi dapat melibatkan menurunnya curah
jantung melalui kronotropik negatif dan efek inotropik jantung dan
inhibisi pelepasan renin dan ginjal.a. Atenolol, betaxolol,
bisoprolol, dan metoprolol merupakan kardioselektif pada dosis
rendah dan mengikat baik reseptor 1 daripada reseptor 2. Hasilnya
agen tersebut kurang merangsang bronkhospasmus dan vasokontruksi
serta lebih aman dari non selektif bloker pada penderita asma,
penyakit obstruksi pulmonari kronis (COPD), diabetes dan penyakit
arterial perifer. Kardioselektivitas merupakan fenomena dosis
ketergantungan dan efek akan hilang jika dosis tinggi.b.
Acebutolol, carteolol, penbutolol, dan pindolol memiliki aktivitas
intrinsik simpatomimetik (ISA) atau sebagian aktivitas agonis
reseptor .3. Inhibitor Enzim Pengubah Angiotensin
(ACE-inhibitor)ACE membantu produksi angiotensin II (berperan
penting dalam regulasi tekanan darah arteri). ACE didistribusikan
pada beberapa jaringan dan ada pada beberapa tipe sel yang berbeda
tetapi pada prinsipnya merupakan sel endothelial. Kemudian, tempat
utama produksi angiotensin II adalah pembuluh darah bukan ginjal.
Pada kenyataannya, inhibitor ACE menurunkan tekanan darah pada
penderita dengan aktivitas renin plasma normal, bradikinin, dan
produksi jaringan ACE yang penting dalam hipertensi.4. Penghambat
Reseptor Angiotensin II (ARB)Angiotensin II digenerasikan oleh
jalur renin-angiotensin (termasuk ACE) dan jalur alternatif yang
digunakan untuk enzim lain seperti chymases. Inhibitor ACE hanya
menutup jalur renin-angiotensin, ARB menahan langsung reseptor
angiotensin tipe I, reseptor yang memperentarai efek angiotensin
II. Tidak seperti inhibitor ACE, ARB tidak mencegah pemecahan
bradikinin.5. Antagonis KalsiumCCB menyebabkan relaksasi jantung
dan otot polos dengan menghambat saluran kalsium yang sensitif
terhadap tegangan sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstra
selluler ke dalam sel. Relaksasai otot polos vasjular menyebabkan
vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi tekanan darah.
Antagonis kanal kalsium dihidropiridini dapat menyebbakan aktibasi
refleks simpatetik dan semua golongan ini (kecuali amilodipin)
memberikan efek inotropik negative.Verapamil menurunkan denyut
jantung, memperlambat konduksi nodus AV, dan menghasilkan efek
inotropik negative yang dapat memicu gagal jantung pada penderita
lemah jantung yang parah. Diltiazem menurunkan konduksi AV dan
denyut jantung dalam level yang lebih rendah daripada verapamil.6.
Alpha blockerPrasozin, Terasozin dan Doxazosin merupakan penghambat
reseptor 1 yang menginhibisi katekolamin pada sel otot polos
vascular perifer yang memberikan efek vasodilatasi. Kelompok ini
tidak mengubah aktivitas reseptor 2 sehingga tidak menimbulkan efek
takikardia.7. VASO-dilator langsungHedralazine dan Minokxidil
menyebabkan relaksasi langsung otot polos arteriol. Aktivitasi
refleks baroreseptor dapat meningkatkan aliran simpatetik dari
pusat fasomotor, meningkatnya denyut jantung, curah jantung, dan
pelepasan renin. Oleh karena itu efek hipotensi dari vasodilator
langsung berkurang pada penderita yang juga mendapatkan pengobatan
inhibitor simpatetik dan diuretik.8. Inhibitor Simpatetik
PostganglionGuanethidin dan guanadrel mengosongkan norepinefrin
dari terminal simpatetik postganglionik dan inhibisi pelepasan
norepinefrin terhadap respon stimulasi saraf simpatetik. Hal ini
mengurangi curah jantung dan resistensi vaskular perifer .9.
Agen-agen obat yang beraksi secara sentral10. VASO-dilator
langsung
BAB IIIPRESENTASI KASUS
A. Identitas PasienNama:Ny. EUmur: 63 tahunJenis Kelamin:
Perempuan Agama:IslamAlamat: gang satria II, Gambiran Baru, Kota
Gede yogyakarta.Pendidikan terakhir: Sarjana S1Pekerjaan: Pensiunan
PNSNo. RM: 00196Tanggal periksa: 14 Maret 2015Asuransi Kesehatan:
ASKESKunjungan Rumah I:16 Maret 2015B. Anamnesis ( tanggal 16 Maret
2015)1. Keluhan UtamaKontrol rutin tekanan darah dan cepalgia2.
Riwayat Penyakit SekarangPasien perempuan umu 63 tahun datang ke
Puskesmas Kota Gede II hendak kontrol rutin tekanan darah. Pasien
menderita hipertensi sejak 8 tahun yang lalu. Saat datang ke
puskesmas pasien datang dengan keluhan nyeri kepala cekot-cekot
sejak 3 hari yang lalu. Nyeri sebelah kepala kiri muncul kumat
kumatan 2-3 kali sehari, nyeri kepala bertambah berat jika
kelelahan dan berkurang ketika beristirahat, pasien belum pernah
minum obat untuk mengurangi nyeri kepalanya. Pasien tidak
mengatakan tidak memiliki keluhan lain selain nyeri kepala, pasien
rajin kontrol ke puskesmas 2 minggu sekali ketika obatnya habis. 2.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat hipertensi sejak 8 tahun yang lalu,
paling tinggi 170/90 mmhg sekitar 2 bulan yang lalu. Riwayat
Diabetes Mellitus disangkal. Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat atopic seperti asma, rhinitis alergika, konjungtivitis,
urtikaria disangkal Riwayat mondok di RS dsangkal3. Riwayat
Penyakit Keluarga Ayah kandung dan kakak memiliki riwayat tekanan
darah tinggi (+) . Riwayat diabetes mellitus disangkal. Riwayat
penyakit jantung disangkal. Riwayat atopic seperti asma, rhinitis
alergika, konjungtivitis, urtikaria, dermatitis disangkal Riwayat
stroke disangkal.4. Anamnesis Sistemik Sistem urogenital: tidak ada
keluhan Sistem integumentum: tidak ada keluhan Sistem
muskuloskeletal: tidak ada keluhan Sistem gastrointestinal: tidak
ada keluhan Sistem neurologis: tidak ada keluhan Sistem respirasi:
tidak ada keluhan Sistem kardiovaskular: tidak ada keluhanC.
Pemeriksaan FisikKesan Umum: BaikKesadaran:Compos mentisTanda-tanda
vital:Tekanan darah: 160/80 mmHgNadi:72 x/menit, teratur, isi dan
tegangan cukupSuhu badan: 36,6o CPernafasan: 20 x/menitBerat Badan:
47 kgTinggi Badan: 150 cmIMT: 20,8 kg/m2(normal)Pemeriksaan kepala:
Bentuk kepala: Mesosefal Rambut: ikal, beruban, distribusi
merataPemeriksaan mata: Palpebra: Edema (-/-) Exoftalmus: Tidak
didapatkan Konjungtiva: Anemis (-/-) Sklera: Ikterik (-/-) Pupil:
Reflek cahaya (+/+), isokor Lensa: OS jernih, OD jernih Pemeriksaan
oftalmoskopi: tidak dilakukanPemeriksaan Telinga: nyeri tekan
(-/-), serumen (-/-)Pemeriksaan otoskopi : tidak dilakukanTest
fungsi pendengaran : tidak dilakukanPemeriksaan Hidung: Sekret
(-/-), epistaksis (-)Pemeriksaan Leher Kelenjar tiroid: Tidak
membesar Kelenjar lnn: Tidak membesar, nyeri (-) Retraksi
suprasternal: (+) JVP: peningkatan JVP (-) Tidak teraba adanya
muskulospasme leherPemeriksaan Dada (Paru& Jantung) :
DepanKananKiri
Inspeksi: Retraksi (-)Palpasi : Ketinggalan gerak (-).Perkusi :
sonor Auskultasi :Suara dasar: vesikulerSuara tambahan:Ronkhi &
wheezing (-)
Inspeksi : Retraksi (-)Palpasi:Ketinggalan gerak (-).Perkusi:
sonor Auskultasi : Suara dasar: vesikuler Suara tambahan:Ronkhi
& wheezing (-)Jantung : S1/S2 reguler, bising (-)
BelakangInspeksi : sikatrik (-)Palpasi: fokal vremitus
ka=kiPerkusi : sonorAuskultasi : Suara dasar : vesikuler Suara
tambahan : Ronkhi & wheezing (-)Inspeksi : sikatrik (-)Palpasi:
fokal vremitus ka=kiPerkusi : sonorAuskultasi : Suara dasar :
vesikuler Suara tambahan : Ronkhi & wheezing (-)
Pemeriksaan Perut : Tampak datar, bising usus dalam batas
normal, supel, nyeri tekan (-), Timpani (+).D. Pemeriksaan
Penunjang Laboratorium Darah (14 Maret 2015 )Kolesterol:
158Trigliserid: 152E. Diagnosis Bandinga. Hipertensi grade 1
:-Primer-Sekunderb. dislipidemia
F. Diagnosis KerjaHipertensi primer grade IIChepalgiaG. Terapi1.
Farmakologis R/ Paracetamol mg 500 No. X S 3 dd tab 1 p.cR/
Diltiazem tab mg 30 No. XXXS 3 dd tab IR/ HCT tab mg 25 No. XS 1 dd
tab I
BAB IVPEMBAHASAN
A. Analisis KasusHipertensi adalah suatu penyakit vascular yang
>90% penyebabnya tidak diketahui (idiopatik). Hipertensi yang
demikian ini disebut dengan hipertensi primer/essensial. Beberapa
penyakit seperti gangguan pada ginjal, pembuluh darah dll dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi yang disebut dengan hipertensi
sekunder. Pada kasus ini, tidak ditemukan adanya kelainan pada
organ lain yang bisa menyebabkan terjadinya hipertensi, sehingga
digolongkan ke dalam hipertensi primer/essensial. Pasien mengaku
tekanan darah sistol berada pada kisaran 140-160 dan tekanan
diastole berada pada kisaran 90-100 jika tidak mengkonsumsi obat
sehingga dikategorikan sebagai hipertensi grade I.
Hipertrigliseridemia ditegakkan berdasarkan anamnesis yaitu pasien
mengeluhkan sering kesemutan pada kedua tangan dan dikonfirmasi
dengan pemeriksaan laboratorium darah berupa hasil trigliserid yang
meningkat yaitu 213 dan hasil yang normal pada kolersterol.
B. Analisis Kunjungan Rumah1. Kondisi PasienKunjungan rumah
pasien dilakukan pada tanggal 16 Maret 2015. Keluhan pasien saat
kunjungan rumah pertama sudah berkurang dibandingkan dengan keadaan
pasien saat diperiksakan ke puskesmas. Rasa nyeri kepala dirasakan
mulai berkurang. Pada saat kunjungan pasien baru pulang dari acara
keluarga Dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
140/90 mmHg. Saat itu pasien belum meminum obatnya, setelah
diperiksa pasien langsung minum obat karena sudah waktunya. Pasien
mengatakan kalau dirinya sedang agak capek saat ini karena mengurus
acara keluarga. Pasien juga mengatakan sedang khawatir karena
anaknya belum mendapatkan pekerjaan.Anamnesis Illnessa. Perasaan
pasien Pasien merasa jenuh dengan penyakit hipertensinya, tapi
pasien memiliki keinginan untuk tetap mengontrol tekanan darahnya
agar tidak tinggi. Pasien juga merasa khawatir jika tekanan
darahnya tidak dikontrol akan menyebabkan penyakit jantung seperti
teman-temannya.b. Ide/pemikiran Menurut pasien, penyakit
hipertensinya disebabkan oleh diri sendiri karena sangat jarang
berolahraga dan terkadang fikiran pasien mempengaruhi tekanan
darahnya.c. Harapan pasienPasien ingin tensinya selalu normal agar
tidak minum obat terus menerus karena pasien bosan bolak balik ke
puskesmas.d. Efek terhadap fungsi sosialApabila tekanan darah
meningkat pasien sering mengeluhkan nyeri kepala dan harus
istirahat, itu membuat aktifitasnya banyak yang tertunda2. Personal
Sosiala) Riwayat pendidikan, pasien merupakan lulusan S1 dari
Universitas Bengkulub) Riwayat pekerjaan, pasien adalah seorang
pensiunan Pegawai Negeri Sipil di Badan Pertanahan Negara.
Pendapatan hanya berasal dari pensiunannya dan istrinya yang
berjumlah Rp 4.500.000,- (cukup). Anak pertama bekerja di perusaahn
swasta di jakarta dan belum menikah, anak kedua belum mendapat
pekerjaan.c) Riwayat perkawinan, pasien menikah pada usia 26 tahun,
sampai saat ini sudah dikaruniai 2 orang anak. Pasien menikah atas
keinginan dan pilihannya sndiri. Pasien merasa bahagia dengan rumah
tangganya.d) Sosialisasi, pasien orang yang ramah dan mudah
bergaul. Pasien selalu berpartisipasi dalam kegiatan kampun.e) Gaya
hidup, pasien makan 3x/hari dengan menu nasi, lauk pauk seperti
tahu, tempa, telur dan sesekali daging ayam atau sapi. Pasien
jarang mengkonsumsi buah-buahan. Pasien tidak merokok tetapi jarang
berolah raga. Pasien beristriahat 6-7 jam dalam sehari. Pasien
kadang merasa kawatir terhadap masa depan anak keduanya karena
belum mendapatkan pekerjaan sampai saat ini f) Riwayat pengobatan,
pasien rutin mengkonsumsi obat untuk hipertensi yaitu R/ Diltiazem
3x1 mg dan HCT 1x 25mg. Pasien terdaftar dalam asuransi kesehatan
ASKES.
3. Keadaan Rumaha. Lokasi Rumah pasien terletak di lingkungan
perumahan beralamat di Jl.Gang Satria 2, Gambiran baru, kota gede
yogyakarta.
Peta rumah pasienb. KepemilikanRumah merupakan milik sendiri dan
atas nama pasien.c. Luas Bangunan Luas bangunan rumah pasien 450 m2
(45 m x 10 m)
d. Ruang rumahRumah terdiri dari ruang tamu yang bergabung
dengan ruang keluarga, satu ruang makan, satu dapur, dua kamar
mandi, dan tiga kamar tidur.
Denah Lokasi Rumah Pasien
e. PencahayaanTerdapat 2 buah jendela berukuran 1,5 m X 0,5 m
pada ruang tamu, 2 buah jendela berukuran 1,5 m X 0,5 m pada kamar
tidur 1, satu jendela dengan ukuran yang sama pada kamar tidur 2,3
dan 2 buah jendela di area dapur. Terdapat ventilasi berukuran 0,5
m X 0,2 m yang melekat pada setiap jendela. Pencahayaan baik.f.
Kebersihan Hampir seluruh ruangan dalam rumah pasien terjaga
kebersihannya.g. KepadatanMelihat jumlah penghuni dan luas bangunan
yang tersedia rumah pasien tergolong cukup luas. h. Kepemilikan
barang Barang yang dimiliki pasien adalah 1 mobil, 1 sepeda motor,
4 kasur, 1 set peralatan dapur dan 4 buah lemari pakaian,
elektronik yang ada di rumah adalah 2 televisi berwarna ukuran 14
inchi, sebuah tape, 2 kipas angin dan sebuah setrika.i. Sanitasi1.
Sumber air bersihSumber air yang digunakan untuk minum, mandi dan
mencuci berasal dari PAM. Secara fisik air tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak berbau. Kesimpulanya adalah sumber air bersih
cukup baik.2. Jamban keluargaPasien memiliki jamban keluarga
dirumahnya (WC jongkok). Kondisi jamban mudah dibersihkan, mudah
diglontor, lokasinya menjadi satu dengan rumah, memiliki septic
tank yang tahan resapan. 3. Saluran pembuangan air limbah
(SPAL)Pasien tidak memiliki bak kontrol. Air bekas cuci disalurkan
menuju selokan dan berakhir di sungai yang letaknya cukup jauh dari
rumah. Saluran pembuangan lancar. Septic tank ada di belakang
rumah.4. Tempat sampahTempat sampah terletak di luar rumah, terbuat
dari ember plastik, tertutup, dengan diameter 30 cm dan tinggi 60
cm dan terdapat petuga sampah yang mengambil setiap hari.
j. HalamanRumah pasien memiliki halaman depan yang digunakan
untuk tanaman dan bunga
C. Perangkat penilaian keluarga1. Genogram Tanggal pembuatan : 1
Februari 2014 oleh Ragil Catur Nugroho.
Genogram Keluarga Tn. K
Keterangan :: Laki-laki : Perempuan : Pasien : Meninggal dunia :
Tinggal dalam 1 rumah B: BreadwinnerD: Decision MakerHT:
Hipertensi
Tabel. Anggota Keluarga Satu RumahNamaKedudukan dalam
keluargaL/PUmur (th)PendidikanPekerjaan
Tn. KKepala KeluargaL67Lulusan S1Pensiunan PNS
Ny. IIstriP63Lulusan S1 Pensiunan PNS
Sdr. FAnak Laki laki keduaL37Sarjana S1Belum bekerja
2. Family MAP Sdr.F sdr. B (29th) Keterangan : 27th :
Functional: Dysfunctional: Clear but negotiable Ny.E suami
boundaries Gambar . Family MAPHubungan pasien dengan suami, anak ke
1 baik. Namun dengan anak ke dua jarang berkomunikasi karena jarang
dirumah dan sering pulang malam3. Family Life CycleBentuk keluarga
ini adalah keluarga inti atau nuklear family yang terdiri dari
suami, istri dan anak kandung. Pada keluarga ini termasuk tahapan
ke 5 yakni tahapan anak yabg meninggalkan keluarga (family as
launching centre) tahap ini anak satu persatu meninggalkan
keluarga. Dimulai anak pertama dan diakhir anak terkecil.4. Nilai
APGAR KeluargaNilai APGAR adalah salah satu cara untuk
mengidentifikasi sehat atau tidaknya fungsi suatu keluarga. APGAR
itu sendiri terbagi dalam:1. Adaptasi (adaptation)Dinilai dari
tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang
diperlukan.2. Kemitraan (partnership)Dinilai dari tingkat kepuasan
anggota keluarga berkomunikasi, bermusyawarah dalam mengambil
keputusan dan atau menyelesaikan suatu masalah.3. Pertumbuhan
(growth)Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang
diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan
dari setiap anggota keluarga4. Kasih sayang (affection)Tingkat
kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi
emosional yang berlangsung dalam keluarga.5. Kebersamaan
(resolve)Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan
membagi waktu antar anggota keluarga.
Tabel 14. Kuisioner APGAR KeluargaKRITERIAPERTANYAANRespons
Hampir selaluKadangHampir tidak pernah
AdaptasiSaya puas dengan keluarga karena masing-masing anggota
keluarga sudah menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya
KemitraanSaya puas dengan keluarga karena dapat membantu
memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi
PertumbuhanSaya puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga
untuk mengembangkan kemampuan yang pasien miliki
Kasih SayangSaya puas dengan kehangatan / kasih sayang yang
diberikan keluarga
KebersamaanSaya puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk
menjalin kebersamaan
TOTAL7
Skoring : Hampir selalu=2 , kadang-kadang=1 , hampir tidak
pernah=0
Total skor8-10 = fungsi keluarga sehat4-7 = fungsi keluarga
kurang sehat0-3 = fungsi keluarga sakit
Dari tabel APGAR keluarga diatas total nilai skoringnya adalah
7, ini menunjukan disfungsional sedang
5. Analisis SCREEMTabel 15. Analisis SCREEMASPEKSUMBER
DAYAPATOLOGI
SosialTerdapat hubungan yang baik dengan anggota keluarga
serumah dan anak-anak lain serta dengan masyarakat sekitar
KulturalSeluruh anggota keluarga tidak percaya pada hal-hal
mistik.
ReligiSeluruh anggota keluarga beribadah khuysuk dan tertib
sesuai dengan tuntunan
EkonomiPasien mengandalkan penghasilan dari uang pensiunannya
dan istrinya yang dirasa cukup yaitu Rp. 4.500.000,-
PendidikanPendidikan terakhir Tn. K adalah lulusan S1
KesehatanPasien mempunyai asuransi kesehatan ASKES
6. Family Life Line
Tabel. Family Life LineYearageLife Event/crisisSeverity of
illnes
198026Menikah-
198733Lahir anak pertama-
198935Lahir anak ke dua-
199846Bapak meninggal duniaStresor psikologis
200250Ibu meninggal duniaStresor psikologis
200755Terdiagnosis HTIII
201462Anak keluar dari pekerjaan dan baelum mendapat pekerjaan
lagiIIIII
7. Identifikasi Masalah Perilaku Hidup Bersih dan SehatTabel
Perilaku Hidup Bersih dan SehatNoKriteria yang
dinilaiJawabanSkor
1.Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.--
2.Memberi ASI ekslusif.--
3.Menimbang balita setiap bulan.--
4.Menggunakan air bersih.Ya1
5.Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.Ya1
6.Menggunakan jamban sehat.Ya1
7.Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.Ya1
8.Makan buah dan sayur setiap hari.Tidak1
9.Melakukan aktivitas fisik setiap hari.Tidak1
10.Tidak merokok di dalam rumah.Ya1
Interpretasi: keluarga Tn.K tidak menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
8. Pelaksanaan Program PembinaanTabel 21.Program
PembinaanTanggalKegiatan yang dilakukanHasil kegiatan
30 Januari 2014Anamnesis perjalanan penyakit serta pemeriksaan
fisik dan menilai kondisi rumah serta lingkungan
sekitarnya.Mengetahui proses perjalanan penyakit dan mengetahui
kondisi lingkungan rumah
D. Diagnosis Kesehatan keluargaDiagnosis Holistik : Hipertensi
Grade II dan Chepalgia pada wanita lansia disertai kekhawatiran
terhadap penyakitnya dan kekhawatiran terhadap masa depan anaknya
dalam keluarga disfungsional sedang yang tidak Berperilaku Hidup
Bersih dan Sehat.
E. Manajemen Komprehensif1. Promotif Edukasi pada pasien dan
keluarga ( minimal 1 orang anggota keluarga) tentang :a. Gambaran
hipertensi sebagai penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan
tetapi bisa dikendalikan, semuanya tergantung pasien pasien itu
sendiri.b. Penyakitnya meliputi penyebab, gejala, komplikasi dan
pengelolaannya.c. Pentingnya modifikasi gaya hidup dalam
pengelolaan penyakit hipertensi.d. Minum obat secara teratur sesuai
resep yang diberikan dokter dan pentingnya memonitoring tekanan
darah ke puskesmas minimal 2 minggu sekali.e. Pentingnya support
keluarga terhadap pengelolaan penyakit pasien.f. Pentingnya
menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari hari 2. Preventifa.
Pengaturan pola makan yaitu menghindari makanan yang mengandung
garam tinggi dan makanan berlemak.b. Melakukan aktifitas fisik atau
olahraga teratur minimal 30 menit perhari 4-5kali/ minggu.c.
Istirahat yang cukup minimal 6-8 jam /hari.d. Mengontrol rutin
tekanan darah 2 minggu sekalie. CEA untuk kekhawatiran
penyakitnyaf. Client centre conseling untuk mengatasi komunikasi
terhadap anak ke duag. Screeneng anggota keluarga untuk
hipertensi
Waktu MakanMenuBahan MakananBerat(gr)K
kaloriProtein(gr)Lemak(gr)Karbo-hidrat(gr)
PagiNasisup ayamsusu skim cairsambal teriBerasAyam tanpa
kulitKembang kolkolkapri mudagula pasirsusu skim cairteri
kering10040
100100100 392004017550
2525251507510047
111
714-2
---
-40-
55536--
SelinganApelkacang rebusKacang tanah8530501501061240
SiangNasioseng kacang tolotelur rebus
BerasTelur ayam (tanpa kuning)Kacang ToloTahu TempeGula
pasirMinyak jagung15050
4022010013526250
150150150505067
101010---
666-560-
14141412
SelinganPisangPisang15050--12
MalamNasiIkan
susu skim cairBerasIkan Tempe
Susu skim cairGula pasir1005050
200261755075
75100475
7-23
-40-7
1024
Total 2292,18143,2538.2343,8
Konsumsi air putih 8-10 gelas per hari
3. Kuratif : R/ Paracetamol mg 500 No. X S 3 dd tab 1 p.cR/
Diltiazem tab mg 30 No. XXXS 3 dd tab IR/ HCT tab mg 25 No. XS 1 dd
tab I
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan1. Dari hasil laporan kasus, analisis catatan medis
dan daftar tilik serta kunjungan rumah dapat ditarik kesimpulan
bahwa diagnosis pasien yaitu hipertensi grade II2. Hipertensi
merupakan penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa
dikontrol. Pola makan yang kurang terjaga dan kondisi pasien yang
tidak menerapkan pola hidup bersih sehat dan fikiran sangat
berhubungan dengan penyakit hipertensi grade II yang dideritanya.3.
Dokter keluarga melalui institusi Puskesmas dapat menjadi salah
satu sektor yang berperan dalam menangani kasus hipertensi secara
holistik, mulai dari promotif, preventif, kuratif, sampai
rehabilitatif4. Kerjasama antara petugas kesehatan, pasien dan
keluarga menentukan keberhasilan terapi.A. Saran1. Bagi mahasiswa
Berusaha lebih mendalami, aktif, kreatif, dan variatif dalam
menganalisa permasalahan kesehatan, baik pada keluarga maupun
lingkungannya Meningkatkan profesionalisme sebelum terjun ke
masyarakat2. Bagi Puskesmas Hendaknya terus melakukan pendekatan
kepada masyarakat dengan usaha promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif Hendaknya terus menindaklanjuti kasus dengan
pendekatan kepada masyarakat sehingga pasien dapat terus
terkontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Profil Kesehatan Puskesmas Wirobrajan Kota
Yogyakarta. Puskesmas Wirobrajan. YogyakartaAnwar, S. Hardoyo.
2007. Gagal Jantung. Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Bagian Ilmu
Kardiologi Universitas Udayana/RSUP Sanglah : Denpasar. Volume 8
Nomer 3Ghanie, A. 2007. Gagal Jantung Kronik. Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Ed. IV Jilid III. Editor: Aru W, Bambang S, Idrus
A, et.al. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia :
Jakarta. Hlm 1511Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta:
ErlanggaKane, Ouslander, et.al. 1994. Instability and Falls:
Essentials of clinical Geriatric dalam Nugroho, Wahjudi.
2012.Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta .
EGCLaelian, A. 2011. Dalam Thesis : Perbedaan Tolerabilitas
Meloxicam dan Natrium Diclofenac pada Nyeri. Universitas Indonesia
: Jakarta diakses pada tanggal 28 November 2013 di
lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20271308-T%2028573full%20textMaryam,
R. Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba
Medika : JakartaMubarak, Wahit Iqbal. 2006. Ilmu keperawatan
komunitas. Jakarta: Salemba MedikaVorvick, L., 2011. Muscle Aches.
Diakses pada tanggal 28 November 2013 di
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003178.htmPanggabean,
N. 2007. Gagal Jantung. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. IV
Jilid III. Editor: Aru W, Bambang S, Idrus A, et.al. Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia : Jakarta. Hlm 1503
25