1 BAB I PENDAHULUAN I. gg 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu ruas jalan yang akan di bangun/ditingkatkan adalah ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur yang terdapat di Kabupaten Boven Digoel, hal ini dimaksudkan guna menghubungkan dan mengakses jalan dari pertigaan Arimbet-Mindiptana di Kabupaten Boven Digoel ke arah Dewok/Iwur di Kabupaten Pegunungan Bintang. Agar ruas jalan dapat memiliki koordinasi antar- alinyemen yang baik dan dapat melayani arus lalu lintas sesuai dengan umur rencana, maka diperlukan perencanaan geometrik dan perkerasan yang baik. Dengan dibangunnya ruas jalan ini maka diharapkan akan menambah dan mempercepat distribusi hasil-hasil pertanian, perkebunan, kehutanan serta kebutuhan bahan- bahan pokok pada masyarakat sekitar ruas jalan serta daerah di belakangnya. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Dari latar belakang tersebut di atas, beberapa perumusan masalah yang perlu disampaikan yaitu : 1. Bagaimana bentuk perencanaan geometrik yang sesuai untuk ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur? 2. Bagaimana perencanaan konstruksi lapisan perkerasan yang sesuai untuk ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur dengan umur rencana 10 tahun? 3. Berapa dimensi saluran tepi yang diperlukan sesuai dengan kondisi kontur yang ada? 4. Berapa jumlah anggaran biaya yang diperlukan untuk perencanaan ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur? 1.3 TUJUAN Tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah : 1. Merencanakan bentuk perencanaan geometrik yang sesuai untuk ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur. 2. Merencanakan konstruksi lapisan perkerasan yang sesuai untuk ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur dengan umur rencana 10 tahun. 3. Merencanakan dimensi saluran tepi yang diperlukan sesuai dengan kondisi kontur yang ada. 4. Mengetahui anggaran biaya yang diperlukan untuk perencanaan ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur. 1.4 BATASAN MASALAH Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka batasan masalah yang dilakukan hanya terbatas pada : 1. Lapisan perkerasan yang digunakan adalah lapisan perkerasan lentur dengan perhitungan menggunakan metode Bina Marga. 2. Data perencanaan dalam Tugas Akhir ini menggunakan data-data sekunder yaitu data curah hujan, data tanah, dan peta rupa bumi. 3. Tidak membahas stabilitas lereng, persimpangan jalan, gorong - gorong, jembatan, biaya operasi peralatan, penggunaan alat berat dan pelaksanaan di lapangan. 1.5 LOKASI STUDI Lokasi studi ini terdapat di Distrik Arimop sebelah utara ibukota Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua. Detil lokasi dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2. Gambar 1-1 Peta Papua (Sumber : www.papua.co.id) Gambar 1-2 Peta Kabupaten Boven Digoel (Sumber : Bag. Tata Pemerintahan Setda Kab. Boven Digoel) Lokasi Studi
18
Embed
I. ggdigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-11414-Paper.pdf · 2010. 6. 15. · Perencanaan geometrik secara umum terdiri atas dua bagian yaitu alinyemen horizontal dan alinyemen
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I PENDAHULUAN
I. gg
1.1 LATAR BELAKANG Salah satu ruas jalan yang akan di bangun/ditingkatkan
adalah ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur yang terdapat di Kabupaten Boven Digoel, hal ini dimaksudkan guna menghubungkan dan mengakses jalan dari pertigaan Arimbet-Mindiptana di Kabupaten Boven Digoel ke arah Dewok/Iwur di Kabupaten Pegunungan Bintang. Agar ruas jalan dapat memiliki koordinasi antar-alinyemen yang baik dan dapat melayani arus lalu lintas sesuai dengan umur rencana, maka diperlukan perencanaan geometrik dan perkerasan yang baik.
Dengan dibangunnya ruas jalan ini maka diharapkan akan menambah dan mempercepat distribusi hasil-hasil pertanian, perkebunan, kehutanan serta kebutuhan bahan-bahan pokok pada masyarakat sekitar ruas jalan serta daerah di belakangnya.
1.2 PERUMUSAN MASALAH Dari latar belakang tersebut di atas, beberapa
perumusan masalah yang perlu disampaikan yaitu : 1. Bagaimana bentuk perencanaan geometrik yang
sesuai untuk ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur?
2. Bagaimana perencanaan konstruksi lapisan perkerasan yang sesuai untuk ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur dengan umur rencana 10 tahun?
3. Berapa dimensi saluran tepi yang diperlukan sesuai dengan kondisi kontur yang ada?
4. Berapa jumlah anggaran biaya yang diperlukan untuk perencanaan ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur?
1.3 TUJUAN Tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah : 1. Merencanakan bentuk perencanaan geometrik
yang sesuai untuk ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur.
2. Merencanakan konstruksi lapisan perkerasan yang sesuai untuk ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur dengan umur rencana 10 tahun.
3. Merencanakan dimensi saluran tepi yang diperlukan sesuai dengan kondisi kontur yang ada.
4. Mengetahui anggaran biaya yang diperlukan untuk perencanaan ruas jalan Arimbet - Maju - Ujung - Bukit - Iwur.
1.4 BATASAN MASALAH Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka batasan
masalah yang dilakukan hanya terbatas pada : 1. Lapisan perkerasan yang digunakan adalah lapisan
perkerasan lentur dengan perhitungan menggunakan metode Bina Marga.
2. Data perencanaan dalam Tugas Akhir ini menggunakan data-data sekunder yaitu data curah hujan, data tanah, dan peta rupa bumi.
3. Tidak membahas stabilitas lereng, persimpangan jalan, gorong - gorong, jembatan, biaya operasi peralatan, penggunaan alat berat dan pelaksanaan di lapangan.
1.5 LOKASI STUDI Lokasi studi ini terdapat di Distrik Arimop sebelah
utara ibukota Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua. Detil lokasi dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan
Gambar 1.2.
Gambar 1-1 Peta Papua
(Sumber : www.papua.co.id)
Gambar 1-2 Peta Kabupaten Boven Digoel
(Sumber : Bag. Tata Pemerintahan Setda Kab. Boven Digoel)
Lokasi Studi
2
BAB II DASAR PERENCANAAN
II.
2.1 UMUM Perencanaan geometrik secara umum terdiri atas dua
bagian yaitu alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal, dimana menyangkut aspek-aspek perencanaan elemen jalan, tikungan, kelandaian jalan, dan jarak pandangan serta kombinasi dari bagian-bagian tersebut, baik untuk suatu ruas jalan, maupun untuk perlintasan diantara dua atau lebih ruas-ruas jalan.
2.2 PARAMETER PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA
2.2.1 Kecepatan rencana Besarnya kecepatan rencana tergantung pada kelas
jalan dan kondisi medan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2-4.
Tabel 2-1 Kecepatan Rencana (Vr) Fungsi
Kecepatan Rencana, Vr (Km/jam) Datar Bukit Pegunungan
Lokal 40 - 70 30 - 50 20 - 30 Catatan : Untuk kondisi medan yang sulit, Vr suatu segmen jalan dapat diturunkan, dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 Km/jam.
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No. 038/TBM/1997
2.2.2 Jarak Pandang Jarak pandang terbagi menjadi dua bagian, yaitu Jarak
Pandang Henti (JPH) dan Jarak Pandang Mendahului (JPM).
1. Jarak Pandang Henti (JPH) Adalah jarak minimum yang diperlukan oleh pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman, begitu melihat adanya halangan di depan. Rumus umum Jarak Pandang Henti Minimum (JPH) (Sukirman, 1994) untuk jalan datar, adalah sebagai berikut :
254fm
V0.278V.td
2
+=
Dimana : d : jarak pandang henti minimum (m) fm : koefisien gesekan antara ban dan muka jalan dalam arah memanjang jalan V : kecepatan kendaraan (km/jam) t : waktu reaksi = 2,5 detik
Rumus umum Jarak Pandang Henti Minimum (JPH) (Sukirman, 1994) untuk jalan dengan kelandaian tertentu, adalah sebagai berikut :
L)254(f
V0.278V.td
2
±+=
Besarnya jarak pandangan henti berdasarkan beberapa kecepatan rencana ditunjukkan pada Tabel 2-6.
Tabel 2-2 Jarak Pandangan Henti Minimum Kecepatan Rencana
Sumber : Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Sukirman 1994
2. Jarak Pandangan Menyiap (JPM)
Jarak Pandangan Menyiap hanya perlu dilihat pada jalan 2/2 UD.
4321 ddddd +++=
Rumus yang digunakan adalah :
+−=2
atmV0.278td 1
11
22 0.278Vtd =
100m s.d 30d3 =
24 d3
2d ×=
Besarnya jarak pandangan menyiap berdasarkan beberapa kecepatan rencana ditunjukkan pada Tabel 2-7.
Tabel 2-7 Jarak Pandangan Menyiap Minimum
Kecepatan Rencana
Vr (km/jam)
Jarak Pandangan Menyiap Standar
Perhitungan (m)
Jarak Pandangan Menyiap Standar Desain
(m)
Jarak Pandangan Menyiap Minimum
Perhitungan (m)
Jarak Pandangan Menyiap
Minimum Desain (m)
30 40 50 60 70 80
100 120
146 207 274 353 437 527 720 937
150 200 275 350 450 550 750 950
109 151 196 250 307 368 496 638
100 150 200 250 300 400 500 650
Sumber : Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Sukirman 1994
2.3 KLASIFIKASI JALAN
2.3.1 Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan Menurut fungsi jalan, terdiri atas : 1. Jalan Arteri : yaitu jalan yang melayani angkutan
utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
2. Jalan Kolektor : yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri
3
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal : yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
2.3.2 Klasifkasi Menurut Medan Jalan 1. Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi
sebagian besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur.
2. Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat dilihat dalam Tabel 2-9.
Tabel 2-9 Klasifikasi Menurut Medan Jalan
No. Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan
(%)
1. 2. 3.
Datar Perbukitan
Pegunungan
D B G
< 3 3 – 25 > 25
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No. 038/TBM/1997
2.4 ELEMEN GEOMETRIK
2.4.1 Alinyemen Horizontal
2.4.1.1 Gaya Sentrifugal
Gaya sentrifugal (F) yang terjadi : amF ×= Maka besaran gaya sentrifugal dapat ditulis sebagai berikut :
Rg
VWF
2
⋅⋅=
2.4.1.2 Ketentuan Panjang Bagian Lurus Pada Tabel 2-10 dicantumkan panjang maksimum bagian lurus pada alinyemen horizontal.
Tabel 2-10 Panjang Bagian Lurus Maksimum Panjang Bagian Lurus Maksimum (m)
Fungsi Datar Perbukitan Pegunungan
Arteri Kolektor
3.000 2.000
2.500 1.750
2.000 1.500
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No. 038/TBM/1997
Bina Marga menetapkan, panjang lengkung peralihan mulai dari penampang melintang berbentuk mahkota (crown) sampai dengan kemiringan sebesar superelevasi. Secara detil, kelandaian relatif minimum ditunjukkan pada Tabel 2-12. Perhitungan lengkung peralihan, Ls adalah sebagai berikut :
Berdasarkan waktu tempuh di lengkung peralihan.
3,6
tVLs R ⋅=
Berdasarkan landai relatif. ( ) maksn mBeeLs ⋅⋅+≥
Berdasarkan rumus Modifikasi Shortt.
C
eV2.727
CR
V0.022Ls R
3R −=
Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian. ( )
e
Rnmaks
r3.6
VeeLs
∗−= (2.15)
Dari ke empat persamaan tersebut, panjang lengkung peralihan, Ls yang digunakan untuk perencanaan adalah Ls dengan nilai yang terbesar.
2.4.1.4 Bentuk Lengkung Horizontal Ada 3 bentuk lengkung horisontal, antara lain : 1. Lengkung busur lingkaran sederhana (full circle)
Lengkung full circle digunakan untuk Rrencana yang besar dan nilai superelevasi (e) lebih kecil atau sama dengan 3%.
Gambar 2-1 Lengkung Busur lingkaran Sederhana (full
circle) (Sumber : Modul Rekayasa Jalan Raya)
Parameter lengkung full circle :
⋅= ∆2
1tgRTc
R∆
21
cos
RE −
=
R180
π∆Lc ⋅
=
Gambar 2-2 Diagram Superelevasi Lengkung Busur Lingkaran Sederhana (full circle)
(Sumber : Modul Rekayasa Jalan Raya)
PI
0.5∆
E
TC CT
TC
R R
Lc
0.5∆
B IN A M A R G A
3 /4 Ls1 /4 LsL c
1 /4 Ls
e
3 /4 L s
e n = 2 %
T C T C
e
S C C S
e n = 2 %
4
2. Lengkung busur lingkaran dengan lengkung
peralihan (spiral – circle – spiral) Secara umum lengkung spiral – circle – spiral digunakan jika nilai superelevasi e ≥ 3% dan panjang Ls > 20 meter.
Gambar 2-3 Lengkung busur lingkaran dengan
lengkung peralihan (spiral – circle – spiral) (Sumber : Modul Rekayasa Jalan Raya)
Parameter lengkung spiral – circle – spiral :
Rπ
Ls90θs =
( )180
Rπθs2∆Lc
−=
( )θscos1RR6
Lsp
2
−−=
sinθiRR40
LsLsk
2
3
⋅−−=
( ) k∆2
1tgpRTs +
⋅+= )
R∆
21
cos
p)(RE −
+
⋅−=
2
2
R40
Ls1LsXs .............. (2.26)
R6
LsYs
2
⋅= .................................. (2.27)
Bentuk diagram superelevasi dapat dilihat pada Gambar 2-9.
BINA MARGA
Ls Lc Ls
2% 2%e
TS SC CS ST
e
Gambar 2-4 Diagram Superelevasi Lengkung Busur
Lingkaran dengan Lengkung Peralihan (spiral – circle – spiral) (Sumber : Modul Rekayasa Jalan Raya)
3. Lengkung peralihan (spiral - spiral)
Secara umum lengkung spiral – spiral digunakan jika nilai superelevasi e ≥ 3% dan panjang Ls ≤ 20 meter. Bentuk lengkung dapat dilihat pada Gambar 2-10.
Gambar 2-5 Lengkung Peralihan (spiral – spiral)
(Sumber : Modul Rekayasa Jalan Raya) Parameter lengkung spiral – spiral :
∆2
1θs =
( )θscos1RR6
Lsp
2
−−=
ssinRR40
LsLsk
2
2
θ−−=
( ) ( ) kθstgpRTs +⋅+=
( )R
scos
pRE −+=
θ
Besarnya Ls pada tipe lengkung ini adalah didasarkan pada landai relatif minimum.
( ) maksn mBeeLs ⋅⋅+≥ ............ (2.13)
Gambar 2-6 Diagram Superelevasi Lengkung Peralihan (spiral– spiral)
(Sumber : Modul Rekayasa Jalan Raya)
2.4.1.8 Jarak Kebebasan Samping Pandangan pengemudi kendaraan yang bergerak pada lajur tepi dalam rentan terhalang oleh gedung, tebing dan lainnya. 1. Jika jarak pandangan, S lebih kecil daripada
Kelandaian yang baik yaitu kelandaian 0% (datar), tapi tidak demikian untuk keperluan drainase jalan melainkan yang bukan 0% (tidak datar). 2. Landai Maksimum
Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk menjaga agar kendaraan dapat bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang berarti.
Secara detil, batasan kelandaian maksimum menurut Bina Marga ditunjukkan pada Tabel 2-16.
Tabel 2-16 Kelandaian Jalan Jalan Luar Kota (Bina Marga)
Kecepatan Rencana (km/jam) Kelandaian Maks
Standar (%) Kelandaian Maks Mutlak (%)
40 7 11 50 6 10 64 60 5 9 80 4 8 96 113
Sumber : Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Sukirman 1994
3. Panjang Kritis Kelandaian
Besarnya panjang kritis dapat dilihat pada Tabel 2.17. Tabel 2-17 Panjang Kritis
2.5.1 Karakteristik Perkerasan Lentur Alasan pemilihan perkerasan lentur adalah : � tanah dasarnya relatif bagus (CBR min 5%) � biayanya lebih murah � banyak dilewati kendaraan kecil
2.5.2 Susunan Lapisan Konstruksi Perkerasan Lentur
Konstruksi perkerasan terdiri dari (lihat Gambar 2-25) : � lapisan permukaan (surface course) � lapisan pondasi atas (base course) � lapisan pondasi bawah (sub base course)
� lapisan tanah dasar (subgrade)
Gambar 2-9 Susunan Lapisan Konstruksi Perkerasan
Lentur (Sumber : Petunjuk Perencanaan Lentur Jalan Raya
dengan Metode Analisa Komponen)
2.5.3 Lalu Lintas Rencana Untuk Perkerasan Lentur Lalu lintas rencana dihitung untuk memperkirakan beban kendaraan yang akan melewati suatu ruas jalan selama umur rencana.
2.5.3.1 Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) LHR dihitung pada awal umur rencana dan pada akhir umur rencana dengan menggunakan rumus :
2.5.3.2 Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan Untuk menghitung Angka Ekivalen (E) masing-masing golongan beban sumbu untuk setiap kendaraan ditentukan menurut rumus berikut ini :
E sumbu tunggal =
4
40,5
P
E sumbu ganda =
4
16,8
P
Sumber : SNI 07-2416-1991
2.5.3.3 Perhitungan Lalu Lintas � Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dihitung dengan
rumus:
jj
n
1jj ECLHRLEP ××=∑
=
� Lintas Ekivalen Akhir (LEA) dihitung dengan rumus
( ) jjur
n
1jj ECi1LHRLEA ××+=∑
=
� Lintas Ekivalen Tengah (LET) dihitung dengan rumus
2
LEALEPLET
+=
� Lintas Ekivalen Rencana (LER) dihitung dengan rumus :
Sumber : Petunjuk Perencanaan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen
2.5.4 Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) Daya dukung tanah dasar (subgrade) pada perkerasan lentur dinyatakan dengan nilai CBR (california bearing ratio). Nilai DDT dapat dicari dengan menggunakan rumus dari Bina Marga:
( ) 1,7%CBRlog4,3DDT +=
2.5.5 Indeks Tebal Perkerasan (ITP) Dalam menentukan tebal perkerasan digunakan perumusan sebagai berikut:
332211 DaDaDaITP ++=
2.6 SALURAN TEPI JALAN Tujuan pekerjaan drainase permukaan jalan raya adalah : h) Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar
tidak terjadi genangan. i) Mengalirkan air permukaan yang terhambat oleh
adanya jalan raya ke alur-alur alam, sungai atau badan air lainnya.
j) Mengalirkan air irigasi atau air buangan melintasi jalan raya, sehingga fungsinya tidak terganggu.
2.6.2 Waktu Konsentrasi (tc) Perhitungan harga I tergantung dari besarnya tc, yaitu waktu yang diperlukan oleh titik air yang berada di tempat terjauh menuju saluran tepi. Besarnya dihitung dengan rumus :
2.6.5 Dimensi Saluran Bentuk penampang saluran dipilih berdasarkan jenis tanah dasar, kedalaman saluran, kecepatan aliran dan lahan yang tersedia. Dalam Tugas Akhir ini direncanakan saluran berpenampang trapesium.
2.7 GALIAN DAN TIMBUNAN Perhitungan volume tanah pada pekerjaan galian dan
timbunan dilakukan dengan metode Double End Areas (luas ujung rangkap).
2.8 ANGGARAN BIAYA Anggaran biaya tiap-tiap pekerjaan didapatkan dengan
mengalikan masing-masing volume pekerjaan dengan masing-masing harga satuan pekerjaan. Harga satuan pekerjaan ini dapat dilihat pada Lampiran.
8
BAB III METODOLOGI
1.1 LANGKAH PENGERJAAN Di dalam penulisan tugas akhir ini diperlukan langkah
kerja yang dimulai dari studi literatur dan bahan sampai dengan perhitungan.
Langkah kerja adalah sebagai berikut: 1. Studi literatur dan bahan
2. Pengumpulan data a) Data-data sekunder yang dibutuhkan adalah
sebagai berikut : � Peta rupa bumi didapatkan dari Bakosurtanal
dengan skala 1:250000. Dikarenakan pada daerah yang dimaksud tidak terdapat data kontur yang jelas, maka daerah perencanaan diambil dari daerah Ceremlem menuju ke daerah Kwirok.
� Data lalu lintas didapatkan dari data hasil survey pada jalan eksisting pada daerah Distrik Kuken. Ruas jalan yang diambil adalah Jl. Yos Sudarso.
� Data CBR didapatkan dari Konsultan Perencana CV. Mega Cipta Konsultan.
� Data curah hujan didapatkan dari Konsultan Perencana CV. Mega Cipta Konsultan.
3. Perhitungan perencanaan a) Volume lalu lintas
b) Perencanaan geometrik jalan, meliputi : Perhitungan alinyemen horizontal :
� Jari - jari minimum � Panjang lengkung peralihan � Bentuk lengkung horizontal � Jarak kebebasan samping � Pelebaran pada tikungan Perhitungan alinyemen vertikal : � Lengkung vertikal cekung � Lengkung vertikal cembung
c) Perencanaan tebal perkerasan, direncanakan sesuai dengan Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen, Bina Marga.
� Perhitungan lalu lintas � Perhitungan daya dukung tanah dasar � Indeks tebal perkerasan
d) Perencanaan saluran tepi, mengolah data curah hujan hingga merencanakan dimensi saluran.
� Hujan rencana � Intensintas hujan rencana � Waktu konsentrasi � Koefisien pengaliran � Debit saluran � Dimensi saluran
e) Perencanaan biaya, didapatkan dari harga pekerjaan tiap volume galian dan timbunan.
Secara lebih jelas, dapat dilihat pada bagan alir berikut ini:
Gambar 3-10 Bagan Alir Pengerjaan
BAB IV PERENCANAAN
4.1 PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN
4.1.1 Analisa Data Lalu Lintas Data lalu lintas menggunakan data hasil survey pada
jalan eksisting pada daerah Distrik Kuken. Ruas jalan yang diambil adalah Jl. Yos Sudarso.
Tingkat pertumbuhan lalu lintas dianalisa dari data proyeksi penduduk daerah Kab. Boven Digoel.
Tabel 4-1 Jumlah Dan Jenis Kendaraan Tahun 2006 Jenis Kendaraan Jumlah
Kendaraan/arah Mobil Penumpang 2 ton (1.1) Truk Sedang 8,3 ton (1.2L)
15 16
Sumber : Hasil Survey Tahun 2006 Tabel 4-2 Proyeksi Penduduk Kab. Boven Digoel
Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) 2001 2002 2003 2004 2005
36391 37408 38452 39526 40629
Sumber : http://www.bps.go.id/~irja
9
Dari hasil perhitungan tingkat pertumbuhan penduduk
didapatkan nilai 2,72%. Tabel 4-4 Lalu Lintas Harian Rencana Pada Awal Umur Rencana 2009
Jenis Kendaraan 2009 Mobil Penumpang 2 ton (1.1) Truk Sedang 8,3 ton (1.2L)
15 (1+0,0272)^3 16 (1+0,0272)^3
16 17
Tabel 4-5 Lalu Lintas Harian Rencana Pada Akhir Umur Rencana 2019
Jenis Kendaraan 2019 Mobil Penumpang 2 ton (1.1) Truk Sedang 8,3 ton (1.2L)
16 (1+0,0272)^10 17 (1+0,0272)^10
21 23
4.1.2 Perhitungan Lalu Lintas 1. Angka Ekivalen
Berikut diberikan hasil perhitungan Angka Ekivalen (E) pada Tabel 4-6.
Tabel 4-6 Perhitungan Angka Ekivalen (E) Jenis Kendaraan Angka Ekivalen
Mobil Penumpang 2 ton (1.1) Truk Sedang 8,3 ton (1.2L)
0,0024 0,2777
2. Perhitungan Lintas Ekivalen Permulaan
Ruas jalan Arimbet-Maju-Ujung-Bukit-Iwur direncanakan 2 lajur 2 arah. Koefisien distribusi kendaraan (c) dapat dilihat pada Tabel 2-17, dimana untuk tipe jalan 2 lajur 2 arah dengan data LHR per arah maka ruas jalan ini memiliki nilai koefisien sebesar 1,0.
Berikut diberikan hasil perhitungan Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) pada Tabel 4-7.
Tabel 4-7 Perhitungan Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) Jenis Kendaraan LEP
Mobil Penumpang 2 ton (1.1) Truk Sedang 8,3 ton (1.2L)
0,04 4,82
Jumlah 4,86 3. Perhitungan Lintas Ekivalen Akhir
Koefisien distribusi kendaraan (c) dapat dilihat pada Tabel 2-17, dimana untuk tipe jalan 2 lajur 2 arah dengan data LHR per arah maka ruas jalan ini memiliki nilai koefisien sebesar 1,0.
Berikut diberikan hasil perhitungan Lintas Ekivalen Akhir (LEA) pada Tabel 4-8.
Tabel 4-8 Perhitungan Lintas Ekivalen Akhir (LEA) Jenis Kendaraan LEA
Mobil Penumpang 2 ton (1.1) Truk Sedang 8,3 ton (1.2L)
0,05 6,30
Jumlah 6,35 4. Perhitungan Lintas Ekivalen Tengah
2
LEALEPLET
+= =2
35,686,4 + = 5,605
5. Perhitungan Lintas Ekivalen Rencana
10
URFP= =
10
10 = 1
FPLETLER += = 1605,5 + = 6,605
4.1.3 Perhitungan Perkerasan Jalan 1. Perencanaan Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo)
Harga IPo untuk jenis laston adalah 3,9 – 3,5. 2. Perencanaan Indeks Permukaan Pada Akhir Umur Rencana (IPt)
Ruas jalan Arimbet-Maju-Ujung-Bukit-Iwur memiliki jumlah LER sebesar 6,605 dan klasifikasi jalan sebagai jalan arteri, maka harga IPt adalah sebesar 1,5-2,0 (lihat Tabel 2-19). 3. Faktor Regional (FP)
Untuk persentase kendaraan berat >30%, kelandaian 6-10%, dan iklim untuk curah hujan rata-rata tahunan >900 mm/thn, maka ruas jalan Arimbet-Maju-Ujung-Bukit-Iwur mempunyai harga factor regional (FR) sebesar 2,5 (lihat Tabel 2-21).
4. Perhitungan CBR Tanah Asli Dalam pengerjaan Tugas Akhir ini, data tanah
yang digunakan berupa data sekunder.
Nilai DDT dan ITP dapat dicari dengan menggunakan rumus dari Bina Marga:
( ) 1,7%CBRlog4,3DDT += (2.77)
−++
++
+
+= 3,01,2
DDT0,372
FR
1log
12,54
ITP
10940,4
Gt0,2-1
2,54
ITPlog9,36logWt
5,19
18
=1,5-IPo
IPt-IPologGT
365URLERWT18 ××=
• Lapisan Permukaan (surface) laston (MS 590 kg) Menggunakan CBR base course = 100%
( ) 1,7100log4,3DDT += = 10,3 ITP = 2,65
11DaITP = cm57,70,35
2,65
a
ITPD
11 ===
Digunakan tebal lapisan D1 = 8 cm. • Lapisan pondasi atas (base course) batu pecah
kelas A Menggunakan CBR sub base course = 50%
( ) 1,750log4,3DDT += = 9,006 ITP = 3,19
2211 DaDaITP +=
cm79,20,14
80,35-3,19
a
Da-ITPD
2
112 =×==
Digunakan tebal lapisan min D2 = 20 cm.
10
• Lapisan pondasi bawah (sub base course) sirtu kelas B Menggunakan CBR sub grade = 9,0%
( ) 1,713,9log4,3DDT += = 4,921 ITP = 5,28
332211 DaDaDaITP ++=
cm67,20,12
020,14-80,35-5,28
a
DaDa-ITPD
3
22113 −=××=−=
Digunakan tebal lapisan min D3 = 10 cm. 4.2 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
4.2.1 Dasar Perencanaan Dalam tugas akhir ini, ruas jalan ini termasuk dalam
klasifikasi jalan arteri sekunder, dengan tipe 2 lajur 2 arah tanpa median (2/2 UD). Lebar jalan rencana 7 meter, lebar lajur rencana 3.5 m dan bahu jalan rencana sebesar 2 meter. Karena jalan ini berfungsi sebagai jalan arteri di daerah pegunungan, maka berdasarkan Tabel 2-4, kecepatan rencananya berkisar antara 40-70 km/jam, digunakan untuk perencanaan ini ditetapkan sebesar 60 km/jam.
4.2.2 Perencanaan Alinyemen Horizontal Dalam perencanaan ini digunakan jenis lengkung
peralihan spiral-circle-spiral, dimana untuk menghindari terjadinya perubahan kemiringan secara mendadak.
Contoh perhitungan alinyemen horizontal dengan tipe spiral-circle-spiral pada PI-1.
Direncanakan : Vd = 60 km/jam. Rd = 573 m
1. Mencari harga jarak lurus dan sudut PI. • Koordinat titik start jalan : Xa,Ya (7215.7663 , 1070.6277) • Koordinat titik PI 1 : Xb,Yb (6611.1594 , 1693.4233) • Koordinat titik PI 2 : Xc,Yc (6920.1500 , 2770.8878) ∆ X1 = Xb-Xa = 6611.1594 – 7215.7663 = -604.6069 m ∆ Y1 = Yb-Ya = 1693.4233 – 1070.6277 = 622.7956 m ∆ X2 = Xc-Xb = 6920.1500 – 6611.1594 = 308.9906 m ∆ Y2 = Yc-Yb = 2770.8878 – 1693.4233= 1077.4645 m
• Panjang lurus segmen 1 (Start – PI 1) :
• L1 (gambar) = ( ) ( )21
21 YX ∆+∆
= 22 7956,6226069,604 +−
= 868 m • L1 (aktual) = 868 x 1 = 868 m
• Panjang lurus segmen 2 (PI 1 – PI 2) :
• L2 (gambar) = ( ) ( )22
22 YX ∆+∆
= 22 4645,10779906,308 +
= 1120.894 • L2 (aktual) = 1120.894 x 1 = 1120,93 m
Koefisien perubahan kecepatan (C) diambil = 0,4 m/dt3
C
eVd2,727
CR
Vd0,022Ls
3 ⋅−⋅
=
0,4
032,0062,727
4,0477
060,022
3 ⋅−⋅
=
= 10,435 m • Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan
kelandaian Untuk Vd ≤ 70 km/jam, tingkat perubahan kemiringan jalan (Re) = 0.035 m/m/dt.
( )e
nmax
r3,6
VdeeLs
⋅⋅−
=( )
035,03,6
0602,01,0
⋅⋅−= = 38,095
m Sehingga : Lengkung peralihan diambil yang terpanjang, Ls = 50 m. 4. Mencari parameter-parameter lengkung horizontal
Rπ
Ls90θs
⋅⋅=
477π
5090
⋅⋅= = 3,003o
( )180
Rπθ2∆Lc
⋅⋅−=
s ( )180
477π2,52153,06 ⋅⋅⋅−= =450,784
m
( )θscos1RR6
Lsp
2
−−⋅
=
( )5,2cos14774776
502
−−⋅
=
= 0,219 m
θssinRR40
LsLsk
2
3
−⋅
−=
003,3sin47747740
5050
2
3
−⋅
−=
= 24,998 m
( ) k∆2
1tgpRdTs +
×+=
( ) 998,24153,062
1tg219,0477 +
⋅×+=
= 301,368 m ( )
R∆
2
1cos
pRE −+= ( )
477153,06
2
1cos
219,0477 −
⋅
+= = 74,469 m
⋅−=
2
2
R40
Ls1LsXs
⋅−=
2
2
47740
05150 = 49,956 m
R6
LsYs
2
⋅=
4776
502
⋅= = 0,874 m
5. Stationing Titik Parameter Lengkung Horisontal
• STA Start = 0+000 • STA TS = STA Start + (L1 aktual – Ts)
= 0+000 + (868,000 – 301,368) = 0+566.63
• STA SC = STA TS + Ls = 0+566.63 + 50 = 0+616.63
• STA CS = STA SC + Lc = 0+616.63 + 450.784 = 1+067.42
• STA ST = STA CS + Ls = 1+067.42 + 50 = 1+117.42
6. Diagram Superelevasi Lengkung Horisontal Untuk perencanaan kali ini, penggambaran diagram superelevasi menggunakan metode AASHTO. Sehingga contoh diagram superelevasi untuk PI1, terlihat pada Gambar 4-2.
TS SC CS ST
-2% -2%
as jalan as jalan
PI 1
Ls = 50 m Ls = 50 mLc = 450.784 m
3.54%
3.54%
Gambar 4-2. Contoh Diagram Superelevasi untuk PI 1.
12
Tabel 4-11 Perhitungan Alinyemen Horisontal
4.2.3 Perencanaan Alinyemen Vertikal Dalam menentukan panjang lengkung vertikal cembung
dengan tipe jalan 2/2UD digunakan Jarak Pandangan Menyiap (JPM). Sedangkan perencanaan alinyemen vertikal cekung digunakan Jarak Panjang Henti (JPH). 1. Contoh Perhitungan Lengkung Vertikal Cekung
pada PPV-1. • Penentuan jarak pandangan henti (JPH) :
VD = 60 km/jam, dan diambil nilai f = 0,33. JPH = 75 s.d 85 m (berdasarkan Tabel 2-6).
254fm
V0.278V.td
2
+=
0,33254
062,5600.278d
2
×+××= = 88,944 m
Sehingga untuk perencanaan kali ini, JPH diambil nilai maksimum (JPH = 85 m).
Tipe - Cekung Cembung Cekung Cembung Cekung Cembung Perhitungan Lengkung S m 85 299 85 299 85 299 C - - 960 - 960 - 960
L (S < L) m 69.22 372.50 57.63 620.22 57.63 199.29 L (S > L) m 65.63 358.00 44.62 453.86 44.62 149.40
L memenu hi - S > L S < L S > L S < L S > L S > L L (3 d tk) m 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00
L ( kenyamanan) m 37.89 37.89 31.55 63.09 31.55 20.27 L (gun can gan) m 40.00 40.00 33.30 66.60 33.30 21.40 L (ben tu k) m 36.00 36.00 36.00 36.00 36.00 36.00 L (dr ain ase) m 200.00 200.00 166.50 333.00 166.50 107.00 L ( max ) m 65.63 372.50 50.00 620.22 50.00 149.40
L (ter pilih) m 69.22 50.00 57.63 66.60 57.63 50.00 Ev m 0.35 0.25 0.24 0.55 0.24 0.13 Perhitungan Stasioning
Perhitungan Elevasi PPV m +350.00 +370.00 +370.00 +390.00 +350.00 +350.00 PPVI m +350.35 +369.75 +370.24 +389.45 +350.24 +349.87 PLV m +350.00 +369.00 +370.00 +388.89 +350.96 +350.00 PTV m +352.02 +370.00 +371.87 +388.89 +350.00 +349.47
4.3 PERHITUNGAN DAERAH KEBEBASAN
SAMPING Daerah kebebasan samping ini perlu dihitung untuk
setiap tikungan, agar kita dapat memastikan lereng / daerah samping jalan tidak akan menghalangi pandangan pengemudi.
Dan berikut ini adalah contoh perhitungannya untuk PI 1.
Direncanakan : • R (jari-jari tikungan) = 477 m • Lt (panjang lengkung total) = 550.78 m • Lebar 1 lajur = 3.5 m
Perhitungan : • Radius jalan sebelah dalam :
R’ = R – ½ (L 1lajur) = 477 – ½ (3.5) = 475.25 m • S (jarak pandangan, dicoba dengan JPH)
S = 85 m, sehingga S < Lt • Maka rumus kebebasan samping yang berlaku
adalah :
M=
⋅−'
65.28cos1'
R
SR =
⋅−25.475
8565.28cos125.475 =1.90 m
14
Tabel 4-13 Perhitungan Daerah Kebebasan Samping
PI Data Perencanaan
R' (m) Status S
thd Lt
Jika S < Lt Jika S > Lt
R (m) S (m) Lt (m) W1lajur (m) M (m) M (m)
PI 1 477 85 550.78 3.5 475.25 S < Lt 1.90 -
PI 2 477 85 643.20 3.5 475.25 S < Lt 1.90 -
PI 3 477 85 342.06 3.5 475.25 S < Lt 1.90 -
PI 4 477 85 464.44 3.5 475.25 S < Lt 1.90 -
PI 5 477 85 685.17 3.5 475.25 S < Lt 1.90 -
PI 6 477 85 565.85 3.5 475.25 S < Lt 1.90 -
PI 7 477 85 593.88 3.5 475.25 S < Lt 1.90 -
PI 8 477 85 194.93 3.5 475.25 S < Lt 1.90 -
PI 9 477 85 494.59 3.5 475.25 S < Lt 1.90 -
PI 10 477 85 623.57 3.5 475.25 S < Lt 1.90 -
PI 11 477 85 380.38 3.5 475.25 S < Lt 1.90 -
PI 12 477 85 164.56 3.5 475.25 S < Lt 1.90 -
PI 13 477 85 192.06 3.5 475.25 S < Lt 1.90 -
PI 14 477 85 215.34 3.5 475.25 S < Lt 1.90 -
PI 15 477 85 357.95 3.5 475.25 S < Lt 1.90 -
PI 16 477 85 198.26 3.5 475.25 S < Lt 1.90 -
PI 17 477 85 368.32 3.5 475.25 S < Lt 1.90 -
4.4 PERENCANAAN PELEBARAN PERKERASAN JALAN
Di bawah ini adalah contoh perhitungan untuk PI 1. • Dasar perencanaan :
a. Kecepatan rencana, VD = 60 km/jam b. Jari-jari lengkung horisontal rencana, RD = 477 m c. Lebar perkerasan per lajur, L = 3.5 m d. Lebar perkerasan jalur lurus, Bn = 7 m
• Perhitungan : Rc = RD -1/ 2 L +1/ 2 b
= 477 -(1/2´ 3.5) +(1/2 ´ 2.6) = 476.55 m
B = ( ) ( ) ( ) b2
1ApRApb
2
1ApR 2
C2
22
C ⋅++−−++
⋅++−
=( ) ( ) ( ) 6.2
2
11.26.755.4761.26.76.2
2
11.26.755.476 22
22 ⋅++−−++
⋅++−
= 2.689 m Off Tracking U = B − b
= 2.689 − 2.6 = 0.098 m
Tambahan lebar karena kesulitan mengemudi
Z = R
V0.105⋅ =477
060.105⋅ = 0.288 m
Lebar jalan total yang diperlukan Bt = n(B + C) + Z
= 2 × (2.689+1) + 0.288 = 7.685 Maka lebar tambahan yang diperlukan untuk PI 1, adalah : ∆ b = Bt − Bn
= 7.685 − 7 = 0.685 ≈ 0.7 m
Tabel 4-14 Perhitungan Pelebaran Perkerasan Jalan Parameter Satuan PI 1 PI 2 PI 3 PI 4 PI 5 PI 6 PI 7 PI 8
A m 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1
p m 7.6 7.6 7.6 7.6 7.6 7.6 7.6 7.6
b m 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6
Data Kendaraan Rencana
C m 1 1 1 1 1 1 1 1
VD Km/jam 60 60 60 60 60 60 60 60
RD m 477 477 477 477 477 477 477 477
L perk.1lajur m 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5
n Lajur - 2 2 2 2 2 2 2 2
Data Perencanaan
Rc m 476.55 476.55 476.55 476.55 476.55 476.55 476.55 476.55
B m 2.698 2.698 2.698 2.698 2.698 2.698 2.698 2.698
U m 0.098 0.098 0.098 0.098 0.098 0.098 0.098 0.098
Z m 0.288 0.288 0.288 0.288 0.288 0.288 0.288 0.288
Bt m 7.685 7.685 7.685 7.685 7.685 7.685 7.685 7.685
?b m 0.685 0.685 0.685 0.685 0.685 0.685 0.685 0.685
? b te rpakai m 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
4.5 PERENCANAAN SALURAN TEPI JALAN Saluran tepi jalan dibuat untuk dapat menampung air
hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan pada jalan dan tidak terjadi kerusakan jalan akibat air hujan tersebut. Dalam perencanaan saluran tepi jalan ini direncanakan menggunakan saluran dari lempung padat berbentuk trapesium.
Direncanakan periode ulang sesuai dengan umur rencana jalan, yaitu T = 10 tahun sehingga :
⋅⋅−=1-T
TLnLnY10
⋅⋅−=1-10
10LnLn =2.2504
Dan tinggi hujan rencana selama 10 tahun adalah :
×
−+= −1
1010R nSn
YnYR σ
×
−+= 524.170628.0
459.02504.26.616
R10 = 1102.689 mm. Perhitungan inlet time :
• Perhitungan Inlet Time Jalan (to jalan) w = wj = 3.5 m
ws
g ×=x 5.3%2
%33.3 ×= = 5.8275 m
22L wx += 22 5.38275.5 += = 6.797 m gx∆hg ×= %33.38275.5 ×= = 0.194 m
sw∆hs ×= %25.3 ×= = 0.07 m
∆hs∆hg∆h ×= 07.0194.0 ×= = 0.264 m
L
∆hi =
6.797
0.264= = 0.0388
0,467
0,0388
0,013797.61,44aspalto
×= = 0.99 menit
• Perhitungan Inlet Time Bahu Jalan (to bahu) w = wb = 2 m
ws
g ×=x 2%4
%33.3 ×= = 1.665 m
22L wx += 22 2665.1 += = 2.602 m gx∆hg ×= %33.3665.1 ×= = 0.055 m
sw∆hs ×= %42×= = 0.08 m ∆hs∆hg∆h ×= 08.0055.0 ×= = 0.135 m
L
∆hi =
2.6020.135= = 0.0518
0,467
0,0518
0,22.6021,44bahuto
×= = 2.118 menit
• Perhitungan Inlet Time Lereng (to lereng)
Dari pembacaan peta untuk STA 3+600 s/d STA 4+800 didapatkan l = 514 m dan i = 24.46 %.
0,467
0,2446
0,85141,44lerengto
×= = 33.26 menit
15
Perhitungan waktu konsentrasi : • Inlet time
to jalan+bahu = 0.99 + 2.118 = 3.108 menit to lereng = 33.26 menit karena to jalan+bahu < to lereng, maka yang dipakai untuk perencanaan adalah to lereng.
Perhitungan debit saluran : • Intensitas hujan rencana (Mononobe)
32
24 24
24I
=tc
R 32
31.1
24
24
689.1102
= = 318.783
mm/jam • Luas daerah pengaliran
Aaspal = Wj x L = 3.5 x 1200 = 4200 m2 = 0.0042 km2 Abahu = Wb x L = 2 x 1200 = 2400 m2 = 0.0024 km2 Aaspal+bahu = 0.0042 + 0.0024 = 0.0066 km2 Luasan lereng didapatkan dari pembacaan luas pada peta dengan menggunakan program AutoCad. A lereng = 13165.32 m2 = 0.01316532 km2 A total = 0.0066 + 0.01316532 = 0.01976532 km2
• Koefisien pengaliran (Tabel 2-26)
Permukaan aspal = C1 = 0.7 Bahu jalan asumsi tanah berbutir kasar = C2 = 0.1 Bagian luar jalan pegunungan (lereng) = C3 = 0.75 Koefisien pengaliran gabungan :
otal
LerengLerengBahuBahuAspalAspalGab. A
ACACACC
T
⋅+⋅+⋅=
=
01976532.0
013176532.075.00024.01.00042.07.0 ⋅+⋅+⋅
= 0.66 • Debit yang masuk ke saluran tepi jalan dari :
Aspal dan bahu
AIC3.6
1Q ⋅⋅⋅=
0.01976532318.7830.7263.6
1Q ⋅⋅⋅= = 1.536 m3/dt
Perhitungan dimensi saluran tepi jalan : Kecepatan saluran yang diijinkan 1.1 m/dt.
• Luas penampang saluran rencana
v
QF =
1.1
1.536= = 1.396 m2
Dengan kemiringan talud 1:1, maka direncanakan lebar saluran b = 0,828h.
• Tinggi muka air (h) : F=h(b+m.h) = h(0.828h+1.h)
= 0.828 h2+h2 = 1.828 h2 Sehingga :
1.828
Fh =
1.828
1.396= = 0.87 m ≈ 0.9 m
Lebar b = 0.828h = 0.828 . 0.87 = 0.72 m ≈ 0.8 m
• Tinggi jagaan (w) 0,5hw = 87.00,5⋅= =
0.66 m • Tinggi total saluran (htotal) = h+w = 0.72+0.66 =
1.6 m ≈ 1.6 m • Lebar atas saluran (batas)= bpakai+(2 . m. hpakai)
= 0.8+(2 . 1 . 0.9) = 2.6 m • Luas penampang total saluran (A) :
A aspal 2100.00 4900.00 5600.00 4200.00 6300.00 4900.00 2800.00 m2
A bahu 1200.00 2800.00 3200.00 2400.00 3600.00 2800.00 1600.00 m2
A lereng 13421.00 14270.00 13951.00 13165.32 12320.00 11989.00 13267.00 m2
A total 16721.00 21970.00 22751.00 19765.32 22220.00 19689.00 17667.00 m2
Ko
efis
ien
Pen
gal
iran
(C
)
C aspal 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 -
C bahu 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 -
C lereng 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 -
C (total) 0.697 0.656 0.646 0.660 0.631 0.645 0.683 -
Debit (Q) Q tot al 1.643 1.568 1.623 1.536 1.427 1.392 1.629 m3/dt
Per
en
can
aan
Dim
en
si S
alu
ran
F 1.494 1.426 1.476 1.396 1.297 1.265 1.480 m2
hrencana 0.90 0.88 0.90 0.87 0.84 0.83 0.90 m
b rencana 0.75 0.73 0.74 0.72 0.70 0.69 0.75 m
w 0.67 0.66 0.67 0.66 0.65 0.64 0.67 m
h+w 1.60 1.60 1.60 1.60 1.50 1.50 1.60 m
Dim
en
si
Salu
ran
h pakai 1.00 0.90 0.90 0.90 0.90 0.90 0.90 m
b pakai 0.80 0.80 0.80 0.80 0.70 0.70 0.80 m
b atas 2.80 2.60 2.60 2.60 2.50 2.50 2.60 m
16
4.6 PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN JALAN
Dan untuk perhitungan luas galian dan timbunan ini diambil dari pengukuran luas dari gambar dalam program AutoCAD dengan skala 1:200. Dan berikut ini adalah perhitungan galian dan timbunan untuk segmen 1 (STA 0+000 s.d 0+100). • Pada gambar pot. melintang STA 0+000, didapat : Luas galian = 0.972 cm2 = 1.944 m2 aktual Luas Timbunan = 0.3709 cm2 = 0.7418 m2 aktual • Pada gambar pot. melintang STA 0+100, didapat : Luas galian = 0.00 cm2 = 0.00 m2 aktual Luas Timbunan = 11.6265 cm2 = 23.253 m2 aktual • Perhitungan galian : Luas galian rata-rata segmen 1 :
Dari hasil perhitungan, didapatkan total volume galian sebesar 838.455,52 m3 dan timbunan sebesar 473.756,84 m3.
4.7 PERENCANAAN RAMBU DAN MARKA JALAN
Jenis rambu yang dipakai dapat dilihat pada Tabel 4-19. Tabel 4-20 Jenis Rambu
Jenis Rambu
Nomor Keterangan Rambu
Peringatan 1a Tikungan ke kiri 1b Tikungan ke kanan 2a Turunan 2c Tanjakan Larangan 6 Larangan Mendahului
Sumber : Tata Cara Pemasangan Rambu Dan Marka Jalan Perkotaan NO. 01/P/BNKT/1991
Berikut akan ditabelkan lokasi penempatan rambu yang dapat dilihat pada Tabel 4-21. Tabel 4-20 Lokasi Penempatan Rambu
No. STA No. Rambu Jenis Lokasi
Rambu Keterangan
1 0 + 487 6 Larangan Kiri Jalan Larangan Mendahului
2 1 + 187 1a Peringatan Kanan Jalan Tikungan Ke Kiri
3 1 + 480 1a Peringatan Kiri Jalan Tikungan Ke Kiri
4 1 + 480 2c Peringatan Kiri Jalan Tanjakan
5 2 + 320 1b Peringatan Kanan Jalan Tikungan Ke Kanan
6 2 + 320 2a Peringatan Kanan Jalan Turunan
7 2 + 920 2c Peringatan Kiri Jalan Tanjakan
8 3 + 520 2a Peringatan Kiri Jalan Turunan
9 3 + 520 6 Larangan Kiri Jalan Larangan Mendahului
10 3 + 680 2a Peringatan Kanan Jalan Turunan
11 3 + 680 6 Larangan Kanan Jalan Larangan Mendahului
12 4 + 708 1b Peringatan Kiri Jalan Tikungan Ke Kanan
13 4 + 880 2a Peringatan Kanan Jalan Turunan
14 5 + 209 1a Peringatan Kanan Jalan Tikungan Ke Kiri
15 5 + 420 1b Peringatan Kiri Jalan Tikungan Ke Kanan
16 5 + 720 2a Peringatan Kiri Jalan Turunan
17 6 + 044 1a Peringatan Kanan Jalan Tikungan Ke Kiri
18 6 + 420 2c Peringatan Kiri Jalan Tanjakan
19 6 + 580 2c Peringatan Kanan Jalan Tanjakan
20 6 + 949 1b Peringatan Kiri Jalan Tikungan Ke Kanan
21 7 + 267 2a Peringatan Kanan Jalan Turunan
22 7 + 792 1a Peringatan Kanan Jalan Tikungan Ke Kiri
23 8 + 024 1a Peringatan Kiri Jalan Tikungan Ke Kiri
24 8 + 320 2a Peringatan Kiri Jalan Turunan
25 8 + 751 1b Peringatan Kanan Jalan Tikungan Ke Kanan
26 8 + 720 2c Peringatan Kiri Jalan Tanjakan
27 8 + 880 2c Peringatan Kanan Jalan Tanjakan
28 9 + 062 1b Peringatan Kiri Jalan Tikungan Ke Kanan
29 9 + 280 2a Peringatan Kanan Jalan Turunan
30 9 + 720 2a Peringatan Kiri Jalan Turunan
31 9 + 816 1a Peringatan Kanan Jalan Tikungan Ke Kiri
Selain itu perencanaan jalan baru ini juga menggunakan
marka jalan yang juga berfungsi sebagai pengatur lalu lintas. Marka jalan pada perencanaan ini terdiri dari :
Marka memanjang berupa garis menerus. Terdapat pada bagian tengah jalur jalan yang berfungsi sebagai pemisah jalur atau lajur jalan yang tidak boleh dilalui kendaraan dan memberi tahu pada pengemudi agar tidak mendahului kendaraan di depannya atau dilarang melintasi marka.
Total 8136.259 976.351 Marka memanjang berupa garis menerus putus-putus.
Terdapat pada bagian tengah jalur jalan yang berfungsi sebagai pembatas lajur jalan.
4.8 PERHITUNGAN VOLUME DAN PEKERJAAN
1. Pekerjaan Tanah • Galian Tanah
Volume galian sebesar 838.455,52 m3. • Timbunan Tanah
Volume timbunan sebesar 473.756,84 m3. 2. Pekerjaan Perkerasan Jalan
• Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah Sirtu Kelas B Volume = Tebal sirtu x Lebar jalur x Panjang Jalan = 0.10 x 7 x 31200 = 21840 m3
• Pekerjaan Lapis Pondasi Atas Batu Pecah Kelas A Volume = Tebal batu pecah xLebar jalur x Panjang Jalan = 0.20 x 7 x 31200 = 43680 m3
• Pekerjaan Lapis Permukaan Laston MS 590 Volume = Tebal laston x Lebar jalur x Panjang Jalan = 0.08 x 7 x 31200 = 17472 m3
3. Pekerjaan Drainase Ruas kiri : Volume = Luas penampang saluran x pjg saluran = 1,44 x 31200 = 44928 m3
Ruas kanan : Volume = Luas penampang saluran x pjg saluran = 1,44 x 31200 = 44928 m3
Volume total = 44928 m3 + 44928 m3 = 89856 m3. 4. Pekerjaan Rambu Dan Marka
• Pekerjaan Rambu Lalu Lintas Rambu-rambu lalu lintas digunakan untuk memperlancar lalu lintas. Dalam perencanaan
jalan ini direncanakan rambu lalu lintas sebanyak 93 buah.
• Pekerjaan Marka a. Marka Putus-Putus Pjg pemasangan = Pjg total – Total (2Ls+Lc) = 31200 - 8136.259 = 23063.741 m Jumlah marka = 23063.741 / (3+5) = 2883 buah Panjang marka total = 2883 x 3 = 8649 m Luas marka total = 8649 x 0.12 = 1037.88 m2 b. Marka Menerus Pjg marka total = Total (2Ls+Lc) = 8136.259 m Luas marka total = 8136.259 x 0.12 = 976.351 m2
Sehingga luas marka total: Total = 1037.88 + 976.351 = 2014.231 m3
Tabel 4-23 Perhitungan Biaya Pekerjaan
No. Uraian Satuan Jumlah
Volume Harga Satuan (Rp) Biaya Total (Rp)
1 Pekerjaan Tanah
Galian Tanah m3 838455.52 Rp40,482.08 Rp33,942,423,437.08
Timbunan Tanah Biasa Dari Sumber Bahan m3 473756.84 Rp66,166.79 Rp31,346,969,343.34
2 Pekerjaan Perkerasan Jalan
Pondasi Bawah Sirtu Kelas B m3 21840.00 Rp1,156,884.58 Rp25,266,359,227.20
Pondasi Atas Batu Pecah Kelas A m3 43680.00 Rp1,545,351.70 Rp67,500,962,256.00
Lapis Permukaan Laston MS 590 m3 17472.00 Rp4,243,582.93 Rp74,143,880,952.96
3 Pekerjaan Drainase
Saluran Samping Tanah Asli m3 89856 Rp41,270.95 Rp3,708,442,483.20
4 Pekerjaan Utilitas Jalan Rambu Lalu Lintas Buah 93 Rp609,808.41 Rp56,712,182.13
Marka Jalan m2 2014.23 Rp107,012.70 Rp215,548,306.29
Rp236,181,298,188.21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil perencanaan yang telah dilakukan
dalam penyusunan Tugas Akhir ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Geometrik Jalan Alinyemen horisontal ruas jalan ini terbentuk
sepanjang 31.20 km dan terdiri dari 17 PI (Point of Intersection) dengan lengkung horizontal S-C-S (Spiral-Circle-Spiral).
Alinyemen vertikal ruas jalan ini terbentuk sebanyak 35 PPV, yang terdiri dari 18 PPV lengkung cekung, dan 17 PPV lengkung cembung.
2. Tebal Konstruksi Perkerasan
Untuk perencanaan tebal perkerasan, dengan LER (Lintas Ekivalen Rencana) = 6,605 < 1000 kendaraan per hari (umur rencana 10 tahun) ; persentase kendaraan berat > 30% ; dan nilai CBR tanah dasar 5,61 %, maka didapat : • Lapisan Surface Laston (MS 590) dengan tebal
8cm. • Lapisan Base Batu Pecah Kelas A dengan tebal
20cm.
18
• Lapisan Sub-Base Sirtu Kelas B dengan tebal 10cm.
3. Saluran Tepi Jalan Untuk perencanaan dimensi saluran tepi jalan,
dengan tinggi hujan rencana 1102.689 mm (periode ulang selama 10 tahun), dengan kriteria : material pembentuk saluran menggunakan tanah asli, kecepatan rencana saluran (V = 1,1 m/dt), dan menggunakan profil saluran trapesium, maka didapat : lebar saluran (b) = 0,8m dan tinggi saluran total (h+w) = 1,6m, lebar atas saluran 2,6m. Dalam mempermudah pengerjaan, nilai dimensi tersebut disamakan di kedua sisi saluran di sepanjang jalan.
4. Volume Galian dan Timbunan
Perencanaan ruas jalan ini memerlukan 838.455,52 m3 galian tanah dan 473.756,84 m3
timbunan tanah pilihan. 5. Perhitungan Biaya
• Rambu Terdapat 2 jenis rambu dasar yang dipasang di
ruas jalan ini, yaitu rambu peringatan, larangan. Dan jumlah dari semua rambu yang ada ini adalah 93 buah. • Marka
Terdapat 2 jenis marka yang dipakai di ruas jalan ini, yaitu marka putus-putus dan menerus pada as jalan. Marka menerus ini khusus dipakai di tikungan. Dan luas marka total ini berjumlah 2014.231 m2. • Biaya
Perhitungan biaya terdiri dari 4 poin pekerjaan utama, yaitu pekerjaan tanah, pekerjaan perkerasan jalan, pekerjaan drainase, dan pekerjaan utilitas jalan. Sehingga total harga yang diperlukan adalah Rp. 236.181.298.188,21.
5.2 SARAN Setelah melakukan serangkaian perencanaan
dalam tugas akhir ini, saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut : 1. Baiknya untuk jalan arteri, type jalan yang
ideal adalah 4 lajur 2 arah, baik itu 4/2 UD maupun 4/2 D. Namun dalam kesempatan ini hal ini tidak dapat lakukan karena disesuaikan dengan data yang ada, yaitu lebar ROW =15m.
2. Pada alinyemen horizontal, persilangan jalan dengan air (sungai) harus diusahakan tegak lurus, agar bangunan persilangan menjadi lebih pendek atau singkat. Baiknya tidak terdapat bangunan persilangan dengan air (sungai) di sepanjang tikungan.
3. Untuk alinyemen vertikal, kelandaian maksimum yang digunakan harus memperhatikan bentuk kontur eksisting tanah. Hal ini bertujuan untuk mengurangi volume galian dan timbunan yang besar.