TUGAS KELOMPOK MATAKULIAH FARMAKOTERAPI TERAPAN MAKALAH PENYAKIT GYNEKOLOGI KONTRASEPSI OLEH : KELOMPOK 6 KELAS A HIDAYAT H. N21114084 ANDI ULFIANA UTARI N21114790 ASYRAFUL ANAM N21114799 MUHAJIR N21114807 AHMAD SAPA N21114832 SRI YOLANDARI N21114857 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN APOTEKER FAKULTAS FARMASI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS KELOMPOK
MATAKULIAH FARMAKOTERAPI TERAPAN
MAKALAH
PENYAKIT GYNEKOLOGI
KONTRASEPSI
OLEH :
KELOMPOK 6
KELAS A
HIDAYAT H. N21114084
ANDI ULFIANA UTARI N21114790
ASYRAFUL ANAM N21114799
MUHAJIR N21114807
AHMAD SAPA N21114832
SRI YOLANDARI N21114857
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Kontrasepsi adalah usaha–usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha–usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen, yang
bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi.
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu
harus memenuhi syarat-syarat berbagai berikut dapat dipercaya, tidak
menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat dapat diatur
menurut kebutuhan Menurut Riskesdas (2010) usia reproduksi perempuan pada
umumnya adalah usia 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah
kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita atau pasangan ini lebih
diprioritaskan untuk menggunakan alat atau cara KB. Tingkat pencapaian
pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang
atau pernah menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis
kontrasepsi yang digunakan akseptor
Indonesia hingga saat ini masih termasuk dalam Negara berkembang
dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia. Menurut mantan Kepala
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Sugiri Syarief, laju
pertumbuhan penduduk Indonesia saat ini sekitar 1,49 persen per tahun. Artinya,
setiap tahun jumlah populasi meningkat menjadi 3,5 juta hingga 4 juta orang.
Berdasarkan hasil survey yang sudah dilakukan oleh BPS (Badan Pusat
Statistik) yang dilaporkan dalam catalog BPS tahun 2012 dinyatakan bahwa
jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2010 adalah ± 237. 641. 363 jiwa,
dengan jumlah perempuan sebanyak 119. 507. 580 dan jumlah laki-laki sebanyak
118.048.783. Jika diperhitungkan, laju pertumbuhan bergerak konstan maka
diperkirakan jumlah penduduk di Indonesia akan mencapai 273,2 juta jiwa pada
tahun 2025.
Alat kontrasepsi sangat diperlukan untuk mencegah kehamilan.
Seharusnya dengan alat kontrasepsi, kehidupan seksual akan lebih aktif karena
tidak ada ketakutan akan hamil. Salah satu alat kontrasepsi yang paling banyak
dipakai adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan KB yang mengandung 2
komponen bahan aktif, estrogen dan progesteron.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PROSES OVULASI
Setelah ejakulasi, dalam waktu 5-10 menit sperma akan dihantarkan
melalui uterus ke ampula pada bagian akhir ovarium dari tuba fallopi yang
dibantu oleh kontraksi uterus dan tuba fallopi yang dirangsang oleh prostaglandin
dalam cairan seminal dan oksitosin yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis
posterior selama orgasme wanita. Dari hampir setengah miliar sperma yang
dideposit dalam vagina hanya bebrapa ribu yang berhasil ampula.
Dalam ovarium sekresi estrogen membutuhkan gonadotropin (LH dan
FSH) yang merupakan hormon yang dilepaskan dari hipofisis anterior. Pelepasan
LH dan FSH dikendalikan oleh hipotalamus yang mengakibatkan pelepasan
pulsasi GnRH.
Dalam ovarium FSH dan LH menstimulasi perkembangan folikel dan
sintesis estradiol oleh sel-sel granulose folikel. Pada fase folikular awal, kadar
estradiol dalam darah yang rendah memberikan efek umpan balik negative pada
FSH yang menjamin hanya folikel dominan yang matang. Pada pertengahan
siklus kadar estradiol tinggi dan memberikan efek umpan balik positif pada
sekresi LH yang menyebabkan lonjakan LH dan terjadilah ovulasi. Folikel
kemudian pecah berkembang menjadi korpus luteum yang mensekresi estrogen
dan progesteron sampai akhir siklus.
Sebelum sperma masuk di ovum, sperma harus menembus berlapis-lapis
sel granulose yang melekat disisi luar ovum yang disebut korona radiata, dan
harus berikatan dengan dan menembus zona pelusida yang mengelilingi ovum
sendiri. Sekali sperma masuk ke dalam ovum, kepala sperma akan membengkak
dengan cepat membentuk pronukleus pria kemudian ke-23 kromosom yang tidak
berpasangan pada pronukleus pria dan ke-23 kromosom pada pronukleus wanita
berikatan bersama-sama membentuk kembali komplemen yang menyeluruh
dengan 46 kromosom (23 pasang) dalam sebuah ovum yang sudah dibuahi.
