i KARYA TULIS ILMIAH EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MINYAK ZAITUN DALAM KOMBINASI PIJAT WOOLWICH DAN ENDORPHIN PADA KELANCARAN ASI IBU NIFAS NY. F UMUR 19 TAHUN DI BPM DJUMI WIDARTI SAMPANG SEMPOR KEBUMEN Diajukan Untuk Memenuhi Jenjang Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun Oleh : Hikmatur Rofingah B1301059 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG 2016
43
Embed
i KARYA TULIS ILMIAH EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MINYAK ZAITUN DALAM KOMBINASI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
KARYA TULIS ILMIAH
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MINYAK ZAITUN DALAM KOMBINASI
PIJAT WOOLWICH DAN ENDORPHIN PADA KELANCARAN ASI
IBU NIFAS NY. F UMUR 19 TAHUN DI BPM DJUMI
WIDARTI SAMPANG SEMPOR KEBUMEN
Diajukan Untuk Memenuhi Jenjang Pendidikan
Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
Hikmatur Rofingah
B1301059
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH GOMBONG
2016
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Shubhanallah wa taala (SWT) yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, sehingga atas izin-
Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Efektifitas Minyak
Zaitun dalam Kombinasi Pijat Woolwich dan Endorphin Pada Kelancaran ASI
Ibu Nifas di BPM Djumi Widarti Sampang Sempor Kebumen. Laporan ini
disusun untuk memenuhi Jenjang Pendidikan Diploma III Kebidanan di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Gombong.
Penyusunan laporan ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan,
dari semua pihak. Untuk itu, pada kesempatan kali ini penyusun ingin
mengucapkan terima kasih pada :
1. M.Madkhan Anis, S.Kep.,Ns. selaku Ketua STIKES Muhammadiyah
Gombong.
2. Hastin Ika Indriyastuti, S.SiT.,M.P.H. selaku Ketua Program Studi D III
Kebidanan STIKES Muhammadiyah Gombong.
3. Lutfia Uli Na’mah, S.ST., M.Kes selaku Dosen Pembimbing dari Program
Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Gombong.
4. Kusumastuti, S.SiT.,M.Kes. selaku Dosen Pembimbing dari Program
Observasi Kombinasi Pijat Woolwich dan Endorphin Menggunaan Minyak
Zaitun dalam Pada Ny. F
Hari/tanggal
Frekuensi menyusui
(kali/hari)
Keterangan
Rabu, 13-04-2016 3 Tidak Lancar
Kamis, 14-04-2016 5 Lancar
Jumat, 15-04-2016 8 Lancar
Selasa, 19-04-2016 10 Lancar
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tindakan Metode Pijat Endorphin Berdasarkan Aplikasi Riset
A. Fase Orientasi
1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2 Menjelaskan tujuan tindakan
3 Menjelaskan langkah prosedur
4 Menanyakan kesiapan
5 Kontrak waktu
B. Fase Kerja
1 Anjurkan ibu untuk mengambil posisi senyaman mungkin, bisa
dilakukan dengan duduk, atau berbaring miring. Bidan untuk duduk
dengan nyaman di samping atau dibelakang ibu.
2 Anjurkan ibu untuk bernafas dalam, sambil memejamkan mata
dengan lembut untuk beberapa saat. Setelah itu bidan mulai
mengelus permukaan luar lengan ibu, mulai dari tangan sampai
lengan bawah. Belaian ini sangat lembut dan dilakukan dengan
menggunakan jari-jemari atau hanya ujung-ujung jari.
3 Setelah kira-kira lima menit, berpindah ke lengan yang lain.
Walaupun sentuhan ringan ini dilakukan di kedua lengan ibu, ibu
akan merasakan bahwa dampaknya sangat menenangkan di sekujur
tubuh.Tehnik ini juga bisa diterapkan dibagian tubuh lain,termasuk
telapak tangan,leher,dan bahu ,serta paha
4 Teknik sentuhan ringan ini sangat efektif jika dilakukan di bagian
punggung. Caranya, ibu dianjurkan untuk berbaring miring, atau
duduk. Dimulai dari leher, memijat ringan membentuk huruf V
kearah luar menuju sisi tulang rusuk. Pijatan –pijatan ini terus turun
kebawah, kebelakang. Ibu di anjurkan untuk relaks dan merasakan
sensasinya.
5 Bidan dapat memperkuat efek menegangkan dengan mengucapkan
kata-kata yang menentramkan saat dia memijat dengan lembut.
6 Merapikan pasien dan alat
C. Fase Terminasi
1 Evaluasi hasil
2 Rencana tindak lanjut
3 Dokumentasi
Sumber : Aprilia (2011)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tindakan Metode Pijat Woolwich Berdasarkan Aplikasi Riset
A. Fase Orientasi
1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2 Menjelaskan tujuan tindakan
3 Menjelaskan langkah prosedur
4 Menanyakan kesiapan
5 Kontrak waktu
B. Fase Kerja
1 Mencuci tangan
2 Menjaga privasi
3 Menyiapkan alat (handuk dan bahan
4 Melepaskan pakaian atas klien
5 Memberikan tempat duduk (kursi) dan bersandar pada kursi
6 Mengolesi kedua telapak tangan dengan minyak zaitun
7 Melakukan pemijatan melingkar menggunakan kedua ibu jari pada
area sinus laktiferus tepatnya 1-1,5 cm diluar areola mammae
selama 15 menit
8 Keringkan daerah mammae dengan handuk kering
9 Merapikan pasien dan alat
C. Fase Terminasi
1 Evaluasi hasil
2 Rencana tindak lanjut
3 Dokumentasi
Sumber : Pamuji (2014)
85BHAMADA, JITK, Vol. 5, No. 1, April 2014
ISSN : 2088-4435
ABSTRAKLaktasi adalah keseluruhan proses produksi dan pengeluaran ASI. Laktasi terjadi
dibawah pengaruh berbagai kelenjar endokrin, terutama hormon-hormon hipofisis prolaktindan oksitosin. Gangguan pada laktasi terjadi karena berbagai faktor diantaranya faktorbayi, ibu dan lingkungan yang dapat berpengaruh pada peningkatan kadar hormon prolaktindan volume ASI. Cakupan ASI Eksklusif Kabupaten Tegal pada tahun 2011 hanya 47,9%,target pencapaian ASI Ekslusif sebesar 80%. Salah satu upaya peningkatan laktasi padaibu postpartum dengan kombinasi metode pijat woolwich dan endorphine. Tujuan penelitianuntuk membuktikan perbedaan pengaruh kombinasi metode pijat woolwich dan endorphineterhadap kadar hormon prolaktin dan volume ASI. Jenis penelitian quasy-experimentrancangan non randomized controlled trial design pretest posttes control group. Jumlahsampel 20. Analisis data secara univariat, bivariat dengan independent t test, wilcoxonsigned rank test dan mann whitney test. Hasil penelitian berdasarkan analisis bivariatmenunjukkan rata – rata kadar hormon prolaktin pada kelompok intervensi 103,80 ng/ml,sd 12,60 ng/ml dan rata-rata volume ASI kelompok intervensi 17,40 cc, sd 6,91 cc .Kelompok kontrol rata – rata 60,90 ng/ml, sd 41,45 ng/ml dan rata-rata volume ASIkelompok kontrol 0,60 cc, sd 0,84 cc, p value kadar hormon prolaktin 0,034 sedangkanp value volume ASI 0,000 (p value < á 0,05) artinya ada perbedaan bermakna rata ratakadar hormon prolaktin dan volume ASI pada kelompok intervensi dan kelompik kontrol.Kombinasi metode pijat woolwich dan endorphine berpengaruh terhadap peningkatankadar hormon prolaktin dan volume ASI ibu postpartum. Diperlukan sosialisasi, pelatihan,dukungan serta penerapan program manajemen laktasi dalam kunjungan masa nifas (KF)tentang terapi komplementer kombinasi metode pijat woolwich dan endorphine terhadappeningkatan kadar hormon prolaktin dan volume ASI.Kata kunci : Pijat woolwich dan endorphine, kadar hormon prolaktin, volume ASI
ABSTRACTLactation is the whole process of production and expenditure breast milk. Lactation
occurs under the influence of pituitary hormones prolactin and oxytocin. Disruption causedby factors on lactation baby , the mother and the environment that can affect the hormoneprolactin levels and breast milk volume. Coverage Exclusive breastfeeding Tegal in 2011only 47.9 %, a target of achieving 80% exclusive breastfeeding. One of the efforts to in-
PENGARUH KOMBINASI METODE PIJAT WOOLWICHDAN ENDORPHINE TERHADAP KADAR HORMONPROLAKTIN DAN VOLUME ASI (STUDI PADA IBUPOSTPARTUM DI GRIYA HAMIL SEHAT MEJASEM
KABUPATEN TEGAL)Siti Erniyati Berkah Pamuji1 , Supriyana2, Sri Rahayu3, Suhartono4
1STIKes Bhamada Slawi2,4) Program Pasca Sarjana Undip Semarang
crease lactation in mothers postpartum with a combination of massage methods woolwichand endorphine. This study aims to the difference effectiveness of the combination ofmassage methods woolwich and endorphine the hormone prolactin levels and breastmilk volume in mothers postpartum in Griya Healthy Pregnant Mejasem Tegal.Thestudy was Quasy experiment with the design of non randomized controlled trial desainpretest posttes control group. The number of samples are 40 respondents divided intointervention groups and one control group . Data analysis was performed using univariate ,bivariate with independent t test, wilcoxon signed rank test and mann whitney test. Theresults based on bivariate analysis showed the average score in the intervention grouphormone prolactin is 103,80 ng / ml with a standard deviation of 12,60 ng / ml and breastmilk volume 17,40 cc with a standard deviation of 6,91 cc . The control group averagescore is 60,90 ng/ml with a standard deviation of 41,45 ng/ml and breast milk volume 0,60cc with a standard deviation of 0,84 cc, p value hormone prolactin 0,034 and p valuebreast milk volume 0,000 ( p < 0.05), It is mean that there are differences in the averagelevels of the hormone prolactin and breast milk volume, which is significant of the twotreatments . Combination of massage methods woolwich and endorphine effective to in-crease the hormone prolactin levels and breast milk volume in mothers postpartum. It needssocialization , support , training, and policy management program in postpartum visite aboutthe lactation complementary Combination of massage methods woolwich and endorphinethe hormone prolactin levels and breast milk volume in mothers postpartum.Keywords : Massage Woolwich and Endorphine , hormone Prolactin, levels , breast milkvolume
PENDAHULUANLaktasi adalah keseluruhan proses
menyusui mulai dari ASI diproduksi sampaiproses bayi menghisap dan menelan ASI (1).Laktasi terjadi dibawah pengaruh berbagaikelenjar endokrin, terutama hormon-hormonhipofisis prolaktin dan oksitosin. Melihat prosesfisiologi dari laktasi itu sendiri yakni produksidan sekresi ASI, maka faktor-faktor yangberpengaruh pada proses laktasi antara lainposisi dan fiksasi bayi yang benar padapayudara serta frekuensi dan durasi menyusui,pengosongan pada payudara, nutrisi, keadaanibu baik fisik maupun psikis serta keadaanpayudara. Gangguan pada laktasi terjadi karenaberbagai faktor diantaranya faktor bayi, ibu danlingkungan (1).
Menurut data SDKI tahun 2012 jumlahibu menyusui 42% namun, hanya 44% yangberhasil laktasi pada 1 jam pertama setelah lahirdan hanya 62% dalam hari pertama setelah lahirserta 50,8 % dalam 1 bulan pertama. Laktasi
dini atau pemberian ASI awal pada jam pertamasetelah lahir akan merangsang terjadinyapeningkatan prolaktin dalam darah danmencapai puncak pada 45 menit pertama.Apabila ASI dikeluarkan atau dikosongkansecara menyeluruh maka akan meningkatkanproduksi ASI menjadi lebih banyak. PemberianASI awal dapat mempengaruhi pemberian ASIpada bayi sampai usia 6 bulan (ASI eksklusif)(2). Berdasarkan data dari DepartemenKesehatan pada pekan ASI tahun 2013cakupan ASI eksklusif di Indonesia pada tahun2010 adalah 61,3%, meningkat menjadi61,5%, pada tahun 2011 dan mengalamipenurunan pada tahun 2012 menjadi 61,1%,sedangkan target nasional cakupan ASIEksklusif pada tahun 2012 yaitu 80%(3).
Menyikapi permasalahan laktasi tersebut,pemerintah Indonesia telah menggalakkan pro-gram laktasi melalui Manajemen Laktasi yangmerupakan salah satu program dari KesehatanIbu dan Anak (KIA). Manajemen laktasiadalah suatu tata laksana menyeluruh yang
87BHAMADA, JITK, Vol. 5, No. 1, April 2014
ISSN : 2088-4435
menyangkut laktasi dan penggunaan ASI,menuju suatu keberhasilan menyusui untukmemelihara kesehatan ibu dan bayinya (4).Disamping itu, untuk meningkatkan cakupanASI Eksklusif dengan ditetapkan PeraturanPemerintah (PP) No 33/2012 tentangPemberian ASI Eksklusif sebagai jaminanpemenuhan hak bayi untuk mendapatkansumber makanan terbaik (ASI) sejak dilahirkansampai berusia enam bulan tanpa menambahdan/atau mengganti dengan makanan atauminuman lain, melindungi ibu dalammemberikan ASI eksklusif kepada bayi, pro-gram Inisiasi Menyusu Dini (IMD), pengaturanpenggunaan susu formula dan produk bayilainnya, serta sarana menyusui di tempat kerjadan sarana umum lainnya (3).
Berdasarkan Profil Dinas KesehatanPropinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwacakupan ASI Eksklusif pada tahun 2010adalah 40,24%, meningkat menjadi 45,18%pada tahun 2011 dan menurun menjadi 25,5%pada tahun 2012. Profil Dinas KesehatanKabupaten Tegal menunjukkan bahwacakupan ASI Eksklusif pada tahun 2011 hanya47,9%. Angka tersebut masih sangat rendahbila dibandingkan dengan target pencapaianASI Ekslusif sebesar 80%. Selama ini alatpemantauan atau monitoring pemberian ASIEksklusif dirasa belum ada sehingga cakupanpemberiannya masih sangat rendah (5).
Upaya yang dilakukan Dinas KesehatanKabupaten Tegal terhadap peningkatan laktasiadalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) padaAsuhan Persalinan Normal (APN), promosikesehatan pentingnya laktasi, penyuluhanlaktasi pada kelas ibu hamil, pelatihan konselorlaktasi, namun belum dilakukan upaya untukmeningkatkan laktasi dengan kombinasimetode pijat woolwich dan endorphine (5).Studi Pendahuluan di Griya Hamil Sehat adalahsalah satu klinik yang terletak di MejasemKabupaten Tegal, yang dimiliki oleh bidan yangberfokus pada pelayanan ibu dalam masa
kehamilan, persalinan, nifas, menyusui danpelayanan kesehatan bayi secara fisiologis.Jumlah persalinan fisiologis di Griya HamilSehat dari bulan Januari – Juni 2013 sejumlah143 ibu melahirkan, dan hampir 75% ASIkeluar lancar pada 5 (lima) hari postpartum.Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukansecara wawancara pada tanggal 12-13 Juli2013 terhadap 8 ibu postpartum primipara diGriya Hamil Sehat, 2 orang mengatakanASInya keluar sedikit segera setelahmelahirkan, 4 orang mengatakan ASI nya keluarsetelah 3 hari melahirkan dan 2 orangmengatakan ASI nya keluar setelah 1 minggupostpartum dan ibu merasa takut tidak dapatmemberikan ASI yang cukup.
Untuk mencegah dan menangani masalahlaktasi tersebut, maka dimungkinkan sebuahintervensi yaitu kombinasi metode pijatwoolwich dan endorphine. Metode inidilakukan dengan tujuan untuk meningkatkanrefleks prolaktin dan refleks oksitosin (letdown reflex). Metode pijat woolwich inididasarkan pada pengamatan bahwapengaliran ASI lebih penting dari sekresi ASIoleh kelenjar ASI. Pemijatan dilakukan padaarea sinus laktiferus tepatnya 1-1,5 cm diatasareola mamae, dengan tujuan untukmengeluarkan ASI yang ada pada sinuslaktiferus. Pemijatan tersebut akan merangsangsel saraf pada payudara, rangsangan tersebutditeruskan ke hipotalamus dan direspon olehhipofisis anterior untuk mengeluarkan hormonprolaktin yang akan dialirkan oleh darah ke selmioepitel payudara untuk memproduksi ASI.Manfaat pemijatan metode woolwich adalahmeningkatkan pengeluaran ASI, meningkatkansekresi ASI dan mencegah peradanganpayudara atau mastitis (6).
Pijat endorphine adalah teknik sentuhandan pemijatan ringan ini sangat penting bagi ibuhamil untuk membantu memberikan rasa tenangdan nyaman. Sentuhan ringan ini mencakuppemijatan yang sangat ringan yang bisa
88 BHAMADA, JITK, Vol. 5, No. 1, April 2014
ISSN : 2088-4435
membuat bulu-bulu halus pada permukaan kulitberdiri. Pijat ini biasanya dilakukan pada ibubersalin, riset membuktikan bahwa teknik inimeningkatkan pelepasan hormon endorphine(memberikan rasa nyaman dan tenang) danhormon oksitosin. Sehingga bilamana pijatendorphine diberikan pada ibu postpartumdapat memberikan rasa tenang dan nyamanselama masa laktasi sehingga meningkatkanrespon hipofisis posterior untuk memproduksihormon oksitosin yang dapat meningkatkan letdown reflex. Dengan kombinasi metodewoolwich dengan pijat endorphinedimungkinkan dapat meningkatkan produksidan pengeluaran ASI yang ditandai denganmeningkatnya volume ASI, dan kadar hormonprolaktin (7,8). Kombinasi metode pijatwoolwich dan endorphine diberikan pada ibupostpartum primipara sebanyak 2 kali/ haridiwaktu pagi dan sore hari selama 3 hari post-partum.
Berdasarkan permasalahan tersebut makadilakaukan penelitian dengan tujuan untukmembuktikan pengaruh kombinasi metode pijatwoolwich dan endorphine terhadap kadarhormon prolaktin dan volume ASI pada ibupostpartum di Griya Hamil Sehat MejasemKabupaten Tegal.METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitianeksperimen, yaitu quasy-experiment denganrancangan non randomized controlled trialdesign pretest posttest control group. Dalampenelitian ini terdapat 2 (dua) kelompok, yaitukelompok yang diberikan intervensi kombinasimetode pijat woolwich dan endorphine, dankelompok yang tidak diberikan intervensi(kelompok kontrol). Populasi dalam penelitianini adalah ibu postpartum primipara di GriyaHamil Sehat Mejasem dalam bulan Novem-ber 2013-Januari 2014. Teknik sampling padapenelitian ini menggunakan nonprobabilitysampling purposive sampling. Data yangdiambil dalam penelitian ini adalah data primer
yaitu pengukuran kadar hormone prolaktin danvolume ASI, data dianalisis menggunakan UjiIndependent Samples T-test, WilcoxonSigned Rank Test dan Mann Whitney RankTest karena data berdistribusi tidak normalPengolahan data dan analisis data dengan pro-gram SPSS for windows versi 16.0 (9,10,11,12).HASIL PENELITIAN
Karakteristik responden menurut umur ibupost partum didapatkan rerata respondenberumur 25,30 tahun (SD±4,96), umurtermuda 19 tahun dan tertua 32 tahun.Sementara pada kelompok kontrol didapatkanrerata responden berumur 24,20 tahun(SD±2,74), dengan umur termuda 20 tahundan tertua 28 tahun. Dari hasil uji statistik In-dependent Samples t-test didapatkan nilai pvalue 0,550 > á 0,05 yang berarti umurresponden homogen atau tidak ada perbedaanrerata umur responden pada kelompokintervensi dan kontrol. Responden berdasarkanpendidikan pada kelompok intervensi sebagianbesar responden berpendidikan SMA.Sedangkan pada kelompok kontrol rata-rataresponden berpendidikan SMA dan diplomaIII. Dari hasil uji statistik Chi Squaredidapatkan nilai p value 0,669 > á 0,05 yangberarti pendidikan responden pada kelompokintervensi dan kontrol adalah homogen atausama. Berdasarkan pekerjaan terbanyak padakelompok intervensi didapatkan pekerjaanresponden rata-rata ibu rumah tangga danswasta. Sementara pada kelompok kontrolsebagian besar responden adalah ibu rumahtangga. Dari hasil uji statistik Chi Squaredidapatkan nilai p value 0,801 > á 0,05 yangberarti pekerjaan responden pada kelompokintervensi dan kontrol adalah homogen atausama. Hal ini berdasarkan tabel sebagai berikut:
89BHAMADA, JITK, Vol. 5, No. 1, April 2014
ISSN : 2088-4435
Tabel 1. Perbandingan Karekteristik Responden pada Kelompok Intervensi dan KelompokKontrol
No Variabel Kelompok P Value Intervensi Kontrol 1 Umur
a. Mean±SD b. Minimal-Maksimal
25,30 ±4,96
19-32
24,20±2,74
20-28
0,550a
2 Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. D III e. Sarjana
1 (10%) 1 (10%) 5 (50%) 2 (20%) 1 (10%)
2 (20%) 3 (30%) 3 (30%) 2 (20%)
0,669b
3 Pekerjaan a. Ibu rumah tangga b. Swasta c. PNS
4 (40%) 4 (40%) 2 (20%)
5 (50%) 4 (40%) 1 (10%)
0,801b
aIndependent t testbChi Square
Hasil penelitian didapatkan bahwa kadarhormon prolaktin pra tindakan pada kelompokintervensi memiliki nilai mean 91,90 ng/ml(SD±8,55), sedangkan pada kelompokkontrol memiliki nilai mean 85,38 ng/ml(SD±6,40). Volume ASI pra tindakan padakelompok intervensi memiliki nilai mean 1,80cc (SD±0,75), sedangkan pada kelompokkontrol memiliki nilai mean 1,70 cc (SD±0,63).Hasil uji statistik Independent Samples t-testkadar hormon prolaktin pra tindakan padakelompok intervensi dan kelompok kontrolmenunjukkan nilai p value 0,069 > á 0,05yang berarti Ho diterima, tidak ada perbedaankadar kadar hormon prolaktin pra tindakanpada kelompok intervensi dan kelompokkontrol. Sementara itu, hasil uji IndependentSamples t-test volume ASI pra-tindakan padakelompok intervensi dan kelompok kontrolmenunjukkan nilai p value 0,751 > á 0,05yang berarti Ho diterima, tidak ada perbedaanvolume ASI pra tindakan pada kelompokintervensi dan kelompok kontrol.
Rerata kenaikan kadar hormon prolaktinpasca tindakan pada kelompok intervensi196,02 ng/ml (SD±8,38). Sementara reratakadar hormon prolaktin pasca tindakan padakelompok kontrol 146,50 ng/ml (SD±43,84).Rerata kenaikan volume ASI pasca tindakanpada kelompok intervensi 19,30 cc (SD±7,02).Sementara rerata kadar hormon prolaktinpasca tindakan pada kelompok kontrol 2,40cc (SD±1,07). Hasil uji mann whitney testkadar hormon prolaktin pasca tindakan padakelompok intervensi dan kelompok kontrolmenunjukkan nilai p value 0,006 < á 0,05yang berarti Ho ditolak, ada perbedaan kadarkadar hormon prolaktin pasca tindakan padakelompok intervensi dan kelompok kontrol.Sementara itu, hasil uji Independent Samplest-test volume ASI pasca tindakan padakelompok intervensi dan kelompok kontrolmenunjukkan nilai p value 0,000 < á 0,05yang berarti Ho ditolak, ada perbedaan vol-ume ASI pasca tindakan pada kelompokintervensi dan kelompok kontrol.
90 BHAMADA, JITK, Vol. 5, No. 1, April 2014
ISSN : 2088-4435
Hasil uji wilcoxon signed rank test kadarhormon prolaktin pada kelompok intervensi pradan pasca tindakan didapatkan nilai p value0,005 < á 0,05 yang berarti Ho ditolak, yangberarti ada perbedaan kadar hormon prolaktinpada kelompok intervensi pra dan pascatindakan. Untuk volume ASI pada kelompokintervensi pra dan pasca tindakan, hasil ujiwilcoxon signed rank test didapatkan nilai pvalue 0,005 < á 0,05, sehingga Ho ditolak,yang berarti ada perbedaan volume ASI padakelompok intervensi pra dan pasca tindakan.Perbedaan kadar hormon prolaktin pra danpasca tindakan pada kelompok kontrol,diketahui dari hasil uji wilcoxon signed ranktest didapatkan nilai p value 0,005 < á 0,05yang menunjukkan hasil bahwa Ho ditolak,sehingga ada perbedaan kadar hormonprolaktin pra dan pasca tindakan padakelompok kontrol. Sementara volume ASIpada kelompok kontrol pra dan pasca
tindakan dari hasil uji wilcoxon signed ranktest didapatkan nilai p value 0,068 > á 0,05yang berarti Ho diterima tidak ada perbedaanvolume ASI pada kelompok kontrol pra danpasca tindakan.
Perbedaan kadar hormon prolaktin dilihatdari nilai selisih antara kelompok intervensi dankelompok kontrol didapatkan hasil nilai p value0,034 < á 0,05 (uji mann whitney test),sehingga Ho ditolak yang berarti adaperbedaan kadar hormon prolaktin padakelompok intervensi dan kelompok kontrol.Sedangkan untuk volume ASI dilihat dari nilaiselisih antara kelompok intervensi dankelompok kontrol didapatkan nilai p value0,000 < á 0,05 (uji mann whitney test) yangberarti Ho ditolak, ada perbedaan volume ASIpada kelompok intervensi dan kelompokkontrol. Hal tersebut diatas berdasarkan tabelsebagai berikut:
Tabel 2 Perbandingan Kadar Hormon Prolaktin dan Volume ASI Pra dan Pasca Tindakan AntarKelompok, pada masing-masing Kelompok dan Selisih (Gain Score) Antar Kelompok
No Variabel Kelompok p value Intervensi Kontrol 1 Hormon Prolaktin (pra) (ng/ml):
a. Mean±SD b. Minimal-Maksimal
91,90±8,55
79,13 – 108,00
85,38±6,40
72,48 – 93,60
0,069c
2 Volume ASI (pra) (cc) : a. Mean±SD b. Minimal-Maksimal
1,80±0,75 1,00 – 3,00
1,70±0,63 1,00 – 3,00
0,751c
3 Hormon Prolaktin (pasca) (ng/ml) : a. Mean±SD b. Minimal-Maksimal
196,02±8,38
179,85 – 200,00
146,50±43,84 99,00 – 200,00
0,006d
4 Volume ASI (pasca) (cc): a. Mean±SD b. Minimal-Maksimal
19,30±7,02
10,00 – 30,00
2,40±1,07 1,00 – 4,00
0,000c
5 Hormon Prolaktin (p value): 0,005e 0,005e 6 Volume ASI (p value): 0,005e 0,068e 7 Gain Score Prolaktin (ng/ml) :
a. Mean±SD b. Minimal-Maksimal
103,80±12,60 80,00 – 120,00
60,90±41,45
19,00 – 116,00
0,034f
8 Gain Score Volume ASI (cc): a. Mean±SD b. Minimal-Maksimal
17,40±6,91 9,00 – 28,00
0,60±0,84 0,00 – 2,00
0,000f
c Independent Samples T-test dMann_Whitney Test eWilcoxon signed rank test fMann_Whitney Test
91BHAMADA, JITK, Vol. 5, No. 1, April 2014
ISSN : 2088-4435
PEMBAHASANDalam penelitian ini, karakteristik ibu
postpartum yang menjadi variabel adalah umur,pendidikan dan pekerjaan. Berdasarkan hasilanalisis bahwa umur responden tidak adaperbedaan antara kelompok intervensi dankelompok kontrol, sedangkan pendidikan danpekerjaan pada kelompok intervensi dankelompok kontrol adalah homogen atau setara.Sehingga karakteristik responden dalampenelitian ini, tidak menjadi faktor yangmempengaruhi ibu postpartum. Hal tersebutsesuai dengan hasil penelitian Indriyani (2006)
yang menyatakan bahwa tidak adahubungan antara karakteristik demografi, usia,pendidikan, paritas dan pekerjaan denganproduksi ASI pada ibu postpartum denganseksio sesarea. Umur, pendidikan danpekerjaan merupakan faktor tidak langsungyang mempengaruhi kadar hormon prolaktindan volume ASI pada ibu postpartum. Faktorlangsung yang mempengaruhi peningkatankadar hormon prolaktin dan volume ASI padaibu postpartum adalah perilaku menyusui,faktor psikologi dan faktor fisiologis ibu post-partum (13,14,15).
Berdasarkan hasil analisis, nilai rata-ratakenaikan kadar hormon prolaktin pascatindakan pada kelompok intervensi lebih besardibandingkan pada kelompok kontrol,demikian juga volume ASI pasca tindakan padakelompok intervensi memiliki nilai rata-ratakenaikan yang lebih besar dibandingkankelompok kontrol. Hal tersebut menunjukkanbahwa kombinasi metode pijat woolwich danendorphine memiliki pengaruh dalampeningkatan kadar hormon prolaktin dan vol-ume ASI pada ibu postpartum. Kadar hormonprolaktin dan volume ASI pra tindakan padakelompok intervensi dan kelompok kontrolmenunjukkan tidak ada perbedaan, sedangkankadar hormon prolaktin dan volume ASI pascatindakan pada kelompok intervensi lebih tinggidibandingkan dengan kelompok kontrol.
Dari hasil analisis kadar hormon prolaktinpada masing-masing kelompok, diketahui kadarhormon prolaktin pada kelompok intervensi pradan pasca tindakan menunjukkan hasil adaperbedaan kadar hormon prolaktin pra danpasca tindakan pada kelompok intervensi.Demikian juga pada kelompok kontrol, kadarhormon prolaktin pra dan pasca tindakanmenunjukkan hasil ada perbedaan.
Ibu postpartum yang menyusui, kadarhormon prolaktinnya akan meningkat seiringdengan menurunnya kadar estrogen danprogesteron serta rangsangan hisapan bayipada putting susu ibu. Kadar hormon prolaktinpada ibu postpartum akan menjadi normal 3bulan setelah melahirkan sampai penyapihananak dan pada waktu tersebut tidak akan adapeningkatan prolaktin walaupun ada isapanbayi, namun pengeluaran air susu tetapberlangsung (16). Sehingga secara fisiologissemua ibu postpartum yang menyusui akanmengalami peningkatan kadar hormonprolaktin.
Volume ASI pra dan pasca tindakan padakelompok intervensi menunjukkan hasil adaperbedaan volume ASI. Sebaliknya volumeASI pada ibu postpartum kelompok kontrolmenunjukkan hasil tidak ada perbedaan ataupeningkatan volume ASI.
Faktor-faktor yang mempengaruhipeningkatan volume ASI adalah faktor dari ibudan bayi, faktor dari ibu yang sangatberpengaruh adalah faktor ketentraman jiwadan pikiran (16). Penatalaksanaan nonfarmakologi untuk meningkatkan produksi ASIdengan metode pijat woolwich dan endorphinemerupakan salah satu alternative untukmeningkatkan kenyamanan dan relaksasi ibuportpartum selama masa menyusui sehinggadapat meningkatkan volume ASI.
Kombinasi metode pijat woolwich danendorphine memberikan stimulasi reflekspembentukan ASI (prolaktin refleks) danpengeluaran ASI (let down reflex) sebelum
92 BHAMADA, JITK, Vol. 5, No. 1, April 2014
ISSN : 2088-4435
ASI dikeluarkan atau diperas. Tindakan inidapat memberikan sensasi rileks pada ibu danmelancarkan aliran syaraf serta saluran ASI(sistem duktus) kedua payudara. Pijatendorphine dapat merangsang pengeluaranhormon endorphine serta dapat menstimulasirefleks prolaktin dan oksitosin sehinggameningkatkan volume ASI (4).
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitianbahwa kadar hormon prolaktin ibu postpar-tum yang diberikan intervensi lebih besar nilainyadibandingkan pada ibu postpartum padakelompok kontrol dan disimpulkan adaperbedaan antara kadar hormon prolaktin padaibu postpartum primipara setelah diberikankombinasi metode pijat woolwich danendorphine dengan p value 0,034 padapengukuran hari ke-4. Volume ASI ibu post-partum yang diberikan intervensi lebih besarnilainya dibandingkan pada ibu postpartumpada kelompok kontrol dan disimpulkan adaperbedaan antara volume ASI pada ibu post-partum primipara setelah diberikan kombinasimetode pijat woolwich dengan endorphinedengan p value 0,000 pada pengukuran harike-4. Hal tersebut dapat diasumsikan ibu post-partum yang diberikan kombinasi metode pijatwoolwich dan endorphine memiliki signifikasiyang besar dalam peningkatan kadar hormonprolaktin dan volume ASI pada kelompokkontrol.
Peningkatan kadar hormon prolaktin danvolume ASI sangat dipengaruhi oleh persiapanfisik payudara sehingga perlu dilakukanperawatan payudara. Salah satu metodeperawatan yang dianjurkan adalah metodewoolwich. Metode ini didasarkan padapengamatan bahwa pengaliran ASI lebihpenting dari sekresi ASI oleh kelenjar ASI.Dengan metode woolwich, akanmempengaruhi saraf vegetative dan jaringanbawah kulit yang dapat melemaskan jaringansehingga memperlancar aliran darah padasistem duktus, sisa-sisa sel sistem duktus akan
dibuang agar tidak menghambat aliran ASImelalui ductus lactiferus sehingga aliran ASIakan menjadi lancar. Pijat woolwich memicurangsangan sel-sel mioepitel di sekitar kelenjarpayudara, rangsangan tersebut diteruskan kehipotalamus sehingga memicu hipofisis anterioruntuk memperoduksi hormon prolaktin.Disamping itu, peradangan atau bendunganpada payudara dapat dicegah (6, 17).
Faktor lain yang mempengaruhipeningkatan kadar hormon prolaktin dan vol-ume ASI adalah faktor psikologis ibu. Denganpijat endorphine meningkatkan pelepasanendorphine yaitu zat penenang yang mengalirke peredaran darah ibu yang menimbulkanrespon vasodilatasi yang meningkatkankelancaran aliran darah tubuh sehingga tubuhmenjadi rileks dan tenang, sehingga memicupengeluaran hormon oksitosin yang berperandalam mekanisme let down reflex (pengeluaranASI) yang mempengaruhi pula pengeluaranhormon prolaktin (prolaktin refleks) (18).
Pijat (massage) endorphine adalah caralembut membantu ibu merasa lebih segar, rileksdan nyaman selama persalinan. Pemijatan yangdilakukan selama kurang lebih 20 menit akanmembuat ibu lebih bebas dari rasa sakit danrileks. Pijatan yang diberikan berupa sentuhanyang sangat ringan yang bisa membuat bulu-bulu halus pada permukaan kulit berdiri (8).Teori gate control mengatakan bahwastimulasi pada permukaan kulit (sub cutaneus)mengaktifkan sel transmisi (T) serabut sarafsensori A-Beta yang lebih besar dan lebihcepat. Proses ini menurunkan transmisi nyerimelalui serabut C dan delta-A yangberdiameter kecil sehingga gerbang sinapsmenutup transmisi implus nyeri (17). Stimulasikutaneus pada tubuh secara umum seringdipusatkan pada punggung dan bahu (19).Stimulasi kutaneus akan merangsang serabutserabut perifer untuk mengirimkan impulsmelalui dorsal horn pada medulla spinalis, saatimpuls yang dibawa oleh serabut A-Beta
93BHAMADA, JITK, Vol. 5, No. 1, April 2014
ISSN : 2088-4435
mendominasi maka mekanisme gerbang akanmenutup sehingga impuls nyeri tidakdihantarkan ke otak, sehingga memberikansensasi rileks pada tubuh (20). Hal itu terjadikarena pijat merangsang tubuh melepaskansenyawa endorphin yang merupakan peredasakit alami. Bagi ibu postpartum yangmenyusui, pijat membuat ibu merasa lebihnyaman dan rileks. Sentuhan seseorang yangpeduli dan ingin menolong merupakan sumberkekuatan saat ibu sakit, lelah, dan kuat. Banyakbagian tubuh dapat dipijat, seperti kepala, leher,punggung, dan tungkai. Saat memijat, pemijatharus memperhatikan respon ibu, apakahtekanan yang diberikan sudah tepat (7,8).
Volume ASI dan pengeluaran ASI yangsedikit pada hari-hari pertama setelahmelahirkan menjadi hambatan pada ibu post-partum dalam memberikan ASI secara dinikepada bayinya. Kurangnya volume ASI dapatdisebabkan oleh kurangnya rangsangan hormonprolaktin dan oksitosin yang sangat berperandalam proses produksi dan pengeluaran ASI.Kondisi tersebut pada umumnya dialami olehibu postpartum primipara, yang disebabkankarena kurangnya pengalaman dan perubahanpsikologis yang dapat mempengaruhi kerjahormon prolaktin dan oksitosin (16).
Pengaruh kombinasi metode pijatwoolwich dan endorphine terhadap kadarhormon prolaktin dan volume ASI didasarkanoleh penelitian yang dilakukan Maliha (2011)tentang efektifitas massage rolling (punggung)terhadap produksi ASI pada ibu post operasisection secarea di Rumah SakitMuhammadiyah Palembang diperoleh hasil adaperbedaan yang signifikan rata-rata produksiASI ibu post SC sesudah dilakukan massagerolling (punggung) pada kelompok kontrol danintervensi dengan p value = 0,001 (21).
Teknik pemijatan pada titik tertentu dapatmenghilangkan sumbatan dalam darah sehinggaaliran darah dan energi di dalam tubuh akankembali lancar. Kepala, lengan, leher danpunggung adalah daerah dimana wanita sering
mengalami ketegangan. Area tersebutmerupakan titik akupresur untuk memperlancarproses laktasi. Selain itu saraf pada payudaradipersarafi oleh saraf punggung atau dorsalyang menyebar disepanjang tulang belakang.Pijat yang dilakukan pada area kepalamembantu merangsang energi, menurunkantingkat stress serta membuat pikiran menjadilebih nyaman. Pijat merupakan salah satu terapipendukung yang efektif untuk mengurangiketidaknyamanan fisik serta memperbaikigangguan mood. Penguranganketidaknyamanan pada ibu menyusui akanmembantu lancarnya pengeluaran ASI (7, 8).
Penelitian lain oleh Azizah (2011) tentangpengaruh endorphine massage terhadapintensitas nyeri kala I persalinan normal ibuprimipara di BPS S dan B Demak, didapatkanhasil ada pengaruh endorphine massageterhadap intensitas nyeri kala I persalinan nor-mal ibu primipara di BPS S dan B Demak (pvalue = 0,000 < 0,05). Endorphine massagemerupakan salah satu terapi non farmakologisuntuk mengurangi atau meringankan rasa sakitpada ibu yang akan melahirkan. Rangsangmassage ini menyebabkan impuls yangbergerak cepat dari reseptor saraf perifermencapai pintu gerbang terlebih dahulu dariimpuls nyeri berjalan lebih lambat sepanjangserat nyeri. Kemudian otak menerima danmenginterprestasikan secara umum sensasipesan dan tidak menerima pesan nyeri.Endorphine dapat meningkatkan pelepasan zatoksitosin, sebuah hormon yang memfasilitasipersalinan sehingga dapat mengurangi rasanyeri. Berkaitan dengan masa postpartum,hormon endorphine meningkatkan produksihormon oksitosin yang berperan dalampeningkatan volume ASI (let down reflex).Disamping itu, endorphine menimbulkansensasi rileks dan nyaman pada ibu postpar-tum, menurunkan stress dan kecemasan.Faktor yang menghambat sekresi hormonoksitosin adalah stress dan kecemasan tersebut(22, 23, 24, 25).
94 BHAMADA, JITK, Vol. 5, No. 1, April 2014
ISSN : 2088-4435
Pengaruh kombinasi metode woolwichdengan pijat endorphine terhadap kadarhormon prolaktin dan volume ASI sangatsignifikan, jika teknik ini dilakukan oleh ibupostpartum khususnya ibu postpartum primi-para secara rutin maka masalah laktasi yangmuncul pada hari-hari pertama kelahirna sepertivolume ASI sedikit dan pengeluaran ASI yangtidak lancar, pemberian susu formula secara dinikepada bayi dapat diatasi sehingga dapatmeningkatkan cakupan pemberian ASI padasatu jam pertama kelahiran bahkan pemberianASI eksklusif selama 6 bulan.KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah dilakukan penelitian dapatdisimpulkan bahwa :1. Karakteristik ibu postpartum yang menjadi
variabel adalah umur, pendidikan danpekerjaan pada kelompok intervensi dankelompok kontrol adalah homogen atausama.
2. Kadar hormon prolaktin dan volume ASIpra tindakan pada kelompok intervensi dankelompok kontrol menunjukkan tidak adaperbedaan (p value 0,069 dan p value0,751). Sedangkan kadar hormon prolaktindan volume ASI pasca tindakan padakelompok intervensi dan kelompok kontrolmenunjukkan ada perbedaan (p value0,006 dan p value 0,000).
3. Ada perbedaan kadar hormon prolaktinpada kelompok intervensi pra dan pascatindakan, dari hasil nilai p value 0,005 < á(0,05). Untuk volume ASI pada kelompokintervensi pra dan pasca tindakan terdapatperbedaan, dimana p value 0,005 < á(0,05).
4. Ada perbedaan antara kadar hormonprolaktin pada ibu postpartum primiparasetelah diberikan kombinasi metode pijatwoolwich dengan endorphine dibandingkandengan kelompok kontrol dimana nilai pvalue 0,034. Volume ASI ibu postpartum
yang diberikan intervensi lebih besar nilainyadibandingkan pada ibu postpartum padakelompok kontrol dan disimpulkan adaperbedaan antara volume ASI pada ibupostpartum primipara setelah diberikankombinasi metode pijat woolwich denganendorphine dengan p value 0,000.
Saran bagi tenaga kesehatan (Bidan)hendaknya mengaplikasikan intervensikombinasi metode woolwich dan pijatendorphine dalam kunjungan nifas (KF1) danmensosialisasikan kepada masyarakat sehinggadapat meningkatkan cakupan pemberian ASIeksklusif pada bayi. Rumah Sakit, Puskesmasdapat meningkatkan cakupan pemberian ASIeksklusif dengan mengaplikasikan/menggunakan intervensi kombinasi metodepijat woolwich dan endorphine untukmeningkatkan kadar hormon prolaktin danvolume ASI pada ibu postpartum. Bagi DinasKesehatan Kabupaten perlunya menetapkankebijakan program manajemen laktasi(pelatihan konselor ASI) dengan carapengembangan terapi komplementer salahsatunya kombinasi metode pijat woolwich danendorphine bagi tenaga kesehatan khususnyauntuk bidan agar cakupan ASI eklusif tercapai.Bagi ibu postpartum Meningkatkan kesehatanselama masa menyusui dan mencegah masalahdalam laktasi dengan tetap rileks, menjagaasupan nutrisi dan melakukan perawatanpayudara dengan metode woolwich dan pijatendorphine. Bagi peneliti selanjutnya perlunyapenelitian lebih lanjut mengenai PengaruhKombinasi Metode Pijat Woolwich danEndorphine terhadap kadar hormon prolaktindan volume ASI dengan jumlah sampel yanglebih besar dengan mengendalikan faktor nutrisiresponden.DAFTAR PUSTAKA1. Ambarwati, R,E., Wulandari, D. (2009)
10. Arikunto, S . (2006) Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.
11. Sugiyono. (2006). Metode PenelitianKuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
12. Supranto, J. (2000). Teknik Samplinguntuk Survei dan Eksperimen. Jakarta : PTRineka Cipta
13. Reeder, Sharon J. (2011). KeperawatanMaternitas: kesehatan wanita, bayi &keluarga. Jakarta : EGC.
14. Sulistyawati, Ari. (2009). Buku Ajar AsuhanKebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta :Penerbit Andi.
15. Biancuzzo, M. (2003) Breastfeeding thenewborn: Clinical strategies for nurses. St.Louis: Mosby.
16. Soetjiningsih. (1997). ASI Petunjuk UntukTenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.
17. Potter & Anne Griffin Perry. 2005. BukuAjar Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC.
18. Bobak IM, Lowdermilk DL, Jensen MD.(2004 ). Buku Ajar KeperawatanMaternitas (Maternity Nursing) Edisi 4,Maria A Wijayarti dan Peter Anugerah(penterjemah). Jakarta: EGC.
20. Smeltzer, C. 2001. Buku AjarKeperawatan Medikal Bedah Edisi 8.Vol.1. Jakarta: EGC.
21. Prasetyo. 2010. Konsep danKeperawatan Nyeri. Yogyakarta :GrahaIlmu.
23. Maliha, amin. Efektivitas Massage Rolling(Punggung) Terhadap Produksi ASI IbuPostpartum Sectio Secarea di Rumah SakitMuhammadiyah Palembang tahun 2011.
24. James N. Dillard, MD, DC, CAc,FAAPM&Ra,b, Sharon Knapp, MS,FNP, NP-Cc. Complementary and Alter-native Pain Therapy in the Emergency De-partment.
25. Pornratshanee Weerapong, et.al. TheMechanisms of Massage and Effects onPerformance, Muscle Recovery and InjuryPrevention. Sports Med 2005; 35 (3): 235-256 0112-1642/05/0003-0235/$34.95/0
27. Azizah, Iin Nur, dkk (2011). PengaruhEndorphine Massage Terhadap IntensitasNyeri Kala I Persalinan Normal Ibu Primi-para di BPS S dan B Demak.http:jurnal.unimus.ac.id