perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI DEPOT MEDROXYPROGESTERONE ACETATE DENGAN KEJADIAN AMENOREA SEKUNDER DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran SHOFARIYAH NUR LAILA G0007020 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
75
Embed
HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI DEPOT ... filediajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI DEPOT
MEDROXYPROGESTERONE ACETATE DENGAN
KEJADIAN AMENOREA SEKUNDER DI
PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
SHOFARIYAH NUR LAILA
G0007020
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Laporan Penelitian/Skripsi dengan judul : Hubungan Lama Pemakaian
Kontrasepsi Depot Medroxyprogesterone Acetate dengan Kejadian Amenorea
Sekunder di Puskesmas Kratonan Surakarta
Shofariyah Nur Laila, G.0007020, Tahun 2010
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari ............... , Tanggal ................ 2010
Pembimbing Utama Penguji Utama
Eriana Melinawati, dr., SpOG (K) H. Tri Budi Wiryanto, dr., SpOG (K)
Heru Priyanto, dr., SpOG (K) Made Setiatmika, dr., SpTHT-KL (K)
NIP : 140 350 794 NIP : 19550727 198312 1 002
Tim Skripsi
Sudarman, dr., Sp. THT-KL (K)
NIP: 19450712 197610 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 31 Juli 2010
Nama Shofariyah Nur Laila
NIM G0007020
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Shofariyah Nur Laila. G0007020. 2010. Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Depot Medroxyprogesterone Acetate dengan Kejadian Amenorea Sekunder di Puskesmas Kratonan Surakarta Tujuan: Untuk mempelajari hubungan lama pemakaian kontrasepsi Depot Medroxyprogesterone Acetate dengan kejadian amenorea sekunder di Puskesmas Kratonan Surakarta Metode: Desain penelitian berupa observasional analitik yang dilakukan di wilayah Puskesmas Kratonan Surakarta tanggal 12-24 Mei 2010. Sampel sebanyak 54 akseptor diambil secara purposive sampling. Data diperoleh melalui wawancara dan penilaian kartu akseptor. Analisis bivariat dilakukan dengan uji Independensi Kai Kuadrat. Sedangkan analisis regresi logistik digunakan untuk mengetahui Odds Ratio (OR). Data diolah dengan bantuan program SPSS 17.0 Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara lama pemakaian kontrasepsi DMPA dengan kejadian amenorea sekunder (p=0,021). Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi DMPA selama ≥24 bulan mempunyai risiko 5,2 kali untuk terjadi amenorea sekunder dibanding pemakaian 3-12 bulan (OR 5,2 dengan CI 95% 1,3-20,5). Sedangkan pemakaian selama 13-23 bulan mempunyai risiko 5,1 kali untuk terjadinya amenorea sekunder (OR 5,1 dengan CI 95% 1,2-22,2). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, paritas, dan berat badan akseptor dengan kejadian amenorea sekunder (p > 0,05). Simpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara lama pemakaian kontrasepsi DMPA dengan kejadian amenorea sekunder di Puskemas Kratonan Surakarta Kata Kunci: kontrasepsi, DMPA, amenorea sekunder
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Shofariyah Nur Laila. G0007020. 2010. Correlation between The Prolonged Use of Depot Medroxyprogesterone Acetate Contraception Towards Incidence of Secondary Amenorrhea in Puskesmas Kratonan Surakarta Objective: The general objective is to find out the correlation between the prolonged use of Depot Medroxyprogesterone Acetate contraception towards incidence of secondary amenorrhea in Puskesmas Kratonan Surakarta Methods: Research design used is an observational analytic. Research has been done in Puskesmas Kratonan Surakarta since 12nd until 24th May 2010. Fivety four samples are taken by purposive sample design. Interview and contraception card are used as the methods of data collection. Bivariate analysis by using Independence of Chi Square while the odds ratio is found by regression analytic test. The methods of data analysis are supported by SPSS program version 17.0 Results: The result of bivariate analysis shows that prolonged use of Depot Medroxyprogesterone Acetate contraception has significant correlation towards incidence of secondary amenorrhea (p=0,021). The result of regression analysis shows that the use of DMPA contraception ≥24 months has risk 5,2 times (OR 5,2 with CI 95% 1,3-20,5) to get secondary amenorrhea greater than DMPA use of 3-12 months. On the other hand, DMPA use of 13-23 months has risk 5,1 times greater than DMPA use of 3-12 months (OR 5,1 with CI 95% 1,2-22,2). There are no significant correlations between age, degree of study, job, parity, and weight towards the incidence of secondary amenorrhea (p > 0,05). Conclusion: There is a significant correlation between the prolonged use of DMPA towards secondary amenorrhea in Puskesmas Kratonan Surakarta Keywords: contraception, DMPA, secondary amenorrhea
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat, hidayah serta ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Depot Medroxyprogesterone Acetate dengan Kejadian Amenorea Sekunder di Puskesmas Kratonan Surakarta”. Dengan selesainya penulisan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah mengizinkan pelaksanaan penelitian ini dalam rangka penyusunan skripsi.