Setelah terjadi pembuahan, biasanya ovum ditransport dari tuba fallopi ke
kavum uteri dalam waktu 3-4 hari. Transport ini dipengaruhi oleh arus cairan
yang lemah dalam tuba akibat kerja sekresi epitel ditambah kerja epitel bersilia
yang melapisi tuba. Setelah saat ini terjadi peningkatan progesteron yang cepat
yang disekresi oleh korpus luteum ovarium sehingga memacu peningkatan
reseptor progesteron pada sel otot polos tuba fallopi dan kemudian
mengaktifkannya, melepaskan suatu efek relaksasi yang memungkinkan
masuknya ovum ke dalam uterus.
KONTRASEPSI
Kontrasepsi adalah pencegahan konsepsi atau pencegahan kehamilan.
Dikenal berbagai cara yang dapat mencegah konsepsi, penggunaan kondom pada
pria atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR, IUD = intra uterine devices);
tindakan operasi sterilisasi (tubektomi wanita atau vesektomi pria), atau
penggunaan kontrasepsi hormonal.
Macam-macam Metoda Kontrasepsi
a. Kontrasepsi Sederhana
1) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis
sebagai tempat penampungan sperma yang dikeluarkan pria pada saat senggama
sehingga tidak tercurah pada vagina. Cara kerja kondom yaitu mencegah
pertemuan ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa mencapai saluran
genital wanita. Sekarang sudah ada jenis kondom untuk wanita, angka kegagalan
dari penggunaan kondom ini 5-21%.
2) KB Alami
KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur dasar
utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3 cara,
yaitu : metode kalender, suhu basal, dan metode lender serviks.
3) Diafragma
Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma
mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses kesaluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 4-
8% kehamilan.
4) Spermicida
Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan
menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina, sehingga
tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim
dan jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila dipakai dengan
kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma.
b. Kontrasepsi Hormonal
1) Pil KB
Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang
berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi) atau hanya
terdiri dari hormon progesteron saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan
ovulasi untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan
lendir mulut rahim sehingga sperma sukar untuk masuk kedalam rahim, dan
menipiskan lapisan endometrium. Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui.
Efektifitas pil sangat tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil
kombinasi, dan 3-10% untuk mini pil.
2) Suntik KB
Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik
KB 3 bulan (DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil KB. Efek sampingnya dapat
terjadi gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan,
pemakaian jangka panjang bisa terjadi penurunan libido, dan densitas tulang.
3) Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya
dilengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant mengandung levonogestrel.
Keuntungan dari metode implant ini antara lain tahan sampai 5 tahun, kesuburan
akan kembali segera setelah pengangkatan. Efektifitasnya sangat tinggi, angka
kegagalannya 1-3%.
4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang
bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang dililit
tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula yang batangnya
hanya berisi hormon progesteron. Cara kerjanya, meninggikan getaran saluran
telur sehingga pada waktu blastokista sampai ke rahim endometrium belum siap
menerima nidasi, menimbulkan reaksi mikro infeksi sehingga terjadi penumpukan
sel darah putih yang melarutkan blastokista, dan lilitan logam menyebabkan reaksi
anti fertilitas. Efektifitasnya tinggi, angka kegagalannya 1%.
c. Metoda Kontrasepsi Mantap (Kontap)
1) Tubektomi
Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara
mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel telur ke
rahim), efektivitasnya mencapai 99 %.
2) Vasektomi
Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi
keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas
defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya
99%
OBAT KONTRASEPSI WANITA
Kontrasepsi dapat dilakukan dalam berbagai cara antara lain :
Kontrasepsi oral
Kontrasepsi suntikan
Kontrasepsi implantasi
1. Kontrasepsi oral
Ada 4 tipe kontrasepsi oral yaitu tipe kombinasi, tipe sekuensial, pil mini,
dan MAP (morning after pil) atau pil pasca senggama tapi yang paling banyak
digunakan sampai saat ini adalah pil kombinasi dan pil mini.
Tipe kombinasi : terdiri dari 21-22 pil masing masing berisi derivat
estrogen dan progestin dosis kecil untuk penggunaan 1 siklus. Pil pertama
diminum pada hari pertama haid sampai 21 atau 22 hari.
