Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan (UU-RI Tentang Kesehatan No.36 Tahun 2009). Pembangunan Nasional pada hakikatnya bertujuan untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin yang lebih selaras, adil, dan merata. Untuk mencapai tujuan tersebut, bangsa Indonesia telah melakukan berbagai upaya, salah satunya adalah upaya dalam Pembangunan Kesehatan yang bertujuan agar tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk
82

hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

Mar 24, 2023

Download

Documents

Lenna Nha
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa

dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara

sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan

harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri

dari unsur –unsur fisik, mental dan sosial dan di

dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral

kesehatan (UU-RI Tentang Kesehatan No.36 Tahun 2009).

Pembangunan Nasional pada hakikatnya bertujuan untuk

menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan

masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mewujudkan kesejahteraan

lahir dan batin yang lebih selaras, adil, dan merata.

Untuk mencapai tujuan tersebut, bangsa Indonesia telah

melakukan berbagai upaya, salah satunya adalah upaya

dalam Pembangunan Kesehatan yang bertujuan agar

tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk

Page 2: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

2

dan terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal

(Sumiati, 2009: 1).

Salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk

mencapai derajat kesehatan yang optimal adalah kesehatan

reproduksi karena dampaknya luas dan menyangkut berbagai

aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara

dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap

masyarakat (Manuaba, 2009: 7). Kesehatan reproduksi

merupakan komponen penting kesehatan bagi pria maupun

wanita, tetapi lebih menitikberatkan pada wanita. Keadaan

penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan

fungsi dan kemampuan bereproduksi (Kusmiran, 2011: 93).

Gangguan pada sistem reproduksi merupakan

ketidaknormalan yang terdapat pada organ-organ reproduksi

termasuk neoplasma dan keganasan. Neoplasma reproduksi

adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada organ reproduksi,

salah satu jenis neoplasma reproduksi adalah mioma uteri

(Hutahean, 2009: 187). Mioma uteri merupakan tumor jinak

otot rahim disertai jaringan ikatnya sehingga dapat dalam

bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak

serta karena otot rahimnya dominan. Kejadian mioma uteri

1

Page 3: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

3

sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri

menunjukkan gejala dan memerlukan tindakan operasi.

Sebagian penderita mioma uteri tidak mengalami keluhan

apapun dan ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan

(Manuaba, 2010: 556).

Di USA, perdarahan rahim berlebih akibat mioma

merupakan salah satu indikasi dilakukannya tindakan

pengangkatan rahim dan diperkirakan 600.000 kasus

pengangkatan rahim di lakukan setiap tahun.

Jumlah penderitanya belum diketahui secara pasti karena

banyak yang tidak merasakan keluhan sehingga tidak

periksa ke dokter, namun diperkirakan insiden mioma uteri

sekitar 20-30% dari seluruh wanita. Di Indonesia kasus

mioma uteri di temukan sebesar 2,39 -11,7% pada semua

pasien kebidanan yang di rawat. Mioma 3-9 kali lipat

lebih sering pada wanita kulit hitam dibandingkan wanita

kulit putih. Data statistik menunjukkan 60% mioma uteri

terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil atau hamil

hanya satu kali. Mioma paling sering ditemukan pada usia

35-45 tahun, jarang di temukan pada usia 20 tahun juga

setelah menopause. Kejadian mioma uteri sebesar 20-40% di

Page 4: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

4

temukan pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun

(Kayan, 2013).

Mioma uteri terjadi pada 20%-25% perempuan di usia

reproduktif, tetapi oleh faktor yang tidak diketahui

secara pasti. Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27%

wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada

wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma

uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche.

Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih

bertumbuh. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2.39% –

11.7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat

(Prawirohardjo, 2011: 274).

Penyebab pastinya terjadinya mioma uteri sampai saat

ini belum diketahui. Stimulasi estrogen diduga sangat

berperan untuk terjadinya mioma uteri. Hipotesis ini

didukung oleh adanya mioma uteri yang banyak ditemukan

pada usia reproduksi dan kejadiannya rendah pada usia

menopause. Hormon ovarium dipercaya menstimulasi

pertumbuhan mioma karena adanya peningkatan insidennya

setelah menarke. Pada kehamilan pertumbuhan tumor ini

semakin besar tetapi menurun setelah menopause. Perempuan

Page 5: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

5

nulipara mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya

mioma uteri sedangkan perempuan multipara mempunyai

risiko relatif menurun untuk terjadinya mioma uteri

(Saifuddin, 2010: 891).

Wanita dengan mioma uteri dapat terjadi asimtomatik

atau memiliki keluhan nyeri/tekanan panggul kronis. Mioma

uteri juga dapat meningkatkan frekuensi urine, penekanan

pada rektum atau gangguan aktivitas seksual (Varney,

2006: 363). Kehamilan dengan penyulit mioma uteri dapat

menyebabkan abortus, persalinan prematur, malpresentasi,

kegagalan penurunan kepala ke dalam panggul, sakit atau

nyeri tekan yang tidak biasa, distosia, persalinan yang

tidak menentu dan perdarahan pasca persalinan. Abortus

mungkin terjadi 2-3 kali lebih sering pada pasien dengan

mioma uteri. Karena itu pada keguguran berulang dengan

mioma uteri sebagai satu-satunya kelainan, miomektomi

merupakan indikasi. Tindakan ini menghasilkan angka

kehamilan cukup bulan sebesar 40%-50% (Benson, 2013:

549).

Tabel 1.1Data Mioma Uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi

Tahun 2011 – 2013

Page 6: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

6

Tahun Umur Total15 – 24 25 – 44 45 – 64 652011 1 22 21 - 442012 2 32 42 1 772013 5 65 40 1 111

Sumber: RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2011 – 2013

Data RSUD Raden Mattaher Jambi di atas menunjukkan

bahwa angka kejadian mioma uteri masih cukup tinggi di

RSUD Raden Mattaher Jambi. Pada setiap tahun jumlah

pasien mioma uteri sedikitnya mengalami peningkatan.

Hasil survei awal penelitian di RSUD Raden Mattaher

Jambi, penulis melakukan observasi sekilas pada 6 pasien

mioma uteri, 5 pasien mioma uteri di antaranya berumur >

40 tahun dan 1 pasien mioma uteri umur < 40 tahun dan

paritas > 2.

Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Hubungan

Umur dan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian Mioma Uteri di

RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya

Page 7: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

7

hubungan umur dan paritas ibu hamil dengan kejadian mioma

uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2014.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan umur dan paritas ibu

hamil dengan kejadian mioma uteri di RSUD Raden

Mattaher Jambi tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran umur ibu hamil di RSUD Raden

Mattaher Jambi tahun 2014.

b. Mengetahui gambaran paritas ibu hamil di RSUD

Raden Mattaher Jambi tahun 2014.

c. Mengetahui gambaran kejadian mioma uteri di RSUD

Raden Mattaher Jambi tahun 2014.

d. Mengetahui hubungan umur ibu hamil dengan

kejadian mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi

tahun 2014.

e. Mengetahui hubungan paritas ibu hamil dengan

kejadian mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi

tahun 2014.

Page 8: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

8

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUD Raden Matther Jambi

Sebagai masukan dan tambahan informasi dalam

membuat kebijakan program kesehatan reproduksi

khususnya dalam deteksi dini terhadap faktor risiko dan

penyebab terjadinya mioma uteri.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai bahan

bacaan di perpustakaan atau referensi.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai acuan dan pedoman bagi penelitian

selanjutnya dengan variabel dan tempat penelitian yang

berbeda.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik

menggunakan data retrospektif (data kejadian masa lalu) yang

Page 9: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

9

tercatat di rekam medik dengan pendekatan case control yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan umur dan paritas ibu

hamil dengan kejadian mioma uteri di RSUD Raden Mattaher

Jambi tahun 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh ibu yang melakukan kunjungan pemeriksaan

kesehatan di Poli Obstetri dan Ginekologi RSUD Raden

Mattaher Jambi pada bulan Januari – Agustus tahun 2014.

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik

accidental sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan

kejadian mioma uteri yang ada pada saat penelitian

dilakukan dengan perbandingan jumlah responden antara

kasus (case) dan kontrol (control) adalah 1:1. Proses

penelitian ini dilakukan pada bulan September 2014 di

RSUD Raden Mattaher Jambi. Data dianalisis secara

univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square.

Page 10: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Uterus

Page 11: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

11

1. Anatomi Uterus

Uterus pada orang dewasa merupakan organ tebal

seperti buah alpukat atau Peter yang sedikit gepeng,

terletak di dalam rongga pelvis antara rektum dan

kandung kemih. Ukuran uterus adalah panjang 7-7,5 cm,

lebar 5 cm dan tebal 2,5 cm. uterus pada wanita umumnya

terletak di sumbu tulang panggul dalam posisi

anteversio fleksi, membentuk sudut degan vagina,

sedangkan korpus uteri ke arah depan membentuk sudut

120-130 derajat dengan serviks uteri (Syaifuddin, 2009:

314).

2. Bagian-Bagian Uterus

Bagian-bagian dari uterus adalah sebagai berikut

(Syaifuddin, 2009: 314):

a. Fundus Uteri

Ditutupi oleh peritoneum dengan fasies vesikalis

dan permukaan internalis. Pada bagian atas bermuara

tuba uteri yang menembus dinding uterus. Di bawah dan

di depan titik pertemuan ini terdapat ligamentum dan

di belakangnya terdapat ovarium.

b. Korpus Uteri

Page 12: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

12

Di dalamnya terdapat rongga (cavum uteri) yang

membuka keluar melalui saluran kanalis servikalis

yang terletak pada serviks. Bagian ini merupakan

tempat berkembangnya janin.

c. Serviks Uteri

Merupakan bagian uterus yang menyempit,

berbentuk ukuran kerucut dengan apkes yang menjurus

ke bawah dan ke belakang dengan sedikit lebar di

pertengahannya. Sumbu panjang serviks sama dengan

sumbu panjang korpus yang berbentuk garis bengkok ke

depan.

Serviks uetri di bagi atas dua bagian yaitu:

1) Porsi Supra Vaginalis

Dipisahkan dari kandung kemih oleh parametrium yang

memanjang pada sisi lateral uterus diantara

ligamentum latum uretra dan uterus, berjalan ke

bawah dan ke depan di dalam paramertrium sepanjang

2 cm dari serviks serta bgaian posterior supra

vaginalis ditutupi oleh peritoneum.

2) Porsi Vaginalis

8

Page 13: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

13

Terdapat dinatara forniks anterior dan forniks

posterior. Pada ujung vaginalis terdapat orifisium

eksterna uteri dimana serviks seksterna uteri

dibatasi oleh suatu bibir (bibir atas dan bibir

bawah). Kedua bibir ini berkontak dengan dinding

posterior vagina.

B. Mioma Uteri

1. Pengertian Mioma Uteri

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal

dari otot-otot uterus dan jaringan ikat, kadang disebut

juga leiomioma atau fibroid. Jaringan tumor tumbuh pada

dinding muskulus uterus dan terbentuk dari otot dan

jaringan fibrinoid (Hutahean, 2009: 192).

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal

dari otot uterus dan jaringan ikat yang menopangnya,

yang dalam kepustakaan ginekologi juga terkenal dengan

istilah-istilah fibrimioma uteri, leiomioma uteri atau

fibroid (Saifuddin, 2010: 891).

Mioma uteri adalah tumor jinak yang terutama

terdiri dari sel-sel otot polos dan jaringan ikat. Sel-

Page 14: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

14

sel ini tersusun dalam bentuk gulungan dan jika

membesar akan menekan otot uterus normal (Proverawati,

2009: 116).

Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim

disertai jaringan ikatnya sehingga dapat dalam bentuk

padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak serta

karena otot rahimnya dominan. Kejadian mioma uteri

sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri

menunjukkan gejala karena sebagian penderita mioma

uteri tidak mengalami keluhan apapun dan ditemukan

secara kebetulan saat pemeriksaan (Manuaba, 2009: 87).

Gambar 2.1Mioma Uteri

Page 15: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

15

2. Etiologi Mioma

Menurut Saifuddin, (2010:893) faktor-faktor

penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori

yang berpendapat:

a. Teori Stimulasi

Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor

etiologi, mengingat bahwa :

1) Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada

masa hamil

2) Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum

monarche

3) Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah

menopause

4) Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama

dengan mioma.

b. Teori Cellnest atau genitoblas

Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-

sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang

selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh

estrogen.

Page 16: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

16

Menurut Setiati, (2009 : 87) faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma, disamping

faktor predisposisi genetik:

a. Estrogen

Mioma uteri dijumpai setelah manarche. Sering kali

pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan terjadi

dan dilakukan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan

mengecil pada saat menopause dan oleh pengangkatan

ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaam dengan

anovulasi aovarium dan wanita dengan sterilitas. Enzim

hidroxydesidrogenase mengubah estradiol (sebuah

estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah).

Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous,

yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih

banyak daripada miometrium normal.

b. Progesteron

Progesterom merupakan antagonis dari estrogen.

Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua

cara, yaitu mengaktifkan hidroxydesidrogenesa dan

menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.

c. Hormon pertumbuhan (growth hormone)

Page 17: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

17

Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan.

Tetapi hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas

buiologik serupa, yaitu HPL, terlihat pada periode ini

dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari

leiomioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari

aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.

Beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor

presdiposisi terjadinya mioma uteri adalah sebagai

berikut:

a. Umur

Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari

20 tahun. Ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia

lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan

gejala klinis pada usia antara 35-45 tahun.

b. Paritas

Lebih sering terjadi pada nulipara atau pada

wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini

belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma

uteri atau sebaliknya, mioma uteri yang menyebabkan

infertilitas atau apakah kedua keadaan ini sering

mempengaruhi.

Page 18: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

18

c. Ras dan genetik

Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita

berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi.

Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi

pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita

mioma.

d. Fungsi Ovarium

Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen

dengan pertumbuhan mioma, di mana mioma uteri muncul

setelah menarche, berkembang setelah kehamilan, dan

mengalami regresi setelah monopause. Pemberian agonis

GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipostrogenik

dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada

pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respons

mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor

pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi

reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal, dan

insulin-like growth faktor pertama yang distimulasi

estrogen.

Menurut Proverawati (2009: 116-117), penyebab dari

mioma uteri belum diketahui secara pasti. Namun, diduga

Page 19: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

19

ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan

mioma uteri, antara lain sebagai berikut:

a. Faktor Hormonal

Faktor hormonal yaitu adanya hormon estrogen dan

progesteron yang berperan dalam mioma uteri. Mioma

jarang timbul sebelum masa pubertas, meningkat pada

usia reproduktif, dan mengalami regresi setelah

menopause. Samkin lama terpapar dengan hormon

estrogen seperti obesitas dan menarche dini, akan

meningkatkan kejadian mioma uteri.

b. Faktor Pertumbuhan

Faktor pertumbuhan yaitu berupa protein atau

polipeptida yang diproduksi oleh sel otot polos dan

fibroblas, mengontrol proliferasi sel dan merangsang

pertumbuhan dari mioma.

c. Umur

Kebanyakan wanita mulai didiagnosis mioma uteri

pada usia di atas 40 tahun.

d. Menarche dini

Menarche dini < 10 tahun meningkatkan risiko

kejadian mioma 1,24 kali. Menarche dini juga

Page 20: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

20

dihubungkan dengan meningkatnya risiko kanker

payudara, kegemukan, dan keguguran. Peneliti juga

mendapatkan anak-anak perempuan yang mengalami

menstruasi pertama sebelum usia 10 tahun berat

badannya lebih berat daripada anak perempuan yang

mengalami menstruasi pertamanya setelah berusia 13

tahun.

e. Ras

Wanita keturunan Afrika-Amerika memiliki risiko

2,9 kali lebih besar untuk menderita mioma uteri

dibandingkan dengan wanita Caucasian (Asia).

f. Riwayat Keluarga (Genetik)

Jika memiliki riwayat keturunan yang menderita

mioma uteri, akan meningkatkan resiko 2,5 kali lebih

besar menderita mioma uteri juga.

g. Berat Badan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa resiko

mioma uteri meningkat pada wanita yang memiliki berat

badan lebih atau obesitas berdasarkan indeks massa

tubuh.

3. Klasifikasi Mioma Uteri

Page 21: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

21

Menurut Saifuddin (2010: 892), mioma uteri menurut

letaknya terbagi menjadi 3 kelompok yautu sebagai

berikut:

a. Mioma Submukosum

Mioma submukosum berada di bawah endometrium dan

menonjol ke dalam rongga uterus. Mioma submukosum

dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian

dilahirkan melalui saluran serviks (myomgeburt)

b. Mioma Intramural

Mioma intramural merupakan mioma terdapat di

dinding uterus di antara serabut miometrium.

c. Mioma Subserosum

Mioma Subserosum apabila tumbuh keluar dinding

uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus,

diliputi oleh serosa. Mioma subserosum dapat pula

tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke

ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri

dari uterus, sehingga disebut wandering/parasitic

fibroid.

4. Gejala Klinis Mioma Uteri

Page 22: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

22

Gejala kilinik hanya terjadi pada 35%-50%

penderita mioma. Hampir sebagian besar penderita tidak

mengetahui bahwa terdapat kelainan di dalam uterusnya,

terutama sekali pada penderita dengan obesitas. Keluhan

penderita sangat tergantung pula dari lokasi atau jenis

mioma yang dideritanya (Prawirohardjo, 2011: 276).

Menurut Manuaba (2009: 87), gejala klinis mioma

uteri diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Perdarahan tidak normal

1) Hipermenorea yaitu perdarahan banyak saat

menstruasi karena meluasnya permukaan endometrium

dalam proses menstruasi atau gangguan kontraksi

otot rahim.

2) Perdarahan berkepanjangan. Akibat perdarahan

penderita dapat mengeluh amnesia karena kekurangan

darah, pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi

infeksi.

b. Penekanan rahim yang membesar

Penekanan rahim disebabkan karena pembesaran

mioma uteri dapat terasa berat di abdomen bagian

Page 23: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

23

bawah, sukar miksi atau defaksi, dan terasa nyeri

karena tertekannya saraf.

Gangguan efek penekanan ini tergantung dari

besar dan tempat mioma uteri. Penekanan oleh mioma

uteri pada vesika urinaria menimbulkan keluhan-

keluhan pada traktus urinarius, seperti perubahan

frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensi urin

hingga dapat menyebabkan hidroureter dan

hidronefrosis. Konstipasi dan tenesmia juga merupakan

keluhan pada penderita mioma uteri yang menekan

rektum. Dengan ukuran yang besar berakibat penekanan

pada vena-vena di regio pelvis yang bisa menimbulkan

edema tungkai (Proverawati, 2009: 119).

c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan

Kehamilan dengan disertai mioma uteri

menimbulkan proses saling mempengaruhi. Kehamilan

dapat mengalami keguguran, persalinan prematur,

gangguan saat proses persalinan, tertutupnya saluran

indung telur yang menimbulkan infertilitas, pada kala

Page 24: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

24

III terjadi gangguan pelepasan plasenta dan

perdarahan.

d. Nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi

dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada

sarang mioma. Pada pengeluaran mioma submukosum yang

akan dilahirkan, juga pertumbuhannya yang

mempersempit kanalis servikalis dapat menyebabkan

dismenore. Selain itu, penyebab timbulnya nyeri pada

kasus mioma uteri adalah karena proses degenarasi

ganas. Penekanan pada visera oleh ukuran mioma uteri

yang membesar juga bisa menimbulkan keluhan nyeri.

Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga

menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada regio pelvis

(Proverawati, 2009: 118).

5. Diagnosis Mioma Uteri

Secara sederhana bidan dapat memberikan

kemungkinan mioma uetri dengan memperhatikan gejala

klinis yaitu perdarahan menstruasi yang tidak normal,

terdapat gangguan miksi atau defeksi, dan terasa nyeri

terutama saat menstruasi. Pada pemeriksaan dalam, bidan

Page 25: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

25

dapat menjumpai teraba tumor padat pada abdomen bagian

bawah dan pergerakan tumor terbatas. Pada pemeriksaan

dalam bidan dapat meraba tumor yang berasal dari rahim

dan pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas.

Penanganan mioma uteri memerlukan tindakan spesialistis

sehingga bidan perlu menetapkan kemungkinan mioma uteri

dan melakukan rujukan ke puskesmas, dokter ahli, atau

ke rumah sakit (Manuaba, 2009: 87).

Diagnosis terhadap kejadian mioma uteri dapat

dilakukan dengan beberapa langkah diantaranya sebagai

berikut (Joseph, 2010: 121):

a. Amnesis

1) Perdarahan uterus abnormal: menorhagia,

metrorhagia, premenstrual spooting.

2) Terdapat benjolan pada perut bagian bawah.

3) Nyeri, terutama jika terjadi torsi pada mioma

bertangkai.

4) Efek penekanan: konstipasi (penekanan terhadap

rektum), retensi urine (penekanan terhadap kandung

kemih, ureter, urethra), edema tungkai dan varises.

Page 26: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

26

5) Bila tumor berasa di serviks, bisa menyebabkan

disparenia dan infertilitas.

6) Abortus spontan (risiko dua kali lipat pada

wanita dengan mioma)

b. Pemeriksaan fisik

1) Palpasi abdomen: teraba massa di daerah pubis

atau abdomen bagian bawah dengan konsistensi padat

kenyal, bulat, berbatas tegas, sering berbenjol

atau bertangkai, mudah digerakkan, tidak nyeri.

2) Pemeriksaan bilamanual: didapatkan tumor tersebut

menyatu atau berhubungan dengan uterus, ikut

bergerak pada pergerakan serviks.

c. Pemeriksaan patologi

1) Biasanya multiple dan memiliki ukuran serta

lokasi yang beraneka ragam.

2) Secara mikroskopis terdapat tumor konsistensi

keras dengan penampakan seperti lingkaran dengan

trabelkula dan terdapat lapisan pseudokapsular

tipis.

Page 27: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

27

3) Terdapat beberapa degenerasi yaitu:

a)Degenerasi hialin yang sangat sering

b)Infeksi dan supurasi

c)Nekrosis

d)Kalsifikasi

Dengan berkembangnya ultrasonografi baik abdominal

maupun transvaginal, diagnosis mioma sangat dipermudah.

Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga dapat

dipergunakan dalam kehamilan karena MRI tidak memakai

radiasi ionisasi. CT-Scan merupakan kontraindikasi oleh

karena radiasi (Saifuddin, 2010: 893).

6. Prognosis Mioma Uteri

Diagnosis banding dilihat dari pembesaran atau

ketidakteraturan uterus yang disebabkan oleh miomauteri

juga dapat disebabkan oleh kehamilan, adenomiosis atau

neoplasma ovarii yang salah didagnosis. Keadaan lain

yang perlu dipertimbangkan adalah subinvolusi, kelainan

konginetal, perlekatan adneksa, momentum atau usus

besar, hipertrofi jinak dan sarkoma atau karsinoma

(Benson, 2013: 550).

Page 28: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

28

7. Penanganan Mioma Uteri

Menurut Setiati, (2009 : 97) penanganan mioma

uteri dilakukan tergantung pada umur, paritas, lokasi

dan ukuran tumor. Oleh karena itu, penanganan mioma

uteri terbagi atas kelompok-kelompok berikut :

a. Penanganan konservatif, dilakukan jika mioma yang

muncul pada pra dan postmenopause tanpa adanya

gejala. Cara penanganan konservatif adalah sebagi

berikut :

1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara

periodik setiap 3-6 bulan.

2) Jika terjadi anemia, maka Hb kurang.

3) Pemberian zat besi

4) Penggunaan antagonis GnRH leuproid asetat 3,75 mg

IM pada hari pertama sampai ketiga menstruasi

setiap Minggu, sebanyak tiga kali. Obat ini

mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan

gejala. Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan

menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa yang

ditemukan pada periode postmenopause. Efel maksimum

Page 29: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

29

dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12

minggu.

b. Penanganan operatif, dilakukan jika terjadi hal-

hal berikut:

1) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14

minggu.

2) Pertumbuhan tumor cepat

3) Mioma subrosa bertangkai dan torsi

4) Dapat mempersulit kehamilan berikutnya.

5) Hipermenorea pada mioma submukosa.

6) Penekanan pada organ sekitarnya.

Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasinya

dapat berubah langkah-langkah berikut:

a) Enukleasi Mioma

Enukleasi mioma dilakukan pada penderita yang

infertil, masih menginginkan anak atau

mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas.

Sejauh ini tampaknya langkah ini aman, efektif dan

masih menjadi pilihan terbaik. Enuklesi sebaiknya

tidak dilakukan jika ada kemungkinan terjadinya

karsinoma dan endometrium atau sarkoma uterus dan

Page 30: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

30

dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini

seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan

tumor yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat.

Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus

atau sangat berdekatan dengan endometrium maka

kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio

sesarea.

Menurut American Callage Of Obsetetricians

Gynecologists (ACOG) kriteria preoperasi adalah

sebagai beikut:

(1) Kegagalan untuk hamil atau keguguran

berulang.

(2) Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil

dan berbatas tegas.

(3) Alasan yang jelas dari penyebab kegagalan

kehamilan dan keguguran yang berulang tidak

ditemukan.

b) Histerektomi

Histerektomi dilakukan jika pasien tidak

menginginkan anak lagi pada pasien yang memiliki

leiomioma yang simtomatik atau yang sudah

Page 31: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

31

bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah

sebagai berikut :

(1) Terdapat satu sampai tiga leiomioma

asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar

dan dikeluhkan oleh pasien.

(2) Pendarahan uterus berlebihan.

(3) Pendarahan yang banyak, bergumpal-gumpal,

atau berulang-ulang selama lebih dari delapan

hari.

(4) Anemia akut atau kronis akibat kehilangan

darah.

Rasa tidak nyaman pada bagian pelvis akibat

mioma meliputi hal-hal berikut:

(1) Nyeri hebat atau akut

(2) Rasa tertekan yang kronis di bagian punggung

bawah atau perut bagian bawah.

(3) Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang

berulang-ulang dan tidak disebabkan infeksi

saluran kemih.

c) Penanganan Radioterapi

Page 32: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

32

Tujuan dari radioterapi adalah untuk

menghentikan pendarahan. Langkah ini dilakukan

dengan penanganan dengan kondisi sebagai berikut:

(1) Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat

dioperasi.

(2) Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan

12 minggu.

(3) Bukan jenis submukosa.

(4) Tidak disertai radang pelvis atau penekanan

pada rektum.

(5) Tidak dilakukan pada wanita muda karena

dapat menyebabkan menopause.

8. Mioma Uteri Pada Masa Keamilan

Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan

proses saling mempengaruhi. Kehamilan dapat mengalami

keguguran, persalinan prematur, gangguan saat proses

persalinan, tertutupnya saluran indung telur yang

menimbulkan infertilitas, pada kala III terjadi

gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan (Manuaba,

2010: 88).

Page 33: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

33

Pengaruh mioma uteri pada kehamilan dan persalinan

adalah sering terjadinya keguguran (abortus),

terjadinya kelainan letak janin dalam lahir serta

kelainan letak plasenta. Cara penanganan jika terkena

mioma uteri pada saat kehamilan adalah (Pujiningsih,

2010: 74):

a. Jika mioma tidak begitu besar maka akan mengecil

sehingga tindakan operasi tidak perlu dilakukan.

b. Operasi pengangkatan tumor dapat dilakukan

setelah tiga bulan pasca persalinan.

c. Bila persalinan berjalan seperti biasanya maka

mioma dapat dibiarkan selama masa nifas, kecuali jika

ada indikasi akut abdomen.

Kehamilan dengan penyulit mioma uteri dapat

menyebabkan abortus, persalinan prematur,

malpresentasi, kegagalan penurunan kepala ke dalam

panggul, sakit atau nyeri tekan yang tidak biasa,

distosia, persalinan yang tidak menentu dan perdarahan

pasca persalinan. Abortus mungkin terjadi 2-3 kali

lebih sering pada pasien dengan mioma uteri. Karena itu

pada keguguran berulang dengan mioma uteri sebagai

Page 34: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

34

satu-satunya kelainan, miomektomi merupakan indikasi.

Tindakan ini menghasilkan angka kehamilan cukup bulan

sebesar 40%-50% (Benson, 2013: 549).

C. Usia

Usia adalah lamanya waktu hidup seseorang ibu yang

dihitung dari sejak lahir sampai terdiagnosa mioma uteri

(Poerwadarminta: 2007). Umur atau usia adalah satuan

waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau

makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur

manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir

hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian, umur

itu diukur dari tarikh ianya lahir sehingga tarikh

semasa(masa kini). Manakala usia pula diukur dari tarikh

kejadian itu bermula sehinggalah tarikh semasa(masa kini)

(Hardiwinoto, 2011). Mioma uteri jarang terjadi pada

usia kurang dari 20 tahun. Ditemukan sekitar 10% pada

wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling

sering memberikan gejala klinis pada usia antara 35-45

tahun (Setiati, 2009 : 87).

Page 35: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

35

Menurut Hardiwinoto, (2011) jenis perhitungan usia

adalah sebagai berikut :

1. Usia kronologis

Usia kronologis adalah perhitungan usia yang

dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan

waktu penghitungan usia.

2. Usia mental

Usia mental adalah perhitungan usia yang

didapatkan dari taraf kemampuan mental seseorang.

Misalkan seorang anak secara kronologis berusia empat

tahun akan tetapi masih merangkak dan belum dapat

berbicara dengan kalimat lengkap dan menunjukkan

kemampuan yang setara dengan anak berusia  satu tahun,

maka dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut adalah

satu tahun.

3. Usia biologis

Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan

kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang.

Pembagian usia yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan indikator usia reproduktif (usia subur),

sebagai berikut:

Page 36: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

36

1. Usia < 20 tahun (belum matangnya fungsi organ

reproduksi)

2. Usia 20 – 59 tahun (kurun waktu usia reproduksi)

3. Usia > 59 tahun (waktu memasuki masa menopause)

D. Paritas

Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami

seseorang ibu yang dihitung sejak sejak persalinan

pertama sampai terdiagnosa kanker serviks (Poerwadarminta:

2007). Lebih sering terjadi pada nulipara atau pada

wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini

belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma

uteri atau sebaliknya, mioma uteri yang menyebabkan

infertilitas atau apakah kedua keadaan ini sering

mempengaruhi.

Menurut Leveno (2009) pembagian paritas adalah

sebagai berikut:

1. Nulipara adalah seorang wanita yang belum pernah

mencapai kehamilan melewati tahap abortus. Ia mungkin

pernah hamil mungkin juga tidak, atau mungkin pernah

mengalami abortus spontan atau elektif.

Page 37: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

37

2. Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan

satu kali satu janin atau lebih yang telah mencapai

viabilitas. Oleh karena itu, berakhirnya setiap

kehamilan melewati tahap abortus memberikan paritas

bagi ibu.

3. Multipara adalah seorang wanita yang telah

menyelesaikan dua atau lebih kehamilan hingga

viabilitas. Hal yang menentukan paritas adalah jumlah

kehamilan yang mencapai viabilitas, bukan jumlah janin

yang dilahirkan. Paritas tidak lebih besar jika wanita

yang bersangkutan melahirkan satu janin, janin kembar,

atau janin kembar lima, jika tidak lebih rendah jika

janinnya lahir mati.

Pembagian usia yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan indikator usia reproduktif (usia subur),

sebagai berikut:

1. Nulipara: belum atau pernah hamil tetapi belum

melahirkan anak karena abortus

2. Primpara: hamil dan melahirkan 1 anak

3. Multipara: hamil melahirkan lebih dari 2 kali

Page 38: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

38

E. Kerangka Teori

Berdasarkan teori-teori di atas, maka kerangka teori

dalam penelitian ini dapat dilihat pada berikut ini:

Bagan 2.1Kerangka Teori

Faktor Hormonal

Faktor Umur

Faktor Paritas

Page 39: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

39

Sumber: Teori menurut Setiati, 2009: 87 dan Proverawati

(2009: 116-117)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Faktor Ras

Faktor Genetik

Faktor BeratBadan

Faktor MenarcheDini

FaktorPertumbuhan

Faktor FungsiOvarium

Mioma Uteri

Page 40: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

40

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah

kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati

atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan

dilakukan (Notoatmodjo, 2005: 69). Kerangka teori dalam

penelitian ini mengacu pada teori menurut setiati, (2009:

87) dan Proverawati (2009: 116-117) beberapa faktor yang

diduga kuat merupakan faktor presdiposisi terjadinya

mioma uteri adalah hormonal, umur, paritas, ras, genetik,

fungsi ovarium, pertumbuhan, menarche dini, dan berat

badan.

Pada penelitian ini peneliti hanya meneliti faktor

umur dan paritas saja sedangkan faktor lainnya yang

mempengaruhi tidak diteliti. Alasan penulis tidak

meneliti faktor lainnya karena ada keterbatasan

pengukuran pada faktor-faktor tersebut. Pada faktor

hormonal, fungsi ovarium, dan pertumbuhan tidak diteliti

karena faktor tersebut sulit pengukurannya dan tidak

dapat diteliti oleh peneliti dengan segala keterbatasan.

Pada faktor ras tidak diteliti karena penelitian

dilakukan dalam wilayah yang kecil yang masih dalam satu

ras (ras Asia) sehingga tidak memungkinkan untuk

28

Page 41: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

41

memperoleh sampel yang dapat mewakili karakteristik ras.

Sedangkan pada faktor genetik, menarche dini, dan berat

badan tidak diteliti karena data-data tersebut tidak

tercantum dalam rekam medik sehingga akan menyulitkan

dalam pengumpulan data karena penelitian ini menggunakan

data sekunder dari rekam medik yang merupakan data

restrospektif (data kejadian masa lalu atau sudah terjadi).

Dengan segala keterbatasan, waktu, biaya, tenaga dan

kemampuan yang dimiliki oleh peneliti pada saat melakukan

penelitian, maka penelitian ini hanya fokus meneliti

faktor umur dan paritas seperti pada bagan kerangka

konsep penelitian sebagai berikut:

Bagan 3.1Kerangka Konsep

Independent Dependent

Faktor Umur

Faktor Paritas

Mioma Uteri

28

Page 42: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

42

B. Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1Definisi Operasional

No Variabe

l

Definisi

Operasional

Cara/Alat/Skala/Hasil Ukur

1 Umur Lamanya waktu

hidup seseorang

ibu yang

dihitung dari

Cara: Studi Dokumentasi

Alat: Check List

Skala: Ordinal

Hasil Ukur:

Page 43: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

43

sejak lahir

sampai

terdiagnosa

mioma uteri

1 = < 35 tahun dan > 45 tahun

(Tidak Berisiko)

0 = 35 – 45 tahun (Berisiko)

2 Paritas Jumlah

persalinan yang

dialami

seseorang ibu

yang dihitung

sejak persalinan

pertama sampai

terdiagnosa

mioma uteri

Cara: Studi Dokumentasi

Alat: Check List

Skala: Ordinal

Hasil Ukur:

1 = Nulipara dan Primipara

(Tidak Bersiko)

0 = Mutlipara (Berisiko)

3 Mioma

Uteri

Tumor jinak otot

rahim disertai

jaringan ikatnya

sehingga dapat

dalam bentuk

padat karena

jaringan ikatnya

dominan dan

lunak serta

karena otot

rahimnya dominan

Cara: Studi Dokumentasi

Alat: Check List

Skala: Ordinal

Hasil Ukur:

0 = Tidak terdiagnosa (Kontrol)

1 = Terdiagnosa (Kasus)

C. Hipotesis Penelitian

Page 44: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

44

Hipotesis merupakan jawaban sementara penelitian

yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian

(Riyanto, 2011: 84). Berdasarkan kerangka teori di atas

penulis dapat merumuskan hipotesis penelitian sebagai

berikut:

1. Adanya hubungan umur dan paritas ibu hamil dengan

kejadian mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun

2014.

2. Tidak adanya hubungan umur dan paritas ibu hamil

dengan kejadian mioma uteri di RSUD Raden Mattaher

Jambi tahun 2014.

D. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik

menggunakan data retrospektif dengan pendekatan case control

yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek dengan

cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

(penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat

ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi adanya atau

terjadinya pada waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2005).

Page 45: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

45

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

umur dan paritas ibu hamil dengan kejadian mioma uteri di

RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2014.

E. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 11 September s.d 27

september 2014.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Raden Mattaher

Jambi.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau

objek yang diteliti (Notoadmodjo, 2005:79). Populasi

dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 pengertian

yaitu:

a. Populasi target adalah seluruh pasien ibu hamil

dengan diagnosis klinis mioma uteri di Zaal Kebidanan

Page 46: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

46

RSUD Raden Mattaher Jambi dari bulan Januari –

Agustus 2014.

b. Populasi terjangkau adalah seluruh pasien ibu

hamil yang datang ke Zaal Kebidanan RSUD Raden

Mattaher Jambi pada bulan Januari – Agustus 2014.

2. Sampel

Menurut Notoatmodjo (2005:79) sampel adalah

sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel

dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu:

a. Sampel Kasus (Case)

Sampel kasus (case) adalah pasien ibu hamil

dengan diagnosis klinis mioma uteri di Zaal Kebidanan

RSUD Raden Mattaher Jambi dari bulan Januari –

Agustus 2014 yang berjumlah 24 sampel.

b. Sampel Kontrol (Control)

Sampel kontrol (control) adalah pasien ibu hamil

yang datang ke Zaal Kebidanan RSUD Raden Mattaher

Jambi pada bulan Januari – Agustus 2014 dan tidak

terdiagnosis mioma uteri yang berjumlah 24 sampel.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Page 47: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

47

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik

accidental sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan

kejadian mioma uteri yang ada pada saat penelitian

dilakukan dengan perbandingan jumlah responden antara

kasus (case) dan kontrol (control) adalah 1:1.

4. Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum

subjek penelitian pada populasi target dan sumber

(Riyanto, 2011: 90). Kriteria inklusi sampel pada

penelitian ini yaitu:

1) Sampel Kasus (Case)

a)Ibu hamil

b)Wanita yang sudah mengalami menarche

c)Wanita yang berusia 15 – 65 tahun.

d)Terdiagnosis klinis dengan mioma uteri

e)Tidak sedang menggunakan alat kontrasepsi

hormonal

2) Sampel Kontrol (Control)

a)Ibu hamil

b)Wanita yang sudah mengalami menarche

Page 48: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

48

c)Wanita yang berusia 15 – 65 tahun.

d)Tidak terdiagnosis mioma uteri

e)Tidak sedang menggunakan alat kontrasepsi

hormonal

b. Kriteria Eksklusi Sampel

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dari subjek

penelitian yang tidak boleh ada, dan jika subjek

mempunyai kriteria eksklusif maka subjek harus

dikeluarkan dari penelitian (Riyanto, 2011: 90).

Kriteria eksklusi sampel pada penelitian ini yaitu:

1) Ibu yang tidak hamil

2) Wanita yang belum menarche

3) Sedang menggunakan alat kontrasepsi hormonal

4) Catatan rekam medik yang tidak lengkap

G. Pengumpulan Data

1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder, yaitu data yang telah dibuat dan

telah disajikan oleh pihak lain, misalnya dalam bentuk

Page 49: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

49

tabel-tabel atau diagram-diagram. Data sekunder

diperoleh dari data rekam medik untuk memperoleh status

usia dan paritas ibu hamil yang mengalami mioma uteri.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah lembar checklist untuk mengetahui

mengetahui hubungan umur dan paritas ibu hamil dengan

kejadian mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun

2014.

H. Pengolahan Data

Data yang sudah dikumpulkan selanjutnya diolah

melalui tahapan-tahapan berikut:

1. Editing

Editing adalah mencocokkan kembali lembar observasi

yang telah dikumpulkan dengan memeriksa kelengkapan dan

melakukan pengecekan terhadap lembar observasi tersebut

lengkap dan jelas.

2. Coding

Page 50: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

50

Coding adalah kegiatan mengklasifikasikan data dan

memberi kode pada setiap data yang ada dengan membuat

buku kode sebagai acuan.

a. Mioma Uteri

Memberikan kode pada lembar observasi mioma

uteri dengan memberi kode 1 jika tidak terdiagnosa

mioma uteri dan memberikan kode 0 jika terdiagnosa

mioma uteri.

b. Umur

Memberikan kode pada lembar observasi umur

dengan memberi kode 0 jika berusia 35-45 tahun dan

memberikan kode 1 jika berusia < 35 atau > 45

tahun.

c. Paritas

Memberikan kode pada lembar observasi paritas

dengan memberi kode 1 jika primipara/nulipara

(paritas 1) dan memberikan kode 0 jika multipara

(paritas > 1).

3. Scoring

Menetapkan skor untuk setiap variabel atau

pertanyaan.

Page 51: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

51

a. Mioma Uteri

Mioma uteri dalam hal ini dikategorikan menjadi

2 yaitu tidak terdiagnosa mioma uteri dengan

memberikan skor 1 dan mioma uteri dengan memberikan

skor 0.

b. Umur

Umur ibu dalam hal ini dikategorikan menjadi 2

yaitu berisiko dengan memberikan skor 0 jika usia 35-

45 tahun dan tidak berisiko dengan memberikan skor 1

jika usia < 35 atau > 45 tahun.

c. Paritas

Paritas dalam hal ini dikategorikan menjadi 2

yaitu berisiko dengan memberikan skor 1 jika

primipara/nulipara, dan tidak berisiko dengan

memberikan skor,0 jika multipara.

4. Entry

Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master tabel atau database komputer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga

dengan membuat tabel kontingensi.

Page 52: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

52

5. Cleaning

Memastikan keseluruhan data dimasukan dan tidak

terdapat kesalahan dalam memasukkan data yang sudah

dientry siap dianalisis.

I. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Data analisis secara univariat untuk mengetahui

gambaran variabel independent (umur dan paritas) dan

dependent (mioma uteri). Data disajikan dalam bentuk

tabel frekuensi dan dinarasikan dalam bentuk tekstuler.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui

korelasi atau hubungan antar variabel penelitian.

Analisis bivariat ini untuk mengetahui seberapa besar

hubungan umur dan paritas ibu hamil dengan kejadian

mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014.

Untuk melihat hubungan variabel independent (umur

dan paritas) dan dependent (mioma uteri) menggunakan

analisis secara bivariat. Analisisnya menggunakan uji

statistik Chi-Squere dengan menggunakan analisa

Page 53: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

53

komputerisasi. Untuk melihat batas kemaknaan α 0,05

dengan kriteria:

b. Jika P value < α maka H0 diterima artinya kedua

variabel terdapat hubungan yang signifikan.

c. Jika P value > α maka H0 ditolak artinya kedua

variabel tidak terdapat hubungan yang signifikan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi berdiri pada

tahun 1948 berada di jalan Letjen Soeprapto No. 31

Page 54: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

54

Telanai Pura Jambi dan dibangun diatas tanah seluas 49-

581 M2 dengan luas bangunan seluas 12,282 M2.

Berdasarkan keputuasan Gubernur NOMOR 32 tahun 1993

Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi yang telah

meningkatkan tipenya menjadi tipe B non pendidikan dari

sebelumnya adalah kelas C dengan kapasitas tidur

terpasang 270.

Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi merupakan

Rumah Sakit tipe B pendidikan yang merupakan rumah sakit

rujukan tertinggi di provinsi Jambi yang selalu dituntut

untuk meningkatkan atau mempertahankan mutu pelayanan

yang baik.

Adapun visi dan misi Rumah Sakit Umum Raden Mattaher

Jambi sebagai berikut:

1. Visi Rumah Sakit Umum Raden Mattaher

Jambi

Mampu memberikan kepuasan pelayanan kesehatan yang

berkualitas efektif dan efesien kepada pasien serta

mempu memberikan kepuasan bekerja bagi para petugas.

2. Misi Visi Rumah Sakit Umum Raden Mattaher

Jambi

Page 55: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

55

a. Dicapainya proses bekerja dengan

keceptan penunjang medis dan pelayanan administrasi

dan manajemen yang sesuai standar.

b. Dicapainya suasana konduktif yang

membantu peningkatan kinerja atas dasar kebersamaan,

keterbukaan, dan koordinasi dan pelaksanaan petugas

yang proposional dan professional.

c. Dihasilkan budaya prestasi kerja,

budaya yang tertib, disiplin, dan budaya bersih,

nyaman yang menjadi kebutuhan bagi para petugas dan

prinsip pengabdian asih, asah, dan asuh.

B. Kualitas Data

Penelitian ini bersumber dari data sekunder yang

diperoleh dari data rekam medik dengan menggunakan lembar

check list. Pengambilan data dilaksanakan dari bulan Agustus

- September 2014 di RSUD Raden Mattaher Jambi. Data yang

diambil adalah data umur dan paritas ibu hamil yang

terdiagnosa mioma uteri dan tidak terdiagnosa mioma uteri

di Poli Obstetri dan Ginekologi RSUD Raden Mattaher

Jambi.

38

Page 56: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

56

Data yang telah diperiksa kelengkapannya dan

dilakukan pengolahan data secara kompetensi. Hasil

pengolahan data tersebut dikelompokkan sesuai dengan

kategori masing-masing variabel yang telah ditentukan.

Selanjutnya hasil pengolahan dianalisa menggunakan

analisis univariat dan bivariat. Pada analisis univariat

akan dilihat distribusi masing-masing frekuensi dan pada

analisis bivariat akan dilihat hubungan antara variabel

dependen (kejadian mioma uteri) dan variabel independen

(umur dan paritas).

C. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisis

univariat untuk mengetahui gambaran setiap variabel dalam

penelitian. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk

tabel frekuensi dan dinarasikan dalam bentuk tekstuler,

dengan analisis sebagai berikut:

Page 57: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

57

a. Gambaran Umur Ibu Hamil di RSUD Raden Mattaher

Jambi Tahun 2014

Tabel 4.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu

Hamildi RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014

No Umur Ibu Hamil Jumlah ( )∑ Persentase(%)

1 Tidak Berisiko (<35->45tahun)

21 43,8

2 Berisiko(35-45 tahun) 27 56,3Jumlah 48 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, diperoleh bahwa

dari 48 responden dengan kejadian mioma uteri dan

tidak mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun

2014 menunjukkan bahwa sebagian besar sebanyak 27

responden (56,3%) pada kelompok umur berisiko (35-45

tahun) dan sebagian lainnya sebanyak 21 responden

(43,8%) pada kelompok umur tidak berisiko (< 35 atau

> 45 tahun).

Page 58: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

58

b. Gambaran Paritas Ibu Hamil di RSUD Raden Mattaher

Jambi Tahun 2014

Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas

Ibu Hamildi RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014

No Paritas Ibu Hamil Jumlah ( )∑ Persentase(%)

1 Tidak Berisiko (<35->45tahun)

25 52,1

2 Berisiko (35 - 45tahun)

23 47,9

Jumlah 48 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diperoleh bahwa

dari 48 responden dengan kejadian mioma uteri dan

tidak mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun

2014 menunjukkan bahwa sebagian besar sebanyak 25

responden (52,1%) pada kelompok paritas tidak

berisiko (multipara) dan sebagian lainnya sebanyak 23

responden (47,9%) pada kelompok umur tidak berisiko

(nulipara dan primipara).

c. Gambaran Kejadian Mioma Uteri di RSUD Raden

Mattaher Jambi Tahun 2014

Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan KejadianMioma Uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014

Page 59: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

59

No Kejadian Mioma Uteri Jumlah ( )∑ Persentase(%)

1 Kontrol 24 50,02 Kasus 24 50,0

Jumlah 48 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, diperoleh bahwa

dari 48 responden dengan kejadian mioma uteri dan

tidak mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun

2014 menunjukkan bahwa sebagian sebanyak 24 responden

(50,0%) pada kelompok kontrol (tidak mioma uteri) dan

sebagian lainnya sebanyak 50 responden (50,0%) pada

kelompok kasus (mioma uteri).

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antara variabel independen (umur dan

paritas ibu hamil) dengan variabel dependen (mioma

uteri) dengan menggunakan uji chi square, sedangkan untuk

mengetahui keeratan hubungan pada masing-masing

variabel maka digunakan odds ratio (OR), dengan hasil

analisis sebagai berikut:

a. Hubungan Umur Ibu Hamil Dengan Kejadian Mioma

Uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014

Tabel 4.4

Page 60: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

60

Hubungan Antara Umur Ibu Hamil Dengan Kejadian MiomaUteri

di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014

No Umur

Kejadian Mioma Uteri Total p-value ORKontrol Kasus

∑ % ∑ % ∑ %

1

TidakBerisiko

(<35 - >45thn)

15 62,5 6 25,0 21 43,8

0,020 5,0002

Berisiko(35 – 45thn)

9 37,5 18 75,0 27 56,3

Total 24 100,0 24 100,

0 48 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui

dari 24 ibu hamil dengan kejadian tidak mioma uteri

(kontrol) sebanyak 15 responden (62,5%) mempunyai

usia tidak berisiko (< 35 atau > 45 tahun) dan hanya

sebanyak 9 responden (37,5%) mempunyai usia berisiko

(35-45 tahun). Sedangkan dari 24 ibu hamil mempunyai

kejadian mioma uteri (kasus) sebanyak 18 responden

(75,0%) mempunyai usia berisiko (35-45 tahun) dan

hanya sebanyak 6 responden (25,0%) dengan usia tidak

berisiko (< 35 atau > 45 tahun) ini disebabkan karena

faktor lain.

Page 61: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

61

Berdasarkan hasil analisis dengan uji chi square

didapati p.value 0,020 atau p.value < 0,05, artinya

ada hubungan yang signifikan antara umur ibu hamil

dengan kejadian mioma uteri. Dari analisis juga

diketahui nilai odds ratio (OR) 5,000, artinya ibu

hamil dengan usia berisiko (35-45 tahun) mempunyai

peluang 5,000 kali untuk mengalami kejadian mioma

uteri dibandingkan dengan ibu hamil yang mempunyai

usia tidak berisiko (< 35 atau > 45 tahun).

b. Hubungan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian Mioma

Uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014

Tabel 4.5Hubungan Antara Paritas Ibu Hamil Dengan KejadianMioma Uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014

No Paritas

Kejadian Mioma Uteri Total p-value ORKontrol Kasus

∑ % ∑ % ∑ %

1Tidak

Berisiko(primipara)

17 70,8 8 33,3 25 52,1

0,021 4,8572 Berisiko(multipara) 7 29,2 16 66,7 23 47,9

Total 24 100,0 24 100,

0 48 100,0

Page 62: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

62

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui

dari 24 ibu hamil dengan kejadian tidak mioma uteri

(kontrol) sebanyak 17 responden (70,8%) mempunyai

paritas tidak berisiko (primipara) dan hanya sebanyak

7 responden (29,2%) mempunyai paritas berisiko

(multipara). Sedangkan dari 24 ibu hamil dengan

kejadian mioma uteri (kasus) sebanyak 16 responden

(66,7%) mempunyai paritas berisiko (multipara) dan

hanya sebanyak 8 responden (33,3%) mempunyai paritas

tidak berisiko (primipara) ini disebabkan oleh faktor

lain.

Berdasarkan hasil analisis dengan uji chi square

didapati p.value 0,021 atau p.value < 0,05, artinya

ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu hamil

dengan kejadian mioma uteri. Dari analisis juga

diketahui nilai odds ratio (OR) 4,857, artinya ibu

hamil dengan paritas berisiko (multipara) mempunyai

peluang 4,857 kali untuk mengalami kejadian mioma

uteri dibandingkan dengan ibu hamil yang mempunyai

paritas tidak berisiko (primipara).

Page 63: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

63

BAB V

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan

data dikumpulkan melalui status pasien yang terdapat di

Page 64: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

64

Zaal Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi dan data dari

rekam medik untuk melihat status ibu hamil yang meliputi

umur dan paritas ibu hamil sehingga kualitas data sangat

tergantung dari ketelitian dan kecermatan peneliti dalam

pencatatan serta pemeriksaan data rekam medik. Oleh

karena itu terdapat beberapa keterbatasan di dalam

melakukan penelitian ini seperti :

1. Penulis tidak dapat melakukan upaya peningkatan

kualitas data, karena sepenuhnya tergantung pada

informasi yang tercatat pada status pasien. Untuk

menjaga kualitas hasil penelitian, peneliti merekap

kembali data yang didapat dan melakukan pengkodean

serta pengolahan data menggunakan sistem

komputerisasi.

2. Secara teoritis terdapat banyak faktor yang

mempengaruhi terjadinya mioma uteri, seperti yang ada

pada kerangka teori, akan tetapi baik karena

keterbatasan penulis maupun karena tidak adanya

informasi tentang faktor-faktor tersebut pada status

pasien, maka penelitian ini hanya terbatas pada

variabel umur dan paritas ibu hamil.

Page 65: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

65

3. Penulis mendapatkan kendala dalam memperoleh data,

karena pendokumentasian status pasien di Zaal

Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi tidak tersusun

sesuai urutan tetapi hanya terkelompok berdasarkan

bulan dari berbagai status pasien di RSUD Raden

Mattaher Jambi sehingga peneliti harus membuka satu

demi satu status pasien.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Gambaran Umur Ibu Hamil di RSUD Raden Mattaher Jambi

Tahun 2014

Hasil penelitian pada gambaran umur ibu hamil di

RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2014 menunjukkan bahwa

umur ibu hamil dengan mioma uteri dan tidak mioma uteri

sebagian besar sebanyak 27 responden (56,3%) pada

kelompok umur berisiko (35-45 tahun) dan sebagian

lainnya sebanyak 21 responden (43,8%) pada kelompok

umur tidak berisiko (< 35 atau > 45 tahun).

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Kayan

(2013) bahwa mioma paling sering ditemukan pada usia

35-45 tahun, jarang di temukan pada usia 20 tahun juga

45

Page 66: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

66

setelah menopause. Kejadian mioma uteri sebesar 20-40%

di temukan pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun

(Kayan, 2013).

Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar umur ibu hamil dengan kejadian mioma uteri dan

tidak mioma uteri sebagian besar pada kelompok berisiko

yaitu berusia antara 35-45 tahun. Usia kehamilan di

atas umur > 35 tahun secara medis memiliki resiko

terhadap kesehatan karena organ-organ yang berperan

pada proses kehamilan mengalami kemunduran. Begitu juga

pada kelompok usia tidak berisiko mengalami mioma uteri

yaitu usia > 45 tahun juga termasuk usia berisiko

menerima kehamilan meskipun secara teori tidak berisiko

mengalami mioma uteri karena memasuki usia menjelang

menopause.

Umur ibu juga mempengaruhi kapasitas tropiknya,

sehingga pada ibu dengan umur lebih tua cenderung

mempunyai bayi yang  berat badannya lebih rendah. Pada

umur 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun,

akibatnya ibu hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan

lebih besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama

Page 67: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

67

dan perdarahan. Selain itu, hal yang paling

dikhawatirkan jika usia ibu di atas 35 tahun ialah

kualitas sel telur yang dihasilkan juga tidak baik. Ibu

yang  hamil pada usia ini punya resiko 4 kali lipat

dibanding sebelum usia 35 tahun.

Menurut Prawirohardjo (2011) dalam kurun

reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk

kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian

maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di

bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada

kematian maternal yang terjadi pada usia 20-30 tahun.

Kematian maternal meningkat kembali setelah usia 30-35

tahun.

Terlalu tua berdasarkan usia yaitu > 35 tahun

memiliki risiko jika menjalani kehamilan. Pada usia

tersebut kondisi kesehatan ibu mulai menurun, fungsi

rahim menurun, kualitas sel telur berkurang, dan

meningkatkan komplikasi medis pada kehamilan dan

persalinan, berhubungan dengan kelainan degenerative,

hipertensi dan kencing manis.

Page 68: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

68

Oleh sebab itu, mengingat usia > 35 tahun

merupakan usia yang berisiko mengalami mioma uteri dan

berisiko untuk menerima kehamilan maka perlu upaya

pencegahan dini pada ibu hamil agar tidak menjalani

kehamilan pada usia berisiko dengan menggunakan alat

kontrasepsi dalam mencegah terjadinya kehamilan. Selain

itu, jika menjalani kehamilan pada usia > 35 tahun

sebaiknya ibu melakukan pemeriksaan ANC (Antenatal

Care) secara rutin untuk mendeteksi adanya kelainan dan

komplikasi kehamilan pada kelompok usia berisiko.

2. Gambaran Paritas Ibu Hamil di RSUD Raden Mattaher

Jambi Tahun 2014

Hasil penelitian pada gambaran paritas ibu hamil

di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2014 menunjukkan

bahwa paritas ibu hamil dengan mioma uteri dan tidak

mioma uteri sebagian besar sebanyak 25 responden

(52,1%) pada kelompok paritas berisiko (multipara) dan

sebagian lainnya sebanyak 23 responden (47,9%) pada

kelompok umur tidak berisiko (nulipara dan primipara).

Hasil penelitian yang sama juga ditemukan oleh

Syarifah Emirlia (2011) dalam penelitiannya yang

Page 69: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

69

berjudul “Hubungan Jumlah Paritas Dengan Mioma Uteri di

RSUP H. Adam Malik”. Penelitian ini telah dilakukan

dengan menggunakan teknik Total Sampling dimana sampel

diambil dari data rekam medis penderita mioma uteri di

RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010. Sampel penelitian

sebanyak 100 orang maka diambil sampel sebanyak 100

orang lagi dari data rekam medis ibu hamil atau non-

mioma uteri untuk dijadikan kontrol. Berdasarkan uji

Kai-Kuadrat Independensi, hasil penelitian menunjukkan

ada hubungan jumlah paritas dengan mioma uteri di RSUP

H. Adam Malik.Penelitian ini menunjukkan kelompok

paritas multipara paling tertinggi persentase sebanyak

58,0%.

Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar paritas ibu hamil dengan kejadian mioma uteri dan

tidak mioma uteri sebagian besar pada kelompok tidak

berisiko mengalami mioma uteri yaitu multipara dengan

paritas > 1. Pada kehamilan dengan paritas tidak

berisiko mengalami mioma uteri dimana paritas > 1 lebih

tidak berisiko dibandingkan paritas 0 atau paritas ,

namun paritas tetap harus dibatasi mengingat semakin

Page 70: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

70

tinggi paritas juga mengarahkan ibu hamil termasuk

dalam kategori paritas yang berisiko.

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau

dari sudut kematian maternal. Paritas 1 (pertama) dan

paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian

maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih

tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1

(pertama) dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih

baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat

dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.

Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak

direncanakan (Prawirohardjo, 2011: 23). Perempuan

multipara mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya

mioma uteri sedangkan perempuan nuliipara mempunyai

risiko relatif menurun untuk terjadinya mioma uteri

(Saifuddin, 2010: 891

Terlalu banyak melahirkan anak atau paritas

tinggi > 3 anak memiliki risiko jika menjalani

kehamilan. Hal ini dikarenakan pada paritas yang

tinggi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan

dalam kehamilan, seperti plasenta (ari-ari) yang

Page 71: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

71

letaknya dekat jalan lahir, dapat menghambat

proses persalinan seperti gangguan kontrksi,

kelainan letak, dan posisi janin, dapat

menyebabkan perdarahan pasca persalinan, waktu

ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang,

tumbuh kembang anak tidak optimal, menambah beban

ekonomi keluarga.

Paritas menunjukkan banyaknya jumlah anak yang

telah dilahirkan oleh ibu hamil. Terlalu banyak

melahirkan anak atau ibu hamil dengan paritas tinggi >

3 merujuk ibu pada kelompok ibu hamil dengan paritas

yang berisiko. Oleh sebab itu, pentingnya pengaturan

jumlah anak melalui program keluarga berencana dengan

memiliki anak cukup 2 saja merupakan langkah yang baik

untuk menghindari ibu termasuk dalam kelompok ibu hamil

dengan paritas tinggi yang memiliki risiko jika

menerima kehamilan.

3. Gambaran Kejadian Mioma Uteri di RSUD Raden Mattaher

Jambi Tahun 2014

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian mioma

uteri dan tidak mioma uteri di RSUD Raden Mattaher

Page 72: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

72

Jambi tahun 2014 menunjukkan bahwa sebagian sebanyak 24

responden (50,0%) pada kelompok kontrol (tidak mioma

uteri) dan sebagian lainnya sebanyak 50 responden

(50,0%) pada kelompok kasus (mioma uteri).

Kejadian mioma uteri yang ditemukan dari hasil

penelitian dengan melihat rekam medik data pasien mioma

uteri dari bulan Januari – Agustus ditemukan kejadian

mioma uteri pada ibu hamil sebanyak 24 kasus. Hal ini

menunjukkan angka insiden yang cukup tinggi serta

memiliki memberikan dampak yang cukup besar jika mioma

uteri terjadi pada ibu hamil.

Di Indonesia kasus mioma uteri di temukan sebesar

2,39 -11,7% pada semua pasien kebidanan yang di rawat

(Kayan, 2013). Mioma uteri terjadi pada 20%-25%

perempuan di usia reproduktif, tetapi oleh faktor yang

tidak diketahui secara pasti. Mioma uteri belum pernah

dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah menopause

hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di

Indonesia, mioma uteri ditemukan 2.39% – 11.7% pada

semua penderita ginekologi yang dirawat (Prawirohardjo,

2011).

Page 73: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

73

Penyebab pastinya terjadinya mioma uteri sampai

saat ini belum diketahui. Stimulasi estrogen diduga

sangat berperan untuk terjadinya mioma uteri. Hipotesis

ini didukung oleh adanya mioma uteri yang banyak

ditemukan pada usia reproduksi dan kejadiannya rendah

pada usia menopause. Hormon ovarium dipercaya

menstimulasi pertumbuhan mioma karena adanya

peningkatan insidennya setelah menarke. Pada kehamilan

pertumbuhan tumor ini semakin besar tetapi menurun

setelah menopause (Saifuddin, 2010: 891).

Wanita dengan mioma uteri dapat terjadi

asimtomatik atau memiliki keluhan nyeri/tekanan panggul

kronis. Mioma uteri juga dapat meningkatkan frekuensi

urine, penekanan pada rektum atau gangguan aktivitas

seksual (Varney, 2006: 363). Kehamilan dengan penyulit

mioma uteri dapat menyebabkan abortus, persalinan

prematur, malpresentasi, kegagalan penurunan kepala ke

dalam panggul, sakit atau nyeri tekan yang tidak biasa,

distosia, persalinan yang tidak menentu dan perdarahan

pasca persalinan. Abortus mungkin terjadi 2-3 kali

lebih sering pada pasien dengan mioma uteri. Karena itu

Page 74: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

74

pada keguguran berulang dengan mioma uteri sebagai

satu-satunya kelainan, miomektomi merupakan indikasi.

Tindakan ini menghasilkan angka kehamilan cukup bulan

sebesar 40%-50% (Benson, 2013: 549).

Mengingat besarnya dampak mioma uteri pada

kehamilan maka sebaiknya ibu rutin untuk melakukan

pemeriksaan kesehatan kehamilan (ANC) untuk mendeteksi

dini adanya komplikasi atau permasalahan pada masa

kehamilan termasuk pemeriksaan mioma uteri. Selain itu,

bagi ibu hamil yang pernah mengalami abortus sebaiknya

melakukan pemeriksaan untuk memastikan indikasi

penyebabnya termasuk ada atau tidaknya pengaruh mioma

uteri dalam penyebab terjadinya abortus baik yang

pertama kali terjadi maupun abortus yang berulang.

4. Hubungan Umur Ibu Hamil Dengan Kejadian Mioma Uteri di

RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014

Hasil analisis statistik penelitian menggunakan

uji Chi-Square diperoleh p-value= 0,020 < α (0,05) dan

OR= 5,000 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara umur ibu hamil dengan kejadian mioma

uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2014, dimana

Page 75: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

75

ibu hamil dengan umur berisiko (35-45 tahun) mempunyai

peluang 5,000 kali untuk mengalami kejadian mioma uteri

dibandingkan dengan ibu hamil yang mempunyai umur tidak

berisiko (< 35 atau > 45 tahun).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Devy Isella Lilyani (2011) yang

berjudul “Hubungan Faktor Risiko dan Kejadian Mioma

Uteri di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang”.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah

survey analitic dengan pendekatan retrospective. Waktu

penelitian dimulai dari bulan Oktober hingga Desember

2011. Berdasarkan perhitungan, besar sampel minimal

dalam penelitian ini adalah 68 orang yang diambil

menggunakan teknik pengambilan sampel simple random

sampling. Analisis yang digunakan adalah uji statistik

Chi Square/ Fisher’s Exact Test. Hasil penelitian

menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara umur

dengan kejadian mioma uteri (p = 0,007) dengan kejadian

mioma uteri. Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor

risiko seperti umur ≥ 40 tahun merupakan faktor yang

dapat menyebabkan terjadinya mioma uteri.

Page 76: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

76

Hal ini terlihat dari hasil pengolahan data

diperoleh gambaran bahwa dari 24 ibu hamil dengan

kejadian tidak mioma uteri (kontrol) sebanyak 15

responden (62,5%) mempunyai usia tidak berisiko (< 35

atau > 45 tahun) dan hanya sebanyak 9 responden (37,5%)

mempunyai usia berisiko (35-45 tahun). Sedangkan dari

24 ibu hamil mempunyai kejadian mioma uteri (kasus)

sebanyak 18 responden (75,0%) mempunyai usia berisiko

(35-45 tahun) dan hanya sebanyak 6 responden (25,0%)

dengan usia tidak berisiko (< 35 atau > 45 tahun).

Oleh sebab itu diharapkan perlu adanya pendidikan

kesehatan bagi ibu hamil mengenai risiko kehamilan pada

usia tua > 35 tahun yang termasuk dalam kelompok usia

berisiko dengan kejadian miomna uteri serta

mensosialisasikan metode kontrasepsi untuk mencegah

terjadinya kehamilan pada usia tua. Selain itu,

diharapkan bagi tenaga kesehatan rumah sakit untuk

melakukan pencatatan riwayat pasien dengan mioma uteri

termasuk status paritasnya sehingga dapat dilakukan

sebagai referensi bagi pihak yang membutuhkannya.

Page 77: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

77

5. Hubungan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian Mioma Uteri

di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014

Hasil analisis statistik penelitian menggunakan

uji Chi-Square diperoleh p-value= 0,021 < α (0,05) dan

OR= 4,857 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara paritas ibu hamil dengan kejadian

mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2014,

dimana ibu hamil dengan paritas berisiko (multipara)

mempunyai peluang 4,857 kali untuk mengalami kejadian

mioma uteri dibandingkan dengan ibu hamil yang

mempunyai paritas tidak berisiko (primipara).

Hasil penelitian yang sama juga ditemukan oleh

Syarifah Emirlia (2011) dalam penelitiannya yang

berjudul “Hubungan Jumlah Paritas Dengan Mioma Uteri di

RSUP H. Adam Malik”. Penelitian ini telah dilakukan

dengan menggunakan teknik Total Sampling dimana sampel

diambil dari data rekam medis penderita mioma uteri di

RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010. Sampel penelitian

sebanyak 100 orang maka diambil sampel sebanyak 100

orang lagi dari data rekam medis ibu hamil atau non-

mioma uteri untuk dijadikan kontrol. Berdasarkan uji

Page 78: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

78

Kai-Kuadrat Independensi, hasil penelitian menunjukkan

ada hubungan jumlah paritas dengan mioma uteri di RSUP

H. Adam Malik.

Adanya hubungan antara paritas dengan kejadian

mioma uteri sesuai dengan teori menurut Setiati (2009)

faktor yang diduga kuat merupakan faktor presdiposisi

terjadinya mioma uteri salah satunya adalah paritas.

Lebih sering terjadi pada nulipara atau pada wanita

yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum

diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri

atau sebaliknya, mioma uteri yang menyebabkan

infertilitas atau apakah kedua keadaan ini sering

mempengaruhi.

Hal ini terlihat dari hasil pengolahan data

diperoleh gambaran bahwa dari 24 ibu hamil dengan

kejadian tidak mioma uteri (kontrol) sebanyak 17

responden (70,8%) mempunyai paritas tidak berisiko

(primiipara) dan hanya sebanyak 7 responden (29,2%)

mempunyai paritas berisiko (multipara). Sedangkan dari

24 ibu hamil dengan kejadian mioma uteri (kasus)

sebanyak 16 responden (66,7%) mempunyai paritas

Page 79: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

79

berisiko (multipara) dan hanya sebanyak 8 responden

(33,3%) mempunyai paritas tidak berisiko (primipara).

Oleh sebab itu, diharapkan bagi pasangan yang

sudah memiliki lebih dari dua anak maupun ibu hamil

multipara dilakukan pemeriksaan kesehatan yang lengkap

termasuk untuk mendiagnosis adanya kejadian mioma uteri

pada kelompok paritas tersebut sehingga dapat dilakukan

upaya pencegahan dan penatalaksanaan secara dini jika

mioma uteri terjadi pada pasangan yang belum memiliki

anak baik tanpa maupun dengan abortus serta pada masa

kehamilan untuk mencegah adanya komplikasi kehamilan

yang dapat membahayakan kesehatan ibu. Bagi masyarakat

sebaiknya mengupayakan pembatasan jumlah anak dengan

berpartisipasi pada program keluarga berencana dengan

memiliki anak cukup 2 dalam membina keluarga kecil yang

sejahtera.

BAB VI

Page 80: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

80

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan uraian dalam pembahasan

penelitian tentang hubungan umur dan paritas ibu hamil

dengan kejadian mioma uteri di RSUD Raden Mattaher Jambi

tahun 2014, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Sebagian besar (56,3%) responden mempunyai usia

berisiko dan sebagian lainnya (43,8%) responden

mempunyai usia tidak berisiko.

2. Sebagian besar (52,1%) responden mempunyai paritas

tidak berisiko dan sebagian lainnya (47,9%) responden

mempunyai paritas berisiko.

3. Sebagian (50,0%) responden dengan mioma uteri dan

sebagian (50,0%) responden tidak mioma uteri.

4. Ada hubungan umur ibu hamil dengan kejadian mioma

uteri, dimana nilai p-value= 0,020 dan OR= 5,000.

5. Ada hubungan paritas ibu hamil dengan kejadian mioma

uteri, dimana nilai p-value= 0,021 dan OR= 4,857.

Page 81: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

81

B. Saran

1. Bagi RSUD Raden Matther Jambi

Diharapkan pada pihak rumah sakit untuk melengkapi

pencatatan pada kartu status khususnya yang berkaitan

dengan penyakit mioma uteri seperti pendidikan, status

haid, riwayat pemakaian alat kontrasepsi, jenis keluhan

perdarahan abnormal, keterangan indikasi dalam

penatalaksanaan medis dan jenis tindakan operatif serta

memberikan pemahaman tentang penatalaksanaan mioma

uteri bagi penderita terutama ibu hamil dengan kejadian

mioma uteri agar dapat meningkatkan kesehatan

kehamilannya sehingga tidak membahayakan kondisi

kesehatan ibu hamil itu sendiri.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai pengalaman baru bagi peneliti dalam

melakukan penelitian tentang hubungan umur dan paritas

ibu hamil dengan kejadian mioma uteri sehingga dapat

mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari

kampus serta penelitian di lapangan sebagai bekal

pengetahuan dalam praktek kerja nyata dan memperbanyak

56

Page 82: hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma uteri

82

penyuluhan tentang mioma uteri di masa yang akan

datang.

3. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan

tambahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang

melakukan penelitian yang sama dengan mengambil tempat

dan variabel penelitian yang berbeda selain faktor umur

dan paritas ibu hamil dengan kejadian mioma uteri.