HERNIA NUKLEUS PULPOSUS
HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP)A. KONSEP DASAR MEDIS1. Pengertian
Hernia Nucleus Pulposus (HNP)Diskus Intervertebralis adalah
lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh
vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam
satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut
nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus (Brunner
& Suddarth, 2002).HNP adalah keadaan nucleus pulposus keluar
menonjol untuk kemudian menekan kea rah kanalis spina melalui
annulus fibrosis yang sobek (Muttaqin, 2011).Hernia Nukleus
Pulposus bisa ke korpus vertebra di atas atau bawahnya, bisa juga
langsung ke kanalis vertebralis (Priguna Sidharta, 1990).2. Anatomi
Fisiologia. AnatomiKolumna vertebralis atau rangkaian tulang
belakang adalah sebuah struktur yang lentur yang dibentuk oleh
sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang.
Diantara setiap dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat
bantalan tulang rawan panjang. Rangkaian tulang belakang pada orang
dewasa dapat mencapai 57 67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang,
24 buah diantaranya adalah tulang tulang terpisah dari 19 ruas
sisanya bergabung membentuk 2 tulang.Kolumna vertebra terdiri dari
7 vertebra servikal atau ruas tulang leher, 12 vertebra thorakal
atau ruas tulang punggung, 5 vertebra lumbal atau ruas tulang
pinggang, 5 vertebra sacrum atau ruas tulang kelangkang, 4 vertebra
koksigeus atau ruas tulang tungging (Evelyn, 1999).
Dilihat dari samping kolumna vertebralis memperlihatkan 4
(empat) kurva atau lengkung. Di daerah vertebra servikal melengkung
ke depan, daerah thorakal melengkung ke belakang, daerah lumbal
melengkung ke depan, dan di daerah pelvis melengkung ke belakang
(Syaifuddin, 2006).Anatomi yang akan diuraikan merupakan anatomi
yang berhubungan dengan pemeriksaan Lumbosakral yang terdiri atas
vertebra lumbal dan sakrum.1) Vertebra LumbalVertebralis lumbalis
atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar. Badannya lebih
besar dibandingkan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti
ginjal. Prosesus spinosusnya lebar, tebal, dan berbentuk seperti
kapak kecil. Prosesus transversusunya panjang dan langsing.
Apophyseal joint dari lumbal lebih ke posterior dari coronal plane,
artikulasi ini dapat dilihat dengan posisi oblik. Foramen
intervertebralis dari lumbal berada ditengah dari sagital
plane.
Vertebra lumbal terdiri dari dua komponen, yaitu komponen
anterior yang terdiri dari korpus, sedangkan komponen posterior
yaitu arkus vertebralis yang terdiri dari pedikel, lamina, prosesus
transverses, prosesus spinosus dan prosesus artikularis. Setiap dua
korpus vertebra dipisahkan oleh discus intervertebralis dan ditahan
serta dihubungkan satu dengan yang lain oleh ligamentum.Foramina
vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya sedikit lebih
besar dari milik vertebra thorakalis tapi lebih kecil dari vertebra
servikalis. Bagian bawah dari medulla spinalis meluas sampai
foramen vertebra lumbalis satu, foramen vertebra lumbal lima hamya
berisi kauda equina dan selaput selaput otak.
Prosesus transversus berbentuk tipis dan panjang kecuali pada
vertebra lumbal lima yang kuat dan tebal. Berukuran lebih kecil
daripada yang terdapat pada vertebra thorakalis. Prosesus spinosus
berbentuk tipis, lebar, tumpul dengan pinggir atas mengarah ke arah
bawah dank e arah dorsal. Prosesus ini dapat diketahui kedudukannya
dengan cara meraba atau palpasi.Prosesus artikularis superior
merupakan fasies artikularis yang sekung dan menghadap
posteromedial, sebaliknya fasies artikularis inferiornya cembung
dan menghadap ke anterolateralis (Ballinger, 1995).2) SakrumSakrum
atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada bagian
bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata
(atau tulang koxa) dan membentuk bagian belakang rongga
pelvis(panggul). Dasar dari sacrum terletak di atas dan bersendi
dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk sendi intervertebral
yang khas. Tepi anterior dari basis sacrum membentuk promontorium
sakralis.
Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis vertebralis (saluran
tulang belakang) dan memang lanjutan daripadanya. Dinding kanalis
sakralis berlubang-lubang untuk dilalui saraf sacral. Prosesus
spinosus yang rudimenter dapat dilihat pada pandangan posterior
dari sacrum. Permukaan anterior sacrum adalah cekung dan
memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang menandakan tempat
penggabungan kelima vertebra sakralis.
Pada ujung gili-gili ini, disetiap sisi terdapat lubang-lubang
kecil untuk dilewati urat-urat saraf. Lubang-lubang ini disebut
foramina. Apex dari sacrum bersendi dengan tulang koksigeus. Di
sisinya, sacrum bersendi dengan tulang ileum dan membentuk sendi
sakro-iliaka kanan dan kiri (Evelyn, 1999).b. FisiologiKolumna
vertebralis merupakan bagian dari rangka batang badan. Berfungsi
untuk menyalurkan berat kepala, ekstrimitas atas dan batang badan
pada tulang panggul. Juga berfungsi untuk melindungi medula
spinalis serta selaput otaknya yang mempunyai tempat di kanalis
vertebralis. Fungsi ketiga dari kolumna vertebralis adalah untuk
menghasilkan gerakan gerakan serta menjadi tempat lekat dari otot
otot.
Vertebra lumbosakaral merupakan bagian dari tulang
belakang/kolumna vertebralis yaitu susunan tulang tulang kecil yang
dinamakan ruas tulang belakang.Tulang belakang gunanya adalah untuk
menahan kepala dan alat alat tubuh yang lain, melindungi sumsum
tulang belakang yaitu lanjutan dari sumsum penyambung otak yang
terdapat di dalam saluran tulang belakang dan tempat tulang tulang
panggul bergantung.3. Etiologi
Dalam buku Kapita Selekta (2011) etiologi dari HNP yaitu:a.
Mengangkat beban dengan teknik yang tidak tepat atau terkilir
b. Cidera langsung
c. Penyakit diskus degenerative
4. Patofisiologi
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan
perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan
protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus
pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan
pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma jatuh, kecelakaan,
dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat
cedera.Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas
dan singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang
tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada
degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis
atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong
terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari
kolumna spinal.
Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa
nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan
arteria radikularis berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi
kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya
ditengah tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagi pula, oleh
karena pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat
medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan
menimbulkan kompresi pada kolumna anterior.
Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus
intervertebralis mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra
bertumpang tindih tanpa ganjalan.
5. Tanda dan GejalaNyeri dapat terjadi pada bagian spinal
manapun seperti servikal, torakal (jarang) atau lumbal. Manifestasi
klinis bergantung pada lokasi, kecepatan perkembangan (akut atau
kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya. Nyeri punggung
bawah yang berat, kronik dan berulang (Muttaqin. 2011).Dalam bukuy
Kapita Selekta (2011) tanda dan gejala yang muncul yaitu:
a. Nyeri
b. Rentang pergerakan sendi (RPS) terbatas
c. Parestesia
d. Kelemahan motorik
e. Neuropati perifer
6. Komplikasia. Defisit neurologis
b. Disfungsi usus dan kandung kemih
c. Disfungsi seksual7. Pemeriksaan Diagnostika. Rontgen foto
lumbosakral1) Tidak banyak ditemukan kelainan2) Kadang kadang
didapatkan aartrosis, menunjang tanda tanda deformitas vertebra
3) Penyempitan diskus invertebralis
4) Untuk menentukan kemungkinan nyeri karena spondilitis
b. MRIuntuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun
terutama untuk penyakit spinal lumbal.c. CT ScanMelihat gambaran
vertebra dan jaringan di sekitarnya termasuk diskus
intervertebralis.
d. MielografiMengetahui adanya penyumbatan hambatan kanalis
spinalis yang mungkin disebabkan HNP.e. Elektromiografi (EMG)1)
Terlihat potensial kecil (fibrolasi) di daerah radiks yang
terganggu.
2) Kecepatan konduksi menurun
f. Cairan cerebro spinal
1) Biasanya normal
2) Jika didapatkan blok akan terjadi prot, indikasi operasi.
g. Iskografi
Pemeriksaan dilakukan dengan kontras untuk melihat seberapa
besar daerah diskus yang keluar pada kanalis vertebralis.
8. Penatalaksanaan Medika. Terapi konservatif
1) Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa
hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah
duduk, tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut
tertentu.
Tempat tidur tidak boleh memakai pegas/per, tempat tidur papan
yang lurus dan ditutup dengan lembar busa yang tipis.2)
Medikamentosa
a) Simptomatik
Analgesik (salisilat, parasetamol)
Kortikosteroid (prednisone, prednisolon)
Anti inflamasi non steroid (AINS) seperti piroksikan
Antidepresan trisiklik (amitriptilin)
Obat penenang minor (diazepam, klordiasepoksid)
b) Kausal; kolagenase
3) Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dalam jangkauan
permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi
lordosis.
b. Terapi Operatif/PembedahanTerapi operatif dilakukan apabila
dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata,
kambuh berulang atau terjadi deficit neurologis.1) Disektomi :
Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus
intervertebral2) Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan
elemen neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk
menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat
patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks.3) Disektomi
dengan peleburan.c. Rehabilitasi
1) Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula.
2) Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam
melakukan kegiatan sehari hari.
3) Klien tidak mengalami komplikasi.B. KONSEP DASAR
KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatana. Anamnesa
1) Identitas Klien
2) Keluhan utama : nyeri pada punggung bawah
3) Riwayat penyakit sekarang : kaji adanya trauma, kesemutan,
kekuatan otot menurun
4) Riwayat penyakit dahulu : pernah menderita tuberculosis
tulang, osteomielitis, keganasan (myeloma multipleks) dan metabolic
(osteoporosis).
5) Riwayat penyakit keluarga : hipertensi, diabetes mellitus dan
jantung.b. Pemeriksaan Fisik
1) Breathing (B1)Jika tidak mengganggu system pernapasan maka
pemeriksaan dengan hasil:
Inspeksi: klien tidak batuk, tidak sesak nafas, frekuensi
pernapasan normal
Palpasi: ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi: ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapang
paru
Auskultasi: tidak terdengar bunyi nafas tambahan.
2) Blood (B2)
Bila tidak ada gangguan kardiovaskuler, biasanya kualitas dan
frekuensi nadi normal, tekanan darah normal.pada auskultasi tidak
ditemukan bunyi jantung tambahan.3) Brain (B3)
Tingkat kesadaran biasanya compos mentis.Pemeriksaan saraf
cranial
a) Saraf I: tidak ada kelainan fungsi penciuman
b) Saraf II: hasil tes ketajaman penglihatan mata biasanya
normal
c) Saraf III, IV dan VI: tidak mengalami gangguan mengangkat
kelopak mata dan pupil isokord) Saraf V: umumnya tidak ditemukan
paralisis otot wajah dan reflek kornea tidak ada kelainan.
e) Saraf VII: persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris.
f) Saraf VIII: tidak ditemukan adanya tuli konduktif maupun tuli
persepsi.
g) Saraf IX dan X: kemampuan menelan baik
h) Saraf XI: tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
i) Saraf XII: lidah simetris, tidak ada deviasi dan indra
pengecapan normal.4) Bladder (B4)
Kaji keadaan urin meliputi warna, jumlah dan karakteristik
termasuk berat jenis urin. Penurunan jumlah urin dan peningkatan
retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada
ginjal.
5) Bowel (B5)
Lakukan pemeriksaan pada rongga mulut dengan melakukan penilaian
ada tidaknya lesi pada mulut. Hal ini dapat menunjukkan adanya
dehidrasi.
6) Bone (B6)Adanya kesulitan dalam bergerak dan menggerakkan
badan karena adanya nyeri, kelemahan, kehilangan sensorik dan mudah
lelah dapat mneyebabkan masalah pada pola aktivitas dan
istirahat.a. Inspeksi: pelvis yang asimetris, postur tungkai yang
abnormal. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme
otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus.Adanya hambatan
dalam menggerakkan punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak.b.
Palpasi: kemungkinan deviasi ke lateral anteroposterior. Palpasi
dimulai dari yang ringan tingkat nyeri kea rah yang paling terasa
nyeri.
2. Diagnosa Keperawatana. Nyeri berhubungan dengan kompresi
saraf, spasme ototb. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan
neuromuskulus.c. Ansietas berhubungan dengan tidak efektifnya
koping individual
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai kondisi, prognosis dan tindakan pengobatan.
3. Intervensi keperawatana. Nyeri berhubungan dengan kompresi
saraf, spasme otot1) Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya serangan,
faktor pencetus / yang memperberat. Tetapkan skala 0 102)
Pertahankan tirah baring, posisi semi fowler dengan tulang spinal,
pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi telentang3) Gunakan
logroll (papan) selama melakukan perubahan posisi4) Bantu
pemasangan brace / korset5) Batasi aktifitas selama fase akut
sesuai dengan kebutuhan6) Ajarkan teknik relaksasi7) Kolaborasi
pemberian analgetikb. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan
neuromuskulus.1) Berikan / bantu pasien untuk melakukan latihan
rentang gerak pasif dan aktif2) Bantu pasien dalam melakukan
aktivitas ambulasi progresif3) Berikan perawatan kulit dengan baik,
masase titik yang tertekan setelah rehap perubahan posisi. Periksa
keadaan kulit dibawah brace dengan periode waktu tertentu.4) Catat
respon emosi / perilaku pada immobilisasi5) emonstrasikan
penggunaan alat penolong seperti tongkat.6) Kolaborasi dengan
fisioterapi
c. Ansietas berhubungan dengan tidak efektifnya koping
individual1) Kaji tingkat ansietas pasien
2) Berikan informasi yang akurat
3) Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah seperti
kemungkinan paralisis, pengaruh terhadap fungsi seksual, perubahan
peran dan tanggung jawab.
4) Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi
keinginan untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses
penyembuhannya.
5) Libatkan keluarga dal perawatan klien
6) Kolaborasi pastoral cared. Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis dan tindakan
pengobatan.1) Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis dan
pembatasan kegiatan
2) Berikan informasi mengenai mekanika tubuh sendiri untuk
berdiri, mengangkat dan menggunakan sepatu penyokong
3) Diskusikan mengenai pengobatan dan efek sampingnya.
4) Anjurkan untuk menggunakan papan / matras yang kuat, bantal
kecil yang agak datar dibawah leher, tidur miring dengan lutut
difleksikan, hindari posisi telungkup.
5) Hindari pemakaian pemanas dalam waktu yang lama
6) Berikan informasi mengenai tanda-tanda yang perlu
diperhatikan seperti nyeri tusuk, kehilangan sensasi / kemampuan
untuk berjalan.C. SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
Pokok Bahasan: Hernia Nucleus PulposusSasaran: Klien dan
keluarga
Tempat: -
Hari / tanggal: Senin, 28 Mei 2012
Waktu
: 30 menit
Pelaksana: Holys Donna Chris Shihita Tjipta1. Tujuan umum :
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan klien dan
keluarga dapat memahami tentang penyakit hernia nucleus pulposus.2.
Tujuan khusus : setelah mengikuti penyuluhan tentang penyakit
hernia nucleus pulposus., diharapkan klien dan keluarga dapat:
a. Menyebutkan dengan benar pengertian tentang penyakit hernia
nucleus pulposus..
b. Menyebutkan dengan benar 4 5 tanda dan gejala penyakit hernia
nucleus pulposus.c. Menyebutkan dengan benar faktor penyebab yang
dapat menimbulkan penyakit hernia nucleus pulposus.d. Menjelaskan
dengan benar cara pengobatan pada penyakit hernia nucleus
pulposus.e. Menyebutkan dengan benar komplikasi hernia nucleus
pulposus.3. Materi
a. Pengertian hernia nucleus pulposus.b. Tanda dan gejala hernia
nucleus pulposus.c. Faktor penyebab hernia nucleus pulposus.d. Cara
pengobatan penyakit hernia nucleus pulposus.e. Komplikasi hernia
nucleus pulposus.4. Metode :a. Ceramahb. Tanya jawab5. Kegiatan
KegiatanPenyuluhAudienceWaktu
Pendahuluan dan apersepsi1. Salam pembuka, perkenalan
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan1. Menjawab salam
2. Menyimak5 menit
Isi1. Menyampaikan materi penyuluhan hernia nucleus pulposus
yaitu:
a. Pengertian b. Tanda dan gejala c. Faktor penyebabd. Cara
pengobatane. Cara pencegahan
2. Memberikan kesempatan bertanya
3. Menjawab pertanyaan1. Mendengarkan
2. Menanyakan yang tidak jelas
3. Memperhatikan jawaban20 menit
Penutup1. Melakukan evaluasi secara verbal
2. Memberi kesimpulan pujian dan pesan
3. Mengakhiri pertemuan/salam penutup1. Menyampaikan apa yang
telah diketahui
2. Mendengarkan dan menerima pesan
3. Menjawab salam5 menit
6. Alat peraga: Laptop, LCD, Flip chart dan leaflet
7. Evaluasi
: Secara lisan tentang:
a. Apa itu penyakit hernia nucleus pulposus?
b. Sebutkan tanda dan gejala dari hernia nucleus pulposus!
c. Sebutkan faktor - faktor penyebab dari hernia nucleus
pulposus!
d. Jelaskan cara pengobatan hernia nucleus pulposus!
e. Sebutkan komplikasi dari hernia nucleus pulposus!
D. ASPEK LEGAL ETIK1. Legal
Peran perawat bila ditinjau dari aspek legal dalam kasus hernia
nucleus pulposus adalah membantu klien dan keluarga dalam hal
inform concern atas tindakan keperawatan yang dilakukan2. Etik
a. OtonomiPrinsip bahwa individu dan keluarga berhak menentukan
yang terbaik.
Perawat yang mengikuti prinsip ini akan menghargai kebebasan
klien dan keluarga dalam menentukan segala sesuatu yang berhubungan
dengan sakitnya.b. Non maleficiencePrinsip menghindari tindakan
yang membahayakan. Bahaya disini dapat berarti dengan sengaja,
risiko atau tidak sengaja membahayakan klien dalam memberikan
perawatan. c. BeneficiencePrinsip bahwa seorang perawat harus
melakukan kebaikan. Dalam hal ini perawat melakukan kebaikan dengan
mengimplementasikan tindakan keperawatan yang menguntung dan
bermanfaat bagi klien dan keluargad. JusticePrinsip ini yaitu
prinsip bahwa individu berhak untuk diperlakukan sama secara adil
sesuai kebutuhan kesehatan klien tanpa membeda bedakan dengan klien
lain.E. ASPEK ADVOKASIDalam kasus hernia nucleus pulposus peran
perawat sebagai advokat yaitu harus bertanggungjawab membantu klien
dan keluarga dalam hal inform concern atas tindakan tindakan medis
maupun tindakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Selain
itu, perawat juga harus mampu mempertahankan dan melindungi hak hak
klien serta memastikan bahwa kebutuhan klien yang berhubungan
dengan status kesehatannya terpenuhi.DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, ME. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 2, Jakarta:
EGC.Mansjoer, Arif. 1999. Kapita selekta Kedokteran. Jakarta:
EGC.
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
System Persarafan. Jakarta: EGC.
Nanda. 2009. Nursing Diagnose Definition and Clasification. 2009
2011. Willey. Blackwall: USA
Nursing Intervention Clasification (NIC) 4 th. Ed. Mosbi.
USA
Nursing Ourcome Clasification (NOC) 4 th. Ed. Mosbi. USA
Priguna Sidharta. 1996. Neuromuskuloskeletal dalam Praktek,
Jakarta : Dian
Rakyat.Smeltzer, Suzane C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol 3, Jakarta : EGC.Tucker,
Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta :
EGC.SGD KELOMPOK VII SISTEM MUSKULOSKELETALHERNIA NUCLEUS PULPOSUS
(HNP)HOLYS DONNA CHRIS SHIHITA TJIPTANIM : 1102053
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
2014