Jenis pil kombinasi
Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dalam dua dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif
Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dalam tiga dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif
Tipe sekuensial : terdiri dari 14 pil-15 pil yang hanya berisi derivat estrogen dan 7
pil berikutnya berisi kombinasi estrogen dan progestin. Penggunaanya sama
dengan tipe kombinasi. diIndonesia jenis ini belum beredar.
Yang dapat menggunakan pil kombinasi :
• Usia reproduksi
• Sudah/belum memiliki anak
• Gemuk/kurus
• Telah melahirkan dan tidak menyusui
• Setelah melahirkan 6 bulan dan tidak memberikan ASI eksklusif
• Pasca keguguran
• Anemia karena haid berlebihan
• Nyeri haid hebat
• Siklus haid tidak teratur
• Riwayat kehamilan ektopik
• Kelainan payudara jinak
• DM tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata, dan syaraf
• Penyakit tiroid, endometriosis, tumor ovarium jinak, dan penyakit radang
panggul
• Tuberkolosis (kecuali yang sedang menggunakan refamfisin)
• Varises vena
Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi :
• Hamil/dicurigai hamil
• Menyusui eksklusif
• Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya
• Hepatitis
• Perokok dengan usia lebih dari 35 tahun
• Riwayat penyakit jantung, stroke, tekanan darah >180/110 mmHg
• Riwayat gangguan factor pembekuan darah atau DM > 20 tahun
• Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
• Migrain
• Riwayat epilepsi
Pil mini : hanya berisi derivat progestin (nortindron-norgestrel dosis kecil) terdiri
dari 21-22 tablet. Penggunaanya sama dengan tipe kombinasi.
Yang dapat menggunakan pil mini :
• Usia reproduksi
• Sudah/belum memiliki anak
• Telah melahirkan dan tidak menyusui
• Pasca keguguran
• Perokok segala usia
• TD tinggi (selama < 180/110 mmHg
• Masalah pembekuan darah
• Tidak boleh menggunakan estrogen atau tidak senang menggunakan
estrogen
• Siklus haid tidak teratur
Yang tidak boleh menggunakan pil mini :
• Hamil/dicurigai hamil
• Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya
• Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
• Menggunakan obat TBC (rifamfisin) tau obat untuk epilepsy
(fenitoin/barbiturate)
• Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
• Miom uterus
• Riwayat stroke
MAP (Morning After Pill) :berisi diethylstilbestrol 25 mg, diminum 2 x sehari
dalam waktu kurang dari 72 jam pasca senggama selama 5 hari berturut-turut.
2. Kontrasepsi suntikan
Kontrasepsi suntikan yang banyak digunakan adalah medroksi progesteron
asetat (MPA) 150 mg dan nortindron enantat 200 mg yang diberikan secara i.m
yang cukup dalam di daerah gluteus pada hari ke-5 haid. Suntikan MPA diberikan
setiap 12 minggu sedangkan suntikan nortindron enantat diberikan setiap 8
minggu.
Yang boleh menggunakan suntikan
• Usia reproduksi
• Sudah/belum memiliki anak
• Telah melahirkan dan tidak menyusui
• Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan
• Anemia karena haid berlebihan
• Nyeri haid hebat
• Siklus haid teratur
• Riwayat kehamilan ektopik
Yang tidak boleh menggunakan suntikan
• Hamil/dicurigai hamil
• Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan
• Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya
• Hepatitis
• Perokok dengan usia lebih dari 35 tahun
• Riwayat penyakit jantung, stroke, tekanan darah >180/110 mmHg
• Riwayat kelainan tromboemboli atau DM > 20 tahun
• Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain
• Keganasan payudara
3. Kontrasepsi Implantasi
Implant ini ada 2, yang pertama terdiri dari 6 tube silastik berisi 36 mg
levonorgestrel (norplant) ditanam secara s.c dilengan atas kiri dalam waktu untuk
5 tahun. Yang kedua jenis implant yang terdiri dari 1 tube silastik yang berisi 3-
keto-desogestrel 60 mg untuk waktu 3 tahun penggunaannya sama dengan
norplant.
Kedua jenis implant ini rata-rata mengeluarkan 30 mikrogram/hari zat
aktifnya. Setelah habis masa kerjanya, kedua jenis implant ini harus dikeluarkan
dari tubuh.
