Top Banner
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil perikanan merupakan salah satu sumber pangan yang sangat penting bagi masyarakat dunia baik untuk generasi kini maupun generasi mendatang (Simangunsong, 2008). Selain itu ikan sendiri mengandung gizi tinggi dan merupakan protein hewani yang baik dan rendah kolesterol sehingga membuat ikan sebagai bahan makanan yang sehat dan aman dikonsumsi. Dewasa ini di negara maju maupun berkembang kesadaran mengkonsumsi ikan dari yang semula berasal dari hasil peternakan sekarang beralih kepada hasil perikanan. Contoh konkrit di negara Indonesia sendiri sekarang ini Kementrian Kelauan dan Perikanan (KKP) gemar mengkampanyekan gemar makan ikan guna meningkatkan konsumsi ikan di masyarakat (Agustini et.al, 2003). Keadaan seperti ini membuat masyarakat tergiur untuk melihat peluang yang besar dalam ikut serta melakukan usaha di bidang hasil perikanan dan kelautan. Seperti yang kita lihat produk perikanan banyak sekali dapat dijumpai di pasar tradisonal maupun modern. Produk Domestik Bruto (PDB) memperkuat pernyataan ini. Produk Domestik Bruto (PDB) yang memiliki artian jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha suatu lapangan/ usaha/ sektor/ subsektor tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi menunjukkan angka yang signifikan. PDB subkategori perikanan hingga triwulan II-2015 bila dibandingkan dengan PDB pada periode yang sama pada tahun 2004 tumbuh sebesar 7,99%. Laju kumulatif
140

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

Dec 07, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hasil perikanan merupakan salah satu sumber pangan yang sangat

penting bagi masyarakat dunia baik untuk generasi kini maupun generasi

mendatang (Simangunsong, 2008). Selain itu ikan sendiri mengandung gizi tinggi

dan merupakan protein hewani yang baik dan rendah kolesterol sehingga

membuat ikan sebagai bahan makanan yang sehat dan aman dikonsumsi.

Dewasa ini di negara maju maupun berkembang kesadaran mengkonsumsi ikan

dari yang semula berasal dari hasil peternakan sekarang beralih kepada hasil

perikanan. Contoh konkrit di negara Indonesia sendiri sekarang ini Kementrian

Kelauan dan Perikanan (KKP) gemar mengkampanyekan gemar makan ikan guna

meningkatkan konsumsi ikan di masyarakat (Agustini et.al, 2003).

Keadaan seperti ini membuat masyarakat tergiur untuk melihat peluang

yang besar dalam ikut serta melakukan usaha di bidang hasil perikanan dan

kelautan. Seperti yang kita lihat produk perikanan banyak sekali dapat dijumpai di

pasar tradisonal maupun modern. Produk Domestik Bruto (PDB) memperkuat

pernyataan ini. Produk Domestik Bruto (PDB) yang memiliki artian jumlah nilai

tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha suatu lapangan/ usaha/ sektor/

subsektor tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi menunjukkan angka yang signifikan. PDB

subkategori perikanan hingga triwulan II-2015 bila dibandingkan dengan PDB

pada periode yang sama pada tahun 2004 tumbuh sebesar 7,99%. Laju kumulatif

Page 2: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

2

PDB subkategori perikanan tersebut merupakan laju kumulatif tertinggi bila

dibandingkan dengan sektor lain (Pusat Data, Statistik dan Informasi KKP, 2015).

Banyak sekali jenis ikan yang diminati oleh masyarakat Indonesia. Salah

satunya yaitu ikan lele yang selalu menjadi primadona di hati konsumen. Faktor

yang menjadi pesatnya perkembangan bisnis lele karena dalam proses

produksinya lebih banyak memanfaatkan sumber daya yang ada dan

menggunakan komponen lokal yang cukup besar sementara hasil usaha bisnis

lele sangat berpotensi besar terhadap pasar domestik (Tajerin, 2008). Menurut

Arief (2004), ikan lele memiliki tingkat permintaan yang cukup tinggi yaitu sekitar

±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele

mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan bisnis ikan lele, bisnis ikan lele

merpakan salah satu bentuk manajemen usaha, dimana manajemen adalah

proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-

usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya organisasi lainnya

untuk mencapai tujuan usaha (Handoko, 2009).

CV. Indomaju Bersama merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di

bidang pengolahan perikanan tawar. Perusahaan tersebut bertempat di

Kecamatan Turen Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Perusahaan ini

memanfaatkan ikan lele sebagai komoditi utama pada usaha CV. Indomaju

Bersama. Selanjutnya, ikan lele tersebut yang akan di pasarkan di daerah lokal.

CV. Indomaju Bersama merupakan salah satu CV. terkemuka yang memiliki profit

yang meningkat setiap tahunnya dan bisa dikatakan menjadi salah satu CV. yang

cukup maju di bidangnya.

Pengembangan usaha sangat diperlukan demi memenangkan persaingan

di dunia pasar yang semakin ketat. Suatu perusahaan dapat mengembangkan

strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada.

Page 3: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

3

Proses analisis, perumusan, dan evaluasi strategi-strategi itu disebut perencanaan

strategis. Tujuan utama perencanaan strategis aalah agara perusahaan dapat

melihat sacara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga

perusahaan dapat mengantisipasi lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat

dibedakan secara jelas, fungsi manajemen, konsumen, distributor, dan pesaing.

Perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing

(Rangkuty, 2003).

Bisnis model menjelaskan mengenai dasar pemikiran bagaimana sebuah

bisnis diciptakan, diberikan, dan ditangkap nilainya. Membuat sebuah pendekatan

model kanvas yang memudahkan para pembisnis untuk membangun dan

mengembangkan bisnis mereka. Model bisnis kanvas adalah sebuah model bisnis

yang menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi

menciptakan, menyerahkan dan menangkap nilai (Osterwalder & Pigneur, 2010).

Dengan begitu kebutuhan pengembangan usaha pada CV. Indomaju

Bersama merupakan langkah yang bagus untuk menyikapi persaingan pasar.

Pengembangan usaha yang baik memerlukan model pengembangan yang efektif

dan efisien agar tercapainya tujuan yang maksimal. Model business canvas

dimaksudkan menjadi salah satu model pengembangan bisnis yang dapat dipakai

dalam pengembangan usaha CV. Indomaju Bersama karena dengan begitu akan

terlihat strategi apa yang akan diterapkan.

1.2 Rumusan Masalah

Strategi pengembangan usaha memiliki aspek-aspek pendukung dalam

suatu usaha, meliputi aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek

finansial, aspek hukum, aspek lingkungan dan aspek sosial. Serta membuat

Page 4: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

4

rencana pengembangan bisnis untuk mengetahui apakah usaha ini layak untuk

dikembangkan atau tidak.

Berdasarkan keadaan yang ada perlu dilakukan pemilihan strategi

pengembangan usaha bisnis ikan lele di CV. Indomaju Bersama di Kecamatan

Turen Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Usaha bisnis ikan lele ini

dapat dikatakan menguntungkan karena tingginya permintaan ikan lele, namun

untuk melakukan pengembangan perlu diadaknnya penyelesaian masalah

diantaranya:

1. Bagaimana kelayakan bisnis dilihat dari aspek teknis di CV. Indomaju

Bersama?

2. Bagaimana kelayakan bisnis dilihat dari aspek pemasaran di CV. Indomaju

Bersama?

3. Bagaimana kelayakan bisnis dilihat dari aspek manajemen di CV. Indomaju

Bersama?

4. Bagaimana kelayakan bisnis dilihat dari aspek finansial di CV. Indomaju

Bersama?

5. Apakah strategi pengembangan bisnis model canvas yang tepat bagi CV.

Indomaju Bersama untuk keunggulan bersaing?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Kelayakan usaha pada CV. Indomaju Bersama yang dilihat dari aspek

teknis

2. Kelayakan usaha pada CV. Indomaju Bersama yang dilihat dari aspek

pemasaran

Page 5: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

5

3. Kelayakan usaha pada CV. Indomaju Bersama yang dilihat dari aspek

manajemen

4. Kelayakan usaha pada CV. Indomaju Bersama yang dilihat dari aspek

finansial

5. Menyusun strategi pengembangan bisnis dengan Business Model Canvas

yang tepat kepada CV. Indomaju Bersama

1.4 Kegunaan

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1. Pelaku usaha

Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan keputusan

pengembangan usaha yang ada, khususnya pada usaha bisnis ikan lele yang

dilakukan.

2. Akademisi atau penulis

Mendapatkan pengetahuan dan wawasan serta informasi tentang strategi

pengembangan usaha khususnya usaha bisnis ikan lele dan penelitian lebih lanjut.

3. Pemerintah

Sebagai alat informasi untuk pengambilan kebijakan tentang sektor

perikanan terkait dengan masalah permodalan yang difasilitasi oleh bank melalui

fasilitas pinjaman.

Page 6: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

pengembangan usaha baik dengan model canvas ataupun tidak yang menjadi

referensi penelitian ini. Dari beberapa sumber tersebut, para peneliti sering kali

menggunakan analisis teknis, analisis manajamen, analisis pemasaran dan

analisis finansial untuk menentukan keadaan pengembangan usaha.

Fajriya, R. et al

Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.) pada usaha perseorangan

aspek manajemen, aspek pemasaran dan finansial yang dapat menjadi acuan

penulis dalam melakukan penelitian. Beberapa hasil yang didapat antara lain:

a. Aspek teknis dapat membahas hal seperti sarana dan prasarana serta

kegiatan usaha mulai dari produksi sampai dengan produk sampai kepada

konsumen

b. Aspek manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

dan pengawasan

c. Aspek pemasaran dapat berupa penelitian terhadap strategi pemasaran

(segmentasi, posisi dan target pasar) dan juga bauran pemasaran (produk,

harga, tempat dan produksi)

Page 7: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

7

d. Aspek finansial berupa perhitungan kelayakan dari usaha tersebut, baik

dari segi aspek finansial jangka pendek maupu aspek finansial jangka

panjang

Lele serta Strategi Pengembangannya di U

mengkaji dan menganalisis mengenai usaha pembesaran dan pemasaran ikan

lele serta strategi pengembangannya yang dilakukan di UD Sumber Rezeki

Parung Jawa Barat. Penelitian melibatkan aspek pemasaran dan aspek finansial

yang kemuadian diolah sebagai acuan untuk analisis pengembangan usaha

dengan menggunakan metode SWOT.

Seperti halnya penelitian Rizkia (2015) yang meneliti pengembangan

usaha abon ikan juga menggunakan metode SWOT yang kemudian dilanjutkan

dengan metode analisis IFAS dan EFAS dan ditutup dengan analisis matriks IFE

dan EFE. Ditentukan terlebih dahulu faktor internal dan eksternal dalam usaha

tersebut.

Seperti pada umumnya, banyak sekali penelitian yang meneliti suatu

pengembangan usaha dengan metode analisi SWOT. Pada kali ini penulis

mencoba suatu metode baru untuk meneliti pengembangan usaha yaitu dengan

metode Business Model Canvas. Husein (2015), dalam penelitiannya yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran model bisnis dalam rangka pengembangan

strategi usaha memilih Business Model Canvas sebagi metode penelitiannya.

Sehingga penelitian ini dapat dijadikan penulis sebagai acuan dalam menerapkan

Business Model Canvas. Dalam penelitian tersebut di dapatkan hasil bahwa

terdapat 9 blok utama yang diperhatikan yaitu Customer Segments, Value

Propositions, Channel, Customer Relations, Revenue Streams, Key Resources,

Page 8: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

8

Key Activities, Key Partnerships dan Cost Structure. Dalam penelitian juga

disebutkan bahwa hasil dari kesembilan blok tersebut selanjutnya akan diuji oleh

analisis SWOT. Sehingga dapat diketahui seberap besar berpengaruhnya

kesembilan blok tersebut terhadap usaha.

2.2 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele

Berikut adalag klasifikasi ikan lele yang di bahas dalam pengembangan

usaha bisnis lele di CV. Indomaju Bersama

1. Klasifikasi dan identifikasi ikan lele (Clarias batrachus)

Berdasarkan Saanin (1984) klasifikasi ikan lele (Clarias batrachus) yaitu sebagai

berikut:

Gambar 1. Ikan lele

(sumber: www.googleimage.com)

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo : Ostarophysi

Subordo : Siluroidae

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Page 9: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

9

Morfologi ikan lele yaitu tubuhnya tidak memiliki sisik, berbentuk

memanjang serta licin. Ikan lele memiliki sirip punggung (dorsal fin) serta sirip anus

(anal fin) yang berukuran panjang dan hampir menyatu dengan ekor atau sirip

ekor. Ikan lele memiliki kepala dengan tulang mengeras di bagian atasnya, mata

yang berukuran kecil dan mulut yang cukup lebar. Pada kedua sirip dada lele

terdapat sepasang duri (patil), berupa tulang berbentuk duri yang tajam. Hampir

semua species lele hidup di perairan tawar (Witjaksono, 2009).

2.3 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Kasmir dan Jakfar (2012), studi kelayakan bisnis adalah suatu

kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha dan bisnis yang

akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut

dijalankan. Menurut Umar (2005), studi kelayakan bisnis adalah penelitian

terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atai tidaknya suatu

bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka

pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.

Menurut Umar (2005) terdapat beberapa aspek yang akan duteliti dalam

studi kelayakan bisnis yaitu aspek pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen,

aspek finansial, aspek lingkungan dan aspek sosial.

2.3.1 Aspek Pemasaran

Menurut Agustina Shinta (2011), pemasaran adalah suatu proses dan

manajerial yang membuat kelompok atau individu mendaptkan apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan

produk yang bernilai kepada pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut

penyampaian produk atau jasa mulai dari produsen sampai konsumen. Pasar dan

Page 10: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

10

pemasaran memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dan saling mempengaruhi

satu sama lainnya. Pasar tanpa pemasaran tidak ada artinya, demikian pula

pemasaran tanpa pasar juga tidak berarti (Kasmir dan Jakfar, 2012).

Keberhasilan pemasaran salah satunya didukung dengan adanya bauran

pemasaran. Bauran pemasaran adalah kombinasi dari variabel atau kegiatan yang

merupakan inti dari pemasaran (Kismono, 2001). Menurut Kotler dan Amstrong

(2012) ada 4 variabel (4P) dalam kegiatan bauran pemasaran yaitu sebagai

berikut:

1. Produk (Product)

Produk merupakan kombinasi barang dan jasa perusahaan yang

ditawarkan ke target pasar. Produk memiliki nilai guna yang dapat ditawarkan,

dimiliki, atau dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan. Dalam memilih produk yang

akan dipasarkan perlu dilihat bagaimana keadaan kebutuhan pasar. Hal ini akan

berkaitan dengan modal dan fasilitas yang tersedia, selera, kualitas barang atau

produk yang akan disesuaikan dengan kebutuhan pasar (Kanisius, 2000).

2. Harga (Price)

Menurut Kotler dan Amstrong (2012), harga adalah jumlah uang pelanggan

yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan produk. Harga bukan saja sebagai

komponen untuk megembalikan modol perusahaan, tetapi juga sebagai

komponen untuk mendapatkan keuntungan serta penentu kelangsungan hidup

perusahaan (Lamb, et.al, 2001).

3. Tempat (Place)

Menurut Kotler dan Amstrong (2012), tempat meliputi kegiatan perusahaan

yang membuat produk tersedia untuk target konsumen. Pemilihan tempat atau

lokasi merupakan nilai investasi yang paling mahal, karena dengan begitu akan

Page 11: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

11

menentukan ramai atau tidaknya pengunjung. Seperti halnya tempat usaha yang

berada di pinggir jalan akan menarik peluang yang lebih besar terhadap konsumen

karna hanya dengan sekedar mampir dan melihat-lihat pengunjung akan tertarik

(Rachmawati, 2011).

4. Promosi (Promotion)

Menurut Lamb, et.al (2001), promosi adalah sebuah kegiatan yang

menghasilkan informasi, membujuk, atau meningkatkan konsumen akan manfaat

dari suatu produk yang mana tujuan dari melakukan kegiatan promosi ialah:

a. Memperkenalkan produk baru ke masyarakat

b. Memperpanjang masa kedewasaan produk

c. menjaga stabilisasi perusahaan dari kemungkinan persaingan

d. Mendorong penjualan Produk

2.3.2 Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan salah satu aspek yang dapat diteliti dalam hal

pengembangan usaha. Aspek teknis memiliki tujuan untuk memastikan bahwa ide

atau gagasan yang dipilih pemilik usaha itu layak. Dikatakan layak yaitu dalam hal

pemilihan lokasi dan fasilitas, manajemen barang, dan manajemen toko.

a. Menurut Levy dan Weitz (2004) lokasi strategis dibutuhkan dalam usaha

ritel (eceran). Pemilihan lokasi harus konsisten dengan perilkau konsumen

serta target pasar yang akan dicapai.

b. Strategi manajemen barang meliputi proses perencanaan produk,

pembelian produk, penetapan harga, dan komunikasi dengan pelanggan.

Sedangkan manajemen toko meliputi pengelolaan toko yang efektif,

penentuan tata letak dan design barang pada toko serta layanan konsumen

(Levy dan Weitz, 2012).

Page 12: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

12

c. Manajemen toko dan pengelolaan efektif dapat memberi dampak finansial

yang signifikan dalam suatu usaha. Hal ini dapat dilakukan oleh manajer

toko dengan meningkatkan produktifitas karyawan toko dengan

mengembangkan tenaga kerja yang berdidikasi. Peningkatan layanan

konsumen merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan dengan

memaksimalkan layanan yang diberikan dengan ekspetasi konsumen.

Layanan yang dapat diberikan yaitu layanan pribadi yang bergantung pada

penjual yang berhubungan langsung pada konsumen dan layanan standar

yang memiliki aturan serta prosedur yang konsisten (Levy dan Weitz,

2012).

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), secara umum ada beberapa hal yang

hendak dicapai dalam penilaian aspek teknis:

1. Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi

pabrik, gudang, cabang, maupun kantor pusat

2. Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses

produksi yang dipilih demi tercapainya efisiensi pekerjaan

3. Agar perusahaan dapat menentukan teknologi yang paling tepat untuk

operasional perusahaan

4. Agar perusahaan dapat menentukan metode persediaan yang paling baik

dijalankan yang sesuai dengan bidangnya\

5. Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang

dan di masa yang akan datang

Page 13: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

13

2.3.3 Aspek Manajemen

Aspek manajemen dan organisasi merupakan aspek yang sangat penting

di analisis untuk kelayakan usaha. Menurut Terry (2005), manajemen yaitu suatu

proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu

kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud

yang nyata. Hal tersebut mengenai pengetahuan tentang apa yang akan

dilakukan, menetapkan bagaimana cara melakukannya, memahami bagaimana

harus melakukannya dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha yang telah

dilakukan. Menurut Terry (2009), fungsi manajemen dapat dibagi menjadi 4 bagian

yakni:

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah penetepan pekerjaan yang akan dilakukan demi

tujuan yang sudah ditentukan bersama. Dalam planning akan terdapat kegiatan

pengambilan keputusan karna akan ada perencanaan alternatif-alternatif

pengambilan keputusan. Disarankan untuk dapat memandang keadaan jauh

kedepan guna menentukan pola dari himpunan tindakan yang kan dilakukan.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian ialah proses pengelompokan kegiatan-kegiatan untuk

mecapai tujuan-tujuan dan penugasan setiap kelompok kepada seorang manajer.

Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua sumber-

sumber yang diperlukan termasuk manusia sehingga pekerjaan yang dikehendaki

dapat dilaksanakan dengan berhasil.

Page 14: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

14

3. Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan merupakan penggerakan anggota-anggota kelompok

sedemikian rupa, sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai

tujuan yang telah direncanakan bersama.

4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan atau controlling adalah penemuan dan penerapan cara dan

alat untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan rencana

yang ditetapkan.

2.3.4 Aspek Finansial

Aspek finansial meliputi anggaran rutin dan pembangunan dari suatu

instansi pemerintahan. Aspek finansial dapat di analogikan sebagai aliran darah

manusia yang mengalir dalam tubuh, dengan kata lain aspek finansial merupakan

salah satu aspek penting untuk mengukur kinerja (Tangkilisan, 2005). Dalam

aspek finansial perlu diperhatikan beberapa hal seperti:

1. Modal usaha

Modal merupakan salah satu hal penting yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan perusahaan sehari-harinya. Dalam implementasinya

terdapat 2 macam modal yaitu modal kerja dan modal tetap. Modal kerja ialah

kelebihan aktiva di atas hutang lancar. Sedangkan aktiva tetap di dapat dari

penjumlahan seluruh aktiva tetap. Sedangkan modal tetap ialah modal yang

diperuntukkan untuk jangka waktu yang laman, contohnya bangunan dan tanah

(Riyanto, 2010).

Mendanai suatu perusahaan maka diperlukan modal yang bisa di dapat

dari modal sendiri atau modal pinjaman. Pilihan apakah menggunakan modal

sendiri atau modal tetap tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan

Page 15: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

15

kebijakan oemilik usaha dengan mempertimbangkan keuntungan kerugian yang

didapatkan (Kamir dan Jakfar, 2003).

2. Biaya Produksi / Biaya Total (TC)

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang digunakan untuk

penyediaan barang dan jasa. Menurut Carter dan Usry (2004), biaya produksi

adalah the

Dengan kata lain biaya produksi merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan

untuk mendapatkan sejumlah input yaitu secara akuntansi sama dengan uang

yang tercatat.

Biaya produksi sendiri memiliki arti yaitu biaya yang akan dikeluarkan

perusahaan dalam rangka membuat usaha baru, baik dalam hal aktiva tetap

sendiri meliputi pembeliaan tanah, pendirian bangunan, pembelian mesin

kendaraan atau inventarisasi lainnya (Kasmir dan Jakfar, 2003)

3. Penerimaan

Penerimaan merupakan penerimaan yang didapatkan dari penerima

dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi baik biaya tetap

maupun tidak tetap. Total Revenue (TR) atay penerimaan didapat dari perkalian

antara produk yangdihasilkan (Q) dengan harga penjualan (P) (Soekartawi, 2003).

Keuntungan maksimum adalah selisih antara penghasilan total (TR)

dengan pembiayaan total (TC). Penghasilan total (TR) adalah jumlah uang atau

nilai yang diperoleh dari hasil penjualan sejumlah produk yang dihasilkan,

sedangkan untuk pembiayaan total (TC) terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak

tetap (Hanafiah dan Saefuddin, 2006).

Page 16: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

16

4. Revenue Cost Ratio (RC ratio)

Analisis R/C untuk mengetahui njilai perbandingan antara penerimaan

dan biaya produksi yang digunakan. Semakin besar rati maka akan semakin besar

keuntungan yang diperoleh, ini bisa diperoleh apabila faktor produksi dialokasikan

dengan lebih efisien (Soekartawi, 2003).

Revenue Cost Ratio merupakan perbandingan antara penerimaan

dengan biaya yang bertujuan untuk mengetahui keuntungan yang dihasilkan.

Menurut Soekartawi (2003), RC ratio memiliki beberapa kriteria yaitu apabila

R/C > 1, maka usaha tersebut dikatakan menguntungkan

R/C = 1, maka usaha tersebut dikatakan tidak untung tidak rugi

R/C < 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian

5. Keuntungan

Raharja dan Manarung (2004), mendefinisikan bahwa laba atas

keuntungan adalah nilai total penerimaan perusahaan dikurangi total biaya yang

dikeluarkan perusahaan.

Perhitungan keuntungan perlu dilakukan untuk mengetahu jumlah laba

yang didapat dalam melaksanakan usaha. Keuntungan didapat dari selisih antara

penerimaan total dan total biaya. Total biaya sendiri dari biaya tetap (fixed cost)

dan biaya tidak tetap (variable cost) ( Riyanto, 2001).

6. Rentabilitas

Menurut Riyanto (1995), rentabilitas adalah kemampuan suatu usaha

untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu usaha yang

menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang

menghaislkan laba tersebut.

Page 17: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

17

Rentavilitas adalah perbandingan antara modal sendiri dengan

modalasing yang digunakan untuk menghasilkan laba yang digunakan untuk

menghasilkan keuntungan laba dan dihitung menggunakan persentase (Riyanto,

2001).

7. Break Event Point (BEP)

Break Event Point (BEP) ada alat atau tehnik yang digunakan untuk

melihat tingkat penjualan tertentu sehingga tidak mengalami laba dan juga tidak

mengalami kerugian (Sigit, 2002).

Analisis Break Event Point adalah analisis yang mempelajari hubungan

antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Oleh

dikarenakan analisa ini mempelajari hubungan antara biaya kegiatan hingga

-Profit-Volume

8. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang yang merupakan

selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-

penerimaan kas bersih di masa akan datang (Umar, 2003).

Metode NPV merupakan metode perhitungan kelayakan usaha yang

mempertimbangkan antara waktu dan uang dengan cara menghitung selisih

anttara nilai investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih. Jika hasil NPV

positif maka usaha investasi bisa dilanjutkan, penggunaan NPV bisa digunakan

sebagai alat bantu dalam penilaian investasi dengan model Profitability Indeks

(Arifin, 2007).

Page 18: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

18

9. Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan ratio perbandingan antara benefit bersih dari tahun-

tahun yang bersangkutan yang telah di present value-kan dengan biaya bersih

dalam tahun Bt-Ct telah di present value-kan juga (Pudjosumarto, 1985).