2. Sri Wahjono, dr., M.Kes., selaku ketua tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan seluruh staf skripsi.
3. Eriana Melinawati, dr., SpOG (K), sebagai pembimbing utama yang telah memberikan waktu, pengarahan, bimbingan, dan saran dalam penyusunan skripsi.
4. Heru Priyanto, dr., SpOG (K), sebagai pembimbing pendamping yang telah memberikan waktu, bimbingan, pengarahan, dan saran dalam penyusunan skripsi.
5. H. Tri Budi Wiryanto, dr., SpOG (K), sebagai penguji utama yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun dalam pembuatan skripsi.
6. Made Setiatmika, dr., SpTHT-KL (K), sebagai anggota penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun dalam pembuatan skripsi.
7. Kepala UPTD Puskesmas Kratonan Surakarta beserta staf yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian skripsi.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis berharap dapat memberikan
manfaat bagi pembaca. Namun, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang konstruktif diperlukan guna proses pembelajaran diri bagi penulis
Surakarta, 31 Juli 2010
Shofariyah Nur Laila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA..................................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................ 3
C. Tujuan Penelitian............................................................. 3
D. Manfaat Penelitian........................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka.............................................................. 5
B. Kerangka Pemikiran......................................................... 19
C. Hipotesis........................................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian................................................................. 21
B. Lokasi Penelitian.............................................................. 21
C. Subjek Penelitian.............................................................. 21
D. Teknik Sampling.............................................................. 22
E. Rancangan Penelitian....................................................... 24
F. Identifikasi Variabel Penelitian........................................ 24
G. Definisi Operasional Variabel.......................................... 25
H. Alat dan Bahan Penelitian................................................ 26
I. Cara Kerja......................................................................... 26
J. Teknik Analisis Data........................................................ 27
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Analisis Univariat............................................................ 28
B. Analisis Bivariat.............................................................. 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
C. Analisis Regresi Logistik................................................. 36
BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Akseptor..................................................... 38
B. Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi DMPA
dengan Kejadian Amenorea Sekunder............................. 41
C. Keterbatasan Penelitian.................................................... 43
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan.......................................................................... 44
B. Saran................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 45
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Distribusi Akseptor Berdasarkan Usia......................................... 28
Tabel 2. Distribusi Akseptor Berdasarkan Tingkat Pendidikan................. 29
Tabel 3. Distribusi Akseptor Berdasarkan Pekerjaan................................. 29
Tabel 4. Distribusi Akseptor Berdasarkan Paritas...................................... 30
Tabel 5. Distribusi Akseptor Berdasarkan Berat Badan............................. 30
Tabel 6. Distribusi Akseptor Berdasarkan Lama Pemakaian Kontrasepsi
Usia akseptor dapat diketahui dari hasil tabulasi sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Akseptor Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase
21-25 tahun
26-30 tahun
31-35 tahun
18
21
15
33,3%
38,9%
27,8%
Jumlah 54 100%
Sumber : Data primer pada bulan April-Mei 2010
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 54 akseptor yang
diobservasi sebagian besar berada pada rentang usia 26-30 tahun yaitu
sebanyak 21 akseptor (38,9%), dan paling sedikit berada dalam rentang
usia 31-35 tahun sebanyak 15 akseptor (27,8%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
b. Tingkat Pendidikan Terakhir
Tingkat pendidikan terakhir akseptor dapat diketahui dari hasil tabulasi
sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi Akseptor Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
Lulus SD 8 14,8%
Lulus SLTP 18 33,3%
Lulus SLTA 26 48,1%
Lulus PT 2 3,7%
Jumlah 54 100%
Sumber : Data primer pada bulan April-Mei 2010
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 54 akseptor yang
diobservasi sebagian besar memiliki pendidikan terakhir SLTA yaitu
sejumlah 26 akseptor (48,1%), dan paling sedikit berpendidikan
terakhir Perguruan Tinggi (PT) yaitu 2 akseptor (3,7%).