Yang dapat menggunakan implant :
• Usia reproduksi
• Sudah/belum memiliki anak
• Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
• Pasca persalinan dan tidak menyusui
• Pasca keguguran
• Tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak sterilisasi
• Riwayat kehamilan ektopik
• TD kurang dari 180/110 mmHg dengan masalah pembekuan darah
• Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang menggunakan
estrogen
Yang tidak boleh menggunakan implant :
• Hamil/dicurigai hamil
• Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya
• Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
• Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
• Miom uterus
• Gangguan toleransi glukosa
OBAT KONTRASEPSI PRIA
Pada beberapa dekade terakhir ini, banyak penelitian difokuskan kepada
perkembangan efektivitas dan keamanan kontrasepsi pria. Idealnya kontrasepsi
pria itu harus memiliki khasiat jangka lama, tetapi bersifat reversibel dalam hal
menyebabkan azoospermia (tidak adanya sperma didalam semen).Menurunkan
jumlah sperma relatif lebih sulit bila dibandingkan dengan menghambat terjadinya
ovulasi pada wanita.Hal ini karena jumlah sperma sekali ejakulasi dapat melebihi
20-40 juta sperma, sedangkan wanita umumnya hanya untuk menghambat satu sel
telur untuk setiap bulannya.
1. IMMUNOCONTRACEPTION (VAKSIN)
Selain metode hormonal kontrasepsi pria, berbagai penelitian kontrasepsi
pria telah difokuskan pada metode immunocontraception (Suri, 2005). Beberapa
antigen sperma sudah pernah diteliti, antara lain: C4-laktat dehidrogenase, PH-20,
protein sperma (SP)-10, antigen fertilisasi (FA)-1, FA-2, “cleavage signal” (CS)-
1, NZ-1 dan NZ-2, DE, dan 4LP-12. Lebih dari itu, molekul yang terlibat dalam
proses pengikatan sperma pada zona pellucida (ZP) mungkin dapat menjadi
kandidat vaksin yang menjanjikan, atau menjadi immuno-kontrasepsi yang baik.
Metode ini pada prinsipnya juga didasarkan pada metode hormonal dan telah
dikembangkan sampai tahapan uji klinik pada manusia.
2. OBAT KONTRASEPSI NON-HORMONAL
Disamping itu dilakukan pula penelitian dengan metode SMA (Styrene
maleic anhydride) yaitu metode non bedah yang menggunakan pendekatan
metode non hormonal untuk kontrasepsi pria.Cara kerjanya melalui perusakan
membran sperma, mengurangi fungsi sperma, dan menghambat fertilisasi.Dari
review berbagai penelitian juga dapat disimpulkan bahwa beberapa obat
kontrasepsi non-hormonal pernah digunakan, namun belum aman (Lopez et al,
2005). Suntikan styrene maleic anhydride (SMA) disuntikan ke dalam vas
deferen.
Masih diperlukan uji klinik yang lebih luas sebelum digunakan untuk
kepentingan program keluarga berenacana.Untuk itu perlu pemahaman lebih
lanjut agar perkembangan metode kontrasepsi pria dapat dipahami oleh semua
pihak.
Kontrasepsi untuk pria dengan menggunakan obat non hormonal
mempunyai keuntungan yang lebih bila dibandingkan dengan metode hormonal.
Metode nonhormonal mempunyai cara kerja yang lebih cepat dan ketergantungan
pada peran hormon androgen relatif lebih rendah
Dari review berbagai penelitian dapat disimpulkan bahwa kontrasepsi non-
hormonal sudah bisa digunakan (Lopez et al, 2005). Namun demikian, kombinasi
hormon progestin dan testosteron lebih menjanjikan dibanding metode obat non-
hormonal.Pada umumnya, baik obat hormonal dan non-hormonal efektifitas dan
keamanan masih belum diketahui dengan pasti, sehingga masih memerlukan uji
klinik yang lebih besar.Pendekatan non hormonal mempunyai beberapa
keuntungan potensial dibandingkan pendekatan hormonal.
3. OBAT KONTRASEPSI HORMONAL
Hormon kontrasepsi pada pria umumnya berbasis pada dua jenis, yaitu:
1) Androgen tunggal
Injeksi testosteron enanthate pada umumnya dapat ditolerer oleh subyek
penelitian. Efek samping yang terjadi antara lain berupa: a) peningkatan berat
badan, b) kulit menjadi lebih berminyak, c) terjadi jerawat, dan d) kadar
hemotokrit darah meningkat. Meskipun subyek dapat menerima dosis tersebut,
suntikan setiap minggu adalah tidak praktis; dan tentunya memiliki risiko
tersendiri apabila mempertimbangkan adanya epidemi HIV/AIDS dan hepatitis.
Lebih dari itu, kadar testosteron sehari-hari melebihi kadar fisiologis
normal yang mengundang pertanyaan jikalau digunakan pada waktu jangka
panjang. Dalam beberapa tahun terakhir, preparat testosteron jangka panjang telah
dikembangkan dan sebagian dari preparat tersebut telah menunjukkan
keberhasilan dalam menekan proses spermatogenesis. Preparat tersebut antara lain
testosteron undecanoate dan decanoate yang diberikan dalam bentuk implan.
Testosteron implan (1200 mg) memiliki kemampuan menekan spermatogenesis
setara dengan injeksi mingguan testosteron enanthate. Demikian juga di China
telah dicoba dosis injeksi testosteron undecanoate setiap bulan dengan dosis 500
atau 1000 mg dan hasilnya sebaik dengan injeksi mingguan dengan testosteron
enanthate pada penelitian WHO. Androgen meningkatkan masa tubuh (body
mass), kepadatan mineral tulang, dan menurunkan lemak tubuh.Tergantung dasar
penilaian yang dipakai, bagi beberapa laki-laki dari negara sedang berkembang
hal tersebut dapat dilihat memberikan benefit yang positif.Kadar testosteron darah
yang melibihi nilai ambang batas fisiologis dapat meningkatkan kejadian jerawat
dan berat badan.
2). Campuran antara androgen dan bahan kimia yang dapat menekan
perlepasan hormon gonadotropin (a gonadotropin-supressing agent) / progestin.
Bahan lain yang dapat menekan gonadotropin, misalnya progestin, akan
dapat mengurangi kadar androgen yang diperlukan untuk kontrasepsi pria karena
memiliki pengaruh yang saling sinergistik. Testosteron enanthate telah dicoba
diberikan bersama injeksi depotmedroksi progesteron acetat (DMPA), desogestrel
oral, dan cyproterone acetate (progestin dengan antiandrogenik).Pada semua
penelitian ini terlihat bahwa progestin memperkuat efek androgen. Testosteron
undecanoate telah diteliti bersama-sama pill levonogestrel (250 µg/hari) dan
injeksi norethisterone enathate (200 mg/6 bulan secara i.m.). Kombinasi antara
testosteron undecanoate dengan norethisterone enanthate sangat efektif dalam
menekan spermatogenesis menjadi azoospermia, sedangkan kombinasi dengan
levonorgestrel oral menjadi semakin lemah.Demikian juga kombinasi antara
testosteron pelet (800 mg) bersama-sama dengan DMPA (300 mg injeksi) sangat
efektif sehingga terjadi azoospermia. Tidak seperti halnya injeksi, testosteron
tempel (patch) kombinasi dengan levenorgestrel secara oral atau implan memiliki
pengaruh yang lemah terhadap proses azoospermia, hanya berkisar 25-30 persen.
BAB III
PEMBAHASAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan studi kasus ini, pembaca harus dapat:
• Mendiskusikan kontraindikasi absolut dan relatif terhadap penggunaan
kontrasepsi hormonal.
• Mendiskusikan keuntungan dan kerugian dari berbagai bentuk kontrasepsi
hormonal, termasuk baik dalam bentuk oral dan non-oral.
• Bandingkan pemasaran kombinasi kontrasepsi oral dan dapat memilih produk
yang terbaik bagi seorang pasien.
•Mengembangkan strategi dalam mengelola kemungkinan efek samping dari
Kontrasepsi oral dan mempersiapkan rencana pengobatan alternatif yang tepat.
• Memberikan penjelasan kepada pasien tentang penggunaan dan efek samping
dari kontrasepsi hormonal yang dipilih
KETERANGAN PASIEN
Keluhan Utama
"Tunangan saya dan saya akan menikah segera, dan kami tidak siap untuk
memiliki anak. "
HPI
Madeline Macy adalah mahasiswa pascasarjana 24 tahun yang berkonsultasi
dengan Dokter Klinik Keluarga tentang konseling kontrasepsi. Dia dan
tunangannya, Fritz, berencana untuk menikah di sekitar 3 bulan. Madeline
menyatakan bahwa ia dan Fritz telah melakukan monogamy, hubungan seksual
selama 2 tahun terakhir, dan metode kontrasepsi yang mereka gunakan adalah
pemakaian kondom bagi laki-laki(Fritz). Dia berada disini hari ini untuk
dievaluasi untuk penggunaan kontrasepsi hormonal. Dia mulai menstruasi pada
usia 14, dengan siklus yang tidak teratur dari 25-36 hari. Menstruasi terakhirnya
adalah 2 minggu lalu.Dia telah mendengar tentang penggunaan kontrasepsi bahwa
"mencegah kehamilan," dan dia ingin tahu lebih banyak tentang hal itu, dan
mereka yang menggunakannya baik-baik.
PMH
Sakit kepala migrain tanpa aura atau gejala neurologis fokal; terkontrol dengan
baik selama 6 bulan terakhir pada terapi profilaksis
FH
Ibu, 52 tahun, memiliki HTN dan osteoporosis. Nenek meninggal akibat
komplikasi kanker payudara, yang didiagnosis pada usia 60. Ayah usia 53,
memiliki osteoarthritis, hypothyroidsm, dan hiperlipidemia. Kakek meninggal
usia 74 dari ML.
SH
Saat ini tinggal di sebuah rumah di kampus, yang ia sewa dengan tiga mahasiswa
pascasarjana lainnya. Setelah ia dan Fritz sudah menikah, mereka berencana untuk
menyewa apartement bersama-sama sampai dia selesai sekolah pascasarjana. dia
mengaku penggunaan sosial sesekali tembakau dan alkohol (beberapa minuman
dan beberapa rokok di pesta-pesta pada akhir pekan). Sebaliknya, dia menyangkal
merokok atau mengkonsumsi alkohol selama seminggu, dan dia menyangkal
menggunakan obat-obatan terlarang.
Meds
Propanolol LA 160 mg per oral setiap hari untuk migrain profilaksis.
Naproxen 220 mg, satu atau dua tablet per oral setiap 8 jam PRN setiap kram
menstruasi.
All
NKDA
ROS
Periode menstruasi yang tidak teratur selama beberapa waktu. Migrain tidak oleh
aura atau gejala neurologis, dan telah terkontrol dengan baik pada obat profilaksis.
(pasien tidak mengalami migrain selama lebih dari 6 bulan. Namun, sebelum
diberikan propanolol untuk profilaksis migren, dia melaporkan mengalami sakit
kepala yang berhubungan dengan menstruasi, selain itu sering migrain).
Pemeriksaan Fisik
Gen
WDWN perempuan di NAD
VS
Tekanan darah 116/74, P 66, RR 14, suhu tubuh 37 0C, berat 56 kg, tinggi 5 kaki
6 inchi.
Kulit
Jerawat kecil
HEENT
PERRLA;EOMI;TMs utuh, mukosa mulutyang jelas.
leher/kelenjar getah bening
lenturtanpalymphadenophatyatautiromegali
paru-paru
CTA, tidak berbunyi.
Jantung
NSR, tidak MRG.
Payudara
samadalam ukuran tanpanodularityatau massa, tidak nyeri pada saat ditekan.
Perut
lembut,NT, tidak adamassaatautidak ada pembesaran organ (organomegali).
Saluran Kelamin
Pemeriksaan vagina normal w /onyeri ataumassa.
Otot
Normal ROM, kekuatan otot normal.
Saraf
A & O x 3.
Laboratorium
Negatif pap smeardan UPT
Keadaan Pasien
Muda,umumnya sehat, wanita yang aktif secara seksual dengan riwayat
gangguan sakit kepala migrain yang telah terkontrol dengan baik dengan
pengobatan profilaksis meminta kontrasepsi hormonal untuk pengendalian
kelahiran.
PERTANYAAN
Identifikasi Masalah
1 a. Terapi pasien dalam penggunaan kontrasepsi hormonal
Jawab :
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung
preparat estrogen dan progesteron. Kontrasepsi ini menggunakan hormon, dari
progesteron sampai kombinasi estrogen dan progesteron. Penggunaan kontrasepsi
ini dilakukan dalam bentuk pil, suntikan, atau susuk. Pada prinsipnya, mekanisme
kerja hormon progesteron adalah mencegah pengeluaran sel telur dari indung
telur, mengentalkan cairan di leher rahim sehingga sulit ditembus sperma,
membuat lapisan dalam rahim menjadi tipis dan tidak layak untuk tumbuhnya
hasil konsepsi, saluran telur jalannya jadi lambat sehingga mengganggu saat
bertemunya sperma dan sel telur.
Kontrasepsi Pil atau Tablet
Pil bertujuan meningkatkan efektifitas, mengurangi efek samping, dan
meminimalkan keluhan. Sebagian besar wanita dapat menerima kontrasepsi ini
tanpa kesulitan. Di Indonesia, jenis ini menduduki jumlah kedua terbanyak
dipakai setelah suntikan. Pil ini tersedia dalam berbagai variasi. Ada yang hanya
mengandung hormon progesteron saja, ada pula kombinasi antara hormon
progesteron dan estrogen.
Cara menggunakannya, diminum setiap hari secara teratur. Ada dua cara
meminumnya yaitu sistem 28 dan sistem 22/21. Untuk sistem 28, pil diminum
terus tanpa pernah berhenti (21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet plasebo).
Sedangkan sistem 22/21, minum pil terus-menerus, kemudian dihentikan selama
7-8 hari untuk mendapat kesempatan menstruasi. Jadi, dibuat dengan pola
pengaturan haid (sekuensial).
Pada setiap pil terdapat perbandingan kekuatan estrogenik atau
progesterogenik, melalui penilaian pola menstruasi. Wanita yang menstruasi
kurang dari 4 hari memerlukan pil KB dengan efek estrogen tinggi. Sedangkan
wanita dengan haid lebih dari 6 hari memerlukan pil dengan efek estrogen rendah.
Sifat khas kontrasepsi hormonal yang berkomponen estrogen menyebabkan
mudah tersinggung, tegang, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala,
perdarahan banyak saat menstruasi, Sedangkan yang berkomponen progesteron
menyebabkan payudara tegang, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering
kram, liang senggama kering. Keuntungannya, pil ini dapat meningkatkan libido,
sekaligus untuk pengobatan penyakit endometriosis. Haid menjadi teratur,
mengurangi nyeri haid, dan mengatur keluarnya darah haid.
Kontrasepsi Suntikan
Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini
dilakukan 2-3 kali dalam sebulan. Suntikan setiap 3 bulan (Depoprovera), setiap
10 minggu (Norigest), dan setiap bulan (Cyclofem). Salah satu keuntungan
suntikan adalah tidak mengganggu produksi ASI. Pemakaian hormon ini juga bisa
mengurangi rasa nyeri dan darah haid yang keluar.
Kontrasepsi Implan
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada
lengan kiri atas. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus
silastik (plastik berongga) dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk
dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul. Kini sedang diuji coba susuk
satu kapsulimplanon). Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon atau
Levonorgestrel. Implan tersebut akan mengeluarkan hormon tersebut sedikit demi
sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi
migrasi sperma.
1.b. Apa kontraindikasi yang nyata pada penggunaan kontrasepsi hormonal, dan
bagaimana kondisi pasiennya?
Jawab :
Pada penggunaan kontrasepsi Pil atau tablet, kontraindikasinya yaitu :
Hamil atau diduga hamil, Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya ,
Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, Menggunakan obat tuberkulosis
(rifampisin) atau obat untuk epilepsi (fenitosin dan barbiturat) , Kanker payudara
atau riwayat kanker payudara, Sering lupa menggunakan pil , Riwayat stroke.
Progestin menyebabkan spasme pembuluh darah.
Sedangkan kontraindikasi pada penggunaan kontrasepsi suntikan, yaitu :
Hamil atau diduga hamil, Menyusui di bawah 6 minggu pascapersalinan,
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, Penyakit hati akut (virus
hepatitis), Usia > 35 tahun yang merokok, Riwayat penyakit jantung, stroke, atau
dengan tekanan darah tinggi (> 180/110 mmHg), Riwayat kelainan tromboemboli
atau dengan kencing manis > 20 tahun, Kelainan pembuluh darah yang
menyebabkan sakit kepala atau migraine, Keganasan pada payudara.
Dan kontraindikasi pada penggunaan kontrasepsi Implan, yaitu :
Perdarahan pervaginan yang belum diketahui penyebabnya,Benjolan/kanker
payudara atau riwayat kanker payudara, Tidak dapat menerima perubahan pola
haid yang terjadi, Miom uterus dan kanker payudara, Ganguan toleransi glukosa .
1.c. Apa kontraindikasi relatif terhadap penggunaan kontrasepsi hormonal, dan
bagaimana ini berlaku untuk pasien ini?
Jawab :
Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan munculnya
kontraindikasi relatif pada penggunanya.Kontraindikasi ini umumnya merupakan
kontraindikasi yang berlaku untuk tidak semua penggunanya, melainkan relatif
atau tergantung dari kondisi pengguna tersebut. Yang termasuk dalam
kontraindikasi relatif dari kontrasepsi hormonal adalah meliputi penyakit
hipertensi, diabetes melitus, pasien perokok, umur lebih dari 35 tahun, penyakit
kandung empedu, gangguan faal hati ringan, gangguan faal ginjal dimasa lalu,
gangguan jantung, pendarahan vagina berat, epilepsi dan mioma uteri, jerawat
sedang hingga parah, tumbuh bulu yang abnormal, kebotakan, migren, dan
kelainan seizure.
Berbeda halnya dengan kontraindikasi absolut yang memang harus
dihindari penggunaan kontrasepsi hormonal, maka yang dikontraindikasikan
relatif ini boleh menggunakan kontrasepsi hormonal tetapi dengan pengawasan
yang ketat dan intensif dari dokter
1.d. Apa informasi lain yang harus diperoleh sebelum membuat rencana
farmakoterapi?
Jawab :
Tinggi badan, berat badan, denyut nadi, tekanan darah, paritas, jumlah
keguguran yang pernah dialami, riwayat penggunaan kontrasepsi, riwayat haid
dan terakhir melakukan hubungan seksual. Informasi yang paling penting untuk
diketahui adalah kapan subyek terakhir melakukan hubungan seksual, karena
kontrasepsi darurat tersebut akan efektif apabila pil pertama diminum kurang dari
72 jam setelah melakukan hubungan seksual tanpa proteksi dan pil kedua harus
diminum 12 jam berikutnya. Riwayat obstetrik yang meliputi jumlah anak yang
dilahirkan dan riwayat keguguran.
Hasil yang diinginkan
2. Apa tujuan dari farmakoterapi dalam kasus ini?
Jawab :
Tujuan terapi ini adalah untuk menemukan produk yang menawarkan
perlindungan kontrasepsi yang terbaik di sepanjang siklus menstruasi dengan
sedikit mungkin efek samping yang tidak diinginkan.
Terdapat tiga produk yang yang disarankan, yang pertama dengan
menggunakan Medroxyprogesterone acetate injectable suspension (Depo-
Provera) Metode ini dilakukan dengan penyuntikan hormon progresteron,
membantu mencegah ovulasi dan menebalkan mukosa serviks, sehingga
mencegah sperma masuk ke uterus, metode ini untuk mencegah kehamilan selama
tiga bulan berjalan. Yang kedua dengan Norelgestromin/ethinyl estradiol
(Kontrasepsi Ortho Evra) metode ini mengeluarkan hormon estrogen dan
progesteron, yang akan diserap oleh dinding vagina untuk mencegah ovulasi,
aplikasinya dengan ditempel di lengan, perut, atau punggung yang di tempelkan
setiap minggu selama tiga minggu pertama, pada minggu ke empat dilepaskan
untuk memungkinkan periode menstruasi terjadi. dan yang ketiga
Etonogestrel/ethinyl estradiol (NuvaRing) metode ini dengan menggunakan cincin
silikon fleksibel berukuran sekitar lima sentimeter. Cincin ini mengeluarkan
estrogen dan progesteron, yang akan diserap oleh dinding vagina untuk mencegah
ovulasi, penggunaannya selama tiga minggu, dilepas selama seminggu kemudian
diganti yang baru.
Terapi Alternatif
3. Apa farmakoterapi alternatif tersedia untuk pencegahan kehamilan pada pasien
ini, dan apa keuntungan atau kekurangan masing-masing (Gambar 86-1)?
Jawab:
Pemakaian Kontrasepsi yang baik untuk pasien ini yaitu dengan
menggunakan Medroxyprogesterone acetate injectable suspension (Depo-Provera)
karena pada penggunaan ini relative aman bagi pengguna rokok, dan pada
penyakit migren.
Untuk kontrasepsi penggunaan Ortho Evra dan NuvaRing tidak di
anjurkan karna alat kontrasepsi ini sama halnya pil KB yang mengandung
estrogen sehingga dapat serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan
pembekuan darah atau penyumbatan saluran darah, walaupun kemungkinan ini
sangat kecil. Kecuali jika pasien memiliki salah satu faktor pencetus risiko
penyumbatan darah (seperti kebiasaan merokok, riwayat keluarga yang
mengalami penyumbatan darah, atau migren). Dan pada kasus ini, pasien ini
merokok tiap minggu sekali dan juga pasien menderita migren sehingga tidak di
anjurkan menggunakan kontrasepsi ini.
• Medroxyprogesterone acetate injectable suspension (Depo-Provera : Metode
ini dilakukan dengan penyuntikan hormon progresteron, membantu mencegah
ovulasi dan menebalkan mukosa serviks, sehingga mencegah sperma masuk
ke uterus. Metode ini juga cocok digunakan bagi pasangan yang tidak
berencana mempunyai anak terlalu cepat, karena di beberapa kasus, butuh
setahun untuk mengembalikan fertilitas karena metode ini.)
Keuntungan
1. Sangat efektif
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang
3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri
4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak serius terhadap penyakit jantung,
dan gangguan pembekuan darah
5. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
6. Sedikit efek samping
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
8. Dapat digunakan oleh usia > 35 tahun sampai perimenopause
9. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
10. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
11. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).
Kerugian
1. Sering ditemukan ganguan haid, seperti:
• Siklus haid yang memendek atau memanjang
• Perdarahan yang banyak atau sedikit
• Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
• Tidak haid sama sekali
2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk suntikan)
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
5. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV
6. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
7. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan/kelainan
pada organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat
suntikan dari deponya (tempat suntikan)
8. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang
9. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang
(densitas)
10. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas,