Hipertensi David.G.P.(406067006) HIPERTENSI PENDAHULUAN Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat terpenting pada negara-negara berkembang. Di Indonesia, masalah hipertensi perlu diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat panjang yang ditimbulkannya. Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien sedang dalam pengobatan antihipertensi (Menurut The Six Report of the joint National Comittee on prevention, Detection, Evaluation and treatment of High Blood Pressure, 1997). 1 Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu: 2 1. Hipertensi primer atau hipertensi essensial yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 85-90% kasus. Banyak faktor Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSPI Sulianti Saroso FK-UNTAR 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Hipertensi David.G.P.(406067006)
HIPERTENSI
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat terpenting pada negara-
negara berkembang. Di Indonesia, masalah hipertensi perlu diperhatikan oleh dokter
yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer karena angka prevalensinya yang tinggi
dan akibat panjang yang ditimbulkannya. Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien sedang dalam
pengobatan antihipertensi (Menurut The Six Report of the joint National Comittee on
prevention, Detection, Evaluation and treatment of High Blood Pressure, 1997). 1
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:2
1. Hipertensi primer atau hipertensi essensial yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 85-90% kasus. Banyak faktor
yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas sistem saraf
simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca
intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol,
merokok, stres, asupan garam yang tinggi, gaya hidup yang tidak aktif (malas
berolah raga), serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSPI Sulianti SarosoFK-UNTAR
1
Hipertensi David.G.P.(406067006)
vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma,
koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.
Beberapa dekade belakangan ini, angka mortalitas dan morbiditas akibat kerusakan
multiorgan yang disebabkan oleh hipertensi telah menurun. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya penelitian yang dilakukan secara intensif, pengetahuan yang dimiliki pasien
dan usaha-usaha dari tenaga medis profesional yang bekerja di unit-unit kesehatan.
Hipertensi merupakan faktor resiko penting yang dapat menimbulkan penyakit jantung
koroner, gagal jantung kongestif (penyebab kematian tertinggi di Amerika Utara), gagal
ginjal dan penyakit pembuluh darah perifer. Oleh karena itu, tenaga medis profesional
bertugas untuk memberikan penyuluhan mengenai pola hidup sehat dan strategi untuk
mencegah penyakit ini, selain mengobati pasien tersebut. Hal ini akan menurunkan
angka prevalensi hipertensi dalam populasi. 3
EPIDEMIOLOGI
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan
penanggulangan yang baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prevalensi
hipertensi seperti ras, umur, obesitas, asupan garam yang tinggi, dan adanya riwayat
hipertensi dalam keluarga. Dari penyelidikan yang ada, terlihat adanya kecenderungan
bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan
masyarakat pedesaan. Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata wanita
lebih banyak menderita hipertensi. 1
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi
usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan
bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan
diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. Selain
itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam dekade
terakhir tidak menunjukan kemajuan lagi (pola kurva mendatar), dan pengendalian
tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien hipertensi.4
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari negara-
negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination
Survey (NHNES) menujukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada
orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSPI Sulianti SarosoFK-UNTAR
2
Hipertensi David.G.P.(406067006)
di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun 1988-1991.
Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari kasus hipertensi. 4
KLASIFIKASI
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Preventoin,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi 4 yaitu: 4
Klasifikasi Tekanan Darah (menurut JNC VII):
Kategori Sistolic (mmHg) Diastolic (mmHg)
Normal <120 dan <80
Prahipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi derajat I 140-159 atau 90-99
Hipertensi derajat II >160 atau >100
Klasifikasi Hipertensi (menurut JNC VI): 2
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal < 120 dan < 80
Normal < 130 dan < 85
Normal Tinggi 130-139 atau 85-89
Hipertensi grade I 140-159 atau 90-99
Hipertensi grade II 160-179 atau 100-109
Hipertensi grade III ≥ 180 atau ≥ 110
Batasan tersebut diatas untuk individu dewasa diatas umur 18 tahun, tidak dalam
pengobatan antihipertensi, dan tidak dalam keadaan sakit mendadak. Dikatakan
hipertensi, jika pada 2 kali atau lebih kunjungan yang berbeda waktu didapatkan
tekanan darah rata-rata dari 2 atau lebih pengukuran setiap kunjungan, diastolik 90
mmhg atau lebih atau sistolik 140 mmhg atau lebih.. Pengukuran yang pertama kali
belum dapat memastikan adanya hipertensi, akan tetapi dapat merupakan petunjuk
untuk dilakukan observasi lebih lanjut. 1
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSPI Sulianti SarosoFK-UNTAR
3
Hipertensi David.G.P.(406067006)
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko untuk hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : 5
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti riwayat keluarga (genetik
kromosomal), umur (pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun), jenis kelamin pria
atau wanita pasca menopause.
2. Faktor risiko yang dapat diubah, seperti dislipidemia, merokok, diabetes
Obat-obat u/ indikasi mendesak.Obat-obat antihipertensi lainnya : diuretic, ACEI, ARB, BB, CCB jika diperlukan diperlukan
Target Tidak Tercapai
Optimalkan dosis atau beri obat-obat tambahan hingga target tekanan darah tercapai Pertimbangkan konsultasi dengan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Hipertensi David.G.P.(406067006)
Terapi nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan
tujuan menurunkan tekanan darah mengendalikan faktor-faktor resiko serta penyakit
penyerta lainnya.
Pengobatan non farmakologis yang utama terhadap hipertensi adalah modifikasi
gaya hidup yang efektif. Penatalaksanaan non farmakologis atau modifikasi gaya
hidup meliputi :
Jaga berat badan ideal. Turunkan berat badan bila IMT ≥ 27
Membatasi alkohol.
Olahraga teratur sesuai dengan kondisi tubuh.
Mengurangi asupan natrium (<100 mmol Na, atau 2.4 g Na , atau 6 g NaCl/hari)
Mempertahankan asupan kalium (90 mmol/hari), kalsium dan magnesium yang
adekuat.
Berhenti merokok.
Kurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan. Modifikasi gaya hidup untuk mengontrol hipertensi 1,5
Modifikasi Rekomendasi Penurunan rata-rata
sistolik
Penurunan berat badan Menjaga berat badan normal
(IMT 18,5 – 24,9)
5 – 20 mmHg tiap
penurunan 10 kg
DASH (Dietary Approach
to Stop Hypertension)
Diet tinggi buah, sayur, batasi
lemak
8 – 14 mmHg
Konsumsi garam sehari < 100 mEq / L (2,4 g Na atau
6 g NaCl)
2 – 8 mmHg
Aktivitas fisik Olahraga teratur seperti jalan
santai min 30 mnt / hari
4 – 9 mmHg
Konsumsi alkohol < 2 gelas / hari (30 ml etanol) 2 - 4 mmHg
2. Penatalaksanaan farmakologis4
Penatalaksanaan dengan obat hipertensi bagi sebagian besar pasien dimulai
dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan umur,
kebutuhan dan usia. Terapi yang optimal harus efektif selama 24 jam, dan lebih
disukai dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah, dapat
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSPI Sulianti SarosoFK-UNTAR
16
Hipertensi David.G.P.(406067006)
mengontrol hipertensi terus-menerus dan lancar, dan melindungi pasien terhadap
resiko dari kematian mendadak, serangan jantung, dan stroke akibat peningkatan
tekanan darah mendadak saat bangun tidur.
Tatalaksana Hipertensi menurut JNC VII 4
Klasifikasi TD
Modifikasi Gaya Hidup
Tanpa Indikasi Memaksa
Dengan Indikasi Memaksa
Normal Diperlukan - -Prehipertensi Perlu Tidak perlu OAH OAH untuk indikasi
memaksaHT stage 1 Perlu Diuretik jenis Tiazid,
boleh juga ACEI, ARB, BB, CCB, atau kombinasi
OAH untuk indikasi memaksa
HT stage 2 Perlu Dua atau lebih kombinasi (Tiazid + ACEI / ARB / BB / CCB)
OAH yang lain (diuretik,ACEI,ARB,BB, CCB) sesuai yang diperlukan
Prinsip pemberian obat anti hipertensi pada lansia : Dimulai dengan 1 macam obat dengan dosis kecil (START LOW GO SLOW) Penurunan tekanan darah sebaiknya secara perlahan, untuk penyesuaian
autoregulasi guna mempertahankan perfusi ke organ vital. Regimen obat harus sederhana dan dosis sebaiknya sekali sehari Antisipasi efek samping obat-obat antihipertensi Pemantauan tekanan darah untuk evaluasi efektivitas pengobatan Setelah tercapai target maka pemberian obat harus disesuaikan kembali untuk
maintenance (Gambar 2)
Gambar 2. Alogaritma Pengobatan Hipertensi pada Lansia
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSPI Sulianti SarosoFK-UNTAR
17
Hipertensi David.G.P.(406067006)
Pemberian antihipertensi pada lansia harus hati-hati karena pada lansia terdapat : Penurunan refleks baroreseptor sehingga meningkatkan risiko hipotensi ortostatik. Gangguan autoregulasi otak sehingga iskemia serebral mudah terjadi dengan hanya
sedikit penurunan tekanan darah sistemik. Penurunan fungsi ginjal dan hati sehingga terjadi akumulasi obat. Pengurangan volume intravaskular sehingga sensitif terhadap deplesi cairan. Sensitivitas terhadap hipokalemi sehingga mudah terjadi aritmia dan kelemahan
otot. Pemberian obat juga harus dipikirkan mengenai penyakit komorbid yang ada pada
lansia itu. Jangan sampai obat antihipertensif yang kita beri mempunyai efek samping yang dapat memperberat gejala penyakit komorbid.
Obat-obat Antihipertensi : 1
1 Diuretik
Diuretik merupakan pilihan pertama karena murah, pemakaiannya sederhana,
cukup efektif dan mudah dikombinasi dengan obat lain. Menurunkan tekanan
darah dengan cara menurunkan volume plasma (mensupresi reabsorbsi Na di
tubular sehingga meningkatkan ekskresi Na dan air) dan menurunkan curah
jantung, tapi pada terapi yang lama efeknya menurunkan resistensi perifer.
a. Tiazid
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSPI Sulianti SarosoFK-UNTAR
18
Hipertensi David.G.P.(406067006)
Menghambat reabsorbsi natrium di segmen kortikal ascending limb, loop henle,
dan pada bagian awal tubulus distal.
- Hidroklorotiazid
Merupakan jenis yang sering dipakai untuk pengobatan hipertensi. Pada
pemberian peroral obat ini mulai bekerja setelah 1 jam dan durasinya 8-12
jam.
Dosisnya 1-2 kali 25-50 mg / hari.
- Klortalidon
Mempunyai cara kerja yang sama tapi durasinya lebih lama.
Dosisnya 25-100 mg / hari.
Efek samping golongan ini adalah hipokalemi, hiponatremi, hiperuricemia,