Page 1
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DAN PERILAKU
KOMUNIKASI PETANI DALAM PEMENUHAN INFORMASI
USAHATANI LADA DI DESA SUKADANA BARU KECAMATAN
MARGA TIGA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
(Skripsi)
Oleh
Kiki Ambarwati
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Page 2
ABSTRAK
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DAN PERILAKU
KOMUNIKASI PETANI DALAM PEMENUHAN INFORMASI
USAHATANI LADA DI DESA SUKADANA BARU, KECAMATAN
MARGA TIGA, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
Kiki Ambarwati
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku komunikasi petani lada,
karakteristik petani lada dan menganalisis hubungan antara karakteristik petani
dan perilaku komunikasi petani dalam pemenuhan kebutuhan informasi usahatani
lada. Penelitian ini dilakukan di Desa Sukadana Baru, Kecamatan Marga Tiga,
Kabupaten Lampung Timur. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa Desa Sukadana Baru merupakan desa dengan luas dan
jumlah produksi lada terbesar di Kabupaten Lampung Timur. Pengambilan data
dilakukan pada bulan Agustus 2018. Jumlah responden dalam penelitian ini
adalah 43 orang petani lada. Penelitian ini menggunakan metode survei, dan
dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan uji rank Spearman. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa seluruh petani responden berada pada tingkat
umur produktif dengan rata rata umur 42 tahun, rata rata bertingkat pendidikan
dasar (9 tahun), rata-rata luas lahan yang diusahakan 2,00 hektar, lama usahatani
lada rata rata 22 tahun, dan rata rata pendapatan sebesar Rp2.591.382,00/bulan.
Perilaku komunikasi petani dalam pemenuhan kebutuhan informasi usahatani lada
masuk dalam kategori sedang. Terdapat hubungan yang signifikan antara umur
petani, luas lahan, dan pendapatan dengan perilaku komunikasi dalam pemenuhan
informasi usahatani lada.
Kata kunci: karakteristik petani, lada, perilaku komunikasi
Page 3
ABSTRACT
Correlation Between Farmers’ Characteristics and Communication Behavior
in Fulfilling Pepper Farming Information in Sukadana Baru, Marga Tiga,
East Lampung
By
Kiki Ambarwati
The purposes of this study are to determine the communication behavior of pepper
farmers, characteristics of pepper farmers and analyze the correlation between
farmers’ characteristics and communication behavior in fulfilling pepper farming
information. This research was conducted in Sukadana Baru Village, Marga Tiga
District, East Lampung regency in August 2018. This location was chosen
purposively with consideration that Sukadana Baru Village is a village with the
largest area and pepper production in East Lampung. The number of samples in
this study were 43 pepper farmers. This study used a survey method, and data
were analyzed using descriptive analysis and rank Spearman test. The results
showed that all respondent farmers were at the productive age level with an
average age of 42 years, average level of basic education (9 years), the average
cultivated area of 2.00 hectares, pepper farming experience 22 years, and the
average income of Rp2,591,382.00 / month. Communication behavior of farmers
in fulfilling pepper farming information fell into the medium category. There was
a significant correlation between farmer's age, land size, and income with
communication behavior in fulfilling pepper farming information.
Keywords: communication behavior, farmer characteristics, pepper.
Page 4
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DAN PERILAKU
KOMUNIKASI PETANI DALAM PEMENUHAN INFORMASI
USAHATANI LADA DI DESA SUKADANA BARU KECAMATAN
MARGA TIGA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
KIKI AMBARWATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Page 7
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Labuhan Ratu II KecamatanWay Jepara Kabupaten
Lampung Timur pada tanggal 28 April 1996 sebagai anak pertama dari pasangan
Bapak Amrul Karya dan Ibu Sukiyati. Penulis menyelesaikan studi di Taman
Kanak-kanak (TK) Pertiwi I Sumberejo Way Jepara pada tahun 2002, tingkat
Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri I Labuhan Ratu II pada tahun 2008, tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri I Way Jepara pada tahun 2011,
dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri I Way jepara pada tahun
2014. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung, Fakultas
Pertanian, Jurusan Agribisnis pada tahun 2014 melalui jalur Ujian Mandiri Lokal
(UML).
Penulis melaksanakan kegiatan homestay (Praktik Pengenalan Pertanian) selama 7
hari di Dusun 2 Pekon Wonoharjo, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten
Tanggamus pada tahun 2014. Penulis juga melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Nunggal Rejo, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah
selama 40 hari pada bulan Januari hingga Maret 2017. Selanjutnya, pada Juli
2017 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT Nusantara Tropical Farm
(NTF) di Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi
Lampung. Penulis pernah menjadi Asisten Dosen mata kuliah Kemitraan dan
Kelembagaan Perkebunan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018.
Page 8
Semasa kuliah di Universitas Lampung, penulis pernah aktif sebagai anggota
bidang 2 (Pengkaderan dan Pengabdian Masyarakat) pada organisasi Himpunan
Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (Himaseperta) pada periode tahun 2014
hingga tahun 2018.
Page 9
SANWACANA
Bismillahirahmannirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya,
sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Karakteristik
Petani Dan Perilaku Komunikasi Petani Dalam Pemenuhan Informasi
Usahatani Lada Di Desa Sukadana Baru Kecamatan Marga Tiga Kabupaten
Lampung Timur”. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Lampung, atas arahan,bantuan, dan nasehat yang telah
diberikan.
3. Ir. Indah Nurmayasari, M.Sc., selaku pembimbing pertama yang memberikan
bimbingan, saran, pengarahan, motivasi, dan semangat kepada penulis hingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Rio Tedi Prayitno, S.P., M.Si., selaku pembimbing kedua yang memberikan
bimbingan, saran, pengarahan, motivasi, dan semangat kepada penulis hingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Page 10
5. Ir. Begem Viantimala, M.Si., selaku penguji bukan pembimbing yang telah
memberikan saran, arahan, nasihat untuk perbaikan skripsi.
6. Dr. Ir. Yaktiworo Indriani, M.Sc., selaku dosen pembimbing akademik atas
arahan, saran, dan motivasi selama menjadi mahasiswi agribisnis.
7. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis yang telah memberikan ilmu pengetahuan
dan pengalaman kepada penulis dan staf/karyawan yang telah memberikan
bantuan dan kerjasamanya selama ini.
8. Orang tuaku tercinta Ayahanda Amrul karya dan Ibunda Sukiyati, Adikku Igo
Ilham, dan keluarga besarku tercinta yang telah memberikan kasih sayang,
dukungan, nasehat, bantuan moril dan materil, serta doa yang tiada henti.
9. Mas Joko Sungkowo dan Bapak Supangat, yang telah memberikan bantuan
dan semangat memberikan arahan, selama menjalankan penelitian ini.
10. Sahabat-sahabat kecilku Aininda, Oktavia, Angga, Anna, Siska, Betlin, Mifta,
dan Rendi yang selalu bersedia mendengarkan curhatanku setiap waktu.
11. Sahabat-sahabat seperjuanganku Laras, Bella, Asih, Dayu, dan Rana, yang
selalu menghibur, memberikan dukungan dan bantuan, dan selalu ada dalam
suka maupun duka.
12. Kelompok belajarku Jessica, Intan, Ivo, Indah, Hafia, Geasti, Lussy, Fenti,
Lutfia yang selalu ada, memberikan saran, bantuan, masukan, dan
kebersamaan selama ini.
13. Sahabat-sahabat kuliahku Imas, Vero, Iis, Suci, Satria, Olpa, Widi, Oka, Faiq,
Rahmi, dan Mustopa yang selalu memberikan semangat dan selalu menghibur.
14. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2014, Resti, Deta, Dea, Magrfira,
Nadia, Yazid, Wigaz, Ryan, Iyus, Dolar, Decka, Defline, Didi, Devira, Prana,
Page 11
dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih
atas nasihat, kebersamaan, dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama
ini.
15. Abang-abang dan sahabat-sahabat Himabullku Abang Bara, Abang Altri,
Abang Ajus, Abang Hendra, Abang Jale, Abang Nuri, Abang Haryadi, Abang
Dhanar, Abang Doni Pranata, Abang Ega, Abang Febriko, Mas Reki, Abang
Reza, dan Abang Rohim yang telah memberikan arahan selama perkuliahan.
16. Atu dan kiyai Agribisnis 2012 dan 2013, serta adik–adik angkatan 2015 dan
2016, dan 2017 atas dukungan dan bantuan kepada penulis.
17. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Segala
kekurangan yang ada, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan selama proses penulisan
skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan
yang telah diberikan. Aamiin.
Bandar Lampung, Januari 2019
Kiki Ambarwati
Page 12
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6 1.3 Kegunaan Penelitian .................................................................................. 7
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS ............................................................................................. 8
2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................. 8
A.Perilaku Komunikasi ...................................................................... 8
B.Karakteristik Petani ........................................................................ 11
C.Lada ................................................................................................ 14
D.Informasi ....................................................................................... 17
E. Media ............................................................................................. 18
F. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 20
2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 26
2.3 Hipotesis ..................................................................................................... 29
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 30
3.1 Konsep Dasar, Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi .... 30
3.2 Penentuan Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian ........................ 33
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 36
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 36
3.5 Analisis Data ....................................................................................... 37
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.... ............................................................ 41
4.1 Gambaran Umum ................................................................................ 41
1. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur .............................. 41
a) Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Timur ...................... 41
Page 13
ii
b) Keadaan Demografis Kabupaten Lampung Timur ................... 42
2. Gambaran Umum Kecamatan Marga Tiga .................................... 43
3. Gambaran Umum Desa Sukadana Baru ........................................ 44
a) Letak Geografis Desa Sukadana Baru....................................... 44
b) Keadaan Demografi Desa Sukadana Baru ................................ 45
c) Sarana dan Prasarana Desa Sukadana baru ............................... 47
d) Gambaran Umum Gabungan Kelompok Tani Cahaya Baru .... 48
4.2 Hasil dan Pembahasan.......................................................................... 49
1. Keadaan Umum Responden ........................................................... 49
a) Jenis Pekerjaan Responden ....................................................... 49
b) Jumlah Anggota keluarga Responden ....................................... 50
2. Deskripsi Variabel X (Karekteristik Petani Lada) ......................... 51
a) Sebaran Responden Menurut Umur .......................................... 51
b) Seberan Responden Menurut Lama Pendidikan Formal .......... 53
c) Seberan Responden Menurut Luas Lahan................................. 54
d) Seberan Responden Menurut Lama Usahatani ......................... 55
e) Seberan Responden Menurut pendapatan ................................. 56
3. Deskripsi Variabel Y (Perilaku Komunikasi petani Lada) ............ 57
4. Pengujian Hipoteses (Hubungan Karakteristik dengan Perilaku
Komunikasi Petani Lada) ............................................................... 69
a) Hubungan Antara Umur dan Perilaku Komunikasi .................. 70
b) Hubungan Antara Pendidikan dan Perilaku Komunikasi ......... 71
c) Hubungan Antara Luas Lahan dan Perilaku Komunikasi ......... 72
d) Hubungan Antara Lama Usahatani dan Perilaku Komunika .... 73
e) Hubungan Antara Pendapatan dan Perilaku Komunikasi ......... 74
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 75
5.1. Kesimpulan ............................................................................................ 75
5.2. Saran ....................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA......................................... ............................................... 77
LAMPIRAN ....................................................................................................... 81
Page 14
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Produksi lada menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung
tahun 2014-2016 (ton) ............................................................................... 2
2. Luas areal dan produksi lada di Kabupaten Lampung Timur
tahun 2016 (ton) ........................................................................................ 3
3. Produksi, luas lahan, dan produktivitas lada di Kecamatan Marga Tiga
tahun 2016 ................................................................................................. 4
4. Ringkasan penelitian terdahulu ................................................................. 21
5. Jumlah populasi dan sampel penelitian di Desa Sukadana Baru .............. 35
6. Sebaran penggunaan lahan di Desa Sukadana Baru, Kecamatan Marga
Tiga, Lampung Timur ................. ............................................................ 44
7. Sebaran penduduk Desa Sukadana Baru menurut umur ........................... 45
8. Sebaran penduduk Desa Sukadana Baru menurut mata pencaharian ....... 46
9. Jenis dan jumlah sarana di Desa Sukadana Baru ...................................... 47
10. Keadaan responden berdasarkan jenis pekerjaan ...................................... 50
11. Keadaan responden berdasarkan jumlah anggota keluarga ...................... 51
12. Sebaran petani responden menurut umur .................................................. 52
13. Sebaran petani responden menurut lama pendidikan formal .................... 53
14. Sebaran petani responden menurut luas lahan .......................................... 54
15. Sebaran petani responden menurut lama usahatani .................................. 56
16. Sebaran petani responden menurut pendapatan ........................................ 57
Page 15
iv
17. Klasifikasi petani responden berdasarkan perilaku komunikasi ............... 58
18. Indikator perilaku komunikasi petani lada ................................................ 58
19. Sebaran petani responden berdasarkan perilaku komunikasi ................... 67
20. Hasil analisis antara hubungan perilaku komunikasi dan karakteristik
petani lada .................................... ............................................................ 70
21. Hubungan antara pendidikan dan perilaku komunikasi ............................ 72
22. Hubungan antara lama usahatani dan perilaku komunikasi ...................... 74
23. Identitas responden di Desa Sukadana Baru ............................................. 82
24. Variabel X (Karakteristik Petani lada) ...................................................... 84
25. Variabeel Y (Perilaku Komunikasi Petani lada) ....................................... 86
26. Hasil MSI Variabel Y ............................................................................... 88
27. Frekuensi perilaku komunikasi responden ................................................ 90
28. Sumber informasi penggunaan varietas lada ............................................ 92
29. Sumber informasi penanaman tajar dan bibit lada .................................... 94
30. Sumber informasi pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit .......... 96
31. Sumber informasi pemeliharaan kebun lada ............................................. 98
32. Sumber informasi panen dan pascapanen lada ......................................... 100
33. Sumber informasi harga lada .................................................................... 102
34. Penerimaan usahatani lada ........................................................................ 104
35. Pendapatan total responden ....................................................................... 108
36. Hasil regresi rank spearman umur dan perilaku komunikasi ................... 110
37. Hasil regresi rank spearman lama usahatani dan perilaku komunikasi .... 111
38. Hasil regresi rank spearman luas lahan dan perilaku komunikasi ........... 112
39. Hasil regresi rank spearman pendapatan dan perilaku komunikasi ......... 113
Page 16
v
40. Hasil regresi rank spearman pendidikan dan perilaku komunikasi .......... 114
Page 17
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur kerangka pemikiran hubungan karakteristik petani dengan perilaku
komunikasi petani dalam pemenuhan informasi usahatani lada ............... 28
2. Struktur kepengurusan Gapoktan Cahaya Baru ........................................ 48
3. Persentase sumber informasi dan informasi penggunaan bibit yang
diakses petani ............................................................................................ 60
4. Persentase sumber informasi dan informasi penanaman tajar dan bibit
yang diakses petani ................................................................................... 61
5. Persentase sumber informasi dan informasi penggunaan pupuk dan
pengendalian hama dan penyakit yang diakses petani .............................. 62
6. Persentase sumber informasi dan informasi pemeliharaan kebun lada
yang diakses petani ................................................................................... 63
7. Persentase sumber informasi dan informasi panen dan pascapanen yang
diakses petani ............................................................................................ 64
8. Persentase sumber informasi dan informasi harga lada yang
diakses petani ............................................................................................ 66
Page 18
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Provinsi Lampung merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang paling
berkontribusi menjadikan Indonesia sebagai negara produsen utama lada
dunia (Ditjenbun, 2012). Provinsi Lampung menempati urutan kedua
penghasil lada terbesar setelah Provinsi Bangka Belitung. Lada yang
dihasilkan oleh Provinsi Lampung adalah lada hitam dengan ciri cita rasa dan
aroma yang khas yang telah dikenal di pasar dunia dengan nama “Lampung
Black Pepper”, sementara Bangka Belitung menghasilkan lada putih.
Kualitas lada hitam maupun lada putih ditentukan dari varietas lada yang
ditanam, cara pemetikan buah lada, cara pengolahan dan penyimpanan hasil
akhir.
Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Lampung yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai
petani dengan komoditas pertanian yang dibudidayakan salah satunya
tanaman perkebunan lada. Kabupaten Lampung Timur juga sebagai salah
satu sentra produksi tanaman lada yang memperoleh dukungan
pengembangan tanaman lada nasional sebesar 550 hektar pada tahun 2016
dan merupakan salah satu daerah sentra lada hitam dengan luas lahan
Page 19
2
perkebunan mencapai 4.815 ha (Ditjenbun, 2016). Berdasarkan Tabel 1 dapat
dilihat produksi tanaman lada pada beberapa Kabupaten di Provinsi
Lampung.
Tabel 1. Produksi lada menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung,
2014-2016 (ton)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2016.
Pada Tabel 1 produksi lada di Kabupaten Lampung Timur beberapa tahun
terakhir mengalami penurunan. Penurunan produksi lada akibat beberapa hal
diantaranya kesalahan pemilihan jenis lada, kurangnya pemeliharaan,
kurangnya ketersediaan bibit unggul, dan lemahnya permodalan yang dimiliki
petani (Ditjenbun, 2014). Secara umum permasalahan yang dihadapi petani
lada Lampung Timur adalah pengelolaan perkebunan rakyat dalam skala kecil
dan kemampuan modal yang terbatas, hal tersebut berdampak pada minimnya
penerapan anjuran teknologi termasuk penggunaan bibit unggul, cara
budidaya dan penanganan pasca panen (Suwanto, 2017). Sebenarnya untuk
meningkatkan jumlah dan mutu lada telah ada pedoman produksi lada yang
baik dan benar, yaitu IPC (International Pepper Community) berdasarkan
GAP (Good Agriculture Practice) yang meliputi cara pemilihan tanaman
sampai dengan penyimpanan produk lada kering, namun masih banyak petani
yang belum mengetahui pedoman tersebut. Oleh karena itu petani perlu
No Kabupaten 2014 2015 2016
1 Lampung Barat 3.840 3.093 3.644
2 Lampung Utara 11.062 10.276 3.522
3 Lampung Timur 2.563 2.310 2.199
4 Tanggamus 1.756 1.765 2.154
5 Way Kanan 3.389 3.410 1.388
6 Kabupaten lainnya 1.199 2.564 2.116
Jumlah 23.809 23.418 15.023
Page 20
3
memiliki pengetahuan mengenai pengelolaan lada yang baik dan benar.
Idealnya petani yang memiliki keleluasaan dalam mengakses informasi
kegiatan pengelolaan lada dari hulu maupun hilir berimplikasi bahwa apabila
hal tersebut mampu dikuasi oleh petani, maka produksi yang dihasilkan akan
tinggi.
Terdapat beberapa kecamatan yang menjadi sentra produksi tanaman lada.
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat luas areal dan produksi lada pada beberapa
kecamatan di Kabupaten Lampung Timur.
Tabel 2. Luas areal dan produksi lada di Kabupaten Lampung Timur tahun
2015-2016 (ton)
No Kecamatan
Tahun 2015 Tahun 2016
Luas
Areal
(ha)
Produksi Luas
Areal
(ha)
Produksi
(ton) (ton)
1 MargaTiga 901 369,50 889 434
2 Melinting 1.061 619,88 1.067 423
3 Sukadana 427,98 257,91 458 203
4 Gunung Pelindung 943,01 178,70 925 127
5 Marga Sekampung 250 83,22 231 71
6 Kecamatan Lainnya 1.521,26 514,03 1.245 941
Jumlah 5.104,25 2.023,24 4.815 2.199
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur, 2016.
Pada Tabel 2 terlihat bahwa kecamatan yang produksi ladanya meningkat
adalah Kecamatan Marga Tiga dengan tingkat produksi 434 ton. Luas
produksi lada cenderung menurun setiap tahun sehingga pemerintah
Kabupaten Lampung Timur melalui Dinas Perkebunan menggalakkan
intensifikasi tanaman lada dengan memberikan bantuan sarana produksi.
Upaya tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas
lada Indonesia yang sebenarnya mempunyai kekuatan dan daya jual
Page 21
4
tersendiri. Kecamatan Marga Tiga memperoleh program intensifikasi lada
terluas, yaitu 78 hektar yang dibagi ke tiga desa, yaitu Desa Sukadana Baru
seluas 58 hektar, Desa Surya Mataram seluas 10 hektar dan Desa Tanjung
Harapan seluas 10 hektar (Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2016).
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat produksi, luas lahan, dan produktivitas lada
di desa yang ada di Kecamatan Marga Tiga.
Tabel 3. Produksi, luas lahan, dan produktivitas lada di Kecamatan Marga
Tiga (2016)
No Desa Produksi Luas lahan Produktivitas
(ton) (ha) (ton/ha)
1 Sukadana Baru 201,7 396,10 0,51
2 Tanjung harapan 9,65 47 0,21
3 Surya Mataram 53,50 74 0,72
4 Negeri Tua 44,05 105,50 0,42
5 Gedung Wani Timur 104,50 210,50 0,50
6 Negeri Katon 20,60 56 0,37
Jumlah 434 889 2,73
Sumber: Kecamatan Marga Tiga, 2016.
Pada Tabel 3 terlihat bahwa Desa Sukadana Baru memiliki luas lahan
tertinggi dan jumlah produksi lada terbesar, namun tingkat produktivitas lada
berada pada urutan kedua setelah Desa Surya Mataram, yaitu sebesar 0,51
ton/ha dan masih tergolong rendah, mengingat potensi produksi lada hitam
sendiri mampu mencapai 4 ton per hektar (BPTP Lampung, 2016). Fluktuasi
harga komoditas lada sering terjadi, bahkan beberapa tahun terakhir
mengalami penurunan, jatuhnya harga lada menyebabkan hilangnya insentif
menanam, dan beralihnya petani menanam komoditas lain (Suwanto, 2017),
sehingga produktivitas lada menurun. Rendahnya produktivitas juga
berkaitan dengan kualitas petani, seperti rendahnya tingkat pendidikan
Page 22
5
disinyalir merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas petani
(Dewi, 2017), pendidikan petani berkaitan dengan pengetahun yang mereka
miliki. Sementara itu keterlibatan akses terhadap informasi adalah kunci
dalam peningkatan pengetahuan, dengan kata lain jika seseorang yang
memiliki informasi yang memadai maka hal itu akan berdampak kepada
tingkat pengetahuannya.
Petani sebagai pengelola utama usaha perkebunan lada keberhasilannya
sangat tergantung kepada cara yang mereka lakukan, ini berkaitan dengan
penyebab rendahnya produktivitas yang dihasilkan. Banyak faktor yang
menyebabkan rendahnya produktivitas, salah satunya yaitu bagaimana
perilaku petani, bagaimana petani berkomunikasi. Perilaku pada dasarnya
berorientasi pada tujuan yaitu kebiasaan petani yang dimotivasi oleh
keinginan untuk mendapatkan sesuatu dan untuk memperoleh tujuan tertentu.
Melalui komunikasi petani dapat mencari, mengumpulkan, mengolah,
menyimpan, dan menemukan kembali informasi dan ilmu pengetahuan
(Ma’mur, 2001). Atas dasar tersebut diindikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku komunikasi petani seperti komunikasi intepersonal,
komunikasi dalam kelompok dan keterdedahan pada media informasi.
Kemampuan setiap petani berbeda- beda, hal ini sangat tergantung kepada
karakteristik yang mereka miliki, sehingga perilaku komunikasinya pun akan
berbeda, karakter tersebut seperti tingkat umur, pendidikan, luas lahan,
pendapatan, dan lama berusahatani. Petani yang produktif umumnya
menunjukkan perilaku berkomunikasi lebih aktif dalam memilih, mencari
Page 23
6
maupun menyebarkan informasi, begitu pula sebaliknya dengan petani yang
umurnya sudah tidak produktif. Adapun alasan penelitian di Desa Sukadana
Baru, yaitu merupakan desa dengan luas dan jumlah produksi terbesar namun
terdapat kesenjangan antara produksi aktual petani dengan produksi
potensial, mayoritas masyarakatnya adalah petani lada dengan
karakteristiknya yang heterogen, serta keberagaman perilaku komunikasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, apakah ada hubungan antara karakteristik
petani lada dan perilaku komunikasi petani lada dalam upaya pemenuhan
kebutuhan informasi guna meningkatkan usahatani lada. Berdasarkan uraian
di atas beberapa masalah yang perlu untuk dirumuskan antara lain:
1. Bagaimana karakteristik petani lada di Desa Sukadana Baru ?
2. Bagaimana perilaku komunikasi petani lada dalam pemenuhan kebutuhan
informasi usahatani lada?
3. Apakah terdapat hubungan karakteristik petani dan perilaku komunikasi
petani dalam pemenuhan kebutuhan informasi usahatani lada?
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui karakteristik petani lada di Desa Sukadana Baru.
2. Mengetahui perilaku komunikasi petani lada di Desa Sukadana Baru
dalam pemenuhan kebutuhan informasi usahatani lada.
3. Menganalisis hubungan karakteristik petani dan perilaku komunikasi
petani dalam pemenuhan kebutuhan informasi usahatani lada.
Page 24
7
1.3 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Petani sebagai bahan masukan dalam membantu meningkatkan
produktivitas lada dan pengembangan usaha agribisnis komoditas lada.
2. Pemerintah dan instansi terkait sebagai bahan informasi dalam
merumuskan kebijakan mengenai masalah pemenuhan kebutuhan akses
informasi, sarana dan prasarana pendukung usahatani lada.
3. Peneliti lainnya, sebagai bahan pertimbangan dan informasi untuk
penelitian sejenis.
Page 25
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka
A. Perilaku Komunikasi
Perilaku komunikasi merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi tinggi rendahnya seorang petani di dalam mengadopsi
suatu teknologi. Perilaku komunikasi yang terdiri dari keterdedahan petani
akan media massa, keaktifan petani di dalam berinteraksi dengan individu-
individu yang lebih memahami akan suatu teknologi, serta intensitas
interaksi petani di dalam kelompoknya secara langsung mempengaruhi
praktek usahatani yang dilakukannya. Perilaku komunikasi juga berarti
tindakan responden dalam mencari dan menyampaikan informasi melalui
berbagai saluran yang ada di dalam jaringan komunikasi masyarakat
setempat (Fuady, 2012).
Perilaku atau aktivitas–aktivitas dalam pengertian yang luas, yaitu perilaku
yang menampak (overt behavior) dan atau perilaku yang tidak menampak
(inert behavior), demikian pula aktivitas – aktivitas dan kognitif.
Sementara itu perilaku komunikasi sendiri yaitu suatu tindakan atau
perilaku komunikasi baik itu berupa verbal ataupun non verbal yang ada
Page 26
9
pada tingkah laku seseorang. Komunikasi bergerak melibatkan unsur
lingkungan sebagai wahana yang "mencipta" proses komunikasi itu
berlangsung (Ruben dan Lea, 2013).
Perilaku dalam pengertian yang sangat umum, menunjukkan tindakan atau
respon dari sesuatu atau sistem apapun dalam hubungan dengan
lingkungan atau situasi (Gould dan Kolb, 1984) dalam Hapsari (2007).
Perilaku komunikasi diartikan sebagai tindakan atau respon dalam
lingkungan dan situasi komunikasi yang ada atau dengan kata lain perilaku
komunikasi adalah cara-cara berfikir, berpengetahuan dan berwawasan,
berperasaan dan bertindak atau melakukan tindakan yang dianut
seseorang, keluarga atau masyarakat dalam mencari dan menyebarkan
informasi.
Untuk menyelenggarakan kehidupan sosial, kita melakukan komunikasi.
Ketika bersosialisasi dengan orang lain, kita menggunakan komunikasi.
Melakukan transaksi untuk mendapatkan barang dan jasa juga
memanfaatkan komunikasi. Melalui komunikasi juga kita mencari,
mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan menemukan kembali
informasi dan ilmu pengetahuan (Ruben dan Lea, 2013).
Rogers (1993) mengungkapkan ada tiga peubah perilaku komunikasi yang
sudah teruji secara empiris signifikan, yaitu (1) pencarian informasi,yaitu
pencarian informasi perlu didampingi dengan penyampaian informasi,
sesuai dengan model komunikasi transaksional yang bersifat saling
menerima dan memberi informasi secara bergantian, sedangkan model
Page 27
10
linier hanya bersifat memberi saja bagi sumber atau komunikator atau
menerima saja bagi khalayak sasaran, (2) kontak dengan penyuluh,yaitu
kontak petani dengan dunia luar dan berbagai lembaga informasi yang
diterima dari penyuluh pertanian dapat mempengaruhi harapan petani, dan
(3) keterdedahan pada media massa, yaitu keterdedahan (terpaan) media
massa berkaitan dengan pencarian informasi. Terpaan mencakup
mendengarkan, melihat, membaca, atau secara lebih umum mengalami
dengan sedikitnya sejumlah perhatian minimal pada pesan media. Terpaan
media massa dikategorikan ke dalam (1) sedikitnya pernah terdedah,
misalnya membaca surat kabar sekali seminggu atau nonton televisi dua
kali seminggu; dan (2) tidak terdedah.
Sebaiknya tidak sekedar mengukur frekuensi (kuantitas) komunikasi, dalam
mencari dan menyampaikan informasi, namun seyogyanya juga mengukur
level (kualitas) komunikasi, menurut Berlo (1983) dalam Hapsari (2007)
mendeskripsikan level komunikasi adalah mengukur kedalaman (derajat)
dalam mencari dan menyampaikan informasi, yang meliputi (1) sekedar
berbicara ringan (only talk), (2) saling ketergantungan (interdependent), (3)
tenggang rasa (empathy), (4) saling interaksi (interactive). Only talk
ditunjukkan dengan pembicaraan yang masih bersifat umum-umum saja.
Interdependent ditunjukkan dengan pembicaraan yang lebih intensif dan
serius. Empathy ditunjukkan dengan kemampuan untuk menyampaikan
saran-saran atas materi yang sedang dibicarakan. Interactive ditunjukkan
dengan kemampuan saling berdiskusi atau beragumentasi tentang materi
yang sedang dibicarakan. Kegiatan berkomunikasi, seseorang tidak harus
Page 28
11
memulai dari level pertama, bisa saja langsung pada level kedua, ketiga
dan keempat.
B. Karakteristik Petani
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karakteristik adalah ciri-ciri
khusus atau mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.
Karakteristik adalah ciri khas seseorang dalam meyakini, bertindak ataupun
merasakan. Berbagai teori pemikiran dari karakteristik tumbuh untuk
menjelaskan berbagai kunci karakteristik manusia (Boeree, 2010). Sumber
daya yang terpenting dalam organisasi adalah sumber daya manusia, orang-
orang yang memberikan tenaga, bakat, kreativitas, dan usaha mereka
kepada organisasi agar suatu organisasi dapat tetap eksistensinya. Setiap
manusia memiliki karakteristik individu yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya.
Petani sebagai orang yang menjalankan usahataninya mempunyai peran
yang jamak (multiple roles), yaitu sebagai juru tani dan juga sebagai kepala
keluarga. Sebagai kepala keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan
kehidupan yang layak dan mencukupi kepada semua anggota rumah
tangganya. Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan dengan
kemampuan mengelola usahataninya akan sangat dipengaruhi oleh faktor di
dalam dan di luar pribadi petani itu sendiri yang sering disebut sebagai
karakteristik sosial ekonomi petani. Apabila keterampilan bercocok tanam
Page 29
12
sebagai juru tani pada umumnya adalah ketrampilan sebagai pengelola
mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan (Mosher, 1981).
Petani sebagai sosok individu memiliki karakteristik tersendiri secara
individu yang dapat dilihat dari perilaku yang nampak dalam menjalankan
kegiatan usahatani. Karakteristik individu adalah bagian dari pribadi dan
melekat pada diri seseorang. Karakteristik merupakan sifat-sifat atau ciri-
ciri yang dimiliki seseorang yang berhubungan dengan semua aspek
kehidupan dan lingkungannya. Karakteristik tersebut terbentuk oleh faktor
biologis yang mencakup genetik, sistem syaraf serta sistem hormonal, dan
faktor sosio psikologis berupa komponen-komponen konatif yang
berhubungan dengan kebiasaan dan afektif (Rakhmat, 2002).
Berikut ini beberapa pendapat mengenai karakteristik responden: Mathiue
& Zajac (1990) menyatakan bahwa, karakteristik personal (individu)
mencakup usia, jenis kelamin, masa kerja, tingkat pendidikan, suku
bangsa, dan kepribadian. Robbins (2006) menyatakan bahwa, faktor-
faktor yang mudah didefinisikan dan tersedia, data yang dapat diperoleh
sebagian besar dari informasiyang tersedia dalam berkas personalia
seorang pegawai mengemukakan karakteristik individu meliputi usia, jenis
kelamin, status perkawinan, banyaknya tanggungan dan masa kerja dalam
organisasi. Siagian (2008) menyatakan bahwa,karakteristik biografikal
(individu) dapat dilihat dari umur, jenis kelamin, status perkawinan,
jumlah tanggungan dan masa kerja. Menurut Mardikanto (1993)
karakteristik individu adalah sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang
Page 30
13
dan berhubungan dengan aspek kehidupan, antara lain: umur, jenis
kelamin, posisi, jabatan, status sosial dan agama
Konsep mengenai petani dalam sosiologi barat ada dua, yaitu peasant
danfarmers. Peasant (subsistance farmers) adalah petani yang memiliki
lahan sempit dan memanfaatkan sebagian besar dari hasil pertanian yang
diperoleh untuk kepentingan mereka sendiri. Farmers adalah orang-orang
yang hidup dari pertanian dan memanfaatkan sebagian besar hasil
pertanian yang diperoleh untuk dijual. Berbeda dengan peasant, farmers
telah akrab dengan pemanfaatan teknologi pertanian modern, misalnya
perbankan. Farmers adalah petani-petani yang hidup dalam dunia
pertanian di Inggris dan Amerika. Para sosiolog pertanian Indonesia
memperoleh kesulitan dalam mengaplikasikan dua konsep tersebut,
karena dalam kosa kata Bahasa Indonesia, semua orang yang hidup dari
pertanian disebut dengan satu kata, yaitu petani (Soetrisno, 2002).
Petani sebagai pelaku usaha agribisnis umumnya memiliki karakteristik
tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, kemampuan manajerial, akses
terhadap modal dan informasi rendah. Hal ini melatarbelakangi berbagai
masalah potensial sebagai penghambat tercapainya tujuan program kerja
sama. Sebagai contoh, tingkat pendapatan yang rendah memungkinkan
petani tidak memanfaatkan kredit modal kerja untuk usahataninya tetapi
digunakan untuk memenuhi kebutuhan lain yang tidak produktif seperti
konsumsi (Krisnamurthi, 2001).
Page 31
14
C. Lada
Lada berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan, hal ini
diindikasikan dengan banyaknya jenis lada liar di wilayah tersebut.
Tanaman lada kemudian menyebar ke Ghat Barat (India) yang terjadi
jutaan tahun yang lalu. Tanaman lada yang saat ini dibudidayakan di
Indonesia juga diprediksi berasal dari India karena pada tahun 100 – 600
SM banyak koloni Hindu yang datang ke Pulau Jawa dengan membawa
bibit lada. Daerah penghasil lada di Indonesia adalah Lampung dan
Bangka, dimana Lampung daerah penghasil lada hitam, sedangkan Bangka
penghasil lada putih. Produksi lada pada kedua daerah tersebut mencapai
90% dari seluruh produksi lada di Indonesia (Hapsoh dan Hasanah, 2011).
Menurut Tjitrosoepomo (2007), klasifikasi tanaman lada adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper nigrum L.
Menurut Evizal (2013), lada tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian
tempat 0 - 500 m dari permukaan laut, namun yang terbaik adalah pada
Page 32
15
ketinggian 100 m dari permukaan laut. Curah yang dikehendaki
berkisaran antara 2.000 – 3.000 mm per tahun. Kisaran suhu udara yang
terbaik adalah 23 - 32C dengan suhu siang hari 29C. Tekstur tanah yang
dikehendaki adalah tanah bertekstur ringan, gembur, berdrainase baik, dan
subur. Tanah dengah pH 4 - 7 dapat ditolerir namun yang terbaik adalah
pada pH 6. Tahapan-tahapan dalam budidaya tanaman lada yang baik
adalah sebagai berikut :
1) Penanaman
Stek dengan panjang tujuh ruas ditanaman dalam lubang di dekat
panjatan, empat ruas berada dalam tanah dan tiga ruas di atas tanah.
Pohon panjat sudah harus ditanaman setahun sebelum penamanan lada
agar dapat tumbuh dengan baik. Pohon panjat umumnya ditanaman
dari setek sepanjang 1,00 - 1,50 m. Pohon panjatan ditanaman pada
jarak sekitar 2,5 x 2,5 m. Lubang tanaman sebaiknya diberi pupuk
kandang sekitar 5 - 10 kg. Petani Lampung memiliki kebiasaan
merendog tanaman lada. Meredog adalah pekerjaan menurunkan
kembali tanaman lada yang berumur sekitar satu tahun ditanami
melingkar pohon panjat dan ujungnya dilakukan kembali ke panjatan.
Teknologi ini berguna untuk meningkatkan produksi lada dan
meningkatkan ketahanan lada terhadap kekeringan maupun penyakit
akar.
2) Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pemeliharaan diantaranya penyiangan gulma, pemangkasan,
pemupukan dan penyulaman. Penyiangan gulma dilakukan 2 - 3 bulan
Page 33
16
sekali. Pemangkasan pohon panjatan dilakukan 2 - 3 kali setahun.
Pohon panjatan harus di jaga ketinggiannya sekitar 4 - 6 m, kegiatan
pemangkasan akan mendorong peningkatan produksi lada.
3) Panen
Tanaman lada mulai memberikan hasil pada umur empat tahun,
selanjutnya produksi terus meningkat. Panen untuk lada hitam
dilakukan ketika buah sudah dengan 1 - 2 buah yang menguning.
Panen untuk lada putih dilakukan ketika buah mulai sudah masak
(Evizal, 2013).
4) Pascapanen
Kegiatan pascapanen utama pengolahan hasil panen sampai didapatkan
produk lada yang siap dipasarkan. Buah lada dapat diolah menjadi lada
hitam dan lada putih. Pembuatan lada hitam, buah lada yang baru
dipanen langsung diperam dengan cara ditimbun atau ditumpuk selama
2 - 3 hari. Selain dengan cara ditimbun, pemeraman buah lada dapat
dilakukan dengan cara direndam di dalam air panas selama beberapa
saat. Keadaan diperam tersebut kulit buah akan berubah warna menjadi
hitam dan selanjutnya dijemur dibawah sinar matahari langsung hingga
kering. Penjemuran yang dilakukan akan menghasilkan buah lada yang
berwarna hitam kelam dengan kulit keriput. Buah lada yang telah
mengering dipisahkan dari tangkai malai dengan cara di injak-injak dan
kemudian lada dibersihkan dari kotoran.
Pada pengolahan lada putih, buah lada dimasukan ke dalam keranjang
atau karung tanpa harus ditunda hari berikutnya. Karung atau
Page 34
17
keranjang yang berisi buah lada direndam dalam bak atau balong yang
airnya mengalir atau tidak mengalir. Proses perendaman dalam air
selama 7 - 10 hari dan kemudian dilakukan pembersihan biji dari kulit
atau daging buah yang sudah membusuk dengan cara di injak dengan
kaki dalam air mengalir. Biji lada dapat langsung di jemur selama 1 - 2
hari atau direndam sekali lagi. Tujuan dari perendaman ulang adalah
untuk mendapatkan kualitas hasil yang lebih baik. Penjemuran biji lada
putih dapat berlangsung selama tujuh hari, tergantung cerahnya cuaca
(Rismunandar, 2003).
D. Informasi
Soekartawi (1988) mengemukakan bahwa, sumber informasi dapat berasal
dari media massa, tetangga, teman, petugas penyuluh pertanian, pedagang,
pejabat desa atau informan lainnya. Proses penyebaran informasi
pertanian dapat melalui empat tahap, yaitu melalui penelitian, pengujian
lokal, penyebaran informasi dan bimbingan kepada petani. Sumber
informasi dapat berupa individu atau lembaga yang menciptakan informasi
sebagai pesan dalam proses komunikasi. Donohew dan Tipton dalam
Ma’mur (2001) menyebutkan bahwa sumber informasi dapat berbentuk
saluran seperti buku dan media massa lainnya serta perorangan, baik atas
nama sendiri maupun membawahi nama lembaga yang mewakilinya.
Menurut Hilman (2010) informasi baru tentang pertanian yang
dikomunikasikan melalui berbagi macam saluran, secara umum dapat
diklasifikasikan yaitu : (1) Media massa, terdiri dari majalah pertanian,
Page 35
18
surat kabar, siaran pertanian melalui radio dan televisi, dan surat; (2)
Sumber informal, terdiri dari tetangga petani dan teman; (3) Sumber
komersial, terdiri dari hubungan petani dengan pedagang dan dealer,
demostrator dan buletin komersial; dan (4) Sumber agen pemerintah,
terdiri dari buletin, pertemuan, dan hubungan petani dengan penyuluh dan
ahli konservasi tanah. Proses penyebaran informasi pertanian dapat
melalui empat tahap, yaitu melalui penelitian, pengujian lokal,penyebaran
informasi dan bimbingan kepada petani. Sumber informasi dapat berupa
individu atau lembaga yang menciptakan informasi sebagai pesan dalam
proses komunikasi.
Berikut ini beberapa pendapat mengenai informasi: Mulyanto (2009)
menyatakan bahwa, Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk
yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya, sedangkan
data merupakan sumber informasi yang menggambarkan suatu kejadian
yang nyata. Menurut Hartono (2009) informasi adalah data yang diolah
menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang
menerimanya .
E. Media
Media sebagai alat bantu bagi petani untuk memperoleh informasi, melalui
media petani lebih cepat dan mudah menangkap materi karena apa yang
dilihat petani akan lebih lama dibandingkan apa yang didengar, mampu
memotivasi petani, mampu memusatkan perhatian pada hal-hal yang
biasanya diabaikan dan diharapkan dapat merangsang petani untuk
Page 36
19
menerapkan apa yang dianjurkan. Media bagi petani sangat diperlukan
sekali guna mendapat ilmu dan teknologi serta mengembangkan dan
memperkuat motivasi untuk perubahan. Surat kabar, majalah, radio
dan televisi merupakan media yang paling murah untuk menyampaikan
pesan kepada masyarakat. Media massa dapat digunakan untuk mengubah
pola perilaku, terutama yang kecil dan kurang penting, atau perubahan
untuk memenuhi keinginan yang ada (Andawan, 2007).
Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber
kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau
media, ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya
misalnya dalam komunikasi antar pribadi panca indera dianggap sebagai
media komunikasi. Selain indera manusia, ada juga saluran komunikasi
seperti telepon, surat dan telegram yang digolongkan sebagai media
komunikasi antar pribadi. Dalam komunikasi massa, media adalah alat
yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya
terbuka, setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media
dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam, yaitu media
cetak dan media elektronik. Selain media komunikasi tersebut, kegiatan
dan tempat tertentu yang banyak ditemui dalam masyarakat pedesaan
dapat juga dipandang sebagai media komunikasi sosial, misalnya rumah
ibadah, balai desa, arisan, panggung kesenian dan pesta rakyat (Meutiara,
2017).
Page 37
20
Media ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber
kepada penerima. Media komunikasi terbagi atas media massa dan media
nirmassa. Nirmassa merupakan komunikasi tatap muka sedangkan media
massa menggunakan saluran yang berfungsi sebagai alat yang dapat
menyampaikan pesan secara massal (Ruben & Lea, 2013).
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan
penelitian yang akan dilakukan. Kajian penelitian terdahulu diperlukan
sebagai bahan referensi bagi peneliti untuk menjadi pembanding antara
penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya, serta untuk
mempermudah dalam pengumpulan data dan metode analisis data yang
digunakan dalam pengolahan data. Beberapa penelitian dijadikan rujukan
karena memiliki persamaan dalam alat analisis dan perbedaannya terletak
pada komoditas maupun lokasi penelitian. Beberapa diantaranya dapat
dilihat pada Tabel 4.
Page 38
21
Tabel 4. Ringkasan penelitian terdahulu
No. Penulis, Tahun Judul Jurnal/Skripsi Hasil Penelitian Relevansi
1. Hapsari (2007) Perilaku Komunikasi
“Sadar Pangan Dan
Gizi” Pada Akseptor Kb
Lestari(Kasus Di
Kecamatan
Jatinangor,Kabupaten
Sumedang)
Informasi Pangan dan Gizi yang diminati danbanyak
dikomunikasikan responden meliputi makanan yang
beragam dan bergizi untuk keluarga sehat, ibu hamil,
BBBLC, produktivitas ASI, pertumbuhan bayi dan
balita, serta kecerdasan anak-anak. Informasi Pangan
dan Gizi yang kurang diminati dan kurang
dikomunikasikan responden meliputi makanan yang
beragam dan bergizi untuk produktivitas kerja,
kebugaran jasmani, umur panjang, dan ketahanan
tubuh. Level komunikasi berada dalam rentang
hanya sekedar bicara ringan (level 1) sampai mampu
berempati dengan lawan bicara (level 3).
Responden mendapatkan informasi Pangan dan Gizi
dari PLKB, PPL, petugas Puskesmas, kader PKK-
Posyandu, bidan desa, aparat desa, dokter/bidan
swasta. Media massa cetak maupun elektronik tidak
digunakan sebagai sumber informasi Pangan dan
Gizi, namun lebih berfungsi sebagai mediahiburan
.
Berkaitan dengan
variabel yang
digunakan, yaitu
perilaku komunikasi
dalam pemenuhan
informasi
Page 39
22
No. Penulis, Tahun Judul Jurnal/Skripsi Hasil Penelitian Relevansi
2. Fuady (2012) Perilaku Komunikasi
Petani Dalam Pencarian
Informasi Pertanian
Organik (Kasus Petani
Bawang Merah di Desa
Srigading Kabupaten
Bantul)
Praktek organik yang telah dilakukan oleh petani
ternyata tidak organik. Perilaku pelaku organik
dipengaruhi oleh variabel perilaku komunikasi dan
karakteristik individu. Otonomi para petani banyak
berkorelasi dengan perilaku bertani.
Berkaitan dengan
tema yang diambil,
yaitu untuk
menentukan
indikator dari
variabel perilaku
komunikasi petani.
3. Mulyandari
(2011)
Perilaku Petani Sayuran
Dalam
MemanfaatkanTeknologi
Informasi
Responden di kedua lokasi yaitu Pacet (Jawa Barat)
dan Giripurno (Jawa Timur) memiliki tingkat
pengetahuan terhadap pemanfaatan teknologi
informasi yang rendah (skor di bawah 50). Dilihat
dari aspek sikap, rata-rata responden memiliki sikap
yang sangat positif dandari aspek keterampilan,
termasuk dalam kategori sedang. Seluruh peubah
karakteristik individu, yaitu umur, pendidikan
formal, kepemilikan sarana teknologi informasi,
lama menggunakan saranateknologi informasi, luas
penguasaan lahan, tingkat kekosmopolitan, dan
keterlibatan dalam kelompok memiliki hubungan
yang nyata dengan aspek perilaku dalam
pemanfaatan teknologiinformasi. Umur petani
memiliki hubungan negatif dengan seluruh aspek
Berkaitan dengan
tema yang diambil,
yaitu untuk
menentukan
indikator dari
variabel
karakteristik petani.
Tabel 4. (lanjutan)
Page 40
23
No. Penulis, Tahun Judul Jurnal/Skripsi Hasil Penelitian Relevansi
perilaku dalam pemanfaatan teknologi informasi.
4 Astuti (2008) Hubungan Karakteristik
dan Aktivitas
Komunikasi dengan
Perilaku Masyarakat
Perkampungan Budaya
Betawi
Karakteristik individu secara signifikan dengan
perilaku masyarakat seperti pendidikan formal
dengan pengetahuan nonformal,sikap dan tindakan,
sedangkan komunikasi kelompok berkorelasi dengan
perilaku masyarakat exsposekoran, exspose dengan
pengetahuan, komunikasi interpersonal exspose
dengan sikap.
Berkaitan dengan
tema yang diambil,
yaitu untuk melihat
indikator
keterdedahan dari
variabel perilaku
komunikasi petani.
5 Andawan
(2007)
Hubungan Karakteristik
Petani Kedelai dengan
Kepuasan Mereka pada
Bimbingan
PenyuluhanPertanian di
Kabupaten Lahat
Sumatera Selatan
Mayoritas petani berumur tua, berpendidikan formal
rendah, memiliki pengalaman berusahatani kedelai
yang cukup, memiliki luas lahan usahatani sedang,
kurang berinteraksi dengan penyuluh, konsumsi
media cukup tinggi, memiliki akses kredit rendah,
cukup mengikuti pelatihan dan memiliki
kekosmopolitan tinggi. 4 aktivitas penyuluhan
pertanian yang cukup memuaskan adalah Informasi
pertanian, Pelatihan, Penumbuhan dan pembinaan
kelembagaan petani dan Penerapan metode
penyuluhan. 4 aktivitas penyuluhan pertanian yang
masih belum memuaskan adalah Pembimbingan
usahatani, Penerapan teknologi pertanian,
Berkaitan dengan
tema yang diambil,
yaitu untuk
dijadikan referensi
dalam menentukan
hubungan
karakteristik petani
dengan perilaku
komunikasi petani
dalam pemenuhan
informasi usahatani
lada.
Tabel 4. (lanjutan)
Page 41
24
No. Penulis, Tahun Judul Jurnal/Skripsi Hasil Penelitian Relevansi
Perencanaan penyuluhan dan Pemenuhan kebutuhan
sarana produksi, teknologi dan pemasaran.
Karakteristik petani berhubungan nyata dengan
kepuasan pada bimbingan penyuluhan pertanian.
6 Lesmana (2013) Analisis Persepsi Dan
Reaksi Gabungan
Kelompok Tani
(Gapoktan) Terhadap
Pemanfaatan Siaran
Televisi Sebagai Sumber
Informasi Pertanian di
Desa Sidomulyo,
Kecamatan Anggana,
Kabupaten Kutai
Kartanegara
Gapoktan di Desa Sidomulyo, Kecamatan Anggana,
Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki persepsi
positif dan menggunakan televisi sebagai sumber
informasi pertanian. Hasilnya juga menunjukkan
persepsi dan reaksi yang memiliki korelasi
signifikan dan sangat dekat.
Berkaitan dengan
tema yang diambil,
yaitu untuk melihat
pemanfaatan media
informasi sebagai
sumber pemenuhan
informasi petani.
7
Hilman (2010)
Hubungan Karakteristik
Petani dengan Sumber
dan Kebutuhan
Informasi untuk
Pengembangan
Agribisnis
Karakteristik individu petani di Desa Padahurip
yang dikaji adalah umur,tingkat pendidikan, luas
lahan, dan keikutsertaan dalam pelatihan. Sumber
informasi yang dapat diakses sekaligus digunakan
oleh petani adalah penyuluh, suplier, orang tua,
teman, dan brosur. Adapun sumber informasi yang
paling dominan digunakan oleh petani adalah
Berkaitan dengan
tema yang diambil,
yaitu untuk
menentukan
indikator dari
variabel perilaku
komunikasi petani
Tabel 4. (lanjutan)
Page 42
25
No. Penulis, Tahun Judul Jurnal/Skripsi Hasil Penelitian Relevansi
penyuluh pertanian. Informasi agribisnis yang
dibutuhkan oleh petani untuk mendukung
keberhasilan usahataninya adalah informasi
pemilihan benih, teknis penanaman,hama dan
penyakit, dan informasi pasar. Sedangkan informasi
agribisnis yang masih minim diterima oleh petani
dan sangat dibutuhkan untuk mendukung
pengambilan keputusan-keputusan strategis petani
adalah informasi pasar. Karakteristik individu yang
berhubungan nyata dengan sumber informasi dan
kebutuhan informasi adalah usia dan keikutsertaan
dalam pelatihan. Kedua karakteristik individu
tersebut berhubungan positif dengan sumber
informasi dan kebutuhan informasi petani.
dalam menentuan
tingkat kualitas dan
kuantitas
keterdedahan.
Tabel 4. (lanjutan)
Page 43
26
2.2 Kerangka Pemikiran
Perilaku komunikasi dalam pemenuhan informasi usahatani lada oleh
petani dapat diartikan sebagai tindak tanduk, ucapan maupun perbuatan
seorang petani dalam mencari, menerapkan, memafaatkan dan menyebarkan
informasi terkait kegiatan usahatani lada, mencakup jenis lada dan
perlakuannya, penanaman bibit maupun tajar, pemupukan, pemiliharaan,
panen dan pesca panen. Tujuan dari komunikasi itu sendiri adalah untuk
merubah sikap, merubah pendapat, merubah perilaku, serta merubah keadan
sosial (Effendy, 2009), sehingga harapannya dengan adanya perilaku
komunikasi petani dalam pemenuhan informasi usahatani lada dapat
merubah pengetahuan, sikap hingga ketrampilan petani dalam mengelola
usahatani lada.
Perilaku komunikasi (Y) yang terdiri dari: keterdedahan petani akan media
massa, keaktifan petani di dalam berinteraksi dengan individu-individu,
serta intensitas interaksi petani di dalam kelompoknya secara langsung
mempengaruhi praktek usaha tani yang dilakukannya. Keterdedahan
terhadap media berkaitan dengan akses pencarian informasi. Keterdedahan
ini mencakup frekuensi petani mendengarkan, melihat, membaca, atau
secara lebih umum mengalami dengan sedikitnya sejumlah perhatian
minimal pada media massa yang digunakan untuk memenuhi informasi
mengenai usahatani lada yang dikelola. Informasi akan mudah diperoleh
petani yang secara interpersonal berinteraksi dengan petani lain baik dari
dalam maupun dari luar desa, pedangang pengumpul, penyuluh, dan pihak
Page 44
27
instansi lain. Interaksi dalam kelompok termasuk dalam kegiatan rutin
kelompok, kegiatan diluar kegiatan rutin kelompok dan segala bentuk
pembelajaran non formal yang diberikan kepada petani melalui kelompok.
Petani membutuhkan informasi usahatani yang dapat dipercaya, relevan dan
dapat dipahami dalam jumlah yang memadai untuk menunjang keputusan
petani dalam pengelolaan usahatani lada. Petani dalam upaya mencari,
menerapkan, memanfaatkan informasi usahatani tanaman lada sangat
berhubungan dengan kebutuhan informasi yang diperlukan untuk pengem-
bangan usahatani tanaman lada mereka.
Keberhasilan usahatani lada sangat tergantung kepada petani sebagai
pengelola utama. Cara yang dilakukan petani tidak sama satu dengan
lainnya, perilaku berkomunikasi setiap petani pun berbeda hal ini sangat
tergantung kepada karakteristik yang mereka miliki. Kifli (2002)
Menyatakan beberapa faktor individu petani maupun dari lingkungannya
dapat mempengaruhi cara dan tingkat perilaku komunikasi, diantaranya
umur (X1), tingkat pendidikan (X2), dan luas lahan (X3). Karakteristik
yang berhubungan nyata dengan perilaku berkomunikasi petani, yaitu
pendapatan (X4) (Astuti, 2008). Pemahaman petani terhadap informasi
pertanian ditentukan oleh karakteristik petani, seperti pengalaman
berusahatani (X5) (Andawan, 2007).
Penelitian ini mencoba mengetahui variabel-variabel yang diduga
berhubungan dengan perilaku komunikasi petani dalam pemenuhan
Page 45
28
informasi usahatani lada (Y), yakni umur petani (X1), pendidikan formal
(X2), luas lahan (X3), pendapatan (X4), dan lama berusahatani lada (X5).
Berdasarkan uraian di atas, kerangka berfikir yang dapat dibangun adalah
sebagai berikut.
Gambar 1. Alur kerangka pemikiran hubungan karakteristik petani dan
perilaku komunikasi petani dalam pemenuhan informasi
usahatani lada.
X. Karakteristik
Petani
Y. Perilaku Komunikasi
dalam Pemenuhan
Informasi Usahatani
Lada
- Pencarian informasi
melalui komunikasi
interpersonal,
- Komunikasi dalam
kelompok, dan
- Keterdedahan media
informasi
X1 Tingkat umur
X4 Pendapatan
X2 Pendidikan formal
X5 Lama berusahatani
X3 Luas lahan
Page 46
29
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran dan permasalahan yang ada, maka
hipotesis yang diajukan untuk menjawab tujuan ketiga pada rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Diduga tingkat umur petani berhubungan dengan perilaku komunikasi
petani dalam pemenuhan kebutuhan informasi usahatani lada.
2. Diduga pendidikan formal berhubungan dengan perilaku komunikasi
petani dalam pemenuhan kebutuhan informasi usahatani lada.
3. Diduga luas lahan berhubungan dengan perilaku komunikasi petani
dalam pemenuhan kebutuhan informasi usahatani lada.
4. Diduga pendapatan berhubungan dengan perilaku komunikasi petani
dalam pemenuhan kebutuhan informasi usahatani lada.
5. Diduga lama berusahatani berhubungan dengan perilaku komunikasi
petani dalam pemenuhan kebutuhan informasi usahatani lada.
Page 47
III. METODE PENELITIAN
3.1 Konsep Dasar, Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi
Definisi Operasional adalah seluruh definisi atau petunjuk yang digunakan
untuk menjelaskan konsep-konsep yang dipakai dalam penelitian agar tidak
menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai dan telah disesuaikan dengan
keadaan dilapangan. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Karakteristik individu petani adalah ciri-ciri yang melekat dan sumberdaya
yang dimiliki pada individu petani yang membedakan dirinya dengan orang
lain. Terkait dengan tujuan penelitian, indikator dari karakteristik individu
petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan formal,
luas penguasaan lahan, pendapatan, dan lama usahatani. Untuk keperluan
analisis , definisi operasional masing masing konsep karakteristik individu
petani antara lain:
1. Umur adalah masa hidup yang telah dilalui seseorang mulai lahir sampai
saat penelitian. Umur diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan data
dilapangan, yaitu kisaran umur 30 - 40 tahun, kisaran umur 41 - 51 tahun,
dan kisaran umur 52 - 62 tahun.
Page 48
31
2. Pendidikan formal adalah lamanya tahun seseorang dalam menempuh
pendidikan formal yang pernah diikuti. Jenjang pendidikan adalah
tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembang-
kan. Pendidikan formal diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan UU No.
20 Tahun 2003 Bab I, Pasal 1 Ayat 8, yaitu pendidikan dasar (9 tahun),
pendidikan menengah (12 tahun), dan pendidikan tinggi (>12 tahun).
3. Luas lahan adalah lahan yang diusahakan oleh petani untuk berusahatani
lada dalam satuan hektar. Luas lahan diklasifikasikan menjadi tiga
berdasarkan data dilapangan, yaitu: 0,25 - 2,50 ha (sempit), 2,51 - 4,75 ha
(sedang), dan 4,76 - 7,00 ha (luas).
4. Pendapatan adalah sejumlah penerimaan petani secara pribadi dari hasil
usahatani setelah dikurangi biaya-biaya, ditambah dengan pendapatan dari
kegiatan di luar usahatani (off farm), dan kegiatan di luar pertanian (non
farm) dalam satu tahun terakhir yang dihitung dalam satuan rupiah.
Berdasarkan penggolongannya menurut Badan Pusat Statistika 2004,
pendapatan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu: Rp 0 - Rp 1.500.
000/bulan (rendah), Rp 1.500.000 - Rp 2.500.000/bulan (sedang), Rp
2.500.000 - Rp 3.500.000/bulan (tinggi), dan > Rp 3.500.000/bulan (sangat
tinggi).
5. Lama berusahatani adalah lamanya petani melakukan kegiatan usahatani
lada yang dinyatakan dalam tahun, terhitung sejak pertama kali
berusahatani sampai saat penelitian. Lama berusahatani diklasifikasikan
Page 49
32
menjadi tiga, yaitu: 10 - 21 tahun (baru), 22 - 33 tahun (sedang), dan 34 -
45 tahun (lama).
Perilaku komunikasi merupakan tindakan atau respon dalam lingkungan dan
situasi komunikasi yang ada. Terkait dengan tujuan penelitian, indikator dari
perilaku komunikasi yaitu pencarian informasi melaui komunikasi
intepersonal, komunikasi dalam kelompok, dan keterdedahan pada media
informasi. Berdasarkan data lapangan, untuk keperluan analisis perilaku
komunikasi diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: rendah (skor ≤ 18,52),
sedang ( skor 18,53 - 22,27), dan tinggi (≥ 22,28). Definisi operasional
masing masing indikator perilaku komunikasi petani antara lain :
1. Pencarian informasi melalui komunikasi interpersonal adalah kontak
personal yang dilakukan petani terkait informasi pengelolaan usahatani
lada dilihat dari tingkat frekuensi petani melakukan komunikasi baik
langsung atau tidak langsung dengan tengkulak, penyuluh, petani lain,
dan pihak instansi lain. Tingkat pencarian informasi melalui komunikasi
interpersonal diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: rendah (skor 0 -
14,33), sedang (skor 14,34 - 28,67), dan tinggi (28,68 – 43,00).
2. Komunikasi dalam kelompok adalah aktivitas yang dilakukan petani
dalam kegiatan berkelompok terkait informasi pengelolaan usahatani lada
dilihat dari tingkat frekuensi petani melakukan interaksi pada pertemuan
rutin, kegiatan diluar pertemuan rutin ataupun mengikuti program
pelatihan, penyuluhan atau pendidikan sejenis dalam kelompok. Tingkat
komunikasi dalam kelompok diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: rendah
(skor 0 - 14,33), sedang (skor 14,34 - 28,67), dan tinggi (28,68 – 43,00).
Page 50
33
3. Keterdedahan media informasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah tingkat akses petani terhadap media massa (cetak, elektronik dan
siber) koran,brosur majalah radio, tv, dan Hp berinternet yang digunakan
terkait informasi pengelolaan lada. Keterdedahan media informasi dilihat
dari seringnya petani mendedahkan dirinya pada media massa dalam satu
tahun terakhir. Keterdedahan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
rendah (skor 0 - 14,33), sedang (skor 14,34 - 28,67), dan tinggi (28,68 –
43,00).
3.2 Penentuan Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sukadana Baru Kecamatan Marga Tiga
Kabupaten Lampung Timur. Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan di Desa Sukadana Baru, merupakan desa
dengan luas dan jumlah produksi terbesar namun terdapat kesenjangan antara
produksi aktual petani dengan produksi potensial, mayoritas masyarakatnya
adalah petani lada dengan karakteristiknya yang heterogen, serta
keberagaman perilaku komunikasi. Pengumpulan data penelitian dilakukan
pada bulan Agustus 2018.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu data
dikumpulkan dari anggota populasi yang disebut sampel. Sampel yang
dipilih diperkirakan mewakili fenomena atau sifat-sifat populasi melalui
teknik penarikan sampel yang tepat. Responden dalam penelitian ini adalah
petani yang mengelola perkebunan lada dan bergabung dengan kelompok tani
yang dipilih secara acak. Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu
Page 51
34
dilakukan pra survei untuk melihat keadaan umum calon responden.
Penentuan jumlah sampel mengacu pada teori Arikunto (2013), bahwa jika
jumlah anggota populasi kurang dari 100, lebih baik seluruhnya diambil
sebagai sampel sehingga penelitian merupakan penelitian populasi atau
sensus. Selanjutnya jika jumlah populasinya besar maka jumlah sampel dapat
diambil antara 10 - 15 persen atau 20 - 25 persen atau lebih.
Berikut ini penentuan besarnya sampel yang akan diambil pada penelitian
merupakan jumlah paling minimum, yaitu sebesar 10 persen dari populasi,
dikarenakan sampel yang dipilih diperkirakan telah mewakili fenomena atau
sifat-sifat populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah 432 petani lada yang
diambil dari jumlah petani yang tergabung dalam 18 kelompok tani di Desa
Sukadana Baru. Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat jumlah populasi dan
sampel petani lada di Desa Sukadana Baru. Jumlah sampel petani lada dapat
dihitung dengan rumus:
n = 0,1 x N
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
maka perhitungan jumlah sampel untuk petani lada adalah:
n = 0,1 x 432 = 43,2 ≈ 43
Sampel dari masing-masing populasi anggota kelompok tani ditentukan
menggunakan rumus alokasi proporsi sampel, Nazir (1988), yaitu:
ni = [
] n
Page 52
35
Keterangan:
ni = Jumlah sampel setiap kelompok
Ni = Jumlah populasi masing-masing kelompok
N = Jumlah seluruh populasi kelompok
n = Jumlah sampel secara keseluruhan
Tabel 5. Data jumlah populasi dan sampel penelitian di Desa Sukadana Baru
No Nama Kelompok Tani Jumlah Anggota Jumlah Sampel
1 Sido Makmur 25 3
2 Sri Rejeki II 25 3
3 Sidomulyo 25 3
4 Bima Sakti 24 2
5 Karya Mukti 25 2
6 Mekar Sari 25 3
7 Sangkuriang 20 2
8 Handayani 27 3
9 Tunas Muda 24 2
10 Sumber Makmur I 25 3
11 Sri Rejeki 24 3
12 Sentosa 24 2
13 Cempaka Putih 24 2
14 Sido Rukun 24 2
15 Tirta mandala 24 2
16 Karya Tani 24 2
17 Sumber Makmur II 23 2
18 Pangestu 20 2
Jumlah 432 43
Sumber: Gapoktan Cahaya Baru, 2017.
Pada Tabel 5 terlihat jumlah sampel sebesar 43 orang petani lada yang
diambil dari kelompok tani secara proporsional. Penentuan sampel
menggunakan tabel acak sederhana sehingga setiap unit sampel populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel.
Page 53
36
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek
penelitian. Data tersebut diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan
diskusi secara langsung dengan responden dengan alat bantu kuesioner.
Data primer yang diperoleh untuk penelitian ini diantaranya umur petani,
pendidikan formal petani, luas lahan petani, pendapatan petani, lama
usahatani, pendapatan petani, dan tingkat pencarian informasi petani
melalui komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, dan
keterdedahan petani.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga atau instansi
terkait, laporan-laporan, publikasi, jurnal dan pustaka lainnya yang terkait
dengan penelitian ini. Datasekunder yang diperoleh untuk penelitian ini
diantaranya produksi lada tingkat kabupaten, produksi dan luas lahan
tingkat kecamatan, potensi produktivitas lada, penelitian terdahulu,
gambaran umum lokasi penelititian, dan teori-teori pendukung.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode survei, yaitu metode penelitian yang mengambil sampel dengan
menggunakan kuisioner sebagai pengumpul data (Singarimbun dan Effendi,
1995). Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik yaitu:
Page 54
37
1. Observasi
Peneliti berperan serta dalam kegiatan responden, dan melakukan
pengamatan secara cermat terhadap perilaku responden. Aspek yang
diobservasi meliputi aktivitas dan karakteristik petani. Dalam hal ini objek
yang diobservasi adalah petani lada dan pihak-pihak terkait yang dapat
menunjang kelengkapan pengumpulan data.
2. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan melakukan
komunikasi secara langsung kepada responden. Wawancara dilakukan
pada sejumlah responden yang jumlahnya relatif terbatas dan
memungkinkan bagi peneliti untuk mengadakan kontak secara langsung,
berulang ulang sesuai dengan keperluan peneliti. Dalam hal ini peneliti
bermaksud untuk mewawancarai responden yang dilakukan menggunakan
panduan kuisioner yang telah terlebih dahulu dibuat oleh peneliti.
Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan judul penelitian yang akan
diteliti.
3.5 Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif kualitatif digunakan
untuk menganalisis tujuan pertama dan kedua. Penelitian dengan pendekatan
kualitatif menekankan pada makna penalaran, definisi suatu situasi yang
banyak berhubungan dengan kehidupan sehari hari, serta desainnya yang
bersifat umum sesuai dengan situasi lapangan. Tujuan utama penelitian
Page 55
38
dengan metode ini adalah untuk mengembangkan konsep-konsep yang
akhirnya menjadi teori (Sarwono, 2006). Penelitian kualitatif, yaitu metode
yang mengamati dan menggambarkan fenomena yang terkait karakteristik
petani dan perilaku petani dalam penelitian.
Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel yang dinyatakan dalam bentuk
angka dan dapat dianalisis secara statistik untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan (Silaen dan Widiyono, 2013), untuk itu digunakan uji korelasi
berjenjang Rank Spearman untuk menganalisis tujuan ketiga.
Uji korelasi Rank Spearman (rs) berfungsi untuk menentukan besarnya
hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal atau tata jenjang.
Biasanya data yang dianalisis merupakan angka-angka yang berjenjang
(Sarwono, 2006). Hubungan karakteristik petani dengan perilaku komunikasi
petani dalam pemenuhan kebutuhan informasi usahatani lada diuji dengan
menggunakan uji koefisien korelasi jenjang Spearman. Pada penelitian ini
digunakan uji koefisien korelasi jenjang Spearman untuk mengukur hubungan
dan membuktikan hipotesis hubungan antara variabel Y (perilaku komunikasi
petani dalam pemenuhan informasi usahatani lada) dan variabel X
(karakteristik petani), dan data yang diteliti merupakan data berpasangan dari
populasi dan sampel yang sama. Menurut Siegel (1986), rumus korelasi
jenjang Spearman yang digunakan yaitu:
rs =1- ∑
Page 56
39
Keterangan:
rs = Nilai korelasi jenjang Spearman
d = Selisih setiap pasang jenjang (rank)
N = Jumlah pasang jenjang untuk Spearman
Rumus rs ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa dalam penelitian ini
akan melihat korelasi (keeratan hubungan) antara variabel-variabel dari
peringkat dan dibagi dalam klasifikasi tertentu. Hal ini sesuai dengan fungsi
rs yang merupakan ukuran asosiasi dua variabel yang berhubungan, diukur
sekurang-kurangnya dengan skala ordinal (berurutan), sehingga objek atau
individu yang dipelajari dapat diberi peringkat dalam rangkaian berurutan.
Bila terdapat rank kembar dalam variabel X, dan Y maka diperlukan
faktor koreksi T dengan rumus:
rs =
√
=
=
=
Keterangan:
n = Jumlah sampel
t = Banyak observasi yang berangka sama pada suatu peringkat
tertentu.
T = Faktor koreksi
Σx2 = Jumlah kuadrat variabel bebas yang dikoreksi
Σy2 = Jumlah kuadrat variabel terikat yang dikoreksi
ΣTx = Jumlah faktor koreksi variabel bebas
Σty = Jumlah faktor koreksi variabel terikat
Mencari t-hitung uji korelasi Rank Spearman dipergunakan rumus sebagai
berikut:
t hitung = rs √
Page 57
40
Keterangan:
t hitung = Nilai t yang dihitung
n = Jumlah sampel penelitian
Kriteria pengambilan keputusan:
1. Jika t hitung ≤ t tabel (n-2) maka tolak H1 pada á 0.05 atau á 0.01, artinya
tidak ada hubungan nyata pada kedua variabel.
2. Jika t hitung >t tabel (n-2), maka terima H1 pada á 0.05 atau á 0.01, artinya
terdapat hubungan yang nyata pada kedua variabel.
Page 58
75
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Seluruh responden penelitian berada pada tingkat umur produktif dengan
umur rata rata 42 tahun, seluruh responden pernah bersekolah dengan rata
rata bersekolah sampai tingkat pendidikan dasar (9 tahun), rata-rata luas
lahan yang diusahakan petani untuk usahatani lada yaitu 2,00 hektar, lama
usahatani lada responden rata rata 22 tahun, dan rata rata pendapatan
responden adalah Rp 2.591.382/bulan.
2. Rata-rata perilaku komunikasi responden penelitian adalah sedang. Pada
komunikasi interpersonal, responden lebih banyak memenuhi kebutuhan
informasi usahatani dari petani lain, dan tengkulak. Pada komunikasi
dalam kelompok seluruh responden aktif memenuhi kebutuhan informasi
usahatani melalui kegiatan rutin kelompok, kegiatan di luar kegitan rutin
dan pendidikan non formal yang diadakan kelompok. Sebagian besar
responden penelitian hanya terdedah pada media elektronik melalui
internet, dan hanya sedikit yang terdedah pada media cetak.
3. Terdapat hubungan yang nyata antara karateristik petani dan perilaku
komunikasi dalam pemenuhan informasi usahatani lada. Karakteristik
tersebut diantaranya adalah, umur petani, luas lahan, dan pendapatan.
Page 59
76
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat peneliti berikan adalah
sebagai berikut :
1. Bagi petani, diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan mengenai
budidaya lada dengan cara memaksimalkan pencarian informasi terkait
teknis usahatani, manajemen usahatani, dan sistem pemasaran yang baik
sehingga pengelolaan budidaya lada semakin baik dan berdampak pada
peningkatan produksi dan pendapatan dengan cara membaca berbagai
literatur budidaya lada baik dalam bentuk buku maupun melalui website.
2. Bagi pemerintah khususnya instansi yang terkait, untuk lebih
memperhatikan ketersediaan informasi terkait pertanian, khususnya
usahatani lada. Sebaiknya program informasi pertanian juga ditayangkan
oleh televisi swasta dan nasional, dan adanya koran yang menyediakan
informasi terkait pertanian agar program informasi pertanian lebih luas
diterima masyarakat khususnya petani.
3. Bagi peneliti lain disarankan dapat menyempurnakan penelitian ini dengan
meneliti kebutuhan petani mengenai informasi usahatani lada pada
berbagai jenis media di daerah penelitian.
Page 60
77
DAFTAR PUSTAKA
Andawan, E. 2007. Hubungan karakteristik petani kedelai dengan kepuasan
mereka pada bimbingan penyuluhan pertanian di Kabupaten Lahat Sumatera
Selatan. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Arikunto S. 2013. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Jakarta.
Astuti, U. 2008. Hubungan karakteristik dan aktivitas komunikasi dengan perilaku
masyarakat perkampungan budaya Betawi. Jurnal Komunikasi pembangunan,
2 (6):13-22.
Badan Pusat Statistik. 2004. Upah Minimum Regional/Provinsi (UMR/UMP) Per
Bulan (Dalam Rupiah). Badan Pusat StatistikIndonesia.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2016. Produksi Lada Menurut
Kabupaten/Kota Di Propinsi Lampung, 2012-2016 (Ton). BPS Propinsi
Lampung. Bandar Lampung.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur. 2016. Luas dan Produksi
Tanaman Perkebunan Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman di Kabupaten
Lampung Timur, 2016. BPS Kabupaten Lampung Timur. Sukadana.
_______________________________________. 2017. Kabupaten Lampung
Timur Dalam Angka 2017. BPS Kabupaten Lampung Timur. Lampung Timur
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. 2016. Budidaya Tanaman Lada.
BPTP Lampung.
Boeree, D.C. 2010. Psikologi Sosial. Primasophie. Yogyakarta.
Dewi, R. 2017. Faktor faktor yang mempengaruhi produktivitas usaha tani dan
keberhasilan program simantri di Kabupaten Klungkung. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis. 6 (2):701-728.
Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. 2016. Statistik Perkebunan Tahun 2015.
Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. Bandar Lampung.
Page 61
78
Ditjenbun. 2012. Statistik Perkebunan Indonesia.Direktorat JendralPerkebunan.
Jakarta.
________. 2014. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Lada.Direktorat
Jendral Perkebunan. Jakarta.
________. 2016. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Lada Tahun 2015-
2017.Direktorat Jendral Perkebunan. Jakarta.
Effendy, O.U. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Evizal, R. 2013. Tanaman Rempah dan Fitofarmaka. Lembaga Penelitian
Universitas Lampung. Bandar lampung.
Fuady , I. 2012. Perilaku komunikasi petani dalam pencarian informasi pertanian
organik (kasus petani bawang merah di Desa Srigading Kabupaten Bantul) .
Jurnal Komunikasi Pembangunan, 2 (10):10-18.
Hapsari, H. 2007. Perilaku komunikasi “sadar pangan dan gizi”pada akseptor KB
Lestari(kasus di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang).
Sosiohumaniora, 1 (9):24-36.
Hapsoh dan Y. Hasanah. 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. USU
Press. Medan.
Hartono, J. 2009. Analisis dan Desain Sistem Informasi, Edisi IV. Andi Offset.
Yogyakarta.
Hilman, C. 2010. Hubungan karakteristik petani dengan sumber dan kebutuhan
informasi untuk pengembangan agribisnis (studi kasus petani padi di Desa
Padahurip Kecamatan Banjarwangi Kabupaten Garut). Skripsi. Fakultas
PertanianInstitut Pertanian Bogor. Bogor.
Kifli, G.C. 2002. Perilaku komunikasi petani padi dalam penerapan usahatani
tanaman pangan (kasus Desa Kalibuaya Kecamatan Telagasari Kabupaten
karawang) .Tesis.Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Krisnamurthi, B. 2001. Agribisnis. Yayasan Pengembangan Sinar Tani. Jakarta.
Lesmana, D. 2013. Analisis persepsi dan reaksi gabungan kelompok tani
(gapoktan) terhadap pemanfaatan siaran televisi sebagai sumber informasi
pertanian di Desa Sidomulyo, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai
Kartanegara. AGRIFOR, 2 (12):132-139.
Page 62
79
Ma’mur, M. 2001. Perilaku petani sayuran dalam pemanfaatan sumber informasi
agribisnis tanaman sayuran di Kabupaten Kendari, Sulawesi Tenggara.
Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mantra, B. I. 2004. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Mardikanto. T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret
University Press. Surakarta. Mathieu, J.E. & Zajac, D. M. 1990. A review and meta analysisi of the
antecedents, correlates, consequencess of organizational commitment,
psychological bulletin. Vol 108.
Meutiara, A. 2017. Jaringan komunikasi petani dalam adopsi inovasi pertanian
tanaman pangan di Desa Rejo Binangun Kecamatan Raman Utara, Kabupaten
Lampung Timur. Skripsi. Jurusan Agribisnis. Universitas Lampung.
Mosher, A. T. 1981. Menggerakkan dan Membangun Pertanian: Syarat-syarat
Pokok Pembangunandan Modernisasi. Yasaguna. Jakarta.
Mulyandari, R. 2011. Perilaku petani sayuran dalam memanfaatkan
teknologi informasi. Jurnal Perpustakaan Pertanian, 1 (20):22-34.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Puttileihalat, P.M. 2007. Hubungan perilaku komunikasi dengan perilaku
usahatani petani minyak kayu putih. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rakhmat J. 2002. Metode Penelitian Komunikasi; Dilengkapi Contoh Dan
Analisa Statistik. Remaja Rosda Karya. Bandung.
Rismunandar. 2003. Usahatani Lada Perdu. Kanisius. Yogyakarta.
Robbins, S. P. 2006. Perilaku Organisasi (Organizatio Behaviour), Pearson
Education International, Pearson Hall, New Jersey, Jilid I & II, Alih Bahasa
Angelica, D, Cahyani, R, dan Abdul. R. Salemba Empat. Jakarta.
Rogers, E. 1993. Diffusion of Inovations. Fourth edition. The Free Press. New
York.
Ruben, B dan Lea. 2013. Komunikasi dan Perilaku Manusia. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Page 63
80
Sasongko,WA. 2014. Pengaruh perilaku komunikasi terhadap sikap dan adopsi
teknologi budidaya bawang merah di lahan pasir pantai Kecamatan Sanden
Kabupaten Bantul. Agro Ekonomi, 1 (24): 35-43.
Severin, W.J dan Tankard, J.W. 2005. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan
Terapan di Dalam Media Massa. Prenada media. Jakarta.
Siagian, S. P. 2008. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Buku. Rineka Cipta.
Jakarta.
Siegel, S. 1986. Statistik Non-Parametrik Ilmu-ilmu Sosial. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Silaen, S dan Widiyono. 2013. Metodologi Penelitian Sosial untuk Penulisan
Skripsi dan Tesis. In Media. Jakarta.
Singarimbun, M. dan S., Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. LP3ES.
Jakarta.
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian.. Universitas
Indonesia (UI-Press). Jakarta.
Soetrisno, L. 2002. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Sebuah Tinjauan
Sosiologis. Yogyakarta. Kanisius.
Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Suwanto. 2017. Analisis daya saing dan pemasaran lada hitam di Kabupaten
Lampung Timur. Tesis. Magister Agribisnis. Universitas lampung.
Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. UGM. Yogyakarta.