BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patologinya tidak diketahui, pada umumnya hipertensi esensial tidak disebabkan oleh faktor tunggal, melainkan karena berbagai faktor yang saling berkaitan. Salah satu faktor yang paling mungkin berhubungan terhadap timbulnya hipertensi esensial adalah faktor genetik karena sering turun temurun dalam suatu keluarga. Hipertensi merupakan penyakit yang timbul karena interaksi berbagai faktor risiko. Risiko relative hipertensi tergantung pada jumlah dan tingkat keparah dari faktor yang dikontrol seperti stress, obesitas nutrisi serta gaya hidup, semua faktor risiko yang tidak dapat dikontrol seperti genetik, usia, jenis kelamin dan etnis (Rohendi,2008). 1
74
Embed
repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1156/1/BAB I-V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah . Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis beragam.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis beragam. Pada
kebanyakan pasien etiologi patologinya tidak diketahui, pada umumnya hipertensi
esensial tidak disebabkan oleh faktor tunggal, melainkan karena berbagai faktor
yang saling berkaitan. Salah satu faktor yang paling mungkin berhubungan
terhadap timbulnya hipertensi esensial adalah faktor genetik karena sering turun
temurun dalam suatu keluarga. Hipertensi merupakan penyakit yang timbul
karena interaksi berbagai faktor risiko. Risiko relative hipertensi tergantung pada
jumlah dan tingkat keparah dari faktor yang dikontrol seperti stress, obesitas
nutrisi serta gaya hidup, semua faktor risiko yang tidak dapat dikontrol seperti
genetik, usia, jenis kelamin dan etnis (Rohendi,2008).
Hipertensi dianggap sebagai penyakit serius karena dampak yang
ditimbulkan sangat luas, bahkan dapat berakhir pada kematian. Hipertensi juga
dijuluki sebagai silent killer, karena dapat mengakibatkan kematian mendadak
bagi penderitanya. Kematian terjadi akibat dampak hipertensi itu sendiri atau
penyakit lain yang diawali oleh hipertensi seperti kerusakan ginjal, serangan
jantung, stroke, glaucoma, disfungsi ereksi, dementia dan Alzheimer (Agromedia,
2013).
Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian 7,1 juta orang di
seluruh dunia, yaitu sekitar 13% dari total kematian, dan prevalensinya hampir
1
2
sama besar baik di Negara Berkembang maupun di Negara Maju. Hipertensi
menimbulkan angka morbilitas (Kesakitan) dan mortalitas (Kematian) yang tinggi
karena hipertensi merupakan penyebab utama meningkatnya resiko penyakit
stroke, jantung dan ginjal. Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat
pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut juga
sebagai komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal.
Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan
masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun
jangka panjang, sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang
menyeluruh dan terpadu (Kemenkes, 2013).
Hipertensi merupakan penyakit yang munculnya karena interaksi berbagai
faktor yang dialami seseorang Menurut Kumar (2010) hipertensi dipengaruhi oleh
usia dan jenis kelamin dimana semangkin meningkatnya usia seseorang resiko
hipertensi semakin tinggi. Pada dasarnya wanita lebih tinggi memiliki resiko
hipertensi pada usia 45-55 tahun keatas dikarenakan wanita mulai kehilangan
hormone ekstrogen.
Menurut Rohendi (2008) faktor risiko seseorang bisa terkena hipertensi di
pengaruhi oleh faktor genetik dan stress 70-80% kasus hipertensi dikarenakan
seseorang memiliki riwayat hipertensi didalam keluarga. Stress diyakini memiliki
hubungan dengan hipertensi. hal ini diduga melalui aktifitas saraf simpatis yang
dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Di samping itu juga dapat
merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu
3
jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan
meningkat.
World Health Organization (WHO) Angka memperkirakan, jumlah
penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang
membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29 persen warga dunia
terkena hipertensi. Data Global Status Report on Noncommunicable Disease 2010
dari WHO menyebutkan 40% negara ekonomi berkembang memiliki penderita
hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan Afrika memegang posisi
puncak penderita hipertensi sebanyak 46%. Sementara kawasan Amerika
menempati posisi buncit dengan 35%. Di kawasan Asia Tenggara, 36% orang
dewasa menderita hipertensi, pada 2011 WHO mencatat ada satu miliar orang
yang terkena hipertensi (WHO, 2013).
Di Indonesia, angka penderita hipertensi mencapai 32% pada 2010 dengan
kisaran usia diatas 25 tahun. Jumlah penderita pria mencapai 42,7%, sedangkan
39,2% adalah wanita (WHO, 2013). Pada tahun 2011 hipertensi di indonesia
diperkirakan 15 juta orang. Prevalensi pada daerah urban dan rural berkisar antara
17-21% dan hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi pada
dewasa adalah 6-15% dan 50% diantara orang dewasa yang menderita hipertensi
tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk
menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor
resikonya, dan 90% merupakan hipertensi esnsial. Hipertensi sangat erat dengan
pemenuhan dengan pemberian diet dan nutrisi yang sehat (Riskesdas, 2013).
4
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari
berbagai faktor resiko yang memiliki seseorang seperti gaya hidup, pola konsumsi
makan, jenis kelamin dan stress. Berbagai penelitian telah menghubungkan antara
berbagai faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi.
Gaya hidup seseorang mempunyai peranan yang sangat penting dalam
terjadinya penyakit hipertensi. faktor ketidakseimbangan makanan, baik kualitas
maupun kuantitasnya akibat gaya hidup seseorang merupakan faktor terjadinya
resiko penyakit degeneratif termasuk hipertensi. Pola konsumsi yang salah seperti
banyak makan dengan pemilihan menu makan yang banyak mengandung lemak,
kolesterol hal itu merupakan kebiasaan yang buruk dilakukan di rumah, restoran
dan pertemuan-pertemuan, maupun dipesta. Perilaku demikian dapat berakibat
terjadinya penumpukkan lemak tubuh yang menyebabkan terjadinya penyakit
hipertensi. Gaya hidup menggambarkan pola prilaku sehari-hari yang mengarah
pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial yang meliputi kebiasaan
tidur, mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, garam, merokok atau bahkan
minum-minuman beralkohol (Rohendi, 2008).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh prevalensi
hipertensi tercatat sebesar 12,6% (Riskesdas) 2013 hasil studi Dinas Kesehatan
Provinsi Aceh menyatakan bahwa hipertensi menempati urutan keempat. Sekitar
penyakit yang banyak di derita oleh masyarakat Aceh dengan jumlah kasus 3,474
kasus (Profil Dinas kesehatan Provinsi Aceh 2013).
Pengambilan data awal yang dilakukan oleh penulis dari data dinas
kesehatan Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu Kabupaten Provinsi yang
5
masih tinggi kasus hipertensi tahun 2013, jumlah penderita hipertensi sebanyak
511 kasus. Pada tahun 2014 terdapat sebanyak 716 kasus, pada tahun 2015 jumlah
penderita hipertensi sebanyak 626 kasus dengan persebaran kasus hipertensi
disetiap puskesmas sebagai berikut; Meureubo 105 kasus, Johan Pahlawan 98
stress dapat berpengaruh terhadap kemunculan hipertensi baik bagi seseorang
yang belum maupun yang sudah terkena tekanan darah tinggi (Rohendi, 2008).
Gaya hidup yang dapat memicu terjadinya hipertensi anatara lain
(Rohendi,2008).
Makanan menu tidak seimbang (approprate diet), mencakup pola makan sehari-
hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi kebutuhan tubuh baik
menurut jumlahnya (kuantitas) maupun jenisnya (kualitas) kebiasaan
mengkonsumsi garam dan makanan berlemak dapat meningkatnya resiko
terjadinya hipertensi.
22
a. Tidak melakukan olah raga yang teratur, mencakup kualitas (gerakan) dan
kuantitas dalam arti frekuensi dalam waktu yang digunakan untuk olah raga.
Kedua aspek ini tergantung dari usia dan status kesehatan yang bersangkutan.
b. Merokok, mengkonsumsi alkohol atau menggunakan narkoba.
c. Kebiasaan minum kopi, konsumsi kopi yang berlebihan dalam jangka yang
panjang dan jumlah yang banyak diketahui dapat meningkatkan resiko
penyakit hipertensi atau penyakit kardiovaskhuler. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa orang yang mengkonsumsi kafien (kopi) secara teratur
sepanjang hari mempunyai tekanan darah rata-rata lebih tinggi dibandingkan
dengan didalam 2-3 gelas kopi (200-250 mg) terbukti meningkatkan tekanan
sistolik sebesar 4-13 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 4-13 mmHg pada
orang yang tidak mempunyai hipertensi. mengkonsumsi kafien secara teratur
sepanjang hari mempunyai tekanan darah rata-rata lebih tinggi dibandingkan
dengan mereka tidak mengkonsumsi kopi dapat meningkatkan resiko tekanan
penyakit jantung.
d. Istirahat yang tidak cukup, yang mengakibatkan gangguan fisik dan mental.
Istirahat yang cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan
kesehatannya.
2.8.5. Konsumsi Makanan
Kebiasaan mengkonsumsi makanan berat yang mengandung lemak dengan
peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. konsumsi lemak juga
meningkatkan resiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan
darah. Penurunan konsumsi lemak, terutama lemak dalam makanan yang
23
bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya
yang berasal dari minyak sayuran, produk susu, telur dan daging, biji-bijian dan
makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah
(Rohendi, 2008).
Garam merupakan faktor penting dalam patogenesis hipertensi. hipertensi
tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang rendah.
Apabila asupan garam kurang dari 3 g/hari, maka prevalensi hipertensinya rendah,
sedangkan asupan garam antara 5-15 g/hari prevalensi hipertensi meningkat
menjadi 15-20%. Hubungan asupan garam terhadap hipertensi terjadi melalui
peningkatan valume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Konsumsi garam
yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari yang setara dengan 110 mmol
natrium atau 2400 mg/hari. Asupan natrium yang tinggi dapat menyebabkan
tubuh meretensi cairan sehingga meningkatkan volume darah (Rohendi, 2008).
24
2.9. Kerangka Teori
Berdasarkan teori-teori diatas, maka dibuatlah kerangka teori sebagai
berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
(Kumar, 2010)1. Usia2. Jenis kelamin3. Stress
(R0hendi, 2008)1. Genetik / Keturunan2. Gaya hidup3. Makanan
Hipertensi
25
2.10. Kerangka Konsep penelitian
Berdasarkan kerangka teoritis maka kerangka konsep dapat digambarkan
sebagai berikut:
Variabel Independen
Variabel Dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Hipertensi
- Keturunan
- Gaya Hidup
- Konsumsi Makanan
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan
pendekatan cross sectional (Notoatmodjo, 2010), untuk mengetahui tentang
Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi Di Puskesmas
Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2016.
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Meureuboe Kecamatan Meuruboe
Kabupaten Aceh Barat yang pada tanggal 17-31 Maret 2016.
3.3. Populasi Dan Sampel
3.3.1. Populasi
Menurut Notoatmodjo (2010), Populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah seluruh pasien hipertensi yang berkunjung di Puskesmas Meureubo
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015 sebanyak 105 orang pasien hipertensi.
3.3.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Accidental Sampling.
yaitu mengambil responden secara kebetulan bertemu selama pengumpulan data
dilakukan sampai didapatkan jumlah sampel yang dikehendaki sesuai dengan
rumus slovin dari Notoatmodjo (2010), maka didapatkan sebanyak 51 sampel.
26
27
n= N1+N (d)❑2
n= 1051+105(0,1)❑2
n= 1051+1.05
n= 1052.05
n = 51,21
n = 51
Jadi jumlah keseluruhan yang diambil adalah sebanyak 51 Responden.
Keterangan :
N= Jumlah Populasi
n= Jumlah Sampel
d= Tingkat kepercayaan yang diinginkan
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data langsung yang didapatkan dari
wawancara dengan menggunakan kuesioner pada responden yang berisikan
pertanyaan tentang faktor-faktor yang berhubungan terjadinya penyakit hipertensi
di Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder dilaporkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat
dan Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat dan
berbagai literatur atau buku-buku yang berkaitan dengan penyakit hipertensi.
28
3.5.Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.5.1. Matriks Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukurVariabel Independen (Bebas)1 Keturunan Riwayat penyakit
hipertensi pada kedua orang tua responden.
Wawancara Kuesioner - Ada hipertensi- Tidak ada
hipertensi
Ordinal
2 Gaya Hidup Adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kemunculan serangan hipertensi ,dan Keseharian responden dalam beraktifitas yang berdasarkan pada gaya hidupnya yang meliputi merokok, mengkonsumsi alkohol,kopi,olah raga.
Wawancara Kuesioner - Baik- Kurang baik
Ordinal
3 Konsumsi makanan
Adalah kebiasaan mengkonsumsi makanan berat yang mengandung lemak dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi.
Wawancara Kuesioner - Baik- Kurang baik
Ordinal
Variabel Dependen (Terikat)
4 Hipertensi Penderita yang berobat karena peningkatan tekanan darah diatas normal yang diastolik > 90 mmHg dan sistolik > 140 mmHg.
Rekam medis
Ceklis -Hipertensi-Tidak Hipertensi
Ordinal
29
3.6 Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuran variabel dalam
penelitian ini adalah skala Guttman yaitu memberi skor dari nilai tertinggi ke nilai
terendah berdasarkan jawaban responden.(Sugiyono, 2013).
3.6.1. Keturunan
a. Ada : jika salah satu dari orang tua responden mengalami
riwayat penyakit hipertensi
b. Tidak ada : jika orang tua responden tidak mengalami riwayat
penyakit hipertensi
3.6.2. Gaya Hidup
a. Baik : jika nilai skor responden > 3
b. Kurang Baik : jika nilai skor responden ≤ 3
3.6.3. Konsumsi Makanan
a. Baik : jika nilai skor responden > 3
b. Kurang Baik : jika nilai skor responden ≤ 3
3.6.4. Hipertensi
a. Hipertensi : bila sistolik > 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg
b. Tidak hipertensi : bila sistolik < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg
3.7. Pengolahan Data
Setelah data berhasil dikumpulkan langkah selanjutnya yang dilakukan
pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:
30
1. Editing
Kegiatan editing bertujuan agar data yang diperoleh dapat diolah dengan
baik dan menghadirkan informasi yang benar. Kegiatan yang dilakukan
melihat dan memeriksa apakah semua pertanyaan terjawab atau terisi,
dapat dibaca dan melihat apakah ada kekeliruan yang dapat menganggu
dalam mengolah dan selanjutnya.
2. Coding
Setelah selesai Editing penulis melakukan pengkodean data yakni untuk
pertanyaan tertutup timbul melalui setiap jawaban.
3. Tabulating
Data setelah dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi
4. Transfering
Yaitu data yang telah dikumpulkan akan ditransfer kedalam bentuk master
tabel.
3.8. Tehnik Analisis Data
3.8.1 Analisis Univariat
Analisa Univariat merupakan analisa yang digunakan untuk menjelaskan
karakteristik masing-masing variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini
analisa univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan angka atau
nilai karakteristik responden berdasarkan Usia, Jenis kelamin, Keturunan, Gaya
hidup dan pola makan.(Notoatmodjo, 2010).
31
3.8.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan
menentukan hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan
variabel dependen (variabel terikat) dengan menggunakan uji statistik Chi-square
(X ²).(Budiarto, 2003).
x2=∑ (0−E )2E
Keterangan :
x² : Chi-square
O : Nilai pengamatan
E : Nilai yang diharapkan
E=Total baris x total kolomgrand total
Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut
akan dihitung nilai odd ratio (OR).
1. Bila 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang
digunakan adalah Fisher’s test,
2. Bila 2 x 2 dan nilai E > 5, maka uji yang dipakai sebaliknya Contuinty
Correction,
3. Bila tabel lebih dari 2x2 misalnya 2x3, 3x3 dan seterusnya, maka digunakan uji
PearsonChi-squer
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
4.1.1. Keadaan Geografis Lokasi Penelitian
UPTD Puskesmas Meureubo merupakan Puskesmas yang berada di
wilayah Kecamatan Muereubo. Berdiri pada tahun 1992 terletak di sebelah Barat
Kota Kota Kabupaten Muelaboh kurang lebih berjarak 3,5 km tepatnya berada di
Gampong Meureubo. Luas wilayah 112,87 km2 dengan persentase luas Kecamatan
terhadap Kabupaten adalah 3,85% jumlah wilayah kerjanya meliputi 28 Gampong
dengan dua kemukiman yaitu kemukiman Meureubo dengan kemukiman Ranto
Panjang dari 28 desa 20 desa kategori desa biasa dan 8 desa masuk dalam kategori
desa sangat terpencil , 2 gampong yaitu Peunaga Baro dan Pasir Putih merupakan
gampong Persiapan untuk defenitif dengan batasannya :
Sebelah Utara : Kecamatan Pante Ceureumen
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Barat : Kecamatan Johan
Sebelah Timur : Kabupaten Nagan Raya
4.1.2. Keadaan Demografis
Jumlah penduduk yang besar merupakan modal pembangunan, dan juga
merupakan beban dalam pembangunan, karenanya pembangunan diarahkan
kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Puskesmas Meureubo di
harapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu di wilayah kerja
32
33
sebanyak 28.711 jiwa terdiri atas 14760 laki-laki dan 13951 perempuan dengan
jumlah rumah tangga 6629 rumah tangga dan rata-rata jiwa perumah tangga.
Adapun berdasarkan tingkat sosial ekonomi penduduk di Puskesmas
Meureubo sebagian besar berada dikelompok menengah kebawah. Mata
pencaharian sebagian besar adalah petani dan nelayan dan penyerapan tenaga
kerja juga bertambah dengan dibuka areal pertambangan batubara di Kecamatan
Muereubo.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Karakteristik Responden
1. Umur Responden
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan umur responden
dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut dibawah ini:
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Dengan Terjadinya Hipertensi Di Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
No Umur Frekuensi (n) Presentase %1 21-25 Tahun 6 11,82 26-30 Tahun 10 19,63 31-35 Tahun 3 5,94 36-40 Tahun 12 23,55 41-45 Tahun 10 19,66 >45 Tahun 10 19,6
Total 51 100
Sumber: data primer 2016
Berdasarkan tabel 4.1 di ketahui bahwa responden tertinggi yang berumur
36-40 tahun adalah sebanyak 12 orang (23,5%), sedangkan responden terendah
yang berumur 31-35 tahun adalah sebanyak 3 orang (5,9%).
34
2. Jenis Kelamin
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan jenis kelamin
responden dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut dibawah ini:
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dengan Terjadinya Hipertensi Di Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
No Jenis Kelamin Frekuensi (n) Presentase (%)1 Laki-laki 18 35,32 Perempuan 33 64,7
Total 51 100Sumber: data primer 2016
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa responden yang memiliki jenis
kelamin perempuan sebanyak 33 responden (64,7%) dan berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 18 responden (35,3%).
4.2.2. Analisis Univariat
Analisis Univariat adalah untuk melihat karakteristik responden yang
ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
1. Keturunan
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel keturunan dapat
dilihat pada tabel 4.3 berikut dibawah ini:
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keturunan Dengan Terjadinya Hipertensi Di Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
No Keturunan Frekuensi (n) Presentase (%)1 Ada 34 66,72 Tidak Ada 17 33,3
Total 51 100Sumber: data primer 2016
35
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa responden yang ada memiliki
keturunan sebanyak 34 responden (66,7%), dan tidak ada memiliki keturunan
sebanyak 17 responden (33,3%).
3. Gaya Hidup
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel gaya hidup dapat
dilihat pada tabel 4.4 berikut dibawah ini:
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gaya Hidup Dengan Terjadinya Hipertensi Di Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
No Gaya Hidup Frekuensi (n) Presentase (%)1 Baik 13 25,52 Kurang Baik 38 74,5
Total 51 100Sumber: data primer 2016
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang memiliki gaya
hidup kurang baik sebanyak 38 responden (74,5%), dan yang memiliki gaya hidup
baik sebanyak 13 responden (25,5%).
4. Konsumsi Makanan
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel konsumsi
makanan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut dibawah ini:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Makanan Dengan Terjadinya Hipertensi Di Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
No Konsumsi Makanan Frekuensi (n) Presentase (%)1 Baik 14 27,52 Kurang Baik 37 72,5
Total 51 100Sumber: data primer 2016
36
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa responden yang memiliki konsumsi
makanan tidak baik sebanyak 37 responden (72,5%), dan yang memiliki konsumsi
makanan baik sebanyak 14 responden (27,5%).
5. Hipertensi
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel hipertensi dapat
dilihat pada tabel 4.6 berikut dibawah ini:
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hipertensi Yang Berkunjung Di Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
No Hipertensi Frekuensi (n) Presentase (%)1 Hipertensi 34 66,72 Tidak Hipertensi 17 33,3
Total 51 100Sumber: data primer 2016
Berdasarkan tabel 4.6. diketahui bahwa responden yang memiliki
hipertensi sebanyak 34 responden (66,7%), dan yang tidak memiliki hipertensi
sebanyak 17 responden (33,3%).
4.2.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independent dan
dependen. Pengujian ini menggunakan uji chi-square. Dimana ada hubungan yang
bermakna secara statistik jika diperoleh nilai Pvalue < 0,05.
37
a. Hubungan Faktor Keturunan Dengan Terjadinya Hipertensi
Tabel 4.7. Faktor Keturunan Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Hipertensi Di Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
Keturunan Hipertensi TotalHipertensi Tidak hipertensi p ORf % f % f %
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa dari 14 responden yang
mengkonsumsi makanan baik sebanyak 5 orang (35,7%) yang ada
mengalami hipertensi dan dari 14 responden yang mengkonsumsi makanan
baik sebanyak 9 orang (64,3%) yang tidak ada mengalami hipertensi.
Sedangkan dari 37 responden yang konsumsi makanan kurang
baik sebanyak 29 orang (78,4%) yang ada mengalami hipertensi dan dari 37
responden yang konsumsi makanan kurang baik sebanyak 8 orang
(21,6%) yang tidak ada mengalami hipertensi.
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,007 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,007 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor konsumsi makanan dengan terjadinya
hipertensi di Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
Berdasarkan hasil OR 2,9 dapat disimpulkan bahwa responden yang
konsumsi makanan baik akan berpeluang sebanyak 2,9 kali untuk tidak
40
mengalami hipertensi di bandingkan responden yang konsumsi makanan kurang
baik
4.3 Pembahasan
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor yang
berhubungan dengan terjadinya hipertensi di Puskesmas Meureubo Kecamatan
Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini
adalah variabel independen yaitu variabel keturunan, gaya hidup dan konsumsi
makanan, dengan variabel dependen yaitu dengan kejadian hipertensi.
4.3.1 Hubungan Faktor Keturunan dengan Kejadian Hipertensi
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,002 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,002 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor keturunan dengan terjadinya hipertensi di
Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa
responden yang memiliki keturunan keluarga hipertensi dan mengalami hipertensi
karena orang tua yaitu keluarga dekat responden mengalami hipertensi, sehingga
responden juga mengalami hipertensi. Sedangkan responden yang memiliki
keturunan keluarga hipertensi dan tidak mengalami hipertensi karena keluarga
jauh responden yang mengalami hipertensi sehingga responden tidak mengalami
hipertensi.
Selanjutnya responden yang memiliki keturunan keluarga tidak hipertensi
dan mengalami hipertensi karena responden tidak dapat menghentikan kebiasaan
hidup tidak sehat seperti suka makan lemak dan sebagainya, sehingga responden
41
juga mengalami hipertensi. Sedangkan responden yang memiliki keturunan
keluarga tidak hipertensi dan tidak mengalami hipertensi karena responden selalu
menjaga pola hidup sehat, sehingga responden tidak mengalami hipertensi.
Menurut Yatim (2004) Genetika disebut juga ilmu keturunan. Berasal dari
kata genes (bahasa Latin), artinya suku bangsa atau asal usul. Dalam ilmu ini
dipelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu,
serta variasi yang mungkin timbul di dalamnya.
Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian Anggraini (2009) didapat
bahwa terhadap hubungan yang signifikan antara keturunan dengan kejadian
hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik dewasa puskesmas Bangkinang
periode Januari sampai Juni 2008. Di mana hasil penelitian di ketahui bahwa
sebagian besar penderita hipertensi memiliki riwayat keluarga hipertensi (65,2%),
dan hanya sebagian kecil penderita non hipertensi memiliki riwayat keluarga
hipertensi (19,6%).
4.3.2 Hubungan Faktor Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,019 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,019 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor gaya hidup dengan terjadinya hipertensi di
Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa
responden yang memiliki gaya hidup baik dan mengalami hipertensi karena orang
tua yaitu keluarga dekat responden mengalami hipertensi, sehingga responden
juga mengalami hipertensi. Sedangkan responden yang memiliki gaya hidup baik
42
dan tidak mengalami hipertensi karena responden selalu berusaha untuk menjaga
gaya hidup sehatnya, sehingga terhindar dari kejadian hipertensi.
Selanjutnya responden yang memiliki gaya hidup kurang baik dan
mengalami hipertensi karena responden tidak dapat menghentikan gaya hidup
tidak sehat seperti suka makan lemak dan sebagainya, sehingga responden juga
mengalami hipertensi. Sedangkan responden yang memiliki gaya hidup kurang
baik dan tidak mengalami hipertensi karena responden tidak banyak pikiran dan
selalu menjaga tensi darahnya setelah makan makanan yang berlemak seperti
daging.
Menurut Sutisna (2010) Gaya hidup kalau di definisikan lebih luas adalah
sebagai cara hidup yang di identifikasi oleh bagaimana orang menghabiskan
waktu mereka (aktifitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya
(ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga
dunia disekitarnya (pendapat).
Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian Malara (2014) didapat bahwa
terhadap gaya hidup sangat berhubungan terjadinya penyakit hipertensi di
puskesmas Kologan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, di mana
hasil chisquare ((p)=0,447 < 0,05).
4.3.3 Hubungan Faktor Konumsi Makanan dengan Kejadian Hipertensi
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,007 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,007 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor konsumsi makanan dengan terjadinya
hipertensi di Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
43
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa
responden yang memiliki konsumsi makanan baik dan mengalami hipertensi
karena orang tua yaitu keluarga dekat responden mengalami hipertensi, sehingga
responden juga mengalami hipertensi. Sedangkan responden yang memiliki
konsumsi makanan baik dan tidak mengalami hipertensi karena responden selalu
menjaga konsumsi makanan yang dimakan, sehingga terhindar dari kejadian
hipertensi.
Selanjutnya responden yang memiliki konsumsi makanan kurang baik dan
mengalami hipertensi karena responden suka makan lemak dan sebagainya,
sehingga responden juga mengalami hipertensi. Sedangkan responden yang
konsumsi makanan kurang baik dan tidak mengalami hipertensi karena responden
tidak banyak pikiran dan selalu menjaga tensi darahnya setelah makan makanan
yang berlemak seperti daging.
Menurut Suhardjo (2008) Pola makan atau konsumsi makanan adalah
berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan
makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk
suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan juga dikatakan sebagai suatu
cara seseorang atau sekelompok orang atau keluarga memilih makanan sebagai
tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, kebudayaan dan social
(Suhardjo, 2008)
Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian Rawasiah (2014) didapat
bahwa terhadap hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan dengan
44
kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Pattingalloang, dimaha hasil (Pvalue =
0,011 < α = 0,05).
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Adanya hubungan yang signifikan antara keturunan dengan kejadian
hipertensi (Pvalue = 0,002 < α = 0,05).
2. Adanya hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan kejadian
hipertensi (Pvalue = 0,019 < α = 0,05).
3. Adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan dengan
kejadian hipertensi (Pvalue = 0,007 < α = 0,05).
5.2 Saran
1. Diharapkan kepada masyarakat untuk memperhatikan tentang keturunan atau
keluarga yang mengalami hipertensi yaitu dengan memeriksakan tekanan
darah untuk melihat apakah ada gejala hipertensi atau tidak. Selain itu juga
dapat menjaga pola makan, gaya hidup sehingga dapat terhindar dari kejadian
hipertensi.
2. Diharapkan puskesmas Meureubo untuk memberikan informasi kepada
masyarakat tentang bahayanya hipertensi dan cara mencegah kejadian
hipertensi.
3. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat untuk
mengadakan penyuluhan kesehatan tentang bahayanya hipertensi dan cara
mencegah kejadian hipertensi.
45
46
4. Kepada peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian yang sama
akan tetapi dengan variabel dan analisis data yang berbeda.
47
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, 2010. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika
Agromedia, 2013. Dampak dan Bahaya Penyakit Hipertensi. Agromedia Pustaka
Jakarta.
Anggraini. 2009. Faktor--Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Faculty of Medicine – University of Riau Pekanbaru, Riau
Basha. 2011. Mengenai Penyakit Hipertensi, Diabetes, Storke, dan Serangan
Jantung. Cetakan Pertama. Jakarta : Keenbooks.
Bustan. 2010. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan Pertama. Jakarta :
Rineka Cipta.
. 2010. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga.
Budiarto. EKO,2003. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D.
Alfabeta: Bandung
Departemen Kesehata Republik Indonesia, Kebiajakan dan Strategi Nasiognosis
dan Pencegahan dan Penangulangan Penyakit Tidak Menular. Jakarta :
2013
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat, 2014, Profil Kesehatan Kabupaten
Aceh Barat Tahun 2014, Meulaboh
Hull. 2010. Management Of Arterial Hypertension. WHO.Genev
Herlimah, dkk, 2013.Hubungan Dukungan Keluarga Dengan perilaku Dalam
Kemenkes. 2013.“Pedoman Nasional Pengendalian Hipertensi”. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Kumar W. 2010. Hipertensi, Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
Muwarni, 2011. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi Pada Masyarakat. Semarang :
Diponegoro.
Malara. 2014. Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara. ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 1. Februari 2014. Universitas Sam Ratulangi Manado
Notoadmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
. 2010. Promosi Kesehatan, Grahalilmu : Jakarta
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, 2013, Banda Aceh : Dinkes Prov
Puskesmas Meureubo, 2015 Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Meureubo
Riskesdas. 2013. Data dan Informasi Tahun 2013. Jakarta: Riset Kesehatan
Dasar
Rawasiah. 2014. Hubungan faktor konsumsi makanan dengan kejadian hipertensi pada lansia di puskesmas pattingalloang. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Rohendi, 2008 Strategi Pencegahan Hipertensi pada Masyarakat. Semarang:
Diponegoro.
Rindiastuti. 2011. Penyakit Kronik dan Degeneratif. Pusat Informasi dan
Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta
Ridwan, M. 2010. Mengenal Mencegah, Mengatasi Silent Kiler Hipertensi.
Jakarta : Pusaka Widyamara
49
Sugiharto,A. 2010. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat.
Semarang : Diponegoro
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.
Alfabeta : Bandung
Sutisna. 2002. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran, Rosdakarya, Bandung, Hal 11 –22
World Health Organization (WHO, 2013). Data and Statisticsof Hipertensi.
Diakses tanggal 2 September 2014
Wardoyo. 2011. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta Rineka Cipta.
Yatim, F, 2005. Gangguan Kesehatan pada Anak Usia Sekolah. Pustaka Populer