c. Pekerjaan
Pekerjaan akseptor dapat diketahui dari hasil tabulasi sebagai berikut:
Tabel 3. Distribusi Akseptor Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Persentase
Ibu Rumah Tangga 37 68,5%
Karyawan Swasta 11 20,4%
Wiraswasta 6 11,1%
Jumlah 54 100%
Sumber : Data primer pada bulan April-Mei 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Dari tabel 3 dapat diketahui akseptor paling banyak bekerja sebagai
Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak 37 akseptor (68,5%), dan
paling sedikit bekerja sebagai wiraswasta yaitu 6 akseptor (11,1%).
d. Paritas
Paritas akseptor dapat diketahui dari hasil tabulasi sebagai berikut:
Tabel 4. Distribusi Akseptor Berdasarkan Paritas
Paritas Frekuensi Persentase
Primipara 23 42,6%
Multipara 31 57,4%
Jumlah 54 100%
Sumber : Data primer pada bulan April-Mei 2010
Dari tabel 4 dapat diketahui paritas dari 54 akseptor dimana
terdapat 23 akseptor (42,6%) yang memiliki satu anak (primipara) dan
31 akseptor (57,4%) yang memiliki dua anak atau lebih (multipara).
e. Berat Badan
Berat badan akseptor dapat diketahui dari hasil tabulasi sebagai
berikut:
Tabel 5. Distribusi Akseptor Berdasarkan Berat Badan
Berat badan Frekuensi Persentase
< 50,5 kg 29 53,7%
≥ 50,5 kg 25 46,3%
Jumlah 54 100%
Sumber : Data primer pada bulan April-Mei 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Berat badan akseptor berkisar antara 38 hingga 82 kg dengan rata-
rata ( x ) = 51,73 ± 8,22 kg dan nilai tengah 50,5 kg. Selain itu,
akseptor yang memiliki berat badan diatas 50,5 kg berjumlah 25
akseptor (46,3%), dan akseptor dengan berat badan dibawah 50,5 kg
berjumlah 29 akseptor (53,7%).
2. Deskripsi Data Penelitian
Data lama pemakaian kontrasepsi DMPA dan kejadian amenorea
sekunder dapat dideskripsikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
sebagai berikut.
Tabel 6. Distribusi Akseptor Berdasarkan Lama Pemakaian Kontrasepsi
DMPA
Lama Pemakaian Frekuensi Persentase
3-12 bulan 20 37%
13-23 bulan 15 27,8%
≥ 24 bulan 19 35,2%
Jumlah 54 100%
Sumber : Data primer pada bulan April-Mei 2010
Berdasarkan tabel 6 tersebut dapat diketahui bahwa lama pemakaian
kontrasepsi DMPA paling banyak berkisar antara 3 hingga 12 bulan yaitu
sejumlah 20 akseptor (37%), dan paling sedikit berkisar antara 13 hingga
23 bulan yaitu sebanyak 15 akseptor (27,8%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 7. Distribusi Akseptor Berdasarkan Kejadian Amenorea Sekunder
Amnorea Sekunder Frekuensi Persentase
Positif 32 59,3%
Negatif 22 40,7%
Jumlah 54 100%
Sumber : Data primer pada bulan April-Mei 2010
Berdasarkan tabel 7 di atas dapat diketahui kejadian amenorea
sekunder pada 54 akseptor dimana sebanyak 32 akseptor (59,3%)
mengalami amenorea sekunder positif, sedangkan 22 akseptor (40,7%)
lainnya mengalami amenorea sekunder negatif (tidak mengalami amenorea
sekunder).
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan Karakteristik Akseptor Kontrasepsi DMPA dengan
Kejadian Amenorea Sekunder
Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji Independensi Kai
Kuadrat, dapat diperoleh hubungan antara karakteristik akseptor yang
meliputi usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, paritas, dan berat badan
akseptor dengan kejadian amenorea sekunder.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Tabel 8. Hubungan Karakteristik Akseptor Kontrasepsi DMPA dengan
Kejadian Amenorea Sekunder
Amenorea Sekunder Jumlah
Nilai
p positif negatif
n (%) n (%) n (%)
Usia
21-25 tahun 8 (15) 10 (18) 18 (33)
26-30 tahun 13 (24) 8 (15) 21 (39) 0,231
31-35 tahun 11 (20) 4 (7) 15 (28)
Pendidikan
Lulus SD 5 (9) 3 (6) 8 (15)
Lulus SLTP 10 (18) 8 (15) 18 (33) 0,967
Lulus SLTA 16 (30) 10 (18) 26 (48)
Lulus PT 1 (2) 1 (2) 2 (4)
Pekerjaan
IRT 21 (37) 16 (30) 37 (68)
Karyawan 7 (13) 4 (7) 11 (20) 1,000
Wiraswasta 4 (7) 2 (4) 6 (11)
Paritas
Primipara 13 (24) 10 (18) 23 (42) 0,724
Multipara 18 (33) 13 (25) 31 (58)
Berat Badan
<50,5 kg 15 (28) 14 (26) 29 (54) 0,225
≥50,5 kg 17 (31) 8 (15) 25 (46)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa karakteristik akseptor
seperti usia, pendidikan, pekerjaan, paritas, dan berat badan akseptor tidak
memiliki hubungan yang bermakna secara statistik (p > 0,05) terhadap
kejadian amenorea sekunder.
2. Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi DMPA dengan Kejadian
Amenorea Sekunder
Lama pemakaian kontrasepsi DMPA dan kejadian amenorea sekunder
dinyatakan dalam bentuk tabel dan diagram yang menyatakan distribusi
frekuensi dan arah hubungan dari kedua variabel yang diteliti.
Tabel 9. Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi DMPA dengan
Kejadian Amenorea Sekunder
Amenorea Sekunder Jumlah Nilai
p
Positif Negatif
n (%) n (%) n (%)
Lama
Pemakaian
(bulan)
3-12 7 (13) 13 (24) 20 (37)
13-23 11 (21) 4 (7) 15 (28) 0,021
≥ 24 14 (26) 5 (9) 19 (35)
Jumlah 32 (60) 22 (40) 54 (100)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
13
2421
7
26
9
0
5
10
15
20
25
30
Pers
enta
se (%
)
3--12 13--23 ≥ 24
Lama Pemakaian (Bulan)
Amenorea SekunderPositif
Amenorea SekunderNegatif
Gambar 3. Grafik Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi DMPA
dengan Kejadian Amenorea Sekunder
Berdasarkan tabel 9, diperoleh nilai signifikan yang didapat p = 0,021
(p< 0,05), sehingga H0 ditolak dan hipotesis kerja (H1) diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara lama
pemakaian kontrasepsi DMPA dengan kejadian amenorea sekunder.
Berdasarkan gambar 3, diperoleh informasi bahwa kejadian amenorea
sekunder semakin meningkat seiring dengan lama pemakaian kontrasepsi
DMPA. Kejadian amenorea sekunder paling banyak dialami akseptor yang
memakai kontrasepsi selama ≥ 24 bulan yaitu sebesar 26%, dan paling
sedikit dialami oleh akseptor dengan pemakaian kontrasepsi selama 3-12
bulan sebesar 13%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
C. Analisis Regresi Logistik
Analisis regresi logistik digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan
atau Odds Ratio (OR) antara variabel lama pemakaian kontrasepsi DMPA
dengan kejadian amenorea sekunder.
Tabel 10. Analisis Regresi Logistik Lama Pemakaian Kontrasepsi DMPA
dengan Kejadian Amenorea Sekunder
Amenorea sekunder
Nilai p
OR (CI 95%) positif negatif
Lama
Pemakaian
(bulan)
3-12 7 13 Pembanding
13-23 11 4 0,029 5,11 (1,18-22,16)
≥ 24 14 5 0,019 5,20 (1,32-20,54)
Jumlah 32 22
Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui bahwa pemakaian kontrasepsi
selama 3-12 bulan dijadikan sebagai pembanding terhadap kategori lainnya.
Dari tabel tersebut, lama pemakaian kontrasepsi DMPA selama 13-23 bulan
dan pemakaian ≥24 memiliki hubungan yang secara statistik signifikan
terhadap kejadian amenorea sekunder (p<0,05).
Pemakaian kontrasepsi DMPA selama 13-23 bulan mempunyai risiko
untuk mengalami kejadian amenorea sekunder sebesar 5,1 kali daripada
pemakaian 3-12 bulan. Sedangkan pemakaian kontrasepsi DMPA selama ≥24
bulan mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kejadian
amenorea sekunder yaitu sebesar 5,2 kali daripada pemakaian DMPA selama
3-12 bulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Pada tingkat kepercayaan 95% diperoleh hasil bahwa risiko untuk
terjadinya amenorea sekunder pada pemakaian 13-23 bulan berkisar antara 1,2
hingga 22,2 kali dibanding pemakaian 3-12 bulan. Sedangkan pemakaian
selama ≥ 24 bulan mempunyai risiko untuk terjadinya amenorea sekunder
berkisar antara 1,3 hingga 20,5 kali dibandingkan pemakaian 3-12 bulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB V
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Akseptor
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 8, dapat diketahui bahwa
tidak ada hubungan yang secara statistik signifikan antara karakteristik
akseptor yang meliputi usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan paritas
akseptor kontrasepsi DMPA dengan kejadian amenorea sekunder. Adapun
deskripsi dari setiap karakteristik akseptor terhadap kejadian amenorea
sekunder meliputi:
1. Usia
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 54 akseptor yang
diteliti, sebagian besar akseptor berada pada rentang usia 26-30 tahun yaitu
sebanyak 21 akseptor (38,9%) dan paling sedikit berada dalam rentang
usia 31-35 tahun sebanyak 15 akseptor (27,8%). Selain itu, berdasarkan
hasil pengolahan bivariat, tidak didapatkan hubungan yang bermakna
antara usia akseptor dengan kejadian amenorea sekunder (p = 0,231). Hal
ini disebabkan oleh pengontrolan usia akseptor yang diteliti. Pengontrolan
dilakukan karena usia akseptor yang kurang dari 20 tahun dan melebihi 35
tahun akan memperbesar kejadian amenorea sekunder. Usia diatas 35
tahun memperbesar kejadian amenorea sekunder karena kesuburan mulai
menurun pada usia ini (Cunningham et al., 2005). Sedangkan usia kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dari 20 tahun terkait dengan amenorea pada remaja (Boroditsky et al.,
2000).
2. Pendidikan Terakhir
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 54 akseptor yang diobservasi
sebagian besar memiliki pendidikan terakhir SLTA yaitu sejumlah 26
akseptor (48,1%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman
akseptor terhadap pemakaian kontrasepsi DMPA cukup tinggi karena
tingkat pendidikan berkorelasi positif terhadap pemahaman yang diperoleh
(Notoadmojo, 2002). Selain itu, dari hasil analisis bivariat menunjukkan
tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan
kejadian amenorea sekunder ( p = 0,967) dan hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Bazargani dan Fardyazar yang menyatakan
bahwa pendidikan akseptor tidak memiliki hubungan yang bermakna
dengan kejadian amenorea sekunder (Bazargani dan Fardyazar, 2006).
3. Pekerjaan
Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa akseptor paling banyak bekerja
sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT), yaitu sebanyak 37 akseptor (68,5%) dan
paling sedikit bekerja sebagai wiraswasta yaitu 6 akseptor (11,1%). Selain
itu, dari hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara pekerjaan dengan kejadian amenorea sekunder. Hasil
pengolahan data ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh
Marsinova tahun 2008 di Yogyakarta. Hasil yang tidak signifikan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
disebabkan oleh ruang lingkup pekerjaan akseptor terbatas pada jenis
pekerjaan yang tidak membutuhkan aktivitas fisik yang berat. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Kinningham, jenis pekerjaan yang
membutuhkan aktivitas fisik yang berat seperti atlet dan penari balet
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya amenorea sekunder
karena terjadi kelainan hipotalamus fungsional akibat penurunan frekuensi
dan amplitudo denyut GnRH (Hefner dan Schust, 2006).
4. Paritas
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar akseptor kontrasepsi
DMPA yang diteliti memiliki dua orang anak atau lebih (multipara) yaitu
sejumlah 31 akseptor (57,4%). Hasil ini serupa dengan penelitian
epidemiologis yang dilakukan oleh Abasiattai et al. tahun 2010 di Nigeria
yang menyatakan bahwa akseptor dengan multipara cenderung
menggunakan DMPA. Selanjutnya, dari hasil analisis bivariat pada tabel 8
diperoleh nilai signifikan p = 0,724. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
paritas pada akseptor DMPA tidak memiliki hubungan yang bermakna
secara statistik dengan kejadian amenorea sekunder.
5. Berat Badan
Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa rerata berat badan akseptor adalah
51,73 kg dengan median 50,5 kg. Amenorea sekunder pada akseptor
DMPA tampaknya lebih sering terjadi pada akseptor dengan berat badan
tinggi (Hartanto, 2003). Akan tetapi, dari hasil pengolahan data di tabel 8,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
berat badan akseptor dengan kejadian amenorea sekunder. Penelitian yang
dilakukan oleh Bazargani dan Fardyazar tahun 2006 juga menunjukkan
bahwa tidak terdapat kaitan antara berat badan dengan kejadian amenorea.
B. Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi DMPA dengan Kejadian
Amenorea Sekunder
Data hasil penelitian kategori lama pemakaian kontrasepsi DMPA diproses
dengan menggunakan uji Independensi Kai Kuadrat didapatkan nilai
signifikansi p = 0,021 (p< 0,05), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang
berarti secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara lama
pemakaian kontrasepsi DMPA dengan kejadian amenorea sekunder. Selain itu,
hasil analisis regresi logistik pada tabel 10 menyatakan bahwa angka kejadian
(odss ratio) amenorea sekunder semakin besar seiring dengan lamanya
pemakaian kontrasepsi DMPA. Hasil pengolahan analisis pada tabel 10
menyatakan bahwa pemakaian kontrasepsi DMPA selama ≥ 24 bulan
mempunyai risiko 5,2 kali untuk mengalami amenorea sekunder bila
dibandingkan dengan pemakaian selama 3-12 bulan. Sedangkan lama
pemakaian kontrasepsi DMPA selama 13-23 bulan mempunyai risiko 5,11
kali untuk mengalami amenorea sekunder bila dibandingkan dengan
pemakaian selama 3-12 bulan.
Hasil penelitian tersebut mendukung hasil penelitian lain yang dilakukan
oleh Bazargani dan Fardyazar yang menyatakan bahwa efek pemakaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
kontrasepsi DMPA terhadap amenorea sekunder bertambah besar seiring
dengan lamanya waktu pemakaian. Selain itu, hasil penelitian epidemiologis
lain yang dilakukan oleh Sathyamala juga menunjukkan bahwa kejadian
amenorea sekunder lebih sering dialami oleh akseptor kontrasepsi DMPA
yang melakukan penyuntikan ulang kontrasepsi (Phadke, 2005).
Menurut Kaunitz (2001), kejadian amenorea sekunder pada akseptor
kontrasepsi DMPA disebabkan oleh efek farmakologik kontrasepsi tersebut.
Kadar obat kontrasepsi MPA yang dilepaskan secara perlahan dari depotnya
akan bersirkluasi dalam darah, sehingga mampu menekan pembentukan
GnRH dari hipotalamus. Hal ini akan menghambat pelepasan lonjakan LH di
hipofisis. Penghambatan ini menimbulkan kegagalan ovulasi dan akhirnya
tidak terjadi siklus menstruasi (amenorea). Selain itu, tidak adanya ovulasi
mengakibatkan kadar estradiol serum juga tetap dipertahankan rendah akibat
tidak meningkatnya kadar FSH secara simultan.
Pemakaian kontrasepsi DMPA dalam jangka lama dapat menimbulkan
kondisi hipoestrogen yang ditandai dengan kadar estradiol serum (E2) yang
rendah (Phadke, 2005). Penelitian yang telah dilakukan oleh Miller et al.
tahun 2000, menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi DMPA dapat
menurunkan rerata kadar estradiol serum yang semula 99.9 ± 9.3 pg/mL
menjadi 26.6 ± 1.6 pg/mL setelah 6 bulan pemakaian. Keadaan hipoestrogen
yang berlangsung dalam jangka lama ini akan dapat memicu atrofi
endometrium yang menimbulkan amenorea sekunder (Hefner dan Schust,
2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
C. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan penelitian ini adalah desain penelitian yang bersifat
cross sectional dan adanya faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Penggunaan
desain cross sectional dipengaruhi oleh keterbatasan waktu dalam melakukan
penelitian. Selain itu, desain cross sectional tidak bisa menganalisis hubungan
sebab akibat (kausal) yang kuat antara paparan dengan penyakit (masalah
kesehatan), karena penilaian hubungan dilakukan satu waktu sedangkan
validitas penilaian hubungan kausal pada dasarnya memerlukan arah waktu yang
jelas (paparan harus mendahului penyakit).
Adanya faktor lain yang tidak diteliti seperti status gizi akseptor dan faktor
psikogenik juga turut menjadi keterbatasan penelitian. Penelitian terbatas pada
penilaian berat badan akseptor melalui kartu akseptor KB. Sedangkan tinggi
badan akseptor tidak diteliti sehingga tidak bisa menentukan indeks massa
tubuh untuk mengetahui status gizi akseptor yang diteliti. Selain itu, penelitian
ini terbatas pada lingkungan Puskesmas Kratonan Surakarta, sehingga hasil
penelitian tidak dapat digeneralisasikan secara luas pada akseptor DMPA di
Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Lama pemakaian kontrasepsi DMPA memiliki hubungan yang bermakna
dengan kejadian amenorea sekunder.
2. Usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, paritas, dan berat badan akseptor
kontrasepsi DMPA di Puskesmas Kratonan Surakarta tidak mempunyai
hubungan yang secara statistik signifikan terhadap kejadian amenorea
sekunder.
B. Saran
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai berbagai faktor risiko
kejadian amenorea sekunder dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan
daerah penelitian yang lebih luas agar diperoleh hasil yang lebih
mendekati kenyataan.
2. Perlu diadakan konseling dan penyuluhan yang intensif terhadap akseptor
baru kontrasepsi DMPA, sehingga diperoleh pemahaman terkait dengan
risiko terjadinya amenorea sekunder setelah penyuntikan ulang kontrasepsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
DAFTAR PUSTAKA
Adaji S.E, Sittu S.O, Sule S.T. 2005. Attitude of nigerian women to abnormal menstrual bleeding from injectable progestogen-only contraceptive. Ann Afr Med 4: 144-9
Albertazzi B.M, and Steel S.A. 2006. Bone mineral density and depot
Cetakan 3. Jogjakarta: Nuha Medika, pp: 123-34 Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Jawa Tengah. 2009. Hasil
Perolehan Peserta KB Baru Bulan November 2009. http://jateng.bkkbn.go.id (18 Januari 2010)
Bazargani H.S. and Fardyazar Z. 2006. Amenorrhea: an advantage rather than a
complication of depot medroxy progesterone acetate injectable contraceptive. Intl. J. Pharmacol 2: 352-6
Berenson A.B, Rahman M, Breitkopf C.R. 2008. Effects of depot
medroxyprogesterone acetate and 20-microgram oral contraceptives on bone mineral density. Obstet Gynecol 112:788-99.
Bielak K.M. 2008. Amenorrhea. http://emedicine.medscape.com (26 Januari
2010) Boroditsky R, Guilbert E, Winnipeg, Quebec. 2000. Injectable
medroxyprogesterone acetate for contraception. J Obstet Gynaecol Can 94: 14-8
Camacho P.M, Gharib H, Srumore G.W. 2007. Evidence Based Endocrinology.
2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, pp; 127-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Chandrasoma P., dan Taylor C.R. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. Mahanani DA. dkk (eds). Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 695-7
Clark M.K., Dillon J.S, Sowers M., Nichols S. 2005. Weight, fat mass, and central distribution of fat increase when women use depot medroxyprogesterone acetate for contraception. Int J Obes 29: 1252-8
Crum C.P., Lester S.C., Cotran R.S. 2007. Sistem Genitalia Perempuan dan
Payudara. Dalam: Robbins S.L., Kumar V., Cotran R.S. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 7. Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedoketeran EGC, pp: 777-8
dan Wilson L.M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Hartanto H, dkk (eds). Edisi 6. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 1280-7
Kaunitz A. 2001. Injectable long-acting contraceptives. Clin Obstet Gynecol 44:
73-91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Miller L., Patton D., Meier A., Eschenbach A. 2000. Depot medroxyprogesterone-induced hypoestrogenism and changes in vaginal flora and epithelium. Obstet Gynecol 96:431-9
Morgan G. dan Hamilton C. 2003. Obstetri dan Ginekologi: Panduan Praktik.
Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 31-3 Murti B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press, pp: 97-8
Notoatmodjo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan 2. Jakarta: PT
Rineka Cipta, pp: 77-105 Phadke A. 2005. A thorough critique of Depo Provera. Indian J Med Ethics 2:1 Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Santoso B.I.(ed). Edisi 2.