I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil perikanan merupakan salah satu sumber pangan yang sangat penting bagi masyarakat dunia baik untuk generasi kini maupun generasi mendatang (Simangunsong, 2008). Selain itu ikan sendiri mengandung gizi tinggi dan merupakan protein hewani yang baik dan rendah kolesterol sehingga membuat ikan sebagai bahan makanan yang sehat dan aman dikonsumsi. Dewasa ini di negara maju maupun berkembang kesadaran mengkonsumsi ikan dari yang semula berasal dari hasil peternakan sekarang beralih kepada hasil perikanan. Contoh konkrit di negara Indonesia sendiri sekarang ini Kementrian Kelauan dan Perikanan (KKP) gemar mengkampanyekan gemar makan ikan guna meningkatkan konsumsi ikan di masyarakat (Agustini et.al, 2003). Keadaan seperti ini membuat masyarakat tergiur untuk melihat peluang yang besar dalam ikut serta melakukan usaha di bidang hasil perikanan dan kelautan. Seperti yang kita lihat produk perikanan banyak sekali dapat dijumpai di pasar tradisonal maupun modern. Produk Domestik Bruto (PDB) memperkuat pernyataan ini. Produk Domestik Bruto (PDB) yang memiliki artian jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha suatu lapangan/ usaha/ sektor/ subsektor tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi menunjukkan angka yang signifikan. PDB subkategori perikanan hingga triwulan II-2015 bila dibandingkan dengan PDB pada periode yang sama pada tahun 2004 tumbuh sebesar 7,99%. Laju kumulatif
140
Embed
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hasil perikanan merupakan salah satu sumber pangan yang sangat
penting bagi masyarakat dunia baik untuk generasi kini maupun generasi
mendatang (Simangunsong, 2008). Selain itu ikan sendiri mengandung gizi tinggi
dan merupakan protein hewani yang baik dan rendah kolesterol sehingga
membuat ikan sebagai bahan makanan yang sehat dan aman dikonsumsi.
Dewasa ini di negara maju maupun berkembang kesadaran mengkonsumsi ikan
dari yang semula berasal dari hasil peternakan sekarang beralih kepada hasil
perikanan. Contoh konkrit di negara Indonesia sendiri sekarang ini Kementrian
Kelauan dan Perikanan (KKP) gemar mengkampanyekan gemar makan ikan guna
meningkatkan konsumsi ikan di masyarakat (Agustini et.al, 2003).
Keadaan seperti ini membuat masyarakat tergiur untuk melihat peluang
yang besar dalam ikut serta melakukan usaha di bidang hasil perikanan dan
kelautan. Seperti yang kita lihat produk perikanan banyak sekali dapat dijumpai di
pasar tradisonal maupun modern. Produk Domestik Bruto (PDB) memperkuat
pernyataan ini. Produk Domestik Bruto (PDB) yang memiliki artian jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha suatu lapangan/ usaha/ sektor/
subsektor tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi menunjukkan angka yang signifikan. PDB
subkategori perikanan hingga triwulan II-2015 bila dibandingkan dengan PDB
pada periode yang sama pada tahun 2004 tumbuh sebesar 7,99%. Laju kumulatif
2
PDB subkategori perikanan tersebut merupakan laju kumulatif tertinggi bila
dibandingkan dengan sektor lain (Pusat Data, Statistik dan Informasi KKP, 2015).
Banyak sekali jenis ikan yang diminati oleh masyarakat Indonesia. Salah
satunya yaitu ikan lele yang selalu menjadi primadona di hati konsumen. Faktor
yang menjadi pesatnya perkembangan bisnis lele karena dalam proses
produksinya lebih banyak memanfaatkan sumber daya yang ada dan
menggunakan komponen lokal yang cukup besar sementara hasil usaha bisnis
lele sangat berpotensi besar terhadap pasar domestik (Tajerin, 2008). Menurut
Arief (2004), ikan lele memiliki tingkat permintaan yang cukup tinggi yaitu sekitar
±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele
mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan bisnis ikan lele, bisnis ikan lele
merpakan salah satu bentuk manajemen usaha, dimana manajemen adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya organisasi lainnya
untuk mencapai tujuan usaha (Handoko, 2009).
CV. Indomaju Bersama merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang pengolahan perikanan tawar. Perusahaan tersebut bertempat di
Kecamatan Turen Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Perusahaan ini
memanfaatkan ikan lele sebagai komoditi utama pada usaha CV. Indomaju
Bersama. Selanjutnya, ikan lele tersebut yang akan di pasarkan di daerah lokal.
CV. Indomaju Bersama merupakan salah satu CV. terkemuka yang memiliki profit
yang meningkat setiap tahunnya dan bisa dikatakan menjadi salah satu CV. yang
cukup maju di bidangnya.
Pengembangan usaha sangat diperlukan demi memenangkan persaingan
di dunia pasar yang semakin ketat. Suatu perusahaan dapat mengembangkan
strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada.
3
Proses analisis, perumusan, dan evaluasi strategi-strategi itu disebut perencanaan
strategis. Tujuan utama perencanaan strategis aalah agara perusahaan dapat
melihat sacara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga
perusahaan dapat mengantisipasi lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat
dibedakan secara jelas, fungsi manajemen, konsumen, distributor, dan pesaing.
Perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing
(Rangkuty, 2003).
Bisnis model menjelaskan mengenai dasar pemikiran bagaimana sebuah
bisnis diciptakan, diberikan, dan ditangkap nilainya. Membuat sebuah pendekatan
model kanvas yang memudahkan para pembisnis untuk membangun dan
mengembangkan bisnis mereka. Model bisnis kanvas adalah sebuah model bisnis
yang menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi
menciptakan, menyerahkan dan menangkap nilai (Osterwalder & Pigneur, 2010).
Dengan begitu kebutuhan pengembangan usaha pada CV. Indomaju
Bersama merupakan langkah yang bagus untuk menyikapi persaingan pasar.
Pengembangan usaha yang baik memerlukan model pengembangan yang efektif
dan efisien agar tercapainya tujuan yang maksimal. Model business canvas
dimaksudkan menjadi salah satu model pengembangan bisnis yang dapat dipakai
dalam pengembangan usaha CV. Indomaju Bersama karena dengan begitu akan
terlihat strategi apa yang akan diterapkan.
1.2 Rumusan Masalah
Strategi pengembangan usaha memiliki aspek-aspek pendukung dalam
suatu usaha, meliputi aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek
finansial, aspek hukum, aspek lingkungan dan aspek sosial. Serta membuat
4
rencana pengembangan bisnis untuk mengetahui apakah usaha ini layak untuk
dikembangkan atau tidak.
Berdasarkan keadaan yang ada perlu dilakukan pemilihan strategi
pengembangan usaha bisnis ikan lele di CV. Indomaju Bersama di Kecamatan
Turen Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Usaha bisnis ikan lele ini
dapat dikatakan menguntungkan karena tingginya permintaan ikan lele, namun
untuk melakukan pengembangan perlu diadaknnya penyelesaian masalah
diantaranya:
1. Bagaimana kelayakan bisnis dilihat dari aspek teknis di CV. Indomaju
Bersama?
2. Bagaimana kelayakan bisnis dilihat dari aspek pemasaran di CV. Indomaju
Bersama?
3. Bagaimana kelayakan bisnis dilihat dari aspek manajemen di CV. Indomaju
Bersama?
4. Bagaimana kelayakan bisnis dilihat dari aspek finansial di CV. Indomaju
Bersama?
5. Apakah strategi pengembangan bisnis model canvas yang tepat bagi CV.
Indomaju Bersama untuk keunggulan bersaing?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Kelayakan usaha pada CV. Indomaju Bersama yang dilihat dari aspek
teknis
2. Kelayakan usaha pada CV. Indomaju Bersama yang dilihat dari aspek
pemasaran
5
3. Kelayakan usaha pada CV. Indomaju Bersama yang dilihat dari aspek
manajemen
4. Kelayakan usaha pada CV. Indomaju Bersama yang dilihat dari aspek
finansial
5. Menyusun strategi pengembangan bisnis dengan Business Model Canvas
yang tepat kepada CV. Indomaju Bersama
1.4 Kegunaan
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1. Pelaku usaha
Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan keputusan
pengembangan usaha yang ada, khususnya pada usaha bisnis ikan lele yang
dilakukan.
2. Akademisi atau penulis
Mendapatkan pengetahuan dan wawasan serta informasi tentang strategi
pengembangan usaha khususnya usaha bisnis ikan lele dan penelitian lebih lanjut.
3. Pemerintah
Sebagai alat informasi untuk pengambilan kebijakan tentang sektor
perikanan terkait dengan masalah permodalan yang difasilitasi oleh bank melalui
fasilitas pinjaman.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
pengembangan usaha baik dengan model canvas ataupun tidak yang menjadi
referensi penelitian ini. Dari beberapa sumber tersebut, para peneliti sering kali
menggunakan analisis teknis, analisis manajamen, analisis pemasaran dan
analisis finansial untuk menentukan keadaan pengembangan usaha.
Fajriya, R. et al
Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.) pada usaha perseorangan
aspek manajemen, aspek pemasaran dan finansial yang dapat menjadi acuan
penulis dalam melakukan penelitian. Beberapa hasil yang didapat antara lain:
a. Aspek teknis dapat membahas hal seperti sarana dan prasarana serta
kegiatan usaha mulai dari produksi sampai dengan produk sampai kepada
konsumen
b. Aspek manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan
c. Aspek pemasaran dapat berupa penelitian terhadap strategi pemasaran
(segmentasi, posisi dan target pasar) dan juga bauran pemasaran (produk,
harga, tempat dan produksi)
7
d. Aspek finansial berupa perhitungan kelayakan dari usaha tersebut, baik
dari segi aspek finansial jangka pendek maupu aspek finansial jangka
panjang
Lele serta Strategi Pengembangannya di U
mengkaji dan menganalisis mengenai usaha pembesaran dan pemasaran ikan
lele serta strategi pengembangannya yang dilakukan di UD Sumber Rezeki
Parung Jawa Barat. Penelitian melibatkan aspek pemasaran dan aspek finansial
yang kemuadian diolah sebagai acuan untuk analisis pengembangan usaha
dengan menggunakan metode SWOT.
Seperti halnya penelitian Rizkia (2015) yang meneliti pengembangan
usaha abon ikan juga menggunakan metode SWOT yang kemudian dilanjutkan
dengan metode analisis IFAS dan EFAS dan ditutup dengan analisis matriks IFE
dan EFE. Ditentukan terlebih dahulu faktor internal dan eksternal dalam usaha
tersebut.
Seperti pada umumnya, banyak sekali penelitian yang meneliti suatu
pengembangan usaha dengan metode analisi SWOT. Pada kali ini penulis
mencoba suatu metode baru untuk meneliti pengembangan usaha yaitu dengan
metode Business Model Canvas. Husein (2015), dalam penelitiannya yang
bertujuan untuk mengetahui gambaran model bisnis dalam rangka pengembangan
strategi usaha memilih Business Model Canvas sebagi metode penelitiannya.
Sehingga penelitian ini dapat dijadikan penulis sebagai acuan dalam menerapkan
Business Model Canvas. Dalam penelitian tersebut di dapatkan hasil bahwa
terdapat 9 blok utama yang diperhatikan yaitu Customer Segments, Value
Key Activities, Key Partnerships dan Cost Structure. Dalam penelitian juga
disebutkan bahwa hasil dari kesembilan blok tersebut selanjutnya akan diuji oleh
analisis SWOT. Sehingga dapat diketahui seberap besar berpengaruhnya
kesembilan blok tersebut terhadap usaha.
2.2 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele
Berikut adalag klasifikasi ikan lele yang di bahas dalam pengembangan
usaha bisnis lele di CV. Indomaju Bersama
1. Klasifikasi dan identifikasi ikan lele (Clarias batrachus)
Berdasarkan Saanin (1984) klasifikasi ikan lele (Clarias batrachus) yaitu sebagai
berikut:
Gambar 1. Ikan lele
(sumber: www.googleimage.com)
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostarophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
9
Morfologi ikan lele yaitu tubuhnya tidak memiliki sisik, berbentuk
memanjang serta licin. Ikan lele memiliki sirip punggung (dorsal fin) serta sirip anus
(anal fin) yang berukuran panjang dan hampir menyatu dengan ekor atau sirip
ekor. Ikan lele memiliki kepala dengan tulang mengeras di bagian atasnya, mata
yang berukuran kecil dan mulut yang cukup lebar. Pada kedua sirip dada lele
terdapat sepasang duri (patil), berupa tulang berbentuk duri yang tajam. Hampir
semua species lele hidup di perairan tawar (Witjaksono, 2009).
2.3 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar (2012), studi kelayakan bisnis adalah suatu
kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha dan bisnis yang
akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut
dijalankan. Menurut Umar (2005), studi kelayakan bisnis adalah penelitian
terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atai tidaknya suatu
bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka
pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.
Menurut Umar (2005) terdapat beberapa aspek yang akan duteliti dalam
studi kelayakan bisnis yaitu aspek pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen,
aspek finansial, aspek lingkungan dan aspek sosial.
2.3.1 Aspek Pemasaran
Menurut Agustina Shinta (2011), pemasaran adalah suatu proses dan
manajerial yang membuat kelompok atau individu mendaptkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan
produk yang bernilai kepada pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut
penyampaian produk atau jasa mulai dari produsen sampai konsumen. Pasar dan
10
pemasaran memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dan saling mempengaruhi
satu sama lainnya. Pasar tanpa pemasaran tidak ada artinya, demikian pula
pemasaran tanpa pasar juga tidak berarti (Kasmir dan Jakfar, 2012).
Keberhasilan pemasaran salah satunya didukung dengan adanya bauran
pemasaran. Bauran pemasaran adalah kombinasi dari variabel atau kegiatan yang
merupakan inti dari pemasaran (Kismono, 2001). Menurut Kotler dan Amstrong
(2012) ada 4 variabel (4P) dalam kegiatan bauran pemasaran yaitu sebagai
berikut:
1. Produk (Product)
Produk merupakan kombinasi barang dan jasa perusahaan yang
ditawarkan ke target pasar. Produk memiliki nilai guna yang dapat ditawarkan,
dimiliki, atau dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan. Dalam memilih produk yang
akan dipasarkan perlu dilihat bagaimana keadaan kebutuhan pasar. Hal ini akan
berkaitan dengan modal dan fasilitas yang tersedia, selera, kualitas barang atau
produk yang akan disesuaikan dengan kebutuhan pasar (Kanisius, 2000).
2. Harga (Price)
Menurut Kotler dan Amstrong (2012), harga adalah jumlah uang pelanggan
yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan produk. Harga bukan saja sebagai
komponen untuk megembalikan modol perusahaan, tetapi juga sebagai
komponen untuk mendapatkan keuntungan serta penentu kelangsungan hidup
perusahaan (Lamb, et.al, 2001).
3. Tempat (Place)
Menurut Kotler dan Amstrong (2012), tempat meliputi kegiatan perusahaan
yang membuat produk tersedia untuk target konsumen. Pemilihan tempat atau
lokasi merupakan nilai investasi yang paling mahal, karena dengan begitu akan
11
menentukan ramai atau tidaknya pengunjung. Seperti halnya tempat usaha yang
berada di pinggir jalan akan menarik peluang yang lebih besar terhadap konsumen
karna hanya dengan sekedar mampir dan melihat-lihat pengunjung akan tertarik
(Rachmawati, 2011).
4. Promosi (Promotion)
Menurut Lamb, et.al (2001), promosi adalah sebuah kegiatan yang
menghasilkan informasi, membujuk, atau meningkatkan konsumen akan manfaat
dari suatu produk yang mana tujuan dari melakukan kegiatan promosi ialah:
a. Memperkenalkan produk baru ke masyarakat
b. Memperpanjang masa kedewasaan produk
c. menjaga stabilisasi perusahaan dari kemungkinan persaingan
d. Mendorong penjualan Produk
2.3.2 Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan salah satu aspek yang dapat diteliti dalam hal
pengembangan usaha. Aspek teknis memiliki tujuan untuk memastikan bahwa ide
atau gagasan yang dipilih pemilik usaha itu layak. Dikatakan layak yaitu dalam hal
pemilihan lokasi dan fasilitas, manajemen barang, dan manajemen toko.
a. Menurut Levy dan Weitz (2004) lokasi strategis dibutuhkan dalam usaha
ritel (eceran). Pemilihan lokasi harus konsisten dengan perilkau konsumen
serta target pasar yang akan dicapai.
b. Strategi manajemen barang meliputi proses perencanaan produk,
pembelian produk, penetapan harga, dan komunikasi dengan pelanggan.
Sedangkan manajemen toko meliputi pengelolaan toko yang efektif,
penentuan tata letak dan design barang pada toko serta layanan konsumen
(Levy dan Weitz, 2012).
12
c. Manajemen toko dan pengelolaan efektif dapat memberi dampak finansial
yang signifikan dalam suatu usaha. Hal ini dapat dilakukan oleh manajer
toko dengan meningkatkan produktifitas karyawan toko dengan
mengembangkan tenaga kerja yang berdidikasi. Peningkatan layanan
konsumen merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan dengan
memaksimalkan layanan yang diberikan dengan ekspetasi konsumen.
Layanan yang dapat diberikan yaitu layanan pribadi yang bergantung pada
penjual yang berhubungan langsung pada konsumen dan layanan standar
yang memiliki aturan serta prosedur yang konsisten (Levy dan Weitz,
2012).
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), secara umum ada beberapa hal yang
hendak dicapai dalam penilaian aspek teknis:
1. Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi
pabrik, gudang, cabang, maupun kantor pusat
2. Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses
produksi yang dipilih demi tercapainya efisiensi pekerjaan
3. Agar perusahaan dapat menentukan teknologi yang paling tepat untuk
operasional perusahaan
4. Agar perusahaan dapat menentukan metode persediaan yang paling baik
dijalankan yang sesuai dengan bidangnya\
5. Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang
dan di masa yang akan datang
13
2.3.3 Aspek Manajemen
Aspek manajemen dan organisasi merupakan aspek yang sangat penting
di analisis untuk kelayakan usaha. Menurut Terry (2005), manajemen yaitu suatu
proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu
kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud
yang nyata. Hal tersebut mengenai pengetahuan tentang apa yang akan
dilakukan, menetapkan bagaimana cara melakukannya, memahami bagaimana
harus melakukannya dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha yang telah
dilakukan. Menurut Terry (2009), fungsi manajemen dapat dibagi menjadi 4 bagian
yakni:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah penetepan pekerjaan yang akan dilakukan demi
tujuan yang sudah ditentukan bersama. Dalam planning akan terdapat kegiatan
pengambilan keputusan karna akan ada perencanaan alternatif-alternatif
pengambilan keputusan. Disarankan untuk dapat memandang keadaan jauh
kedepan guna menentukan pola dari himpunan tindakan yang kan dilakukan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian ialah proses pengelompokan kegiatan-kegiatan untuk
mecapai tujuan-tujuan dan penugasan setiap kelompok kepada seorang manajer.
Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua sumber-
sumber yang diperlukan termasuk manusia sehingga pekerjaan yang dikehendaki
dapat dilaksanakan dengan berhasil.
14
3. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan merupakan penggerakan anggota-anggota kelompok
sedemikian rupa, sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai
tujuan yang telah direncanakan bersama.
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan atau controlling adalah penemuan dan penerapan cara dan
alat untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang ditetapkan.
2.3.4 Aspek Finansial
Aspek finansial meliputi anggaran rutin dan pembangunan dari suatu
instansi pemerintahan. Aspek finansial dapat di analogikan sebagai aliran darah
manusia yang mengalir dalam tubuh, dengan kata lain aspek finansial merupakan
salah satu aspek penting untuk mengukur kinerja (Tangkilisan, 2005). Dalam
aspek finansial perlu diperhatikan beberapa hal seperti:
1. Modal usaha
Modal merupakan salah satu hal penting yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan sehari-harinya. Dalam implementasinya
terdapat 2 macam modal yaitu modal kerja dan modal tetap. Modal kerja ialah
kelebihan aktiva di atas hutang lancar. Sedangkan aktiva tetap di dapat dari
penjumlahan seluruh aktiva tetap. Sedangkan modal tetap ialah modal yang
diperuntukkan untuk jangka waktu yang laman, contohnya bangunan dan tanah
(Riyanto, 2010).
Mendanai suatu perusahaan maka diperlukan modal yang bisa di dapat
dari modal sendiri atau modal pinjaman. Pilihan apakah menggunakan modal
sendiri atau modal tetap tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan
15
kebijakan oemilik usaha dengan mempertimbangkan keuntungan kerugian yang
didapatkan (Kamir dan Jakfar, 2003).
2. Biaya Produksi / Biaya Total (TC)
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang digunakan untuk
penyediaan barang dan jasa. Menurut Carter dan Usry (2004), biaya produksi
adalah the
Dengan kata lain biaya produksi merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan
untuk mendapatkan sejumlah input yaitu secara akuntansi sama dengan uang
yang tercatat.
Biaya produksi sendiri memiliki arti yaitu biaya yang akan dikeluarkan
perusahaan dalam rangka membuat usaha baru, baik dalam hal aktiva tetap
sendiri meliputi pembeliaan tanah, pendirian bangunan, pembelian mesin
kendaraan atau inventarisasi lainnya (Kasmir dan Jakfar, 2003)
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan penerimaan yang didapatkan dari penerima
dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi baik biaya tetap
maupun tidak tetap. Total Revenue (TR) atay penerimaan didapat dari perkalian
antara produk yangdihasilkan (Q) dengan harga penjualan (P) (Soekartawi, 2003).
Keuntungan maksimum adalah selisih antara penghasilan total (TR)
dengan pembiayaan total (TC). Penghasilan total (TR) adalah jumlah uang atau
nilai yang diperoleh dari hasil penjualan sejumlah produk yang dihasilkan,
sedangkan untuk pembiayaan total (TC) terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak
tetap (Hanafiah dan Saefuddin, 2006).
16
4. Revenue Cost Ratio (RC ratio)
Analisis R/C untuk mengetahui njilai perbandingan antara penerimaan
dan biaya produksi yang digunakan. Semakin besar rati maka akan semakin besar
keuntungan yang diperoleh, ini bisa diperoleh apabila faktor produksi dialokasikan
dengan lebih efisien (Soekartawi, 2003).
Revenue Cost Ratio merupakan perbandingan antara penerimaan
dengan biaya yang bertujuan untuk mengetahui keuntungan yang dihasilkan.
Menurut Soekartawi (2003), RC ratio memiliki beberapa kriteria yaitu apabila
R/C > 1, maka usaha tersebut dikatakan menguntungkan
R/C = 1, maka usaha tersebut dikatakan tidak untung tidak rugi
R/C < 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian
5. Keuntungan
Raharja dan Manarung (2004), mendefinisikan bahwa laba atas
keuntungan adalah nilai total penerimaan perusahaan dikurangi total biaya yang
dikeluarkan perusahaan.
Perhitungan keuntungan perlu dilakukan untuk mengetahu jumlah laba
yang didapat dalam melaksanakan usaha. Keuntungan didapat dari selisih antara
penerimaan total dan total biaya. Total biaya sendiri dari biaya tetap (fixed cost)
dan biaya tidak tetap (variable cost) ( Riyanto, 2001).
6. Rentabilitas
Menurut Riyanto (1995), rentabilitas adalah kemampuan suatu usaha
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu usaha yang
menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghaislkan laba tersebut.
17
Rentavilitas adalah perbandingan antara modal sendiri dengan
modalasing yang digunakan untuk menghasilkan laba yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan laba dan dihitung menggunakan persentase (Riyanto,
2001).
7. Break Event Point (BEP)
Break Event Point (BEP) ada alat atau tehnik yang digunakan untuk
melihat tingkat penjualan tertentu sehingga tidak mengalami laba dan juga tidak
mengalami kerugian (Sigit, 2002).
Analisis Break Event Point adalah analisis yang mempelajari hubungan
antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Oleh
dikarenakan analisa ini mempelajari hubungan antara biaya kegiatan hingga
-Profit-Volume
8. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang yang merupakan
selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-
penerimaan kas bersih di masa akan datang (Umar, 2003).
Metode NPV merupakan metode perhitungan kelayakan usaha yang
mempertimbangkan antara waktu dan uang dengan cara menghitung selisih
anttara nilai investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih. Jika hasil NPV
positif maka usaha investasi bisa dilanjutkan, penggunaan NPV bisa digunakan
sebagai alat bantu dalam penilaian investasi dengan model Profitability Indeks
(Arifin, 2007).
18
9. Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C merupakan ratio perbandingan antara benefit bersih dari tahun-
tahun yang bersangkutan yang telah di present value-kan dengan biaya bersih
dalam tahun Bt-Ct telah di present value-kan juga (Pudjosumarto, 1985).
Net B/C merupakan perbandingan sedemikian rupa sehingga
pembilangnya terdiri atas Present Value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun
dimana benefit tersebut bersifat positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas
Present Value total atau biaya-biaya bersih dalam tahun-tahun dimana biaya kotor
layak sedangkan bila Net B/C < 1, maka proyek dikatakan tidak layak (Marimin,
2004).
10. Internal Rate of Turn (IRR)
IRR adalah penghitungan tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang
investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa
mendatang. Metode IRR merupakan cara untuk menghitung tingkat suku bunga
yang berasal dari pemasukan kas atau proceed (laba+penyusutan) yang
diharapkan akan diterima karena terjadi pengeluaran model investasi (Arifin,
2006).
Menurut Pudjosumarto (1988), IRR merupakan tingkat bunga yang
mengembangkan bahwa anatara benefit (penerimaan) yang telah di present value
kan dan cost (pengeluaran) yang telah di present value kan sama dengan nol.
Kriteria IRR ini memberikan pedoman bahwa proyek akan dipilih apabila IRR >
Social Discount Rate. Begitu pula sebaliknya, jika diperoleh IRR < Social Discount
Rate, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan.
19
11. Pay Back Period (PP)
Payed Back Period merupakan waktu yang diperhitungkan dalam hal
pengembalian modal yang sudah diberikan pada usaha. Apabila setiap tahun
proceeds yang didapat sama maka payback period (PP) dapat dihitung dengan
membagi jumlah investasi dengan proceeds tahunan (Suliyanto, 2010).
Menurut Riyanto (2011), metode payback period memiliki kelemahan-
kelemahan prinsipiil sebagai berikut:
a. Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds
yang diperoleh sesudah payback period tercapai, oleh karenanya kriteria
kecepatan kembalinya dana
b. Met
2.4 Analisis Business Model Canvas
Business Model Canvas adalah bahasa yang sama untuk
menggambarkan, menvisualisasikan, menilain dan mengubah model bisnis.
Konsep ini menjadi bahasa untuk saling berbagi ide yang memungkinkan
mendeskripsikan dengan mudah dan memanipulasi model bisnis untuk strategi
alternatif. Bisnis model kanvas akan menjelaskan pemikiran dasar sebuah bisnis
diciptakan, diberikan dan ditangkap nilainya (Osterwalder dan Pigneur, 2012).
Menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), Business Model Canvas adalah
sebuah model bisnis menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana
organisasi meciptakan, memberikan dan menangkap nilai. Canvas ini membagi
business model menjadi sembilan buah komponen utama, kemudian dipisahkan
lagi menjadi komponen kanan (sisi kreatif) dan kiri (sisi logika). Persis seperti otak
20
manusia. Kesembilan komponen tersebut adalah (diurut dari kanan ke kiri)
customer segments, value proposition, channel, customer relathionships, revenue
streams, key resources, key activities, key partnership dan cost structure. Menurut
Osterwalder dan Pigneur (2012), business model canvas dibagi menjadi 9
komponen, berikut penjabarannya:
1. Customer Segments (Segmen Pelanggan)
Blok bangunan segmen pelanggan menggambarkan sekelompok orang
atau organisasi berbeda yang akan dijangkau oleh perusahaan. Pelanggan adalah
inti dari semua model bisnis. Tanpa pelanggan (yang dapat memberi keuntungan),
tidak akan ada perusahaan yang dapat mampu bertahan dalam waktu lama. Untuk
lebih dapat memuaskan pelanggan dikelompokkanlah pelanggan-pelanggan
tesebut berdasarkan kesamaan kebutuhan, perilaku ataupun atribut lain. Sebuah
model bisnis dapat menggambarkan satu atau beberapa segmen pelanggan,
besar ataupun kecil. Suatu organisasi harus memutuskan segmen mana yang
dilayani dan mana yang diabaikan.
2. Value Propositions (Proporsi Nilai)
Blok bangunan proposi nilai menggambarkan penggabungan antara
produk dan layanan yang meciptakan nilai untuk segmen pelanggan spesifik.
Proposi nilai dapat memecah masalah pelanggan atau memuaskan kebutuhan
pelanggan. Setiap proposi nilai berisi gabungan produk dan /atau jasa tertentu
yang melayani kebutuhan segmen pelanggan spesifik. Dalam hal ini proposi nilai
merupakan kesatuan atau gabungan manfaat-manfaat yang ditawarkan
perusahaan kepada pelanggan. Nilai yang dimaksudkan tergolong ke dalam
beberapa golongan, yaitu:
21
a. Menyelesaikan pekerjaan
b. Desain
c. Merek/status
d. Harga
e. Pengurangan biaya
f. Pengurangan resiko
g. Kemampuan dalam mengakses
h. Kenyamanan/kegunaan
3. Channel (Saluran)
Blok bangunan saluran menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan
berkomunikasi dengan segmen pelanggannya dan menjangkau mereka untuk
memberi proporsi nilai. Saluran komunikasi, distribusi dan penjualan merupakan
penghubung antara perusahaan dengan pelanggan, saluran adalah titik sentuh
pelanggan yang sangat berperan dalam setiap kejadian yang mereka alami.
4. Customer Relationships (Hubungan Pelanggan)
Blok bangunan hubungan pelanggan menggambarkan berbagai jenis
hubungan yang dibangun perusahaan bersama segmen pelanggan yang spesifik.
Sebuah perusahaan harus menjelaskan jenis hubungan yang dibangun bersama
segmen pelanggan. Hubungan yanga ada akan bervariasi dari yang bersifat
pribadai sampai dengan otomatis.
5. Revenue Streams (Arus Pendapatan)
Blok arus pendapatan menggambarkan uang tunai yang dihasilkan
perusahaan dari masing-masing segmen pelanggan (biaya harus mengurangi
pendapatan untuk menghasilkan pemasukan). Jika pelanggan adalah inti dari
model bisnis, arus pendapatan adalah urat nadinya. Perusahaan haru sbertany
22
apada dirinya sendiri, untuk masing0masing segmen pelanggan apakah benar-
benar bersedia membayar? Jika pertanyaan tersebut terjawab dengan tepat,
perusahaan dapat menciptakan satu atau lebih arus pendapatan mungkin memiliki
mekanisme penetapan harga yang berbeda seperti harga tetap, penawaran
pelelangan, kebergantungan pasar bergantung keterbegantungan volume atau
manajememn hasil.
6. Key Resources (Sumber Daya Utama)
Blok bangunan sumber daya utama menggambarkan aset-aset terpenting
yang diperlukan agar sebuah model bisnis dapat berfungsi. Setiap model bisnis
memungkinkan perusahaan menciptakan dan menawarkan proporsi nilai,
menjangkau pasar mempertahankan hubungan dengan segmen pelanggan dan
memperoleh pendapatan. Kebutuhan sumber daya utama berbeda-beda sesuai
jenis model bisnis.
7. Key Activities (Aktivitas Kunci)
Blok bangunan aktivitas kunci menggambarkan hal-hal terpenting yang
harus dilakukan perusahaan agar model bisnisnya dapat bekerja. Setiap model
bisnis memerulakan sejumlah aktivitas kunci yaitu tindakan-tindakan terpenting
yang harus diambil perusahaan agar dapat beroperasi sukses. Seperti halnya
sumber daya utama, aktivitas-aktivitas kunci diperlukan untuk meciptakan dan
memberikan proporsi nilai, menjangkau pasar, mempertahankan hubungan
pelanggan dan memperoleh pendapatan. Seperti sumber pertama aktivitas-
aktivitas kunci berbeda bergantung pada jenis model bisnisnya.
8. Key Partnership (Kemitraan Utama)
Blok bangunan kemitraan utama menggambarkan jaringan pemasok dan
mitra yang dapat membuat model bisnis dapat bekerja. Perusahaan membentuk
kemitraan dengan berbagai alasan, dan kemitraan menajadi alasan, dan
23
kemitraan menjadi landasan dari berbagai model bisnis mengurangi resiko atau
memperoleh daya mereka.
9. Cost Structure (Stuktur Biaya)
Struktur biaya menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
mengoperasikan model bisnis. Blok bangunan ini menjelaskan biaya terpenting
yang muncul ketika mengoperasikan model bisnis tertentu. Menciptakan dan
memberikan nilai mempertahankan hubungan pelanggan dan menghasilkan
pendaptan, menyebabkan timbulnya biaya. Perhitungan biaya semacam ini relatif
lebih mudah setelah sumber daya utama, aktivitas-aktivitas kunci dan kemitraan
utama ditentukan. Meskipun demikian, beberapa model bisnis lebih terpacu dalam
hal biaya daripada model bisnis lainnya.
Gambar 2. Skema Business Model Canvas
24
2.5 Perencanaan Strategi Business Model Canvas
Strategi merupaka penentuan kerangka kerja dari aktivitas bisnis
perusahaan dan dengan memberikan pedoman untuk mengkoordinasi aktivitas,
sehingga perusahaan dapat mempengaruhi dan menyesuaikan lingkungan yang
selalu berubah. Strategi mengatakan dengan jelas jenis lingkungan dan strategi
apa yang pas dan cocok untuk dijalankan dan dilalui oleh perusahaan (Kuncoro,
2005).
Menurut Querton (2002), business plan adalah dokumen hasil dari
perencanaan yang melibatkan manajemen dan organisasi berjalan dengan baik
maka perusahaan akan mendapat hasil yang baik pula.
2.6 Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir dapat ditentukan dengan gambar sebagai berikut:
Gambar 3. Kerangka Berfikir Usaha Bisnis Ikan Lele
Analisis Usaha
Aspek Pemasaran
Aspek Teknis
Aspek Manajemen
Aspek Finansiil
Analisis Business Model Canvass
Strategi Bisnis Pengembangan Usaha Bisnis ikan Lele
Usaha Bisnis Ikan Lele CV. Indomaju Bersama
25
Kerangka berfikir penelitian yang berjudul strategi bisnis pengembangan
usaha bisnis ikan lele CV. Indomaju Bersama di kecamatan Turen Gondanglegi,
Malang Jawa Timur yang dilakukan untuk menganalisis Business Model Canvas
sebagai pilihan cara pengembangan usaha yang tentunya diikuti dengan analisis
aspek-aspek yang ada seperti aspek pemasaran, aspek teknis, aspek finansial,
aspek manajeman serta aspek lingkungan dan sosial.
26
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian bisnis ikan lele yang dipilih bertempat di CV. Indomaju
Bersama Kecamatan Turen Gondanglegi, Malang, Jawa Timur. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2017.
Alasan mengapa memilih tempat penilitian di CV. Indomaju Bersama ini
karena CV. Indomaju Bersama memiliki keadaan usaha yang sangat cocok untuk
diteliti seusai dengan judul dan metode penelitian dan juga CV. Indomaju bersama
sedang melakukan pengembangan usaha terhadap bisnis ikan lelenya. Sehingga
diperkirakan memerlukan pengembangan usaha dengan cara ataupun metode
baru agar tujuan pengembangan usaha dapat dengan maksimal tercapai.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian desktiptif. Menurut
Sukmadinata (2007), penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang
ditunjukkan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik
fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena tersebut dapat
berupa aktivitas, perubahan, hubungan, kesamaan, karakteristik, bentuk, ataupun
perbedaan fenomena satu dengan fenomena yang lainnya. Jadi dapat dikatakan
penelitian deskriptif tidak hanya terbatas pada hal pengumpulan data, tetapi juga
mengenai analisis dan intepretasi tentang arti dari data tersebut.
Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dan juga kuantitaitf . Hal
yang termasuk dalam deskriptif kualitatif yaitu berupa kajian mengenai faktor-
27
faktor yang mempengaruhi usaha bisnis lele CV. Indomaju Bersama baik secara
internal maupun ekternal, aspek teknis pada usaha, aspek pemasaran pada
usaha, dsb. Sedangkan yang termasuk dalam deskriptif kuantitatif yaitu mengenai
intepretasi dari setiap perhitungan aspek finansial pada CV. Indomaju Bersama.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya
akan diduga disebut popilasi. Populasi dibedakan menjadi sampling dan populasi
sasaran, sedangkan populasi sasaran adalah seluruh wilayah usaha dalam
penelitian (Singarimbun dan Efendi, 2006).
Sampel merupakan sebagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada populasi, misalkan keterbatasan dana, tenaga, dan waktu maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari beberapa populasi tersebut (Sugiyono,
2012).
Seperti dalam penelitian ini populasi yang termasuk dalam populasi
penelitian ini yaitu pengusaha bisnis ikan lele pada CV. Indomaju Bersama.
Dengan teknik pengambilan sampling berupa simple random sampling yaitu teknik
pengambilan sampling yang sangat sederhana, karena pengambilan sampling
diambil secara acak, tanpa memperhatikan kelas yang ada dalam populasi.
Biasanya hal ini dipakai saat anggota populasi dianggap homogen. Sampel dalam
penelitian ini yaitu para pegawai maupun pemilik usaha bisnis ikan lele CV.
Indomaju Bersama.
28
3.4 Jenis dan Sumber Data
Untuk mendukung proses penelitian perlu adanya data yang sesuai dari
sumber data. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian
ada beberapa macam, yaitu:
3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber
data oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari
responden maupun pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini melalui
wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan
(Suhardi, 2010).
Data primer yang dimaksudkan di sini adalah data yang diperoleh dari
diskusi dan wawancara dengan konsumen pada CV. Indomaju Bersama ataupun
pemiliknya dan juga dengan seluruh elemen yang terlibat langsung dalam kegiatan
produksi ataupun jual beli bisnisan ikan pada CV. Indomaju Bersama. Jenis data
primer yang dikumpulkan berupa partisipasi aktif, observasi dan wawancara.
1. Partisipasi Aktif
Adapun kegiatan yang diikuti dalam penelitian ini yaitu meliputi:
Ikut serta dalam kegiatan usaha bisnisan ikan pada CV. Indomaju
Bersama
Ikut serta dalam memproses penjualan dan pembelian bisnisan ikan
pada CV. Indomaju Bersama
29
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti (Usman dan Akbar, 2006). Pengamatan dilakukan secara
langsung tanpa menggunakan alat atau benda. Observasi yang dilakukan dalam
penelitian di CV. Indomaju Bersama, meliputi:
Mengamati teknis dan mekanisme penjualan ikan lele
Mengamati teknis dan mekanisme pembukuan keuangan penjualan
ikan lele
Mengamati respon konsumen
Mengamati perkembangan penjualan ikan lele
3. Wawancara
Wawancara merupakn proses tanya jawab lisan antara dua orang atau
lebih secara langsung. Wawancara yang dalam penelitian di CV. Indomaju
Bersama ditujukan untuk pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan. Isi
wawancara tersebut, diantaranya:
Mengenai teknis pembukuan usaha
Kriteria lele dengan ukuran ekonimis
4. Dokumentasi
Dalam pengambilan dokumentasi di CV. Indomaju Bersama selaku
pelaksana dalam kegiatan penelitian akan mengambil dokumentasi yang bersifat
data sekunder ini sebagai berikut:
Data letak CV. Indomaju Bersama
30
Keadaan umum harian kegiatan pada CV. Indomaju Bersama
Data keadaan keuangan CV. Indomaju Bersama
Foto saat melakukan partisipasi aktif
Foto saat melakukan wawancara
Foto saat melakukan observasi
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung
diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitinya. Data sekunder ini disebut juga
dengan data tangan kedua. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi
atau data laporan yang telah tersedia (Saifuddin Azwar, 2004).
Sehingga dengan begitu data sekunder didapatkan dari sumber kedua
bukan diusahakan sendiri pengumpulannya dan data tersebut telah diolah. Data
sekunder dapat dikatakan juga sebagai pendukung dan pelengkap pengerjaan
suatu laporan. Pengambilan data sekunder yang dimaksudkan ada dalam
penelitian ini, meliputi:
Keadaan umum lokasi penelitian berupa geografis dan topografis,
keadaan penduduk di daerha penelitian, kondisidomografi dan peta
Keadaan umum usaha perikanan di daerah penelitian
3.5 Metode Pengambilan Data
Untuk mendukung proses penelitian perlu adanya metode pengambilan
data yang sesuai dari fakta yang ada. Metode pengambilan data yang diperlukan
dalam kegiatan penelitian ada beberapa macam, yaitu:
31
1. Wawancara
Menurut Singarimbun dan Effendi (2006), wawancara merupakan suatu
proses interaksi dan komunikasi dimana hasil wawancara ditentukan oleh
beberapa fakto yang berinterakjsi dan mempengaruhi arus informasi. Dengan
wawancara peneliti mendapatkan informasi yang akurat berdasarkan fakta-fakta
yang ada di lapang sehingga peneliti dapat menggunakan data wawancara
tersebut sebagai dasar data penelitian selanjutnya. Dengan adanya wawancara
maka diperlukan adanya kuisioner untuk melihat tolak ukur hasil wawncara dengan
dasaran nilai yang telah ditetapkan. Pada dasrnya kuisioner adalah suatu dasar
pertanyaan baris-baris dan kolom-kolom untuk diisi dengan jawaban-jawaban
yang akan ditanyakan (Supranto, 1997)
Menurut Darmawan (2013) terdapat beberapa macam kuisioner, antara
lain:
Kuisioner tertutup yaitu tugas responden memilih satu atau lebih
kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Jadi cara
menjawab sudah diarahkan dan kemungkinan jawaban telah ditetapkan
Kuisioner terbuka yaitu tugas berupa pertanyaan-pertanyaan bebas yang
memberi kebebasan kepada responden untuk menjawabnya
Kuisioner campuran yaitu gabungan dari kuisioner sebelumnya. Disamping
telah ada kemungkinan-kemungkinan jawaban yang tersedia, disediakan
pula titik-titik kosong untuk menampung kemungkinan-kemungkinan
jawaban yang belum tersedia.
Metode wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengambil data
dan informasi mengenai permasalahan dan pengelolaan usaha bisnis ikan lele CV.
Indomaju Bersama, faktor internal dan eksternal dalam pengelolaan usaha,
32
wawancara mengenai pembukuan keuangan usaha, dsb. Sedangkan tipe
kuisioner yang dipakai yaitu tipe kuisioner terbuak dan kuisioner campuran.
2. Observasi
Observasi adalah kunjungan lapang dimana peneliti meciptaan
kesempatana untuk obserbasi langsung, dan berasumsi bahwa fenomena yang
diamati tidak historis, serta kondisi lingkungan sosial yang sangat relevan untuk
observasi. Observasi dimulai dari kegiatan pengumpulan data yang formal hingga
kasual. Penelitian yang berangkutan dapat diminta untuk mengukur peristiwa tipe
perilaku lapang dalam periode tertentu (Yin, 2013).
Dalam penelitian ini, observasi atau pengamatan dilakukan pada penelitian
meliputi kegiatan pada usaha bisnis ikan lele serta pengamatan keadaan lain yang
berhubungan dengan usaha yang diteliti.
3. Dokumentasi
Rianse dan Abdi (2009), menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan
sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang akan terbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surta,
catatan-catatan harian, cendramta, lapodan dan sebagainya.
Dalam penelitian ini dokumen yang dimaksud adalah pengumpulan data
melalui pengelola usaha bisnis lele CV. Indomaju Bersama, serta gambar-gambar
atau foto yang diambil pada tempat usaha bisnis lele CV. Indomaju Bersama.
33
3.6 Metode Analisis Data
Analisis data terdiri atas pengujian, pengkategorian, pentabulasian,
ataupun pengkombinasian kembali bukti-bukti untuk menunjuk proposisi awal
suatu penelitian. Tiga teknik analisis yang menentukan yaitu penjodohan pila,
pembuatan penjelasan dan analisis deret waktu. Dalam penelitian, semua data
primer yang diperoleh dilapang akan dilakukan penjodohan pola lalu dibuat
penjelasannya dan dianalisis deret waktu dengan data sekunder yang diperoleh
(Yin, 2013).
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini berjudul
CV. Indomaju Be
menggunakan metode deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2008) bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang biasanya
digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah dimana peneliti
berperan sebagai instrumen kunci. Dalam penelitian ini untuk menganalisa data
yang telah didapat dalam penelitian melalui wawancara, observasi serta
dokumentasi menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dengan begitu peneliti
dapat mengungkapkan segala sesuatu yang telah terjadi di lapang secara detail
melalui penjelasan kualitatif.
Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kualitatif dan analisis
data deskriptif kuantitatif. Analisis data deskriptif kualitatif didapatkan dari
penyelesaiian analisis aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek pemasaran.
Deskriptif kuantitatif adalah penggambaran suatu angka yang dapat digambarkan
dalam bentuk statik deskriptif, antara lain berupa skala pengukuran, hubungan,
34
varitabilitas dan sentral tendensi. Data yang diperoleh berkaitan dengan aspek
finansial dianalisis dengan menggunakan deskriptif kuantitatif. Deskriptif kuantitatif
dengan menggunakan metode yang bertujuan untuk memberikan perhitungan
angka mengenai data-data yang menyediakan angka.
3.6.1 Penyelesaian Aspek Teknis
Aspek teknis atau operasi juga disebut aspek produksi. Hal-hal yang
diperhatikan dalam aspek teknis adalah masalah pebebtuan lokasi, luas produksi,
tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik, dan proses produksi lainnya
termasuk pemilihan teknologi. Kelengkapan kajian aspek operasi sangat
tergantung dari jenis usaha yang akan dijalankan, karena setiap jenis usaha
memiliki prioritas tersendiri (Kasmir dan Jakfar, 2003).
Data yang diperoleh meliptui kegiatan produlsi yang dianalisis secara
deskripsi kualitatif bertujuan untuk memberikan gambaran secara umum,
sistematis, dan faktual mengenai pelaksanaan kegiatan produksi sebagai berikut:
Mengetahui sarana dan prasarana yang ada
Proses pembuatan produk
Faktor pendorong dan faktor penghambat
3.6.2 Penyelesaian Aspek Manajemen
Menurut Terry (2005), manajemen yaitu suatu proses atau kerangka kerja,
yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah
tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Hal tersebut
mengenai pengetahuan tentang apa yang akan dilakukan, menetapkan
35
bagaimana cara melakukannya, memahami bagaimana harus melakukannya dan
mengukur efektivitas dari usaha-usaha yang telah dilakukan.
Pada aspek manajemen ini terdapat beberapa fungsi sebagai bagian dari
proses manajemen, antara lain
a. Fungsi Perencanaan (Planning)
Fungsi ini dapat berupa tindakan yang akan dilakukan untuk menentukan
sasaran dan arah yang dipilih. Kaitannya dengan penelitian kali ini fungsi
perencanaan akan dipakai pada saat menentukan sasaran ataupun arah
perencanaan pengembangan usaha yang akan dilakukan.
b. Fungsi Pengorganisasian (Organaizing)
Fungsi yang dipakai untuk merinci serta membagi-bagi tugas dari setiap
elemen yang tergabung dalam usaha. Sesuai dengan penelitian, fungsi ini akan
dipakai pada saat ada penggolongan-penggolongan tugas baru yang ditujukan
kepada pengelola usaha CV. Indomaju Bersama.
c. Fungsi Pergerakan (Actuating)
Fungsi pergerakan dapat dilakukan untuk merangsang anggota-anggota
kelompok dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam suatu usaha. Hal ini
pada saat penelitian digunakan pada saat terjadi perencanaan pengembangan
usaha yang mebutuhkan banyak sekali kinerja karyawan agar perencanaan
pengembangan dapat dengan mudah terlaksana.
36
d. Fungsi Pengawasan (Controlling)
Demi terlaksananya perencanaan pengembangan usaha yang maksimal
diperlukan pengawasan terhadap semua hal yang telah dan akan dilakukan.
Dengan menyusun cara dan kiat-kiat yang akan dilakukan dalam perencanaan
pengembangan usaha fungsi ini dapat diimplemantasikan dalam penelitian.
3.6.3 Penyelesaian Aspek Pemasaran
Menurut Agustina Shinta (2011), pemasaran adalah suatu proses dan
manajerial yang membuat kelompok atau individu mendaptkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan
produk yang bernilai kepada pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut
penyampaian produk atau jasa mulai dari produsen sampai konsumen. Pasar dan
pemasaran memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dan saling mempengaruhi
satu sama lainnya. Pasar tanpa pemasaran tidak ada artinya, demikian pula
pemasaran tanpa pasar juga tidak berarti (Kasmir dan Jakfar, 2012).
Mengetahui bagaiman peluang yang ada dan dapat diambil sehingga
konsumen dapat bertambah dan usaha dapat berkembang dengan baik maka
dalam penelitian ini akan dicari produk lele dengan kualitas seperti apa yang
diinginkan oleh konsumen, pada harga berapa usaha bisnis ikan lele ini dapat
diterima oleh konsumen, promosi seperti apa yang dapat dilakukan oleh CV.
Indomaju Bersama agar pengembangan usaha dapat dilakukan dengan maksimal,
serta saluran dan marjin pemasaran seperti apa yang pantas diterapkan pada
perencanaan pengembangan usaha CV. Indomaju Bersama.
37
3.6.4 Penyelesaian Aspek Finansial
Aspek finansial meliputi anggaran rutin dan pembangunan dari suatu
instansi pemerintahan. Aspek finansial dapat di analogikan sebagai aliran darah
manusia yang mengalir dalam tubuh, dengan kata lain aspek finansial merupakan
salah satu aspek penting untuk mengukur kinerja (Tangkilisan, 2005).
Penelitian dalam hal aspek finansial dapat dikategorikan kedalam 2 hal
analisis yaitu analisis jangka pendek dan jangka panjang. Perhitungan tersebut
akan dibedakan sebagai berikut:
a. Analisis Finansial Jangka Pendek
Analisis Finansial jangka pendek meliputi modal, penerimaan dan biaya,
RC ratio, rentabilitas, keuangan dan Break Event Point (BEP).
1. Permodalan atau modal merupakan salah satu hal penting yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan perusahaan sehari-harinya. Dalam implementasinya
terdapat 2 macam modal yaitu modal kerja dan modal tetap. Modal kerja ialah
kelebihan aktiva di atas hutang lancar. Sedangkan aktiva tetap di dapat dari
penjumlahan seluruh aktiva tetap. Sedangkan modal tetap ialah modal yang
diperuntukkan untuk jangka waktu yang laman, contohnya bangunan dan tanah
(Riyanto, 2010).
Modal usaha dapat digolongkan menjadi modal lancar, modal kerja dan
modal tetap. Dalam penelitian ini maka akan dihitung modal untuk bahan baku
(ikan lele), pembayaran gaji pekerja, dll sesuai dengan jenis modal yang dimaksud.
2. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang digunakan untuk penyediaan
barang dan jasa. Menurut Carter dan Usry (2004), biaya produksi adalah
38
defined as the sum of
kata lain biaya produksi merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan untuk
mendapatkan sejumlah input yaitu secara akuntansi sama dengan uang yang
tercatat. Biaya produksi dapat dirumuskan dengan:
TC = FC + VC
Dimana:
TC = Total Cost (biaya total)
TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap)
TVC = Total Variable Cost (biaya tidak tetap)
Dalam penelitian rumus ini akan dipakai untuk mencari total biaya dari
usaha bisnis lele. Dilihat harga lele yang di beli dari petani lele yang lalu dikaliakan
dengan banyaknya ikan lele yang di tampung di tempat bisnisan.
3. Penerimaan merupakan penerimaan yang didapatkan dari
penerima dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi baik
biaya tetap maupun tidak tetap. Total Revenue (TR) atay penerimaan didapat dari
perkalian antara produk yang dihasilkan (Q) dengan harga penjualan (P)
(Soekartawi, 2003). Untuk memperoleh keuntungan, produsen selalu
membandingkan biaya produksi dengan penerimaan yang diperoleh dari
penjualan outputnya. Sehngga dapat dirumuskan sebagai berikut:
TR = P × Q
Dimana:
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
39
P = harga jual per unit
Q = jumlah barang per-unit
Untuk memperoleh keuntungan, produsen selalu membandingkan biaya
produksi dengan penerimaan yang diperoleh dari penjualan outputnya. Dalam
penelitian penerimaan akan didapat dari hasil penjualan sejumlah lele kepada
konsumen.
4. Revenue Cost Ratio (R/C) merupakan metode analisis untuk mengukur
kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan (revenue) dan biaya
(cost). Dengan begitu dapat diukur tingkat pengembalian usaha dalam
menerapkan suatu teknologi. Revenue Cost Ratio (R/C) dapat dicari dengan
rumus:
RC ratio = TR : TC
Dimana:
TR = total penerimaan
TC = total biaya
Dalam penelitian, rumus ini akan berfungsi untuk melihat hasil dari
perhitungan keuntungan sebelumnya dan menganalisis hasil tersebut untuk
menyimpulkan apakan keuntungan yang dihasilkan maksimal dan sesuai tujuan
atau tidak.
5. Keuntungan merupakan salah satu tujuan utama dari diberdirikannya suatu
perusahaan. Laba juga merupakan suatu indikator prestasi atau kinerja
perusahaan yang besarnya tampak di laporan keuangan, tepatnya laba rugi (Wild
dkk, 2005). Keuntungan dapat dicari dengan menggunakan rumus:
40
Dimana:
= pendapatan
TR = Total Revenue (total penerimaan)
TC = Total Cost (total biaya)
Dalam penelitian pendapatan akan didapat dari seluruh penerimaan dari
penjualan usaha bisnis lele yang dikurangkan dengan biaya pembelian lele kepada
petani lele.
6. Rentabilitas adalah perbandingan anatara laba dengan aktiva atau
modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah
kemampuan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Pada umumnya
masalah rentabilitas adalah lebih penting dari pada masalah laba, karena laba
yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan atau koperasi
telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan
membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang
menghasilkan laba tersebut dengan kata lainnya adalah menghitung
rentabilitasnya (Riyanto, 2001). Dengan begitu, rentabilitas dapat dirumuskan
dengan:
R =
Dalam penelitian rentabilitas merupakan hal penting yang harus
diperhatikan untuk menilai apakah usaha layak untuk dilanjutkan ataupun tidak
sebelum dilakukan perencanaan usaha.
7. Break Event Point (BEP) ada alat atau tehnik yang digunakan untuk melihat
tingkat penjualan tertentu sehingga tidak mengalami laba dan juga tidak
41
mengalami kerugian (Sigit, 2002). Analisis break event point dapat digunakan
untuk mengetahui titik volume penjualan sebelum mengalami rugi ataupun untung.
Hal ini dapat menjadi peluang manajer untuk melakukan perencanaan penjualan.
Perencanaan penjualan yang dimaksud yaitu ramalan penjualan unit dan nilai
uang di masa yang akan datang (Brigham dan Houston, 2011).
Menurut Khasmir (2012), BEP dibedakan menjadi dua yaitu BEP unit dan
BEP sale. BEP unit merupakan media untuk mengetahui batas minimum unit yang
harus di produksi suatu perusahaan. Sedangkan BEP sale merupakan batas
minimun rupiah yang dihasilkan dari penjualan produk. Rumus BEP dapat
dituliskan dengan:
BEP (dalam unit) =
BEP (dalam sale) =
Dimana:
FC = Fixed Cost (biaya tetap)
P = harga
VC = Variabel Cost (biaya variabel)
Dalam penelitian ini BEP digunakan untuk melihat batas minimal unit yang
harus dijual dan pendapatan yang harus didapat agar usaha mendapatkan hasil
yang sesuai dengan minimal yang ditargetkan.
42
b. Analisa Jangka Panjang
Analisis Finansial jangka panjang meliputi Net Present Value (NPV), Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C), Pay Back Period (PP), dan Internal Rate of Turn
(IRR).
1. Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang yang merupakan
selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-
penerimaan kas bersih di masa akan datang (Umar, 2003). Dapat dirumuskan
seperti berikut:
Dimana:
Bt = benefit pada tahun ke-1
Ct = biaya tahun ke-1
N = umur ekonomis
I = tingkat suku bunga
Dalam penelitian rumus ini berguna untuk melihat apakah usaha CV.
Indomaju Bersama layak untuk dijalankan atau tidak dengan kriteria apabila NPV
lebih besar dari 0, dikatakan usaha tersebut layak dojalankan dan jika lebih kecil
dari 0 (nol) tidak layak dijalankan. Apabila hasil NPV sama dengan nol berarti
berada dalam keadaan break even point (BEP) dimana TR = TC dalam bentuk
present value.
43
2. Internal Rate of Return (IRR) merupakan metode yang digunakan untuk
mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang di
harapkan di masa mendatang atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan
investasi awal (Umar, 2003). Dapat dirumuskan seperti berikut:
Dimana:
Ir = bunga rendah
It = bunga tinggi
Dalam penelitian hal ini digunakan untuk melihat investasi yang akan
dilakukan oleh usaha CV. Indomaju Bersama apakah menguntungkan atau tidak
sesuai dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan.
3. Payback Period (PP) adalah suatu periode yang menunjukkan beberapa
lama modal yang ditanamkan dalam proyek tersebut dapat kembali (Rangkuti,
2004). Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut:
Payback Period =
Payback period (PP) dalam penelitian ini akan berguna untuk melihat
seberapa lama CV. Indomaju Bersama dapat merasakan pengembalian modal
yang ditanamkan terhadap pengembangan usaha yang dilakukan. Serta untuk
melihat apakah CV. Indomaju Bersama mampu untuk melakukan pengembangan
usaha.
44
4. Net B/C Ratio merupakan suatu rasio yang membandingkan antara benefit
atau penerimaan dari suatu usaha dengan biaya yang dikeluarkan untuk
merealisasikan rencana pendirian dan pengoperasian usaha tersebut. Dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
Bt = benefit pada tahun ke-t
Ct = biaya pada tahun ke-t
n = umur teknis
i = tingkat suku bunga
penelitian rumus ini
digunakan untuk melihat kelayakan suatu usaha bisnis ikan lele CV. Indomaju
Bersama di masa yang akan datang.
3.6.5 Penyelesaian Strategi Pengembangan Usaha dengan Analisis
Business Model Canvas
Business model canvas adalah bahasa yang sama untuk menggambarkan,
memvisualisasikan, menilai dan mengubah model bisnis. Konsep ini bisa menjadi
bahasa untuk saling berbagi ide yang memungkinkan peneliti untuk
mendeskripsikan dengan mudah dan memanipulasi model bisnis untuk membuat
strategi alternatif baru (Osterwalder dan Pigneur, 2012).
Business Model Canvas (BMC) berbeda dengan Business Plan (rencana
bisnis). Bisnis model merupakan penerangan bagaimana bisnis yang dijalankan
menghasilkan uang sedangkan rencana bisnis merupakan pernyataan yang
45
berisikan tentang penjelasan usaha yang akan dilakukan, ada riset pasar, rencana
keuangan, rencana operasional, rencana manajemen dan pemasaran yang mana
lebih kompleks. Terdapat 9 kategori dalam BMC yang mana akan diterapkan
dalam penelitian ini. kategori-kategori tersebut memiliki hubungan yang saling
berkesinambungan untuk mencapai tujuan yang maksimal.
Sebelum kita melakukan penerapan 9 kategori tersebut, agar lebih mudah
dilakukan lah pengelompokkan faktor internal dan eksternal. Dalam penelitian ini
faktor internal dan eksternal tersebut yaitu:
a. Faktor Internal Business Model Canvas
Agar memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian dengan
menggunakan Business Model Canvas, maka berikut dapat diketahui apa saja
faktor internal dalam business model canvas, yaitu:
1. Key resources
2. Key partnership
3. Key activities
4. Cost structure
b. Faktor Eksternal Business Model Canvas
Agar memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian dengan
menggunakan Business Model Canvas, maka berikut dapat diketahui apa saja
faktor eksternal dalam business model canvas, yaitu:
1. Customer segments
2. Value proposition
3. Channels
4. Customer relathionship
46
5. Revenue streams
Setelah di peroleh apa saja yang menjadi faktor-faktor yang akan terkait
dalam penyusunan Business Model Canvas, maka selanjutnya dijabarkan menjadi
lebih rinci kembali dari setiap faktor tersebut agar terlihat data ataupun perlakuan
apa saja yang akan dilakukan saat penelitian berlangsung, berikut penjabarannya
yang mana pada akhir penjabaran akan terbentuk suatu diagram analisis Business
Model Canvas.
1. Customer Segment (Segmen Pelanggan)
Dalam hal ini CV. Indomaju Bersama harus menentukan target pelanggan
yang akan dituju. Dalam penelitian ini usaha yang akan diteliti yaitu mengenai
usaha bisnis ikan lele yang mana pada awalnya hanya para penjual ikan kecil
diharapkan. Hal ini tentunya tidak dapat terus dibiarkan dalam menghadapi
keadaan pasar untuk kedepannya. Maka dari itu CV. Indomaju Bersama memiliki
beberapa rencana pengembangan usaha untuk menghadapi persaingan yang
ada. Beberapa rencana tersebut seperti bekerjasama dengan rumah makan yang
diharapkan dapat menjadi pelanggan tetap perusahaan, selain itu memperluas
daerah penargetan di kalangan penjual ikan. Dengan begitu CV. Indomaju
Bersama dituntut untuk mengerti kondisi/profil dari target market yang dituju agar
tepat sasaran. Maka dari itu pengetahuan akan produk yang dijual juga harus
maksimal. Baik kegunaannya, kualitasnya ataupun informasi lainnya.
2. Value Propositions (Proporsi Nilai)
Produk lele yang akan dipasarkan harus memiliki nilai lebih agar dapat
bersaing di pasaran. Ikan lele merupakan salah satu lauk pauk yang dapat
ditemukan dimana saja. Menghadapi suatu persaingan kelebihan terhadap suatu
47
nilai produk perlu dimiliki oleh seluruh perusahaan. Melihat keadaan ini, CV.
Indomaju Bersama memiliki beberapa perencanaan yang dapat dikategorikan
kedalam business model canvas pada blok value proposition yang mana hal
tersebut akan diproporsikan dalam angka yang akan diperhitungkan. Bentuk-
bentuk proporsi nilai yang direncanakan oleh CV. Indomaju Bersama yaitu:
a. Perbedaan harga yang lebih murah dibandingkan dengan produk lain
ataupun lebih terjangkau
b. Pengurangan resiko pada barang, Produk lele yang akan dijual memiliki
nilai garansi yang dapat dipertanggung jawabkan penjual kepada
pemiliknya. Seperti garansi kesegaran ikan yang mana akan
dipertanggung jawabkan sampai ikan sampai ke tangan konsumen
3. Channels (Saluran)
Produk yang sudah disiapkan maksimal juga harus direalisasikan kepada
konsumen secara maksimal pula. Salah satunya yaitu dengan saluran produk
dengan media apa yang akan dipakai. Bisa secara langsung ataupun tidak
langsung. CV. Indomaju Bersama melakukan dua cara perencanaan
pengembangan saluran yaitu secara tidak langsung melalu media online dan
secara langsung melalui mulut ke mulut.
4. Customer Realithionship (Hubungan Pelanggan)
Agar produk pada CV. Indomaju Bersama tidak hanya dibeli sesekali oleh
konsumen maka CV. Indomaju Bersama berencana melakukan pembentukan
hubungan antar komunitas pengusaha ikan lele. Hubungan ini diharapkan dapat
48
memberikan tambahan informasi ataupun menambah kemitraan dalam bekerja
demi menghadapi persaingan pasar di kemudian hari.
5. Revenue Streams (Arus Pendapatan)
Apabila semua berjalan lancar maka pengusaha akan mendapatkan
pemasukan uang yang biasa disebut dalam business model canvas dengan
revenue streams. Perencanaan pemasukan pendapatan CV. Indomaju Bersama
berencana memanfaatkan pendapatan yang didaat dari pemasangan iklan di
sekitar rumah produksi. Contoh, mencari produk pakan ikan lele yang
membutuhkan media pemasaran dengan mobil ataupun dengan pemasangan
iklan di sekitar wilayah usaha ikan lele. Dengan pemasangan iklan tersebut
diharapkan dapat memberikan pemasukan tambahan untuk usaha bisnisan ikan
lele yang didirikan.
6. Key resources (Sumber Daya Utama)
Sumber daya merupakan salah satu kuncian yang harus dipertahankan
oleh perusahaan. Sumber daya utama yang baik akan menjadi awalan yang baik
untuk perusahaan begitu juga sebaliknya. Sumber daya utama pada CV. Indomaju
Bersama dapat berupa sumber daya manusia, modal, tempat, dan hal lainnya
yang menjadi sumber utama usaha dapat berdiri.
7. Key Activities (Aktivitas Kunci)
Setelah itu aktivitas kunci dalam usaha yang diteliti dalam penelitian ini
perlu diperhatikan. Seperti aktivitas perawatan ikan lele yang sangat berpengaruh
terhadap kesegaran ikan sebelum ikan jatuh ke tangan konsumen. Pemberian
49
makan ikan, pemberian vitamin selama di tangan pengusaha ataupun hal lainnya
yang menjelaskan apa saja aktivitas yang ada di usah tesebut.
8. Key Partnership (Kemitraan Utama)
Tidak ada usaha yang tidak memerlukan kerjasama. Seperti halnya usaha
bisnis ikan lele pada CV. Indomaju Bersama yang merasa perlu dilakukan
segmentasi kemitraan demi lancarnya usaha. Perencanaan kemitraan usaha yang
dicoba untuk direncanakan seperti pendataan usaha ataupun hal lainnya yang
dapat diajak kerjasama.
9. Cost Structure (Struktur Biaya)
Dalam semua langkah yang dilakukan tentu perusahaan memerlukan
biaya. Maka dari itu penerapan blok struktur biaya dapat berupa perhitungan
biaya-biaya apa saja yang akan dikeluarkan. Stuktur biaya pada CV. Indomaju
Bersama dapat berupa biaya pegawai, biaya operasional, pajak dan sebagainya.
50
Key Partners
- Pendataan usaha atapun lembaga yang dapat diajak bekerjasama
Key Activities
- Pemberian makan ikan
- Pemberian vitamin pada ikan
- Penjagaan kesegaran ikan
Value Proposition
- Perbedaan harga yang memungkinka untuk lebih murah ataupun terjangkau
- Garansi barang
Customer Relathionship
- Pembentukan komunitas pengusaha bisnis ikan lele
Customer Segments
- Rumah-rumah makan
- Pelebaran konsumen di kalangan penjual ikan eceran
Key Resources
- Sumber daya manusia
- Modal - tempat
Channels
- Langsung - Tidak
langsung
Cost Structure
- Biaya pegawai - Biaya operasional
Revenue Streams
- Pemasangan iklan pakan ataupun vitamin ikan lele pada mobil ataupun tempat usaha
Gambar 4. Skema Analisis Business Model Canvas
51
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELTIAN
4.1 Letak Geografis dan Keadaan Topografis
Penelitian ini dilakukan di salah satu kecamatan yang berada di Malang,
tepatnya di kecamatan Gondanglegi Malang Jawa Timur. Bila dilihat dari sisi
astronomisnya kecamatan Gondanglegi Malang terletak antara koordinat 7o 48o
30o Lintang Selatan dan 112o 19o 30o Bujur Timur mempunyai bentuk wilayah
sebagian datar, berombak dan berbukit-bukit dengan kemiringa 25% dan 49%
adalah kawasan hutan, dengan suhu minumum 26oC dan suhu maksimum 32oC
dengan rata-rata curah hujan 1.328 s/d 1.448 mm/tahun. Wilayah kecamatan
Gondanglegi mempunyai luas 6.584,44 Ha yang terdiri dari 14 desa 31 dusun 59
RW dan 385 RT. Kecamatan Gondanglegi berada di ketinggian 300 400 m Dpl.
Wilayah ini memiliki banyak sekali kekayaan alam namun kekayaan alam tersebut
belum dapat dioptimalkan, maka terdapat peluang yang dapat digunakan.
Wilayah ini yang dipimpin oleh seorang camat ini, memiliki kualitas
penduduk dengan pendidikan yang tergolong rendah. Kualitas di bidang
pendidikan mayoritas warga sekitar masih berpendidikan SMA dan masih sedikit
yang meneruskan ke jenjang perguruan tinggi.
52
Gambar 5. Denah Lokasi Kecamatan Gondanglegi kebupaten Malang Jawa Timur
Gondanglegi sendiri merupakan salah satu dari 33 kecamatan yang berada
di kabupaten Malang. Untuk CV. Indomaju Bersama sendiri terletak di Jl. Kyai Mojo
A No. 57A RT 19 RW02, Desa Gondanglegi Kulon, Kecamatan Gondanglegi,
Kabupaten Malang. Kecamatan Gandanglegi berbatasan langsung dengan
beberapa wilayah lainnya seperti:
Selatan : Kecamatan Pagelaran
Barat : Kecamatan Kepanjen
Utara : Kecamatan Bululawang
Timur : Kecamatan Turen
Kecamatan Gondanglegi
53
4.2 Keadaan Penduduk
Kecamatan Gondanglegi memiliki jumlah penduduk sebanyak 81.301 jiwa
sesuai dengan sensus penduduk tahun 2010. Penduduk laki-laki sebanyak 40.579
jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 40.722 jiwa. Bila dilihat dari agama yang
dianut mayoritas penduduk beragama Berikut perincian penduduk Gondanglegi
menurut agama yang dianut.
Tabel 1. Data Penduduk Berdasarkan Jumlah Pemeluk Agama Menurut Golongan Agama Kecamatan Gondanglegi
No Agama Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Islam 78555 97% 2 Katolik 1080 1% 3 Protestan 1092 1% 4 Hindu - 0% 5 Budha 574 1%
Sumber: BPS Kecamatan Gondanglegi, 2010
Kesadaran akan pentingnya pendidikan masih sangat minim di daerah
Gondnaglegi. Sangat sedikit masyarakat yang mempunyai gelar sarjana. Rata-rata
lulusan penduduk yaitu pada tingkat SD. Berikut perincian penduduk Gondanglegi
menurut tingakatan pendidikannya.
Tabel 2. Data Penduduk Berdasarkan Jumlah Tingkatan Pendidikan Menurut Golongan Tingkatan Pendidikan Kecamatan Gondanglegi
No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Presentase (%) 1 SD / MI 19470 24% 2 SLTP / M.Ts 10435 13% 3 SMA / MA 6734 8% 4 Tamat Perguruan Tinggi 743 1%
Sumber: BPS Kecamatan Gondanglegi, 2010
Daerah kecamatan Gondanglegi di dominasi oleh dataran rendah.
Kecamatan Gondanglegi juga memiliki daerah wilayah yang jauh dari pesisir
pantai sehingga penduduk kecamatan Gondanglegi di dominasi pada sektor
pertanian atau perkebunan terutama padi dan tebu.
54
Tabel 3. Data Penduduk Berdasarkan Jumlah Mata Pencharian Menurut Golongan Mata pencharian Kecamatan Gondanglegi
No Mata Pencharian Jumlah (jiwa) Presentase (%) 1 Buruh Tani 14290 18% 2 TKI 1829 2% 3 Petani Pemilik / Penggarap 4342 5% 4 Petani Peternak 864 1% 5 Pedagang 4748 6% 6 Jasa 3331 4% 7 Petani Perkebunan - - 8 Pegawai Negeri Sipil 541 1% 9 Industri Kecil 1567 2% 10 Pensiunan 180 0% 11 TNI / POLRI 49 0% 12 Buruh Bangunan 1080 1%
Sumber: BPS Kecamatan Gondanglegi, 2010
4.3 Potensi Perikanan
Sesuai dengan data dari sensus penduduk tahun 2010 bahwa kecamatan
Gondanglegi memiliki wilayah yang mayoritas merupakan daratan dan sebagian
besar penduduknya bermata pencharian dalam sektor pertanian ataupun
perkebunan. Sangat minim sekali penduduk kecamtan Gondanglegi yang memilih
untuk menekuni dunia perikanan dan apabila dilihat dari sensus penduduk tahun
2010 tidak ada sama sekali penduduk yang bermata pencharian sebagai nelayan.
Hal ini memang sangatlah masuk akal dikarenakan kecamatan Gondanglegi
memiliki wilayah yang lumayan jauh dengan daerah pesisir atau pantai yaitu
dengan jarak 51,5 km untuk mecapai daerah Sendang Biru.
Namun pada kenyataannya hal ini tidak lagi menjadi suatu kendala. Seperti
kenyataan di lapang sudah mulai beberapa penduduk kecamatan Gondanglegi
melirik usaha perikanan. Selain dilihat dari peluang yang ada cukup besar,
permintaan masyarakat pun akan komoditas ikan semakin tinggi sekarang ini
55
melihat mahalnya daging sapi maupun ayam di pasaran. Usaha yang dilakukan
masih dalam taraf kecil sehingga masih butuh waktu dan juga kiat-kiat lain untuk
menjadikan mata pencharian sebagai nelayan sebagai salah satu mata
pencharian yang menjanjikan.
Keadaan wilayah kecamatan Gondanglegi cukup mendukung untuk
membuat sebuah usaha di bidang perikanan. Sebagai contoh beberapa warga
telah melakukan budidaya tradisional maupun modern dan menghasilkan sebuah
hasil yang sangat memuaskan. Keadaan cuaca dan iklim yang tidak terlalu ekstrim
juga salah satu hal yang mendukung untuk menjadikan sektor perikanan sebagai
salah satu mata pencharian yang dipilih.
56
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Profil CV. Indomaju Bersama
CV. Indomaju Bersama berdiri pada tahun 2007. Awal mula perusahaan ini
dimulai masih produksi rumahan dimulai dengan memanfaatkan halaman rumah
belakang pemilik bernama Pak Nur (Nur Hidayat) memulai membuat kolam untuk
budidaya ikan air tawar. Ikan air tawar yang dibudidaya antara lain seperti ikan
mas, ikan lele, ikan patin, udang, gurame, dll.
Lambat laun karna melihat prospek yang bagus di ikan lele, akhirnya Pak
Nur memutuskan untuk fokus di budidaya ikan lele saja. Tidak berhenti sampai
disitu, dengan luas halaman rumah Pak Nur yang seluas 1000m² Pak Nur
menambah jumlah kolamnya sebanyak 10 kolam pada tahun 2011 khusus untuk
budidaya lele dari mulai pembenihan sampai pembesaran.
Melihat prospek yang begitu bagus di bidang budidaya lele yang
penjualannya mencapai 1 Ton 3 hari, Pak Nur mulai mengembangkan ke bidang
pengolahan dengan membuat kerupuk lele , dan produk olahan lainnya. Dengan
bahan baku yang terjamin, usaha yang saat ini sedang dirintis itupun mulai dilirik
oleh masyarakat.