Net B/C merupakan perbandingan sedemikian rupa sehingga

pembilangnya terdiri atas Present Value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun

dimana benefit tersebut bersifat positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas

Present Value total atau biaya-biaya bersih dalam tahun-tahun dimana biaya kotor

layak sedangkan bila Net B/C < 1, maka proyek dikatakan tidak layak (Marimin,

2004).

10. Internal Rate of Turn (IRR)

IRR adalah penghitungan tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang

investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa

mendatang. Metode IRR merupakan cara untuk menghitung tingkat suku bunga

yang berasal dari pemasukan kas atau proceed (laba+penyusutan) yang

diharapkan akan diterima karena terjadi pengeluaran model investasi (Arifin,

2006).

Menurut Pudjosumarto (1988), IRR merupakan tingkat bunga yang

mengembangkan bahwa anatara benefit (penerimaan) yang telah di present value

kan dan cost (pengeluaran) yang telah di present value kan sama dengan nol.

Kriteria IRR ini memberikan pedoman bahwa proyek akan dipilih apabila IRR >

Social Discount Rate. Begitu pula sebaliknya, jika diperoleh IRR < Social Discount

Rate, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan.

Page 19: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

19

11. Pay Back Period (PP)

Payed Back Period merupakan waktu yang diperhitungkan dalam hal

pengembalian modal yang sudah diberikan pada usaha. Apabila setiap tahun

proceeds yang didapat sama maka payback period (PP) dapat dihitung dengan

membagi jumlah investasi dengan proceeds tahunan (Suliyanto, 2010).

Menurut Riyanto (2011), metode payback period memiliki kelemahan-

kelemahan prinsipiil sebagai berikut:

a. Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds

yang diperoleh sesudah payback period tercapai, oleh karenanya kriteria

kecepatan kembalinya dana

b. Met

2.4 Analisis Business Model Canvas

Business Model Canvas adalah bahasa yang sama untuk

menggambarkan, menvisualisasikan, menilain dan mengubah model bisnis.

Konsep ini menjadi bahasa untuk saling berbagi ide yang memungkinkan

mendeskripsikan dengan mudah dan memanipulasi model bisnis untuk strategi

alternatif. Bisnis model kanvas akan menjelaskan pemikiran dasar sebuah bisnis

diciptakan, diberikan dan ditangkap nilainya (Osterwalder dan Pigneur, 2012).

Menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), Business Model Canvas adalah

sebuah model bisnis menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana

organisasi meciptakan, memberikan dan menangkap nilai. Canvas ini membagi

business model menjadi sembilan buah komponen utama, kemudian dipisahkan

lagi menjadi komponen kanan (sisi kreatif) dan kiri (sisi logika). Persis seperti otak

Page 20: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

20

manusia. Kesembilan komponen tersebut adalah (diurut dari kanan ke kiri)

customer segments, value proposition, channel, customer relathionships, revenue

streams, key resources, key activities, key partnership dan cost structure. Menurut

Osterwalder dan Pigneur (2012), business model canvas dibagi menjadi 9

komponen, berikut penjabarannya:

1. Customer Segments (Segmen Pelanggan)

Blok bangunan segmen pelanggan menggambarkan sekelompok orang

atau organisasi berbeda yang akan dijangkau oleh perusahaan. Pelanggan adalah

inti dari semua model bisnis. Tanpa pelanggan (yang dapat memberi keuntungan),

tidak akan ada perusahaan yang dapat mampu bertahan dalam waktu lama. Untuk

lebih dapat memuaskan pelanggan dikelompokkanlah pelanggan-pelanggan

tesebut berdasarkan kesamaan kebutuhan, perilaku ataupun atribut lain. Sebuah

model bisnis dapat menggambarkan satu atau beberapa segmen pelanggan,

besar ataupun kecil. Suatu organisasi harus memutuskan segmen mana yang

dilayani dan mana yang diabaikan.

2. Value Propositions (Proporsi Nilai)

Blok bangunan proposi nilai menggambarkan penggabungan antara

produk dan layanan yang meciptakan nilai untuk segmen pelanggan spesifik.

Proposi nilai dapat memecah masalah pelanggan atau memuaskan kebutuhan

pelanggan. Setiap proposi nilai berisi gabungan produk dan /atau jasa tertentu

yang melayani kebutuhan segmen pelanggan spesifik. Dalam hal ini proposi nilai

merupakan kesatuan atau gabungan manfaat-manfaat yang ditawarkan

perusahaan kepada pelanggan. Nilai yang dimaksudkan tergolong ke dalam

beberapa golongan, yaitu:

Page 21: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

21

a. Menyelesaikan pekerjaan

b. Desain

c. Merek/status

d. Harga

e. Pengurangan biaya

f. Pengurangan resiko

g. Kemampuan dalam mengakses

h. Kenyamanan/kegunaan

3. Channel (Saluran)

Blok bangunan saluran menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan

berkomunikasi dengan segmen pelanggannya dan menjangkau mereka untuk

memberi proporsi nilai. Saluran komunikasi, distribusi dan penjualan merupakan

penghubung antara perusahaan dengan pelanggan, saluran adalah titik sentuh

pelanggan yang sangat berperan dalam setiap kejadian yang mereka alami.

4. Customer Relationships (Hubungan Pelanggan)

Blok bangunan hubungan pelanggan menggambarkan berbagai jenis

hubungan yang dibangun perusahaan bersama segmen pelanggan yang spesifik.

Sebuah perusahaan harus menjelaskan jenis hubungan yang dibangun bersama

segmen pelanggan. Hubungan yanga ada akan bervariasi dari yang bersifat

pribadai sampai dengan otomatis.

5. Revenue Streams (Arus Pendapatan)

Blok arus pendapatan menggambarkan uang tunai yang dihasilkan

perusahaan dari masing-masing segmen pelanggan (biaya harus mengurangi

pendapatan untuk menghasilkan pemasukan). Jika pelanggan adalah inti dari

model bisnis, arus pendapatan adalah urat nadinya. Perusahaan haru sbertany

Page 22: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

22

apada dirinya sendiri, untuk masing0masing segmen pelanggan apakah benar-

benar bersedia membayar? Jika pertanyaan tersebut terjawab dengan tepat,

perusahaan dapat menciptakan satu atau lebih arus pendapatan mungkin memiliki

mekanisme penetapan harga yang berbeda seperti harga tetap, penawaran

pelelangan, kebergantungan pasar bergantung keterbegantungan volume atau

manajememn hasil.

6. Key Resources (Sumber Daya Utama)

Blok bangunan sumber daya utama menggambarkan aset-aset terpenting

yang diperlukan agar sebuah model bisnis dapat berfungsi. Setiap model bisnis

memungkinkan perusahaan menciptakan dan menawarkan proporsi nilai,

menjangkau pasar mempertahankan hubungan dengan segmen pelanggan dan

memperoleh pendapatan. Kebutuhan sumber daya utama berbeda-beda sesuai

jenis model bisnis.

7. Key Activities (Aktivitas Kunci)

Blok bangunan aktivitas kunci menggambarkan hal-hal terpenting yang

harus dilakukan perusahaan agar model bisnisnya dapat bekerja. Setiap model

bisnis memerulakan sejumlah aktivitas kunci yaitu tindakan-tindakan terpenting

yang harus diambil perusahaan agar dapat beroperasi sukses. Seperti halnya

sumber daya utama, aktivitas-aktivitas kunci diperlukan untuk meciptakan dan

memberikan proporsi nilai, menjangkau pasar, mempertahankan hubungan

pelanggan dan memperoleh pendapatan. Seperti sumber pertama aktivitas-

aktivitas kunci berbeda bergantung pada jenis model bisnisnya.

8. Key Partnership (Kemitraan Utama)

Blok bangunan kemitraan utama menggambarkan jaringan pemasok dan

mitra yang dapat membuat model bisnis dapat bekerja. Perusahaan membentuk

kemitraan dengan berbagai alasan, dan kemitraan menajadi alasan, dan

Page 23: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

23

kemitraan menjadi landasan dari berbagai model bisnis mengurangi resiko atau

memperoleh daya mereka.

9. Cost Structure (Stuktur Biaya)

Struktur biaya menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

mengoperasikan model bisnis. Blok bangunan ini menjelaskan biaya terpenting

yang muncul ketika mengoperasikan model bisnis tertentu. Menciptakan dan

memberikan nilai mempertahankan hubungan pelanggan dan menghasilkan

pendaptan, menyebabkan timbulnya biaya. Perhitungan biaya semacam ini relatif

lebih mudah setelah sumber daya utama, aktivitas-aktivitas kunci dan kemitraan

utama ditentukan. Meskipun demikian, beberapa model bisnis lebih terpacu dalam

hal biaya daripada model bisnis lainnya.

Gambar 2. Skema Business Model Canvas

Page 24: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

24

2.5 Perencanaan Strategi Business Model Canvas

Strategi merupaka penentuan kerangka kerja dari aktivitas bisnis

perusahaan dan dengan memberikan pedoman untuk mengkoordinasi aktivitas,

sehingga perusahaan dapat mempengaruhi dan menyesuaikan lingkungan yang

selalu berubah. Strategi mengatakan dengan jelas jenis lingkungan dan strategi

apa yang pas dan cocok untuk dijalankan dan dilalui oleh perusahaan (Kuncoro,

2005).

Menurut Querton (2002), business plan adalah dokumen hasil dari

perencanaan yang melibatkan manajemen dan organisasi berjalan dengan baik

maka perusahaan akan mendapat hasil yang baik pula.

2.6 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir dapat ditentukan dengan gambar sebagai berikut:

Gambar 3. Kerangka Berfikir Usaha Bisnis Ikan Lele

Analisis Usaha

Aspek Pemasaran

Aspek Teknis

Aspek Manajemen

Aspek Finansiil

Analisis Business Model Canvass

Strategi Bisnis Pengembangan Usaha Bisnis ikan Lele

Usaha Bisnis Ikan Lele CV. Indomaju Bersama

Page 25: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

25

Kerangka berfikir penelitian yang berjudul strategi bisnis pengembangan

usaha bisnis ikan lele CV. Indomaju Bersama di kecamatan Turen Gondanglegi,

Malang Jawa Timur yang dilakukan untuk menganalisis Business Model Canvas

sebagai pilihan cara pengembangan usaha yang tentunya diikuti dengan analisis

aspek-aspek yang ada seperti aspek pemasaran, aspek teknis, aspek finansial,

aspek manajeman serta aspek lingkungan dan sosial.

Page 26: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

26

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian bisnis ikan lele yang dipilih bertempat di CV. Indomaju

Bersama Kecamatan Turen Gondanglegi, Malang, Jawa Timur. Penelitian

dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2017.

Alasan mengapa memilih tempat penilitian di CV. Indomaju Bersama ini

karena CV. Indomaju Bersama memiliki keadaan usaha yang sangat cocok untuk

diteliti seusai dengan judul dan metode penelitian dan juga CV. Indomaju bersama

sedang melakukan pengembangan usaha terhadap bisnis ikan lelenya. Sehingga

diperkirakan memerlukan pengembangan usaha dengan cara ataupun metode

baru agar tujuan pengembangan usaha dapat dengan maksimal tercapai.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian desktiptif. Menurut

Sukmadinata (2007), penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang

ditunjukkan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik

fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena tersebut dapat

berupa aktivitas, perubahan, hubungan, kesamaan, karakteristik, bentuk, ataupun

perbedaan fenomena satu dengan fenomena yang lainnya. Jadi dapat dikatakan

penelitian deskriptif tidak hanya terbatas pada hal pengumpulan data, tetapi juga

mengenai analisis dan intepretasi tentang arti dari data tersebut.

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dan juga kuantitaitf . Hal

yang termasuk dalam deskriptif kualitatif yaitu berupa kajian mengenai faktor-

Page 27: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

27

faktor yang mempengaruhi usaha bisnis lele CV. Indomaju Bersama baik secara

internal maupun ekternal, aspek teknis pada usaha, aspek pemasaran pada

usaha, dsb. Sedangkan yang termasuk dalam deskriptif kuantitatif yaitu mengenai

intepretasi dari setiap perhitungan aspek finansial pada CV. Indomaju Bersama.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya

akan diduga disebut popilasi. Populasi dibedakan menjadi sampling dan populasi

sasaran, sedangkan populasi sasaran adalah seluruh wilayah usaha dalam

penelitian (Singarimbun dan Efendi, 2006).

Sampel merupakan sebagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang

ada populasi, misalkan keterbatasan dana, tenaga, dan waktu maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari beberapa populasi tersebut (Sugiyono,

2012).

Seperti dalam penelitian ini populasi yang termasuk dalam populasi

penelitian ini yaitu pengusaha bisnis ikan lele pada CV. Indomaju Bersama.

Dengan teknik pengambilan sampling berupa simple random sampling yaitu teknik

pengambilan sampling yang sangat sederhana, karena pengambilan sampling

diambil secara acak, tanpa memperhatikan kelas yang ada dalam populasi.

Biasanya hal ini dipakai saat anggota populasi dianggap homogen. Sampel dalam

penelitian ini yaitu para pegawai maupun pemilik usaha bisnis ikan lele CV.

Indomaju Bersama.

Page 28: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

28

3.4 Jenis dan Sumber Data

Untuk mendukung proses penelitian perlu adanya data yang sesuai dari

sumber data. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian

ada beberapa macam, yaitu:

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber

data oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari

responden maupun pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini melalui

wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan

(Suhardi, 2010).

Data primer yang dimaksudkan di sini adalah data yang diperoleh dari

diskusi dan wawancara dengan konsumen pada CV. Indomaju Bersama ataupun

pemiliknya dan juga dengan seluruh elemen yang terlibat langsung dalam kegiatan

produksi ataupun jual beli bisnisan ikan pada CV. Indomaju Bersama. Jenis data

primer yang dikumpulkan berupa partisipasi aktif, observasi dan wawancara.

1. Partisipasi Aktif

Adapun kegiatan yang diikuti dalam penelitian ini yaitu meliputi:

Ikut serta dalam kegiatan usaha bisnisan ikan pada CV. Indomaju

Bersama

Ikut serta dalam memproses penjualan dan pembelian bisnisan ikan

pada CV. Indomaju Bersama

Page 29: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

29

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti (Usman dan Akbar, 2006). Pengamatan dilakukan secara

langsung tanpa menggunakan alat atau benda. Observasi yang dilakukan dalam

penelitian di CV. Indomaju Bersama, meliputi:

Mengamati teknis dan mekanisme penjualan ikan lele

Mengamati teknis dan mekanisme pembukuan keuangan penjualan

ikan lele

Mengamati respon konsumen

Mengamati perkembangan penjualan ikan lele

3. Wawancara

Wawancara merupakn proses tanya jawab lisan antara dua orang atau

lebih secara langsung. Wawancara yang dalam penelitian di CV. Indomaju

Bersama ditujukan untuk pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan. Isi

wawancara tersebut, diantaranya:

Mengenai teknis pembukuan usaha

Kriteria lele dengan ukuran ekonimis

4. Dokumentasi

Dalam pengambilan dokumentasi di CV. Indomaju Bersama selaku

pelaksana dalam kegiatan penelitian akan mengambil dokumentasi yang bersifat

data sekunder ini sebagai berikut:

Data letak CV. Indomaju Bersama

Page 30: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

30

Keadaan umum harian kegiatan pada CV. Indomaju Bersama

Data keadaan keuangan CV. Indomaju Bersama

Foto saat melakukan partisipasi aktif

Foto saat melakukan wawancara

Foto saat melakukan observasi

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung

diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitinya. Data sekunder ini disebut juga

dengan data tangan kedua. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi

atau data laporan yang telah tersedia (Saifuddin Azwar, 2004).

Sehingga dengan begitu data sekunder didapatkan dari sumber kedua

bukan diusahakan sendiri pengumpulannya dan data tersebut telah diolah. Data

sekunder dapat dikatakan juga sebagai pendukung dan pelengkap pengerjaan

suatu laporan. Pengambilan data sekunder yang dimaksudkan ada dalam

penelitian ini, meliputi:

Keadaan umum lokasi penelitian berupa geografis dan topografis,

keadaan penduduk di daerha penelitian, kondisidomografi dan peta

Keadaan umum usaha perikanan di daerah penelitian

3.5 Metode Pengambilan Data

Untuk mendukung proses penelitian perlu adanya metode pengambilan

data yang sesuai dari fakta yang ada. Metode pengambilan data yang diperlukan

dalam kegiatan penelitian ada beberapa macam, yaitu:

Page 31: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

31

1. Wawancara

Menurut Singarimbun dan Effendi (2006), wawancara merupakan suatu

proses interaksi dan komunikasi dimana hasil wawancara ditentukan oleh

beberapa fakto yang berinterakjsi dan mempengaruhi arus informasi. Dengan

wawancara peneliti mendapatkan informasi yang akurat berdasarkan fakta-fakta

yang ada di lapang sehingga peneliti dapat menggunakan data wawancara

tersebut sebagai dasar data penelitian selanjutnya. Dengan adanya wawancara

maka diperlukan adanya kuisioner untuk melihat tolak ukur hasil wawncara dengan

dasaran nilai yang telah ditetapkan. Pada dasrnya kuisioner adalah suatu dasar

pertanyaan baris-baris dan kolom-kolom untuk diisi dengan jawaban-jawaban

yang akan ditanyakan (Supranto, 1997)

Menurut Darmawan (2013) terdapat beberapa macam kuisioner, antara

lain:

Kuisioner tertutup yaitu tugas responden memilih satu atau lebih

kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Jadi cara

menjawab sudah diarahkan dan kemungkinan jawaban telah ditetapkan

Kuisioner terbuka yaitu tugas berupa pertanyaan-pertanyaan bebas yang

memberi kebebasan kepada responden untuk menjawabnya

Kuisioner campuran yaitu gabungan dari kuisioner sebelumnya. Disamping

telah ada kemungkinan-kemungkinan jawaban yang tersedia, disediakan

pula titik-titik kosong untuk menampung kemungkinan-kemungkinan

jawaban yang belum tersedia.

Metode wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengambil data

dan informasi mengenai permasalahan dan pengelolaan usaha bisnis ikan lele CV.

Indomaju Bersama, faktor internal dan eksternal dalam pengelolaan usaha,

Page 32: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

32

wawancara mengenai pembukuan keuangan usaha, dsb. Sedangkan tipe

kuisioner yang dipakai yaitu tipe kuisioner terbuak dan kuisioner campuran.

2. Observasi

Observasi adalah kunjungan lapang dimana peneliti meciptaan

kesempatana untuk obserbasi langsung, dan berasumsi bahwa fenomena yang

diamati tidak historis, serta kondisi lingkungan sosial yang sangat relevan untuk

observasi. Observasi dimulai dari kegiatan pengumpulan data yang formal hingga

kasual. Penelitian yang berangkutan dapat diminta untuk mengukur peristiwa tipe

perilaku lapang dalam periode tertentu (Yin, 2013).

Dalam penelitian ini, observasi atau pengamatan dilakukan pada penelitian

meliputi kegiatan pada usaha bisnis ikan lele serta pengamatan keadaan lain yang

berhubungan dengan usaha yang diteliti.

3. Dokumentasi

Rianse dan Abdi (2009), menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan

sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang akan terbentuk

dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surta,

catatan-catatan harian, cendramta, lapodan dan sebagainya.

Dalam penelitian ini dokumen yang dimaksud adalah pengumpulan data

melalui pengelola usaha bisnis lele CV. Indomaju Bersama, serta gambar-gambar

atau foto yang diambil pada tempat usaha bisnis lele CV. Indomaju Bersama.

Page 33: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

33

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data terdiri atas pengujian, pengkategorian, pentabulasian,

ataupun pengkombinasian kembali bukti-bukti untuk menunjuk proposisi awal

suatu penelitian. Tiga teknik analisis yang menentukan yaitu penjodohan pila,

pembuatan penjelasan dan analisis deret waktu. Dalam penelitian, semua data

primer yang diperoleh dilapang akan dilakukan penjodohan pola lalu dibuat

penjelasannya dan dianalisis deret waktu dengan data sekunder yang diperoleh

(Yin, 2013).

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini berjudul

CV. Indomaju Be

menggunakan metode deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2008) bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang biasanya

digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah dimana peneliti

berperan sebagai instrumen kunci. Dalam penelitian ini untuk menganalisa data

yang telah didapat dalam penelitian melalui wawancara, observasi serta

dokumentasi menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dengan begitu peneliti

dapat mengungkapkan segala sesuatu yang telah terjadi di lapang secara detail

melalui penjelasan kualitatif.

Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kualitatif dan analisis

data deskriptif kuantitatif. Analisis data deskriptif kualitatif didapatkan dari

penyelesaiian analisis aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek pemasaran.

Deskriptif kuantitatif adalah penggambaran suatu angka yang dapat digambarkan

dalam bentuk statik deskriptif, antara lain berupa skala pengukuran, hubungan,

Page 34: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

34

varitabilitas dan sentral tendensi. Data yang diperoleh berkaitan dengan aspek

finansial dianalisis dengan menggunakan deskriptif kuantitatif. Deskriptif kuantitatif

dengan menggunakan metode yang bertujuan untuk memberikan perhitungan

angka mengenai data-data yang menyediakan angka.

3.6.1 Penyelesaian Aspek Teknis

Aspek teknis atau operasi juga disebut aspek produksi. Hal-hal yang

diperhatikan dalam aspek teknis adalah masalah pebebtuan lokasi, luas produksi,

tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik, dan proses produksi lainnya

termasuk pemilihan teknologi. Kelengkapan kajian aspek operasi sangat

tergantung dari jenis usaha yang akan dijalankan, karena setiap jenis usaha

memiliki prioritas tersendiri (Kasmir dan Jakfar, 2003).

Data yang diperoleh meliptui kegiatan produlsi yang dianalisis secara

deskripsi kualitatif bertujuan untuk memberikan gambaran secara umum,

sistematis, dan faktual mengenai pelaksanaan kegiatan produksi sebagai berikut:

Mengetahui sarana dan prasarana yang ada

Proses pembuatan produk

Faktor pendorong dan faktor penghambat

3.6.2 Penyelesaian Aspek Manajemen

Menurut Terry (2005), manajemen yaitu suatu proses atau kerangka kerja,

yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah

tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Hal tersebut

mengenai pengetahuan tentang apa yang akan dilakukan, menetapkan

Page 35: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

35

bagaimana cara melakukannya, memahami bagaimana harus melakukannya dan

mengukur efektivitas dari usaha-usaha yang telah dilakukan.

Pada aspek manajemen ini terdapat beberapa fungsi sebagai bagian dari

proses manajemen, antara lain

a. Fungsi Perencanaan (Planning)

Fungsi ini dapat berupa tindakan yang akan dilakukan untuk menentukan

sasaran dan arah yang dipilih. Kaitannya dengan penelitian kali ini fungsi

perencanaan akan dipakai pada saat menentukan sasaran ataupun arah

perencanaan pengembangan usaha yang akan dilakukan.

b. Fungsi Pengorganisasian (Organaizing)

Fungsi yang dipakai untuk merinci serta membagi-bagi tugas dari setiap

elemen yang tergabung dalam usaha. Sesuai dengan penelitian, fungsi ini akan

dipakai pada saat ada penggolongan-penggolongan tugas baru yang ditujukan

kepada pengelola usaha CV. Indomaju Bersama.

c. Fungsi Pergerakan (Actuating)

Fungsi pergerakan dapat dilakukan untuk merangsang anggota-anggota

kelompok dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam suatu usaha. Hal ini

pada saat penelitian digunakan pada saat terjadi perencanaan pengembangan

usaha yang mebutuhkan banyak sekali kinerja karyawan agar perencanaan

pengembangan dapat dengan mudah terlaksana.

Page 36: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

36

d. Fungsi Pengawasan (Controlling)

Demi terlaksananya perencanaan pengembangan usaha yang maksimal

diperlukan pengawasan terhadap semua hal yang telah dan akan dilakukan.

Dengan menyusun cara dan kiat-kiat yang akan dilakukan dalam perencanaan

pengembangan usaha fungsi ini dapat diimplemantasikan dalam penelitian.

3.6.3 Penyelesaian Aspek Pemasaran

Menurut Agustina Shinta (2011), pemasaran adalah suatu proses dan

manajerial yang membuat kelompok atau individu mendaptkan apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan

produk yang bernilai kepada pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut

penyampaian produk atau jasa mulai dari produsen sampai konsumen. Pasar dan

pemasaran memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dan saling mempengaruhi

satu sama lainnya. Pasar tanpa pemasaran tidak ada artinya, demikian pula

pemasaran tanpa pasar juga tidak berarti (Kasmir dan Jakfar, 2012).

Mengetahui bagaiman peluang yang ada dan dapat diambil sehingga

konsumen dapat bertambah dan usaha dapat berkembang dengan baik maka

dalam penelitian ini akan dicari produk lele dengan kualitas seperti apa yang

diinginkan oleh konsumen, pada harga berapa usaha bisnis ikan lele ini dapat

diterima oleh konsumen, promosi seperti apa yang dapat dilakukan oleh CV.

Indomaju Bersama agar pengembangan usaha dapat dilakukan dengan maksimal,

serta saluran dan marjin pemasaran seperti apa yang pantas diterapkan pada

perencanaan pengembangan usaha CV. Indomaju Bersama.

Page 37: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

37

3.6.4 Penyelesaian Aspek Finansial

Aspek finansial meliputi anggaran rutin dan pembangunan dari suatu

instansi pemerintahan. Aspek finansial dapat di analogikan sebagai aliran darah

manusia yang mengalir dalam tubuh, dengan kata lain aspek finansial merupakan

salah satu aspek penting untuk mengukur kinerja (Tangkilisan, 2005).

Penelitian dalam hal aspek finansial dapat dikategorikan kedalam 2 hal

analisis yaitu analisis jangka pendek dan jangka panjang. Perhitungan tersebut

akan dibedakan sebagai berikut:

a. Analisis Finansial Jangka Pendek

Analisis Finansial jangka pendek meliputi modal, penerimaan dan biaya,

RC ratio, rentabilitas, keuangan dan Break Event Point (BEP).

1. Permodalan atau modal merupakan salah satu hal penting yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan perusahaan sehari-harinya. Dalam implementasinya

terdapat 2 macam modal yaitu modal kerja dan modal tetap. Modal kerja ialah

kelebihan aktiva di atas hutang lancar. Sedangkan aktiva tetap di dapat dari

penjumlahan seluruh aktiva tetap. Sedangkan modal tetap ialah modal yang

diperuntukkan untuk jangka waktu yang laman, contohnya bangunan dan tanah

(Riyanto, 2010).

Modal usaha dapat digolongkan menjadi modal lancar, modal kerja dan

modal tetap. Dalam penelitian ini maka akan dihitung modal untuk bahan baku

(ikan lele), pembayaran gaji pekerja, dll sesuai dengan jenis modal yang dimaksud.

2. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang digunakan untuk penyediaan

barang dan jasa. Menurut Carter dan Usry (2004), biaya produksi adalah

Page 38: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

38

defined as the sum of

kata lain biaya produksi merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan untuk

mendapatkan sejumlah input yaitu secara akuntansi sama dengan uang yang

tercatat. Biaya produksi dapat dirumuskan dengan:

TC = FC + VC

Dimana:

TC = Total Cost (biaya total)

TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap)

TVC = Total Variable Cost (biaya tidak tetap)

Dalam penelitian rumus ini akan dipakai untuk mencari total biaya dari

usaha bisnis lele. Dilihat harga lele yang di beli dari petani lele yang lalu dikaliakan

dengan banyaknya ikan lele yang di tampung di tempat bisnisan.

3. Penerimaan merupakan penerimaan yang didapatkan dari

penerima dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi baik

biaya tetap maupun tidak tetap. Total Revenue (TR) atay penerimaan didapat dari

perkalian antara produk yang dihasilkan (Q) dengan harga penjualan (P)

(Soekartawi, 2003). Untuk memperoleh keuntungan, produsen selalu

membandingkan biaya produksi dengan penerimaan yang diperoleh dari

penjualan outputnya. Sehngga dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR = P × Q

Dimana:

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

Page 39: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

39

P = harga jual per unit

Q = jumlah barang per-unit

Untuk memperoleh keuntungan, produsen selalu membandingkan biaya

produksi dengan penerimaan yang diperoleh dari penjualan outputnya. Dalam

penelitian penerimaan akan didapat dari hasil penjualan sejumlah lele kepada

konsumen.

4. Revenue Cost Ratio (R/C) merupakan metode analisis untuk mengukur

kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan (revenue) dan biaya

(cost). Dengan begitu dapat diukur tingkat pengembalian usaha dalam

menerapkan suatu teknologi. Revenue Cost Ratio (R/C) dapat dicari dengan

rumus:

RC ratio = TR : TC

Dimana:

TR = total penerimaan

TC = total biaya

Dalam penelitian, rumus ini akan berfungsi untuk melihat hasil dari

perhitungan keuntungan sebelumnya dan menganalisis hasil tersebut untuk

menyimpulkan apakan keuntungan yang dihasilkan maksimal dan sesuai tujuan

atau tidak.

5. Keuntungan merupakan salah satu tujuan utama dari diberdirikannya suatu

perusahaan. Laba juga merupakan suatu indikator prestasi atau kinerja

perusahaan yang besarnya tampak di laporan keuangan, tepatnya laba rugi (Wild

dkk, 2005). Keuntungan dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Page 40: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

40

Dimana:

= pendapatan

TR = Total Revenue (total penerimaan)

TC = Total Cost (total biaya)

Dalam penelitian pendapatan akan didapat dari seluruh penerimaan dari

penjualan usaha bisnis lele yang dikurangkan dengan biaya pembelian lele kepada

petani lele.

6. Rentabilitas adalah perbandingan anatara laba dengan aktiva atau

modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah

kemampuan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Pada umumnya

masalah rentabilitas adalah lebih penting dari pada masalah laba, karena laba

yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan atau koperasi

telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan

membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang

menghasilkan laba tersebut dengan kata lainnya adalah menghitung

rentabilitasnya (Riyanto, 2001). Dengan begitu, rentabilitas dapat dirumuskan

dengan:

R =

Dalam penelitian rentabilitas merupakan hal penting yang harus

diperhatikan untuk menilai apakah usaha layak untuk dilanjutkan ataupun tidak

sebelum dilakukan perencanaan usaha.

7. Break Event Point (BEP) ada alat atau tehnik yang digunakan untuk melihat

tingkat penjualan tertentu sehingga tidak mengalami laba dan juga tidak

Page 41: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

41

mengalami kerugian (Sigit, 2002). Analisis break event point dapat digunakan

untuk mengetahui titik volume penjualan sebelum mengalami rugi ataupun untung.

Hal ini dapat menjadi peluang manajer untuk melakukan perencanaan penjualan.

Perencanaan penjualan yang dimaksud yaitu ramalan penjualan unit dan nilai

uang di masa yang akan datang (Brigham dan Houston, 2011).

Menurut Khasmir (2012), BEP dibedakan menjadi dua yaitu BEP unit dan

BEP sale. BEP unit merupakan media untuk mengetahui batas minimum unit yang

harus di produksi suatu perusahaan. Sedangkan BEP sale merupakan batas

minimun rupiah yang dihasilkan dari penjualan produk. Rumus BEP dapat

dituliskan dengan:

BEP (dalam unit) =

BEP (dalam sale) =

Dimana:

FC = Fixed Cost (biaya tetap)

P = harga

VC = Variabel Cost (biaya variabel)

Dalam penelitian ini BEP digunakan untuk melihat batas minimal unit yang

harus dijual dan pendapatan yang harus didapat agar usaha mendapatkan hasil

yang sesuai dengan minimal yang ditargetkan.

Page 42: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

42

b. Analisa Jangka Panjang

Analisis Finansial jangka panjang meliputi Net Present Value (NPV), Net

Benefit Cost Ratio (Net B/C), Pay Back Period (PP), dan Internal Rate of Turn

(IRR).

1. Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang yang merupakan

selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-

penerimaan kas bersih di masa akan datang (Umar, 2003). Dapat dirumuskan

seperti berikut:

Dimana:

Bt = benefit pada tahun ke-1

Ct = biaya tahun ke-1

N = umur ekonomis

I = tingkat suku bunga

Dalam penelitian rumus ini berguna untuk melihat apakah usaha CV.

Indomaju Bersama layak untuk dijalankan atau tidak dengan kriteria apabila NPV

lebih besar dari 0, dikatakan usaha tersebut layak dojalankan dan jika lebih kecil

dari 0 (nol) tidak layak dijalankan. Apabila hasil NPV sama dengan nol berarti

berada dalam keadaan break even point (BEP) dimana TR = TC dalam bentuk

present value.

Page 43: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

43

2. Internal Rate of Return (IRR) merupakan metode yang digunakan untuk

mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang di

harapkan di masa mendatang atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan

investasi awal (Umar, 2003). Dapat dirumuskan seperti berikut:

Dimana:

Ir = bunga rendah

It = bunga tinggi

Dalam penelitian hal ini digunakan untuk melihat investasi yang akan

dilakukan oleh usaha CV. Indomaju Bersama apakah menguntungkan atau tidak

sesuai dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan.

3. Payback Period (PP) adalah suatu periode yang menunjukkan beberapa

lama modal yang ditanamkan dalam proyek tersebut dapat kembali (Rangkuti,

2004). Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut:

Payback Period =

Payback period (PP) dalam penelitian ini akan berguna untuk melihat

seberapa lama CV. Indomaju Bersama dapat merasakan pengembalian modal

yang ditanamkan terhadap pengembangan usaha yang dilakukan. Serta untuk

melihat apakah CV. Indomaju Bersama mampu untuk melakukan pengembangan

usaha.

Page 44: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

44

4. Net B/C Ratio merupakan suatu rasio yang membandingkan antara benefit

atau penerimaan dari suatu usaha dengan biaya yang dikeluarkan untuk

merealisasikan rencana pendirian dan pengoperasian usaha tersebut. Dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

Bt = benefit pada tahun ke-t

Ct = biaya pada tahun ke-t

n = umur teknis

i = tingkat suku bunga

penelitian rumus ini

digunakan untuk melihat kelayakan suatu usaha bisnis ikan lele CV. Indomaju

Bersama di masa yang akan datang.

3.6.5 Penyelesaian Strategi Pengembangan Usaha dengan Analisis

Business Model Canvas

Business model canvas adalah bahasa yang sama untuk menggambarkan,

memvisualisasikan, menilai dan mengubah model bisnis. Konsep ini bisa menjadi

bahasa untuk saling berbagi ide yang memungkinkan peneliti untuk

mendeskripsikan dengan mudah dan memanipulasi model bisnis untuk membuat

strategi alternatif baru (Osterwalder dan Pigneur, 2012).

Business Model Canvas (BMC) berbeda dengan Business Plan (rencana

bisnis). Bisnis model merupakan penerangan bagaimana bisnis yang dijalankan

menghasilkan uang sedangkan rencana bisnis merupakan pernyataan yang

Page 45: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

45

berisikan tentang penjelasan usaha yang akan dilakukan, ada riset pasar, rencana

keuangan, rencana operasional, rencana manajemen dan pemasaran yang mana

lebih kompleks. Terdapat 9 kategori dalam BMC yang mana akan diterapkan

dalam penelitian ini. kategori-kategori tersebut memiliki hubungan yang saling

berkesinambungan untuk mencapai tujuan yang maksimal.

Sebelum kita melakukan penerapan 9 kategori tersebut, agar lebih mudah

dilakukan lah pengelompokkan faktor internal dan eksternal. Dalam penelitian ini

faktor internal dan eksternal tersebut yaitu:

a. Faktor Internal Business Model Canvas

Agar memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian dengan

menggunakan Business Model Canvas, maka berikut dapat diketahui apa saja

faktor internal dalam business model canvas, yaitu:

1. Key resources

2. Key partnership

3. Key activities

4. Cost structure

b. Faktor Eksternal Business Model Canvas

Agar memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian dengan

menggunakan Business Model Canvas, maka berikut dapat diketahui apa saja

faktor eksternal dalam business model canvas, yaitu:

1. Customer segments

2. Value proposition

3. Channels

4. Customer relathionship

Page 46: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

46

5. Revenue streams

Setelah di peroleh apa saja yang menjadi faktor-faktor yang akan terkait

dalam penyusunan Business Model Canvas, maka selanjutnya dijabarkan menjadi

lebih rinci kembali dari setiap faktor tersebut agar terlihat data ataupun perlakuan

apa saja yang akan dilakukan saat penelitian berlangsung, berikut penjabarannya

yang mana pada akhir penjabaran akan terbentuk suatu diagram analisis Business

Model Canvas.

1. Customer Segment (Segmen Pelanggan)

Dalam hal ini CV. Indomaju Bersama harus menentukan target pelanggan

yang akan dituju. Dalam penelitian ini usaha yang akan diteliti yaitu mengenai

usaha bisnis ikan lele yang mana pada awalnya hanya para penjual ikan kecil

diharapkan. Hal ini tentunya tidak dapat terus dibiarkan dalam menghadapi

keadaan pasar untuk kedepannya. Maka dari itu CV. Indomaju Bersama memiliki

beberapa rencana pengembangan usaha untuk menghadapi persaingan yang

ada. Beberapa rencana tersebut seperti bekerjasama dengan rumah makan yang

diharapkan dapat menjadi pelanggan tetap perusahaan, selain itu memperluas

daerah penargetan di kalangan penjual ikan. Dengan begitu CV. Indomaju

Bersama dituntut untuk mengerti kondisi/profil dari target market yang dituju agar

tepat sasaran. Maka dari itu pengetahuan akan produk yang dijual juga harus

maksimal. Baik kegunaannya, kualitasnya ataupun informasi lainnya.

2. Value Propositions (Proporsi Nilai)

Produk lele yang akan dipasarkan harus memiliki nilai lebih agar dapat

bersaing di pasaran. Ikan lele merupakan salah satu lauk pauk yang dapat

ditemukan dimana saja. Menghadapi suatu persaingan kelebihan terhadap suatu

Page 47: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

47

nilai produk perlu dimiliki oleh seluruh perusahaan. Melihat keadaan ini, CV.

Indomaju Bersama memiliki beberapa perencanaan yang dapat dikategorikan

kedalam business model canvas pada blok value proposition yang mana hal

tersebut akan diproporsikan dalam angka yang akan diperhitungkan. Bentuk-

bentuk proporsi nilai yang direncanakan oleh CV. Indomaju Bersama yaitu:

a. Perbedaan harga yang lebih murah dibandingkan dengan produk lain

ataupun lebih terjangkau

b. Pengurangan resiko pada barang, Produk lele yang akan dijual memiliki

nilai garansi yang dapat dipertanggung jawabkan penjual kepada

pemiliknya. Seperti garansi kesegaran ikan yang mana akan

dipertanggung jawabkan sampai ikan sampai ke tangan konsumen

3. Channels (Saluran)

Produk yang sudah disiapkan maksimal juga harus direalisasikan kepada

konsumen secara maksimal pula. Salah satunya yaitu dengan saluran produk

dengan media apa yang akan dipakai. Bisa secara langsung ataupun tidak

langsung. CV. Indomaju Bersama melakukan dua cara perencanaan

pengembangan saluran yaitu secara tidak langsung melalu media online dan

secara langsung melalui mulut ke mulut.

4. Customer Realithionship (Hubungan Pelanggan)

Agar produk pada CV. Indomaju Bersama tidak hanya dibeli sesekali oleh

konsumen maka CV. Indomaju Bersama berencana melakukan pembentukan

hubungan antar komunitas pengusaha ikan lele. Hubungan ini diharapkan dapat

Page 48: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

48

memberikan tambahan informasi ataupun menambah kemitraan dalam bekerja

demi menghadapi persaingan pasar di kemudian hari.

5. Revenue Streams (Arus Pendapatan)

Apabila semua berjalan lancar maka pengusaha akan mendapatkan

pemasukan uang yang biasa disebut dalam business model canvas dengan

revenue streams. Perencanaan pemasukan pendapatan CV. Indomaju Bersama

berencana memanfaatkan pendapatan yang didaat dari pemasangan iklan di

sekitar rumah produksi. Contoh, mencari produk pakan ikan lele yang

membutuhkan media pemasaran dengan mobil ataupun dengan pemasangan

iklan di sekitar wilayah usaha ikan lele. Dengan pemasangan iklan tersebut

diharapkan dapat memberikan pemasukan tambahan untuk usaha bisnisan ikan

lele yang didirikan.

6. Key resources (Sumber Daya Utama)

Sumber daya merupakan salah satu kuncian yang harus dipertahankan

oleh perusahaan. Sumber daya utama yang baik akan menjadi awalan yang baik

untuk perusahaan begitu juga sebaliknya. Sumber daya utama pada CV. Indomaju

Bersama dapat berupa sumber daya manusia, modal, tempat, dan hal lainnya

yang menjadi sumber utama usaha dapat berdiri.

7. Key Activities (Aktivitas Kunci)

Setelah itu aktivitas kunci dalam usaha yang diteliti dalam penelitian ini

perlu diperhatikan. Seperti aktivitas perawatan ikan lele yang sangat berpengaruh

terhadap kesegaran ikan sebelum ikan jatuh ke tangan konsumen. Pemberian

Page 49: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

49

makan ikan, pemberian vitamin selama di tangan pengusaha ataupun hal lainnya

yang menjelaskan apa saja aktivitas yang ada di usah tesebut.

8. Key Partnership (Kemitraan Utama)

Tidak ada usaha yang tidak memerlukan kerjasama. Seperti halnya usaha

bisnis ikan lele pada CV. Indomaju Bersama yang merasa perlu dilakukan

segmentasi kemitraan demi lancarnya usaha. Perencanaan kemitraan usaha yang

dicoba untuk direncanakan seperti pendataan usaha ataupun hal lainnya yang

dapat diajak kerjasama.

9. Cost Structure (Struktur Biaya)

Dalam semua langkah yang dilakukan tentu perusahaan memerlukan

biaya. Maka dari itu penerapan blok struktur biaya dapat berupa perhitungan

biaya-biaya apa saja yang akan dikeluarkan. Stuktur biaya pada CV. Indomaju

Bersama dapat berupa biaya pegawai, biaya operasional, pajak dan sebagainya.

Page 50: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

50

Key Partners

- Pendataan usaha atapun lembaga yang dapat diajak bekerjasama

Key Activities

- Pemberian makan ikan

- Pemberian vitamin pada ikan

- Penjagaan kesegaran ikan

Value Proposition

- Perbedaan harga yang memungkinka untuk lebih murah ataupun terjangkau

- Garansi barang

Customer Relathionship

- Pembentukan komunitas pengusaha bisnis ikan lele

Customer Segments

- Rumah-rumah makan

- Pelebaran konsumen di kalangan penjual ikan eceran

Key Resources

- Sumber daya manusia

- Modal - tempat

Channels

- Langsung - Tidak

langsung

Cost Structure

- Biaya pegawai - Biaya operasional

Revenue Streams

- Pemasangan iklan pakan ataupun vitamin ikan lele pada mobil ataupun tempat usaha

Gambar 4. Skema Analisis Business Model Canvas

Page 51: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

51

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELTIAN

4.1 Letak Geografis dan Keadaan Topografis

Penelitian ini dilakukan di salah satu kecamatan yang berada di Malang,

tepatnya di kecamatan Gondanglegi Malang Jawa Timur. Bila dilihat dari sisi

astronomisnya kecamatan Gondanglegi Malang terletak antara koordinat 7o 48o

30o Lintang Selatan dan 112o 19o 30o Bujur Timur mempunyai bentuk wilayah

sebagian datar, berombak dan berbukit-bukit dengan kemiringa 25% dan 49%

adalah kawasan hutan, dengan suhu minumum 26oC dan suhu maksimum 32oC

dengan rata-rata curah hujan 1.328 s/d 1.448 mm/tahun. Wilayah kecamatan

Gondanglegi mempunyai luas 6.584,44 Ha yang terdiri dari 14 desa 31 dusun 59

RW dan 385 RT. Kecamatan Gondanglegi berada di ketinggian 300 400 m Dpl.

Wilayah ini memiliki banyak sekali kekayaan alam namun kekayaan alam tersebut

belum dapat dioptimalkan, maka terdapat peluang yang dapat digunakan.

Wilayah ini yang dipimpin oleh seorang camat ini, memiliki kualitas

penduduk dengan pendidikan yang tergolong rendah. Kualitas di bidang

pendidikan mayoritas warga sekitar masih berpendidikan SMA dan masih sedikit

yang meneruskan ke jenjang perguruan tinggi.

Page 52: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

52

Gambar 5. Denah Lokasi Kecamatan Gondanglegi kebupaten Malang Jawa Timur

Gondanglegi sendiri merupakan salah satu dari 33 kecamatan yang berada

di kabupaten Malang. Untuk CV. Indomaju Bersama sendiri terletak di Jl. Kyai Mojo

A No. 57A RT 19 RW02, Desa Gondanglegi Kulon, Kecamatan Gondanglegi,

Kabupaten Malang. Kecamatan Gandanglegi berbatasan langsung dengan

beberapa wilayah lainnya seperti:

Selatan : Kecamatan Pagelaran

Barat : Kecamatan Kepanjen

Utara : Kecamatan Bululawang

Timur : Kecamatan Turen

Kecamatan Gondanglegi

Page 53: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

53

4.2 Keadaan Penduduk

Kecamatan Gondanglegi memiliki jumlah penduduk sebanyak 81.301 jiwa

sesuai dengan sensus penduduk tahun 2010. Penduduk laki-laki sebanyak 40.579

jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 40.722 jiwa. Bila dilihat dari agama yang

dianut mayoritas penduduk beragama Berikut perincian penduduk Gondanglegi

menurut agama yang dianut.

Tabel 1. Data Penduduk Berdasarkan Jumlah Pemeluk Agama Menurut Golongan Agama Kecamatan Gondanglegi

No Agama Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Islam 78555 97% 2 Katolik 1080 1% 3 Protestan 1092 1% 4 Hindu - 0% 5 Budha 574 1%

Sumber: BPS Kecamatan Gondanglegi, 2010

Kesadaran akan pentingnya pendidikan masih sangat minim di daerah

Gondnaglegi. Sangat sedikit masyarakat yang mempunyai gelar sarjana. Rata-rata

lulusan penduduk yaitu pada tingkat SD. Berikut perincian penduduk Gondanglegi

menurut tingakatan pendidikannya.

Tabel 2. Data Penduduk Berdasarkan Jumlah Tingkatan Pendidikan Menurut Golongan Tingkatan Pendidikan Kecamatan Gondanglegi

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Presentase (%) 1 SD / MI 19470 24% 2 SLTP / M.Ts 10435 13% 3 SMA / MA 6734 8% 4 Tamat Perguruan Tinggi 743 1%

Sumber: BPS Kecamatan Gondanglegi, 2010

Daerah kecamatan Gondanglegi di dominasi oleh dataran rendah.

Kecamatan Gondanglegi juga memiliki daerah wilayah yang jauh dari pesisir

pantai sehingga penduduk kecamatan Gondanglegi di dominasi pada sektor

pertanian atau perkebunan terutama padi dan tebu.

Page 54: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

54

Tabel 3. Data Penduduk Berdasarkan Jumlah Mata Pencharian Menurut Golongan Mata pencharian Kecamatan Gondanglegi

No Mata Pencharian Jumlah (jiwa) Presentase (%) 1 Buruh Tani 14290 18% 2 TKI 1829 2% 3 Petani Pemilik / Penggarap 4342 5% 4 Petani Peternak 864 1% 5 Pedagang 4748 6% 6 Jasa 3331 4% 7 Petani Perkebunan - - 8 Pegawai Negeri Sipil 541 1% 9 Industri Kecil 1567 2% 10 Pensiunan 180 0% 11 TNI / POLRI 49 0% 12 Buruh Bangunan 1080 1%

Sumber: BPS Kecamatan Gondanglegi, 2010

4.3 Potensi Perikanan

Sesuai dengan data dari sensus penduduk tahun 2010 bahwa kecamatan

Gondanglegi memiliki wilayah yang mayoritas merupakan daratan dan sebagian

besar penduduknya bermata pencharian dalam sektor pertanian ataupun

perkebunan. Sangat minim sekali penduduk kecamtan Gondanglegi yang memilih

untuk menekuni dunia perikanan dan apabila dilihat dari sensus penduduk tahun

2010 tidak ada sama sekali penduduk yang bermata pencharian sebagai nelayan.

Hal ini memang sangatlah masuk akal dikarenakan kecamatan Gondanglegi

memiliki wilayah yang lumayan jauh dengan daerah pesisir atau pantai yaitu

dengan jarak 51,5 km untuk mecapai daerah Sendang Biru.

Namun pada kenyataannya hal ini tidak lagi menjadi suatu kendala. Seperti

kenyataan di lapang sudah mulai beberapa penduduk kecamatan Gondanglegi

melirik usaha perikanan. Selain dilihat dari peluang yang ada cukup besar,

permintaan masyarakat pun akan komoditas ikan semakin tinggi sekarang ini

Page 55: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

55

melihat mahalnya daging sapi maupun ayam di pasaran. Usaha yang dilakukan

masih dalam taraf kecil sehingga masih butuh waktu dan juga kiat-kiat lain untuk

menjadikan mata pencharian sebagai nelayan sebagai salah satu mata

pencharian yang menjanjikan.

Keadaan wilayah kecamatan Gondanglegi cukup mendukung untuk

membuat sebuah usaha di bidang perikanan. Sebagai contoh beberapa warga

telah melakukan budidaya tradisional maupun modern dan menghasilkan sebuah

hasil yang sangat memuaskan. Keadaan cuaca dan iklim yang tidak terlalu ekstrim

juga salah satu hal yang mendukung untuk menjadikan sektor perikanan sebagai

salah satu mata pencharian yang dipilih.

Page 56: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

56

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Profil CV. Indomaju Bersama

CV. Indomaju Bersama berdiri pada tahun 2007. Awal mula perusahaan ini

dimulai masih produksi rumahan dimulai dengan memanfaatkan halaman rumah

belakang pemilik bernama Pak Nur (Nur Hidayat) memulai membuat kolam untuk

budidaya ikan air tawar. Ikan air tawar yang dibudidaya antara lain seperti ikan

mas, ikan lele, ikan patin, udang, gurame, dll.

Lambat laun karna melihat prospek yang bagus di ikan lele, akhirnya Pak

Nur memutuskan untuk fokus di budidaya ikan lele saja. Tidak berhenti sampai

disitu, dengan luas halaman rumah Pak Nur yang seluas 1000m² Pak Nur

menambah jumlah kolamnya sebanyak 10 kolam pada tahun 2011 khusus untuk

budidaya lele dari mulai pembenihan sampai pembesaran.

Melihat prospek yang begitu bagus di bidang budidaya lele yang

penjualannya mencapai 1 Ton 3 hari, Pak Nur mulai mengembangkan ke bidang

pengolahan dengan membuat kerupuk lele , dan produk olahan lainnya. Dengan

bahan baku yang terjamin, usaha yang saat ini sedang dirintis itupun mulai dilirik

oleh masyarakat.

Dengan moto perusahaan LESEHAN (Lele Sehat Pilihan) kini CV.

Indomaju Bersama telah menjadi perusahaan yang mandiri, dengan fokusnya

dibidang budidaya ikan lele, pengolahan ikan lele dan pengepul ikan lele.

Page 57: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

57

5.2 Potensi Ikan Lele sebagai Bahan Baku Utama

Ikan lele yang memiliki nama latin Clarias sp. Banyak diminati di pasaran,

baik pasar nasional maupun internasional. Ikan lele merupakan salah satu

komoditas perikanan unggulan yang di budidayakan di kolam air tawar. Di pasar

internasional, ikan lele menjadi salah satu komoditas yang diekspor ke luar negeri.

Taiwan, Hongkong, Singapura, Belanda, Jepang, dan Perancis merupakan nama-

nama yang menjadi negara tujuan ekspor ikan lele (Agromaret, 2004). Selain

menajadi salah satu komoditi ekspor, permintaan pasar dalam negeri yang selalu

meningkat setiap tahunnya membuat produksi ikan lele menjadi dalah satu produk

usaha yang menjanjikan. Tercatat pada Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi

Jawa Timur, untuk wilayah Jawa Timur sendiri memiliki jumlah produksi lele terus

mengalami kenaikan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Pada tahun 2012,

jumlah produksi budidaya ikan lele mencapai 62.807 ton. Di 2013, meningkat

menjadi 79.927,5 ton. Sedangkan di 2014, produksi ikan lele menembus angka

96.830,1 ton.

Dengan keadaan pasar yang menjanjikan maka dari itu CV. Indomaju

Bersama mencoba peluang usaha ini, menjadikan ikan lele sebagai bahan utama

dalam setiap proses produksi. CV. Indomaju Bersama. Terdapat 3 jenis usaha ikan

lele seperti budidaya ikan lele, pengolahan ikan lele dan juga pengepul ikan lele.

Ikan lele dipilih menjadi bahan baku utama dikarenakan lingkungan di sekitar CV.

Indomaju Bersama memiliki permintaan akan ikan lele yang tinggi. Tidak hanya

dikonsumsi oleh masyarakat sekitar, ikan lele CV. Indomaju Bersama juga

dikonsumsi oleh masyarakat luar kota seperti Malang, Kepanjen, dsb. Ikan lele

budidaya CV. Indomaju Bersama juga memiliki keunggulan dibandingkan dengan

ikan lele lainnya. Ikan lele hasil budidaya CV. Indomaju Bersama dikelola secara

Page 58: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

58

higienis dan juga dap semi . Dikatakan ikan

lele semi organik karena hanya sedikit bahan kimia yang terkandung di dalam ikan

lele. Hal ini dapat terjadi dikarenakan CV. Indomaju Bersama tidak menggunakan

obat-obatan yang mengandung bahan kimia yang sewaktu-waktu dapat diberikan

ketika ikan sakit. Obat yang diberikan kepada ikan yaitu berupa daun awer-awer,

sehingga bahan kimia hanya berasal dari pakan. Hal-hal tersebut yang membuat

daya pikat konsumen untuk menajadi pelanggan tetap pada CV. Indomaju

Bersama.

5.3 Analisis Usaha

Untuk menjadikan CV. Indomaju Bersama menjadi salah satu usaha yang

baik dan juga maju tentu tidak lepas dari aspek-aspek teknis, pemasaran, finansial

dan juga manajemen yang menunjang. Pada dasarnya CV. Indomaju Bersama

telah memiliki penerapan dan kontrol yang cukup baik untuk di setiap aspek yang

ada. Namun untuk mengembangkan usaha menjadi lebih besar lagi perlu analisis

lebih lanjut. Berikut penjabaran analisis usaha CV. Indomaju Bersama yang dilihat

dari 4 aspek penunjang.

5.3.1 Aspek Teknis

Aspek teknis berguna untuk menilai kesiapan suatu usaha dalam

menjalankan usaha ataupun kegiatannya. Hal tersebut dapat berupa kegiatan

produksi yang dilakukan, sarana dan prasarana yang digunakan, serta faktor

pendorong dan faktor kendala kegiatan usaha.

1. Kegiatan Produksi CV. Indomaju Bersama

CV. Indomaju Bersama memiliki 3 jenis usaha yang dikelola secara

bersamaan. Usaha tersebut diantaranya budidaya ikan lele, pengolahan ikan lele

Page 59: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

59

dan pengepul ikan lele. Usaha tersebut dikelola secara mandiri oleh pemilik

dengan dibantu oleh beberapa karyawan. Produk yang dihasilkan sangat

beraneka ragam untuk jenis pengolahan ikan sedangkan untuk usaha budidaya

dan pengepul hanya satu produk yang dihasilkan yaitu ikan lele itu sendiri.

Budidaya ikan lele memiliki beberapa tahapan yang biasa dilakukan oleh CV.

Indomaju Bersama untuk menghasilkan ikan lele terbaik yang disukai oleh para

konsumen. Tahapan budidaya ikan lele tersebut, diantaranya:

a. Persiapan kolam yang di panaskan terlebih dahulu selama 2 3 hari dalam

keadaan kering

b. Setelah dipanaskan, isi kolam dengan air

c. Persiapan memasukkan bibit. Bibit yang disiapkan sebanyak 2500 bibit

yang akan ditebar dalam kolam ukuran m

d. Tebarkan garam sebelum bibit di masukkan ke dalam kolam. Garam

berguna untuk menetralisir kolam. Penebaran garam dilakukan 12 jam

sebelum bibit ikan dimasukkan ke dalam kolam

e. Masukkan bibit

f. Budidaya ikan lele siap dilakukan. Pengontrolan dilakukan setiap hari

dengan pemberian aliran air yang selalu mengalir agar ikan tidak

kekurangan oksigen dan juga pemberian pakan setiap hari dan pemberian

obat organik dari daun awer-awer saat diperlukan

Usaha pengolahan ikan memiliki 6 produk yang ditawarkan kepada

konsumen seperti kerupuk ikan lele mentah, kerupuk ikan lele matang, stick ikan

lele, abon ikan lele, gokil, dan crispy ikan lele. Usaha pengolahan ikan dilakukan

sebulan 1 4 kali. Tak jarang CV. Indomaju Bersama juga menerima pesanan

Page 60: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

60

olahan ikan sesuai kemauan konsumen mereka sendiri. Usaha olahan ikan

dilakukan di rumah dengan bantuan 6 orang pegawai tetap. Proses olahan ikan

memiliki tahap-tahap berbeda pada setiap produknya, berikut penjabaran tahapan

pembuatan olahan ikan di CV. Indomaju Bersama:

Tahapan pembuatan kerupuk ikan lele mentah

a. Persiapkan bahan dan juga peralatan yang dibutuhkan seperti bahan baku

utama yaitu ikan lele, bumbu dapur, tepung kanji, tepung beras, blender,

pisau, dsb

b. Setelah semua siap ikan lele di presto sampai lunak. Jenis ikan dapat

diganti sesuai dengan pesanan konsumen

c. Setelah ikan lunak lalu di blender dengan di campurkan 1 kg tepung dan

bumbu dapur

d. Setelah adonan di blender dan teraduk rata maka jadilah adonan kerupuk

yang siap untuk di bumbui kembali. Bumbu yang akan di campurkan

dengan adonan di blender terlebih dahulu

e. Setelah semua tercampur rata, kukus adonan diatas loyang dengan ukuran

30 × 40 cm selama 30 40 menit

f. Setelah di kukus diamkan sampai dengang 12 jam agar adonan mengeras

g. Setelah 12 jam di didamkan iris tipis-tipis memanjang

h. Jemur kembali irisan tersebut di atas tampah besar selama 4 5 jam di

bawah sinar matahari. Jangan telalu lama saat proses penjemuran karna

apabila melebihi waktu yang telah ditentukan maka irisan adonan akan

mengeras

Page 61: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

61

i. Angat tampah saat selesai penjemuran dan siamkan beberapa saat

sebelum di packing

Tahapan pembuatan crispy belut, teri, dan udang

a. Persiapkan bahan dan juga peralatan yang dibutuhkan seperti bahan baku

utama yaitu belut, teri maupun udang, tepung crispy, bumbu dapur,

penggorengan, dsb

b. Setelah semua siap bersihkan bahan baku yang akan digunakan dari isi

perutnya agar yang tersusa hanya daging saja

c. Bumbui bahan baku dengan bumbu dasar bawang putih, jahe, ketumbar,

daun jeruk, dan garam. Aduk hingga merata

d. Tambahkan tepung crispy dan tepung beras aduk merata

e. Pastikan seluruh bahan tercampur dengan sempurna baru setelah itu

campurkan tepung maizena dan kemudian di ayak

f. Setelah itu adonan siap di goreng setengah matang

g. Setelah tergoreng setengah matang, angkat serta tiriskan dan taruh di atas

nampan kecil. Lalu, masukkan ke dalam kulkas selama 5-6 jam

h. Goreng kembali untuk menghasilkan crispy yang lebih kering sampai

dengan ke dalam

i. Spin oil untuk menghilangkan kandungan minyak

j. Crispy belut, teri ataupun udang siap untuk di packing

Page 62: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

62

Tahapan pembuatan stick ikan

a. Lele segar dibersihkan dan di bumbui dengan bumbu dasar seperti kunyit,

bawang putih, dan bumbu dasar

b. Setelah dibumbui, ikan lele digoreng setengah matang

c. Setelah digoreng ditiriskan dan didiamkan sampai dingin untuk di blender

dengan sedikit air yang berguna untuk menguleni

d. Setelah itu di blender hasil blenderan tersebut ditambahkan mentega, telur,

santan, gula, gara,dan soda kue sedikit

e. Setelah itu diadoni sampai kalis

f. Setelah adonan kalis, giling pipih adonan

g. Hasil gilingan dibuat menjadi stick yang kemudian dipisah-pisah untuk

digoreng

Tahapan pembuatan abon ikan

1. Lele yang akan diolah dibersihkan terlebih dahulu

2. Kukus lele sampai setengah matang

3. Pisahkan tulang dengan dagingnya

4. Bumbui lele yang hanya terdiri dari dagingnya saja dengan bumbu dasar

seperti ketumbar, bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, daun jeruk)

5. Setelah bumbu dan daging ikan lele tercampur lalu disangrai

6. Tambahkan gula, garam dan sedikit penyedap dan haduk hingga rata

7. Sangrai terus dilakukan sampai kering

Page 63: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

63

Jenis usaha terakhir yang dikelola oleh CV. Indomaju Bersama yaitu usaha

pengepulan ikan lele. CV. Indomaju bersama membeli ikan lele dari para petani

ikan lele untuk menutupi kekurangan hasil budidaya ikan lele yang dilakukan. CV.

Indomaju bersama telah memiliki beberapa mitra kerja di kalangan petani ikan lele,

terutama petani ikan lele organik. Proses pengepulan ikan lele melibatkan 1 orang

karyawan tetap. Tahapan pengepulan ikan lele CV. Indomaju Bersama dilakukan

seperti berikut:

a. CV. Indomaju Bersama memiliki mitra kerja dengan para petani lele organik

di daerah Malang, Tulungagung dan Blitar. Para mitra kerja akan

menghubungi CV. Indomaju Bersama saat lele di tempat mereka siap untuk

di panen

b. Setelah lele siap untuk diambil, karyawan CV. Indomaju Bersama akan

mengambil langsung ikan lele kepada penjual seusai dengan kebutuhan

c. Ikan yang telah di ambil di masukkan ke dalam kolam penampungan dan

juga akan dilakukan pengontrolan terhadap ikan agar ikan tidak mengalami

penyusutan

2. Sarana dan Prasarana

Sarana ialah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat/media baik

yang dapat digerakkan atau dipindah-tempatkan sesuai kebutuhan pemakainya

dan bertujuan untuk menunjang kinerja agar tujuan dapat tercapai dengan

maksimal. Pada CV. Indomaju Bersama memiliki perbedaan sarana yang

digunakan sesuai dengan jenis usaha yang akan dilakukan.

Page 64: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

64

Tabel 4. Tabel Sarana Usaha Budidaya Ikan Lele

No Gambar Nama Alat Keterangan 1

Pompa Air Berfungsi sebagai pemompa air dari dalam sumur agar dapat masuk ke dalam kolam

2

Jaring Lebar Jaring lebar berfungsi sebagai penangkap ikan dalam jumlah banyak dengan ukuran besar

3

Serokan Berfungsi sebagai alat untuk mengambil ikan dalam kolam

4

Saringan ikan Berfungsi sebagai alat pemilah ikan dengan ukuran ikan tertentu secara cepat

Page 65: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

65

5

Timbangan Berfungsi untuk mengetahui berat ikan yang di ambil

6

Keranjang Berfungsi sebagai wadah atau tempat ikan setelah di ambil dari kolam

7

Drum Besar Berfungsi sebagai penampung ikan sementara dalam jumlah banyak

Page 66: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

66

Tabel 5. Tabel Sarana Usaha Pengolahan Ikan Lele

No Gambar Nama Alat Keterangan 1

Kompor Berfungsi untuk memasak olahan ikan

2 Wajan Berfungsi untuk menggoreng olahan ikan

3

Sutil Berfungsi untuk mengaduk olahan ikan yang sedang di goreng dalam wajan

4

Dandangan Berfungsi untuk mengukus ikan lele yang akan diolah

5

Panci Presto Berfungsi untuk proses presto ikan lele yang akan diolah

Page 67: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

67

6

Bak Adonan Berfungsi untuk menjadisatukan seluruh bahan yang akan diolah menjadi olahan ikan

7

Blender Berfungsi untuk mengaduk rata seluruh bahan yang digunakan dalam proses pembuatan olahan ikan

8

Tampah Besar Berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk menjemur irisan adonan olahan ikan

9

Pisau Berfungsi sebagai alat pemotong bahan-bahan olahan ikan

Page 68: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

68

10

Sendok Pengaduk

Berfungsi untuk membantu menjadisatukan seluruh bahan dalam olahan ikan

11

Vaccum Oil Berfungsi untuk mengeringkan olahan ikan dari minyak

12

Freezer Berfungsi untuk menyimpan bahan baku olahan ikan yang belum digunakan

13

Timbangan Kecil Berfungsi sebagai alat takar dalam membuat olahan ikan

Page 69: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

69

14

Penghalus Adonan

Berfungsi untuk menghaluskan dan memipihkan adonan olahan ikan

Tabel 6. Tabel Sarana Usaha Pengepul Ikan Lele

No Gambar Nama Alat Keterangan 1

Keranjang Berfungsi sebagai tempat sementara ikan saat baru diambil dari kolam

2

Serokan Ikan Berfungsi untuk mengambil ikan dalam kolam

3 Mobil Pick Up Sebagai alat transportasi dalam mengambil ikan di mitra

Page 70: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

70

petani ikan di daerah lain

4

Timbangan Berfungsi untuk mengetahui berat ikan yang di ambil

Prasarana adalah perangkat penunjang utama suatu proses atau usaha

agar tujuan tercapai dengan sempurna. Sarana tanpa prasarana tidak akan

mungkin bisa berjalan. Berikut beberapa prasarana penunjang kegiatan proses

produksi CV. Indomaju Bersama:

Tabel 7. Tabel Prasarana Usaha

No Jenis Usaha Gambar Nama Keterangan 1

Budidaya Ikan Lele

Kolam Berfungsi untuk proses pembesaran, pembenihan dan pemeliharaan ikan lele

Page 71: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

71

2

Jalan Berfungsi sebagai perangkat penunjang mobilisasi produsen dan konsumen

3

Pengolahan Ikan Lele

Ruang Produksi

Berfungsi sebagai tempat proses produksi

4

Jalan Berfungsi sebagai perangkat penunjang mobilisasi produsen dan konsumen

5

Kolam Tampungan

Sebagai tempat menampung ikan yang baru saja diambil dari petani ikan daerah lain

Page 72: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

72

6

Pengepul Ikan Lele

Jalan Berfungsi sebagai perangkat penunjang mobilisasi produsen dan konsumen

7

Parkiran Berfungsi sebagai tempat produsen dan konsumen memberhentikan kendaraannya sementara

3. Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Proses Produksi

Dalam melakukan proses produksinya sudah menjadi hal yang biasa

dialami oleh seluruh produsen sebuah kendala maupun pendukung terjadinya

suatu produksi. Faktor penghambat adalah salah satu faktor yang harus disiapkan

pengendaliannya agar tidak berdampak besar terhadap produksi. Sedangkan

faktor pendorong merupakan faktor yang harus dimanfaatkan secara optimal agar

produksi dapat berjalan dengan lancar. CV. Indomaju Bersama tidak memiliki

banyak faktor penghambat, berikut faktor penghambat dan pendorong pada setiap

jenis usaha di CV. Indomaju Bersama:

Page 73: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

73

Tabel 8. Tabel Faktor Pendorong dan Penghambat Usaha

No Jenis Usaha Faktor Pendorong Faktor Penghambat 1

Budidaya ikan lele Permintaan pasar yang cukup tinggi

Cuaca yang sering berubah-ubah sehingga berpengaruh terhadap suhu lingkungan

2 Komoditas lele yang mudah dipelihara

Ketersediaan pakan yang tidak tepat waktu

3 Pengolahan ikan

Permintaan pasar yang tinggi

Cuaca yang sering berubah-ubah sehingga berpengaruh terhadap suhu lingkungan

4 Pengolahan yang mudah

Bahan baku terbatas

5

Pengepul ikan lele

Permintaan pasar yang cukup tinggi

Kualitas lele yang berbeda-beda dari setiap petani

6 Komoditas lele yang mudah dipelihara

Jumlah ikan lele di pasaran

5.3.2 Aspek Manajemen

Aspek manajemen merupakan salah satu kunci agar usaha dapat

terlaksana secara sistematis dengan harapan agar tercipta suatu usaha yang

efektif dan efisien. Aspek manajemen sangat perlu diterapkan pada setiap usaha

baik kecil maupun besar. CV. Indomaju Bersama menerapkan aspek manajemen

yang masih sangat sederhan untuk usahanya. CV. Indomaju Bersama melakukan

beberapa hal sesuai dengan prinsip manajemen perencanaan, pengorganisasian,

pergerakan dan pengawasan sebagai berikut:

Page 74: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

74

1. Perencanaan (Planning)

Menurut Terry (2005), manajemen merupakan proses atau suatu kerangka

kerja tentang apa yang akan dilakukan serta melibatkan arahan atau bimbingan

dari kelompok-kelompok atau orang-orang tertentu.

a. Perencanaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja atau sumberdaya manusia pada suatau usaha merupakan

salah satu hal pokok yang harus direncanakan dengan baik dan benar agar tidak

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Pada suatu perusahaan

bahkan ada yang sampai membuat bagian tersendiri untuk menangani

perencanaan tenaga kerja yang biasa disebut Manajemen Sumber Daya Manusia

(MSDM). Memiliki tugas untuk meningkatkan dan memperbaiki tenaga kerja yang

ada pada perusahaan, salah satunya dengan melakukan penerimaan tenaga kerja

ataupun memberhentikan tenaga kerja. Manajemen SDM akan memiliki jangka

waktu serta jumlah kuota tenaga kerja yang dibutuhkan dalam perusahaannya.

Seperti yang dikatakan Hasibuan (2000), manajemen sumber daya

manusia tidak hanya dapat menjadi pemimpin melainkan dapat mendesign

formulasi tertentu dalam mengaplikasikan para sumber daya yang ada sesuai

dengan kemampuan perusahaan yang dimiliki. Namun walaupun di setiap

perusahaan memiliki Manajemen SDM tidak dengan CV. Indomaju Bersama.

Perencanaan tenaga kerja dilakukan mandiri oleh pak Nur Hidayat (pak Nur)

sebagai pemilik dari CV. Indomaju Bersama.

Pada CV. Indomaju Bersama memiliki pegawai tetap sejumlah 9 orang

dengan rincian 2 orang pekerja pada usaha budidaya ikan lele, 6 orang pekerja

Page 75: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

75

pada usaha pengolahan ikan lele dan 1 orang pekerja pada usaha pengepulan

ikan lele. Untuk lebih jelas, rincian tenaga kerja tersebut dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Tabel Tenaga Kerja pada CV. Indomaju Bersama

No Jenis Usaha Laki laki (orang) Perempuan (orang)

1. Budidaya ikan lele 2 - 2 Pengolahan ikan lele - 6 3. Pengepul Ikan lele 1 -

Jumlah total 9

Tenaga kerja yang ada pada CV. Indomaju Bersama masih belum terlalu

banyak dikarenakan usaha yang dikelola masih kecil. Namun, jumlah tenaga kerja

tersebut sewaktu waktu dapat berubah khususnya pada jenis usaha pengolah

ikan lele. Tenaga kerja dapat bertambah saat permintaan pesanan lebih banyak

dari biasanya.

Pengembangan potensi ataupun keterampilan pekerja pada CV. Indomaju

Bersama juga berbeda dengan perusahaan lain. Bila perusahaan lain menerapkan

sistem pengembangan potensi ataupun keterampilan para pekerjanya tidak

dengan CV. Indomaju Bersama. Pekerja hanya mendapatkan tambahan ilmu dari

sosialisasi dinas kelautan dan perikanan yang diberikan kepada pemilik CV.

Indomaju Bersama yang selanjutnya akan diteruskan kepada para pekerja. Agar

meminimalisir penurunan potensi dan keterampilan pekerja, pemilik biasanya

memberikan standart minimal pendidikan SMA atau sederajat saat akan menerima

pegawai baru.

b. Sistem Pengupahan

Pada CV. Indomaju Bersama produksi yang dilakukan berbeda-beda

sesuai dengan jenis usahanya. Seperti usaha budidaya ikan lele dilakukan setiap

bulan, usaha pengolahan ikan lele dilakukan 2 minggu sekali sesuai dengan hari

Page 76: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

76

kerja dan pengepulan ikan lele dilakukan setiap bulan untuk pengambilan

tambahan ikan ke petani lele sedangkan penjualannya dilakukan setiap hari.

Sistem pengupahan yang dilakukan CV. Indomaju bersama juga beragam

bergantung pada jenis usahanya. Untuk usaha budidaya ikan lele upah diberikan

setiap bulannya dengan besaran Rp 1.800.000 untuk teknisi kolam dan 1.200.000

untuk pemberi pakan dan kontroling air. Usaha pengolahan ikan lele melakukan

pengupahan dengan hitungan per-hari kerja selama dua minggu hari kerja.

Besaran upah yang diberikan yaitu Rp 30.000 untuk yang memasak (3 orang

pemasak) dan Rp 25.000 untuk yang melakukan packing (3 orang). Besaran upah

untuk jenis usaha pengepul ikan lele yaitu sebesar Rp 700.000 setiap bulannya.

Penambahan upah dilakukan juga saat ada usaha yang memerlukan tambahaan

pekerja. Namun, pengeluaran upah juga sama besar dengan yang diberikan

kepada pekerja tetap.

c. Perencanaan Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses dan manajerial yang membuat kelompok

atau individu mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada

pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut penyampaian produk atau jasa

mulai dari produsen sampai konsumen. Pemasaran biasa dilakukan perusahaan

dengan cara membuat sebuah iklan.

Iklan adalah suatu bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari pada

informasi tentang keunggulan dan keuntungan suatu produk, yang disusun

sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan

mengubah suatu pemikiran seseorang untuk melakukan pembelian (Tjiptono,

2005).

Page 77: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

77

Iklan yang dilakukan oleh banyak perusahaan sudah banyak inovasi baru.

Kemajuan teknologi mendorong banyaknya iklan menarik tercipta baik secara

visual, verbal, animasi, dsb untuk menarik minat para konsumen. Namun hal

tersebut tidak diterpkan pada CV. Indomaju Bersama. Pemasaran yang dilakukan

masih terbilang sederhana dan kurang maksimal. Hanya mengandalkan banner

yang bertuliskan nama CV dan produk yang di hasilkan dengan ukuran 3 × 1 meter

yang terpampang di depan rumah produksi tidak menarik banyak peminat untuk

membaca ataupun membeli produk yang dihasilkan.

CV. Indomaju Bersama juga hanya mengandalkan informasi dari mulut ke

mulut yang dilakukan para konsumennya saat mereka merasa puas dengan

produk yang dihasilkan. Namun kembali lagi, hal ini sangat tidak maksimal untuk

melakukan pemasaran.

Selain media, perencanaan pemasaran terfokus dengan pangsa pasar

yang dilakukan oleh CV. Indomaju Bersama dalam jangka pendek ini masih

terfokus kepada sasaran pangsa pasar yaitu para penjual ikan lele kecil di pasaran

serta sebagai bahan baku usaha pengolahan ikan untuk jenis usaha budidaya ikan

lele. Sedangkan perencanaan jenis usaha pengolahan ikan lele masih terfokus

juga terhadap pangsa pasar yang sempit yaitu para konsumen yang secara

langsung memesan olahan ikan yang diinginkan (made by order). Untuk jenis

usaha pengepul ikan lele perencanaan juga masih terfokus pada konsumen kecil

yaitu para pedagang ikan lele di pasaran.

d. Perencanaan Strategi Pengembangan Produk

Bisa dikatakan belum ada usaha pengembangan produk yang dilakukan

oleh CV. Indomaju Bersama. Produk yang dihasilkan sama untuk setiap tahunnya.

Seperti pada usaha budidaya ikan lele, produk ikan lele yang dihasilkan masih

Page 78: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

78

sedikit tidak bisa menutupi seluruh kebutuhan perusahaan. Usaha pengolahan

ikan lele juga masih kurang menarik, produk yang dihasilkan masih sederhana.

Sedangakan usaha pengepul ikan lele juga sama halnya dengan usaha budidaya

ikan lele, komoditas lele yang ada masih sedikit sehingga membutuhkan tambahan

pasokan dari petani lele lainnya.

Untuk dapat bersaing dengan para produsen lainnya CV. Indomaju

Bersama harus dapat melakukan inovasi terhadap produknya. Untuk melakukan

inovasi tersebut sudah terdapat rencana untuk jangka panjang yang direncanakan

oleh pemilik, namun masih perlu kajian leih lanjut terhadap rencana-rencana

tersebut. Diantaranya rencana tersebut yaitu lebih melebarkan cakupan konsumen

yang akan dijadikan pangsa pasar. Tidak hanya menjadi primadona di kalangan

konsumen kecil, harapannya produk CV. Indomaju Bersama di setiap jenis usaha

yang dilakukan dapat menjadi primadona di hati seluruh konsumen kecil maupun

besar. Seperti halnya untuk usaha budidaya ikan lele akan dilakukan penambahan

kolam budidaya agar dapat memenuhi kebutuhan usaha pengolahan ikan dan juga

pengepulan ikan. Usaha pengolahan ikan juga berencana untuk melakukan

produksi yang berkelanjutan dan bekerjasama dengan beberapa rumah makan

untuk menjualkan hasil produk serta melakukan beberapa inovasi rasa terhadap 7

produk olahan sesuai dengan selera konsumen kebanyakan saat ini. Usaha

pengepulan ikan lele pun memilki rencana yang tidak kalah besar untuk jangka

panjang. Usaha pengepulan ikan lele akan secara mandiri beridiri dengan

mengurangi pembelian ikan lele kepada para petani ikan lele organik yang sudah

menjadi mitra usaha sebelumnya.

Dengan begitu perencanaan dan arah dari CV. Indomaju Bersaman yaitu

menjadikan usaha yang dilakukan untuk lebih mandiri dengan menghasilkan

Page 79: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

79

sesuatu dari produksi sendiri terutama dalam hal bahan baku sehingga dapat

terjamin mutu dan kualitasnya. Apabila mutu dan kualitas sudah menjadi hal yang

dapat dipetanggungjawabkan makan harapan akan hal finansial pun dapat lebih

baik. Pengukuran finansial dapat dilihat dari keuntungan yang di dapatkan oleh

CV. Indomaju Bersama bila dibandingkan dengan sebelumnya. Menjadikan CV.

Indomaju Bersama menjadi lebih mandiri juga diharapkan dapat menekan biaya

produksi yang dilakukan.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Gambar 6. Struktur Organisasi CV. Indomaju Bersama

CV. Indomaju Bersama memiliki struktur organisasi yang sederhana.

Dengan dipimpin oleh seorang pengawas usaha. Seorang ketua yang

membawahi seorang bendahara dan sekertaris. Bendahara membawahi

seksi pemasaran dan sekertaris seksi sarana lalu diikuti dengan 9 anggota

struktut organisasi CV. Indomaju Bersama tersebut memiliki fungsi dan

tujuan masing-masing seperti:

Ketua

Bendahara Sekretaris Seksi Pemasaran Seksi Sarana

Anggota

Pengawas Usaha

Anggota Anggota Anggota

Page 80: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

80

1. Pengawas Usaha

Pengawas usaha pada CV. Indomaju Bersama bertugas untuk

menjalankan fungsi pengawasan dalam manajemen. Mengkoordinasi seluruh

kegiatan yang ada di perusahaan termasuk seluruh bagian-bagian yang ada

dibawahnya agar tercapai keharmonisan kerja dalam rangka mencapai tujuan

bersama. Pengawas usaha juga berhak untuk mengevaluasi para bawahannya

sewaktu-waktu.

2. Ketua

Ketua pada CV. Indomaju Bersama memiliki tugas pokok dan fungsi

sebagai berikut:

a. Ketua brtugas unntuk Bertanggung jawab terhadap pengawas usaha

terkait jalannya perusahaan dan manajemen perusahaan secara

keseluruhan.

b. Bertanggung jawab penuh atas produk dan pelayanan perusahaan.

c. Menetapkan kebijakan dan arah perusahaan untuk mencapai target

yang ditetapkan oleh pengawas usaha.

d. Meninjau dan menyetujui rencana-rencana dan kontrak penjualan yang

menguntungkan.

e. Meminta pertanggungjawaban dari para bawahan atas tugas yang

diberikan.

f. Menetapkan tujuan dan kebijaksanaan perusahaan.

g. Bertanggungjawab terhadap urusan perusahaan, baik ke dalam

maupun keluar.

h. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh bendahara dan sekretaris.

Page 81: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

81

3. Bendahara

Bendahara pada CV. Indomaju Bersama memiliki tugas pokok dan fungsi

sebagai berikut:

a. Penerimaan dana dari segala pihak yang berhubungan dengan

perusahaan .

b. Penyimpanan dana dari segala pihak yang berhubungan dengan

perusahaan.

c. Menyampaikan laporan kas baik posisi kas harian maupun modal kerja.

d. Menjalin hubungan baik dengan berbagai pihak baik dengan

konsumen, bank, investor, dll.

4. Sekretaris

Sekretaris pada CV. Indomaju Bersama memiliki tugas pokok dan fungsi

sebagai berikut:

a. Mengurus surat masuk dan keluar untuk perusahaan.

b. Mengetik keperluan surat menyurat ataupun keperluan lain di

perusahaan.

c. Merekap absen masuk para karyawan perusahaan setiap satu bulan

satu kali.

d. Menyimpan arsip-arsip penting milik perusahaan.

e. Menjadi perantara pihak-pihak yang ingin berhubungan dengan ketua

perusahaan.

5. Seksi Pemasaran

Seksi pemasaran pada CV. Lele Indomaju Bersama memiliki tugas

pokok dan fungsi sebagai berikut:

a. Berkoordinasi dengan pengawas usaha untuk meantau naik turunnya

pembelian bahan baku dan proses produksi.

Page 82: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

82

b. Bertanggung jawab terhadap seluruh aktivitas pemasaran, misalnya

peramalan penjualan, distribusi, dan perencanaan pasar.

c. Mengawasi proses pemasaran dengan rencana dan target penjualan

yang akan ditetapkan.

6. Seksi Sarana

Seksi sarana pada CV. Lele Indomaju Bersama memiliki tugas pokok

dan fungi sebagai berikut:

a. Menyiapkan semua bahan baku yang diperlukan perusahaan untuk

proses produksi.

b. Menyiapkan alat-alat atau bahan tambahan penunjang proses produksi

di perusahaan.

c. Menyiapkan bahan cadangan yang diperlukan pada proses produksi,

dari mulai bahan baku hingga alat-alat yang dibutuhkan tenaga kerja

pada proses produksi.

7. Anggota

Anggota pada CV. Lele Indomaju Bersama bertugas untuk menjalankan

perintah dari atasan. Anggota harus bertanggung jawab terhadap tugas yang telah

diberikan. Sesama anggota harus saling menjaga kestabilan di kalangan tenaga

kerja.

Struktur organisasi di atas bila dilihat memiliki struktur yang cukup baik

untuk menjalankan sebuah usaha. Diikuti dengan tugas pokok dan fungsi setiap

divisi yang ada sangat membantu proses pelaksanaannya. Namun hal yang

tertulis tidak terlaksana. Berdasarkan fakta yang terjadi, usaha CV. Indomaju

Bersama hanya dikelola sendiri oleh pemilik usaha. Alasan yang dikemukakan

oleh pemilik yaitu kurangnya SDM yang ahli pada bidang tersebut, sehingga hal

ini yang menjadi salah satu kelemahan CV. Indomaju Bersama.

Page 83: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

83

3. Pelaksanaan (Actuating)

Selama 10 tahun berdiri CV. Indomaju Bersama tidak melakukan sebuah

pergerakan dalam hal merangsang para karyawan agar bekerja lebih baik. Agar

karyawan bekerja lebih baik hanya di titik beratkan kepada pengawasan yang

dilakukan. Namun cara tersebut tidak ampuh untuk menciptakan para pekerja

yang antusias, maka dari itu CV. Indomaju Bersama berencana untuk melakukan

pemberian bonus kepada karyawan sebagai suatu bentuk pacuan kepada para

karyawan agar bekerja lebih baik lagi. Sistem bonus yang direncanakan belum

ditentukan akan diberikan kepada seluruh karyawan atau hanya kepada salah satu

karyawan terbaik saja. Hal ini terjadi karna CV. Indomaju Bersama masih

mempertimbangkan rencana tersebut dengan keadaan finansial yang ada.

4. Pengawasan (Controling)

Pengawasan dapat dikatakan sebagai salah satu kunci agar aspek

manajemen terlaksana dengan baik. Pengawasan dapat dilakukan secara berkala

ataupun setiap saat dari mulai produksi sampai dengan pendistribusian.

Pengawasan pada setiap jenis usaha dalam hal tenanga kerja yang dilakukan

pada CV. Indomaju Bersama masih sangat sederhana. Dikarenakan rumah

produksi masih berdekatan dengan rumah pemilik usaha maka pengawasan yang

dilakukan yaitu setiap saat. Sistem pengawasan yang dilakukan pun tanpa ada

acuan dasar penilaian pengawasan yang tetap. Maka dari itu hal ini juga menjadi

salah satu yang harus diperhatikan dalam jangka panjang apabila usaha akan

dikembangkan menjadi lebih besar.

Berbeda dengan pengawasan terhadap tenaga kerja, pengawasan

terhadap keuangan usaha dilakukan lebih teliti dan detail. Pembukuan yang

dilakukan secara terperinci sehingga dapat dengan mudah dihitung keuntungan

Page 84: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

84

serta pengeluaran yang dilakukan. Namun pembukuan yang dilakukan masih

dilakukan secara manual sehingga riskan akan kehilangan. Sehingga untuk

kedepannya CV. Indomaju Bersama dapat melakukan pembukuan secara lebih

modern saat akan melakukan pengembangan usaha dalam jangka panjang ke

depan.

Pengawasan terhadap mitra kerja juga harus diperhatikan. Tidak ada hal

khusus yang dilakukan oleh CV. Indomaju Bersama terhadap mitra kerjanya agar

tetap terjalin kerjasama yang baik. Hal ini juga menjadi kekurangan CV. Indomaju

Bersama apabila tidak diperbaharui untuk jangka panjang. Mitra kerja juga

merupakan hal yang penting untuk keberlangsungan usaha yang dilakukan.

5.3.3 Aspek Pemasaran

Produk dengan mutu dan kualitas yang baik namun tidak di pasarkan

secara maksimal maka produk juga tidak akan dengan maksimal terjual di

pasaran. Pemasaran dapat dikatakan sebagai seni bagaimana produsen

memasarkan produk yang dihasilkan kepada khalayak ramai agar kelebihan

maupun tujuan dari produk tersebut tersampaikan dengan baik dan benar.

Sehingga dengan begitu dapat meningkatkan minat konsumen untuk

mengkonsumsi produk tersebut.

Pada CV. Indomaju Bersama akan ada 3 bahasan mengenai aspek

pemasaran yang terjadi di CV Indomaju Bersama. Ketiga bahasan tersebut yaitu

bauran pemasaran, strategi pemasaran, dan margin peasaran.

1. Bauran Pemasaran

Marketing mix merupakan komponen-komponen variabel yang digunakan

perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Sehingga

Page 85: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

85

bauran pemasaran dapat disimpulkan sekumpulan variabel terkendali yang mana

satu dengan yang lain berkaitan dan dikombinasikan oleh perusahaan dengan

tepat agar menjadi satu bauran yang digunakan untuk mencapai tujuan bersama.

Berikut pembahasan bauran pemasaran dilihat dari pembagiannya pada CV.

Indomaju Bersama:

a. Product (Barang)

Product atau barang yang diinginkan oleh konsumen di pasaran berbeda-

beda sesuai dengan jenis usaha yang dilakukan. Seperti pada usaha budidaya

ikan lele yang mana produk yang dihasilkan sebagaian digunakan untuk usaha

olahan ikan dan sebagian lagi untuk usaha pengepulan ikan. Konsumen

menginginkan ikan yang segar dan juga berdaging tidak keras. Jenis produk

seperti inilah yang selalu diupayakan untuk dihasilkan. Selain itu CV. Indomaju

Bersama juga memiliki ciri khas ikan lele organik yang berarti ikan lele yang

dihasilkan bersih dari kontaminasi zat kimia. Hal ini menjadi satu hal positif untuk

memikat para konsumen dan juga dapat menjadi boomerang yang man aapabila

suatu waktu tidak terpenuhi akan membuat kekecewaan pada konsumen.

Selain itu untuk produk olahan ikan yang diinginkan oleh konsumen yaitu

hasil olahan ikan yang dapat langsung dikonsumsi. Seperti contohnya produk gokil

dan kerupuk adalah produk yang sering dipesan. Minat akan hasil olahan yang

langsung jadi tinggi diiringi dengan kemajuan zaman yang memaksa kita untuk

hidup lebih praktis. Hal ini tentunya harus dapat dijadikan acuan untuk membaca

peluang bisnis yang lebih besar.

Untuk jenis usaha pengepulan ikan lele pun tidak berbeda jauh dengan

keinginan konsumen budidaya ikan lele. Konsumen menginginkan ikan yang segar

dan juga memiliki daging yang tidak keras. Kualitas ikan seperti itu tentu menjadi

Page 86: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

86

salah satu hal yang sangat diperhatikan produsen. Selama ini ikan yang dijualkan

masih sesuai dengan kemauan konsumen, hanya beberapa kali saat ketersediaan

ikan di petani ikan yang biasa menjadi mitra usaha produsen sedikit

mengharuskan produsen mengambil ikan di petani lain yang belum diketahui

kualitas ikannya. Sehingga terjadi beberapa keluhan dari konsumen.

b. Price (Harga)

Untuk harga sendiri CV. Indomaju Bersama tidak terlalu mematok harga

terlalu tinggi untuk para konsumennya. Setiap produk yang terdapat di CV.

Indomaju Bersama memiliki harga yang berbeda-beda. Seperti pada jenis usaha

budidaya ikan lele dan pengepul ikan lele, ikan lele segar dijual seharga Rp

16.000/kg. Lalu untuk jenis usaha pengolahan ikan lele terapat 6 produk hasil

olahan dari ikan lele yang dijual. Dengan ukuran 0,25 kg ketujuh produk tersebut

dijual dengan harga dari setiap dapat dilihat jelas pada tabel 10.

Tabel 10. Tabel Harga Produk Hasil Olahan Ikan Lele

No Nama produk Harga (Rupiah)

1 Kerupuk ikan lele matang 12500

2 Kerupuk ikan lele mentah 9300

3 Stik ikan lele 8750

4 Abon ikan lele 37500

5 Gokil 17500

6 Crispy ikan lele 187500

c. Place (Tempat)

CV. Indomaju Bersama melakukan kegiatan jual beli produknya kepada

para konsumen secara langsung di rumah produksi untuk semua jenis usaha.

Namun, untuk beberapa kali jenis usaha olahan ikan melakukan penjualan tidak

Page 87: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

87

hanya di rumah produksi (menunggu konsumen datang) tetapi juga menjajakan

olahan ikan ke rumah makan kecil melalui sales. Namun hal ini tidak sering

dilakukan karena SDM yang tidak memadai. Sisi positif dari dilakukannya proses

jual beli langsung di rumah produksi yaitu mengurangi biaya distribusi produk

kepada para konsumen, namun tentunya hal ini tidak bisa membuat perluasan

konsumen. Karna produk yang dihasilkan tidak terpublikasi secara maksimal.

d. Promotion (Promosi)

Promosi yang dilakukan oleh CV. Indomaju Bersama bisa dikatakan belum

ada. Hanya mengandalkan informasi dari mulut ke mulut dari para konsumen

langganan dinilai tidak efektif. Walaupun mitra usaha yang dimiliki CV. Indomaju

Bersama beberapa berasal dari luar kota tetap saja tidak suatu hal yang

menjanjikan. Pemasangan nama usaha serta produk apa saja yang dihasilkan

terlihat beberapa tertulis di banner yang dipasang di depan rumah produksi,

namun hal itu tidak terlalu berhasil untuk mengikat para konsumen untuk datang

melirik. Sehingga pemilik memiliki beberapa rencana promosi yang lebih modern

agar konsumen lebih luas dapat terjangkau. Salah satunya dengan media online

seperti yang sedang marak dilakukan para pengusaha lainnya.

2. Strategi Pemasaran

a. Segmentasi Pasar

Menurut Leon Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk (2007), segmentasi pasar

dapat dikatakan sebagai proses membagi pasar menjadi irisan-irisan konsumen

yang khas yang mempunyai kebutuhan atau sidat yang sama dan kemudian

memilih satu atau lebih segmen yang akan dijadikan sasaran bauran pemasaran

yang berbeda. Dengan kata singkat, merupakan mengelompokkan konsumen

Page 88: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

88

yang heterogen dan homogen dengan tujuan pemasaran produk yang dihasilkan.

Jadi, memberikan perhatian yang lebih besar kepada sekelompok yang dituju

tersebut.

Tidak ada segmentasi pasar yang terjadi di CV. Indomaju Bersama

secaraa khusus. Hal ini dikarenakan bahwa ikan lele merupakan lauk pauk yang

bisa dikonsumsi oleh semua kalangan. Namun pada implementasinya, ikan lele

hasil dari CV. Indomaju Bersama biasanya di jual kepada kalangan menengah ke

bawah.

b. Target Pasar

Proses penetapan pasar sasaran, mengevaluasi daya tarik masing-masing

segmen pasar dan memilih satu atau beberapa segmen pasar untuk dilayani

kebutuhannya. Pada tahap ini, perusahaan memilih segmen yang memiliki

kesesuaian dengan kemampuan perusahaan dan menjadikannya sebagai pasar

sasaran yang akan dilayani kebutuhan dan keinginannya. Penetapan yang

dilakukan dapat berasal dari satu segmen pasar atau beberapa segmen pasar

(Suharno dan Yudi Sutarso, 2010).

Dikarenakan tidak ada segmentasi pasar khusu yang dilakukan oleh CV.

Indomaju Bersama jadi tidak ada pula targetan pasar khusus yang dijadikan objek

penjualan. Semua kalangan dijadikan sasaran penjualan dalam pemasaran yang

terjadi.

c. Market Positioning

Tahap selanjutnya setelah perusahaan melakukan target pasar maka

perusahaan harus memikirkan bagaimana caranya produk yang dihasilkan dapat

diterima di pasaran sekaligus dapat bersaing dengan kompetitor lain. Menurut

Page 89: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

89

Sunarto (2004), menetapkan posisi pasar yang akan dituju yaitu proses agar

produk mendapatkan tempat yang jelas, dapat dibedakan, dan diharapkan secara

relatif terhadap produk pesaing dalam benak konsumen sasaran. Sehingga

memposiskan keadaan produk di hati konsumen adalah hal penting yang harus

diperhatikan untuk keberlanjutan produk yang dijual.

Keberadaan produk ikan lele pada CV. Indomaju Bersama di pasaran

dapat dikatakan menjadi salah satu primadona. Para konsumen akan lebih

memilih membeli ikan lele pada CV. Indomaju Bersama dibandingka pada tempat

lain. Konsumen rela menempuh jarak yang lumayan jauh demi mendapatkan ikan

lele CV. Indomaju Bersama. Dibalik tingginya posisi produk ikan lele di pasaran

tidak lain dikarenakan produk ikan lele yang ada segar, enak, dan bersih. Hal

tersebut terjadi karena CV. Indomaju Bersama tidak pernah mencampurkan bahan

kimia pada saat budidaya ataupun pemeliharaannya.

d. Differensiasi Produk

Diffrensiasi produk adalah prduk atau jasa yang memiliki keberadaan

terhadap produk atau jasa yang sudah ada, melainkan merupakan titik keunggulan

dibandingkan dengan produk lainnya (Catur Sugiyanto, 2007). Namun beda yang

dimaksud bukan berarti asal berbeda, beda ini akan manjadi nilai lebih produk

yang akan memimikat konsumen.

Perbedaaan produk atau biasa disebut dengan diffrensiasi ikan lele CV.

Indomaju Bersama dengan ikan lele lainnya di pasaran yaitu terletak pada kualitas

ikan lele yang dihasilkan. Ikan lele CV. Indomaju Bersama terkenal dengan ika lele

semi organiknya. Dikatakan ikan lele semi organik karena ikan lele hasil produksi

CV. Indomaju Bersama hanya sedikit menggunakan bahan kimia. Bahan kimia

hanya dihasilkan dari pakan yang diberikan kepada ikan. Sedangkan untuk hal

Page 90: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

90

lainnya seperti obat-obatan tidak menggunakan bahan kimia. Obat-obatan yang

dipakai hanya menggunakan daun awer-awer yang tedapat di kebun pemilik CV.

Indomaju Bersama. Hal inilah yang membuat ikan lele hasil produksi CV. Indomaju

Bersama memiliki rasa yang enak dan ketahanan ikan (tidak mudah menyusut)

serta bersih. Hal ini selalu menjadi bahan perbandingan konsumen yang datang.

Diffrensiasi membuat peluang CV. Indomaju Bersama semakin besar untuk

mengembangkan usahanya.

e. Saluran Pemasaran

Kotler (2009), mengatakan bahwa saluran pemasaran merupakan

sekelompok organisasi yang saling bergantung dan terlibat dalam proses

pembuatan produk atau jasa yang disediakan untuk digunakan atau diikonsumsi.

Semakin panjang sebuah saluran pemasaran maka semakin banyak pula

biaya yang dikeluarkan. Namun, hal ini tidak terjadi pada CV. Indomaju Bersama.

CV. Indomaju Bersama memiliki saluran pemasaran yang sederhana yang dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 7. Gambaran Saluran Pemasaran Produk

CV. Indomaju Bersama merupakan produsen utama dari adanya proses

jual beli yang ada yang kemudian setiap barang produksi yang ada akan dijual

kepada konsumen I yang biasanya berasal dari kalangan pengecer dan dari

pengecer tersebut maka produk sampai ke tangan konsumen II atau konsumen

akhir. Saluran pemasaran berlaku kepada semua jenis produk yang ada di CV.

Indomaju Bersama.

Produsen Konsumen I Konsumen II

Page 91: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

91

5.3.4 Aspek Finansial

Aspek finansial meliputi anggaran rutin dan pembangunan dari suatu

instansi pemerintahan. Aspek finansial dapat di analogikan sebagai aliran darah

manusia yang mengalir dalam tubuh, dengan kata lain aspek finansial merupakan

salah satu aspek penting untuk mengukur kinerja (Tangkilisan, 2005).

Pada CV. Indomaju Bersama dilakukan beberapa perhitungan jangka

panjang dan juga jangka pendek untuk memenuhi perhitungan aspek finansial di

CV. Indomaju Bersama tersebut. Aspek finansial dalam hal jangka pendek dapat

berupa permodalan, biaya produksi, jumlah produksi, penerimaan, RC ratio,

keuntungan, rentabilitas dan Break Even Point (BEP), sedangkan aspek finansial

dalam hal jangka panjang yaitu berupa Net Present Value (NPV), Internal Rate of

Return (IRR), Net Benefit Cost (Net B/C), Payback Period (PP), dan analisis

sensitivitas.

a. Permodalan

Dalam implementasinya terdapat 2 macam modal yaitu modal kerja dan

modal tetap. Modal kerja ialah kelebihan aktiva di atas hutang lancar. Sedangkan

aktiva tetap di dapat dari penjumlahan seluruh aktiva tetap. Sedangkan modal

tetap ialah modal yang diperuntukkan untuk jangka waktu yang laman, contohnya

bangunan dan tanah (Riyanto, 2010).

Semua perhitungan finansial yang dilakukan untuk jangka waktu 1 tahun.

Namun setiap jenis usaha memiliki siklus produksi yang berbeda-beda. Jenis

usaha budidaya ikan lele melakukan 7 kali siklus produksi dalam satu tahun. Pada

jenis usaha pengolahan ikan lele terjadi 36 kali produksi. Sedangkan jenis usaha

pengepul ikan lele dalama satu tahun pembelian ikan lele kepada petani ikan lele

Page 92: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

92

dilakukan sebanyak 96 kali pembelian. Modal tetap CV. Indomaju Bersama yaitu

sebesar Rp 386.497.400 selama 1 tahun. Sedangkan untuk besar modal kerja

yang dikeluarkan setiap tahunnya yaitu sebesar Rp 833.130.030 selama 1 tahun.

Rincian mengenai modal tetap dan modal kerja CV. Indomaju Bersama dapat

dilihat pada lampiran 2.

b. Biaya Produksi

costs also called production costs usually defined as the sum of three cost

biaya produksi merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan

sejumlah input yaitu secara akuntansi sama dengan uang yang tercatat.

Biaya produksi pada CV. Indomaju Bersama yaitu meliputi biaya tetap dan

biaya variabel. Total biaya tetap yang dikeluarkan setiap tahunnya sebesar Rp

573.439.480. Total biaya variabel yang dikeluarkan setiap tahunnya sebesar Rp

259.690.550. Sehingga total biaya produksi yang dikeluarkan selama setahun

yaitu Rp 833.130.030. Perhitungan mengenai biaya produksi selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 3.

1. Analisis Jangka Pendek

a. Jumlah Produksi dan Penerimaan

Penerimaan atau biasa disebut dengan Total Revenue dapat dikatakan

sebagai hasil dari pengalian harga produk dengan jumlah produk yang dijual. Pada

CV. Indomaju Bersama penerimaan yang diperoleh setiap tahunnya yaitu sebesar

Rp 3.275.096.000 dan jumlah produk yang dihasilkan 200.432 kg dengan rincian

sebagai berikut:

Page 93: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

93

Tabel 12. Tabel Penerimaan CV. Indomaju Bersama Sekama 1 Tahun

No Produk Total Produksi (satuan)

Harga Satuan (Rp/satuan)

Penerimaan (Rp)

1 Ikan lele segar 200000 kg 16000 3200000000

2 Kerupuk ikan lele matang 720 ons 12500 9000000

3 Kerupuk ikan lele mentah 720 ons 9300 6696000

4 Stik ikan 720 ons 8750 6300000

5 Abon ikan lele 720 ons 37500 27000000

6 Gokil 720 ons 17500 12600000

7 Crispy lele 720 ons 18.750 13500000

Total 200.432 kg 3275096000

b. Revenue Cost Ratio (RC ratio)

RC ratio merupakan analisis dalam 1 tahun untuk melihat keuntungan

relatif suatu usaha dalam 1 tahun dalam biaya dan kegiatan tertentu. Suatu usaha

dikatakan layak bila RC ratio lebih dari 1 (RC > 1). Sehingga apabila R/C semakin

tinggi menandakan usaha semakin layak.

RC ratio pad CV. Indomaju Bersama sebesar 3,93 yang memiliki arti RC

ratio tersebut lebih dari satu sehingga dapat dikatakan bahwa usaha CV. Indomaju

Bersama layak untuk dijalankan untuk mendapat keuntungan.

c. Keuntungan

Dalam suatu usaha hal sangat ditunggu-tunggu yaitu besarnya keuntungan

dari usaha tersebut. Keuntungan merupakan perhitungan dari total jumlah rupiah

yang dihasilkan dari penjualan produk. Sehingga didapatkan total keuntungan

yang didapatan oleh CV. Indomaju Bersama selama 1 tahun yaitu sebesar Rp

2.441.965.970. Perhitungan terkait keuntungan dapat dilihat pada lampiran 8.

Page 94: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

94

d. Rentabilitas

Rentabilitas adalah perbandingan anatara laba dengan aktiva atau modal

yang menghasilkan laba tersebut. Pada umumnya masalah rentabilitas adalah

lebih penting dari pada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah

merupakan ukuran bahwa perusahaan atau koperasi telah dapat bekerja dengan

efisien. Secara singkat rentabilitas merupakan alat analisis yang digunakan

manajemen perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan

modalnya.

CV. Indomaju Bersama mendapatkan nilai rentabilitas sebesar 293%. Ini

menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan CV. Indomaju Bersama terdapat pada

kondisi efisien dikarenakan nilai rentabilitas di atas nilai suku bunga bank sebesar

12%. Perhitungan terkait rentabilitas dapat dilihat pada lampiran 7.

e. Break Even Point (BEP)

Break Even Point merupakan titik impas keadaan dimana suatu usaha

berada pada posisi tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak mengalami

kerugian. BEP adalah teknik analisis mempelajari hubungan antara biaya tetap,

biaya variabel, volume kegiatan dan keuntugan (Riyanto, 1995).

Nilai BEP Sales (S) yang dipakai pada perhitungan penelitian ini yaitu

perhitungan BEP (S) secara total dan mix dikarenakan berbagai macam produk

yang di jual CV. Indomaju Bersama. BEP (S) total yang didapat dari pergitungan

yang dilakukan yaitu sebesar Rp 622.824.817. Begitu BEP (S) total diketahui yang

kemudian dicari BEP (S) mix maka BEP (S) per-produk baru akan ditemukan.

Besaran BEP (S) per-produk dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Tabel Besaran BEP Sales (S) per-produk pada CV. Indomaju Bersama

Page 95: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

95

No Jenis Produk BEP Sales (S) (Rupiah)

1 Ikan lele segar 608.543.815 2 Olahan kerupuk ikan lele matang 1.711.529 3 Olahan kerupuk ikan lele mentah 1.237.378 4 Stik ikan lele 1.198.071 5 Abon ikan lele 5.134.588 6 Gokil 2.396.141 7 Crispy lele 2.567.294

Sedangkan nilai BEP Unit (Q) juga tidak dapat dicari secara keseluruhan.

BEP Unit (Q) didapatkan besarannya sesuai dengan jenis-jenis produk yang ada.

Besar BEP Unit (Q) dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Tabel Besaran BEP Unit (Q) per-produk pada CV. Indomaju Bersama

No Jenis Produk BEP Unit (Q) 1 Ikan lele segar 38.034 2 Olahan kerupuk ikan lele matang 137 3 Olahan kerupuk ikan lele mentah 137 4 Stik ikan lele 137 5 Abon ikan lele 137 6 Gokil 137 7 Crispy lele 137

2. Analisis Jangka Panjang

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) dapat dijadikan sebagai alat analisa keuangan

yang digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya usaha yang dapat dilihat

dari nilai sekarang dari arus kas bersih yang akan diterima oleh perusahaan yang

bersangkutan dibandingkan dengan nilai sekarang dari modal investasi yang

dikeluarkan perusahaan.

Apabila perhitungan NPV lebih besar dari 0 (nol), dikatakan usaha tersebut

feasible (go) untuk dilaksanakan dan jika lebih kecil dari 0 (nol), tidak layak untuk

Page 96: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

96

dilaksanakan. Hasil perhitungan Net Present Value (NPV) yaitu Rp 7.769.458.847.

Dengan demikian usaha CV. Indomaju Bersama feasible. Perhitungan terkait NPV

dapat dilihat pada lampiran 12.

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C Ratio merupakan suatu rasio yang membandingkan antara benefit

atau penerimaan dari suatu usaha dengan biaya yang dikeluarkan untuk

merealisasikan rencana pendirian dan pengoperasian usaha tersebut. Suatu

kegiatan investasi atau bisnis bisa dikatakan layak apabila nilai Net B/C lebih besar

dari 1 (satu) dan dikatakan tidak layak apabila nilai Net B/C lebih kecil dari 1 (satu).

Hasil yang didapatkan, besar Net B/C pada CV. Indomaju Bersama yaitu sebesar

21,10. Dengan demikian maka usaha yang dijalankan layak karena nilai yang

diperoleh pada penelitian lebih besar daripada 1. Perhitungan terkait keuntungan

dapat dilihat tabel pada lampiran 12.

c. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan metode yang digunakan untuk

mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang di

harapkan di masa mendatang atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan

investasi awal (Umar, 2003). Dari hasil penelitian nilai IRR didapatkan sebesar

632%. Dengan demikian usaha yang dijalankan sudah layak untuk dilanjutkan

dalam jangka panjang karena nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga

deposito yang menjadi syarat yaitu sebesar 15%. Perhitungan terkait IRR dapat

dilihat pada tabel lampiran 12.

Page 97: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

97

d. Payback Period (PP)

Payback Period (PP) adalah suatu periode yang menunjukkan beberapa

lama modal yang ditanamkan dalam proyek tersebut dapat kembali (Rangkuti,

2004). Pada penelitian ini didaptakan nilai PP sebesar 0,18 yang artinya jangka

waktu yang dibutuhkan agar modal yang diinvestasikan dapat kembali selama 1

tahun 8 bulan. Perhitungan terkait payback period dapat dilihat pada tabel

lampiran 12.

e. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis simulasi dimana nilai

variabel-variabel penyebab diubah-ubah untuk mengetahui bagaimana dampak

yang timbul terhadap hasil yang diharapkan pada aliran kas. Seorang manajer

sebaiknya dapat menilai kembali estimasi arus kas suatu proyek yang telah

disusun oleh staf agar dapat mengetahui sejauh mana tingkat-tingkat variabel

penyebab dengan mengubah beberapa variabel tertentu dengan variabel lain

dianggap tetap. Semakin kecil arus kas yang ditimbulkan dari suatu proyek karena

adanya perubahan yang merugikan dari suatu variabel tertentu. NPV akan

semakin kecil dan proyek tersebut semakin tidak disukai (Riyanto, 2009).

Analisis sensitivitas yang diasumsikan pada usaha CV. Indomaju bersama

yaitu asumsi biaya naik 279%, asumsi benefit turun 71%, dan asumsi biaya naik

8% benefit turun 69%. Penjabaran dari setiap asumsi akan dijabarkan sebagai

berikut:

Page 98: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

98

a. Asumsi Biaya Naik 279%

Dari keadaan normal yang ada sebelumnya, pada penelitian ini akan

dimisalkan biaya produksi naik sebesar 279%. Setelah dicoba melalui bantuan

aplikasi Mirosoft Excel didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 15. Analisis Sensitivitas pada Saat Biaya Naik 279%

Asumsi (%) NPV (Rp) Net B/C IRR (%)

PP (Tahun)

Biaya naik 279 22.400.358

0,94 12 3,78

Saat biaya naik sampai dengan 279% usaha dikatakan tidak layak untuk

dijalankan karena nilai NPV berada di bawah 0. Sehingga dapat dikatakan usaha

tersebut tidak sensitiv terhadap kenaikan biaya.

b. Asumsi Benefit Turun 71%

Dari keadaan normal yang ada sebelumnya, pada penelitian ini akan

dimisalkan benefit turun sebesar 71%. Setelah dicoba melalui bantuan aplikasi

Microsoft Excel didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 16. Analisis Sensitivitas pada Saat Benefit Turun 71%

Asumsi (%) NPV (Rp) Net B/C IRR (%)

PP (Tahun)

Benefit turun 71 25.368.277

0,93 12 3,81

Usaha tidak dapat bertahan atau tidak layak dijalankan sampai keadaan

benefit turun 71%. Hal ini adalah keadaan maksimal usaha dapat bertahan karena

nilai NPV kurang dari 0 .

Page 99: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

99

c. Asumsi Biaya Naik 8% dan Benefit Turun 69%

Dari keadaan normal yang ada sebelumnya, pada penelitian ini akan

dimisalkan terjadi kenaikan biaya dan penurunan benefit secara bersamaan. Biaya

naik sebesar 8% dan benefit turun sebesar 69%. Setelah dicoba melalui bantuan

aplikasi Microsoft Excel didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 15. Analisis Sensitivitas pada saat Biaya Naik 8% dan Benefit Turun 69%

Asumsi (%) NPV (Rp) Net B/C IRR (%)

PP (Tahun)

Biaya naik dan

Benefit turun

8 29.218.168

0,92

12

3,85

69

Usaha CV. Indomaju Bersama masih layak untuk dilanjutkan walaupun

biaya naik dan benefit turun secara bersamaan. Namun, hal tersebut memiliki

batasan yaitu biaya naik sampai dengan dibawah 8% dan benefit turun sampai

dengan dibawah 69%.

5.4 Pengembangan Usaha CV. Indomaju Bersama Business Model

Canvas

Pengembangan usaha dengan Business Model Canvas adalah suatu cara

baru dalam menggali point-point apa saja yang dapat dimaksimalkan demi

keberlangsungan usaha yang sedang dijalankan. Pengembangan usaha dengan

Business Model Canvas sudah beberapa kali dipakai dalam suatu penelitian.

Terbukti dari hasil penelitian tersebut bahwa pengembangan usaha dengan

Business Model Canvas dapat memudahkan strategi yang akan dilakukan.

Business Model Canvas memiliki 9 blok bangunan.

Blok bangunan tersebut berguna untuk memudahkan dalam membuat

suatu pengembangan usaha dengan business model canvas. Seperti yang sudah

Page 100: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

100

dijelaskan sebelumnya pada bab tinjauan pustaka. Ada 9 blok bangunan, berikut

penjabarannya yang disertai dengan ide pengembangan yang direncanakan oleh

CV. Indomaju Bersama:

1. Customer Segments (Segmen Pelanggan)

Blok bangunan segmen pelanggan menggambarkan sekelompok orang

atau organisasi berbeda yang ingin dijangkau atau dilayani oleh perusahaan.

Perusahaan dapat mengelompkkan beberapa segmen-segmen berbeda

berdasarkan kesamaan, kebutuhan, perilaku atau atribut lain. Organisasi atau

perusahaan harus memutuskan segmen mana yang akan dilayani dan mana yang

akan diabaikan.

Segmen pelanggan pada Business Model Canvas memiliki persamaan

dengan cara penetapan segmentasi pasar dan target pasar yang di bahas pada

aspek pemasaran pada point strategi pemasaran. Seperti yang terjadi pada

segmentasi pasar dan target pasar, tidak ada pengelompokkan pelanggan yang di

khususkan oleh CV. Indomaju Bersama.

Sehingga pada pengembangan usaha dengan Business Model Canvas

yang dilakukaun blok customer segments yang direncanakan oleh CV. Indomaju

Bersama demi menghadapi suatu persaingan kedepannya yaitu melakukan

penjualan eceran ikan lele di pasaran, perluasan distribusi ke daerah lain dan juga

sebagai supplier untuk para pengepul lain.

2. Value Propositions (Proporsi Nilai)

Blok bangunan proposi nilai menggambarkan gabungan antara produk

dengan layanan yang menciptakan nilai untuk segmen pelanggan spesifik. Setiap

proporsi nilai berisi gabungan produk dan/atau jasa tertentu yang melayani

Page 101: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

101

kebutuhan segmen pelanggan spesifik. Proporsi nilai lain kurang lebih akan sama

dengan penawaran pasar yang sudah ada, tetapi dengan fitur dan atribut

tambahan.

Untuk proposi nilai sebelum diberlakukan pada Business Model Canvas,

telah digambarkan pada aspek pemasaran yang dibahas pada point produk, harga

serta diferensiasi produk. Pada point produk pada aspek pemasaran dibahas

permintaan pasar akan produk ikan lele yang segar dan berdaging tidak keras.

Hal ini yang menjadi salah satu dasaran bagi perencanaan pengembangan usaha

oleh CV. Indomaju Bersama dalam pengembangan usaha pada point proporsi

nilai. CV. Indomaju Bersama beranggapan bahwa meningkatkan kualitas produk

sesuai dengan kemauan pasar akan menjadi salah satu daya tarik untuk

menambah konsumen.

Harga merupakan salah satu yang harus dipikirkan matang-matang oleh

para CV. Indomaju Bersama atapun para produsen suatu produk. Semakin tinggi

harga yang dipatokkan semakin sedikit konsumenn yang akan membeli produk

yang dihasilka begitu pula sebaliknya. Maka dari itu, CV. Indomaju Bersama tidak

mematok harga yang terlalu tinggi. Harga setiap produk CV. Indomaju Bersama

dapat dilihat pada tabel 10. Harga yang rendah tentunya telah diperhitungkan

perusahaan sebelumnya agar tidak terjadi kerugian.

Tidak terdapat diffrensiasi produk yang berarti pada produk CV. Indomaju

Bersama. Hanya terletak pada proporsi nilai kualitas produk yang memiliki rasa

yang enak dan ketahanan ikan (tidak mudah menyusut) yang baik serta bersih

seperti yang telah diulas pada point differinsiasi produk sebelumnya. Namun, hal

ini salah satu hal identitas produk yang dimiliki CV. Indomaju Bersama yang perlu

dipertahankan dan dikembangkan untuk mengikat lebih banyak pelanggan.

Page 102: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

102

Dari keadaan yang telah ada, maka perlu dilakukan pengembangan

proporsi nilai yang ada agar produk CV. Indomaju Bersama dapat bersaing di

kemudian hari apabila dilakukan pengembangan usaha. Pengembangan proporsi

nilai yang direncanakan oleh CV. Indomaju Bersama dapat bersifat kuantitatif

(misalnya harga dan kecepatan layanan) atau kualitatif (misalnya desain dan

pengalaman pelanggan. Untuk rencana pengembangan usaha CV. Indomaju

Bersama akan dilakukan pengembangan proporsi nilai dalam hal:

a. Inovasi rasa dan olahan pada produk olahan ikan lele, inovasi rasa yang

akan dilakukan dalam jangka waktu ini yaitu menambahkan varian rasa

pada produk olahan siap makan yang di produksi. Inovasi logo untuk

packging setiap produk juga perlu dilakukan untuk menarik perhatian

konsumen

b. Mempertahankan merek/status produk CV. Indomaju Bersama. Serta lebih

menguatkan status produk pada CV. Indomaju Bersama yang sehat,

bersih, praktis serta bergizi

c. Proporsi nilai harga produk. CV. Indomaju Bersama melakukan rencana

pengembangan dalam aspek ini dengan memberikan tawaran harga jual

yang lebih murah kepada konsumen, pemberian potongan sebesar Rp 500

per kilogram untuk pembelian lebih dari 5 kwintal pada jenis usaha

budidaya dan olaham. Sedangkan pada jenis usahan pengolahan ikan lele

diberikan potongan sebesar Rp 1000 per bal apabila pembelia diatas 100

bal

d. Pemberian garansi untuk produk yang tidak segar saat sampai ke tangan

konsumen

Page 103: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

103

e. Pengembangan proporsi nilai dalam hal kemudahan konsumen

mengakses informasi maupun pemesanan. Hal ini dengan cara langsung

dan online

3. Channels (Saluran)

Blok bangunan saluran menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan

berkomunikasi dengan segmen pelanggannya dan menjangkau mereka untuk

memberikan proporsi nilai. Pada usaha CV. Indomaju sebelumnya memang tidak

ada kiat khusus untuk menjaga komunikasi dengan pelanggan. Pada 4 aspek yang

menjadi pembahasan sebelumnya juga tidak ada point yang membahas tentang

bagaimana menjaga komunikasi dengan para pelanggan. Namun pada

pengembangan usaha CV. Indomaju Bersama dengan Business Model Canvas ini

dibahas point bagaimana menjaga hubungan dengan pelanggan. Sehingga, CV.

Indomaju Bersama melakukan suatu perencanaan pengembangan segmen

pelanggan pada pengembangan usaha yang akan dijangkau dengan cara

memaksimalkan tenaga penjualan, dalam hal ini yaitu fungsi salesman dan juga

memaksimalkan penjualan di toko sendiri.

4. Customer Relathionships (Hubungan Pelanggan)

Blok bangunan hubungan pelanggan yang menggambarkan berbagai jenis

hubungan yang dibangun perusahaan bersama segmen pelanggan yang spesifik.

Dalam hal ini akan dijelaskan rencana peningkatan proporsi nilai hubungan

pelanggan seperti apa yang akan dilakukan, jenis hubungannya, seberapa

mahalkan jenis hubungan itu, dll.

Pada usaha CV. Indomaju Bersama sebelumnya tidak ada hal khusus yang

dilakukan perusahaan untuk hal seperti ini. Namun, dalam rencana

Page 104: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

104

pengembangan usaha yang ingin dilakukan oleh CV. Indomaju Bersama. Hal yang

akan dilakukan peningkatan dalam nilai hubungan pelanggan yang direncanakan

oleh CV. Indomaju Bersama yaitu melakukan bantuan personal. Bantuan personal

memiliki arti customer langsung berhubungan dengan petugas pelayanan.

5. Revenue Streams (Arus Pendapatan)

Blok bangunan arus pendapatan menggambarkan uang tunai yang

dihasilkan perusahaan dari masing-masing segmen pelanggan (biaya harus

mengurangi pendapatan untuk menghasilkan pemasukan). Arus pendapatan

kurang lebih dibahas pada aspek finansial. Pada perhitungan aspek finansial

jangka pandek (penerimaan) yang sudah dilakukan sebelumnya, arus pendapatan

CV. Indomaju Bersama hanya berasal dari penjualan produk. Arus pendapatan

juga sudah menunjukan angka yang cukup tinggi dan tidak memiliki nilai

sensitivitas yang berarti.

Namun, untuk berjaga-jaga sebagai pemasukan tambahan saat usaha di

kembangankan, CV. Indomaju Bersama berencana melakukan penambahan arus

pendapatan. Selain mendapat dari penghasilan tetap perusahaan akan dilakukan

pemasangan iklan suatu produk di sekitar lingkungan perusahaan yang dapat

dilihat orang banyak. Pemasangan iklan tersebut, perusahaan akan mendapatkan

upah pemasangan iklan yang selanjutnya akan dijadikan tambahan pendapatan

perusahaan.

6. Key Resources (Sumber Daya Utama)

Blok bangunan sumber daya utama menggambarkan aset-aset terpenting

yang diperlukan agar sebuah model bisnis dapat berfungsi. Sumber daya tersebut

Page 105: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

105

dapat berupa fisik, finansial, intelektual atau manusia. Sumber daya utama dapat

disewa oleh perusahaan atau diperoleh dari mitra utama.

Hal ini sesuai dengan aspek pemasaran pada point pembahasan

perencanaan strategi pengembangan produk. Terdapat rencana yang dirancang

oleh CV. Indomaju Bersama seperti pengembangan tempat usaha salah satunya

yaitu penambahan kolam. Rencana tersebut tentunya perlu dikaji terlebih dahulu.

Hal ini sangat pas untuk dibahas dalam pengembangan usaha Business Model

Canvas.

7. Key Activities (Aktivitas Kunci)

Blok bangunan aktivitas kunci menggambarkan hal-hal terpenting yang

harus dilakukan perusahaan agar model bisnisnya dapat berkerja. Setiap model

bisnis memerlukan aktivitas-aktivitas kunci berupa tindakan-tindakan terpenting

yang harus diambil perusahaan agar dapat beroperasi dengan sukses. Konsep ini

sama dengan pembahasan aspek pemasaran pada point produk. Pada point

tersebut dijelaskan jenis produk seperti apa yang diinginkan konsumen.

Saat kita sudah mengetahui jenis produk seperti apa yang diinginkan oleh

konsumen pada pembahasan aspek pemasaran point produk, hal tersebut dapat

dimasukkan pada rencana pengembangan usaha dengan Businees Model

Canvas yang ingin dilakukan oleh CV. Indomaju Bersama untuk di evaluasi apakah

cocok atau tidak diterapkan pada pengembangan usaha kedepannya. Sehingga

didapat pengembangan proporsi nilai pada blok bangunan ini yang direncanakan

oleh CV. Indomaju Bersama seperti proses budidaya ikan lele, proses pembuatan

olahan ikan lele dan juga menjaga kualitas ikan lele.

Page 106: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

106

8. Key Partnership (Kemitraan Utama)

Blok bangunan kemitraan utama menggambarkan jaringan pemasok dan

mitra yang membuat model bisnis dapat bekerja. CV. Indomaju Bersama

berencana untuk menciptakan aliansi untuk mengoptimalkan model bisnis,

mengurangi risiko atau memperoleh sumberdaya mereka. Seperti yang

direncanakan oleh CV. Indomaju Bersama berupa aliansi strategis antara non-

pesaing dan coopetition yang berarti kemitraan strategis antarpesaing.

9. Cost Structure (Struktur Biaya)

Struktur biaya menggambarkan semua biaya yang dikeluarkan untuk

mengoperasikan model bisnis. Struktur biaya yang akan dipilih untuk melakukan

pengembangan usaha ini yaitu terpacu biaya yang berarti fokus yang ada pada

peminimalan biaya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan

struktur biaya seramping mungkin, menggunakan proposisi nilai dengan harga

rendah, otomatisasi maksimum, dan outsourcing secara ekstensif. Perhitungan

detail mengenai struktur biaya untuk mengimbangi perencanaan usaha yang

direncanakan sebelumnya oleh CV. Indomaju Bersama ini dapat didukung dari

hasil perhitungan aspek finansial jangka pendek dan jangka panjang.

Penjabaran perencanaan pengembangan usaha CV. Indomaju Bersama

yang ditunjukan dalam bentuk aktivitas yang akan dilakukan menurut 9 proposi

nilai yang telah dijabarkan dapat digambarikan dengan skema analisis business

model canvas pada gambar 13.

Page 107: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

107

Gambar 8. Skema Analisis Business Model Canvas

5.5 Pengembangan Business Model Canvas

Pengembangan usaha dengan bantuan Business Model Canvas sudah

terbuat dengan rinci sesuai dengan 9 blok bangunan yang telah ditetapkan.

Kemudian, untuk menguji apakah strategi tersebut dapat berjalan dengan

sebagaimana mestinya dilakukan lah uji analisis SWOT.

Menurut Rangkuti (2009), analisis SWOT merupakan suatu identifikasi

berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis

ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan

KP (Key Parnership)

KA (Key Activities)

VP (Value Proposition)

CR (Customer

Realithionshp) CS (Customer Segments)

CS (Cost Stricture) RS (Revenue Streams)

KR (Key Resources)

CH (Channel)

Aliansi strategis

Coopetion

Produksi

Tempat

SDM

Lele

Inovasi rasa, olahan dan logo

Ikan lele sehat, bersih, praktis,

bergizi

Lebih murah, diskon, bonusProduk tetap

segar

Bantuan Personal

Tenaga Penjualan

Toko Sendiri

Eceran dan door to door

Distribusi ke daerah lain

Penyediaan untuk

pengepul lain

Seluruh biaya Periklanan

Page 108: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

108

peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan

keputusannya selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategis, dan

kebijakan perusahaan.

Dalam memudahkan analisis SWOT ini maka dilakukan pembagian faktor

internal dan eksternal dalam business model canvas. Faktor internal ialah segala

faktor di dalam organisasi/perusahaan yang akan mempengaruhi

organisasi/perusahaan tersebut. Sedangkan faktor eksternal ialah segala sesuatu

di luar batas-batas organisasi/perusahaan yang mungkin mempengaruhi

organisasi atau perusahaan. Terdapat 2 macam faktor eksternal yaitu mikro yang

berarti dengan begitu perusahaan dapat melakukan aksi reaksi terhadap faktor

faktor penentu dan juga makro yang berarti perusahaan hanya dapat merespon

lingkungan di luar perusahaan. Penggolongan business model canvas secara

faktor internal dan eksternal dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Tabel Faktor Internal dan Faktor Eksternal yang memperngaruhi

Pengembangan Usaha

No. Faktor Internal No. Faktor Eksternal

1 Key resources 1 Customer segments

2 Key partnership 2 Value proposition

3 Key activities 3 Channels

4 Cost structure 4 Customer relathionship

5 Revenue streams

Faktor internal dan faktor eksternal di atas akan diuraikan lagi menjadi

beberapa aktivitas atau tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan blok

bangunannya yang kemudian akan diidentifikasi dan dianalisis. Langkah

selanjutnya faktor faktor tersebut dimasukkan ke dalam tabel analisis faktor

Page 109: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

109

internal (IFAS) dan faktor eksternal (EFAS) kemudian diberikan bobot dan juga

ranking. Pemberian bobot dan ranking dilakukan atas dasaran metode

pengamatan langsung yang dilakukan saat penelitian. Meotode ini sesuai dengan

beberapa metode yang ditawarkan dalam analisis SWOT menurut Nazir (1988).

Menurut Nazir (1988), metode pengamatan langsung dilakukan dengan cara

pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat

standart lain untuk keperluan tersebut. Cara pengamatan juga tidak memiliki

standart tertentu yang terpenting adalah fenomena dapat dicatat dan prilaku dapat

diketahui dengan jelas.

Menurut Rangkuti (2014), faktor faktor strategis internal dan eksternal

diberikan bobot dan nilai (rating) berdasarkan beberapa pertimbangan.

Pembobotan pada lingkungan internal tingkat kepentingannya didasarkan pada

tingkat kepentingan atau ergensi penanganan dengan skala 1 sampai 5 (1 = tidak

penting, 5 = sangat penting). Setelah itu menjumlahkan bobot dengan kekuatan

dan bobot kelemahan. Kemudian dihitung bobot relatif untuk masing-masing

indikator yang terapat pada kekuatan dan kelemahan, sehingga total nilai bobot

tersebut menjadi 1 atau 100%. Dengan cara yang sama dihitung bobot dan bobot

relatid yntuk peluang dan ancaman.

Setelah kedua langkah di atas dilakukan selanjutnya tentukan rating.

Rating merupakan analisis kita terhadap kemungkinan yang akan terjadi dalam

jangka pendek. Nilai rating untuk variabel kelemahan diberi nilai 1 sampai 4. Nilai

1 untuk indikator kinerja yang semakin menurun dibandingkan pesaing utama.

Nilai 2 untuk kinerja sama dengan pesaing utama. Sedangkan diberi nilai 3 atau 4,

kalau indikator tersebut lebih baik dibandingkan pesaing utama. Semakin tinggi

nilainya kinerja ndikator tersebut akan semakin baik dibandingkan pesaing utama.

Page 110: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

110

Nilai rating variabel kelemahan diberi nilai 1 sampai 4. Nilai 1 kalau

indikator tersebut semakin banyak kelemahannya dibandingkan pesaing utama.

Nilai 4 untuk kelemahan indikator yang semakin menurun dibandingkan pesaing

utama pada tahun depan. Bila ditarik kesimpulan sederhana dari pemberian nilai

rating pada variabel kelemahan atau variabel ancaman berkebalikan dengan

pemberian nilai rating untuk variabeel kekuatan dan variabel peluang.

Nilai score diperoleh dari hasil nilai bobot dikali nilai rating. Total nilai score

untuk faktor internal apabila menunjukkan nilainya mendekati 1, semakin banyak

kelemahan internalnya dibandingkan kekuatannya. Sedangkan semakin nilai

mendekati 4, semakin banyak kekuatannya dibandingkan kelemahannya. Sama

halnya dengan faktor eksternalm semakin total nilai score mendekati 1, semakin

banyak ancamannya dibandingkan dengan peluang. Apabila totall nilai score

mendekati 4, artinya semakin banyak peluang dibandingkan ancaman.

Setelah semua tahap penilaian di atas telah dilakukan, gabungkan kedua

kondisi internal dan eksternal lalu masukkan dalam matriks internak eksternak,

sehingga dapat diketahui posisi persaingan yang akan terjadi sehngga dengan

begitu dapat ditentukan strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan.

5.5.1 Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang meliputi kekuatan dan kelemahan

dalam suatu pengembangan usaha dan faktor ini dapat digunakan dalam

penentuan strategi pengembangan usaha. Berikut beberapa kekuatan dan

kelemahan yang dirangkum dari 4 faktor internal dalam business model canvas

yang sudah dibuat sebelumnya. Secara rinci, aktivitas atau tindakan yang harus

dilakukan dalam pengembangan usaha dengan business model canvas yang

termasuk dalam faktor internal dapat dilihat pada tabel 15.

Page 111: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

111

Tabel 15. Tabel aktivitas /tindakan dari setiap blok bangunan faktor internal

No Faktor Internal Aktivitas /Tindakan

1

Key resources

Tempat yang memadai

SDM yang tidak memadai

Bahan baku lele yang sukar ada

2 Key partnership Melakukan aliansi strategis

Kemitraan antarpesaing yang

belum terbentuk dengan baik

3 Key activities Proses produksi yang lancar

4 Cost structure Biaya yang memadai

1. Kekuatan (Strength)

Kekuatan yang dimiliki pada CV. Indomaju Bersama dengan ketiga jenis

usaha di dalamnya yaitu sebagai berikut:

a. Tempat yang memadai

CV. Indomaju Bersama merupakan jenis usaha yang memiliki tempat

menjadi satu dengan pemilik dari perusahaan tersebut. Masih terdapat lahan

kosong di dalamnya untuk mengembangkan perusahaan seperti membuat kolam

kembali, tempat khusus untuk penjualan produk, rumah produksi yang lebih baik

dll.

b. Melakukan aliansi strategis dan coopetion

Aliansi strategis adalah salah satu dari empat jenis kemitraan yang dapat

dilakukan untuk memajukan blok bangunan kemitraan. Aliansi strategis antara

non-pesaing dapat membuat konsumen menjadi bertambah. Contoh dengan

melakukan aliansi strategis dengan para pengusaha rumah makan, para penjual

ikan eceran di pasaran dan daerah luar, serta beberapa toko kelontong atau toko

Page 112: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

112

oleh-oleh untuk menjajakan produk CV. Indomaju Bersama khususnya produk

jenis usaha pengolahan ikan lele. Kemitraan antarpesaing juga merupakan salah

satu kekuatan yang berguna dalam hal penambahan informasi pasar ataupun

sebagai mitra dalam pemenuhan kebutuhan pasar apabila terjadi kekurangan

produk.

c. Proses produksi yang lancar

Proses produksi yang dilakukan pada CV. Indomaju Bersama tergolong

lancar. Walaupun terkadang terkendala dengan pasokan lele yang terbatas CV.

Indomaju Bersama tetap dapat memenuhi permintaan yang ada. proses produksi

yang lancar ini dapat terus dilakukan agar menjadi suatu kekuatan penting demi

keberlangsungan perusahaan.

2. Kelemahan (Weaknesses)

Kelemahan yang dimiliki CV. Indomaju Bersama dengan ketiga jenis usaha

di dalamnya yaitu sebagai berikut:

a. Bahan baku lele yang terkadang sukar ada

Lele merupakan faktor kunci keberlangsungan perusahaan CV. Indomaju

Bersama. Tanpa lele maka ketiga jenis usaha tidak akan berjalan. Lele pada CV.

Indomaju Bersama biasa dihasilkan dengan cara budidaya ikan lele yang

dilakukan sendiri serta membeli langsung kepada petani lele yang sudah menjadi

langganan. Namun untuk pengembangan usaha ini, dimaksudkan untuk

memproduksi lele benar benar secara mandiri. Membudidayakan sendiri setelah

itu hasilnya dijual segar dan dijadikan bahan baku utama proses pengolahan ikan

lele. Namun, terkadang dikarenakan terkendala cuaca dan juga penyakit, lele yang

diharapkan selalu ada tepat waktu membuat harapan tersebut bergeser. Maka dari

Page 113: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

113

itu apabila lele sukar untuk ada akan menjadi suatu kelemahan yang seharusnya

dicari langsung penanggulangannya.

b. Kemitraan antar pesaing yang belum terbentuk dengan baik

Pesaing bukan lah salah satu hal negatif yang harus dihindari oleh para

produsen. Ada sisi positif yang didapat dari kehadiran pesaing yaitu apabila terjalin

dengan baik akan memberikan keuntungan tambahan informasi demi usaha yang

dilakukan. Selain itu dapat memberikan kerjasama untuk saling mengisi

kekosongan produk yg ada.

c. SDM yang tidak memadai

Sumber Daya Manusia atau tenaga kerja merupakan salah satu hal kunci

demi keberlangsungan usaha. Tenaga kerja yang ada di CV. Indomaju Bersama

sebelumnya cukup untuk melakukan aktivitas produksi yang ada, namun sangat

sedikit untuk melakukan pengembangan usaha kedepannya.

Faktor faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang telah

diidentifikasi dan dianalisis, langkah selanjutnya faktor faktor tersebut

dimasukkan ke dalam tabel analisis faktor internal (IFAS) kemudian diberikannya

skors. Berikut ini tabel matriks IFAS pada usaha CV. Indomaju Bersama yang

dapat dilihat pada tabel 16.

Page 114: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

114

Tabel 16. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS)

Faktor Strategi Internal (IFAS) Bobot Relative

(R)

Ranking

(R)

Skor

(R×R)

Kekuatan

Tempat pengembangan usaha sangat

memadai 4 0,14 4 0,55

Aliansi strategis untuk menambah

konsumen tetap 3 0,10 2 0,21

Produksi lancar 5 0,17 3 0,52

Biaya yang memadai 5 0,17 4 0,69

Jumlah 17 0,59 13 1,97

Kelemahan

Bahan baku lele yang terkadang sukar

untuk selalu ada 5 0,17 3 0,5

Kemitraan antarpesaing yang belum

terbentuk dengan baik 3 0,10 2 0,2

SDM yang tidak memadai 4 0,14 2 0,3

Jumlah 12 0,41 7 1,0

Total 29 1,00 20 2,97

Dilihat dari tabel 16 analisis internal, perusahaan CV. Indomaju Bersama

memiliki faktor kekuatan pengembangan usaha sebesar 1,97. Sedangkan skor

faktor kelemahan pengembangan usaha yaitu sebesar 1,0. Disimpulkan bahwa

matriks analisis faktor strategi internal (IFAS) pengembangan usaha di CV.

Indomaju Bersama dipengaruhi oleh faktor kekuatan dibandingkan dengan faktor

kelemahan.

5.5.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi usaha yang

ditentukan dari luar usaha tersebut. Analisis faktor eksternal dilakukan dengan

melihat faktor faktor di luar perusahaan CV. Indomaju Bersama untuk

Page 115: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

115

mengidentifikasi peluang dan ancaman dalam pengembangan usaha yang

dilakukan. Pemberian bobot semakin besar angkanya maka pengaruhnya akan

semakin besar dalam usaha. Pemberian ranking untuk faktor yang semakin

terpengaruh maka nilainya semakin tinggi untuk faktor faktor ancaman semakin

berpengaruh maka nilainya semakin kecil. Secara rinci, aktivitas atau tindakan

yang harus dilakukan dalam pengembangan usaha dengan business model

canvas yang termasuk dalam faktor eksternal dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17. Tabel aktivitas /tindakan dari setiap blok bangunan faktor eksternal

No Faktor Eksternal Aktivitas /Tindakan

1

Customer segments

Kerjasama dengan penjual eceran

di pasar dan salesman untuk door

to door

Perluasan distribusi ke daerah lain

Penyediaan untuk pengepul lain

2

Value proposition

Inovasi rasa & olahan

Inovasi logo

Status ikan lele yang sehat, bersih,

praktis dan bergizi

Menjual dengan harga lebih murah

Garansi bahwa produk akan tetap

segar sampai ke tangan konsumen

3

Channels

Tenaga penjualan tambahan untuk

channel usaha

Penjualan melalui toko sendiri

4 Customer realithionship Bantuan personal

5 Revenue streams Periklanan

Page 116: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

116

1. Peluang (Opportunities)

Peluang yang dimiliki pada CV. Indomaju Bersama dengan ketiga jenis

usaha di dalamnya yaitu sebagai berikut:

a. Kerjasama dengan penjual eceraan di pasar serta salesman untuk door to

door

Peluang yang terlihat untuk pengembangan usaha pada CV. Indomaju

Bersama yaitu dengan melakukan kerjasama dengan para penjual eceran di

pasaran serta penerimaan tenaga kerja baru untuk menjadi salesman yang

menjajakan produk dari rumah ke rumah. Peluang ini sangat untuk mengenalkan

produk kepada msyarakat yang lebih luas sehingga konsumen yang ada akan

bertambah.

b. Penyediaan produk untuk para pengepul

Selain membidik segmen konsumen para penjual eceran di pasaran dalam

pengembangan usaha akan dilakukan juga penyediaan produk untuk para

pengepul lain. Tujuan dari hal ini yaitu untuk menjanjikan pesanan produk yang

lebih banyak di setiap pemesanannya.

c. Inovasi rasa dan olahan

Rasa dan olahan ini akan lebih dilakukan pada jenis usaha pengolahan

ikan lele. Inovasi dilakukan untuk mengurangi kejenuhan konsumen akan ragam

rasa dan olahan yang sudah ada sebelumnya. Inovasi seperti apa yang akan

dilakukan dapat diketahui dari permintaan pasar yang ada.

Page 117: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

117

d. Inovasi logo

Logo merupakan suatu identitas yang dimiliki perusahaan agar mudah

diingat oleh para konsumennya. Logo yang telah ada sebelumnya masih sangat

sederhana dan kurang memikat konsumen. Maka dari itu dengan adanya

pengembangan usaha yang akan dilakukan, logo merupakan sesuatu yang harus

diinovasi untuk menarik peluang dalam hal ketertarikan konsumen.

e. Menjual dengan harga lebih murah

Memainkan harga barang sangat berpeluang bagi jumlah pembelian

produk. Dapat berpeluang positif saat harga yang ditawarkan memang pas dengan

harga pasaran atau beberapa produsen dengan berani menjual lebih murah

daripada produk lain. Namun akan berdampak negatif saat harga yang ditawarkan

begitu mahal dan berbeda jauh dengan kebanyakan harga barang pesaing di

pasaran. Untuk pengembangan usaha ini maka CV. Indomaju Bersama berinisiatif

untuk melakukan penjualan harga yang lebih murah tentunya diimbangi dengan

perhitungan finansial yang akurat.

f. Tenaga penjualan untuk menambah channel usaha

Channel atau saluran usaha tidak didapatkan dengan mudah begitu saja.

Bertambah banyaknya orang yang mengenali produk kita maka saluran usaha pun

akan terbuka lebar. Dengan begitu untuk pengembangan usaha yang dilakukan

ditambahkanlah tenaga penjualan lebih untuk memperlebar saluran usaha yang

ada sebelumnya.

g. Bantuan personal

Bantuan personal merupakan salah satu fasilitas yang diberikan

perusahaan kepada para konsumennya. Salah satu cara yang dapat dilakukan

Page 118: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

118

yaitu dengan mengadakan customer service via email yang mana konsumen dapat

berinteraksi dengan petugas pelayanan.

h. Periklanan

Publikasi yang maksimal akan menghasilkan peluang yang besar. Melalui

publikasi lewat periklanan maka masyarkat akan lebih luas mengetahui produk

yang dihasilkan perusahaan. Diharpkan dengan periklanan juga dapat menarik

minat untuk membeli produk produk tersebut.

2. Ancaman (Threats)

Ancaman yang dimiliki pada CV. Indomaju Bersama dengan ketiga jenis

usaha di dalamnya yaitu sebagai berikut:

a. Perluasan distribusi ke daerah lain

Dengan tujuan untuk memperluas jaringan konsumen maka suatu

perusahaan akan melakukan pengiriman barang ke daerah lain yang telah

memesan produknya. Namun saat hal ini dilakukan dalam pengembangan usaha

kelak ditakutkan akan menjadi suatu ancaman. Ancaman yang ada dapat berupa

membludaknya pengeluaran yang dilakukan. Harus ada kajian ulang mengenai

perluasan distribusi ini.

b. Garansi produk akan tetap segar sampai ke tangan konsumen

Memberikan garansi merupakan salah satu fasilitas yang diberikan

perusahaan kepada konsumennya. Namun apabila garansi ini diberlakukan

kepada produk perikanan maka ditakutkan akan menjadi salah satu ancaman yang

dapat mengancam perusahaan. Diketahui bahwa hasil perikanan bukan lah

produk yang mudah untuk dijaga kesegarannya.

Page 119: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

119

c. Status ikan lele yang sehat, bersih, praktis, dan bergizi

Image yang selama ini melekat pada produk CV. Indomaju Bersama yaitu

produk ikan lele yang sehat, bersih, praktis dan bergizi. Image ini akan sangat

menguntungkan apabila senantiasa produk yang dihasilkan selalu seperti itu.

Namun harus dipikirkan kembali apa yang harus dilakukan saat produk yang

dihasilkan tidak sesuai dengan image yang telah ada.

f. Penjualan melalui toko sendiri

Ditakutkan apabila dalam pengembangan usaha yang dilakukan sistem

penjualan tetap melalui toko sendiri tidak dikembangkan akan menjadi ancaman

bagi kemajuan perusahaan. Diketahui bahwa penjualan melalui toko sendiri tidak

efektif dan efisien, apalagi diterapak di era globalisasi seperti ini dengan sistem

penjualan yang lebih modern yaitu salah satunya melalui via online (tidak

langsung).

Faktor faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman yang telah

diidentifikasi dan dianalisis, langkah selanjutnya faktor faktor tersebut

dimasukkan ke dalam tabel analisis faktor eksternal (EFAS) kemudian diberikan

bobot dan juga ranking.Berikut ini tabel matriks EFAS pada usaha CV. Indomaju

Bersama yang dapat dilihat pada tabel 18.

Page 120: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

120

Tabel 18. Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Faktor Strategi Eksternal (EFAS) Bobot Relative

(R)

Ranking

(R)

Skor

(R×R)

Peluang

Kerjasama dengan penjual eceran di

pasar dan salesman untuk door to door 1 0,10 4 0,39

Penyediaan untuk pengepul lain 1 0,10 3 0,29

Inovasi rasa & olahan 1 0,10 4 0,39

Inovasi logo 0,5 0,05 3 0,15

Menjual dengan harga lebih murah 0,7 0,07 2 0,14

Tenaga penjualan tambahan untuk

channel usaha 0,5 0,05 4 0,20

Bantuan personal 1 0,10 2 0,20

Periklanan 1 0,10 4 0,39

Jumlah 6,7 0,66 26 2,15

Ancaman

Perluasan distribusi ke daerah lain 1 0,10 4 0,39

Garansi bahwa produk akan tetap segar

sampai ke tangan konsumen 0,5 0,05 3 0,15

Status ikan lele yang sehat, bersih,

praktis dan bergizi 1 0,10 3 0,29

Penjualan melalui toko sendiri 1 0,10 4 0,39

Jumlah 3,5 0,34 14 1,23

Total 10,2 1,00 40 3,37

Dilihat dari tabel 18 analisis eksternal, perusahaan CV. Indomaju Bersama

memiliki faktor peluang pengembangan usaha sebesar 2,15. Sedangkan skor

faktor ancaman pengembangan usaha yaitu sebesar 1,23. Disimpulkan bahwa

matriks analisis faktor strategi eksternal (EFAS) pengembangan usaha di CV.

Indomaju Bersama dipengaruhi oleh faktor peluang dibandingkan dengan faktor

ancaman.

Page 121: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

121

5.5.3 Analisis Matriks SWOT

Dari hasil diagram analisis SWOT didapatkan bahwa pengembangan

usaha dengan Business model canvas memiliki nilai yang hasilnya berada pada

kuadran I. Hal ini berarti usaha pada CV. Indomaju Bersama memiliki kekuatan

(strength) dan peluang (opportunities) saat dijalankan dalam mengembangkan

usaha. Untuk mengetahui strategi yang baik maka diperlukan matriks SWOT untuk

dapat mengembangkan usaha pada CV. Indomaju Bersama. Matriks SWOT dapat

dilihat pada tabel 19.

Tabel 19. Tabel Matriks SWOT

Internal

Eksternal

Strength (S)

Mengidentifikasi

kekuatan

Weaknesses (W)

Mengidentifikasi

kelemahan

Opportunities (O)

Mengidentifikasi

peluang

Strategi (SO)

Memanfaatkan

kekuatan untuk

menangkap peluang

Strategi (WO)

Mengatasi kelemahan

untuk memanfaatkan

peluang

Threats (T)

Mengidentifikasi

ancaman

Strategi (ST)

Memanfaatkan

kekuatan untuk

menghindari ancaman

Strategi (WT)

Mengatasi kelemahan

dan menghindari

ancaman

Strategi dipilih pada saat hasil diagram analisis SWOT telah menunjukan

daerah kuadran. Terdapat 4 daerah kuadran yang memilki fungsi dan pengertian

tersendiri. Berikut penjabaran dari setiap kuadran pada diagram analisis SWOT:

Page 122: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

122

Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang.

Rekomendasi strategi yang diberikan adalah agresif, artinya organisasi dalam

kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk melakukan

ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

Kuadran II (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadaoi

tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang dilakukan adalah diversifikasi

strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah

tantangan berat sehingga diperkirakan roda organusasu akan mengalami

kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya.

Oleh karenanya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyal ragam

strategi taktiknya.

Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat

berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberukan adalah ubah strategi, yaitu

organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang

lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus

memoerbaiki kinerja organisasi.

Kuadran IV (negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemag dan mengahdapi

tantangan besar. Rekomendasi yang diberikan adalah strategi bertahan, artinya

kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya,

organisasi disarankan untuk menggunakan strategi betahan, mengendalikan

kinerja internal agar tidal semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil

terus berupaya membenahi diri.

Page 123: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

123

Semua cara yang telah diterangkan sebelumnya setelah di terapkan pada

usaha CV. Indomaju bersama didapatkan hasil sebagai berikut. Analisis matriks

SWOT berguna untuk mengetahui strategi apa yang dapat dilakukan usaha pada

saat pengembangan usaha dilakukan. Strategi yang berkemungkinan dapat

dilakukan CV. Indomaju Bersama dalam pengembangan usahanya dengan

business model canvas dapat dilihat pada tabel 20.

Kuadran III Kuadran I

Kuadran IV Kuadran II

Strength

S

T

Threath

Weakness

W

Opportunity

O

Agresif Ubah Strategi

Strategi Bertahan Diversifikasi Strategi

(+,+) (-,+)

(-,-) (+,-)

Page 124: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

124

Tabel 20. Matriks SWOT Usaha pada CV. Indomaju Bersama

Internal Eksternal

Kekuatan (S) Tempat usaha yang memadai Menambah konsumen tetap dengan aliansi strategis Produksi yang lancar

Kelemahan (W) Bahan baku lele yang sukar ada Kemitraan antar pesaing yang belum terbentuk SDM belum memadai

Peluang (O) Kerjasama dengan penjual eceran Penyediaan barang untuk pengepul lain Inovasi rasa & olahan Inovasi logo Penjualan dengan harga murah Penambahan TK untuk channel usaha Bantuan personal Iklan

Strategi (SO) Memaksimalkan tempat usaha yang ada untuk dapat memperbanyak penyediaan barang untuk pengepul lain, inovasi rasa dan olahan sebagai daya pikat konsumen baru dan melakukan publikasi maksimal dengan ciri khas logo produk sehingga produksi dapat berjalan lancar. Penambahan TK dan bantuan personal juga sangat membantu

Strategi (WO) Mengoptimalkan bahan baku serta SDM yang ada di CV. Indomaju Bersama Mengoptimalkan bentuk kemitraan yang sudah terjalin sebelumnya

Ancaman (T) Perluasan distribusi Garansi produk Status produk yang selalu baik Penjualan melalui toko sendiri

Strategi (ST) Mengendalikan produksi yang ada agar tetap dapat suvive saat penjualan menurun

Strategi (WT) Meningkatkan produksi lele secara madiri Memperluas distribusi dan juga melakukan kemitraan yang baik

Dari matriks SWOT diatas diperoleh 4 kemungkinan strategi yang dapat

dilakukan CV. Indomaju Bersama dalam mengembangkan usahanya. Keempat

strategi tersebut yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT. Salah

satu strategi akan terpilih tergantung dari hasil analisis diagram SWOT.

1. Strategi SO (Strength Opportunities)

Strategi SO dilakukan saat hasil analisis diagram SWOT berada pada

kuadran 1. Strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan memaksimalkan tempat

Page 125: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

125

usaha dan penyediaan barang karena kedua hal ini menjadi salah satu kunci

berjalannya usaha yang terdapat pada blok key resources business model canvas.

Selain itu penunjang lain juga di butuhkan agar usaha serta produk dapat bersaing

dengan keadaan pasar, hal penunjang lainnya yaitu inovasi rasa dan olahan, logo,

publikasi lebih menyeluruh dan penambahan tenaga kerja.

2. Strategi WO (Weaknesses Opportunities)

Saat hasil analisis diagram SWOT berada pada kuadran 2 maka strategi

WO akan dipakai. Strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan mengoptimalkan

bahan baku dan SDM pada CV. Indomaju Bersama serta menjaga bentuk

kemitraan yang telah dilakukan sebelumnya.

3. Strategi WT (Weaknesses Threats)

Mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman merupakan hal yang

dapat diterapkan pada strategi WT. Hasil analisis diagram SWOT saat berada di

kuadran 3 maka strategi WT akan dipakai. Cara yang dapat dilakukan pada CV.

Indomaju Bersama untuk strategi WT yaitu dengan meningkatkan produksi lele

secara mandiri serta perluasan distribusi produk ke daerah atau segmen lain. Hal

ini juga harus ditunjang dengan hubungan kemitraan yang baik.

4. Strategi ST (Strength Threats)

Strategi ST dilakukan dengan cara memanfaatkan kekuatan untuk

menghindari ancaman. Pada usaha CV. Indomaju Bersama bentuk strategi ST

yang dapat dilakukan yaitu dengan mengendalikan produksi yang ada agar dapat

bertahan pada saat penjualan menurun. Strategi ST dipakai pada saat hasil

analisis diagram SWOT berada pada kuadran 4.

Page 126: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

126

5.5.4 Analisis Diagram SWOT

Setelah mengidentifikasi faktor faktor internal dan eksternal, langkah

selanjutnya adalah menganalisis dengan menggunakan diagram SWOT, dimana

diagram SWOT bertujuan untuk menjelaskan hasil aat\au skor yang telah

diperoleh dari perhitumgan faktor internal dan eksternal untuk megevaluasi strategi

pengembangan usaha yang sudah di buat sebelumnya melalui Business Model

Canvas sehingga dapat ditemukan langkah yang tepat dalam megembangkan dan

menjalankan suatu usaha.

Nilai total dari faktor internal pada CV. Indomaju Bersama yaitu 2,97 yang

didapat dari nilai kekuatan sebesar 1,97 dan dari nilai kelemahan sebesar 1,00.

Sedangkan nilai total faktor eksternal pada CV. Indomaju Bersama yaitu 3,37 yang

didapat dari nilai peluang sebesar 2,15 dan ancaman 1,23.

Tahapan selanjutnya menentukan titik koordinat, hal ini berguna untuk

mengetahui dimanakah posisi strategi pengembangan usaha Business Model

Canvas yang dirancang untuk CV. Indomaju Bersama yang dapat dilihat dari faktor

internal dan faktor eksternal.

a. Sumbu horizontal (X) sebagai faktor internal (kekuatan dan kelemahan)

Hasil nilai koordinat X = 1,97 1,00 = 0,97

b. Sumbu vertikal (Y) sebagai faktor eksternal (peluang dan ancaman)

Hasil nilai koordinat Y = 2,15 1,23 = 0,92

Hasil perhitungan dari koordinat bernilai positif sehingga diagram SWOT

CV. Indomaju Bersama dapat dilihat seperti pada gambar 14.

Page 127: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

127

Gambar 14. Diagram Evaluasi Business Model Canvas dengan Analisis SWOT

Sesuai dengan apa yang tergambar pada gambar 14, diagram evaluasi

Business model canvas dengan menggunakan analisis SWOT diperoleh sum(x,y)

yang diperoleh dari pengurangan faktor internal antara kekuatan yang besarnya

1,97 dan kelemahan yang besarnya 1,00 sehingga didapat sumbu x sebesar 0,97.

Kemudian pengurangan dari faktor eksternal peluang yang besarnya 2,15 dan

ancaman yang besarnya 1,23 sehingga didapat sumbu y sebesar 0,92. Jika ditarik

garis lurus maka didapatkan titik koordinat sebesar (0,97 ; 0,92) yang berada pada

kuadran I. Kuadran I adalah posisi agresif suatu usaha atau dengan kata lain posisi

dimana pengembangan usaha dengan Business model canvas pada CV.

Indomaju Bersama dapat menguntungkan bila dilakukan, sehingga didapatkan

hasil usaha ini cocok menggunakan SO atau Strength opportunities dalam

mengembangkan dan menjalankan usaha pada CV. Indomaju Bersama dan

didukung dengan pertumbuhan yang agresif.

Sesuai dengan analisis digram SWOT yang telah dilakukan sebelumnya

bahwasanya rencana pengembangan yang dilakukan pada proses diagram

x 0,97

0,92

Agresif

Kuadran I Kuadran III

Kuadran IV Kuadran II

Ubah Strategi

Strategi bertahan Diversifikasi produk

Y

Page 128: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

128

analisis SWOT didapatkan pengembangan usaha dengan business model canvas

memiliki nilai yang hasilnya berada pada kuadran I. Sehingga rencana

pengembangan pada usaha CV. Indomaju Bersama dapat melakukan strategi SO.

Strategi SO yang memiliki pengertian pemanfaatan kekuatan untuk menangkap

peluang yang ada dapat di wujudkan dengan memaksimalkan blok key resources,

blok key partnership, blok key activities dan blok cost structure. Sehingga dari

keempat blok tersebut didapat hal-hal rinci yang dapat dilakukan CV. Indomaju

Bersama seperti:

a. Melakukan peningkatan hubungan baik dengan seluruh elemen yang

terkait dalam usaha seperti pesaing, penjualan eceran di pasar, para petani

lele lain, para pengepul ikan lele lain, dll

b. Memaksimalkan lahan yang ada agar produksi semakin lancar sehingga

dapat memenuhi kebutuhan para penjual eceran di pasar serta pengepul

lainnya. Hasil produksi juga perlu adanya inovasi logo, rasa untuk mengikat

konsumen baru dan agar produk dapat bertahan bersaing dengan produk

lainnya

c. Penjualan dengan harga lebih murah dan publikasi yang maksimal dapat

juga membantu untuk kemajuan usaha

d. Penggunaan biaya yang memadai secara maksimal

5.5.5 Rencana Pengembangan Usaha CV. Indomaju Bersama

Perencanaan menurut Erly Suandy (2001) secara umum perencanaan

merupakan proses penentuan tujuan organisasi (perusahaan) dan kemudian

menyajikan (mengartikulasikan) dengan strategi-strategi (program), taktik-taktik

(tata cara pelaksanaan program) dan operasi (tindakan) yang diperlukan untuk

mecapai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Sehingga perencanaan

Page 129: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

129

pengembangan usaha dapat dikatakan sebagai proses penentuan suatu tujuan

dalam hal bisnisn atau usaha terkait dengan tujuan lebih maksimal dari

sebelumnya.

Strategi rencana pengembangan yang dapat diterapkan pada CV.

Indomaju Bersama yaitu strategi SO karena pada diagram SWOT titik koordinat

berada pada kuadran 1. Sehingga kegiatan kegiatan dari setiap blok pada

business model canvas seperti blok key resources, blok key partnership, blok key

activities dan blok cost structure harus dimaksimalkan. Hasil strategi SO yang

harus dilakukan dalam pengembangan usaha yaitu melakukan peningkatan

hubungan baik dengan seluruh elemen yang terkait dalam usaha, memaksimalkan

lahan yang ada karna dengan begitu produksi dapat berjalan dengan lancar

sehingga kebutuhan permintaan pasar dapat terpenuhi, penjualan dengan harga

lebih murah dan publikasi yang maksimal dapat juga membantu untuk kemjuan

usaha dan penggunaan biaya yang memadai sangat membantu kegiatan

pengembangan usaha yang akan dilakukan.

Rencana pengembangan usaha yang akan dilakukan maka akan

berdampak pula pada perubahan aspek finansial yang ada. Perubahan yang akan

terjadi dapat seluruh kriteria analisis jangka pendek dan analisis jangka panjang.

Memisalkan perubahan yang terjadi dengan keadaan kenaikan biaya sebesar

10%, kenaikan kuantitas pakan dan produksi sebesar 10% membuat perubahan

pehitungan aspek finansial, hasil yang didapat setelah terjadinya pengembangan

usaha dapat dilihat pada penjabaran berikut:

a. Permodalan

Modal yang digunakan dalam rencana usaha ini terdiri dari modal

tetap, modal lancar, dan modal kerja. Modal tetap yang direncanakan apabila

Page 130: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

130

terjadi pengembangan usaha yaitu sebesar Rp 425.147.140. Perubahan tersebut

dikarenakan adanya kenaikan biaya sebesar 10%. Modal lancar direncanakan

sebesar Rp 285.879.055 apabila terjadi pengembangan usaha dengan asumsi

terdapat kenaikan biaya sebesar 10% dan kuantitas pakan naik sebesar 10%.

Modal kerja direncanakan sebesar Rp 874.092.483 apabila terjadi pengembangan

usaha dengan asumsi terdapat kenaikan biaya sebesar 10%. Perhitungan lengkap

mengenai permodalan dapa dilihat pada lampiran 14.

b. Biaya Produksi

Biaya produksi yang terjadi apabila terjadi pengembangan usaha juga akan

mengalami penambahan. Biaya tetap perencanaan bisnis ini sebesar Rp

588.213.428 dan biaya variabel sebesar Rp 285.879.055. Perubahan kedua biaya

tersebut diasumsikan saat terjadi kenaikan biaya 10%. Sehingga total biaya

produksi yang direncanakan sebesar Rp 874.092.483.

1. Analisis Jangka Pendek

a. Penerimaan

Rencana usaha bertambah 10% dari keadaan awal dimana pada

penambahan jumlah penghasilan produk dalam kurun waktu 1 tahun sehingga di

dapatkan besar penerimaan pada rencana usaha yang akan dilakukan sebesar

Rp 3.602.605.600 setiap tahunnya. Perhitungan penerimaan dapat dilihat pada

lampiran 15.

b. RC ratio

Bertambahnya penerimaan maka akan berpengaruh pada RC ratio yang

ada. Hubungan yang ada antara penerimaan dan RC ratio yaitu berbanding lurus.

Dikerenakan penerimaan menjadi lebih tinggi maka nilai RC ratio pun bertambah

Page 131: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

131

menjadi 4,12. Rencana usaha dapat dikatakan menguntukan karena memiliki nilai

RC ratio lebih dari 1. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 16.

c. Keuntungan

penerimaan dan total biaya yang bertambah, mempengaruhi jumlah

keuntungan yang diterima. Keuntungan yang akan dihasilkan pada rencana usaha

ini sebesar Rp 2.738.513.117. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 16.

d. Rentabilitas

CV. Indomaju Bersama mendapatkan nilai rentabilitas sebesar 312% pada

perhitungan perencanaan pengembangan usaha. Ini menunjukkan bahwa usaha

yang dijalankan CV. Indomaju Bersama tetap berada dalam kondisi efisien karena

nilai prosentase di atas 12%.

2. Analisis Jangka Panjang

a. Penambahan Investasi (Re-Investasi)

Perencanaan penambahan investasi pada CV. Indomaju Bersama sampai

5 tahun kedepan yaitu 2018 2022. Adanya perubahan modal tetap dari keadaan

normal maka penambahan investasi juga mengalami perubahan. Dengan

kenaikan harga sebesar 10%. Jumlah biaya yang dikeluarkan setiap 5 tahun sekali

sebesar Rp 874.092.483. Adanya penambahan pada usaha CV. Indomaju

Bersama memberikan keuntungan yang lebih banyak dan maksimal dibandingkan

keuntungan yang diperoleh sebelum penambahan investasi. Untuk penjelasan

biaya yang dikeluarkan untuk penambahan investasi mulai tahun 2018 2022

dapat dilihat pada lampiran 17.

Page 132: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

132

b. Net Present Value (NPV)

Kenaikan yang diasumsikan pada rencana usaha CV. Indomaju Bersama

akan berdampak juga terhadap nilai NPV. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai

NPV sebesar Rp 8.688.370.344. Sehingga dapat dikatakan usaha CV. Indomaju

Bersama feasible bila ingin dilakukan pengembangan usaha. Perhitungan dapat

dilihat pada lampiran 18.

c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C yang dihasilkan dari adanya perencanaa usaha yaitu sebesar

21,44. Dengan demikian menunjukan bahwa Net B/C dalam rencana usaha

dengan nilai lebih besar dari nilai Net B/C normal. Rencana usaha lebih layak dari

sebelumnya. Perhitngan mengenai Net B/C dapat dilihat lampiran 18.

d. Internal Rate of Return (IRR)

IRR yang dihasilkan dari adanya perencanaan usaha yaitu sebesar 642%.

Dengan demikian usaha masih layak saat terjadi peengembangan usaha dengan

peningkatan biaya 10%. Karena nilai IRR yang dihasilkan lebih besar dari tingkat

suku bunga yang di syaratkan yaitu sebesar 15%. Perhitungan mengenai IRR

dapat dilihat pada lampiran 18.

e. Payback Period (PP)

Nilai PP yang dihasilkan yaitu sebesar 0,18 atau selama 1 tahun 8 bulan

waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian investasi. Hal ini berarti lama

pengembalian tidak berbeda terlalu jauh antara pengembalian investasi sebelum

pengembangan usaha dibandingkan dengan sesudah pengembangan usaha.

Perhitungan mengenai PP dapat dilihat pada lampiran 18.

Page 133: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

133

Perbandingan keadaan finansial baik jangka pendek maupun jangka

panjang pada saat sebelum perencanaan pengembangan usaha maupun sesudah

perencanaan pengembangan usaha memiliki sebuah perbedaan yang besarannya

dapat dilihat pada tabel 21.

Tabel 21. Tabel Perbedaan Aspek Finansial Jangka Pendek dan Jangka Panjang pada saat Sebelum Perencanaan Pengembangan Usaha dan Sesudah Perencanaan Pengembangan Usaha

No Analisis Finansial Sebelum Perencanaan Pengembangan Usaha

Sesudah Perencanaan Pengembangan Usaha

1 Modal Tetap Rp 386.497.400 Rp 425.147.140

2 Modal Kerja Rp 833.130.030 Rp 874.092.483

3 Total Biaya (TC) Rp 833.130.030 Rp 874.092.483

4 Penerimaan (TR) Rp 3.275.096.000 Rp 3.602.605.600

5 RC ratio 3,93 4,12

6 Keuntungan Rp 2.441.965.970 Rp 2.738.513.117

7 Rentabilitas 293% 312%

8 NPV Rp 7.769.458.847 Rp 8.688.370.344

9 Net B/C 21,10 21,44

10 IRR 632% 642%

11 PP 0,18 0,18

Page 134: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

134

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasi penelitian dan pembahasan mengenai perencanaa

pengembangan usaha Model Canvas pada CV. Indomaju Bersama kecamatan

Gondanglegi, Malang Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu:

1. Hasil penelitian kelayakan usaha bila dilihat dari aspek teknis pada CV.

Indomaju Bersama dapat disimpulkan usaha layak untuk di jalankan. Aspek

teknis yaitu meliputi berbagai proses menghasilkan berbagai macam

produk yang yang ada di CV. Indomaju Bersama, sarana dan prasarana

yang digunakan dan juga faktor pendorong dan faktor penghambat usaha

2. Pada aspek pemasaran CV. Indomaju Bersama berdasarkan hasil

penelitian dapat disimpulkan usaha layak untuk dijalankan. Aspek

pemasaran yang menjadi pembahasan yaitu jumlah produk yang

dipasarkan CV. Indomaju Bersama berjumlah 7 produk. Penetapan harga

di setiap produk dihitung Rp 16.000 per-kg untuk produk jenis usaha

budidaya ikan lele dan pengepul ikan lele. Sedangkan untuk usaha

pengolahan ikan lele dihitung per- kg, seperti produk kripik ikan lele

matang dihargai Rp 12.500, produk keripik ikan lele mentah dihargai

Rp9.200, produk stik ikan lele Rp 8.750, produk abon ikan lele Rp 37.500,

produk gokil Rp 17.500 dan produk crispy ikan lele Rp 18.750. Semua

produk rata-rata dijual langsung di rumah produksi

3. Aspek manajemen CV. Indomaju Bersama untuk melihat kelayakan

bisnisnya dapat dikatakan layak untuk dilakukan. Berdasarkan hasil

penelitian terdapat perencanaan sebelum melakukan kegiatan usaha yang

Page 135: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

135

masih bersifat sederhana. Sistem perencanaan pada usaha masih belum

maksimal. Salah satunya perencanaan tenaga kerja yang belum memiliki

standart yang jelas dalam penerimaan tenaga kerja. Sistem

pengorganisasian juga belum berjalan dengan maksimal. Struktur

organisasi lengkap dengan tujuan pokok dan fungsi setiap divisi sudah

dimiliki CV. Indomaju Bersama namun dalam pengaplikasiannya sama

sekali tidak dilakukan. Semua tanggung jawab terpusat kepada pemilik

usaha saja. Selanjutnya sistem pelaksanaan, sistem yang diterapkan

masih sangat sederhana. Tidak ada hal khusus yang dilakukan perusahaan

dalam melakukan rangsangan semangat kerja kepada karyawan agar

bekerja lebih baik. Sistem terakhir yaitu sistem pengawasan, sistem ini juga

belum terlaksana maksimal dikarenakan ketersediaan SDM yang minim

sehingga proses kontrling hanya bertumpu kepada pemilik usaha

4. Hasil penelitian kelayakan usaha berdasarkan aspek finansial baik dalam

jangka pendek maupun jangka panjang pada CV. Indomaju Bersama layak

untuk dijalankan. Analisis jangka pendek selama setahun pada CV.

Indomaju Bersama dikatakan layak untuk dijalankan dengan perolehan

besar rantabilitas yaitu 293% yang memiliki besaran lebih besar di atas nilai

tingkat suku bunga 12%. Sedangkan untuk analisis jangka panjang usaha

dikatakan layak salah satunya dikarenakan hasil perhitungan net B/C

sebesar 21,10 yang memiliki nilai lebih dari 1

5. Strategi pengembangang Business Model Canvas tepat untuk digunakan

dalam menghadapi persaingan dengan pengusaha lainnya. Business

Model Canvas memiliki spesifikasi yang lebih karena menggunakan 9 blok

utama. Pengembangan usaha dengan menggunaka Business Model

Canvas di evaluasi dengan metode SWOT. Strategi yang dihasilkan yaitu

Page 136: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

136

penggunaan strategi SO (Strength Opportunities), melakukan peningkatan

hubungan baik dengan seluruh elemen yang terkait di dalam usaha,

memaksimalkan lahan yang ada, pejualan dilakukan dengan harga yang

lebih murah dan publikasi yang maksimal. Setelah di hitung kembali

analisis finansial yang dilakukan pasca pengembangan usaha, hasil

menunjukkan bahwa usaha juga layak dikembangkan dalam hal finansial

baik dalam jangka pendek maupun jangka panjangnya

6.2 Saran

1. Seharusnya CV. Indomaju Bersama lebih memberanikan diri untuk

melakukan pengembangan usaha yang ada

2. Melakukan kerjasama lebih luas baik dalam sekala nasional maupun

internasional melihat peluang usaha yang besar

3. Melakukan penambahan tenaga kerja ahli agar usaha dapat terkontrol dan

terlaksana lebih terstruktur

4. Pemerintah seharusnya melirik peluang ini dalam hal bahan untuk

pembelajaran kepada para pengusaha sektor perikanan yang lain agar

lebih semangat dalam memanjukan usaha sektor perikanan yang ada

Page 137: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

137

DAFTAR PUSTAKA

Agustina Shinta. 2011. Manajemen Pemasaran. Malang. UB Press Agustini, Tri Winarni, Y.S. Darmanto, dan Danar Puspita Kurnia Putri. (2008).

Evaluation on Utilization of Small Marine Fish to Produce Surimi Using Different Cryoprotective Agents to Increase the Quality of Surimi. Journal of Coastal Development. Volume 11, Number 3, 131-140.

Arief Muhammad; Nur Fitriani; dan Sri Subekti.2014.Jurnal Pengaruh Pemberian

Probiotik Berbeda pada Pakan Komersial Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.).Vol:6 No.1

Arifin, Ali. 2007. Membaca Saham. Yogyakarta: Andi Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2011. Dasar-dasar Manajemen

Keuangan. Jakarta: Salemba Empat Carter, William dan Usry. 2004. Akuntansi Biaya, Penerjemah : Krista,. Buku I,

Edisi Ketiga Belas. Jakarta: Salemba Empat Charles W. Lamb, Joseph F. Hair, Carl Mcdaniel. 2001. Prinsip-prinsip

Pemasaran. Edisi Pertama. Jakarta Darmawan, Deni, Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi, PT. Remaja

Rosdakarya, Fajriya, Fiya; Mimit Primyastanto; Zainal Abidin. 2015. Strategi Pemgembangan

Usaha Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.)

Jombang Jawa Timur. Skripsi. FPIK, Agrobisnis Perikanan Universitas Brawijaya, Malang

Hanafiah, H. M & A. M. Saefudin. 2006. Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta:

Universitas Indonesia Press Handoko, T. Hani. 2009. Manajemen, Cetakan Duapuluh, Yogyakarta : Penerbit

BPEE Husein Umar, 2003, Metode Riset Akuntansi Terapan, Jakarta : Ghalia Indonesia,

Cetakan Pertama Husein Umar, 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Jaja; Ani Suryani; dan Komar Sumantadinata. 2013. Usaha Pembesaran dan

Pemasaran Ikan Lele serta Strategi Pengembangannya di UD Sumber Rezwki Parung, Jawa Barat. Jurnal Manajemen IKM. Vol 8(1): 45-56 hal

Kanisius , M Tohar. 2000 . Membuka Usaha Kecil. Jakarta : Prenhallindo

Page 138: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

138

Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group Kasmir dan Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis . (edisirevisi). Jakarta: Kencana Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pers Kismono, Gugup. 2001. Bisnis Pengantar, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Kotler, Philip and Gary Armstrong. 2012. Prinsip-prinsipPemasaran. Edisi. 13. Jilid

1. Jakarta: Erlangga Kuncoro. 2005. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan,

Strategi, dan Peluang. Jakarta: Erlangga Lamb, Hair, McDaniel. (2001). Pemasaran. Buku -1. PT. Salemba Emban Raya,

Jakarta Levy dan Weitz.2007.Retail Management 6th Edition. United States of

America:McGraw-Hill International Marimin. 2004. Teknik dan aplikasi pengambilan keputusan kriteria majemuk.

Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta Michael P. Todaro. 1983. Ekonomi Pembangunan di Dunia ketiga, terjemahan

Mursid. Jakarta: Balai Aksara Osterwalder, A., & Pigneur, Y. 2010. Business Model Generation: Membangun

Model Bisnis. Jakarta: Elex Media Komputindo Osterwalder, A., & Pigneur, Y. 2012. Business Model Generation: Membangun

Model Bisnis. Jakarta: Elex Media Komputindo Pudjosumarto, M., 1988. Evaluasi Proyek. Liberty. Jakarta Pusat Data dan Statistik. 2015. Analisis Data Pokok Kementrian Kelautan

Perikanan 2015. KKP Querton, Rodney (2002), business planning made simple. Ina Publikatama, 2002 Rahardja, Prathama dan Manurung. 2005. Pengantar Ilmu Ekonomi. Edisi Kedua.

Jakarta: FEUI. Rangkuti, Freddy. 2003. Riset Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Ekonomi IBII Rangkuti. 2014. Teknik analisis swot. Gramedia:jakarta. Rianse,U, Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Bandung : CV.

ALFABETA. Hal : 229.

Page 139: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

139

Riyanto, Bambang, 2010. Dasar dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat, Cetakan Kesebelas. Yogyakarta: BPFE

Riyanto, Bambang, 2011. Dasar dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi

Keempat, Cetakan Kesebelas. Yogyakarta: BPFE Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:

Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasa Pembelanjaan. Yogyakarta Rizkia; Iwang Gumilar; Ine Maulina. 2015. Strategi Pengembangan Usaha

Pengolahan Abon Ikan (Srudi Kasus Rumah Abon di Kota Bandung). Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VI No. 2 (1)

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta: Bina Cipta Saifudin Azwar, MA. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sigit, Soehardi. 2002. Analisa Break Even Point. BPFE: Yogyakarta Simangunsong, S. 2008. Analisis Kebijakan Pengawasan Mutu dan Keamanan

Produk Perikanan Indonesia Menyikapi Era Globalisasi. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta:

LP3ES Siregar, Zukham Husein; Sisca Eka Fitria. 2015. Analisis Bisnis Model dengan

Pendekatan Business Model Canvas Terhadap Usaha Mikro Agribisnis. Bandung

Soekarwati, 2003. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: Rajawali Pers Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Sukmadinata. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosdakarya.

Bandung Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis: Pendekatan Praktis, Andi Offset.

Yogyakarta Supranto, J., 1997. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE Tajerin. 2008. Efisiensi Teknis Usaha Budidaya Pembesaran Lele di Kolam Di

Kabupaten Tulung Agung Jawa Timur. Jurnal Ekonomi Pembangunan FE UII, Yogyakarta

Page 140: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/70/1/Auranggie%20Yufida%C2%A0Alchudory.pdf±500.000 ekor/minggu. Dengan adanya peningkatan permintaan ikan lele mendorong masyarakat

140

Tangkilisan. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: PT. Raja Gramedia Widiasarana Terry, George. 2005. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: PT, Bumi Aksara Terry, George. 2009. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: PT, Bumi Aksara Tjiptono, Fandy.2005.Strategi Pemasaran.Edisi 3, ANDI: Yogyakarta Umar Husein. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta Usman, Husaini & Purnomo Setiady Akbar. 2006. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: PT. Bumi Aksara Wild, John J., K.R. Subramanyam, dan Robert E. Haley, Alih Bahasa: Yanivi S.

Bachtiar, SE, Ak., S. Nurwahyu Harahap, SE, Ak. MBA., 2005. Financial Statement Analysis (Analisis Laporan Keuangan) Edisi Kedelapan Buku Kedua. Jakarta: Salemba Empat

Witjaksono. 2009. Kinerja Produksi Pendederan Lele Sangkuriang Clarias sp.

Melalui Penerapan Teknologi Ketinggian Media Air 15 Cm, 20 Cm, 25 Cm, dan 30 Cm. , Bogor: Institut Pertanian Bogor

Yin, Robert K. 2013. Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada