Page 1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan
harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri
dari unsur –unsur fisik, mental dan sosial dan di
dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral
kesehatan (UU-RI Tentang Kesehatan No.36 Tahun 2009).
Pembangunan Nasional pada hakikatnya bertujuan untuk
menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan
masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mewujudkan kesejahteraan
lahir dan batin yang lebih selaras, adil, dan merata.
Untuk mencapai tujuan tersebut, bangsa Indonesia telah
melakukan berbagai upaya, salah satunya adalah upaya
dalam Pembangunan Kesehatan yang bertujuan agar
tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk
Page 2
2
dan terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal
(Sumiati, 2009: 1).
Salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal adalah kesehatan
reproduksi karena dampaknya luas dan menyangkut berbagai
aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat (Manuaba, 2009: 7). Kesehatan reproduksi
merupakan komponen penting kesehatan bagi pria maupun
wanita, tetapi lebih menitikberatkan pada wanita. Keadaan
penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan
fungsi dan kemampuan bereproduksi (Kusmiran, 2011: 93).
Gangguan pada sistem reproduksi merupakan
ketidaknormalan yang terdapat pada organ-organ reproduksi
termasuk neoplasma dan keganasan. Neoplasma reproduksi
adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada organ reproduksi,
salah satu jenis neoplasma reproduksi adalah mioma uteri
(Hutahean, 2009: 187). Mioma uteri merupakan tumor jinak
otot rahim disertai jaringan ikatnya sehingga dapat dalam
bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak
serta karena otot rahimnya dominan. Kejadian mioma uteri
1
Page 3
3
sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri
menunjukkan gejala dan memerlukan tindakan operasi.
Sebagian penderita mioma uteri tidak mengalami keluhan
apapun dan ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan
(Manuaba, 2010: 556).
Di USA, perdarahan rahim berlebih akibat mioma
merupakan salah satu indikasi dilakukannya tindakan
pengangkatan rahim dan diperkirakan 600.000 kasus
pengangkatan rahim di lakukan setiap tahun.
Jumlah penderitanya belum diketahui secara pasti karena
banyak yang tidak merasakan keluhan sehingga tidak
periksa ke dokter, namun diperkirakan insiden mioma uteri
sekitar 20-30% dari seluruh wanita. Di Indonesia kasus
mioma uteri di temukan sebesar 2,39 -11,7% pada semua
pasien kebidanan yang di rawat. Mioma 3-9 kali lipat
lebih sering pada wanita kulit hitam dibandingkan wanita
kulit putih. Data statistik menunjukkan 60% mioma uteri
terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil atau hamil
hanya satu kali. Mioma paling sering ditemukan pada usia
35-45 tahun, jarang di temukan pada usia 20 tahun juga
setelah menopause. Kejadian mioma uteri sebesar 20-40% di
Page 4
4
temukan pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun
(Kayan, 2013).
Mioma uteri terjadi pada 20%-25% perempuan di usia
reproduktif, tetapi oleh faktor yang tidak diketahui
secara pasti. Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27%
wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada
wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma
uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche.
Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
bertumbuh. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2.39% –
11.7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat
(Prawirohardjo, 2011: 274).
Penyebab pastinya terjadinya mioma uteri sampai saat
ini belum diketahui. Stimulasi estrogen diduga sangat
berperan untuk terjadinya mioma uteri. Hipotesis ini
didukung oleh adanya mioma uteri yang banyak ditemukan
pada usia reproduksi dan kejadiannya rendah pada usia
menopause. Hormon ovarium dipercaya menstimulasi
pertumbuhan mioma karena adanya peningkatan insidennya
setelah menarke. Pada kehamilan pertumbuhan tumor ini
semakin besar tetapi menurun setelah menopause. Perempuan
Page 5
5
nulipara mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya
mioma uteri sedangkan perempuan multipara mempunyai
risiko relatif menurun untuk terjadinya mioma uteri
(Saifuddin, 2010: 891).
Wanita dengan mioma uteri dapat terjadi asimtomatik
atau memiliki keluhan nyeri/tekanan panggul kronis. Mioma
uteri juga dapat meningkatkan frekuensi urine, penekanan
pada rektum atau gangguan aktivitas seksual (Varney,
2006: 363). Kehamilan dengan penyulit mioma uteri dapat
menyebabkan abortus, persalinan prematur, malpresentasi,
kegagalan penurunan kepala ke dalam panggul, sakit atau
nyeri tekan yang tidak biasa, distosia, persalinan yang
tidak menentu dan perdarahan pasca persalinan. Abortus
mungkin terjadi 2-3 kali lebih sering pada pasien dengan
mioma uteri. Karena itu pada keguguran berulang dengan
mioma uteri sebagai satu-satunya kelainan, miomektomi
merupakan indikasi. Tindakan ini menghasilkan angka
kehamilan cukup bulan sebesar 40%-50% (Benson, 2013:
549).
Tabel 1.1Data Mioma Uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2011 – 2013
Page 6
6
Tahun Umur Total15 – 24 25 – 44 45 – 64 652011 1 22 21 - 442012 2 32 42 1 772013 5 65 40 1 111
Sumber: RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2011 – 2013
Data RSUD Raden Mattaher Jambi di atas menunjukkan
bahwa angka kejadian mioma uteri masih cukup tinggi di
RSUD Raden Mattaher Jambi. Pada setiap tahun jumlah
pasien mioma uteri sedikitnya mengalami peningkatan.
Hasil survei awal penelitian di RSUD Raden Mattaher
Jambi, penulis melakukan observasi sekilas pada 6 pasien
mioma uteri, 5 pasien mioma uteri di antaranya berumur >
40 tahun dan 1 pasien mioma uteri umur < 40 tahun dan
paritas > 2.
Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Hubungan
Umur dan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian Mioma Uteri di
RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya
Page 7
7
hubungan umur dan paritas ibu hamil dengan kejadian mioma
uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2014.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan umur dan paritas ibu
hamil dengan kejadian mioma uteri di RSUD Raden
Mattaher Jambi tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umur ibu hamil di RSUD Raden
Mattaher Jambi tahun 2014.
b. Mengetahui gambaran paritas ibu hamil di RSUD
Raden Mattaher Jambi tahun 2014.
c. Mengetahui gambaran kejadian mioma uteri di RSUD
Raden Mattaher Jambi tahun 2014.
d. Mengetahui hubungan umur ibu hamil dengan
kejadian mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi
tahun 2014.
e. Mengetahui hubungan paritas ibu hamil dengan
kejadian mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi
tahun 2014.
Page 8
8
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUD Raden Matther Jambi
Sebagai masukan dan tambahan informasi dalam
membuat kebijakan program kesehatan reproduksi
khususnya dalam deteksi dini terhadap faktor risiko dan
penyebab terjadinya mioma uteri.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai bahan
bacaan di perpustakaan atau referensi.
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai acuan dan pedoman bagi penelitian
selanjutnya dengan variabel dan tempat penelitian yang
berbeda.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik
menggunakan data retrospektif (data kejadian masa lalu) yang
Page 9
9
tercatat di rekam medik dengan pendekatan case control yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan umur dan paritas ibu
hamil dengan kejadian mioma uteri di RSUD Raden Mattaher
Jambi tahun 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu yang melakukan kunjungan pemeriksaan
kesehatan di Poli Obstetri dan Ginekologi RSUD Raden
Mattaher Jambi pada bulan Januari – Agustus tahun 2014.
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik
accidental sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan
kejadian mioma uteri yang ada pada saat penelitian
dilakukan dengan perbandingan jumlah responden antara
kasus (case) dan kontrol (control) adalah 1:1. Proses
penelitian ini dilakukan pada bulan September 2014 di
RSUD Raden Mattaher Jambi. Data dianalisis secara
univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square.
Page 10
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Uterus
Page 11
11
1. Anatomi Uterus
Uterus pada orang dewasa merupakan organ tebal
seperti buah alpukat atau Peter yang sedikit gepeng,
terletak di dalam rongga pelvis antara rektum dan
kandung kemih. Ukuran uterus adalah panjang 7-7,5 cm,
lebar 5 cm dan tebal 2,5 cm. uterus pada wanita umumnya
terletak di sumbu tulang panggul dalam posisi
anteversio fleksi, membentuk sudut degan vagina,
sedangkan korpus uteri ke arah depan membentuk sudut
120-130 derajat dengan serviks uteri (Syaifuddin, 2009:
314).
2. Bagian-Bagian Uterus
Bagian-bagian dari uterus adalah sebagai berikut
(Syaifuddin, 2009: 314):
a. Fundus Uteri
Ditutupi oleh peritoneum dengan fasies vesikalis
dan permukaan internalis. Pada bagian atas bermuara
tuba uteri yang menembus dinding uterus. Di bawah dan
di depan titik pertemuan ini terdapat ligamentum dan
di belakangnya terdapat ovarium.
b. Korpus Uteri
Page 12
12
Di dalamnya terdapat rongga (cavum uteri) yang
membuka keluar melalui saluran kanalis servikalis
yang terletak pada serviks. Bagian ini merupakan
tempat berkembangnya janin.
c. Serviks Uteri
Merupakan bagian uterus yang menyempit,
berbentuk ukuran kerucut dengan apkes yang menjurus
ke bawah dan ke belakang dengan sedikit lebar di
pertengahannya. Sumbu panjang serviks sama dengan
sumbu panjang korpus yang berbentuk garis bengkok ke
depan.
Serviks uetri di bagi atas dua bagian yaitu:
1) Porsi Supra Vaginalis
Dipisahkan dari kandung kemih oleh parametrium yang
memanjang pada sisi lateral uterus diantara
ligamentum latum uretra dan uterus, berjalan ke
bawah dan ke depan di dalam paramertrium sepanjang
2 cm dari serviks serta bgaian posterior supra
vaginalis ditutupi oleh peritoneum.
2) Porsi Vaginalis
8
Page 13
13
Terdapat dinatara forniks anterior dan forniks
posterior. Pada ujung vaginalis terdapat orifisium
eksterna uteri dimana serviks seksterna uteri
dibatasi oleh suatu bibir (bibir atas dan bibir
bawah). Kedua bibir ini berkontak dengan dinding
posterior vagina.
B. Mioma Uteri
1. Pengertian Mioma Uteri
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal
dari otot-otot uterus dan jaringan ikat, kadang disebut
juga leiomioma atau fibroid. Jaringan tumor tumbuh pada
dinding muskulus uterus dan terbentuk dari otot dan
jaringan fibrinoid (Hutahean, 2009: 192).
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal
dari otot uterus dan jaringan ikat yang menopangnya,
yang dalam kepustakaan ginekologi juga terkenal dengan
istilah-istilah fibrimioma uteri, leiomioma uteri atau
fibroid (Saifuddin, 2010: 891).
Mioma uteri adalah tumor jinak yang terutama
terdiri dari sel-sel otot polos dan jaringan ikat. Sel-
Page 14
14
sel ini tersusun dalam bentuk gulungan dan jika
membesar akan menekan otot uterus normal (Proverawati,
2009: 116).
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim
disertai jaringan ikatnya sehingga dapat dalam bentuk
padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak serta
karena otot rahimnya dominan. Kejadian mioma uteri
sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri
menunjukkan gejala karena sebagian penderita mioma
uteri tidak mengalami keluhan apapun dan ditemukan
secara kebetulan saat pemeriksaan (Manuaba, 2009: 87).
Gambar 2.1Mioma Uteri
Page 15
15
2. Etiologi Mioma
Menurut Saifuddin, (2010:893) faktor-faktor
penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori
yang berpendapat:
a. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor
etiologi, mengingat bahwa :
1) Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada
masa hamil
2) Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum
monarche
3) Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah
menopause
4) Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama
dengan mioma.
b. Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-
sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang
selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh
estrogen.
Page 16
16
Menurut Setiati, (2009 : 87) faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma, disamping
faktor predisposisi genetik:
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah manarche. Sering kali
pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan terjadi
dan dilakukan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopause dan oleh pengangkatan
ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaam dengan
anovulasi aovarium dan wanita dengan sterilitas. Enzim
hidroxydesidrogenase mengubah estradiol (sebuah
estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah).
Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous,
yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih
banyak daripada miometrium normal.
b. Progesteron
Progesterom merupakan antagonis dari estrogen.
Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua
cara, yaitu mengaktifkan hidroxydesidrogenesa dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
c. Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Page 17
17
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan.
Tetapi hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas
buiologik serupa, yaitu HPL, terlihat pada periode ini
dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari
leiomioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari
aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.
Beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
presdiposisi terjadinya mioma uteri adalah sebagai
berikut:
a. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari
20 tahun. Ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia
lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan
gejala klinis pada usia antara 35-45 tahun.
b. Paritas
Lebih sering terjadi pada nulipara atau pada
wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini
belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma
uteri atau sebaliknya, mioma uteri yang menyebabkan
infertilitas atau apakah kedua keadaan ini sering
mempengaruhi.
Page 18
18
c. Ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita
berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi.
Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi
pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita
mioma.
d. Fungsi Ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen
dengan pertumbuhan mioma, di mana mioma uteri muncul
setelah menarche, berkembang setelah kehamilan, dan
mengalami regresi setelah monopause. Pemberian agonis
GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipostrogenik
dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respons
mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi
reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal, dan
insulin-like growth faktor pertama yang distimulasi
estrogen.
Menurut Proverawati (2009: 116-117), penyebab dari
mioma uteri belum diketahui secara pasti. Namun, diduga
Page 19
19
ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan
mioma uteri, antara lain sebagai berikut:
a. Faktor Hormonal
Faktor hormonal yaitu adanya hormon estrogen dan
progesteron yang berperan dalam mioma uteri. Mioma
jarang timbul sebelum masa pubertas, meningkat pada
usia reproduktif, dan mengalami regresi setelah
menopause. Samkin lama terpapar dengan hormon
estrogen seperti obesitas dan menarche dini, akan
meningkatkan kejadian mioma uteri.
b. Faktor Pertumbuhan
Faktor pertumbuhan yaitu berupa protein atau
polipeptida yang diproduksi oleh sel otot polos dan
fibroblas, mengontrol proliferasi sel dan merangsang
pertumbuhan dari mioma.
c. Umur
Kebanyakan wanita mulai didiagnosis mioma uteri
pada usia di atas 40 tahun.
d. Menarche dini
Menarche dini < 10 tahun meningkatkan risiko
kejadian mioma 1,24 kali. Menarche dini juga
Page 20
20
dihubungkan dengan meningkatnya risiko kanker
payudara, kegemukan, dan keguguran. Peneliti juga
mendapatkan anak-anak perempuan yang mengalami
menstruasi pertama sebelum usia 10 tahun berat
badannya lebih berat daripada anak perempuan yang
mengalami menstruasi pertamanya setelah berusia 13
tahun.
e. Ras
Wanita keturunan Afrika-Amerika memiliki risiko
2,9 kali lebih besar untuk menderita mioma uteri
dibandingkan dengan wanita Caucasian (Asia).
f. Riwayat Keluarga (Genetik)
Jika memiliki riwayat keturunan yang menderita
mioma uteri, akan meningkatkan resiko 2,5 kali lebih
besar menderita mioma uteri juga.
g. Berat Badan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa resiko
mioma uteri meningkat pada wanita yang memiliki berat
badan lebih atau obesitas berdasarkan indeks massa
tubuh.
3. Klasifikasi Mioma Uteri
Page 21
21
Menurut Saifuddin (2010: 892), mioma uteri menurut
letaknya terbagi menjadi 3 kelompok yautu sebagai
berikut:
a. Mioma Submukosum
Mioma submukosum berada di bawah endometrium dan
menonjol ke dalam rongga uterus. Mioma submukosum
dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui saluran serviks (myomgeburt)
b. Mioma Intramural
Mioma intramural merupakan mioma terdapat di
dinding uterus di antara serabut miometrium.
c. Mioma Subserosum
Mioma Subserosum apabila tumbuh keluar dinding
uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus,
diliputi oleh serosa. Mioma subserosum dapat pula
tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri
dari uterus, sehingga disebut wandering/parasitic
fibroid.
4. Gejala Klinis Mioma Uteri
Page 22
22
Gejala kilinik hanya terjadi pada 35%-50%
penderita mioma. Hampir sebagian besar penderita tidak
mengetahui bahwa terdapat kelainan di dalam uterusnya,
terutama sekali pada penderita dengan obesitas. Keluhan
penderita sangat tergantung pula dari lokasi atau jenis
mioma yang dideritanya (Prawirohardjo, 2011: 276).
Menurut Manuaba (2009: 87), gejala klinis mioma
uteri diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Perdarahan tidak normal
1) Hipermenorea yaitu perdarahan banyak saat
menstruasi karena meluasnya permukaan endometrium
dalam proses menstruasi atau gangguan kontraksi
otot rahim.
2) Perdarahan berkepanjangan. Akibat perdarahan
penderita dapat mengeluh amnesia karena kekurangan
darah, pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi
infeksi.
b. Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim disebabkan karena pembesaran
mioma uteri dapat terasa berat di abdomen bagian
Page 23
23
bawah, sukar miksi atau defaksi, dan terasa nyeri
karena tertekannya saraf.
Gangguan efek penekanan ini tergantung dari
besar dan tempat mioma uteri. Penekanan oleh mioma
uteri pada vesika urinaria menimbulkan keluhan-
keluhan pada traktus urinarius, seperti perubahan
frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensi urin
hingga dapat menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis. Konstipasi dan tenesmia juga merupakan
keluhan pada penderita mioma uteri yang menekan
rektum. Dengan ukuran yang besar berakibat penekanan
pada vena-vena di regio pelvis yang bisa menimbulkan
edema tungkai (Proverawati, 2009: 119).
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
Kehamilan dengan disertai mioma uteri
menimbulkan proses saling mempengaruhi. Kehamilan
dapat mengalami keguguran, persalinan prematur,
gangguan saat proses persalinan, tertutupnya saluran
indung telur yang menimbulkan infertilitas, pada kala
Page 24
24
III terjadi gangguan pelepasan plasenta dan
perdarahan.
d. Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi
dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma. Pada pengeluaran mioma submukosum yang
akan dilahirkan, juga pertumbuhannya yang
mempersempit kanalis servikalis dapat menyebabkan
dismenore. Selain itu, penyebab timbulnya nyeri pada
kasus mioma uteri adalah karena proses degenarasi
ganas. Penekanan pada visera oleh ukuran mioma uteri
yang membesar juga bisa menimbulkan keluhan nyeri.
Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga
menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada regio pelvis
(Proverawati, 2009: 118).
5. Diagnosis Mioma Uteri
Secara sederhana bidan dapat memberikan
kemungkinan mioma uetri dengan memperhatikan gejala
klinis yaitu perdarahan menstruasi yang tidak normal,
terdapat gangguan miksi atau defeksi, dan terasa nyeri
terutama saat menstruasi. Pada pemeriksaan dalam, bidan
Page 25
25
dapat menjumpai teraba tumor padat pada abdomen bagian
bawah dan pergerakan tumor terbatas. Pada pemeriksaan
dalam bidan dapat meraba tumor yang berasal dari rahim
dan pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas.
Penanganan mioma uteri memerlukan tindakan spesialistis
sehingga bidan perlu menetapkan kemungkinan mioma uteri
dan melakukan rujukan ke puskesmas, dokter ahli, atau
ke rumah sakit (Manuaba, 2009: 87).
Diagnosis terhadap kejadian mioma uteri dapat
dilakukan dengan beberapa langkah diantaranya sebagai
berikut (Joseph, 2010: 121):
a. Amnesis
1) Perdarahan uterus abnormal: menorhagia,
metrorhagia, premenstrual spooting.
2) Terdapat benjolan pada perut bagian bawah.
3) Nyeri, terutama jika terjadi torsi pada mioma
bertangkai.
4) Efek penekanan: konstipasi (penekanan terhadap
rektum), retensi urine (penekanan terhadap kandung
kemih, ureter, urethra), edema tungkai dan varises.
Page 26
26
5) Bila tumor berasa di serviks, bisa menyebabkan
disparenia dan infertilitas.
6) Abortus spontan (risiko dua kali lipat pada
wanita dengan mioma)
b. Pemeriksaan fisik
1) Palpasi abdomen: teraba massa di daerah pubis
atau abdomen bagian bawah dengan konsistensi padat
kenyal, bulat, berbatas tegas, sering berbenjol
atau bertangkai, mudah digerakkan, tidak nyeri.
2) Pemeriksaan bilamanual: didapatkan tumor tersebut
menyatu atau berhubungan dengan uterus, ikut
bergerak pada pergerakan serviks.
c. Pemeriksaan patologi
1) Biasanya multiple dan memiliki ukuran serta
lokasi yang beraneka ragam.
2) Secara mikroskopis terdapat tumor konsistensi
keras dengan penampakan seperti lingkaran dengan
trabelkula dan terdapat lapisan pseudokapsular
tipis.
Page 27
27
3) Terdapat beberapa degenerasi yaitu:
a)Degenerasi hialin yang sangat sering
b)Infeksi dan supurasi
c)Nekrosis
d)Kalsifikasi
Dengan berkembangnya ultrasonografi baik abdominal
maupun transvaginal, diagnosis mioma sangat dipermudah.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga dapat
dipergunakan dalam kehamilan karena MRI tidak memakai
radiasi ionisasi. CT-Scan merupakan kontraindikasi oleh
karena radiasi (Saifuddin, 2010: 893).
6. Prognosis Mioma Uteri
Diagnosis banding dilihat dari pembesaran atau
ketidakteraturan uterus yang disebabkan oleh miomauteri
juga dapat disebabkan oleh kehamilan, adenomiosis atau
neoplasma ovarii yang salah didagnosis. Keadaan lain
yang perlu dipertimbangkan adalah subinvolusi, kelainan
konginetal, perlekatan adneksa, momentum atau usus
besar, hipertrofi jinak dan sarkoma atau karsinoma
(Benson, 2013: 550).
Page 28
28
7. Penanganan Mioma Uteri
Menurut Setiati, (2009 : 97) penanganan mioma
uteri dilakukan tergantung pada umur, paritas, lokasi
dan ukuran tumor. Oleh karena itu, penanganan mioma
uteri terbagi atas kelompok-kelompok berikut :
a. Penanganan konservatif, dilakukan jika mioma yang
muncul pada pra dan postmenopause tanpa adanya
gejala. Cara penanganan konservatif adalah sebagi
berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara
periodik setiap 3-6 bulan.
2) Jika terjadi anemia, maka Hb kurang.
3) Pemberian zat besi
4) Penggunaan antagonis GnRH leuproid asetat 3,75 mg
IM pada hari pertama sampai ketiga menstruasi
setiap Minggu, sebanyak tiga kali. Obat ini
mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan
gejala. Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan
menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa yang
ditemukan pada periode postmenopause. Efel maksimum
Page 29
29
dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12
minggu.
b. Penanganan operatif, dilakukan jika terjadi hal-
hal berikut:
1) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14
minggu.
2) Pertumbuhan tumor cepat
3) Mioma subrosa bertangkai dan torsi
4) Dapat mempersulit kehamilan berikutnya.
5) Hipermenorea pada mioma submukosa.
6) Penekanan pada organ sekitarnya.
Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasinya
dapat berubah langkah-langkah berikut:
a) Enukleasi Mioma
Enukleasi mioma dilakukan pada penderita yang
infertil, masih menginginkan anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas.
Sejauh ini tampaknya langkah ini aman, efektif dan
masih menjadi pilihan terbaik. Enuklesi sebaiknya
tidak dilakukan jika ada kemungkinan terjadinya
karsinoma dan endometrium atau sarkoma uterus dan
Page 30
30
dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini
seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan
tumor yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat.
Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus
atau sangat berdekatan dengan endometrium maka
kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio
sesarea.
Menurut American Callage Of Obsetetricians
Gynecologists (ACOG) kriteria preoperasi adalah
sebagai beikut:
(1) Kegagalan untuk hamil atau keguguran
berulang.
(2) Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil
dan berbatas tegas.
(3) Alasan yang jelas dari penyebab kegagalan
kehamilan dan keguguran yang berulang tidak
ditemukan.
b) Histerektomi
Histerektomi dilakukan jika pasien tidak
menginginkan anak lagi pada pasien yang memiliki
leiomioma yang simtomatik atau yang sudah
Page 31
31
bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah
sebagai berikut :
(1) Terdapat satu sampai tiga leiomioma
asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar
dan dikeluhkan oleh pasien.
(2) Pendarahan uterus berlebihan.
(3) Pendarahan yang banyak, bergumpal-gumpal,
atau berulang-ulang selama lebih dari delapan
hari.
(4) Anemia akut atau kronis akibat kehilangan
darah.
Rasa tidak nyaman pada bagian pelvis akibat
mioma meliputi hal-hal berikut:
(1) Nyeri hebat atau akut
(2) Rasa tertekan yang kronis di bagian punggung
bawah atau perut bagian bawah.
(3) Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang
berulang-ulang dan tidak disebabkan infeksi
saluran kemih.
c) Penanganan Radioterapi
Page 32
32
Tujuan dari radioterapi adalah untuk
menghentikan pendarahan. Langkah ini dilakukan
dengan penanganan dengan kondisi sebagai berikut:
(1) Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat
dioperasi.
(2) Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan
12 minggu.
(3) Bukan jenis submukosa.
(4) Tidak disertai radang pelvis atau penekanan
pada rektum.
(5) Tidak dilakukan pada wanita muda karena
dapat menyebabkan menopause.
8. Mioma Uteri Pada Masa Keamilan
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan
proses saling mempengaruhi. Kehamilan dapat mengalami
keguguran, persalinan prematur, gangguan saat proses
persalinan, tertutupnya saluran indung telur yang
menimbulkan infertilitas, pada kala III terjadi
gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan (Manuaba,
2010: 88).
Page 33
33
Pengaruh mioma uteri pada kehamilan dan persalinan
adalah sering terjadinya keguguran (abortus),
terjadinya kelainan letak janin dalam lahir serta
kelainan letak plasenta. Cara penanganan jika terkena
mioma uteri pada saat kehamilan adalah (Pujiningsih,
2010: 74):
a. Jika mioma tidak begitu besar maka akan mengecil
sehingga tindakan operasi tidak perlu dilakukan.
b. Operasi pengangkatan tumor dapat dilakukan
setelah tiga bulan pasca persalinan.
c. Bila persalinan berjalan seperti biasanya maka
mioma dapat dibiarkan selama masa nifas, kecuali jika
ada indikasi akut abdomen.
Kehamilan dengan penyulit mioma uteri dapat
menyebabkan abortus, persalinan prematur,
malpresentasi, kegagalan penurunan kepala ke dalam
panggul, sakit atau nyeri tekan yang tidak biasa,
distosia, persalinan yang tidak menentu dan perdarahan
pasca persalinan. Abortus mungkin terjadi 2-3 kali
lebih sering pada pasien dengan mioma uteri. Karena itu
pada keguguran berulang dengan mioma uteri sebagai
Page 34
34
satu-satunya kelainan, miomektomi merupakan indikasi.
Tindakan ini menghasilkan angka kehamilan cukup bulan
sebesar 40%-50% (Benson, 2013: 549).
C. Usia
Usia adalah lamanya waktu hidup seseorang ibu yang
dihitung dari sejak lahir sampai terdiagnosa mioma uteri
(Poerwadarminta: 2007). Umur atau usia adalah satuan
waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau
makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur
manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir
hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian, umur
itu diukur dari tarikh ianya lahir sehingga tarikh
semasa(masa kini). Manakala usia pula diukur dari tarikh
kejadian itu bermula sehinggalah tarikh semasa(masa kini)
(Hardiwinoto, 2011). Mioma uteri jarang terjadi pada
usia kurang dari 20 tahun. Ditemukan sekitar 10% pada
wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling
sering memberikan gejala klinis pada usia antara 35-45
tahun (Setiati, 2009 : 87).
Page 35
35
Menurut Hardiwinoto, (2011) jenis perhitungan usia
adalah sebagai berikut :
1. Usia kronologis
Usia kronologis adalah perhitungan usia yang
dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan
waktu penghitungan usia.
2. Usia mental
Usia mental adalah perhitungan usia yang
didapatkan dari taraf kemampuan mental seseorang.
Misalkan seorang anak secara kronologis berusia empat
tahun akan tetapi masih merangkak dan belum dapat
berbicara dengan kalimat lengkap dan menunjukkan
kemampuan yang setara dengan anak berusia satu tahun,
maka dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut adalah
satu tahun.
3. Usia biologis
Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan
kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang.
Pembagian usia yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan indikator usia reproduktif (usia subur),
sebagai berikut:
Page 36
36
1. Usia < 20 tahun (belum matangnya fungsi organ
reproduksi)
2. Usia 20 – 59 tahun (kurun waktu usia reproduksi)
3. Usia > 59 tahun (waktu memasuki masa menopause)
D. Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami
seseorang ibu yang dihitung sejak sejak persalinan
pertama sampai terdiagnosa kanker serviks (Poerwadarminta:
2007). Lebih sering terjadi pada nulipara atau pada
wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini
belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma
uteri atau sebaliknya, mioma uteri yang menyebabkan
infertilitas atau apakah kedua keadaan ini sering
mempengaruhi.
Menurut Leveno (2009) pembagian paritas adalah
sebagai berikut:
1. Nulipara adalah seorang wanita yang belum pernah
mencapai kehamilan melewati tahap abortus. Ia mungkin
pernah hamil mungkin juga tidak, atau mungkin pernah
mengalami abortus spontan atau elektif.
Page 37
37
2. Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan
satu kali satu janin atau lebih yang telah mencapai
viabilitas. Oleh karena itu, berakhirnya setiap
kehamilan melewati tahap abortus memberikan paritas
bagi ibu.
3. Multipara adalah seorang wanita yang telah
menyelesaikan dua atau lebih kehamilan hingga
viabilitas. Hal yang menentukan paritas adalah jumlah
kehamilan yang mencapai viabilitas, bukan jumlah janin
yang dilahirkan. Paritas tidak lebih besar jika wanita
yang bersangkutan melahirkan satu janin, janin kembar,
atau janin kembar lima, jika tidak lebih rendah jika
janinnya lahir mati.
Pembagian usia yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan indikator usia reproduktif (usia subur),
sebagai berikut:
1. Nulipara: belum atau pernah hamil tetapi belum
melahirkan anak karena abortus
2. Primpara: hamil dan melahirkan 1 anak
3. Multipara: hamil melahirkan lebih dari 2 kali
Page 38
38
E. Kerangka Teori
Berdasarkan teori-teori di atas, maka kerangka teori
dalam penelitian ini dapat dilihat pada berikut ini:
Bagan 2.1Kerangka Teori
Faktor Hormonal
Faktor Umur
Faktor Paritas
Page 39
39
Sumber: Teori menurut Setiati, 2009: 87 dan Proverawati
(2009: 116-117)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Faktor Ras
Faktor Genetik
Faktor BeratBadan
Faktor MenarcheDini
FaktorPertumbuhan
Faktor FungsiOvarium
Mioma Uteri
Page 40
40
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah
kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati
atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan
dilakukan (Notoatmodjo, 2005: 69). Kerangka teori dalam
penelitian ini mengacu pada teori menurut setiati, (2009:
87) dan Proverawati (2009: 116-117) beberapa faktor yang
diduga kuat merupakan faktor presdiposisi terjadinya
mioma uteri adalah hormonal, umur, paritas, ras, genetik,
fungsi ovarium, pertumbuhan, menarche dini, dan berat
badan.
Pada penelitian ini peneliti hanya meneliti faktor
umur dan paritas saja sedangkan faktor lainnya yang
mempengaruhi tidak diteliti. Alasan penulis tidak
meneliti faktor lainnya karena ada keterbatasan
pengukuran pada faktor-faktor tersebut. Pada faktor
hormonal, fungsi ovarium, dan pertumbuhan tidak diteliti
karena faktor tersebut sulit pengukurannya dan tidak
dapat diteliti oleh peneliti dengan segala keterbatasan.
Pada faktor ras tidak diteliti karena penelitian
dilakukan dalam wilayah yang kecil yang masih dalam satu
ras (ras Asia) sehingga tidak memungkinkan untuk
28
Page 41
41
memperoleh sampel yang dapat mewakili karakteristik ras.
Sedangkan pada faktor genetik, menarche dini, dan berat
badan tidak diteliti karena data-data tersebut tidak
tercantum dalam rekam medik sehingga akan menyulitkan
dalam pengumpulan data karena penelitian ini menggunakan
data sekunder dari rekam medik yang merupakan data
restrospektif (data kejadian masa lalu atau sudah terjadi).
Dengan segala keterbatasan, waktu, biaya, tenaga dan
kemampuan yang dimiliki oleh peneliti pada saat melakukan
penelitian, maka penelitian ini hanya fokus meneliti
faktor umur dan paritas seperti pada bagan kerangka
konsep penelitian sebagai berikut:
Bagan 3.1Kerangka Konsep
Independent Dependent
Faktor Umur
Faktor Paritas
Mioma Uteri
28
Page 42
42
B. Definisi Operasional
Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1Definisi Operasional
No Variabe
l
Definisi
Operasional
Cara/Alat/Skala/Hasil Ukur
1 Umur Lamanya waktu
hidup seseorang
ibu yang
dihitung dari
Cara: Studi Dokumentasi
Alat: Check List
Skala: Ordinal
Hasil Ukur:
Page 43
43
sejak lahir
sampai
terdiagnosa
mioma uteri
1 = < 35 tahun dan > 45 tahun
(Tidak Berisiko)
0 = 35 – 45 tahun (Berisiko)
2 Paritas Jumlah
persalinan yang
dialami
seseorang ibu
yang dihitung
sejak persalinan
pertama sampai
terdiagnosa
mioma uteri
Cara: Studi Dokumentasi
Alat: Check List
Skala: Ordinal
Hasil Ukur:
1 = Nulipara dan Primipara
(Tidak Bersiko)
0 = Mutlipara (Berisiko)
3 Mioma
Uteri
Tumor jinak otot
rahim disertai
jaringan ikatnya
sehingga dapat
dalam bentuk
padat karena
jaringan ikatnya
dominan dan
lunak serta
karena otot
rahimnya dominan
Cara: Studi Dokumentasi
Alat: Check List
Skala: Ordinal
Hasil Ukur:
0 = Tidak terdiagnosa (Kontrol)
1 = Terdiagnosa (Kasus)
C. Hipotesis Penelitian
Page 44
44
Hipotesis merupakan jawaban sementara penelitian
yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
(Riyanto, 2011: 84). Berdasarkan kerangka teori di atas
penulis dapat merumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
1. Adanya hubungan umur dan paritas ibu hamil dengan
kejadian mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun
2014.
2. Tidak adanya hubungan umur dan paritas ibu hamil
dengan kejadian mioma uteri di RSUD Raden Mattaher
Jambi tahun 2014.
D. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik
menggunakan data retrospektif dengan pendekatan case control
yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek dengan
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
(penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat
ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi adanya atau
terjadinya pada waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2005).
Page 45
45
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
umur dan paritas ibu hamil dengan kejadian mioma uteri di
RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2014.
E. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 11 September s.d 27
september 2014.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Raden Mattaher
Jambi.
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau
objek yang diteliti (Notoadmodjo, 2005:79). Populasi
dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 pengertian
yaitu:
a. Populasi target adalah seluruh pasien ibu hamil
dengan diagnosis klinis mioma uteri di Zaal Kebidanan
Page 46
46
RSUD Raden Mattaher Jambi dari bulan Januari –
Agustus 2014.
b. Populasi terjangkau adalah seluruh pasien ibu
hamil yang datang ke Zaal Kebidanan RSUD Raden
Mattaher Jambi pada bulan Januari – Agustus 2014.
2. Sampel
Menurut Notoatmodjo (2005:79) sampel adalah
sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel
dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Sampel Kasus (Case)
Sampel kasus (case) adalah pasien ibu hamil
dengan diagnosis klinis mioma uteri di Zaal Kebidanan
RSUD Raden Mattaher Jambi dari bulan Januari –
Agustus 2014 yang berjumlah 24 sampel.
b. Sampel Kontrol (Control)
Sampel kontrol (control) adalah pasien ibu hamil
yang datang ke Zaal Kebidanan RSUD Raden Mattaher
Jambi pada bulan Januari – Agustus 2014 dan tidak
terdiagnosis mioma uteri yang berjumlah 24 sampel.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Page 47
47
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik
accidental sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan
kejadian mioma uteri yang ada pada saat penelitian
dilakukan dengan perbandingan jumlah responden antara
kasus (case) dan kontrol (control) adalah 1:1.
4. Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum
subjek penelitian pada populasi target dan sumber
(Riyanto, 2011: 90). Kriteria inklusi sampel pada
penelitian ini yaitu:
1) Sampel Kasus (Case)
a)Ibu hamil
b)Wanita yang sudah mengalami menarche
c)Wanita yang berusia 15 – 65 tahun.
d)Terdiagnosis klinis dengan mioma uteri
e)Tidak sedang menggunakan alat kontrasepsi
hormonal
2) Sampel Kontrol (Control)
a)Ibu hamil
b)Wanita yang sudah mengalami menarche
Page 48
48
c)Wanita yang berusia 15 – 65 tahun.
d)Tidak terdiagnosis mioma uteri
e)Tidak sedang menggunakan alat kontrasepsi
hormonal
b. Kriteria Eksklusi Sampel
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dari subjek
penelitian yang tidak boleh ada, dan jika subjek
mempunyai kriteria eksklusif maka subjek harus
dikeluarkan dari penelitian (Riyanto, 2011: 90).
Kriteria eksklusi sampel pada penelitian ini yaitu:
1) Ibu yang tidak hamil
2) Wanita yang belum menarche
3) Sedang menggunakan alat kontrasepsi hormonal
4) Catatan rekam medik yang tidak lengkap
G. Pengumpulan Data
1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder, yaitu data yang telah dibuat dan
telah disajikan oleh pihak lain, misalnya dalam bentuk
Page 49
49
tabel-tabel atau diagram-diagram. Data sekunder
diperoleh dari data rekam medik untuk memperoleh status
usia dan paritas ibu hamil yang mengalami mioma uteri.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar checklist untuk mengetahui
mengetahui hubungan umur dan paritas ibu hamil dengan
kejadian mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
2014.
H. Pengolahan Data
Data yang sudah dikumpulkan selanjutnya diolah
melalui tahapan-tahapan berikut:
1. Editing
Editing adalah mencocokkan kembali lembar observasi
yang telah dikumpulkan dengan memeriksa kelengkapan dan
melakukan pengecekan terhadap lembar observasi tersebut
lengkap dan jelas.
2. Coding
Page 50
50
Coding adalah kegiatan mengklasifikasikan data dan
memberi kode pada setiap data yang ada dengan membuat
buku kode sebagai acuan.
a. Mioma Uteri
Memberikan kode pada lembar observasi mioma
uteri dengan memberi kode 1 jika tidak terdiagnosa
mioma uteri dan memberikan kode 0 jika terdiagnosa
mioma uteri.
b. Umur
Memberikan kode pada lembar observasi umur
dengan memberi kode 0 jika berusia 35-45 tahun dan
memberikan kode 1 jika berusia < 35 atau > 45
tahun.
c. Paritas
Memberikan kode pada lembar observasi paritas
dengan memberi kode 1 jika primipara/nulipara
(paritas 1) dan memberikan kode 0 jika multipara
(paritas > 1).
3. Scoring
Menetapkan skor untuk setiap variabel atau
pertanyaan.
Page 51
51
a. Mioma Uteri
Mioma uteri dalam hal ini dikategorikan menjadi
2 yaitu tidak terdiagnosa mioma uteri dengan
memberikan skor 1 dan mioma uteri dengan memberikan
skor 0.
b. Umur
Umur ibu dalam hal ini dikategorikan menjadi 2
yaitu berisiko dengan memberikan skor 0 jika usia 35-
45 tahun dan tidak berisiko dengan memberikan skor 1
jika usia < 35 atau > 45 tahun.
c. Paritas
Paritas dalam hal ini dikategorikan menjadi 2
yaitu berisiko dengan memberikan skor 1 jika
primipara/nulipara, dan tidak berisiko dengan
memberikan skor,0 jika multipara.
4. Entry
Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master tabel atau database komputer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga
dengan membuat tabel kontingensi.
Page 52
52
5. Cleaning
Memastikan keseluruhan data dimasukan dan tidak
terdapat kesalahan dalam memasukkan data yang sudah
dientry siap dianalisis.
I. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Data analisis secara univariat untuk mengetahui
gambaran variabel independent (umur dan paritas) dan
dependent (mioma uteri). Data disajikan dalam bentuk
tabel frekuensi dan dinarasikan dalam bentuk tekstuler.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui
korelasi atau hubungan antar variabel penelitian.
Analisis bivariat ini untuk mengetahui seberapa besar
hubungan umur dan paritas ibu hamil dengan kejadian
mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014.
Untuk melihat hubungan variabel independent (umur
dan paritas) dan dependent (mioma uteri) menggunakan
analisis secara bivariat. Analisisnya menggunakan uji
statistik Chi-Squere dengan menggunakan analisa
Page 53
53
komputerisasi. Untuk melihat batas kemaknaan α 0,05
dengan kriteria:
b. Jika P value < α maka H0 diterima artinya kedua
variabel terdapat hubungan yang signifikan.
c. Jika P value > α maka H0 ditolak artinya kedua
variabel tidak terdapat hubungan yang signifikan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi berdiri pada
tahun 1948 berada di jalan Letjen Soeprapto No. 31
Page 54
54
Telanai Pura Jambi dan dibangun diatas tanah seluas 49-
581 M2 dengan luas bangunan seluas 12,282 M2.
Berdasarkan keputuasan Gubernur NOMOR 32 tahun 1993
Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi yang telah
meningkatkan tipenya menjadi tipe B non pendidikan dari
sebelumnya adalah kelas C dengan kapasitas tidur
terpasang 270.
Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi merupakan
Rumah Sakit tipe B pendidikan yang merupakan rumah sakit
rujukan tertinggi di provinsi Jambi yang selalu dituntut
untuk meningkatkan atau mempertahankan mutu pelayanan
yang baik.
Adapun visi dan misi Rumah Sakit Umum Raden Mattaher
Jambi sebagai berikut:
1. Visi Rumah Sakit Umum Raden Mattaher
Jambi
Mampu memberikan kepuasan pelayanan kesehatan yang
berkualitas efektif dan efesien kepada pasien serta
mempu memberikan kepuasan bekerja bagi para petugas.
2. Misi Visi Rumah Sakit Umum Raden Mattaher
Jambi
Page 55
55
a. Dicapainya proses bekerja dengan
keceptan penunjang medis dan pelayanan administrasi
dan manajemen yang sesuai standar.
b. Dicapainya suasana konduktif yang
membantu peningkatan kinerja atas dasar kebersamaan,
keterbukaan, dan koordinasi dan pelaksanaan petugas
yang proposional dan professional.
c. Dihasilkan budaya prestasi kerja,
budaya yang tertib, disiplin, dan budaya bersih,
nyaman yang menjadi kebutuhan bagi para petugas dan
prinsip pengabdian asih, asah, dan asuh.
B. Kualitas Data
Penelitian ini bersumber dari data sekunder yang
diperoleh dari data rekam medik dengan menggunakan lembar
check list. Pengambilan data dilaksanakan dari bulan Agustus
- September 2014 di RSUD Raden Mattaher Jambi. Data yang
diambil adalah data umur dan paritas ibu hamil yang
terdiagnosa mioma uteri dan tidak terdiagnosa mioma uteri
di Poli Obstetri dan Ginekologi RSUD Raden Mattaher
Jambi.
38
Page 56
56
Data yang telah diperiksa kelengkapannya dan
dilakukan pengolahan data secara kompetensi. Hasil
pengolahan data tersebut dikelompokkan sesuai dengan
kategori masing-masing variabel yang telah ditentukan.
Selanjutnya hasil pengolahan dianalisa menggunakan
analisis univariat dan bivariat. Pada analisis univariat
akan dilihat distribusi masing-masing frekuensi dan pada
analisis bivariat akan dilihat hubungan antara variabel
dependen (kejadian mioma uteri) dan variabel independen
(umur dan paritas).
C. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisis
univariat untuk mengetahui gambaran setiap variabel dalam
penelitian. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk
tabel frekuensi dan dinarasikan dalam bentuk tekstuler,
dengan analisis sebagai berikut:
Page 57
57
a. Gambaran Umur Ibu Hamil di RSUD Raden Mattaher
Jambi Tahun 2014
Tabel 4.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu
Hamildi RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014
No Umur Ibu Hamil Jumlah ( )∑ Persentase(%)
1 Tidak Berisiko (<35->45tahun)
21 43,8
2 Berisiko(35-45 tahun) 27 56,3Jumlah 48 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, diperoleh bahwa
dari 48 responden dengan kejadian mioma uteri dan
tidak mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun
2014 menunjukkan bahwa sebagian besar sebanyak 27
responden (56,3%) pada kelompok umur berisiko (35-45
tahun) dan sebagian lainnya sebanyak 21 responden
(43,8%) pada kelompok umur tidak berisiko (< 35 atau
> 45 tahun).
Page 58
58
b. Gambaran Paritas Ibu Hamil di RSUD Raden Mattaher
Jambi Tahun 2014
Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas
Ibu Hamildi RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014
No Paritas Ibu Hamil Jumlah ( )∑ Persentase(%)
1 Tidak Berisiko (<35->45tahun)
25 52,1
2 Berisiko (35 - 45tahun)
23 47,9
Jumlah 48 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diperoleh bahwa
dari 48 responden dengan kejadian mioma uteri dan
tidak mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun
2014 menunjukkan bahwa sebagian besar sebanyak 25
responden (52,1%) pada kelompok paritas tidak
berisiko (multipara) dan sebagian lainnya sebanyak 23
responden (47,9%) pada kelompok umur tidak berisiko
(nulipara dan primipara).
c. Gambaran Kejadian Mioma Uteri di RSUD Raden
Mattaher Jambi Tahun 2014
Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan KejadianMioma Uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014
Page 59
59
No Kejadian Mioma Uteri Jumlah ( )∑ Persentase(%)
1 Kontrol 24 50,02 Kasus 24 50,0
Jumlah 48 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, diperoleh bahwa
dari 48 responden dengan kejadian mioma uteri dan
tidak mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun
2014 menunjukkan bahwa sebagian sebanyak 24 responden
(50,0%) pada kelompok kontrol (tidak mioma uteri) dan
sebagian lainnya sebanyak 50 responden (50,0%) pada
kelompok kasus (mioma uteri).
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara variabel independen (umur dan
paritas ibu hamil) dengan variabel dependen (mioma
uteri) dengan menggunakan uji chi square, sedangkan untuk
mengetahui keeratan hubungan pada masing-masing
variabel maka digunakan odds ratio (OR), dengan hasil
analisis sebagai berikut:
a. Hubungan Umur Ibu Hamil Dengan Kejadian Mioma
Uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014
Tabel 4.4
Page 60
60
Hubungan Antara Umur Ibu Hamil Dengan Kejadian MiomaUteri
di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014
No Umur
Kejadian Mioma Uteri Total p-value ORKontrol Kasus
∑ % ∑ % ∑ %
1
TidakBerisiko
(<35 - >45thn)
15 62,5 6 25,0 21 43,8
0,020 5,0002
Berisiko(35 – 45thn)
9 37,5 18 75,0 27 56,3
Total 24 100,0 24 100,
0 48 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui
dari 24 ibu hamil dengan kejadian tidak mioma uteri
(kontrol) sebanyak 15 responden (62,5%) mempunyai
usia tidak berisiko (< 35 atau > 45 tahun) dan hanya
sebanyak 9 responden (37,5%) mempunyai usia berisiko
(35-45 tahun). Sedangkan dari 24 ibu hamil mempunyai
kejadian mioma uteri (kasus) sebanyak 18 responden
(75,0%) mempunyai usia berisiko (35-45 tahun) dan
hanya sebanyak 6 responden (25,0%) dengan usia tidak
berisiko (< 35 atau > 45 tahun) ini disebabkan karena
faktor lain.
Page 61
61
Berdasarkan hasil analisis dengan uji chi square
didapati p.value 0,020 atau p.value < 0,05, artinya
ada hubungan yang signifikan antara umur ibu hamil
dengan kejadian mioma uteri. Dari analisis juga
diketahui nilai odds ratio (OR) 5,000, artinya ibu
hamil dengan usia berisiko (35-45 tahun) mempunyai
peluang 5,000 kali untuk mengalami kejadian mioma
uteri dibandingkan dengan ibu hamil yang mempunyai
usia tidak berisiko (< 35 atau > 45 tahun).
b. Hubungan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian Mioma
Uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014
Tabel 4.5Hubungan Antara Paritas Ibu Hamil Dengan KejadianMioma Uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014
No Paritas
Kejadian Mioma Uteri Total p-value ORKontrol Kasus
∑ % ∑ % ∑ %
1Tidak
Berisiko(primipara)
17 70,8 8 33,3 25 52,1
0,021 4,8572 Berisiko(multipara) 7 29,2 16 66,7 23 47,9
Total 24 100,0 24 100,
0 48 100,0
Page 62
62
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui
dari 24 ibu hamil dengan kejadian tidak mioma uteri
(kontrol) sebanyak 17 responden (70,8%) mempunyai
paritas tidak berisiko (primipara) dan hanya sebanyak
7 responden (29,2%) mempunyai paritas berisiko
(multipara). Sedangkan dari 24 ibu hamil dengan
kejadian mioma uteri (kasus) sebanyak 16 responden
(66,7%) mempunyai paritas berisiko (multipara) dan
hanya sebanyak 8 responden (33,3%) mempunyai paritas
tidak berisiko (primipara) ini disebabkan oleh faktor
lain.
Berdasarkan hasil analisis dengan uji chi square
didapati p.value 0,021 atau p.value < 0,05, artinya
ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu hamil
dengan kejadian mioma uteri. Dari analisis juga
diketahui nilai odds ratio (OR) 4,857, artinya ibu
hamil dengan paritas berisiko (multipara) mempunyai
peluang 4,857 kali untuk mengalami kejadian mioma
uteri dibandingkan dengan ibu hamil yang mempunyai
paritas tidak berisiko (primipara).
Page 63
63
BAB V
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan
data dikumpulkan melalui status pasien yang terdapat di
Page 64
64
Zaal Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi dan data dari
rekam medik untuk melihat status ibu hamil yang meliputi
umur dan paritas ibu hamil sehingga kualitas data sangat
tergantung dari ketelitian dan kecermatan peneliti dalam
pencatatan serta pemeriksaan data rekam medik. Oleh
karena itu terdapat beberapa keterbatasan di dalam
melakukan penelitian ini seperti :
1. Penulis tidak dapat melakukan upaya peningkatan
kualitas data, karena sepenuhnya tergantung pada
informasi yang tercatat pada status pasien. Untuk
menjaga kualitas hasil penelitian, peneliti merekap
kembali data yang didapat dan melakukan pengkodean
serta pengolahan data menggunakan sistem
komputerisasi.
2. Secara teoritis terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya mioma uteri, seperti yang ada
pada kerangka teori, akan tetapi baik karena
keterbatasan penulis maupun karena tidak adanya
informasi tentang faktor-faktor tersebut pada status
pasien, maka penelitian ini hanya terbatas pada
variabel umur dan paritas ibu hamil.
Page 65
65
3. Penulis mendapatkan kendala dalam memperoleh data,
karena pendokumentasian status pasien di Zaal
Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi tidak tersusun
sesuai urutan tetapi hanya terkelompok berdasarkan
bulan dari berbagai status pasien di RSUD Raden
Mattaher Jambi sehingga peneliti harus membuka satu
demi satu status pasien.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Gambaran Umur Ibu Hamil di RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2014
Hasil penelitian pada gambaran umur ibu hamil di
RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2014 menunjukkan bahwa
umur ibu hamil dengan mioma uteri dan tidak mioma uteri
sebagian besar sebanyak 27 responden (56,3%) pada
kelompok umur berisiko (35-45 tahun) dan sebagian
lainnya sebanyak 21 responden (43,8%) pada kelompok
umur tidak berisiko (< 35 atau > 45 tahun).
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Kayan
(2013) bahwa mioma paling sering ditemukan pada usia
35-45 tahun, jarang di temukan pada usia 20 tahun juga
45
Page 66
66
setelah menopause. Kejadian mioma uteri sebesar 20-40%
di temukan pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun
(Kayan, 2013).
Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar umur ibu hamil dengan kejadian mioma uteri dan
tidak mioma uteri sebagian besar pada kelompok berisiko
yaitu berusia antara 35-45 tahun. Usia kehamilan di
atas umur > 35 tahun secara medis memiliki resiko
terhadap kesehatan karena organ-organ yang berperan
pada proses kehamilan mengalami kemunduran. Begitu juga
pada kelompok usia tidak berisiko mengalami mioma uteri
yaitu usia > 45 tahun juga termasuk usia berisiko
menerima kehamilan meskipun secara teori tidak berisiko
mengalami mioma uteri karena memasuki usia menjelang
menopause.
Umur ibu juga mempengaruhi kapasitas tropiknya,
sehingga pada ibu dengan umur lebih tua cenderung
mempunyai bayi yang berat badannya lebih rendah. Pada
umur 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun,
akibatnya ibu hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan
lebih besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama
Page 67
67
dan perdarahan. Selain itu, hal yang paling
dikhawatirkan jika usia ibu di atas 35 tahun ialah
kualitas sel telur yang dihasilkan juga tidak baik. Ibu
yang hamil pada usia ini punya resiko 4 kali lipat
dibanding sebelum usia 35 tahun.
Menurut Prawirohardjo (2011) dalam kurun
reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian
maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di
bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada
kematian maternal yang terjadi pada usia 20-30 tahun.
Kematian maternal meningkat kembali setelah usia 30-35
tahun.
Terlalu tua berdasarkan usia yaitu > 35 tahun
memiliki risiko jika menjalani kehamilan. Pada usia
tersebut kondisi kesehatan ibu mulai menurun, fungsi
rahim menurun, kualitas sel telur berkurang, dan
meningkatkan komplikasi medis pada kehamilan dan
persalinan, berhubungan dengan kelainan degenerative,
hipertensi dan kencing manis.
Page 68
68
Oleh sebab itu, mengingat usia > 35 tahun
merupakan usia yang berisiko mengalami mioma uteri dan
berisiko untuk menerima kehamilan maka perlu upaya
pencegahan dini pada ibu hamil agar tidak menjalani
kehamilan pada usia berisiko dengan menggunakan alat
kontrasepsi dalam mencegah terjadinya kehamilan. Selain
itu, jika menjalani kehamilan pada usia > 35 tahun
sebaiknya ibu melakukan pemeriksaan ANC (Antenatal
Care) secara rutin untuk mendeteksi adanya kelainan dan
komplikasi kehamilan pada kelompok usia berisiko.
2. Gambaran Paritas Ibu Hamil di RSUD Raden Mattaher
Jambi Tahun 2014
Hasil penelitian pada gambaran paritas ibu hamil
di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2014 menunjukkan
bahwa paritas ibu hamil dengan mioma uteri dan tidak
mioma uteri sebagian besar sebanyak 25 responden
(52,1%) pada kelompok paritas berisiko (multipara) dan
sebagian lainnya sebanyak 23 responden (47,9%) pada
kelompok umur tidak berisiko (nulipara dan primipara).
Hasil penelitian yang sama juga ditemukan oleh
Syarifah Emirlia (2011) dalam penelitiannya yang
Page 69
69
berjudul “Hubungan Jumlah Paritas Dengan Mioma Uteri di
RSUP H. Adam Malik”. Penelitian ini telah dilakukan
dengan menggunakan teknik Total Sampling dimana sampel
diambil dari data rekam medis penderita mioma uteri di
RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010. Sampel penelitian
sebanyak 100 orang maka diambil sampel sebanyak 100
orang lagi dari data rekam medis ibu hamil atau non-
mioma uteri untuk dijadikan kontrol. Berdasarkan uji
Kai-Kuadrat Independensi, hasil penelitian menunjukkan
ada hubungan jumlah paritas dengan mioma uteri di RSUP
H. Adam Malik.Penelitian ini menunjukkan kelompok
paritas multipara paling tertinggi persentase sebanyak
58,0%.
Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar paritas ibu hamil dengan kejadian mioma uteri dan
tidak mioma uteri sebagian besar pada kelompok tidak
berisiko mengalami mioma uteri yaitu multipara dengan
paritas > 1. Pada kehamilan dengan paritas tidak
berisiko mengalami mioma uteri dimana paritas > 1 lebih
tidak berisiko dibandingkan paritas 0 atau paritas ,
namun paritas tetap harus dibatasi mengingat semakin
Page 70
70
tinggi paritas juga mengarahkan ibu hamil termasuk
dalam kategori paritas yang berisiko.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau
dari sudut kematian maternal. Paritas 1 (pertama) dan
paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian
maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih
tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1
(pertama) dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih
baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.
Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak
direncanakan (Prawirohardjo, 2011: 23). Perempuan
multipara mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya
mioma uteri sedangkan perempuan nuliipara mempunyai
risiko relatif menurun untuk terjadinya mioma uteri
(Saifuddin, 2010: 891
Terlalu banyak melahirkan anak atau paritas
tinggi > 3 anak memiliki risiko jika menjalani
kehamilan. Hal ini dikarenakan pada paritas yang
tinggi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
dalam kehamilan, seperti plasenta (ari-ari) yang
Page 71
71
letaknya dekat jalan lahir, dapat menghambat
proses persalinan seperti gangguan kontrksi,
kelainan letak, dan posisi janin, dapat
menyebabkan perdarahan pasca persalinan, waktu
ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang,
tumbuh kembang anak tidak optimal, menambah beban
ekonomi keluarga.
Paritas menunjukkan banyaknya jumlah anak yang
telah dilahirkan oleh ibu hamil. Terlalu banyak
melahirkan anak atau ibu hamil dengan paritas tinggi >
3 merujuk ibu pada kelompok ibu hamil dengan paritas
yang berisiko. Oleh sebab itu, pentingnya pengaturan
jumlah anak melalui program keluarga berencana dengan
memiliki anak cukup 2 saja merupakan langkah yang baik
untuk menghindari ibu termasuk dalam kelompok ibu hamil
dengan paritas tinggi yang memiliki risiko jika
menerima kehamilan.
3. Gambaran Kejadian Mioma Uteri di RSUD Raden Mattaher
Jambi Tahun 2014
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian mioma
uteri dan tidak mioma uteri di RSUD Raden Mattaher
Page 72
72
Jambi tahun 2014 menunjukkan bahwa sebagian sebanyak 24
responden (50,0%) pada kelompok kontrol (tidak mioma
uteri) dan sebagian lainnya sebanyak 50 responden
(50,0%) pada kelompok kasus (mioma uteri).
Kejadian mioma uteri yang ditemukan dari hasil
penelitian dengan melihat rekam medik data pasien mioma
uteri dari bulan Januari – Agustus ditemukan kejadian
mioma uteri pada ibu hamil sebanyak 24 kasus. Hal ini
menunjukkan angka insiden yang cukup tinggi serta
memiliki memberikan dampak yang cukup besar jika mioma
uteri terjadi pada ibu hamil.
Di Indonesia kasus mioma uteri di temukan sebesar
2,39 -11,7% pada semua pasien kebidanan yang di rawat
(Kayan, 2013). Mioma uteri terjadi pada 20%-25%
perempuan di usia reproduktif, tetapi oleh faktor yang
tidak diketahui secara pasti. Mioma uteri belum pernah
dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah menopause
hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di
Indonesia, mioma uteri ditemukan 2.39% – 11.7% pada
semua penderita ginekologi yang dirawat (Prawirohardjo,
2011).
Page 73
73
Penyebab pastinya terjadinya mioma uteri sampai
saat ini belum diketahui. Stimulasi estrogen diduga
sangat berperan untuk terjadinya mioma uteri. Hipotesis
ini didukung oleh adanya mioma uteri yang banyak
ditemukan pada usia reproduksi dan kejadiannya rendah
pada usia menopause. Hormon ovarium dipercaya
menstimulasi pertumbuhan mioma karena adanya
peningkatan insidennya setelah menarke. Pada kehamilan
pertumbuhan tumor ini semakin besar tetapi menurun
setelah menopause (Saifuddin, 2010: 891).
Wanita dengan mioma uteri dapat terjadi
asimtomatik atau memiliki keluhan nyeri/tekanan panggul
kronis. Mioma uteri juga dapat meningkatkan frekuensi
urine, penekanan pada rektum atau gangguan aktivitas
seksual (Varney, 2006: 363). Kehamilan dengan penyulit
mioma uteri dapat menyebabkan abortus, persalinan
prematur, malpresentasi, kegagalan penurunan kepala ke
dalam panggul, sakit atau nyeri tekan yang tidak biasa,
distosia, persalinan yang tidak menentu dan perdarahan
pasca persalinan. Abortus mungkin terjadi 2-3 kali
lebih sering pada pasien dengan mioma uteri. Karena itu
Page 74
74
pada keguguran berulang dengan mioma uteri sebagai
satu-satunya kelainan, miomektomi merupakan indikasi.
Tindakan ini menghasilkan angka kehamilan cukup bulan
sebesar 40%-50% (Benson, 2013: 549).
Mengingat besarnya dampak mioma uteri pada
kehamilan maka sebaiknya ibu rutin untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan kehamilan (ANC) untuk mendeteksi
dini adanya komplikasi atau permasalahan pada masa
kehamilan termasuk pemeriksaan mioma uteri. Selain itu,
bagi ibu hamil yang pernah mengalami abortus sebaiknya
melakukan pemeriksaan untuk memastikan indikasi
penyebabnya termasuk ada atau tidaknya pengaruh mioma
uteri dalam penyebab terjadinya abortus baik yang
pertama kali terjadi maupun abortus yang berulang.
4. Hubungan Umur Ibu Hamil Dengan Kejadian Mioma Uteri di
RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014
Hasil analisis statistik penelitian menggunakan
uji Chi-Square diperoleh p-value= 0,020 < α (0,05) dan
OR= 5,000 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara umur ibu hamil dengan kejadian mioma
uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2014, dimana
Page 75
75
ibu hamil dengan umur berisiko (35-45 tahun) mempunyai
peluang 5,000 kali untuk mengalami kejadian mioma uteri
dibandingkan dengan ibu hamil yang mempunyai umur tidak
berisiko (< 35 atau > 45 tahun).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Devy Isella Lilyani (2011) yang
berjudul “Hubungan Faktor Risiko dan Kejadian Mioma
Uteri di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang”.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
survey analitic dengan pendekatan retrospective. Waktu
penelitian dimulai dari bulan Oktober hingga Desember
2011. Berdasarkan perhitungan, besar sampel minimal
dalam penelitian ini adalah 68 orang yang diambil
menggunakan teknik pengambilan sampel simple random
sampling. Analisis yang digunakan adalah uji statistik
Chi Square/ Fisher’s Exact Test. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara umur
dengan kejadian mioma uteri (p = 0,007) dengan kejadian
mioma uteri. Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor
risiko seperti umur ≥ 40 tahun merupakan faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya mioma uteri.
Page 76
76
Hal ini terlihat dari hasil pengolahan data
diperoleh gambaran bahwa dari 24 ibu hamil dengan
kejadian tidak mioma uteri (kontrol) sebanyak 15
responden (62,5%) mempunyai usia tidak berisiko (< 35
atau > 45 tahun) dan hanya sebanyak 9 responden (37,5%)
mempunyai usia berisiko (35-45 tahun). Sedangkan dari
24 ibu hamil mempunyai kejadian mioma uteri (kasus)
sebanyak 18 responden (75,0%) mempunyai usia berisiko
(35-45 tahun) dan hanya sebanyak 6 responden (25,0%)
dengan usia tidak berisiko (< 35 atau > 45 tahun).
Oleh sebab itu diharapkan perlu adanya pendidikan
kesehatan bagi ibu hamil mengenai risiko kehamilan pada
usia tua > 35 tahun yang termasuk dalam kelompok usia
berisiko dengan kejadian miomna uteri serta
mensosialisasikan metode kontrasepsi untuk mencegah
terjadinya kehamilan pada usia tua. Selain itu,
diharapkan bagi tenaga kesehatan rumah sakit untuk
melakukan pencatatan riwayat pasien dengan mioma uteri
termasuk status paritasnya sehingga dapat dilakukan
sebagai referensi bagi pihak yang membutuhkannya.
Page 77
77
5. Hubungan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian Mioma Uteri
di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014
Hasil analisis statistik penelitian menggunakan
uji Chi-Square diperoleh p-value= 0,021 < α (0,05) dan
OR= 4,857 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara paritas ibu hamil dengan kejadian
mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2014,
dimana ibu hamil dengan paritas berisiko (multipara)
mempunyai peluang 4,857 kali untuk mengalami kejadian
mioma uteri dibandingkan dengan ibu hamil yang
mempunyai paritas tidak berisiko (primipara).
Hasil penelitian yang sama juga ditemukan oleh
Syarifah Emirlia (2011) dalam penelitiannya yang
berjudul “Hubungan Jumlah Paritas Dengan Mioma Uteri di
RSUP H. Adam Malik”. Penelitian ini telah dilakukan
dengan menggunakan teknik Total Sampling dimana sampel
diambil dari data rekam medis penderita mioma uteri di
RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010. Sampel penelitian
sebanyak 100 orang maka diambil sampel sebanyak 100
orang lagi dari data rekam medis ibu hamil atau non-
mioma uteri untuk dijadikan kontrol. Berdasarkan uji
Page 78
78
Kai-Kuadrat Independensi, hasil penelitian menunjukkan
ada hubungan jumlah paritas dengan mioma uteri di RSUP
H. Adam Malik.
Adanya hubungan antara paritas dengan kejadian
mioma uteri sesuai dengan teori menurut Setiati (2009)
faktor yang diduga kuat merupakan faktor presdiposisi
terjadinya mioma uteri salah satunya adalah paritas.
Lebih sering terjadi pada nulipara atau pada wanita
yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum
diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri
atau sebaliknya, mioma uteri yang menyebabkan
infertilitas atau apakah kedua keadaan ini sering
mempengaruhi.
Hal ini terlihat dari hasil pengolahan data
diperoleh gambaran bahwa dari 24 ibu hamil dengan
kejadian tidak mioma uteri (kontrol) sebanyak 17
responden (70,8%) mempunyai paritas tidak berisiko
(primiipara) dan hanya sebanyak 7 responden (29,2%)
mempunyai paritas berisiko (multipara). Sedangkan dari
24 ibu hamil dengan kejadian mioma uteri (kasus)
sebanyak 16 responden (66,7%) mempunyai paritas
Page 79
79
berisiko (multipara) dan hanya sebanyak 8 responden
(33,3%) mempunyai paritas tidak berisiko (primipara).
Oleh sebab itu, diharapkan bagi pasangan yang
sudah memiliki lebih dari dua anak maupun ibu hamil
multipara dilakukan pemeriksaan kesehatan yang lengkap
termasuk untuk mendiagnosis adanya kejadian mioma uteri
pada kelompok paritas tersebut sehingga dapat dilakukan
upaya pencegahan dan penatalaksanaan secara dini jika
mioma uteri terjadi pada pasangan yang belum memiliki
anak baik tanpa maupun dengan abortus serta pada masa
kehamilan untuk mencegah adanya komplikasi kehamilan
yang dapat membahayakan kesehatan ibu. Bagi masyarakat
sebaiknya mengupayakan pembatasan jumlah anak dengan
berpartisipasi pada program keluarga berencana dengan
memiliki anak cukup 2 dalam membina keluarga kecil yang
sejahtera.
BAB VI
Page 80
80
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan uraian dalam pembahasan
penelitian tentang hubungan umur dan paritas ibu hamil
dengan kejadian mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi
tahun 2014, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Sebagian besar (56,3%) responden mempunyai usia
berisiko dan sebagian lainnya (43,8%) responden
mempunyai usia tidak berisiko.
2. Sebagian besar (52,1%) responden mempunyai paritas
tidak berisiko dan sebagian lainnya (47,9%) responden
mempunyai paritas berisiko.
3. Sebagian (50,0%) responden dengan mioma uteri dan
sebagian (50,0%) responden tidak mioma uteri.
4. Ada hubungan umur ibu hamil dengan kejadian mioma
uteri, dimana nilai p-value= 0,020 dan OR= 5,000.
5. Ada hubungan paritas ibu hamil dengan kejadian mioma
uteri, dimana nilai p-value= 0,021 dan OR= 4,857.
Page 81
81
B. Saran
1. Bagi RSUD Raden Matther Jambi
Diharapkan pada pihak rumah sakit untuk melengkapi
pencatatan pada kartu status khususnya yang berkaitan
dengan penyakit mioma uteri seperti pendidikan, status
haid, riwayat pemakaian alat kontrasepsi, jenis keluhan
perdarahan abnormal, keterangan indikasi dalam
penatalaksanaan medis dan jenis tindakan operatif serta
memberikan pemahaman tentang penatalaksanaan mioma
uteri bagi penderita terutama ibu hamil dengan kejadian
mioma uteri agar dapat meningkatkan kesehatan
kehamilannya sehingga tidak membahayakan kondisi
kesehatan ibu hamil itu sendiri.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai pengalaman baru bagi peneliti dalam
melakukan penelitian tentang hubungan umur dan paritas
ibu hamil dengan kejadian mioma uteri sehingga dapat
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari
kampus serta penelitian di lapangan sebagai bekal
pengetahuan dalam praktek kerja nyata dan memperbanyak
56
Page 82
82
penyuluhan tentang mioma uteri di masa yang akan
datang.
3. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan
tambahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang
melakukan penelitian yang sama dengan mengambil tempat
dan variabel penelitian yang berbeda selain faktor umur
dan paritas ibu hamil dengan kejadian mioma uteri.