Dengan moto perusahaan LESEHAN (Lele Sehat Pilihan) kini CV.
Indomaju Bersama telah menjadi perusahaan yang mandiri, dengan fokusnya
dibidang budidaya ikan lele, pengolahan ikan lele dan pengepul ikan lele.
57
5.2 Potensi Ikan Lele sebagai Bahan Baku Utama
Ikan lele yang memiliki nama latin Clarias sp. Banyak diminati di pasaran,
baik pasar nasional maupun internasional. Ikan lele merupakan salah satu
komoditas perikanan unggulan yang di budidayakan di kolam air tawar. Di pasar
internasional, ikan lele menjadi salah satu komoditas yang diekspor ke luar negeri.
Taiwan, Hongkong, Singapura, Belanda, Jepang, dan Perancis merupakan nama-
nama yang menjadi negara tujuan ekspor ikan lele (Agromaret, 2004). Selain
menajadi salah satu komoditi ekspor, permintaan pasar dalam negeri yang selalu
meningkat setiap tahunnya membuat produksi ikan lele menjadi dalah satu produk
usaha yang menjanjikan. Tercatat pada Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi
Jawa Timur, untuk wilayah Jawa Timur sendiri memiliki jumlah produksi lele terus
mengalami kenaikan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Pada tahun 2012,
jumlah produksi budidaya ikan lele mencapai 62.807 ton. Di 2013, meningkat
menjadi 79.927,5 ton. Sedangkan di 2014, produksi ikan lele menembus angka
96.830,1 ton.
Dengan keadaan pasar yang menjanjikan maka dari itu CV. Indomaju
Bersama mencoba peluang usaha ini, menjadikan ikan lele sebagai bahan utama
dalam setiap proses produksi. CV. Indomaju Bersama. Terdapat 3 jenis usaha ikan
lele seperti budidaya ikan lele, pengolahan ikan lele dan juga pengepul ikan lele.
Ikan lele dipilih menjadi bahan baku utama dikarenakan lingkungan di sekitar CV.
Indomaju Bersama memiliki permintaan akan ikan lele yang tinggi. Tidak hanya
dikonsumsi oleh masyarakat sekitar, ikan lele CV. Indomaju Bersama juga
dikonsumsi oleh masyarakat luar kota seperti Malang, Kepanjen, dsb. Ikan lele
budidaya CV. Indomaju Bersama juga memiliki keunggulan dibandingkan dengan
ikan lele lainnya. Ikan lele hasil budidaya CV. Indomaju Bersama dikelola secara
58
higienis dan juga dap semi . Dikatakan ikan
lele semi organik karena hanya sedikit bahan kimia yang terkandung di dalam ikan
lele. Hal ini dapat terjadi dikarenakan CV. Indomaju Bersama tidak menggunakan
obat-obatan yang mengandung bahan kimia yang sewaktu-waktu dapat diberikan
ketika ikan sakit. Obat yang diberikan kepada ikan yaitu berupa daun awer-awer,
sehingga bahan kimia hanya berasal dari pakan. Hal-hal tersebut yang membuat
daya pikat konsumen untuk menajadi pelanggan tetap pada CV. Indomaju
Bersama.
5.3 Analisis Usaha
Untuk menjadikan CV. Indomaju Bersama menjadi salah satu usaha yang
baik dan juga maju tentu tidak lepas dari aspek-aspek teknis, pemasaran, finansial
dan juga manajemen yang menunjang. Pada dasarnya CV. Indomaju Bersama
telah memiliki penerapan dan kontrol yang cukup baik untuk di setiap aspek yang
ada. Namun untuk mengembangkan usaha menjadi lebih besar lagi perlu analisis
lebih lanjut. Berikut penjabaran analisis usaha CV. Indomaju Bersama yang dilihat
dari 4 aspek penunjang.
5.3.1 Aspek Teknis
Aspek teknis berguna untuk menilai kesiapan suatu usaha dalam
menjalankan usaha ataupun kegiatannya. Hal tersebut dapat berupa kegiatan
produksi yang dilakukan, sarana dan prasarana yang digunakan, serta faktor
pendorong dan faktor kendala kegiatan usaha.
1. Kegiatan Produksi CV. Indomaju Bersama
CV. Indomaju Bersama memiliki 3 jenis usaha yang dikelola secara
bersamaan. Usaha tersebut diantaranya budidaya ikan lele, pengolahan ikan lele
59
dan pengepul ikan lele. Usaha tersebut dikelola secara mandiri oleh pemilik
dengan dibantu oleh beberapa karyawan. Produk yang dihasilkan sangat
beraneka ragam untuk jenis pengolahan ikan sedangkan untuk usaha budidaya
dan pengepul hanya satu produk yang dihasilkan yaitu ikan lele itu sendiri.
Budidaya ikan lele memiliki beberapa tahapan yang biasa dilakukan oleh CV.
Indomaju Bersama untuk menghasilkan ikan lele terbaik yang disukai oleh para
konsumen. Tahapan budidaya ikan lele tersebut, diantaranya:
a. Persiapan kolam yang di panaskan terlebih dahulu selama 2 3 hari dalam
keadaan kering
b. Setelah dipanaskan, isi kolam dengan air
c. Persiapan memasukkan bibit. Bibit yang disiapkan sebanyak 2500 bibit
yang akan ditebar dalam kolam ukuran m
d. Tebarkan garam sebelum bibit di masukkan ke dalam kolam. Garam
berguna untuk menetralisir kolam. Penebaran garam dilakukan 12 jam
sebelum bibit ikan dimasukkan ke dalam kolam
e. Masukkan bibit
f. Budidaya ikan lele siap dilakukan. Pengontrolan dilakukan setiap hari
dengan pemberian aliran air yang selalu mengalir agar ikan tidak
kekurangan oksigen dan juga pemberian pakan setiap hari dan pemberian
obat organik dari daun awer-awer saat diperlukan
Usaha pengolahan ikan memiliki 6 produk yang ditawarkan kepada
konsumen seperti kerupuk ikan lele mentah, kerupuk ikan lele matang, stick ikan
lele, abon ikan lele, gokil, dan crispy ikan lele. Usaha pengolahan ikan dilakukan
sebulan 1 4 kali. Tak jarang CV. Indomaju Bersama juga menerima pesanan
60
olahan ikan sesuai kemauan konsumen mereka sendiri. Usaha olahan ikan
dilakukan di rumah dengan bantuan 6 orang pegawai tetap. Proses olahan ikan
memiliki tahap-tahap berbeda pada setiap produknya, berikut penjabaran tahapan
pembuatan olahan ikan di CV. Indomaju Bersama:
Tahapan pembuatan kerupuk ikan lele mentah
a. Persiapkan bahan dan juga peralatan yang dibutuhkan seperti bahan baku
utama yaitu ikan lele, bumbu dapur, tepung kanji, tepung beras, blender,
pisau, dsb
b. Setelah semua siap ikan lele di presto sampai lunak. Jenis ikan dapat
diganti sesuai dengan pesanan konsumen
c. Setelah ikan lunak lalu di blender dengan di campurkan 1 kg tepung dan
bumbu dapur
d. Setelah adonan di blender dan teraduk rata maka jadilah adonan kerupuk
yang siap untuk di bumbui kembali. Bumbu yang akan di campurkan
dengan adonan di blender terlebih dahulu
e. Setelah semua tercampur rata, kukus adonan diatas loyang dengan ukuran
30 × 40 cm selama 30 40 menit
f. Setelah di kukus diamkan sampai dengang 12 jam agar adonan mengeras
g. Setelah 12 jam di didamkan iris tipis-tipis memanjang
h. Jemur kembali irisan tersebut di atas tampah besar selama 4 5 jam di
bawah sinar matahari. Jangan telalu lama saat proses penjemuran karna
apabila melebihi waktu yang telah ditentukan maka irisan adonan akan
mengeras
61
i. Angat tampah saat selesai penjemuran dan siamkan beberapa saat
sebelum di packing
Tahapan pembuatan crispy belut, teri, dan udang
a. Persiapkan bahan dan juga peralatan yang dibutuhkan seperti bahan baku
utama yaitu belut, teri maupun udang, tepung crispy, bumbu dapur,
penggorengan, dsb
b. Setelah semua siap bersihkan bahan baku yang akan digunakan dari isi
perutnya agar yang tersusa hanya daging saja
c. Bumbui bahan baku dengan bumbu dasar bawang putih, jahe, ketumbar,
daun jeruk, dan garam. Aduk hingga merata
d. Tambahkan tepung crispy dan tepung beras aduk merata
e. Pastikan seluruh bahan tercampur dengan sempurna baru setelah itu
campurkan tepung maizena dan kemudian di ayak
f. Setelah itu adonan siap di goreng setengah matang
g. Setelah tergoreng setengah matang, angkat serta tiriskan dan taruh di atas
nampan kecil. Lalu, masukkan ke dalam kulkas selama 5-6 jam
h. Goreng kembali untuk menghasilkan crispy yang lebih kering sampai
dengan ke dalam
i. Spin oil untuk menghilangkan kandungan minyak
j. Crispy belut, teri ataupun udang siap untuk di packing
62
Tahapan pembuatan stick ikan
a. Lele segar dibersihkan dan di bumbui dengan bumbu dasar seperti kunyit,
bawang putih, dan bumbu dasar
b. Setelah dibumbui, ikan lele digoreng setengah matang
c. Setelah digoreng ditiriskan dan didiamkan sampai dingin untuk di blender
dengan sedikit air yang berguna untuk menguleni
d. Setelah itu di blender hasil blenderan tersebut ditambahkan mentega, telur,
santan, gula, gara,dan soda kue sedikit
e. Setelah itu diadoni sampai kalis
f. Setelah adonan kalis, giling pipih adonan
g. Hasil gilingan dibuat menjadi stick yang kemudian dipisah-pisah untuk
digoreng
Tahapan pembuatan abon ikan
1. Lele yang akan diolah dibersihkan terlebih dahulu
2. Kukus lele sampai setengah matang
3. Pisahkan tulang dengan dagingnya
4. Bumbui lele yang hanya terdiri dari dagingnya saja dengan bumbu dasar
seperti ketumbar, bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, daun jeruk)
5. Setelah bumbu dan daging ikan lele tercampur lalu disangrai
6. Tambahkan gula, garam dan sedikit penyedap dan haduk hingga rata
7. Sangrai terus dilakukan sampai kering
63
Jenis usaha terakhir yang dikelola oleh CV. Indomaju Bersama yaitu usaha
pengepulan ikan lele. CV. Indomaju bersama membeli ikan lele dari para petani
ikan lele untuk menutupi kekurangan hasil budidaya ikan lele yang dilakukan. CV.
Indomaju bersama telah memiliki beberapa mitra kerja di kalangan petani ikan lele,
terutama petani ikan lele organik. Proses pengepulan ikan lele melibatkan 1 orang
karyawan tetap. Tahapan pengepulan ikan lele CV. Indomaju Bersama dilakukan
seperti berikut:
a. CV. Indomaju Bersama memiliki mitra kerja dengan para petani lele organik
di daerah Malang, Tulungagung dan Blitar. Para mitra kerja akan
menghubungi CV. Indomaju Bersama saat lele di tempat mereka siap untuk
di panen
b. Setelah lele siap untuk diambil, karyawan CV. Indomaju Bersama akan
mengambil langsung ikan lele kepada penjual seusai dengan kebutuhan
c. Ikan yang telah di ambil di masukkan ke dalam kolam penampungan dan
juga akan dilakukan pengontrolan terhadap ikan agar ikan tidak mengalami
penyusutan
2. Sarana dan Prasarana
Sarana ialah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat/media baik
yang dapat digerakkan atau dipindah-tempatkan sesuai kebutuhan pemakainya
dan bertujuan untuk menunjang kinerja agar tujuan dapat tercapai dengan
maksimal. Pada CV. Indomaju Bersama memiliki perbedaan sarana yang
digunakan sesuai dengan jenis usaha yang akan dilakukan.
64
Tabel 4. Tabel Sarana Usaha Budidaya Ikan Lele
No Gambar Nama Alat Keterangan 1
Pompa Air Berfungsi sebagai pemompa air dari dalam sumur agar dapat masuk ke dalam kolam
2
Jaring Lebar Jaring lebar berfungsi sebagai penangkap ikan dalam jumlah banyak dengan ukuran besar
3
Serokan Berfungsi sebagai alat untuk mengambil ikan dalam kolam
4
Saringan ikan Berfungsi sebagai alat pemilah ikan dengan ukuran ikan tertentu secara cepat
65
5
Timbangan Berfungsi untuk mengetahui berat ikan yang di ambil
6
Keranjang Berfungsi sebagai wadah atau tempat ikan setelah di ambil dari kolam
7
Drum Besar Berfungsi sebagai penampung ikan sementara dalam jumlah banyak
66
Tabel 5. Tabel Sarana Usaha Pengolahan Ikan Lele
No Gambar Nama Alat Keterangan 1
Kompor Berfungsi untuk memasak olahan ikan
2 Wajan Berfungsi untuk menggoreng olahan ikan
3
Sutil Berfungsi untuk mengaduk olahan ikan yang sedang di goreng dalam wajan
4
Dandangan Berfungsi untuk mengukus ikan lele yang akan diolah
5
Panci Presto Berfungsi untuk proses presto ikan lele yang akan diolah
67
6
Bak Adonan Berfungsi untuk menjadisatukan seluruh bahan yang akan diolah menjadi olahan ikan
7
Blender Berfungsi untuk mengaduk rata seluruh bahan yang digunakan dalam proses pembuatan olahan ikan
8
Tampah Besar Berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk menjemur irisan adonan olahan ikan
9
Pisau Berfungsi sebagai alat pemotong bahan-bahan olahan ikan
68
10
Sendok Pengaduk
Berfungsi untuk membantu menjadisatukan seluruh bahan dalam olahan ikan
11
Vaccum Oil Berfungsi untuk mengeringkan olahan ikan dari minyak
12
Freezer Berfungsi untuk menyimpan bahan baku olahan ikan yang belum digunakan
13
Timbangan Kecil Berfungsi sebagai alat takar dalam membuat olahan ikan
69
14
Penghalus Adonan
Berfungsi untuk menghaluskan dan memipihkan adonan olahan ikan
Tabel 6. Tabel Sarana Usaha Pengepul Ikan Lele
No Gambar Nama Alat Keterangan 1
Keranjang Berfungsi sebagai tempat sementara ikan saat baru diambil dari kolam
2
Serokan Ikan Berfungsi untuk mengambil ikan dalam kolam
3 Mobil Pick Up Sebagai alat transportasi dalam mengambil ikan di mitra
70
petani ikan di daerah lain
4
Timbangan Berfungsi untuk mengetahui berat ikan yang di ambil
Prasarana adalah perangkat penunjang utama suatu proses atau usaha
agar tujuan tercapai dengan sempurna. Sarana tanpa prasarana tidak akan
mungkin bisa berjalan. Berikut beberapa prasarana penunjang kegiatan proses
produksi CV. Indomaju Bersama:
Tabel 7. Tabel Prasarana Usaha
No Jenis Usaha Gambar Nama Keterangan 1
Budidaya Ikan Lele
Kolam Berfungsi untuk proses pembesaran, pembenihan dan pemeliharaan ikan lele
71
2
Jalan Berfungsi sebagai perangkat penunjang mobilisasi produsen dan konsumen
3
Pengolahan Ikan Lele
Ruang Produksi
Berfungsi sebagai tempat proses produksi
4
Jalan Berfungsi sebagai perangkat penunjang mobilisasi produsen dan konsumen
5
Kolam Tampungan
Sebagai tempat menampung ikan yang baru saja diambil dari petani ikan daerah lain
72
6
Pengepul Ikan Lele
Jalan Berfungsi sebagai perangkat penunjang mobilisasi produsen dan konsumen
7
Parkiran Berfungsi sebagai tempat produsen dan konsumen memberhentikan kendaraannya sementara
3. Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Proses Produksi
Dalam melakukan proses produksinya sudah menjadi hal yang biasa
dialami oleh seluruh produsen sebuah kendala maupun pendukung terjadinya
suatu produksi. Faktor penghambat adalah salah satu faktor yang harus disiapkan
pengendaliannya agar tidak berdampak besar terhadap produksi. Sedangkan
faktor pendorong merupakan faktor yang harus dimanfaatkan secara optimal agar
produksi dapat berjalan dengan lancar. CV. Indomaju Bersama tidak memiliki
banyak faktor penghambat, berikut faktor penghambat dan pendorong pada setiap
jenis usaha di CV. Indomaju Bersama:
73
Tabel 8. Tabel Faktor Pendorong dan Penghambat Usaha
No Jenis Usaha Faktor Pendorong Faktor Penghambat 1
Budidaya ikan lele Permintaan pasar yang cukup tinggi
Cuaca yang sering berubah-ubah sehingga berpengaruh terhadap suhu lingkungan
2 Komoditas lele yang mudah dipelihara
Ketersediaan pakan yang tidak tepat waktu
3 Pengolahan ikan
Permintaan pasar yang tinggi
Cuaca yang sering berubah-ubah sehingga berpengaruh terhadap suhu lingkungan
4 Pengolahan yang mudah
Bahan baku terbatas
5
Pengepul ikan lele
Permintaan pasar yang cukup tinggi
Kualitas lele yang berbeda-beda dari setiap petani
6 Komoditas lele yang mudah dipelihara
Jumlah ikan lele di pasaran
5.3.2 Aspek Manajemen
Aspek manajemen merupakan salah satu kunci agar usaha dapat
terlaksana secara sistematis dengan harapan agar tercipta suatu usaha yang
efektif dan efisien. Aspek manajemen sangat perlu diterapkan pada setiap usaha
baik kecil maupun besar. CV. Indomaju Bersama menerapkan aspek manajemen
yang masih sangat sederhan untuk usahanya. CV. Indomaju Bersama melakukan
beberapa hal sesuai dengan prinsip manajemen perencanaan, pengorganisasian,
pergerakan dan pengawasan sebagai berikut:
74
1. Perencanaan (Planning)
Menurut Terry (2005), manajemen merupakan proses atau suatu kerangka
kerja tentang apa yang akan dilakukan serta melibatkan arahan atau bimbingan
dari kelompok-kelompok atau orang-orang tertentu.
a. Perencanaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja atau sumberdaya manusia pada suatau usaha merupakan
salah satu hal pokok yang harus direncanakan dengan baik dan benar agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Pada suatu perusahaan
bahkan ada yang sampai membuat bagian tersendiri untuk menangani
perencanaan tenaga kerja yang biasa disebut Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM). Memiliki tugas untuk meningkatkan dan memperbaiki tenaga kerja yang
ada pada perusahaan, salah satunya dengan melakukan penerimaan tenaga kerja
ataupun memberhentikan tenaga kerja. Manajemen SDM akan memiliki jangka
waktu serta jumlah kuota tenaga kerja yang dibutuhkan dalam perusahaannya.
Seperti yang dikatakan Hasibuan (2000), manajemen sumber daya
manusia tidak hanya dapat menjadi pemimpin melainkan dapat mendesign
formulasi tertentu dalam mengaplikasikan para sumber daya yang ada sesuai
dengan kemampuan perusahaan yang dimiliki. Namun walaupun di setiap
perusahaan memiliki Manajemen SDM tidak dengan CV. Indomaju Bersama.
Perencanaan tenaga kerja dilakukan mandiri oleh pak Nur Hidayat (pak Nur)
sebagai pemilik dari CV. Indomaju Bersama.
Pada CV. Indomaju Bersama memiliki pegawai tetap sejumlah 9 orang
dengan rincian 2 orang pekerja pada usaha budidaya ikan lele, 6 orang pekerja
75
pada usaha pengolahan ikan lele dan 1 orang pekerja pada usaha pengepulan
ikan lele. Untuk lebih jelas, rincian tenaga kerja tersebut dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Tabel Tenaga Kerja pada CV. Indomaju Bersama
No Jenis Usaha Laki laki (orang) Perempuan (orang)
1. Budidaya ikan lele 2 - 2 Pengolahan ikan lele - 6 3. Pengepul Ikan lele 1 -
Jumlah total 9
Tenaga kerja yang ada pada CV. Indomaju Bersama masih belum terlalu
banyak dikarenakan usaha yang dikelola masih kecil. Namun, jumlah tenaga kerja
tersebut sewaktu waktu dapat berubah khususnya pada jenis usaha pengolah
ikan lele. Tenaga kerja dapat bertambah saat permintaan pesanan lebih banyak
dari biasanya.
Pengembangan potensi ataupun keterampilan pekerja pada CV. Indomaju
Bersama juga berbeda dengan perusahaan lain. Bila perusahaan lain menerapkan
sistem pengembangan potensi ataupun keterampilan para pekerjanya tidak
dengan CV. Indomaju Bersama. Pekerja hanya mendapatkan tambahan ilmu dari
sosialisasi dinas kelautan dan perikanan yang diberikan kepada pemilik CV.
Indomaju Bersama yang selanjutnya akan diteruskan kepada para pekerja. Agar
meminimalisir penurunan potensi dan keterampilan pekerja, pemilik biasanya
memberikan standart minimal pendidikan SMA atau sederajat saat akan menerima
pegawai baru.
b. Sistem Pengupahan
Pada CV. Indomaju Bersama produksi yang dilakukan berbeda-beda
sesuai dengan jenis usahanya. Seperti usaha budidaya ikan lele dilakukan setiap
bulan, usaha pengolahan ikan lele dilakukan 2 minggu sekali sesuai dengan hari
76
kerja dan pengepulan ikan lele dilakukan setiap bulan untuk pengambilan
tambahan ikan ke petani lele sedangkan penjualannya dilakukan setiap hari.
Sistem pengupahan yang dilakukan CV. Indomaju bersama juga beragam
bergantung pada jenis usahanya. Untuk usaha budidaya ikan lele upah diberikan
setiap bulannya dengan besaran Rp 1.800.000 untuk teknisi kolam dan 1.200.000
untuk pemberi pakan dan kontroling air. Usaha pengolahan ikan lele melakukan
pengupahan dengan hitungan per-hari kerja selama dua minggu hari kerja.
Besaran upah yang diberikan yaitu Rp 30.000 untuk yang memasak (3 orang
pemasak) dan Rp 25.000 untuk yang melakukan packing (3 orang). Besaran upah
untuk jenis usaha pengepul ikan lele yaitu sebesar Rp 700.000 setiap bulannya.
Penambahan upah dilakukan juga saat ada usaha yang memerlukan tambahaan
pekerja. Namun, pengeluaran upah juga sama besar dengan yang diberikan
kepada pekerja tetap.
c. Perencanaan Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses dan manajerial yang membuat kelompok
atau individu mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada
pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut penyampaian produk atau jasa
mulai dari produsen sampai konsumen. Pemasaran biasa dilakukan perusahaan
dengan cara membuat sebuah iklan.
Iklan adalah suatu bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari pada
informasi tentang keunggulan dan keuntungan suatu produk, yang disusun
sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan
mengubah suatu pemikiran seseorang untuk melakukan pembelian (Tjiptono,
2005).
77
Iklan yang dilakukan oleh banyak perusahaan sudah banyak inovasi baru.
Kemajuan teknologi mendorong banyaknya iklan menarik tercipta baik secara
visual, verbal, animasi, dsb untuk menarik minat para konsumen. Namun hal
tersebut tidak diterpkan pada CV. Indomaju Bersama. Pemasaran yang dilakukan
masih terbilang sederhana dan kurang maksimal. Hanya mengandalkan banner
yang bertuliskan nama CV dan produk yang di hasilkan dengan ukuran 3 × 1 meter
yang terpampang di depan rumah produksi tidak menarik banyak peminat untuk
membaca ataupun membeli produk yang dihasilkan.
CV. Indomaju Bersama juga hanya mengandalkan informasi dari mulut ke
mulut yang dilakukan para konsumennya saat mereka merasa puas dengan
produk yang dihasilkan. Namun kembali lagi, hal ini sangat tidak maksimal untuk
melakukan pemasaran.
Selain media, perencanaan pemasaran terfokus dengan pangsa pasar
yang dilakukan oleh CV. Indomaju Bersama dalam jangka pendek ini masih
terfokus kepada sasaran pangsa pasar yaitu para penjual ikan lele kecil di pasaran
serta sebagai bahan baku usaha pengolahan ikan untuk jenis usaha budidaya ikan
lele. Sedangkan perencanaan jenis usaha pengolahan ikan lele masih terfokus
juga terhadap pangsa pasar yang sempit yaitu para konsumen yang secara
langsung memesan olahan ikan yang diinginkan (made by order). Untuk jenis
usaha pengepul ikan lele perencanaan juga masih terfokus pada konsumen kecil
yaitu para pedagang ikan lele di pasaran.
d. Perencanaan Strategi Pengembangan Produk
Bisa dikatakan belum ada usaha pengembangan produk yang dilakukan
oleh CV. Indomaju Bersama. Produk yang dihasilkan sama untuk setiap tahunnya.
Seperti pada usaha budidaya ikan lele, produk ikan lele yang dihasilkan masih
78
sedikit tidak bisa menutupi seluruh kebutuhan perusahaan. Usaha pengolahan
ikan lele juga masih kurang menarik, produk yang dihasilkan masih sederhana.
Sedangakan usaha pengepul ikan lele juga sama halnya dengan usaha budidaya
ikan lele, komoditas lele yang ada masih sedikit sehingga membutuhkan tambahan
pasokan dari petani lele lainnya.
Untuk dapat bersaing dengan para produsen lainnya CV. Indomaju
Bersama harus dapat melakukan inovasi terhadap produknya. Untuk melakukan
inovasi tersebut sudah terdapat rencana untuk jangka panjang yang direncanakan
oleh pemilik, namun masih perlu kajian leih lanjut terhadap rencana-rencana
tersebut. Diantaranya rencana tersebut yaitu lebih melebarkan cakupan konsumen
yang akan dijadikan pangsa pasar. Tidak hanya menjadi primadona di kalangan
konsumen kecil, harapannya produk CV. Indomaju Bersama di setiap jenis usaha
yang dilakukan dapat menjadi primadona di hati seluruh konsumen kecil maupun
besar. Seperti halnya untuk usaha budidaya ikan lele akan dilakukan penambahan
kolam budidaya agar dapat memenuhi kebutuhan usaha pengolahan ikan dan juga
pengepulan ikan. Usaha pengolahan ikan juga berencana untuk melakukan
produksi yang berkelanjutan dan bekerjasama dengan beberapa rumah makan
untuk menjualkan hasil produk serta melakukan beberapa inovasi rasa terhadap 7
produk olahan sesuai dengan selera konsumen kebanyakan saat ini. Usaha
pengepulan ikan lele pun memilki rencana yang tidak kalah besar untuk jangka
panjang. Usaha pengepulan ikan lele akan secara mandiri beridiri dengan
mengurangi pembelian ikan lele kepada para petani ikan lele organik yang sudah
menjadi mitra usaha sebelumnya.
Dengan begitu perencanaan dan arah dari CV. Indomaju Bersaman yaitu
menjadikan usaha yang dilakukan untuk lebih mandiri dengan menghasilkan
79
sesuatu dari produksi sendiri terutama dalam hal bahan baku sehingga dapat
terjamin mutu dan kualitasnya. Apabila mutu dan kualitas sudah menjadi hal yang
dapat dipetanggungjawabkan makan harapan akan hal finansial pun dapat lebih
baik. Pengukuran finansial dapat dilihat dari keuntungan yang di dapatkan oleh
CV. Indomaju Bersama bila dibandingkan dengan sebelumnya. Menjadikan CV.
Indomaju Bersama menjadi lebih mandiri juga diharapkan dapat menekan biaya
produksi yang dilakukan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Gambar 6. Struktur Organisasi CV. Indomaju Bersama
CV. Indomaju Bersama memiliki struktur organisasi yang sederhana.
Dengan dipimpin oleh seorang pengawas usaha. Seorang ketua yang
membawahi seorang bendahara dan sekertaris. Bendahara membawahi
seksi pemasaran dan sekertaris seksi sarana lalu diikuti dengan 9 anggota
struktut organisasi CV. Indomaju Bersama tersebut memiliki fungsi dan
tujuan masing-masing seperti:
Ketua
Bendahara Sekretaris Seksi Pemasaran Seksi Sarana
Anggota
Pengawas Usaha
Anggota Anggota Anggota
80
1. Pengawas Usaha
Pengawas usaha pada CV. Indomaju Bersama bertugas untuk
menjalankan fungsi pengawasan dalam manajemen. Mengkoordinasi seluruh
kegiatan yang ada di perusahaan termasuk seluruh bagian-bagian yang ada
dibawahnya agar tercapai keharmonisan kerja dalam rangka mencapai tujuan
bersama. Pengawas usaha juga berhak untuk mengevaluasi para bawahannya
sewaktu-waktu.
2. Ketua
Ketua pada CV. Indomaju Bersama memiliki tugas pokok dan fungsi
sebagai berikut:
a. Ketua brtugas unntuk Bertanggung jawab terhadap pengawas usaha
terkait jalannya perusahaan dan manajemen perusahaan secara
keseluruhan.
b. Bertanggung jawab penuh atas produk dan pelayanan perusahaan.
c. Menetapkan kebijakan dan arah perusahaan untuk mencapai target
yang ditetapkan oleh pengawas usaha.
d. Meninjau dan menyetujui rencana-rencana dan kontrak penjualan yang
menguntungkan.
e. Meminta pertanggungjawaban dari para bawahan atas tugas yang
diberikan.
f. Menetapkan tujuan dan kebijaksanaan perusahaan.
g. Bertanggungjawab terhadap urusan perusahaan, baik ke dalam
maupun keluar.
h. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh bendahara dan sekretaris.
81
3. Bendahara
Bendahara pada CV. Indomaju Bersama memiliki tugas pokok dan fungsi
sebagai berikut:
a. Penerimaan dana dari segala pihak yang berhubungan dengan
perusahaan .
b. Penyimpanan dana dari segala pihak yang berhubungan dengan
perusahaan.
c. Menyampaikan laporan kas baik posisi kas harian maupun modal kerja.
d. Menjalin hubungan baik dengan berbagai pihak baik dengan
konsumen, bank, investor, dll.
4. Sekretaris
Sekretaris pada CV. Indomaju Bersama memiliki tugas pokok dan fungsi
sebagai berikut:
a. Mengurus surat masuk dan keluar untuk perusahaan.
b. Mengetik keperluan surat menyurat ataupun keperluan lain di
perusahaan.
c. Merekap absen masuk para karyawan perusahaan setiap satu bulan
satu kali.
d. Menyimpan arsip-arsip penting milik perusahaan.
e. Menjadi perantara pihak-pihak yang ingin berhubungan dengan ketua
perusahaan.
5. Seksi Pemasaran
Seksi pemasaran pada CV. Lele Indomaju Bersama memiliki tugas
pokok dan fungsi sebagai berikut:
a. Berkoordinasi dengan pengawas usaha untuk meantau naik turunnya
pembelian bahan baku dan proses produksi.
82
b. Bertanggung jawab terhadap seluruh aktivitas pemasaran, misalnya
peramalan penjualan, distribusi, dan perencanaan pasar.
c. Mengawasi proses pemasaran dengan rencana dan target penjualan
yang akan ditetapkan.
6. Seksi Sarana
Seksi sarana pada CV. Lele Indomaju Bersama memiliki tugas pokok
dan fungi sebagai berikut:
a. Menyiapkan semua bahan baku yang diperlukan perusahaan untuk
proses produksi.
b. Menyiapkan alat-alat atau bahan tambahan penunjang proses produksi
di perusahaan.
c. Menyiapkan bahan cadangan yang diperlukan pada proses produksi,
dari mulai bahan baku hingga alat-alat yang dibutuhkan tenaga kerja
pada proses produksi.
7. Anggota
Anggota pada CV. Lele Indomaju Bersama bertugas untuk menjalankan
perintah dari atasan. Anggota harus bertanggung jawab terhadap tugas yang telah
diberikan. Sesama anggota harus saling menjaga kestabilan di kalangan tenaga
kerja.
Struktur organisasi di atas bila dilihat memiliki struktur yang cukup baik
untuk menjalankan sebuah usaha. Diikuti dengan tugas pokok dan fungsi setiap
divisi yang ada sangat membantu proses pelaksanaannya. Namun hal yang
tertulis tidak terlaksana. Berdasarkan fakta yang terjadi, usaha CV. Indomaju
Bersama hanya dikelola sendiri oleh pemilik usaha. Alasan yang dikemukakan
oleh pemilik yaitu kurangnya SDM yang ahli pada bidang tersebut, sehingga hal
ini yang menjadi salah satu kelemahan CV. Indomaju Bersama.
83
3. Pelaksanaan (Actuating)
Selama 10 tahun berdiri CV. Indomaju Bersama tidak melakukan sebuah
pergerakan dalam hal merangsang para karyawan agar bekerja lebih baik. Agar
karyawan bekerja lebih baik hanya di titik beratkan kepada pengawasan yang
dilakukan. Namun cara tersebut tidak ampuh untuk menciptakan para pekerja
yang antusias, maka dari itu CV. Indomaju Bersama berencana untuk melakukan
pemberian bonus kepada karyawan sebagai suatu bentuk pacuan kepada para
karyawan agar bekerja lebih baik lagi. Sistem bonus yang direncanakan belum
ditentukan akan diberikan kepada seluruh karyawan atau hanya kepada salah satu
karyawan terbaik saja. Hal ini terjadi karna CV. Indomaju Bersama masih
mempertimbangkan rencana tersebut dengan keadaan finansial yang ada.
4. Pengawasan (Controling)
Pengawasan dapat dikatakan sebagai salah satu kunci agar aspek
manajemen terlaksana dengan baik. Pengawasan dapat dilakukan secara berkala
ataupun setiap saat dari mulai produksi sampai dengan pendistribusian.
Pengawasan pada setiap jenis usaha dalam hal tenanga kerja yang dilakukan
pada CV. Indomaju Bersama masih sangat sederhana. Dikarenakan rumah
produksi masih berdekatan dengan rumah pemilik usaha maka pengawasan yang
dilakukan yaitu setiap saat. Sistem pengawasan yang dilakukan pun tanpa ada
acuan dasar penilaian pengawasan yang tetap. Maka dari itu hal ini juga menjadi
salah satu yang harus diperhatikan dalam jangka panjang apabila usaha akan
dikembangkan menjadi lebih besar.
Berbeda dengan pengawasan terhadap tenaga kerja, pengawasan
terhadap keuangan usaha dilakukan lebih teliti dan detail. Pembukuan yang
dilakukan secara terperinci sehingga dapat dengan mudah dihitung keuntungan
84
serta pengeluaran yang dilakukan. Namun pembukuan yang dilakukan masih
dilakukan secara manual sehingga riskan akan kehilangan. Sehingga untuk
kedepannya CV. Indomaju Bersama dapat melakukan pembukuan secara lebih
modern saat akan melakukan pengembangan usaha dalam jangka panjang ke
depan.
Pengawasan terhadap mitra kerja juga harus diperhatikan. Tidak ada hal
khusus yang dilakukan oleh CV. Indomaju Bersama terhadap mitra kerjanya agar
tetap terjalin kerjasama yang baik. Hal ini juga menjadi kekurangan CV. Indomaju
Bersama apabila tidak diperbaharui untuk jangka panjang. Mitra kerja juga
merupakan hal yang penting untuk keberlangsungan usaha yang dilakukan.
5.3.3 Aspek Pemasaran
Produk dengan mutu dan kualitas yang baik namun tidak di pasarkan
secara maksimal maka produk juga tidak akan dengan maksimal terjual di
pasaran. Pemasaran dapat dikatakan sebagai seni bagaimana produsen
memasarkan produk yang dihasilkan kepada khalayak ramai agar kelebihan
maupun tujuan dari produk tersebut tersampaikan dengan baik dan benar.
Sehingga dengan begitu dapat meningkatkan minat konsumen untuk
mengkonsumsi produk tersebut.
Pada CV. Indomaju Bersama akan ada 3 bahasan mengenai aspek
pemasaran yang terjadi di CV Indomaju Bersama. Ketiga bahasan tersebut yaitu
bauran pemasaran, strategi pemasaran, dan margin peasaran.
1. Bauran Pemasaran
Marketing mix merupakan komponen-komponen variabel yang digunakan
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Sehingga
85
bauran pemasaran dapat disimpulkan sekumpulan variabel terkendali yang mana
satu dengan yang lain berkaitan dan dikombinasikan oleh perusahaan dengan
tepat agar menjadi satu bauran yang digunakan untuk mencapai tujuan bersama.
Berikut pembahasan bauran pemasaran dilihat dari pembagiannya pada CV.
Indomaju Bersama:
a. Product (Barang)
Product atau barang yang diinginkan oleh konsumen di pasaran berbeda-
beda sesuai dengan jenis usaha yang dilakukan. Seperti pada usaha budidaya
ikan lele yang mana produk yang dihasilkan sebagaian digunakan untuk usaha
olahan ikan dan sebagian lagi untuk usaha pengepulan ikan. Konsumen
menginginkan ikan yang segar dan juga berdaging tidak keras. Jenis produk
seperti inilah yang selalu diupayakan untuk dihasilkan. Selain itu CV. Indomaju
Bersama juga memiliki ciri khas ikan lele organik yang berarti ikan lele yang
dihasilkan bersih dari kontaminasi zat kimia. Hal ini menjadi satu hal positif untuk
memikat para konsumen dan juga dapat menjadi boomerang yang man aapabila
suatu waktu tidak terpenuhi akan membuat kekecewaan pada konsumen.
Selain itu untuk produk olahan ikan yang diinginkan oleh konsumen yaitu
hasil olahan ikan yang dapat langsung dikonsumsi. Seperti contohnya produk gokil
dan kerupuk adalah produk yang sering dipesan. Minat akan hasil olahan yang
langsung jadi tinggi diiringi dengan kemajuan zaman yang memaksa kita untuk
hidup lebih praktis. Hal ini tentunya harus dapat dijadikan acuan untuk membaca
peluang bisnis yang lebih besar.
Untuk jenis usaha pengepulan ikan lele pun tidak berbeda jauh dengan
keinginan konsumen budidaya ikan lele. Konsumen menginginkan ikan yang segar
dan juga memiliki daging yang tidak keras. Kualitas ikan seperti itu tentu menjadi
86
salah satu hal yang sangat diperhatikan produsen. Selama ini ikan yang dijualkan
masih sesuai dengan kemauan konsumen, hanya beberapa kali saat ketersediaan
ikan di petani ikan yang biasa menjadi mitra usaha produsen sedikit
mengharuskan produsen mengambil ikan di petani lain yang belum diketahui
kualitas ikannya. Sehingga terjadi beberapa keluhan dari konsumen.
b. Price (Harga)
Untuk harga sendiri CV. Indomaju Bersama tidak terlalu mematok harga
terlalu tinggi untuk para konsumennya. Setiap produk yang terdapat di CV.
Indomaju Bersama memiliki harga yang berbeda-beda. Seperti pada jenis usaha
budidaya ikan lele dan pengepul ikan lele, ikan lele segar dijual seharga Rp
16.000/kg. Lalu untuk jenis usaha pengolahan ikan lele terapat 6 produk hasil
olahan dari ikan lele yang dijual. Dengan ukuran 0,25 kg ketujuh produk tersebut
dijual dengan harga dari setiap dapat dilihat jelas pada tabel 10.
Tabel 10. Tabel Harga Produk Hasil Olahan Ikan Lele
No Nama produk Harga (Rupiah)
1 Kerupuk ikan lele matang 12500
2 Kerupuk ikan lele mentah 9300
3 Stik ikan lele 8750
4 Abon ikan lele 37500
5 Gokil 17500
6 Crispy ikan lele 187500
c. Place (Tempat)
CV. Indomaju Bersama melakukan kegiatan jual beli produknya kepada
para konsumen secara langsung di rumah produksi untuk semua jenis usaha.
Namun, untuk beberapa kali jenis usaha olahan ikan melakukan penjualan tidak
87
hanya di rumah produksi (menunggu konsumen datang) tetapi juga menjajakan
olahan ikan ke rumah makan kecil melalui sales. Namun hal ini tidak sering
dilakukan karena SDM yang tidak memadai. Sisi positif dari dilakukannya proses
jual beli langsung di rumah produksi yaitu mengurangi biaya distribusi produk
kepada para konsumen, namun tentunya hal ini tidak bisa membuat perluasan
konsumen. Karna produk yang dihasilkan tidak terpublikasi secara maksimal.
d. Promotion (Promosi)
Promosi yang dilakukan oleh CV. Indomaju Bersama bisa dikatakan belum
ada. Hanya mengandalkan informasi dari mulut ke mulut dari para konsumen
langganan dinilai tidak efektif. Walaupun mitra usaha yang dimiliki CV. Indomaju
Bersama beberapa berasal dari luar kota tetap saja tidak suatu hal yang
menjanjikan. Pemasangan nama usaha serta produk apa saja yang dihasilkan
terlihat beberapa tertulis di banner yang dipasang di depan rumah produksi,
namun hal itu tidak terlalu berhasil untuk mengikat para konsumen untuk datang
melirik. Sehingga pemilik memiliki beberapa rencana promosi yang lebih modern
agar konsumen lebih luas dapat terjangkau. Salah satunya dengan media online
seperti yang sedang marak dilakukan para pengusaha lainnya.
2. Strategi Pemasaran
a. Segmentasi Pasar
Menurut Leon Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk (2007), segmentasi pasar
dapat dikatakan sebagai proses membagi pasar menjadi irisan-irisan konsumen
yang khas yang mempunyai kebutuhan atau sidat yang sama dan kemudian
memilih satu atau lebih segmen yang akan dijadikan sasaran bauran pemasaran
yang berbeda. Dengan kata singkat, merupakan mengelompokkan konsumen
88
yang heterogen dan homogen dengan tujuan pemasaran produk yang dihasilkan.
Jadi, memberikan perhatian yang lebih besar kepada sekelompok yang dituju
tersebut.
Tidak ada segmentasi pasar yang terjadi di CV. Indomaju Bersama
secaraa khusus. Hal ini dikarenakan bahwa ikan lele merupakan lauk pauk yang
bisa dikonsumsi oleh semua kalangan. Namun pada implementasinya, ikan lele
hasil dari CV. Indomaju Bersama biasanya di jual kepada kalangan menengah ke
bawah.
b. Target Pasar
Proses penetapan pasar sasaran, mengevaluasi daya tarik masing-masing
segmen pasar dan memilih satu atau beberapa segmen pasar untuk dilayani
kebutuhannya. Pada tahap ini, perusahaan memilih segmen yang memiliki
kesesuaian dengan kemampuan perusahaan dan menjadikannya sebagai pasar
sasaran yang akan dilayani kebutuhan dan keinginannya. Penetapan yang
dilakukan dapat berasal dari satu segmen pasar atau beberapa segmen pasar
(Suharno dan Yudi Sutarso, 2010).
Dikarenakan tidak ada segmentasi pasar khusu yang dilakukan oleh CV.
Indomaju Bersama jadi tidak ada pula targetan pasar khusus yang dijadikan objek
penjualan. Semua kalangan dijadikan sasaran penjualan dalam pemasaran yang
terjadi.
c. Market Positioning
Tahap selanjutnya setelah perusahaan melakukan target pasar maka
perusahaan harus memikirkan bagaimana caranya produk yang dihasilkan dapat
diterima di pasaran sekaligus dapat bersaing dengan kompetitor lain. Menurut
89
Sunarto (2004), menetapkan posisi pasar yang akan dituju yaitu proses agar
produk mendapatkan tempat yang jelas, dapat dibedakan, dan diharapkan secara
relatif terhadap produk pesaing dalam benak konsumen sasaran. Sehingga
memposiskan keadaan produk di hati konsumen adalah hal penting yang harus
diperhatikan untuk keberlanjutan produk yang dijual.
Keberadaan produk ikan lele pada CV. Indomaju Bersama di pasaran
dapat dikatakan menjadi salah satu primadona. Para konsumen akan lebih
memilih membeli ikan lele pada CV. Indomaju Bersama dibandingka pada tempat
lain. Konsumen rela menempuh jarak yang lumayan jauh demi mendapatkan ikan
lele CV. Indomaju Bersama. Dibalik tingginya posisi produk ikan lele di pasaran
tidak lain dikarenakan produk ikan lele yang ada segar, enak, dan bersih. Hal
tersebut terjadi karena CV. Indomaju Bersama tidak pernah mencampurkan bahan
kimia pada saat budidaya ataupun pemeliharaannya.
d. Differensiasi Produk
Diffrensiasi produk adalah prduk atau jasa yang memiliki keberadaan
terhadap produk atau jasa yang sudah ada, melainkan merupakan titik keunggulan
dibandingkan dengan produk lainnya (Catur Sugiyanto, 2007). Namun beda yang
dimaksud bukan berarti asal berbeda, beda ini akan manjadi nilai lebih produk
yang akan memimikat konsumen.
Perbedaaan produk atau biasa disebut dengan diffrensiasi ikan lele CV.
Indomaju Bersama dengan ikan lele lainnya di pasaran yaitu terletak pada kualitas
ikan lele yang dihasilkan. Ikan lele CV. Indomaju Bersama terkenal dengan ika lele
semi organiknya. Dikatakan ikan lele semi organik karena ikan lele hasil produksi
CV. Indomaju Bersama hanya sedikit menggunakan bahan kimia. Bahan kimia
hanya dihasilkan dari pakan yang diberikan kepada ikan. Sedangkan untuk hal
90
lainnya seperti obat-obatan tidak menggunakan bahan kimia. Obat-obatan yang
dipakai hanya menggunakan daun awer-awer yang tedapat di kebun pemilik CV.
Indomaju Bersama. Hal inilah yang membuat ikan lele hasil produksi CV. Indomaju
Bersama memiliki rasa yang enak dan ketahanan ikan (tidak mudah menyusut)
serta bersih. Hal ini selalu menjadi bahan perbandingan konsumen yang datang.
Diffrensiasi membuat peluang CV. Indomaju Bersama semakin besar untuk
mengembangkan usahanya.
e. Saluran Pemasaran
Kotler (2009), mengatakan bahwa saluran pemasaran merupakan
sekelompok organisasi yang saling bergantung dan terlibat dalam proses
pembuatan produk atau jasa yang disediakan untuk digunakan atau diikonsumsi.
Semakin panjang sebuah saluran pemasaran maka semakin banyak pula
biaya yang dikeluarkan. Namun, hal ini tidak terjadi pada CV. Indomaju Bersama.
CV. Indomaju Bersama memiliki saluran pemasaran yang sederhana yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 7. Gambaran Saluran Pemasaran Produk
CV. Indomaju Bersama merupakan produsen utama dari adanya proses
jual beli yang ada yang kemudian setiap barang produksi yang ada akan dijual
kepada konsumen I yang biasanya berasal dari kalangan pengecer dan dari
pengecer tersebut maka produk sampai ke tangan konsumen II atau konsumen
akhir. Saluran pemasaran berlaku kepada semua jenis produk yang ada di CV.
Indomaju Bersama.
Produsen Konsumen I Konsumen II
91
5.3.4 Aspek Finansial
Aspek finansial meliputi anggaran rutin dan pembangunan dari suatu
instansi pemerintahan. Aspek finansial dapat di analogikan sebagai aliran darah
manusia yang mengalir dalam tubuh, dengan kata lain aspek finansial merupakan
salah satu aspek penting untuk mengukur kinerja (Tangkilisan, 2005).
Pada CV. Indomaju Bersama dilakukan beberapa perhitungan jangka
panjang dan juga jangka pendek untuk memenuhi perhitungan aspek finansial di
CV. Indomaju Bersama tersebut. Aspek finansial dalam hal jangka pendek dapat
berupa permodalan, biaya produksi, jumlah produksi, penerimaan, RC ratio,
keuntungan, rentabilitas dan Break Even Point (BEP), sedangkan aspek finansial
dalam hal jangka panjang yaitu berupa Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Net Benefit Cost (Net B/C), Payback Period (PP), dan analisis
sensitivitas.
a. Permodalan
Dalam implementasinya terdapat 2 macam modal yaitu modal kerja dan
modal tetap. Modal kerja ialah kelebihan aktiva di atas hutang lancar. Sedangkan
aktiva tetap di dapat dari penjumlahan seluruh aktiva tetap. Sedangkan modal
tetap ialah modal yang diperuntukkan untuk jangka waktu yang laman, contohnya
bangunan dan tanah (Riyanto, 2010).
Semua perhitungan finansial yang dilakukan untuk jangka waktu 1 tahun.
Namun setiap jenis usaha memiliki siklus produksi yang berbeda-beda. Jenis
usaha budidaya ikan lele melakukan 7 kali siklus produksi dalam satu tahun. Pada
jenis usaha pengolahan ikan lele terjadi 36 kali produksi. Sedangkan jenis usaha
pengepul ikan lele dalama satu tahun pembelian ikan lele kepada petani ikan lele
92
dilakukan sebanyak 96 kali pembelian. Modal tetap CV. Indomaju Bersama yaitu
sebesar Rp 386.497.400 selama 1 tahun. Sedangkan untuk besar modal kerja
yang dikeluarkan setiap tahunnya yaitu sebesar Rp 833.130.030 selama 1 tahun.
Rincian mengenai modal tetap dan modal kerja CV. Indomaju Bersama dapat
dilihat pada lampiran 2.
b. Biaya Produksi
costs also called production costs usually defined as the sum of three cost
biaya produksi merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan
sejumlah input yaitu secara akuntansi sama dengan uang yang tercatat.
Biaya produksi pada CV. Indomaju Bersama yaitu meliputi biaya tetap dan
biaya variabel. Total biaya tetap yang dikeluarkan setiap tahunnya sebesar Rp
573.439.480. Total biaya variabel yang dikeluarkan setiap tahunnya sebesar Rp
259.690.550. Sehingga total biaya produksi yang dikeluarkan selama setahun
yaitu Rp 833.130.030. Perhitungan mengenai biaya produksi selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 3.
1. Analisis Jangka Pendek
a. Jumlah Produksi dan Penerimaan
Penerimaan atau biasa disebut dengan Total Revenue dapat dikatakan
sebagai hasil dari pengalian harga produk dengan jumlah produk yang dijual. Pada
CV. Indomaju Bersama penerimaan yang diperoleh setiap tahunnya yaitu sebesar
Rp 3.275.096.000 dan jumlah produk yang dihasilkan 200.432 kg dengan rincian
sebagai berikut:
93
Tabel 12. Tabel Penerimaan CV. Indomaju Bersama Sekama 1 Tahun
No Produk Total Produksi (satuan)
Harga Satuan (Rp/satuan)
Penerimaan (Rp)
1 Ikan lele segar 200000 kg 16000 3200000000
2 Kerupuk ikan lele matang 720 ons 12500 9000000
3 Kerupuk ikan lele mentah 720 ons 9300 6696000
4 Stik ikan 720 ons 8750 6300000
5 Abon ikan lele 720 ons 37500 27000000
6 Gokil 720 ons 17500 12600000
7 Crispy lele 720 ons 18.750 13500000
Total 200.432 kg 3275096000
b. Revenue Cost Ratio (RC ratio)
RC ratio merupakan analisis dalam 1 tahun untuk melihat keuntungan
relatif suatu usaha dalam 1 tahun dalam biaya dan kegiatan tertentu. Suatu usaha
dikatakan layak bila RC ratio lebih dari 1 (RC > 1). Sehingga apabila R/C semakin
tinggi menandakan usaha semakin layak.
RC ratio pad CV. Indomaju Bersama sebesar 3,93 yang memiliki arti RC
ratio tersebut lebih dari satu sehingga dapat dikatakan bahwa usaha CV. Indomaju
Bersama layak untuk dijalankan untuk mendapat keuntungan.
c. Keuntungan
Dalam suatu usaha hal sangat ditunggu-tunggu yaitu besarnya keuntungan
dari usaha tersebut. Keuntungan merupakan perhitungan dari total jumlah rupiah
yang dihasilkan dari penjualan produk. Sehingga didapatkan total keuntungan
yang didapatan oleh CV. Indomaju Bersama selama 1 tahun yaitu sebesar Rp
2.441.965.970. Perhitungan terkait keuntungan dapat dilihat pada lampiran 8.
94
d. Rentabilitas
Rentabilitas adalah perbandingan anatara laba dengan aktiva atau modal
yang menghasilkan laba tersebut. Pada umumnya masalah rentabilitas adalah
lebih penting dari pada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah
merupakan ukuran bahwa perusahaan atau koperasi telah dapat bekerja dengan
efisien. Secara singkat rentabilitas merupakan alat analisis yang digunakan
manajemen perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan
modalnya.
CV. Indomaju Bersama mendapatkan nilai rentabilitas sebesar 293%. Ini
menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan CV. Indomaju Bersama terdapat pada
kondisi efisien dikarenakan nilai rentabilitas di atas nilai suku bunga bank sebesar
12%. Perhitungan terkait rentabilitas dapat dilihat pada lampiran 7.
e. Break Even Point (BEP)
Break Even Point merupakan titik impas keadaan dimana suatu usaha
berada pada posisi tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak mengalami
kerugian. BEP adalah teknik analisis mempelajari hubungan antara biaya tetap,
biaya variabel, volume kegiatan dan keuntugan (Riyanto, 1995).
Nilai BEP Sales (S) yang dipakai pada perhitungan penelitian ini yaitu
perhitungan BEP (S) secara total dan mix dikarenakan berbagai macam produk
yang di jual CV. Indomaju Bersama. BEP (S) total yang didapat dari pergitungan
yang dilakukan yaitu sebesar Rp 622.824.817. Begitu BEP (S) total diketahui yang
kemudian dicari BEP (S) mix maka BEP (S) per-produk baru akan ditemukan.
Besaran BEP (S) per-produk dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Tabel Besaran BEP Sales (S) per-produk pada CV. Indomaju Bersama
95
No Jenis Produk BEP Sales (S) (Rupiah)
1 Ikan lele segar 608.543.815 2 Olahan kerupuk ikan lele matang 1.711.529 3 Olahan kerupuk ikan lele mentah 1.237.378 4 Stik ikan lele 1.198.071 5 Abon ikan lele 5.134.588 6 Gokil 2.396.141 7 Crispy lele 2.567.294
Sedangkan nilai BEP Unit (Q) juga tidak dapat dicari secara keseluruhan.
BEP Unit (Q) didapatkan besarannya sesuai dengan jenis-jenis produk yang ada.
Besar BEP Unit (Q) dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Tabel Besaran BEP Unit (Q) per-produk pada CV. Indomaju Bersama
No Jenis Produk BEP Unit (Q) 1 Ikan lele segar 38.034 2 Olahan kerupuk ikan lele matang 137 3 Olahan kerupuk ikan lele mentah 137 4 Stik ikan lele 137 5 Abon ikan lele 137 6 Gokil 137 7 Crispy lele 137
2. Analisis Jangka Panjang
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) dapat dijadikan sebagai alat analisa keuangan
yang digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya usaha yang dapat dilihat
dari nilai sekarang dari arus kas bersih yang akan diterima oleh perusahaan yang
bersangkutan dibandingkan dengan nilai sekarang dari modal investasi yang
dikeluarkan perusahaan.
Apabila perhitungan NPV lebih besar dari 0 (nol), dikatakan usaha tersebut
feasible (go) untuk dilaksanakan dan jika lebih kecil dari 0 (nol), tidak layak untuk
96
dilaksanakan. Hasil perhitungan Net Present Value (NPV) yaitu Rp 7.769.458.847.
Dengan demikian usaha CV. Indomaju Bersama feasible. Perhitungan terkait NPV
dapat dilihat pada lampiran 12.
b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C Ratio merupakan suatu rasio yang membandingkan antara benefit
atau penerimaan dari suatu usaha dengan biaya yang dikeluarkan untuk
merealisasikan rencana pendirian dan pengoperasian usaha tersebut. Suatu
kegiatan investasi atau bisnis bisa dikatakan layak apabila nilai Net B/C lebih besar
dari 1 (satu) dan dikatakan tidak layak apabila nilai Net B/C lebih kecil dari 1 (satu).
Hasil yang didapatkan, besar Net B/C pada CV. Indomaju Bersama yaitu sebesar
21,10. Dengan demikian maka usaha yang dijalankan layak karena nilai yang
diperoleh pada penelitian lebih besar daripada 1. Perhitungan terkait keuntungan
dapat dilihat tabel pada lampiran 12.
c. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) merupakan metode yang digunakan untuk
mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang di
harapkan di masa mendatang atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan
investasi awal (Umar, 2003). Dari hasil penelitian nilai IRR didapatkan sebesar
632%. Dengan demikian usaha yang dijalankan sudah layak untuk dilanjutkan
dalam jangka panjang karena nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga
deposito yang menjadi syarat yaitu sebesar 15%. Perhitungan terkait IRR dapat
dilihat pada tabel lampiran 12.
97
d. Payback Period (PP)
Payback Period (PP) adalah suatu periode yang menunjukkan beberapa
lama modal yang ditanamkan dalam proyek tersebut dapat kembali (Rangkuti,
2004). Pada penelitian ini didaptakan nilai PP sebesar 0,18 yang artinya jangka
waktu yang dibutuhkan agar modal yang diinvestasikan dapat kembali selama 1
tahun 8 bulan. Perhitungan terkait payback period dapat dilihat pada tabel
lampiran 12.
e. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis simulasi dimana nilai
variabel-variabel penyebab diubah-ubah untuk mengetahui bagaimana dampak
yang timbul terhadap hasil yang diharapkan pada aliran kas. Seorang manajer
sebaiknya dapat menilai kembali estimasi arus kas suatu proyek yang telah
disusun oleh staf agar dapat mengetahui sejauh mana tingkat-tingkat variabel
penyebab dengan mengubah beberapa variabel tertentu dengan variabel lain
dianggap tetap. Semakin kecil arus kas yang ditimbulkan dari suatu proyek karena
adanya perubahan yang merugikan dari suatu variabel tertentu. NPV akan
semakin kecil dan proyek tersebut semakin tidak disukai (Riyanto, 2009).
Analisis sensitivitas yang diasumsikan pada usaha CV. Indomaju bersama
yaitu asumsi biaya naik 279%, asumsi benefit turun 71%, dan asumsi biaya naik
8% benefit turun 69%. Penjabaran dari setiap asumsi akan dijabarkan sebagai
berikut:
98
a. Asumsi Biaya Naik 279%
Dari keadaan normal yang ada sebelumnya, pada penelitian ini akan
dimisalkan biaya produksi naik sebesar 279%. Setelah dicoba melalui bantuan
aplikasi Mirosoft Excel didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 15. Analisis Sensitivitas pada Saat Biaya Naik 279%
Asumsi (%) NPV (Rp) Net B/C IRR (%)
PP (Tahun)
Biaya naik 279 22.400.358
0,94 12 3,78
Saat biaya naik sampai dengan 279% usaha dikatakan tidak layak untuk
dijalankan karena nilai NPV berada di bawah 0. Sehingga dapat dikatakan usaha
tersebut tidak sensitiv terhadap kenaikan biaya.
b. Asumsi Benefit Turun 71%
Dari keadaan normal yang ada sebelumnya, pada penelitian ini akan
dimisalkan benefit turun sebesar 71%. Setelah dicoba melalui bantuan aplikasi
Microsoft Excel didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 16. Analisis Sensitivitas pada Saat Benefit Turun 71%
Asumsi (%) NPV (Rp) Net B/C IRR (%)
PP (Tahun)
Benefit turun 71 25.368.277
0,93 12 3,81
Usaha tidak dapat bertahan atau tidak layak dijalankan sampai keadaan
benefit turun 71%. Hal ini adalah keadaan maksimal usaha dapat bertahan karena
nilai NPV kurang dari 0 .
99
c. Asumsi Biaya Naik 8% dan Benefit Turun 69%
Dari keadaan normal yang ada sebelumnya, pada penelitian ini akan
dimisalkan terjadi kenaikan biaya dan penurunan benefit secara bersamaan. Biaya
naik sebesar 8% dan benefit turun sebesar 69%. Setelah dicoba melalui bantuan
aplikasi Microsoft Excel didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 15. Analisis Sensitivitas pada saat Biaya Naik 8% dan Benefit Turun 69%
Asumsi (%) NPV (Rp) Net B/C IRR (%)
PP (Tahun)
Biaya naik dan
Benefit turun
8 29.218.168
0,92
12
3,85
69
Usaha CV. Indomaju Bersama masih layak untuk dilanjutkan walaupun
biaya naik dan benefit turun secara bersamaan. Namun, hal tersebut memiliki
batasan yaitu biaya naik sampai dengan dibawah 8% dan benefit turun sampai
dengan dibawah 69%.
5.4 Pengembangan Usaha CV. Indomaju Bersama Business Model
Canvas
Pengembangan usaha dengan Business Model Canvas adalah suatu cara
baru dalam menggali point-point apa saja yang dapat dimaksimalkan demi
keberlangsungan usaha yang sedang dijalankan. Pengembangan usaha dengan
Business Model Canvas sudah beberapa kali dipakai dalam suatu penelitian.
Terbukti dari hasil penelitian tersebut bahwa pengembangan usaha dengan
Business Model Canvas dapat memudahkan strategi yang akan dilakukan.
Business Model Canvas memiliki 9 blok bangunan.
Blok bangunan tersebut berguna untuk memudahkan dalam membuat
suatu pengembangan usaha dengan business model canvas. Seperti yang sudah
100
dijelaskan sebelumnya pada bab tinjauan pustaka. Ada 9 blok bangunan, berikut
penjabarannya yang disertai dengan ide pengembangan yang direncanakan oleh
CV. Indomaju Bersama:
1. Customer Segments (Segmen Pelanggan)
Blok bangunan segmen pelanggan menggambarkan sekelompok orang
atau organisasi berbeda yang ingin dijangkau atau dilayani oleh perusahaan.
Perusahaan dapat mengelompkkan beberapa segmen-segmen berbeda
berdasarkan kesamaan, kebutuhan, perilaku atau atribut lain. Organisasi atau
perusahaan harus memutuskan segmen mana yang akan dilayani dan mana yang
akan diabaikan.
Segmen pelanggan pada Business Model Canvas memiliki persamaan
dengan cara penetapan segmentasi pasar dan target pasar yang di bahas pada
aspek pemasaran pada point strategi pemasaran. Seperti yang terjadi pada
segmentasi pasar dan target pasar, tidak ada pengelompokkan pelanggan yang di
khususkan oleh CV. Indomaju Bersama.
Sehingga pada pengembangan usaha dengan Business Model Canvas
yang dilakukaun blok customer segments yang direncanakan oleh CV. Indomaju
Bersama demi menghadapi suatu persaingan kedepannya yaitu melakukan
penjualan eceran ikan lele di pasaran, perluasan distribusi ke daerah lain dan juga
sebagai supplier untuk para pengepul lain.
2. Value Propositions (Proporsi Nilai)
Blok bangunan proposi nilai menggambarkan gabungan antara produk
dengan layanan yang menciptakan nilai untuk segmen pelanggan spesifik. Setiap
proporsi nilai berisi gabungan produk dan/atau jasa tertentu yang melayani
101
kebutuhan segmen pelanggan spesifik. Proporsi nilai lain kurang lebih akan sama
dengan penawaran pasar yang sudah ada, tetapi dengan fitur dan atribut
tambahan.
Untuk proposi nilai sebelum diberlakukan pada Business Model Canvas,
telah digambarkan pada aspek pemasaran yang dibahas pada point produk, harga
serta diferensiasi produk. Pada point produk pada aspek pemasaran dibahas
permintaan pasar akan produk ikan lele yang segar dan berdaging tidak keras.
Hal ini yang menjadi salah satu dasaran bagi perencanaan pengembangan usaha
oleh CV. Indomaju Bersama dalam pengembangan usaha pada point proporsi
nilai. CV. Indomaju Bersama beranggapan bahwa meningkatkan kualitas produk
sesuai dengan kemauan pasar akan menjadi salah satu daya tarik untuk
menambah konsumen.
Harga merupakan salah satu yang harus dipikirkan matang-matang oleh
para CV. Indomaju Bersama atapun para produsen suatu produk. Semakin tinggi
harga yang dipatokkan semakin sedikit konsumenn yang akan membeli produk
yang dihasilka begitu pula sebaliknya. Maka dari itu, CV. Indomaju Bersama tidak
mematok harga yang terlalu tinggi. Harga setiap produk CV. Indomaju Bersama
dapat dilihat pada tabel 10. Harga yang rendah tentunya telah diperhitungkan
perusahaan sebelumnya agar tidak terjadi kerugian.
Tidak terdapat diffrensiasi produk yang berarti pada produk CV. Indomaju
Bersama. Hanya terletak pada proporsi nilai kualitas produk yang memiliki rasa
yang enak dan ketahanan ikan (tidak mudah menyusut) yang baik serta bersih
seperti yang telah diulas pada point differinsiasi produk sebelumnya. Namun, hal
ini salah satu hal identitas produk yang dimiliki CV. Indomaju Bersama yang perlu
dipertahankan dan dikembangkan untuk mengikat lebih banyak pelanggan.
102
Dari keadaan yang telah ada, maka perlu dilakukan pengembangan
proporsi nilai yang ada agar produk CV. Indomaju Bersama dapat bersaing di
kemudian hari apabila dilakukan pengembangan usaha. Pengembangan proporsi
nilai yang direncanakan oleh CV. Indomaju Bersama dapat bersifat kuantitatif
(misalnya harga dan kecepatan layanan) atau kualitatif (misalnya desain dan
pengalaman pelanggan. Untuk rencana pengembangan usaha CV. Indomaju
Bersama akan dilakukan pengembangan proporsi nilai dalam hal:
a. Inovasi rasa dan olahan pada produk olahan ikan lele, inovasi rasa yang
akan dilakukan dalam jangka waktu ini yaitu menambahkan varian rasa
pada produk olahan siap makan yang di produksi. Inovasi logo untuk
packging setiap produk juga perlu dilakukan untuk menarik perhatian
konsumen
b. Mempertahankan merek/status produk CV. Indomaju Bersama. Serta lebih
menguatkan status produk pada CV. Indomaju Bersama yang sehat,
bersih, praktis serta bergizi
c. Proporsi nilai harga produk. CV. Indomaju Bersama melakukan rencana
pengembangan dalam aspek ini dengan memberikan tawaran harga jual
yang lebih murah kepada konsumen, pemberian potongan sebesar Rp 500
per kilogram untuk pembelian lebih dari 5 kwintal pada jenis usaha
budidaya dan olaham. Sedangkan pada jenis usahan pengolahan ikan lele
diberikan potongan sebesar Rp 1000 per bal apabila pembelia diatas 100
bal
d. Pemberian garansi untuk produk yang tidak segar saat sampai ke tangan
konsumen
103
e. Pengembangan proporsi nilai dalam hal kemudahan konsumen
mengakses informasi maupun pemesanan. Hal ini dengan cara langsung
dan online
3. Channels (Saluran)
Blok bangunan saluran menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan
berkomunikasi dengan segmen pelanggannya dan menjangkau mereka untuk
memberikan proporsi nilai. Pada usaha CV. Indomaju sebelumnya memang tidak
ada kiat khusus untuk menjaga komunikasi dengan pelanggan. Pada 4 aspek yang
menjadi pembahasan sebelumnya juga tidak ada point yang membahas tentang
bagaimana menjaga komunikasi dengan para pelanggan. Namun pada
pengembangan usaha CV. Indomaju Bersama dengan Business Model Canvas ini
dibahas point bagaimana menjaga hubungan dengan pelanggan. Sehingga, CV.
Indomaju Bersama melakukan suatu perencanaan pengembangan segmen
pelanggan pada pengembangan usaha yang akan dijangkau dengan cara
memaksimalkan tenaga penjualan, dalam hal ini yaitu fungsi salesman dan juga
memaksimalkan penjualan di toko sendiri.
4. Customer Relathionships (Hubungan Pelanggan)
Blok bangunan hubungan pelanggan yang menggambarkan berbagai jenis
hubungan yang dibangun perusahaan bersama segmen pelanggan yang spesifik.
Dalam hal ini akan dijelaskan rencana peningkatan proporsi nilai hubungan
pelanggan seperti apa yang akan dilakukan, jenis hubungannya, seberapa
mahalkan jenis hubungan itu, dll.
Pada usaha CV. Indomaju Bersama sebelumnya tidak ada hal khusus yang
dilakukan perusahaan untuk hal seperti ini. Namun, dalam rencana
104
pengembangan usaha yang ingin dilakukan oleh CV. Indomaju Bersama. Hal yang
akan dilakukan peningkatan dalam nilai hubungan pelanggan yang direncanakan
oleh CV. Indomaju Bersama yaitu melakukan bantuan personal. Bantuan personal
memiliki arti customer langsung berhubungan dengan petugas pelayanan.
5. Revenue Streams (Arus Pendapatan)
Blok bangunan arus pendapatan menggambarkan uang tunai yang
dihasilkan perusahaan dari masing-masing segmen pelanggan (biaya harus
mengurangi pendapatan untuk menghasilkan pemasukan). Arus pendapatan
kurang lebih dibahas pada aspek finansial. Pada perhitungan aspek finansial
jangka pandek (penerimaan) yang sudah dilakukan sebelumnya, arus pendapatan
CV. Indomaju Bersama hanya berasal dari penjualan produk. Arus pendapatan
juga sudah menunjukan angka yang cukup tinggi dan tidak memiliki nilai
sensitivitas yang berarti.
Namun, untuk berjaga-jaga sebagai pemasukan tambahan saat usaha di
kembangankan, CV. Indomaju Bersama berencana melakukan penambahan arus
pendapatan. Selain mendapat dari penghasilan tetap perusahaan akan dilakukan
pemasangan iklan suatu produk di sekitar lingkungan perusahaan yang dapat
dilihat orang banyak. Pemasangan iklan tersebut, perusahaan akan mendapatkan
upah pemasangan iklan yang selanjutnya akan dijadikan tambahan pendapatan
perusahaan.
6. Key Resources (Sumber Daya Utama)
Blok bangunan sumber daya utama menggambarkan aset-aset terpenting
yang diperlukan agar sebuah model bisnis dapat berfungsi. Sumber daya tersebut
105
dapat berupa fisik, finansial, intelektual atau manusia. Sumber daya utama dapat
disewa oleh perusahaan atau diperoleh dari mitra utama.
Hal ini sesuai dengan aspek pemasaran pada point pembahasan
perencanaan strategi pengembangan produk. Terdapat rencana yang dirancang
oleh CV. Indomaju Bersama seperti pengembangan tempat usaha salah satunya
yaitu penambahan kolam. Rencana tersebut tentunya perlu dikaji terlebih dahulu.
Hal ini sangat pas untuk dibahas dalam pengembangan usaha Business Model
Canvas.
7. Key Activities (Aktivitas Kunci)
Blok bangunan aktivitas kunci menggambarkan hal-hal terpenting yang
harus dilakukan perusahaan agar model bisnisnya dapat berkerja. Setiap model
bisnis memerlukan aktivitas-aktivitas kunci berupa tindakan-tindakan terpenting
yang harus diambil perusahaan agar dapat beroperasi dengan sukses. Konsep ini
sama dengan pembahasan aspek pemasaran pada point produk. Pada point
tersebut dijelaskan jenis produk seperti apa yang diinginkan konsumen.
Saat kita sudah mengetahui jenis produk seperti apa yang diinginkan oleh
konsumen pada pembahasan aspek pemasaran point produk, hal tersebut dapat
dimasukkan pada rencana pengembangan usaha dengan Businees Model
Canvas yang ingin dilakukan oleh CV. Indomaju Bersama untuk di evaluasi apakah
cocok atau tidak diterapkan pada pengembangan usaha kedepannya. Sehingga
didapat pengembangan proporsi nilai pada blok bangunan ini yang direncanakan
oleh CV. Indomaju Bersama seperti proses budidaya ikan lele, proses pembuatan
olahan ikan lele dan juga menjaga kualitas ikan lele.
106
8. Key Partnership (Kemitraan Utama)
Blok bangunan kemitraan utama menggambarkan jaringan pemasok dan
mitra yang membuat model bisnis dapat bekerja. CV. Indomaju Bersama
berencana untuk menciptakan aliansi untuk mengoptimalkan model bisnis,
mengurangi risiko atau memperoleh sumberdaya mereka. Seperti yang
direncanakan oleh CV. Indomaju Bersama berupa aliansi strategis antara non-
pesaing dan coopetition yang berarti kemitraan strategis antarpesaing.
9. Cost Structure (Struktur Biaya)
Struktur biaya menggambarkan semua biaya yang dikeluarkan untuk
mengoperasikan model bisnis. Struktur biaya yang akan dipilih untuk melakukan
pengembangan usaha ini yaitu terpacu biaya yang berarti fokus yang ada pada
peminimalan biaya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan
struktur biaya seramping mungkin, menggunakan proposisi nilai dengan harga
rendah, otomatisasi maksimum, dan outsourcing secara ekstensif. Perhitungan
detail mengenai struktur biaya untuk mengimbangi perencanaan usaha yang
direncanakan sebelumnya oleh CV. Indomaju Bersama ini dapat didukung dari
hasil perhitungan aspek finansial jangka pendek dan jangka panjang.
Penjabaran perencanaan pengembangan usaha CV. Indomaju Bersama
yang ditunjukan dalam bentuk aktivitas yang akan dilakukan menurut 9 proposi
nilai yang telah dijabarkan dapat digambarikan dengan skema analisis business
model canvas pada gambar 13.
107
Gambar 8. Skema Analisis Business Model Canvas
5.5 Pengembangan Business Model Canvas
Pengembangan usaha dengan bantuan Business Model Canvas sudah
terbuat dengan rinci sesuai dengan 9 blok bangunan yang telah ditetapkan.
Kemudian, untuk menguji apakah strategi tersebut dapat berjalan dengan
sebagaimana mestinya dilakukan lah uji analisis SWOT.
Menurut Rangkuti (2009), analisis SWOT merupakan suatu identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis
ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan
KP (Key Parnership)
KA (Key Activities)
VP (Value Proposition)
CR (Customer
Realithionshp) CS (Customer Segments)
CS (Cost Stricture) RS (Revenue Streams)
KR (Key Resources)
CH (Channel)
Aliansi strategis
Coopetion
Produksi
Tempat
SDM
Lele
Inovasi rasa, olahan dan logo
Ikan lele sehat, bersih, praktis,
bergizi
Lebih murah, diskon, bonusProduk tetap
segar
Bantuan Personal
Tenaga Penjualan
Toko Sendiri
Eceran dan door to door
Distribusi ke daerah lain
Penyediaan untuk
pengepul lain
Seluruh biaya Periklanan
108
peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan
keputusannya selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategis, dan
kebijakan perusahaan.
Dalam memudahkan analisis SWOT ini maka dilakukan pembagian faktor
internal dan eksternal dalam business model canvas. Faktor internal ialah segala
faktor di dalam organisasi/perusahaan yang akan mempengaruhi
organisasi/perusahaan tersebut. Sedangkan faktor eksternal ialah segala sesuatu
di luar batas-batas organisasi/perusahaan yang mungkin mempengaruhi
organisasi atau perusahaan. Terdapat 2 macam faktor eksternal yaitu mikro yang
berarti dengan begitu perusahaan dapat melakukan aksi reaksi terhadap faktor
faktor penentu dan juga makro yang berarti perusahaan hanya dapat merespon
lingkungan di luar perusahaan. Penggolongan business model canvas secara
faktor internal dan eksternal dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Tabel Faktor Internal dan Faktor Eksternal yang memperngaruhi
Pengembangan Usaha
No. Faktor Internal No. Faktor Eksternal
1 Key resources 1 Customer segments
2 Key partnership 2 Value proposition
3 Key activities 3 Channels
4 Cost structure 4 Customer relathionship
5 Revenue streams
Faktor internal dan faktor eksternal di atas akan diuraikan lagi menjadi
beberapa aktivitas atau tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan blok
bangunannya yang kemudian akan diidentifikasi dan dianalisis. Langkah
selanjutnya faktor faktor tersebut dimasukkan ke dalam tabel analisis faktor
109
internal (IFAS) dan faktor eksternal (EFAS) kemudian diberikan bobot dan juga
ranking. Pemberian bobot dan ranking dilakukan atas dasaran metode
pengamatan langsung yang dilakukan saat penelitian. Meotode ini sesuai dengan
beberapa metode yang ditawarkan dalam analisis SWOT menurut Nazir (1988).
Menurut Nazir (1988), metode pengamatan langsung dilakukan dengan cara
pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat
standart lain untuk keperluan tersebut. Cara pengamatan juga tidak memiliki
standart tertentu yang terpenting adalah fenomena dapat dicatat dan prilaku dapat
diketahui dengan jelas.
Menurut Rangkuti (2014), faktor faktor strategis internal dan eksternal
diberikan bobot dan nilai (rating) berdasarkan beberapa pertimbangan.
Pembobotan pada lingkungan internal tingkat kepentingannya didasarkan pada
tingkat kepentingan atau ergensi penanganan dengan skala 1 sampai 5 (1 = tidak
penting, 5 = sangat penting). Setelah itu menjumlahkan bobot dengan kekuatan
dan bobot kelemahan. Kemudian dihitung bobot relatif untuk masing-masing
indikator yang terapat pada kekuatan dan kelemahan, sehingga total nilai bobot
tersebut menjadi 1 atau 100%. Dengan cara yang sama dihitung bobot dan bobot
relatid yntuk peluang dan ancaman.
Setelah kedua langkah di atas dilakukan selanjutnya tentukan rating.
Rating merupakan analisis kita terhadap kemungkinan yang akan terjadi dalam
jangka pendek. Nilai rating untuk variabel kelemahan diberi nilai 1 sampai 4. Nilai
1 untuk indikator kinerja yang semakin menurun dibandingkan pesaing utama.
Nilai 2 untuk kinerja sama dengan pesaing utama. Sedangkan diberi nilai 3 atau 4,
kalau indikator tersebut lebih baik dibandingkan pesaing utama. Semakin tinggi
nilainya kinerja ndikator tersebut akan semakin baik dibandingkan pesaing utama.
110
Nilai rating variabel kelemahan diberi nilai 1 sampai 4. Nilai 1 kalau
indikator tersebut semakin banyak kelemahannya dibandingkan pesaing utama.
Nilai 4 untuk kelemahan indikator yang semakin menurun dibandingkan pesaing
utama pada tahun depan. Bila ditarik kesimpulan sederhana dari pemberian nilai
rating pada variabel kelemahan atau variabel ancaman berkebalikan dengan
pemberian nilai rating untuk variabeel kekuatan dan variabel peluang.
Nilai score diperoleh dari hasil nilai bobot dikali nilai rating. Total nilai score
untuk faktor internal apabila menunjukkan nilainya mendekati 1, semakin banyak
kelemahan internalnya dibandingkan kekuatannya. Sedangkan semakin nilai
mendekati 4, semakin banyak kekuatannya dibandingkan kelemahannya. Sama
halnya dengan faktor eksternalm semakin total nilai score mendekati 1, semakin
banyak ancamannya dibandingkan dengan peluang. Apabila totall nilai score
mendekati 4, artinya semakin banyak peluang dibandingkan ancaman.
Setelah semua tahap penilaian di atas telah dilakukan, gabungkan kedua
kondisi internal dan eksternal lalu masukkan dalam matriks internak eksternak,
sehingga dapat diketahui posisi persaingan yang akan terjadi sehngga dengan
begitu dapat ditentukan strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan.
5.5.1 Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang meliputi kekuatan dan kelemahan
dalam suatu pengembangan usaha dan faktor ini dapat digunakan dalam
penentuan strategi pengembangan usaha. Berikut beberapa kekuatan dan
kelemahan yang dirangkum dari 4 faktor internal dalam business model canvas
yang sudah dibuat sebelumnya. Secara rinci, aktivitas atau tindakan yang harus
dilakukan dalam pengembangan usaha dengan business model canvas yang
termasuk dalam faktor internal dapat dilihat pada tabel 15.
111
Tabel 15. Tabel aktivitas /tindakan dari setiap blok bangunan faktor internal
No Faktor Internal Aktivitas /Tindakan
1
Key resources
Tempat yang memadai
SDM yang tidak memadai
Bahan baku lele yang sukar ada
2 Key partnership Melakukan aliansi strategis
Kemitraan antarpesaing yang
belum terbentuk dengan baik
3 Key activities Proses produksi yang lancar
4 Cost structure Biaya yang memadai
1. Kekuatan (Strength)
Kekuatan yang dimiliki pada CV. Indomaju Bersama dengan ketiga jenis
usaha di dalamnya yaitu sebagai berikut:
a. Tempat yang memadai
CV. Indomaju Bersama merupakan jenis usaha yang memiliki tempat
menjadi satu dengan pemilik dari perusahaan tersebut. Masih terdapat lahan
kosong di dalamnya untuk mengembangkan perusahaan seperti membuat kolam
kembali, tempat khusus untuk penjualan produk, rumah produksi yang lebih baik
dll.
b. Melakukan aliansi strategis dan coopetion
Aliansi strategis adalah salah satu dari empat jenis kemitraan yang dapat
dilakukan untuk memajukan blok bangunan kemitraan. Aliansi strategis antara
non-pesaing dapat membuat konsumen menjadi bertambah. Contoh dengan
melakukan aliansi strategis dengan para pengusaha rumah makan, para penjual
ikan eceran di pasaran dan daerah luar, serta beberapa toko kelontong atau toko
112
oleh-oleh untuk menjajakan produk CV. Indomaju Bersama khususnya produk
jenis usaha pengolahan ikan lele. Kemitraan antarpesaing juga merupakan salah
satu kekuatan yang berguna dalam hal penambahan informasi pasar ataupun
sebagai mitra dalam pemenuhan kebutuhan pasar apabila terjadi kekurangan
produk.
c. Proses produksi yang lancar
Proses produksi yang dilakukan pada CV. Indomaju Bersama tergolong
lancar. Walaupun terkadang terkendala dengan pasokan lele yang terbatas CV.
Indomaju Bersama tetap dapat memenuhi permintaan yang ada. proses produksi
yang lancar ini dapat terus dilakukan agar menjadi suatu kekuatan penting demi
keberlangsungan perusahaan.
2. Kelemahan (Weaknesses)
Kelemahan yang dimiliki CV. Indomaju Bersama dengan ketiga jenis usaha
di dalamnya yaitu sebagai berikut:
a. Bahan baku lele yang terkadang sukar ada
Lele merupakan faktor kunci keberlangsungan perusahaan CV. Indomaju
Bersama. Tanpa lele maka ketiga jenis usaha tidak akan berjalan. Lele pada CV.
Indomaju Bersama biasa dihasilkan dengan cara budidaya ikan lele yang
dilakukan sendiri serta membeli langsung kepada petani lele yang sudah menjadi
langganan. Namun untuk pengembangan usaha ini, dimaksudkan untuk
memproduksi lele benar benar secara mandiri. Membudidayakan sendiri setelah
itu hasilnya dijual segar dan dijadikan bahan baku utama proses pengolahan ikan
lele. Namun, terkadang dikarenakan terkendala cuaca dan juga penyakit, lele yang
diharapkan selalu ada tepat waktu membuat harapan tersebut bergeser. Maka dari
113
itu apabila lele sukar untuk ada akan menjadi suatu kelemahan yang seharusnya
dicari langsung penanggulangannya.
b. Kemitraan antar pesaing yang belum terbentuk dengan baik
Pesaing bukan lah salah satu hal negatif yang harus dihindari oleh para
produsen. Ada sisi positif yang didapat dari kehadiran pesaing yaitu apabila terjalin
dengan baik akan memberikan keuntungan tambahan informasi demi usaha yang
dilakukan. Selain itu dapat memberikan kerjasama untuk saling mengisi
kekosongan produk yg ada.
c. SDM yang tidak memadai
Sumber Daya Manusia atau tenaga kerja merupakan salah satu hal kunci
demi keberlangsungan usaha. Tenaga kerja yang ada di CV. Indomaju Bersama
sebelumnya cukup untuk melakukan aktivitas produksi yang ada, namun sangat
sedikit untuk melakukan pengembangan usaha kedepannya.
Faktor faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang telah
diidentifikasi dan dianalisis, langkah selanjutnya faktor faktor tersebut
dimasukkan ke dalam tabel analisis faktor internal (IFAS) kemudian diberikannya
skors. Berikut ini tabel matriks IFAS pada usaha CV. Indomaju Bersama yang
dapat dilihat pada tabel 16.
114
Tabel 16. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS)
Faktor Strategi Internal (IFAS) Bobot Relative
(R)
Ranking
(R)
Skor
(R×R)
Kekuatan
Tempat pengembangan usaha sangat
memadai 4 0,14 4 0,55
Aliansi strategis untuk menambah
konsumen tetap 3 0,10 2 0,21
Produksi lancar 5 0,17 3 0,52
Biaya yang memadai 5 0,17 4 0,69
Jumlah 17 0,59 13 1,97
Kelemahan
Bahan baku lele yang terkadang sukar
untuk selalu ada 5 0,17 3 0,5
Kemitraan antarpesaing yang belum
terbentuk dengan baik 3 0,10 2 0,2
SDM yang tidak memadai 4 0,14 2 0,3
Jumlah 12 0,41 7 1,0
Total 29 1,00 20 2,97
Dilihat dari tabel 16 analisis internal, perusahaan CV. Indomaju Bersama
memiliki faktor kekuatan pengembangan usaha sebesar 1,97. Sedangkan skor
faktor kelemahan pengembangan usaha yaitu sebesar 1,0. Disimpulkan bahwa
matriks analisis faktor strategi internal (IFAS) pengembangan usaha di CV.
Indomaju Bersama dipengaruhi oleh faktor kekuatan dibandingkan dengan faktor
kelemahan.
5.5.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi usaha yang
ditentukan dari luar usaha tersebut. Analisis faktor eksternal dilakukan dengan
melihat faktor faktor di luar perusahaan CV. Indomaju Bersama untuk
115
mengidentifikasi peluang dan ancaman dalam pengembangan usaha yang
dilakukan. Pemberian bobot semakin besar angkanya maka pengaruhnya akan
semakin besar dalam usaha. Pemberian ranking untuk faktor yang semakin
terpengaruh maka nilainya semakin tinggi untuk faktor faktor ancaman semakin
berpengaruh maka nilainya semakin kecil. Secara rinci, aktivitas atau tindakan
yang harus dilakukan dalam pengembangan usaha dengan business model
canvas yang termasuk dalam faktor eksternal dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Tabel aktivitas /tindakan dari setiap blok bangunan faktor eksternal
No Faktor Eksternal Aktivitas /Tindakan
1
Customer segments
Kerjasama dengan penjual eceran
di pasar dan salesman untuk door
to door
Perluasan distribusi ke daerah lain
Penyediaan untuk pengepul lain
2
Value proposition
Inovasi rasa & olahan
Inovasi logo
Status ikan lele yang sehat, bersih,
praktis dan bergizi
Menjual dengan harga lebih murah
Garansi bahwa produk akan tetap
segar sampai ke tangan konsumen
3
Channels
Tenaga penjualan tambahan untuk
channel usaha
Penjualan melalui toko sendiri
4 Customer realithionship Bantuan personal
5 Revenue streams Periklanan
116
1. Peluang (Opportunities)
Peluang yang dimiliki pada CV. Indomaju Bersama dengan ketiga jenis
usaha di dalamnya yaitu sebagai berikut:
a. Kerjasama dengan penjual eceraan di pasar serta salesman untuk door to
door
Peluang yang terlihat untuk pengembangan usaha pada CV. Indomaju
Bersama yaitu dengan melakukan kerjasama dengan para penjual eceran di
pasaran serta penerimaan tenaga kerja baru untuk menjadi salesman yang
menjajakan produk dari rumah ke rumah. Peluang ini sangat untuk mengenalkan
produk kepada msyarakat yang lebih luas sehingga konsumen yang ada akan
bertambah.
b. Penyediaan produk untuk para pengepul
Selain membidik segmen konsumen para penjual eceran di pasaran dalam
pengembangan usaha akan dilakukan juga penyediaan produk untuk para
pengepul lain. Tujuan dari hal ini yaitu untuk menjanjikan pesanan produk yang
lebih banyak di setiap pemesanannya.
c. Inovasi rasa dan olahan
Rasa dan olahan ini akan lebih dilakukan pada jenis usaha pengolahan
ikan lele. Inovasi dilakukan untuk mengurangi kejenuhan konsumen akan ragam
rasa dan olahan yang sudah ada sebelumnya. Inovasi seperti apa yang akan
dilakukan dapat diketahui dari permintaan pasar yang ada.
117
d. Inovasi logo
Logo merupakan suatu identitas yang dimiliki perusahaan agar mudah
diingat oleh para konsumennya. Logo yang telah ada sebelumnya masih sangat
sederhana dan kurang memikat konsumen. Maka dari itu dengan adanya
pengembangan usaha yang akan dilakukan, logo merupakan sesuatu yang harus
diinovasi untuk menarik peluang dalam hal ketertarikan konsumen.
e. Menjual dengan harga lebih murah
Memainkan harga barang sangat berpeluang bagi jumlah pembelian
produk. Dapat berpeluang positif saat harga yang ditawarkan memang pas dengan
harga pasaran atau beberapa produsen dengan berani menjual lebih murah
daripada produk lain. Namun akan berdampak negatif saat harga yang ditawarkan
begitu mahal dan berbeda jauh dengan kebanyakan harga barang pesaing di
pasaran. Untuk pengembangan usaha ini maka CV. Indomaju Bersama berinisiatif
untuk melakukan penjualan harga yang lebih murah tentunya diimbangi dengan
perhitungan finansial yang akurat.
f. Tenaga penjualan untuk menambah channel usaha
Channel atau saluran usaha tidak didapatkan dengan mudah begitu saja.
Bertambah banyaknya orang yang mengenali produk kita maka saluran usaha pun
akan terbuka lebar. Dengan begitu untuk pengembangan usaha yang dilakukan
ditambahkanlah tenaga penjualan lebih untuk memperlebar saluran usaha yang
ada sebelumnya.
g. Bantuan personal
Bantuan personal merupakan salah satu fasilitas yang diberikan
perusahaan kepada para konsumennya. Salah satu cara yang dapat dilakukan
118
yaitu dengan mengadakan customer service via email yang mana konsumen dapat
berinteraksi dengan petugas pelayanan.
h. Periklanan
Publikasi yang maksimal akan menghasilkan peluang yang besar. Melalui
publikasi lewat periklanan maka masyarkat akan lebih luas mengetahui produk
yang dihasilkan perusahaan. Diharpkan dengan periklanan juga dapat menarik
minat untuk membeli produk produk tersebut.
2. Ancaman (Threats)
Ancaman yang dimiliki pada CV. Indomaju Bersama dengan ketiga jenis
usaha di dalamnya yaitu sebagai berikut:
a. Perluasan distribusi ke daerah lain
Dengan tujuan untuk memperluas jaringan konsumen maka suatu
perusahaan akan melakukan pengiriman barang ke daerah lain yang telah
memesan produknya. Namun saat hal ini dilakukan dalam pengembangan usaha
kelak ditakutkan akan menjadi suatu ancaman. Ancaman yang ada dapat berupa
membludaknya pengeluaran yang dilakukan. Harus ada kajian ulang mengenai
perluasan distribusi ini.
b. Garansi produk akan tetap segar sampai ke tangan konsumen
Memberikan garansi merupakan salah satu fasilitas yang diberikan
perusahaan kepada konsumennya. Namun apabila garansi ini diberlakukan
kepada produk perikanan maka ditakutkan akan menjadi salah satu ancaman yang
dapat mengancam perusahaan. Diketahui bahwa hasil perikanan bukan lah
produk yang mudah untuk dijaga kesegarannya.
119
c. Status ikan lele yang sehat, bersih, praktis, dan bergizi
Image yang selama ini melekat pada produk CV. Indomaju Bersama yaitu
produk ikan lele yang sehat, bersih, praktis dan bergizi. Image ini akan sangat
menguntungkan apabila senantiasa produk yang dihasilkan selalu seperti itu.
Namun harus dipikirkan kembali apa yang harus dilakukan saat produk yang
dihasilkan tidak sesuai dengan image yang telah ada.
f. Penjualan melalui toko sendiri
Ditakutkan apabila dalam pengembangan usaha yang dilakukan sistem
penjualan tetap melalui toko sendiri tidak dikembangkan akan menjadi ancaman
bagi kemajuan perusahaan. Diketahui bahwa penjualan melalui toko sendiri tidak
efektif dan efisien, apalagi diterapak di era globalisasi seperti ini dengan sistem
penjualan yang lebih modern yaitu salah satunya melalui via online (tidak
langsung).
Faktor faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman yang telah
diidentifikasi dan dianalisis, langkah selanjutnya faktor faktor tersebut
dimasukkan ke dalam tabel analisis faktor eksternal (EFAS) kemudian diberikan
bobot dan juga ranking.Berikut ini tabel matriks EFAS pada usaha CV. Indomaju
pasar dan salesman untuk door to door 1 0,10 4 0,39
Penyediaan untuk pengepul lain 1 0,10 3 0,29
Inovasi rasa & olahan 1 0,10 4 0,39
Inovasi logo 0,5 0,05 3 0,15
Menjual dengan harga lebih murah 0,7 0,07 2 0,14
Tenaga penjualan tambahan untuk
channel usaha 0,5 0,05 4 0,20
Bantuan personal 1 0,10 2 0,20
Periklanan 1 0,10 4 0,39
Jumlah 6,7 0,66 26 2,15
Ancaman
Perluasan distribusi ke daerah lain 1 0,10 4 0,39
Garansi bahwa produk akan tetap segar
sampai ke tangan konsumen 0,5 0,05 3 0,15
Status ikan lele yang sehat, bersih,
praktis dan bergizi 1 0,10 3 0,29
Penjualan melalui toko sendiri 1 0,10 4 0,39
Jumlah 3,5 0,34 14 1,23
Total 10,2 1,00 40 3,37
Dilihat dari tabel 18 analisis eksternal, perusahaan CV. Indomaju Bersama
memiliki faktor peluang pengembangan usaha sebesar 2,15. Sedangkan skor
faktor ancaman pengembangan usaha yaitu sebesar 1,23. Disimpulkan bahwa
matriks analisis faktor strategi eksternal (EFAS) pengembangan usaha di CV.
Indomaju Bersama dipengaruhi oleh faktor peluang dibandingkan dengan faktor
ancaman.
121
5.5.3 Analisis Matriks SWOT
Dari hasil diagram analisis SWOT didapatkan bahwa pengembangan
usaha dengan Business model canvas memiliki nilai yang hasilnya berada pada
kuadran I. Hal ini berarti usaha pada CV. Indomaju Bersama memiliki kekuatan
(strength) dan peluang (opportunities) saat dijalankan dalam mengembangkan
usaha. Untuk mengetahui strategi yang baik maka diperlukan matriks SWOT untuk
dapat mengembangkan usaha pada CV. Indomaju Bersama. Matriks SWOT dapat
dilihat pada tabel 19.
Tabel 19. Tabel Matriks SWOT
Internal
Eksternal
Strength (S)
Mengidentifikasi
kekuatan
Weaknesses (W)
Mengidentifikasi
kelemahan
Opportunities (O)
Mengidentifikasi
peluang
Strategi (SO)
Memanfaatkan
kekuatan untuk
menangkap peluang
Strategi (WO)
Mengatasi kelemahan
untuk memanfaatkan
peluang
Threats (T)
Mengidentifikasi
ancaman
Strategi (ST)
Memanfaatkan
kekuatan untuk
menghindari ancaman
Strategi (WT)
Mengatasi kelemahan
dan menghindari
ancaman
Strategi dipilih pada saat hasil diagram analisis SWOT telah menunjukan
daerah kuadran. Terdapat 4 daerah kuadran yang memilki fungsi dan pengertian
tersendiri. Berikut penjabaran dari setiap kuadran pada diagram analisis SWOT:
122
Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah agresif, artinya organisasi dalam
kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk melakukan
ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
Kuadran II (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadaoi
tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang dilakukan adalah diversifikasi
strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah
tantangan berat sehingga diperkirakan roda organusasu akan mengalami
kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya.
Oleh karenanya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyal ragam
strategi taktiknya.
Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat
berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberukan adalah ubah strategi, yaitu
organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang
lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus
memoerbaiki kinerja organisasi.
Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemag dan mengahdapi
tantangan besar. Rekomendasi yang diberikan adalah strategi bertahan, artinya
kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya,
organisasi disarankan untuk menggunakan strategi betahan, mengendalikan
kinerja internal agar tidal semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil
terus berupaya membenahi diri.
123
Semua cara yang telah diterangkan sebelumnya setelah di terapkan pada
usaha CV. Indomaju bersama didapatkan hasil sebagai berikut. Analisis matriks
SWOT berguna untuk mengetahui strategi apa yang dapat dilakukan usaha pada
saat pengembangan usaha dilakukan. Strategi yang berkemungkinan dapat
dilakukan CV. Indomaju Bersama dalam pengembangan usahanya dengan
business model canvas dapat dilihat pada tabel 20.
Kuadran III Kuadran I
Kuadran IV Kuadran II
Strength
S
T
Threath
Weakness
W
Opportunity
O
Agresif Ubah Strategi
Strategi Bertahan Diversifikasi Strategi
(+,+) (-,+)
(-,-) (+,-)
124
Tabel 20. Matriks SWOT Usaha pada CV. Indomaju Bersama
Internal Eksternal
Kekuatan (S) Tempat usaha yang memadai Menambah konsumen tetap dengan aliansi strategis Produksi yang lancar
Kelemahan (W) Bahan baku lele yang sukar ada Kemitraan antar pesaing yang belum terbentuk SDM belum memadai
Peluang (O) Kerjasama dengan penjual eceran Penyediaan barang untuk pengepul lain Inovasi rasa & olahan Inovasi logo Penjualan dengan harga murah Penambahan TK untuk channel usaha Bantuan personal Iklan
Strategi (SO) Memaksimalkan tempat usaha yang ada untuk dapat memperbanyak penyediaan barang untuk pengepul lain, inovasi rasa dan olahan sebagai daya pikat konsumen baru dan melakukan publikasi maksimal dengan ciri khas logo produk sehingga produksi dapat berjalan lancar. Penambahan TK dan bantuan personal juga sangat membantu
Strategi (WO) Mengoptimalkan bahan baku serta SDM yang ada di CV. Indomaju Bersama Mengoptimalkan bentuk kemitraan yang sudah terjalin sebelumnya
Ancaman (T) Perluasan distribusi Garansi produk Status produk yang selalu baik Penjualan melalui toko sendiri
Strategi (ST) Mengendalikan produksi yang ada agar tetap dapat suvive saat penjualan menurun
Strategi (WT) Meningkatkan produksi lele secara madiri Memperluas distribusi dan juga melakukan kemitraan yang baik
Dari matriks SWOT diatas diperoleh 4 kemungkinan strategi yang dapat
dilakukan CV. Indomaju Bersama dalam mengembangkan usahanya. Keempat
strategi tersebut yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT. Salah
satu strategi akan terpilih tergantung dari hasil analisis diagram SWOT.
1. Strategi SO (Strength Opportunities)
Strategi SO dilakukan saat hasil analisis diagram SWOT berada pada
kuadran 1. Strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan memaksimalkan tempat
125
usaha dan penyediaan barang karena kedua hal ini menjadi salah satu kunci
berjalannya usaha yang terdapat pada blok key resources business model canvas.
Selain itu penunjang lain juga di butuhkan agar usaha serta produk dapat bersaing
dengan keadaan pasar, hal penunjang lainnya yaitu inovasi rasa dan olahan, logo,
publikasi lebih menyeluruh dan penambahan tenaga kerja.
2. Strategi WO (Weaknesses Opportunities)
Saat hasil analisis diagram SWOT berada pada kuadran 2 maka strategi
WO akan dipakai. Strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan mengoptimalkan
bahan baku dan SDM pada CV. Indomaju Bersama serta menjaga bentuk
kemitraan yang telah dilakukan sebelumnya.
3. Strategi WT (Weaknesses Threats)
Mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman merupakan hal yang
dapat diterapkan pada strategi WT. Hasil analisis diagram SWOT saat berada di
kuadran 3 maka strategi WT akan dipakai. Cara yang dapat dilakukan pada CV.
Indomaju Bersama untuk strategi WT yaitu dengan meningkatkan produksi lele
secara mandiri serta perluasan distribusi produk ke daerah atau segmen lain. Hal
ini juga harus ditunjang dengan hubungan kemitraan yang baik.
4. Strategi ST (Strength Threats)
Strategi ST dilakukan dengan cara memanfaatkan kekuatan untuk
menghindari ancaman. Pada usaha CV. Indomaju Bersama bentuk strategi ST
yang dapat dilakukan yaitu dengan mengendalikan produksi yang ada agar dapat
bertahan pada saat penjualan menurun. Strategi ST dipakai pada saat hasil
analisis diagram SWOT berada pada kuadran 4.
126
5.5.4 Analisis Diagram SWOT
Setelah mengidentifikasi faktor faktor internal dan eksternal, langkah
selanjutnya adalah menganalisis dengan menggunakan diagram SWOT, dimana
diagram SWOT bertujuan untuk menjelaskan hasil aat\au skor yang telah
diperoleh dari perhitumgan faktor internal dan eksternal untuk megevaluasi strategi
pengembangan usaha yang sudah di buat sebelumnya melalui Business Model
Canvas sehingga dapat ditemukan langkah yang tepat dalam megembangkan dan
menjalankan suatu usaha.
Nilai total dari faktor internal pada CV. Indomaju Bersama yaitu 2,97 yang
didapat dari nilai kekuatan sebesar 1,97 dan dari nilai kelemahan sebesar 1,00.
Sedangkan nilai total faktor eksternal pada CV. Indomaju Bersama yaitu 3,37 yang
didapat dari nilai peluang sebesar 2,15 dan ancaman 1,23.
Tahapan selanjutnya menentukan titik koordinat, hal ini berguna untuk
mengetahui dimanakah posisi strategi pengembangan usaha Business Model
Canvas yang dirancang untuk CV. Indomaju Bersama yang dapat dilihat dari faktor
internal dan faktor eksternal.
a. Sumbu horizontal (X) sebagai faktor internal (kekuatan dan kelemahan)
Hasil nilai koordinat X = 1,97 1,00 = 0,97
b. Sumbu vertikal (Y) sebagai faktor eksternal (peluang dan ancaman)
Hasil nilai koordinat Y = 2,15 1,23 = 0,92
Hasil perhitungan dari koordinat bernilai positif sehingga diagram SWOT
CV. Indomaju Bersama dapat dilihat seperti pada gambar 14.
127
Gambar 14. Diagram Evaluasi Business Model Canvas dengan Analisis SWOT
Sesuai dengan apa yang tergambar pada gambar 14, diagram evaluasi
Business model canvas dengan menggunakan analisis SWOT diperoleh sum(x,y)
yang diperoleh dari pengurangan faktor internal antara kekuatan yang besarnya
1,97 dan kelemahan yang besarnya 1,00 sehingga didapat sumbu x sebesar 0,97.
Kemudian pengurangan dari faktor eksternal peluang yang besarnya 2,15 dan
ancaman yang besarnya 1,23 sehingga didapat sumbu y sebesar 0,92. Jika ditarik
garis lurus maka didapatkan titik koordinat sebesar (0,97 ; 0,92) yang berada pada
kuadran I. Kuadran I adalah posisi agresif suatu usaha atau dengan kata lain posisi
dimana pengembangan usaha dengan Business model canvas pada CV.
Indomaju Bersama dapat menguntungkan bila dilakukan, sehingga didapatkan
hasil usaha ini cocok menggunakan SO atau Strength opportunities dalam
mengembangkan dan menjalankan usaha pada CV. Indomaju Bersama dan
didukung dengan pertumbuhan yang agresif.
Sesuai dengan analisis digram SWOT yang telah dilakukan sebelumnya
bahwasanya rencana pengembangan yang dilakukan pada proses diagram
x 0,97
0,92
Agresif
Kuadran I Kuadran III
Kuadran IV Kuadran II
Ubah Strategi
Strategi bertahan Diversifikasi produk
Y
128
analisis SWOT didapatkan pengembangan usaha dengan business model canvas
memiliki nilai yang hasilnya berada pada kuadran I. Sehingga rencana
pengembangan pada usaha CV. Indomaju Bersama dapat melakukan strategi SO.
Strategi SO yang memiliki pengertian pemanfaatan kekuatan untuk menangkap
peluang yang ada dapat di wujudkan dengan memaksimalkan blok key resources,
blok key partnership, blok key activities dan blok cost structure. Sehingga dari
keempat blok tersebut didapat hal-hal rinci yang dapat dilakukan CV. Indomaju
Bersama seperti:
a. Melakukan peningkatan hubungan baik dengan seluruh elemen yang
terkait dalam usaha seperti pesaing, penjualan eceran di pasar, para petani
lele lain, para pengepul ikan lele lain, dll
b. Memaksimalkan lahan yang ada agar produksi semakin lancar sehingga
dapat memenuhi kebutuhan para penjual eceran di pasar serta pengepul
lainnya. Hasil produksi juga perlu adanya inovasi logo, rasa untuk mengikat
konsumen baru dan agar produk dapat bertahan bersaing dengan produk
lainnya
c. Penjualan dengan harga lebih murah dan publikasi yang maksimal dapat
juga membantu untuk kemajuan usaha
d. Penggunaan biaya yang memadai secara maksimal
5.5.5 Rencana Pengembangan Usaha CV. Indomaju Bersama
Perencanaan menurut Erly Suandy (2001) secara umum perencanaan
merupakan proses penentuan tujuan organisasi (perusahaan) dan kemudian
menyajikan (mengartikulasikan) dengan strategi-strategi (program), taktik-taktik
(tata cara pelaksanaan program) dan operasi (tindakan) yang diperlukan untuk
mecapai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Sehingga perencanaan
129
pengembangan usaha dapat dikatakan sebagai proses penentuan suatu tujuan
dalam hal bisnisn atau usaha terkait dengan tujuan lebih maksimal dari
sebelumnya.
Strategi rencana pengembangan yang dapat diterapkan pada CV.
Indomaju Bersama yaitu strategi SO karena pada diagram SWOT titik koordinat
berada pada kuadran 1. Sehingga kegiatan kegiatan dari setiap blok pada
business model canvas seperti blok key resources, blok key partnership, blok key
activities dan blok cost structure harus dimaksimalkan. Hasil strategi SO yang
harus dilakukan dalam pengembangan usaha yaitu melakukan peningkatan
hubungan baik dengan seluruh elemen yang terkait dalam usaha, memaksimalkan
lahan yang ada karna dengan begitu produksi dapat berjalan dengan lancar
sehingga kebutuhan permintaan pasar dapat terpenuhi, penjualan dengan harga
lebih murah dan publikasi yang maksimal dapat juga membantu untuk kemjuan
usaha dan penggunaan biaya yang memadai sangat membantu kegiatan
pengembangan usaha yang akan dilakukan.
Rencana pengembangan usaha yang akan dilakukan maka akan
berdampak pula pada perubahan aspek finansial yang ada. Perubahan yang akan
terjadi dapat seluruh kriteria analisis jangka pendek dan analisis jangka panjang.
Memisalkan perubahan yang terjadi dengan keadaan kenaikan biaya sebesar
10%, kenaikan kuantitas pakan dan produksi sebesar 10% membuat perubahan
pehitungan aspek finansial, hasil yang didapat setelah terjadinya pengembangan
usaha dapat dilihat pada penjabaran berikut:
a. Permodalan
Modal yang digunakan dalam rencana usaha ini terdiri dari modal
tetap, modal lancar, dan modal kerja. Modal tetap yang direncanakan apabila
130
terjadi pengembangan usaha yaitu sebesar Rp 425.147.140. Perubahan tersebut
dikarenakan adanya kenaikan biaya sebesar 10%. Modal lancar direncanakan
sebesar Rp 285.879.055 apabila terjadi pengembangan usaha dengan asumsi
terdapat kenaikan biaya sebesar 10% dan kuantitas pakan naik sebesar 10%.
Modal kerja direncanakan sebesar Rp 874.092.483 apabila terjadi pengembangan
usaha dengan asumsi terdapat kenaikan biaya sebesar 10%. Perhitungan lengkap
mengenai permodalan dapa dilihat pada lampiran 14.
b. Biaya Produksi
Biaya produksi yang terjadi apabila terjadi pengembangan usaha juga akan
mengalami penambahan. Biaya tetap perencanaan bisnis ini sebesar Rp
588.213.428 dan biaya variabel sebesar Rp 285.879.055. Perubahan kedua biaya
tersebut diasumsikan saat terjadi kenaikan biaya 10%. Sehingga total biaya
produksi yang direncanakan sebesar Rp 874.092.483.
1. Analisis Jangka Pendek
a. Penerimaan
Rencana usaha bertambah 10% dari keadaan awal dimana pada
penambahan jumlah penghasilan produk dalam kurun waktu 1 tahun sehingga di
dapatkan besar penerimaan pada rencana usaha yang akan dilakukan sebesar
Rp 3.602.605.600 setiap tahunnya. Perhitungan penerimaan dapat dilihat pada
lampiran 15.
b. RC ratio
Bertambahnya penerimaan maka akan berpengaruh pada RC ratio yang
ada. Hubungan yang ada antara penerimaan dan RC ratio yaitu berbanding lurus.
Dikerenakan penerimaan menjadi lebih tinggi maka nilai RC ratio pun bertambah
131
menjadi 4,12. Rencana usaha dapat dikatakan menguntukan karena memiliki nilai
RC ratio lebih dari 1. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 16.
c. Keuntungan
penerimaan dan total biaya yang bertambah, mempengaruhi jumlah
keuntungan yang diterima. Keuntungan yang akan dihasilkan pada rencana usaha
ini sebesar Rp 2.738.513.117. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 16.
d. Rentabilitas
CV. Indomaju Bersama mendapatkan nilai rentabilitas sebesar 312% pada
perhitungan perencanaan pengembangan usaha. Ini menunjukkan bahwa usaha
yang dijalankan CV. Indomaju Bersama tetap berada dalam kondisi efisien karena
nilai prosentase di atas 12%.
2. Analisis Jangka Panjang
a. Penambahan Investasi (Re-Investasi)
Perencanaan penambahan investasi pada CV. Indomaju Bersama sampai
5 tahun kedepan yaitu 2018 2022. Adanya perubahan modal tetap dari keadaan
normal maka penambahan investasi juga mengalami perubahan. Dengan
kenaikan harga sebesar 10%. Jumlah biaya yang dikeluarkan setiap 5 tahun sekali
sebesar Rp 874.092.483. Adanya penambahan pada usaha CV. Indomaju
Bersama memberikan keuntungan yang lebih banyak dan maksimal dibandingkan
keuntungan yang diperoleh sebelum penambahan investasi. Untuk penjelasan
biaya yang dikeluarkan untuk penambahan investasi mulai tahun 2018 2022
dapat dilihat pada lampiran 17.
132
b. Net Present Value (NPV)
Kenaikan yang diasumsikan pada rencana usaha CV. Indomaju Bersama
akan berdampak juga terhadap nilai NPV. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai
NPV sebesar Rp 8.688.370.344. Sehingga dapat dikatakan usaha CV. Indomaju
Bersama feasible bila ingin dilakukan pengembangan usaha. Perhitungan dapat
dilihat pada lampiran 18.
c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C yang dihasilkan dari adanya perencanaa usaha yaitu sebesar
21,44. Dengan demikian menunjukan bahwa Net B/C dalam rencana usaha
dengan nilai lebih besar dari nilai Net B/C normal. Rencana usaha lebih layak dari
sebelumnya. Perhitngan mengenai Net B/C dapat dilihat lampiran 18.
d. Internal Rate of Return (IRR)
IRR yang dihasilkan dari adanya perencanaan usaha yaitu sebesar 642%.
Dengan demikian usaha masih layak saat terjadi peengembangan usaha dengan
peningkatan biaya 10%. Karena nilai IRR yang dihasilkan lebih besar dari tingkat
suku bunga yang di syaratkan yaitu sebesar 15%. Perhitungan mengenai IRR
dapat dilihat pada lampiran 18.
e. Payback Period (PP)
Nilai PP yang dihasilkan yaitu sebesar 0,18 atau selama 1 tahun 8 bulan
waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian investasi. Hal ini berarti lama
pengembalian tidak berbeda terlalu jauh antara pengembalian investasi sebelum
pengembangan usaha dibandingkan dengan sesudah pengembangan usaha.
Perhitungan mengenai PP dapat dilihat pada lampiran 18.
133
Perbandingan keadaan finansial baik jangka pendek maupun jangka
panjang pada saat sebelum perencanaan pengembangan usaha maupun sesudah
perencanaan pengembangan usaha memiliki sebuah perbedaan yang besarannya
dapat dilihat pada tabel 21.
Tabel 21. Tabel Perbedaan Aspek Finansial Jangka Pendek dan Jangka Panjang pada saat Sebelum Perencanaan Pengembangan Usaha dan Sesudah Perencanaan Pengembangan Usaha
No Analisis Finansial Sebelum Perencanaan Pengembangan Usaha
Sesudah Perencanaan Pengembangan Usaha
1 Modal Tetap Rp 386.497.400 Rp 425.147.140
2 Modal Kerja Rp 833.130.030 Rp 874.092.483
3 Total Biaya (TC) Rp 833.130.030 Rp 874.092.483
4 Penerimaan (TR) Rp 3.275.096.000 Rp 3.602.605.600
5 RC ratio 3,93 4,12
6 Keuntungan Rp 2.441.965.970 Rp 2.738.513.117
7 Rentabilitas 293% 312%
8 NPV Rp 7.769.458.847 Rp 8.688.370.344
9 Net B/C 21,10 21,44
10 IRR 632% 642%
11 PP 0,18 0,18
134
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasi penelitian dan pembahasan mengenai perencanaa
pengembangan usaha Model Canvas pada CV. Indomaju Bersama kecamatan
Gondanglegi, Malang Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu:
1. Hasil penelitian kelayakan usaha bila dilihat dari aspek teknis pada CV.
Indomaju Bersama dapat disimpulkan usaha layak untuk di jalankan. Aspek
teknis yaitu meliputi berbagai proses menghasilkan berbagai macam
produk yang yang ada di CV. Indomaju Bersama, sarana dan prasarana
yang digunakan dan juga faktor pendorong dan faktor penghambat usaha
2. Pada aspek pemasaran CV. Indomaju Bersama berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan usaha layak untuk dijalankan. Aspek
pemasaran yang menjadi pembahasan yaitu jumlah produk yang
dipasarkan CV. Indomaju Bersama berjumlah 7 produk. Penetapan harga
di setiap produk dihitung Rp 16.000 per-kg untuk produk jenis usaha
budidaya ikan lele dan pengepul ikan lele. Sedangkan untuk usaha
pengolahan ikan lele dihitung per- kg, seperti produk kripik ikan lele
matang dihargai Rp 12.500, produk keripik ikan lele mentah dihargai
Rp9.200, produk stik ikan lele Rp 8.750, produk abon ikan lele Rp 37.500,
produk gokil Rp 17.500 dan produk crispy ikan lele Rp 18.750. Semua
produk rata-rata dijual langsung di rumah produksi
3. Aspek manajemen CV. Indomaju Bersama untuk melihat kelayakan
bisnisnya dapat dikatakan layak untuk dilakukan. Berdasarkan hasil
penelitian terdapat perencanaan sebelum melakukan kegiatan usaha yang
135
masih bersifat sederhana. Sistem perencanaan pada usaha masih belum
maksimal. Salah satunya perencanaan tenaga kerja yang belum memiliki
standart yang jelas dalam penerimaan tenaga kerja. Sistem
pengorganisasian juga belum berjalan dengan maksimal. Struktur
organisasi lengkap dengan tujuan pokok dan fungsi setiap divisi sudah
dimiliki CV. Indomaju Bersama namun dalam pengaplikasiannya sama
sekali tidak dilakukan. Semua tanggung jawab terpusat kepada pemilik
usaha saja. Selanjutnya sistem pelaksanaan, sistem yang diterapkan
masih sangat sederhana. Tidak ada hal khusus yang dilakukan perusahaan
dalam melakukan rangsangan semangat kerja kepada karyawan agar
bekerja lebih baik. Sistem terakhir yaitu sistem pengawasan, sistem ini juga
belum terlaksana maksimal dikarenakan ketersediaan SDM yang minim
sehingga proses kontrling hanya bertumpu kepada pemilik usaha
4. Hasil penelitian kelayakan usaha berdasarkan aspek finansial baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang pada CV. Indomaju Bersama layak
untuk dijalankan. Analisis jangka pendek selama setahun pada CV.
Indomaju Bersama dikatakan layak untuk dijalankan dengan perolehan
besar rantabilitas yaitu 293% yang memiliki besaran lebih besar di atas nilai
tingkat suku bunga 12%. Sedangkan untuk analisis jangka panjang usaha
dikatakan layak salah satunya dikarenakan hasil perhitungan net B/C
sebesar 21,10 yang memiliki nilai lebih dari 1
5. Strategi pengembangang Business Model Canvas tepat untuk digunakan
dalam menghadapi persaingan dengan pengusaha lainnya. Business
Model Canvas memiliki spesifikasi yang lebih karena menggunakan 9 blok
utama. Pengembangan usaha dengan menggunaka Business Model
Canvas di evaluasi dengan metode SWOT. Strategi yang dihasilkan yaitu
136
penggunaan strategi SO (Strength Opportunities), melakukan peningkatan
hubungan baik dengan seluruh elemen yang terkait di dalam usaha,
memaksimalkan lahan yang ada, pejualan dilakukan dengan harga yang
lebih murah dan publikasi yang maksimal. Setelah di hitung kembali
analisis finansial yang dilakukan pasca pengembangan usaha, hasil
menunjukkan bahwa usaha juga layak dikembangkan dalam hal finansial
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjangnya
6.2 Saran
1. Seharusnya CV. Indomaju Bersama lebih memberanikan diri untuk
melakukan pengembangan usaha yang ada
2. Melakukan kerjasama lebih luas baik dalam sekala nasional maupun
internasional melihat peluang usaha yang besar
3. Melakukan penambahan tenaga kerja ahli agar usaha dapat terkontrol dan
terlaksana lebih terstruktur
4. Pemerintah seharusnya melirik peluang ini dalam hal bahan untuk
pembelajaran kepada para pengusaha sektor perikanan yang lain agar
lebih semangat dalam memanjukan usaha sektor perikanan yang ada
137
DAFTAR PUSTAKA
Agustina Shinta. 2011. Manajemen Pemasaran. Malang. UB Press Agustini, Tri Winarni, Y.S. Darmanto, dan Danar Puspita Kurnia Putri. (2008).
Evaluation on Utilization of Small Marine Fish to Produce Surimi Using Different Cryoprotective Agents to Increase the Quality of Surimi. Journal of Coastal Development. Volume 11, Number 3, 131-140.
Arief Muhammad; Nur Fitriani; dan Sri Subekti.2014.Jurnal Pengaruh Pemberian
Probiotik Berbeda pada Pakan Komersial Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.).Vol:6 No.1
Arifin, Ali. 2007. Membaca Saham. Yogyakarta: Andi Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2011. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat Carter, William dan Usry. 2004. Akuntansi Biaya, Penerjemah : Krista,. Buku I,
Edisi Ketiga Belas. Jakarta: Salemba Empat Charles W. Lamb, Joseph F. Hair, Carl Mcdaniel. 2001. Prinsip-prinsip
Pemasaran. Edisi Pertama. Jakarta Darmawan, Deni, Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi, PT. Remaja
Jombang Jawa Timur. Skripsi. FPIK, Agrobisnis Perikanan Universitas Brawijaya, Malang
Hanafiah, H. M & A. M. Saefudin. 2006. Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta:
Universitas Indonesia Press Handoko, T. Hani. 2009. Manajemen, Cetakan Duapuluh, Yogyakarta : Penerbit
BPEE Husein Umar, 2003, Metode Riset Akuntansi Terapan, Jakarta : Ghalia Indonesia,
Cetakan Pertama Husein Umar, 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Jaja; Ani Suryani; dan Komar Sumantadinata. 2013. Usaha Pembesaran dan
Pemasaran Ikan Lele serta Strategi Pengembangannya di UD Sumber Rezwki Parung, Jawa Barat. Jurnal Manajemen IKM. Vol 8(1): 45-56 hal
Kanisius , M Tohar. 2000 . Membuka Usaha Kecil. Jakarta : Prenhallindo
138
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group Kasmir dan Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis . (edisirevisi). Jakarta: Kencana Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pers Kismono, Gugup. 2001. Bisnis Pengantar, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Kotler, Philip and Gary Armstrong. 2012. Prinsip-prinsipPemasaran. Edisi. 13. Jilid
1. Jakarta: Erlangga Kuncoro. 2005. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan,
Strategi, dan Peluang. Jakarta: Erlangga Lamb, Hair, McDaniel. (2001). Pemasaran. Buku -1. PT. Salemba Emban Raya,
Jakarta Levy dan Weitz.2007.Retail Management 6th Edition. United States of
America:McGraw-Hill International Marimin. 2004. Teknik dan aplikasi pengambilan keputusan kriteria majemuk.
Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta Michael P. Todaro. 1983. Ekonomi Pembangunan di Dunia ketiga, terjemahan
Mursid. Jakarta: Balai Aksara Osterwalder, A., & Pigneur, Y. 2010. Business Model Generation: Membangun
Model Bisnis. Jakarta: Elex Media Komputindo Osterwalder, A., & Pigneur, Y. 2012. Business Model Generation: Membangun
Model Bisnis. Jakarta: Elex Media Komputindo Pudjosumarto, M., 1988. Evaluasi Proyek. Liberty. Jakarta Pusat Data dan Statistik. 2015. Analisis Data Pokok Kementrian Kelautan
Perikanan 2015. KKP Querton, Rodney (2002), business planning made simple. Ina Publikatama, 2002 Rahardja, Prathama dan Manurung. 2005. Pengantar Ilmu Ekonomi. Edisi Kedua.
bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Ekonomi IBII Rangkuti. 2014. Teknik analisis swot. Gramedia:jakarta. Rianse,U, Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Bandung : CV.
ALFABETA. Hal : 229.
139
Riyanto, Bambang, 2010. Dasar dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat, Cetakan Kesebelas. Yogyakarta: BPFE
Riyanto, Bambang, 2011. Dasar dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi
Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasa Pembelanjaan. Yogyakarta Rizkia; Iwang Gumilar; Ine Maulina. 2015. Strategi Pengembangan Usaha
Pengolahan Abon Ikan (Srudi Kasus Rumah Abon di Kota Bandung). Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VI No. 2 (1)
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta: Bina Cipta Saifudin Azwar, MA. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sigit, Soehardi. 2002. Analisa Break Even Point. BPFE: Yogyakarta Simangunsong, S. 2008. Analisis Kebijakan Pengawasan Mutu dan Keamanan
Produk Perikanan Indonesia Menyikapi Era Globalisasi. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta:
LP3ES Siregar, Zukham Husein; Sisca Eka Fitria. 2015. Analisis Bisnis Model dengan
Pendekatan Business Model Canvas Terhadap Usaha Mikro Agribisnis. Bandung
Soekarwati, 2003. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: Rajawali Pers Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Sukmadinata. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosdakarya.
Bandung Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis: Pendekatan Praktis, Andi Offset.
Yogyakarta Supranto, J., 1997. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE Tajerin. 2008. Efisiensi Teknis Usaha Budidaya Pembesaran Lele di Kolam Di
Kabupaten Tulung Agung Jawa Timur. Jurnal Ekonomi Pembangunan FE UII, Yogyakarta
140
Tangkilisan. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: PT. Raja Gramedia Widiasarana Terry, George. 2005. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: PT, Bumi Aksara Terry, George. 2009. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: PT, Bumi Aksara Tjiptono, Fandy.2005.Strategi Pemasaran.Edisi 3, ANDI: Yogyakarta Umar Husein. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta Usman, Husaini & Purnomo Setiady Akbar. 2006. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: PT. Bumi Aksara Wild, John J., K.R. Subramanyam, dan Robert E. Haley, Alih Bahasa: Yanivi S.
Bachtiar, SE, Ak., S. Nurwahyu Harahap, SE, Ak. MBA., 2005. Financial Statement Analysis (Analisis Laporan Keuangan) Edisi Kedelapan Buku Kedua. Jakarta: Salemba Empat
Witjaksono. 2009. Kinerja Produksi Pendederan Lele Sangkuriang Clarias sp.
Melalui Penerapan Teknologi Ketinggian Media Air 15 Cm, 20 Cm, 25 Cm, dan 30 Cm. , Bogor: Institut Pertanian Bogor
Yin, Robert K. 2013. Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo