Top Banner
PROBLEMATIKA HAFIDZ AL-QURÁN Membaca Al-Qurán sebuah ibadah yang banyak mendatangkan pahala. Bahkan, pahala yang Allah SWT dapat berikan bukan perkata atau per-ayat, namun perhuruf dan dilipatgandakan. Rasulullah SAW bersabda : “Bacalah al-qurán sesungguhnya Allah memberimu pahala atas bacaannya setiap huruf 10 khasanah (kebaikan), Saya tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, namun alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf (HR Al-Hakim). Bisa dibayangkan, berapa banyak pahala yang akan didapatkan oleh seseorang yang membaca al-qurán Tentunya akan lebih banyak lagi kalau al-qurán itu dihafal, karena untuk menghafal seorang harus mengulan bacaan yang sangat banyak. Namun syaitan tidak membiarkan manusia mendapatkan pahala Allah SWT tampa sebuah perjuangan yang gigih. Ia akan meletakan 10001 rintangan agar manusia tidak membacanya apalagi menghafalnya. Manusia akan berdalih dengan kesibukan, keterikatan oleh ini dan itu, usia sudah tua, dan sebagainya. Untuk itu penulis ingin mengetengahkan beberapa problem yang sering menjadi penghambat sekaligus pemecahannya. Semaoga dapat membantu bagi mereka yang cinta al-qurán dan membacanya serta menghafalnya. Ingat, terutama bagi para du’at’, semakin banyak yang dihafal, maka semakin bagus pula kualitas iman dan da’wahnya. Dan itulah cirri khas dari pada penghulu seluruh duát, Rasulullah SAW. Ada beberapa hambatan utama bagi sesorang yang ingin menghafal (hifdz) al-qurán, diantaranya:
48

Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

Jul 14, 2016

Download

Documents

Amy Knapp

agama islam
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

PROBLEMATIKA HAFIDZ AL-QURÁN

Membaca Al-Qurán sebuah ibadah yang banyak mendatangkan pahala. Bahkan, pahala yang Allah SWT dapat berikan bukan perkata atau per-ayat, namun perhuruf dan dilipatgandakan. Rasulullah SAW bersabda : “Bacalah al-qurán sesungguhnya Allah memberimu pahala atas bacaannya setiap huruf 10 khasanah (kebaikan), Saya tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, namun alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf (HR Al-Hakim).

Bisa dibayangkan, berapa banyak pahala yang akan didapatkan oleh seseorang yang membaca al-qurán Tentunya akan lebih banyak lagi kalau al-qurán itu dihafal, karena untuk menghafal seorang harus mengulan bacaan yang sangat banyak.

Namun syaitan tidak membiarkan manusia mendapatkan pahala Allah SWT tampa sebuah perjuangan yang gigih. Ia akan meletakan 10001 rintangan agar manusia tidak membacanya apalagi menghafalnya. Manusia akan berdalih dengan kesibukan, keterikatan oleh ini dan itu, usia sudah tua, dan sebagainya.

Untuk itu penulis ingin mengetengahkan beberapa problem yang sering menjadi penghambat sekaligus pemecahannya. Semaoga dapat membantu bagi mereka yang cinta al-qurán dan membacanya serta menghafalnya. Ingat, terutama bagi para du’at’, semakin banyak yang dihafal, maka semakin bagus pula kualitas iman dan da’wahnya. Dan itulah cirri khas dari pada penghulu seluruh duát, Rasulullah SAW. Ada beberapa hambatan utama bagi sesorang yang ingin menghafal (hifdz) al-qurán, diantaranya:

1. Belum lancar membaca al-qurán.Calon penghafal biasanya masih susah mengucapkan huruf-huruf arab sesuai dengan makhrojnya, sehingga menyebabkan susah merangkaikan kata perkata pada setiap ayat. Dalam keadaan seperti ini, penghafal dianggap belum mempunyai bekal yang cukup untuk menghafal al-qurán dan sebaiknya tidak memaksakan diri untuk menghafal. Jika hal ini juga dilakukan maka penghafal akan mengalami dua beban, beban susah membaca dan beban menghafal . Apabila hal ini berlangsung terus penghafal akan lekas futur (patah semangat) dan kemudian meninggalkan al-qurán. Bahkan idealnya sebelum menghafal sebaiknya membaguskan bacaan terlebih dahulu agar dapat menghasilakn hafalan yang berkualitas.Jalan keluarnya, calon penghafal dapat melakukan beberapa kiat.

Page 2: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

a. mendatangi seseorang yang sudah dapat membca al-qurán agar mendapat bimbingan secara terus menerusdalam meluruskan lidahnya untuk mengueluarkan huruf secara benar.

b. Secara pribadi ia dapat mellakukan sendiri di rumah dengan membaca al-qurán sebanyak-banyaknya walaupun mungkin terjadi kesalahan dalam membacanya, yang penting disini adalah membiasakan lidah dalam melafazkan ayat-ayat al-quran dengan selalu mengiungat bimbingan yang telah didapatkan.

c. Pendengaran juga perlu dilatih mendengarkan huruf-huruf al-qurán yang benar secara terus menerus sampai tercipta daalm pikirannya pengucapan huruf yang benar dan huruf yang salah. Latihan dapat dilakukan dengan mendengarkan kasettilawah al-qurán yang banyak dijual di toko-toko buku, atau langsung mendengarkan langsung dari seseorang yang membaca al-qurán . Cara ini telah terbukti kebenarannya sehingga juga digunakan dalam mempelajari bahasa arab, pelajar biasanya diwajibkan mendengarkan saja sebelum ikut akti bercakap-cakap.

2. Tidak ada kemauanSeorang muslim sesuai dengan -hadist-sebenarnya sangat dianjurkan untuk

menghafal al-qurán, alaupun tidak seluruhnya 30 juz. Hal ini karena al-qurán berfungsi sebagai ruh yang dapat menghidupkan jiwanya, Allah SWT berfirman :”dan demikianlah kami wahyukan kepamu ruh (al-qurán) dengan perintah kami”(QS 42:52)

Namun fenomena yang kita lihat, masih sedikit muslim yang melakukanny. Tidak adanya kemauan dalam hal ini dapat disebabkan karena belum menyadari nilai hifdzul qurán sehingga yang timbul akhirnya tidak ada kemauan. Hanaya orang yang faham akan nilai seekor ikan arwana mau membelinyadenga harga jutaan rupiah, begitulah orang yang faham akan nilai hifdzul qurán yang akan siap bekerja keras untuk menghafalnya.

Tidak adanya kemauan juga dapat disebabkan karena belum merasakan nikmatnya membaca dan mempelajari Al-Qur’an. Membaca dan mempelajari Al-Qur’an adalah sebuah kenikmatan yang tidak dapat dirasakan kecuali orang yang hidup dan akrab dengan Al-Qur’an. Rosulullah SAW bersabda :

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini hidangan dari Allah, maka terimalah hidangan-Nya semampumu”(HR Al Hakim).

Arti Ma’dubah menurut orang Arab adalah sebuah hidangan makanan yang dibuat khusus untuk menjamu tamu yang diundang dalam sebuah pertemuan atau sebuah walimah (pesta perkawinan). Dapat kita bayangkan betapa bahagianya orang

Page 3: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

yang menikmati pesta jamua tersebut hanyalah orang ang kurang sehat badanya yang tidak menikmati lezatya makanan dipesta tersebut. Rosulullah SAW telah menyatakan Al-Qur’an adalah sebuah hidangan dari Allah. Mari kita bertanya pada diri kita masing-masing sudahkah kita dapat menikmati hidangan Allah ini.

Oleh karena itu untuk mengatasi keengganan menghafal Al-Qur’an harus diciptakan terlebih dahulu cinta Al-Qur’an , cinta membacanya, mempelajarinya, dan menghafalnya.

Problem ini terkadang juga dialami oleh orang yang sudah atau sedang menghapal Al-Qurán, penghafal tiba-tiba merasa jenuh untuk meneruskan hafalannya, bahkan banyak mereka yang putus ditengah jalan setelah mendapatkan sekian juz, dan enggan untuk meneruskan hafalannya.

Hal ini juga dapat disebabkan oleh kurangnya kemauan keras ketika menghafal. Penghafal yang mengalami futur seperti ini biasanya dalam menghafalkan didasari oleh emosi setelah tersentuh oleh taujih tentang indahnya menghafal Al-Qur’an atau karena ikut-ikutan atau karena terikat oleh sebuah peraturan.

Oleh karena itu kepada calon penghafal sebelum terjun menghafal perlu melihat kembali sampai dimana azam (keinginan) dalam menghafal. Calon penghafal dapat melihat kemauannya dalam menghafal dalam dua hal ini. Pertama, kecintaannya dalam membaca Al-Qur’an.

Calon penghafal baru dapat dikatakan berbakat menghafal, kalau sehari-hari minimal dapat menyelesaikan 1 juz. Lebih ideal kalau lebih dari itu. Calon penghapal dalam membaca Al-Qurán bukan lagi terikat oleh suatu peraturan atau perintah seseorang, namun bacaan yang ia lakukan semata-mata karena kesenangannya bahkan sudah menjadi hobinya. Kedua, keistiqomahaannya dalam menghatamkan Al-Qurán.

Calon penghafal harus sudah dapat menunjukkan bahwa dirinya mampu beristiqomah dalam menghatamkan Al-Qurán. Sesekali ian menghatamkan 30 juz dalam kurun waktu sebulan, sesekali ia perlu mencoba menghatamkannya dalam waktu 20 hari, sesekali ia perlu mencoba menghatamkannya dalam waktui 10 sampai 1 minggu. Kalau setiap muslim yang tidak menghafal saja sangat dianjurkan untuk menghatamkan Al-Qurán pada setiap bulan apalagi bagi calon penghafal.

Dua hal ini merupakan modal yang paling penting bagi calon penghafal. Modal inilah yang akan menjadikannya sebagai penghafal yang haqiqi, bukan penghafal yang kemudian membiarkan hafalannya menguap dan hilang dari ingatannya. Bagi mereka yang sudah pernah menghafal maka akan memaklumi bahwa menghafal ternyata lebih mudah daripada menjaga hafalan agar terus berada

Page 4: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

diingatan. Dari fenomena ini dapat dikatakan bahwa hafalan adalah pengulangan, artinya hakekat timbulnya hafalan bukan hanya karena penghafal itu telah memperdengarkan hafalannya kepada seorang hafidz, namun timbulnya hafalan selain karena diatas yang paling dominan adalah karena seringkalinya diulang terus menerus. Dan kesiapan seseorang dalam mengulang-ulang hafalannya sangat tergantung oleh dua hal tersebut diatas

3. Problem LupaLupa ketika menghafalkan Al-Qurán sering menjadi hambatan dalam

menghafal. Berapa banyak orang yang takut menghafal karena khawatirnya lupa, dan berapa banyak orang yang sedang menghafal kemudian mengalami futur (patah semangat), kemudian ia tidak sanggup meneruskan hafalannya.

Dalam masalah ini calon penghfal harus memahami hakekat lupa dalam menghafal Al-Qurán sehingga masalah ini tidak menjadi penghambat. Perlu dipahami bahwa Al-Qurán mempunyai cirri khas mudah dihafal, liaht Al-Qurán 54:17 dan mudah hilang dari ingatan, lihat sabda Rasulullah SAW:

“Demi jiwa Muhammad yang ada ditanganNya, Al-Qurán lebih cepat hilangnya dari unta yang ada dalam ikatannya(Muttafaqun álaihi).Dari dua cirri ini dapat ditarik kesimpulan bahwa lupa dalam menghafal ada dua macam.

1. Nisyam ámdiArtinya lupa yang disengaja atau lupa yang terjadi karena penghafal tidak mau melakukan pengulangan terhadap ayat-ayat yang telah dihafal. Lupa seperti ini dianggap maksiat karena penghafal telah melakukan Hajrul Qur’an, artinya meninggalkan Al-Qur’an. Allah SWT berfirman :

“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanku (Al-Qur’an) maka baginya kehidupan yang sempit. (Q.S. 20:124).

Sebagian Mufassirin menafsirkan kata “A’rada” melupakan ayat-ayat yang telah dihafal dengan sengaja. Rasululloh SAW bersabda.“Ditampakkan kepadaku pahala-pahala ummatku, bahkan sampai kepada seseorang yang mengeluarkan kotoran dari masjid, dan ditampakkan dosa-dosa ummatku, maka aku tidak melihat dosa yang paling besar ari pada sebuah surat atau ayatAl-Qurán yang telah dihafal oleh seseorang kemudiania melupakannya”. (HR Ibnu Abi Dawud).

2. Nisyam ‘AridliLupa yang terjadi pada seorang penghafal Al-Qurán setelah ia melakukan pengulangan yang sudah cukup banyak. Lupa inilah yang ditolelir oleh syariat,

Page 5: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

kadang-kadang lupa seperti ini jarang dipahami oleh penghafal Al-Qurán. Terkadang ia tidak sadar bahwa lupa yang dialami hanyalah karena belum waktunya ayat-ayat itu tertanam dalam otaknya walaupun ia sudah banyak mengulanginya, keadaan seperti ini kalau tidak disadari sering menjadikan penghafal akan merasa kesal dengan hafalannya bahkan sama pada tingkat ia enggan menerusakan hafalannya. Lupa seperti ini sebenarnya pernah juga dialami oleh Rasulullaoh SAW ketika suatu saat lupa akan suatu ayat kemudian beliau mendengar ayat itu dari seseorang yang membacanya pada waktu malam, Rasululloah SAW bersabda :“Semoga Allah merahmati fulan yang telah mengingatkan aku suatu ayat dari surat Al-Qurán yang telah dihilangkan dari ingatanku”. (HR Muslim)

Kalau kita melihat dua hadist Rasulullah SAW : “Ulangilah bacaan Al-Qurán. Jagalah Al-Qurán” (Muttafaqun Alaihi).

Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa sebuah hafalan baru akan tertanam dalam ingatan dan tidak mudah menguap dari ingatan, setelah banyak diulang dan dibaca. Hal ini sesuai dengan kelanjutan hadist diatas bahwa tanpa pengulangan yang banyak, ia diumpamakan bagai unta yang cepat lepas dari tali ikatannya.

4. Belum MemasyarakatBanyak para penghafal Al-Qurán setelah selesai menghafal merasa tidak

mempunyai motivasi baru untuk menjaga hafalannya, sehingga ayat-ayat yang sedemikian banyaknya itu menguap begitu saja dari ingatannya. Kasus lain banyak juga orang-orang yang merasa tidak tertarik untuk menghafalkan Al_Qurán walaupun hanya satu juz sementara ia tahu betapa tingginya nilai yang terdapat dalam hifdzl Qurán.Keadaan seperti ini dapat juga disebabkan karena Hifdzul Qur’án belum memasyarakat. Kasus diatas mungkin tidak ada teman seperjuangan yang menemaninya. Dibandingkan menghafal Al-Qurán dirumah akan lebih bersemangat jika dilakukan disebuah pesantren tahfidzul Qurán karena menghafal disini mendapatkan teman dan juga dapat saling membantu dalam menghafal. Hakikat inilah yang menyebabkan orang-orang yang berpegang teguh terhadap Din mendapat pahala seperti lima puluh orang sahabat ketika Rasulullah SAW ditanya sebabnya, Rasul menjawab : “ Karena kalian (para sahabat) mendapatkan teman (orang-orang yang sejalan) dan mereka (orang-orang pada akhir zaman) tidak mendapatkan teman (yang sejalan).

Hadist ini dengan jelas menegaskan betapa apabila suatu hal itu sudah memasyarakat maka akan memudahkan baik orang untuk melakukannya. Ditempat-tempat yang sudah memasyarakatkan hifdzul Qurán maka kita akan mendapatkan

Page 6: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

ratusan huffadzul Qurán dan terus bertambah setiap tahunnya. Keadaan seperti ini dapat kita lihat dibeberapa daerah di Jawa Timur seperti Surabaya, Jombang, Probolinggo dan lain-lain. Di daerah tersebut kita akan temui ratusan hiffadzul Qurán dan puluhan pesantren hifdzul Qurán. Bahkan mereka setahun sekali berkumpul disuatu masjid untuk mengadakan pengulangan hafalan secara berjama’ah.

Inilah contoh kecil ketika hifdzul Qurán sudah memasyarakat. Kalau kita kembali kepada sejarah, keadaan seperti ini terjadi dalam kehidupan kaum muslim terdahulu. Bahkan hifdzul Qurán dijadikan program didikan putera puterinya dan merupakan sesuatu yang pertama kali dihafal sebelum pelajaran atau pengetahuan lainnya.

Untuk memasyarakatkannya maka perlu dibentuk sebuah lembaga tahfidzul Qurán yang akan mencetak

TEKNIK MENGHAFAL AL – QUR’AN

Kedudukan seorang muslim disisi Allah bergantung pada sejauh mana interaksinya dengan Al-Qur’an sebagai kalamullah Al-Qur’an memiliki nilai keangungan dan ketinggian yang tidak tertandingi oleh kitab-kitab yang dibuat menusia. Al Qur’an mampu menghidupkan jiwa manusia sehingga mampu mengenal kebenaran. Al-Qur’an juga mampu memberikan terapi terbaik atas seluruh masalah-masalah yang dihadapai manusia.

Page 7: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

Tingkat interaksi seorang muslim dengan Al-Qur’an melalui berbagai tahapan yang harus berjalan seiring dan selaras. Mulai dengan membacanya, menghafalnya, mentadabbrinya yang semua dibuktikan dalam bentuk amal. Bagi mereka yang mengerti nilai Al-Qur’an menghafalnya merupakan sebuah amal yang besar dan mulia. Bersemayamnya Al-Qur’an didalam hati manusia mampu menerangi dan memeberikan ketenangan kepada dirinya.

Kebiasaan menghafal Al-Qur’an adalah tradisi para sahabat, tabi’in dan tabit tabi’in. Bahkan mereka menjadikannya sebagai manhaj pendidikan pertama pada anak-anak mereka sebelum mempelajari yang lainnya. Dengan cara inilah Al-Qur’an dan isinya mampu mensya’biyah (menjadi milik masyarakat), baik qiroatan (membaca), hifzhon (menghafal) dan amalan.

Merekalah sebenarnya orang-orang yang berjasa menghidupkan Al-Qur’an. Dengan hafalannya, Al-Qur’an dapat sampai kepada generasi sekarang. Dengan hafalannya pula Al-Qur’an terjaga dari tangan-tangan yang hendak merusaknya sehingga tetap terjaga kemutawatirannya secara riwayat.

Menghafal Al-Qur’an mempunyai fadhilah yang besar sekali, diantaranya :1. Disejajarkan derajatnya dengan utusan Allah yang taat yaitu para Anbiya’ dan

Rasul-Rasul-Nya serta para malaikat. Hal ini sebagaiman disabdakan oleh Rasulullah SAW; “Orang yang mahir membaca Al-Qur’an ia bersama utusan Allah. Dan yang membaca terbata-bata, sementara ia merasa kesusahannya (membaca) ia mendapat dua pahala”(HR. Muslim).Al Imam-An-Nawawi menjelaskan yang dimaksud orang-orang yang mahir: ia harus memiliki tiga criteria yakni :a. Mampu membacanya dengan baik dan benar sesuai dengan tadjwidnyab. Mampu menghafalkannya c. Mampu mengamalkannya

2. Penghafal Al-Qur’an adalah orang-orang pilihan Allah.“Kemudian kami wariskan Al-kitab ini kepada orang-orang yang kami pilih dari hamba-hamba Kami”. (Q.S.35:29).

Rasulullah SAW bersabda :“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari makhluknya. Para sahabat bertanya, siapakah mereka Ya Rasulullah Rasulullah menjawab, penghafal Al-Qur’an merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihannya”.(HR An- Nasai).

3. Hifzhul Al-Qur’an sebuah kenikmatan yang patut didambakan.

Page 8: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

“Tidak dianggap iri hati kecuali dalam dua hal, seseorang yang diberi Al-Qur’an oleh Allah kemudian mengamalkannya sepanjang malam dan siang, dan seseorang yang diber harta oleh Allah kemudian membelanjakannya sepanjang malam dan siang”. (Muttafaqun ‘alaihi).Pensyarah kitab Riyadhus Shalihin berkata : “Yang dimaksud hadist ini, adalah ,menginginkan hafalan yang dimiliki seseorang selalu dibacanya”.

4. Hifzhul Qurán menghidupkan jiwa dan ruh seseorang. Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya orang yang hatinya tidak ada sedikitpun hafal Al-Qurán seperti rumah yang kosong dari penduduk dan berkahnya”. (HR Turmidzi).Hadist ini menjelaskan pentingnya menghafalkan Al-Qurán, walaupun tidak secara keseluruhan, karena penghafal Al-Qurán jiwanya penuh dengan berkah dan kebaikan.

5. Penghafal Al-Qurán mendapatkan derajat tinggi disisi Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda : “Akan dikatakan kepada penghafal Al-Qurán (pada hari qiamat): “Bacalah Al-Qurán ini dengan indah sebagaimana kamu membaca di dunia dan naiklah,karena sesungguhnya kedudukamu sesuai dengan akhir ayat yang kamu baca”.(HR Abu Daud)Hadist ini menjelaskan, bahwa penghafal Al-Qurán mempunyai derajat di surga Allah, yang sesuai dengan jumlah hafalannya.

Hukum Menghafal Al-QuránPara ulama menjelaskan bahwa hukum menghafalkan Al-Qurán wajib

kifayah, yang berarti apabila sebagian orang sudah melakukannya maka gugurlah kewajibannya kepada yang lain hal ini dimaksudkan untuk menjaga kemuttawatiran riwayatnya, dan menjaga agar tidak terjadi perubahan dari tangan-tangan kotor.

Adapun menghafal Al-Qurán yang berkaitan dengan syarat sahnya shalat, maka hukumnya fardhu áin bagi setiap muslim, seperti misalnya menghafal surat Al-Fatihah. Hadist Rasulullah menerangkan, “Tidak sah shalat orang yang tidak membaca surat Al-Fatihah”. (HR Bukhari)

Metode Menghafalkan Al-QuránHampir tidak dapat ditentukan sebuah metode yang khusus untuk menghafal

Al-Qurán, karena hal ini kembali kepada selera penghafal itu sendiri. Namun ada beberapa metode yang lazim dipakai oleh para penghafal Al-Qurán.1. Metode Fahmul Mahfuzh artinya, sebelum ayat-ayat itu dihafal, penghafal dianjurkan untuk memahami makna setiap ayat, maka ketika menghafal, penghafal

Page 9: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

merasa faham dan sadar terhadap ayat-ayat yang diucapkannya, membacanya tampa melihat mushaf.2. Metode Tikrorul Mahfuzh artinya, penghafal mengulang-ulang ayat yang dihafal sebanyak-banyaknya, dapat dilakukan dengan mengulang satu ayat sekaligus atau sedikit demi sedikit sampai dapat membacanya tampa melihat mushaf. Cara ini biasanya sangat cocok bagi yang mempunyai daya ingat lemah, karena tidak memerlukan pemkiran yang berat. Penghafal biasanya lebih banyak terkuras suaranya.3. Metode Kitabul Mahfudz artinya, penghafal menulis ayat-ayat yang dihafal diatas sebuah kertas. Bagi yang cocok dengan metode ini, biasanya dengan menuliskannya, ayat-ayat itu akan tergambar dalam ingatannya. 4. Metode Istimi’atul Mahfudz artinya, penghafal diperdengarkan ayat-ayat yang akan dihafal secara berulang-ulang sampai dapat mengucapkannya sendiri tampa melihat mushaf. Fungsi mushaf nantinya hanya untuk mengisyaratkan kalau terjadi kelupaan. Metode ini biasanya sangat cocok bagi tuna netra atau anak-anak. Sarana mempedengarkan dapat dengan kaset atau orang lain.

Selain metode-metode ini ada beberapa hal yang membantu untuk dapat mempermudah menghafal, 1. Memilih waktu yang tepat, yaitu selesai melakukan shalat subuh, karena pada waktu ini pikiran kita masih bersih.2. Memulai hafalan dari juz 29 atau 30, dengan harapan seorang penghafal motivasinya dapat ditumbuhkan untuk menghafal terus. Pada juz ini, ayat-ayatnya pendek dan mudah untuk diucapkan. 3. Menggunakan mushaf pojok (mushaf yang setiap halamannyaditutup dengan akhir ayat). Diaharpkan dengan mushaf ini memudahkan penghafal dalam mengingat lafdzh-lafadzh yang ada dalam setiap pojokatas disetiap halaman.

Menjaga HafalanJangan dikira apa yang sudah kita hafalkan, akan terus ada diingatan kita.

Merupakan cirri khas bahwa Al-Qurán dihafal dan mudah menguap dari ingatan. Hal ini dijelaskan oleh Allah dan Rasulnya .“Dan sungguh telah kami mudahkan (Al-Qurán itu) menghafalnya, maka adakah orang yang mengambil pelajaran ?”(QS 54:17)Bersabda Rasulullah SAW :“Jagalah Al-Qurán itu (dengan banyak membaca), demi AllahAl-Qurán lebih cepat hilangnya daripada onta dalam ikatannya”. (muttafaqun álaih).

Page 10: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

Hafalan Al-Qurán bagaimanapun lekatnya dalam ingatan tidak akan terus melekat, kecuali dengan diulang-ulang secara terus-menerus dan teratur. Suatu hafalan tidak mungkin menjadi milik bibir kita, artinya mudah diucapkan kapan saja, kecuali dengan memperbanyak membacanya dalam waktu yang relatif lama. Inilah cirri khas Al-Qurán yang disabdakan Rasulullah SAW.“Apabila penghafal Al-Qurán itu membacanya pada siang dana malam ia akan dapat mengingatnya, dan apabila tidak membacanya ia akan melupakannya”. (HR An-Nasai).

Adapun cara mengulangi suatu hafalan perlu dilakukan dengan melihat atau tampa melihat mushaf. Ketika melihatnya, seorang penghafal diharapkan agar lebih banyak membaca, dan ketika tidak melihatnya seorang penghafal diharapkan agar lebih banyak membaca, dan ketika tidak melihatnyaseorang penghafal diharapkan dapat mengingat-ngingat kembali hafalannya.Urgensi Talaqqi (setoran Hafalan)

Menghafal Al-Qurán bisa saja dilakukan sendiri tampa seorang pemimbing . Cara seperti ini lebih banyak negatifnya dari pada positifnya. Dengan cara ini seorang penghafal akan mudah future (patah semangat), selain itu bacaannya yang salah tidak akan terkontrol, sehingga akan terbiasa dengan bacaan yang salah. Disinilah kita dapat melihat urgensinya pembimbing dalam menghafalkan Al-Qurán yang diistilahkan Talaqqi.

Talaqqi merupakan cirri khas dalam mempelajari Al-Qurán Al-Qurán sendiri diwahyukan dengan cara talaqqi. Allah SWT berfirman :“Dan sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al-Qurán dari sisi Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”. (QS. 27:6).

Isyarat lain urgensinya Talaqqi, seperti apa yang dilakukan Rasulullah, tiap tahun pada bulan Ramadhan, beliau selalu membacakannya di sepan Jibril as. Dan begitulah yang dilakukan oleh para sahabat dan tabiín. Dan inilah yang menjadikan ilmu Al-Qurán ilmu yang paling akurat kebenarannya.

Isyarat lain adalah sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi :”Ambillah (pelajarilah Al-Qurán itu dari empat orang: Abdullah bin Masúd, Salim Maula Abi Hudzaifah, Muadz bin Jabal, dan Ubai bin Kaáb”.(HR Bukhari.)Daftar pustaka1. Tafsir ibnu Katsir2. Syarah Shohih Muslim3. Riyadus Sholihin4. Al- Itqon Fi Ulumil Qurán5. Al-Burhan Fi Ulumil Qurán

Page 11: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

MENGHAFAL AL-QURÁN DENGAN CARA KAUM SALAF

Abdul Aziz ustadz muda yang berhasil mencetak penghafal Al-Qurán. Tapi, ia menyarankan, jangan memaksa naka menghafalnya.

Seandainya ada survey yang menanyakan, pekerjaan apa yang palin banyak dihindari orang ? pasti ari sekian banyak jawaban yang muncul salah satunya mungkin ada yang menyebut menghafal. Wajar, karena pekerjaan yang satu ini baru bisa berhasil manakala orang itu konsentrasi penuh terhadap bahan yang ingin dihafal. Tapi buat Ustadz Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc. Menghafal bukan merupakan pekerjaan sulit. Buktinya hanya dalam waktu enam bulan tiga puluh juz Al-Qurán sudah melekat dalam ingatannya.

Sejak kecil ustadz yang saat ini berperan sebagai Direktur Lembaga Tahfidz al-Qurán al-Hikmah ini tumbuh didesa yang mempunyai tradisi ilmiah cukup tinggi. Beberapa ahli dari disiplin ilmu keislaman yang berbeda. Bertetangga dengan keluarganya. Itulah sebabnya ia memilih jenjang pendidikan formal di Madrasah dari Ibtidaiyah sampai Aliyah.“Älhamdullilah didaerah saya itu mau spesialisasi apa saja ada. Spesial Bahasa Arab. Fikih, tafsir, al-Qurán asal kita mau tidak perlu ke pesantren. Misalnya pagi kerumah ustadz fulan siang kerumah ustadz fulan”ujarnya.

Apa yang dilakukan ustadz Abdul Aziz sering diistilahkan mulazamah. Artinya seseorang yang ingin belajarr sesuatu mendatangi tempat tinggal gurunya . Menurut ustadz Abdul Aziz kelebihan sistim ini diataranya adalah masing-masing punya keinginan atau motivasi yang kaut untuk mendapatkan sesuatu . Gurunya memang berniat mengajarkan ilmu dan murinya pun punya keiginan belajar. Apapun yang terjadi dalam masa proses belajar mengajar itu tidak pernah di permasalahkan’Kurikulum tidak terlalu rinci, metode pengajaran seadanya tapi keberkahannya dapat dirasakan.

Beruntung bisa mengecap tradisi ini untuk pengembangan spesialisasi ilmu yang diminati. Sehingga keinginannya untuk menghafal al-Qurán 30 juz dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat.

“Ilmu itu akan benar-benar dapat dirasakan apabila dilakukan dengan mulazamah. Saya buktikan dari pengalaman, beberapa orang yang bermulazamah dengan saya kelihatan hasilnya. Meskipun aktivitas sehari-harinya banyak sekarang ini, mereka sering dipanggil masyarakat untuk mengajar al-Qurán, dauroh dan sebagainya”.

Page 12: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

Apa yang diterapkan ustadz Abdul Aziz sekarang ini adalah proses pengulangan yang pernah di praktekkan oleh kaum salaf. Contohnya, Imam Syafií bermulazamahdengan Imam Malik. Imam Ahmad dengan Imam Syafií. Murid itu betul-betul belajar dengan sungguh-sungguh, beda dengan sistem pendidikan yang sekarang banyak diterapkan. Kalau sistem pendidikan sekarang, menurut ustaz Abdul Aziz lebih mengutamakan nilai-nilai materi dan melupakan nilai hubungan batin antara pengajar dan orang yang diajar.

Metode mulazamah tidak mengenal batasan usia. Bahkan manhaj ini tidak mengenal suatu yang mustahil, misalnya masalah bakat seseorang atau sebagainya. Jadi, tidak ada istilah terlambat untuk mencoba belajar dengan cara seperti ini. Kendati tidak bisa berbahasa arab, karena mulazamah itu berbentuk kelompok kecil. Sehingga perhatian guru dan murid pun memusat lebih serius. Kalau klasikal, tiga puluh sampai empat puluh orang, tidak bisa terpantau siapa yang sudah faham atau belum.

“Jadi kalau ada sekolah yang membuat program full day, jam pelajaran yang digunakan terlalu lama. Buat saja seperti sekolah biasa, dari pagi sampai siang. Selesai sekolah dan istirahat baru mereka belajar mulazamah dengan seorang ustadz”.

Lingkungan sehat seperti desa tempat ustadz Abdul Aziz di besarkan memang sangat menguntungkan bagi perkemabangannya. Tentu saja itu semua tidak cukup tampa peran orang tua dalam menanam saham pendidikan.” Orang tua saya rajin tilawah, mereka merasakan nikmatnya wirid tilawah itu. Secara tidak langsung berpengaruh terhadap diri saya. Mereka berdua tidak ahafal al-Qurán tapi setiap hari membaca al-Al-Qurán minimal 1 juz. Sehingga kami cukup terpengarauh oleh suasana seperti ini”.

Ketika di tanya ihwal kiat mendidik anaknya, ustadz Abdul Aziz merasa bahwa tantangan dari luar itu yang lebih berat. Pengkondisian yang dilakukan di rumah kadang dipengaruhi oleh lingkungan di luar. Tapi ia dan isterinya yakin bahwa dengan memberi contoh nyata dalam berinteraksi dengan al-Qurán akan membuahkan hasil, meski untuk itu mereka tidak menentukan target waktu.

“Saya tidak memaksa anak untuk menghafal al-Qurán sejak dini, tergantung muyulnya (kecenderungannya). Saya tidak mentargetkan usia berapa ia harus menghafal. Tetapi Insya Allah dengan pengkondisian anak-anak akan dapat menghafal. Ketika mereka melihat kita, minimal akan tumbuh kesadaran ber Al-Qurán”.

Apalaah artinya hafal pada usia dini tetapi tidak dapat dipertahankan. Menghafal itu bukan berarti anak bisa membaca tampa melihat al-Qurán. Sebab

Page 13: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

menghafal pada jamaáh salaf dahulu itu tujuannya agar mereka bisa melakukan wiridan dengan al-Qurán. Bukan sekedar membaca tampa melihatnya. Tapi sekali lagi mewiridnya.

Menurut ustadz Abdul Aziz apalah artinya hafalan tampa mewiridnya. Lebih baik orang yang tidak hafal tapi rajin tilawahnya. “Nenek-nenek kita yang sering ke musholla itu tidak menghafal al-Qurán tetapi sering mereka mewirid surat-surat tertentu : Yasiin, Al-Kahfi, Al Mulk, akhirnya mereka hafal. Kalau menghafal itu tujuannya untuk melafalkan al-Qurán tampa melihat, itu musibah. Sebab, banyak orang yang belajar di Fakultas Syariah, mereka harus menghafal minimal 8 juz, tapi selesai kuliah, 8 juz itu hilang.”

Melihat fenomena adanya orang tua yang “ memondokkan “ anak mereka untuk menghafal al-Qurán, ustadz Abdul Aziz menyarankan agar orang tua tidak memaksakan kehendaknya kepada anak untuk menghafal al-Qurán.

“Jangan sampai menghafal al-Qurán itu jadi keinginan orang tua. Sementara anaknya tidak di persiapkan mengapa dia harus menghafal. Sembayang paling penting adalah menumbuhkan kesadaran, etos menghafal.

Selama ini ustadz Abdul Aziz melihat fenomena banyaknya anak kecil yang dipersiapkan menghafal, tapi tidak ditumnbuhkan kesardan menghafal. Maka ketika dewasa tidak ada ruh al-Quránnya. Jadi Cuma bisa sekedar melafadzkan saja.” Hafal sih hafal tapi ruh al-Quránnya tidak kelihatan, tidak memberi daya tarik kepada orang betapa nikmatnya menghafal itu.” Papar ustadz asal Surabaya.

“Ada teman saya menghafal sambil nangis-nangis karena takut sama orang tua. sebab, ketika mendengarkan hafalan anak orang tuanya memegang rotan dan kalau tidak hafal di cambuk”. Kasus seperti ini menurut ustadz Abdul Aziz seharusnya tidak perlu diteruskan. Bisa saja orang itu hafal, tapi hasilnya tidak akan sebaik apabila orang itu menghafal dengan kesadaran. Sebab segala sesuatu yang dipaksakan hasilnya akan tidak baik. Kendati tidak dipungkiri hasil dari belajar model tersebut ada hasilnya juga. Namun, saying jika hasilnya tidak berdampak pada kejiawaan seseorang, apalagi akan berdampak kepada amaliaahnnya.

Sekarang kesibukan ustadz yang di kenal ramah ini bertambah lagi teman-temannya yang aktif di Partai Keadilan mengamanahkan jabatan kepada ayah empat orang putera-puteri ini. Tidak tanggung-tanggung, jabatan yang diberikan Ketua Dewan syariah Partai di tingkat wilayah atau setingkat propinsi. Berarti, sang pemangku jabatan harus bertanggungjawab mengawasi jalannya partai agar tidak melanggar rambu-rambu syariah. (agama, red). Jabatan yang disandangnya itu sanagat mempengaruhi identitas partainya yang menyatakan sebagai partai da’wah.

Page 14: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

SHALAT

Hukum Shalat, Hikmahnya, dan Keutamaannya

1. Hukum ShalatShalat adalah kewajiban dari Allah Ta’ala kepada setiap orang mukmin,

sebab Allah Ta’ala memerintahkan dalam banyak sekali firman-firman-Nya. Allah Ta’ala berfirman :

“Maka dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (An-Nissa:103).Allah Ta’ala berfirman,“Peliharalah segala shalat, dan (peliharalah) shalat wusthaa”. (Al-Baqarah:238).

Page 15: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

Rasulullah SAW menjadikan shalat sebagai kaidah kedua diantara kelima kaidah Islam. Beliau bersabda:

“Islam dibangun diatas lima (kaidah) : Kesaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, Haji ke Baitullah, dan berpuasa dibulan Ramadhan”. (HR. Al-Bukhari).Orang ang meninggalkan shalat harus dibunuh berdasarkan hukum syar’i ,

dan orang yang meremehkannya adalah fasik.

2. Hikmah ShalatDi antara hikamah diwajibkannya shalat bahwa shalat itu membersihkan jiwa,

mensucikannya, menggkondisikan seorang hamba untuk munajat kepada Allah Ta’ala didunia dan berdekatan dengan-Nya diakhirat, serta melarang pelakunya dari mengerjakan perbuatan keji dan kemungkaran. Allah Ta’ala berfirman :

“Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar”. (Al-Ankabut:45).

3. Keutamaan ShalatPenjelasan tentang keutamaan shalat, dan begitu tinggi nilainya, maka cukup

dengan membaca hadits-hadits berikut :Sabda Rasulullah SAW :

“Pokok segala sesuatu ialah Islam, tiangnya ialah shala, dan puncaknya ialah jihad di jalan Allah”. (HR. Muslim).

Sabda Rasulullah SAW:“Jarak antara seseorang dengan kekafiran ialah meninggalkan shalat”. (HR. Muslim).

Sabda Rasulullah SAW :“Aku diperintahkan memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, dan membayar, zakat. Jika mereka melakukan itu semua, maka darah mereka dan harta mereka terlindungi dariku kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka sepenuhnya pada Allah Azza wa Jalla”. (Muttafaq Alaih).

Sabda Rasulullah SAW ketika ditanya tentang amal perbuatan apa yang paling utama , maka beliau bersabda : “Shalat pada waktunya”. (HR. Muslim).

Page 16: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

Sabda Rasulullah SAW :“Perumpamaan shalat-shalat lima waktu adalah seperti air tawar yang melimpah dipintu rumah salah seorang dari kalian dimana ia mandi didalamnya lima kali dalam setiap hari, maka bagaimana menurut kalian apakah masih tersisa sedikit pun dari kotoran padanya?”. Para sahabat menjawab, “Tidak tersisa. “Rasulullah SAW bersabda,”Sesungguhnya shalat lima waktun itu menghilangkan dosa-dosa sebagaimana air menghilangkan kotoran”. (HR. Muslim).

Sabda Rasulullah SAW:“Tidaklah seorang Muslim yang tiba padanya waktu shalat wajib kemudian ia memperbaiki wudlunya, khusyu’nya, dan ruku’nya melainkan shalatnya menghapus dosa-dosa sebelumnya, selagi dosa besar tidak dikerjakan, dan itu selama setahun penuh”. (HR. Ahmad dan lain-lain. Hadits ini hasan).

Pembagian Shalat Fardhu, Sunnah dan Nafl

1. Shalat FardhuShalat fardhu adalah shalat lima waktu, yaitu Dzuhur, Ashar, Maghrib,

Isya dan Subuh, Karena Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallam bersabda.“Lima shalat diwajibkan Allah kepada para hamba, barang siapa mengerjakannya tampa menyia-nyiakan sedikitpun daripadannya karena bermaksud meremehkan haknya maka ia mempunyai jaminan di sisi Allah bahwa Dia memasukkannya ke surg. Barang siapa tidak mengerjakannya ia tidak mempunyai jaminan disisi Allah, jika dia menghendaki maka menyiksanya, dan jika tidak menghendaki maka Dia mengampuninya”(Diriwayatkan Ahmad dan lain sebagainya)

2. Shalat Sunnah

Shalat sunnah adalah shalat witir, shalat sebelum shalat Subuh, shalat Idul Fitri, halat Idul Adha, shalat Gerhana dan shalat Istisqa’, Semua shalalat-shalat terebut adalah shalat Sunnah MuakkadahSelain shalat-shalat diatas ialah Shalat Tahiyatul Masjid, shalat-shalat Rawatib, shalat dua rakaát sete;ah wudhu, shalat dhuha, shalat Tarawih dan Qiyamul Lail. Ini semua dianamakan shalat sunnah tidak muakkadah.

Page 17: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

3. NaflShalatNafl adalah selain shalat-shalat mauakkadah, dan selain shalat-

shalat sunnah tidak muakkadah, yaitu shalat mutlak lain yang dikerjakan dimalam hari, dan siang hari.

Syarat-syarat Shalat

1. Syarat-syarat wajibnya Shalat

1) Muslim, jadi shalat tidak diwajibkan kepada orang kafir, karena didahulukannya dua kalimat syahadah adalah sayarat dalam perintah shalat, berdasarkan dalil-dalil berikut :Sabda Rasulullah ShallalahuAlaiahi wa Salla,“Äku diperintahkan memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Alla, Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shlat dan membayar zakat.”(Muttafaq Alaih)Sabda Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallam kepada Muadz bin Jabal Radhiyallahu Anhu,“Maka ajaklah mereka agar mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka taat kepadamu dalam hal tersebut, maka katakan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan lima shlat kepada mereka dalam sehari dan semalam.”(Diriwayatkan Al-Bukhari).

2. Berakal, jadi shalat tidak diwajibkan kepadsa orang gila, karena Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallam Bersabda,“Pena diangkat dari tiga orang: dari orang tidur hingga orang bangun, dari anak kecil hingga ia bermimpi, dan dari orang gila hingga ia berakal.”(Diriwayatkan Abu Daud dan Al-Hakim yang men-shahih kannya).

3. Baligh, jadi shalat tidak diwajibkan kepada anak kecil sehingga baligh, karena Rasulullah SAW, bersabda sebagaimana sabdanya diatas.Hanya saja anak kecil harus tetap diperintahkan shalat agar ia menyukainya, karena Rasulullah SAW bersabda, “Suruh anak-anak kalian mengerjakan shalat jika mereka mencapi usia tujuh tahu, pukullah mereka jika tidak mengerjakannya pada usia sepuluh atahun dan

Page 18: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

pisahkan mereka di kamar tidurnya”. (HR At-Tirmidzi dan ia menghasankannya).

4. Waktunya telah tiba. Jadi shalat tidak diwajibkan sebelum waktunya tiba, karena dalil-dalil berikut :Firman Allah Taála, “Maka dirikanlah shalat, seseungguhnya shalat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.(An-Nisa 103)Malaikat jibril turun kemudian mengajari Rasulullah SAW waktu-waktu shalat. Malaikat jibril berkata kepada beliau, “Berdirilah dan shalatlah!” Rasulullah SAW pun mengerjakan shalat Dzuhur ketika matahari telah bergeser dari tengah-tengah langit. Pada waktu Ashar, malaikat jibril datang lagi kepada Rasulullah SAW berkata. “Berdirilah dan shalatlah!” Rasulullah SAW pun mengerjakan shalat ashar ketika bayangan segala sesuatu persis seperti aslinya. Pada waktu shalat maghrib, Malaikat Jibril datang lagi kepada Rasulullah SAW berkata kepada beliau, “Bverdirilah dan Shalatlah!”Rasulullah SAW pun mengerjakan shalat maghrib ketika matahari telah terbenam. Ketika waktu Isya telah tiba, Malaikat Jibril datang lagi kepada Rasulullah SAW dan berkata kepada beliau, “Berdirilah dan shalat!” Rasulullah SAW pun mengerjakan shalat Isya ketika sinar merah matahari telah hilang. Ketika fajar telah terbit Malaikat jibril datang lagi kepada Rasulullah SAW dan berkata kepada beliau, Berdirilah dan shalatlah!” Rasulullah SAW pun mengerjakan shalat subuh ketika fajar telah menyingsing. Keesokan harinya malaikat jibril pun datang lagi kepada Rasulullah SAW memerintahkan hal yang sama kepada beliau. Setelah itu, Malaikat Jibril berkata, “Waktu shalat ialah diantara kedua waktu tesebut”. (HR Ahmad dan Nasai.)

5. Bersih dari darah haid, dan darah nifas, jadi shalat tidak diwajibkan kepada wanita yang sedang menjalani masa haid dan wanita yang menjalani masa nifas, hingga kedua bersih dari kedua darah tersebut, karena Rasulullah SAW bersabda : “Jika masa haid tiba, maka tinggalkanlah shalat”.(Muttafaq Alaih).

2. Syarat-syarat Sahnya Shalat

1. Besih dari hadas kecil, maksudnya dengan wudhu, dan bersih dari hadas besar maksudnya dengan mandi jinaba, serta bersih dari kotoran, maksudnya najis baik

Page 19: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

itu dipakaian atau di badan, atau di tempat shalatnya, karena Rasulullah SAW bersabda, “Allah tidak menerima shalat tampa bersuci”. (HR Muslim).

2. Menutup Aurat, Karena Allah taála berfirman, “Hai anak adam, pakailah pakaian kalian yang indah disetiap (memasuki) masjid”. (Al. A’raf 31).Jadi tidak sah shalatnya orang yang terbuka auratnya, sebab hiasan dalam pakaian ialah pakaian yang menutupi aurat. Aurat laki-laki ialah antara tali pusarnya sampai kedua lututnya. Sedangkan aurat wanita ialah seluruh tubu selain wajah dan kedua telapak tangannya, karena Rasulullah SAW bersabda, “Allah tidak menerima shalatnya wanita kecuali dengan kerudung”.(HR Abu Daud dengan sanad yang baik)Rasulullah SAW pernah ditanya tentang shalatnya wanita dengan menggunakan baju besi, dan kerudung tampa kain luar, maka beliau bersabda.“Jika baju besi menutupi bagian luar kedua telapak tangannya, maka boleh” (HR Muslim).

3. Menghadap Kiblat, Sebab shalat tidak sah tanpa menghadap kiblat, karena Allah taála berfirman,“Dan dimana saja kalian berada palingkanlan muka kalian kearahnya”. (Surat Al Baqarah: 144)Hanya saja orang yang tidak bisa menghadap kiblat karena takut, atau sakit, atau karena sebab lain, maka syarat menghadap kiblat gugur dari padanya. Musafir di perbolehkan pindah arah diatas kendaraannya sesuai dengan kemana kendarannya mengarah, kearah kiblat atau tidak, karena diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW shlat diatas hewan kendaraannya dalaam kepulanggannya dari mekkah ke madinah kemanalun hewan kendaraannya mengarah. (HR Muslim)

Hal-hal yang diwajibkan, Disunnahkan, dan Di Makruhkan di dalam Shalat serta Pembatal-pembatal dan hal-hal yang Diperbolehkan di dalamnya

1. Hal-hal yang diwajibkan dalam Shalat.Hal-hal yang diwajibkan pada shalat ialah sbb:

Page 20: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

1. Berdiri pada shalat wajib bagi orang yang mampu berdiri. Jadi shalat wajib tidak sah dengan duduk bagi orang yang mampu berdiri, karena dalil-dalil berikut : Firman Allah taála,“Berdirilah karen Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu”.(al Baqoroh : 238).Sabda Rasulullah SAW, “Shalatlah dengan berdiri. Jiak engkau tidak bisa berdiri maka dengan duduk, jika engkau tidak bisa duduk, maka dengan berbaring”. (HR Al Bukhari)

2. Niat, yaitu keinginan hati untuk menunaikan shalat tertentu, karena Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya semua amal perbuatan itu harus dengan niat”.

3. Takbiratul ihram dengan mengatakan, “Allahu Akbar”, karena Rasulullah SAW bersabda, “Kunci shalat ialaah bersuci, pengharamannya adalah takbir, dan penghalalnya ialah salam. (HR Abu Daud dan At- Tirmidzi. Al-Hakim menshahihkan hadist ini).

4. Membaca surat Al-Fatihah, karena Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca al-Fatihah”. (HR Bukhari)Hanya saja, kewajiban membaca surat al-Fatihah menjadi gugur bagi makmum jika imammembacanya dengan Jahriyah (suara keras), karena ia diperinyahkan diam terhadap bacaan imam berdasarkan firman Allah taála, “Dan apabila dibacakan al-Qurán maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kalian mendapat rahmat.”(Al-A’raf :204)Rasulullah SAW bersabda,“Jika imam telah bertakbir, maka takbirlah kalian, dan jika ia telah membaca maka, diamlah kalian”. (HR Muslim).Jika imam membaca surat al-Fatihah dengan sirriyah(tidak keras), maka makmum wajib membacanya.

5. Ruku’6. Mengangkat kepala dari ruku’, karena Rasulullah SAW, bersabda,

” Kemudian ruku’lah engkau hingga ia tenang dalam keadaan ruku’, kemudian angkat kepalamu hingga engkau berdiri dalam keadaan tegak”. (HR Bukhari )

7. Sujud.

Page 21: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

8. Mengangkat kepala dari sujud, karena Rasulullah SAW bersabda,“Kemudian sujudlah hingga engkau tenang dalam keadaan sujud, kemudian angkatlah kepalamu hingga engkau tenang dalam keadaan duduk”. (HR Bukhari).Allah taála berfirman, “Hai orang-orang beriman,ruku’lah kalian, dan sujudlah kalian”. (Al Hajj:77)

9. Tuma’ninah (tenang) ketika ruku’, sujud, berdiri, dan duduk, karena Rasulullah SAW bersabda, “Hingga engkau merasa tenang”. Rasulullah SAW menyebutkan tentang tu’maninah (tenang) pada ruku’, sujud, duduk, dan berdiri tegak ketika berdiri. Hakikattuma’ninah adalah orang yang ruku’,sujud dan berdiri bertahan pada kondisinya untuk beberapa lama yaitu selama ia membaca Subhanallah 1 kali. Jika ia menambah. Tu’maninahnya lebih dari ukuran waktu tersebut, hukumnya sunnah.

10.Salam11.Duduk untuk salam. Jadi seseorang tidak boleh keluar dari shalat tanpa salam,

dan tidak boleh mengucapkan salam kecuali dalam keadaan duduk, karena Rasulullah SAW bersabda, “Kunci Shalat ialah bersuci, pengharamnaya ialah takbir, dan penghalalnya ialah salam”.(HR Abu Daud dan At-Tirmidzi. Al-Hakim menshahihkan hadist ini)

12.Urut dalam mengerjakan rukun-rukun shalat. Jadi ia tidak boleh membaca al-Fatihah sebelum melakukan takbiratul ihram, atau tidak boleh sujud sebelum ruku’, sebab struktur shalat itu diambil dari Rasulullah SAW dan seperti yang beliau ajarkan kepada para sahabat. Rasulullah SAW bersabda, “ Kunci shalat iaalh bersuci, penghalangnya ialah takbir, dan penghalaalnya ialah salam”. (HR Abu Dauddan At- Tirmidzi. Al-Hakim menshahihkan hadist ini).

3. Hal-hal yang Disunnahkan Dalam ShalatSunnah-sunnah shalat itu ada dua yaitu Muakkadah seperti wajib, dan sunah tidak muakkadah seperti sunnah. Sunnah-sunnah Muakkadah adalah sebagai berikut :1. Membaca satu surat atau satu ataau dua ayat dari surat al-Qurán setelah

membaca al-Fatihah di shalat Subuh, di rakaát pertama shalat Dzuhur, dua

Page 22: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

rakaát pertama shalat Ashar, dua rakaát pertama Shalat Maghrib dan dua rakaát pertama Shalat Isya, karena diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mwmbaca ummul kitab (al- Fatihah) dan dua surat pada shalat Dzuhur, dan pada dua rakaát berikutnya dengan ummul kitab (al-Fatihah saja). Kadang –kadang beliau mempedengarkan al-Qurán kepadfa para sahabat (dalam shalatnya). (Muttafaq Alaih).

2. Membaca, “sami’allahu liman hamidah, rabbana lakal hamdu (Allah mendengar orang yang memujinya, wahai tuhan kami bagiMu segala pujian), “bagi imam atau orang yang shalat sendirian dan membaca, “rabbana lakal hamdu, “bagi makmum, karena Abu Hurairah ra berkata bahwa rasulullah SAW membaca, “samiállahu liman hamidah, “ketika mengangkat punggungnya dari ruku’ kemudian beliau berkata ketika telah berdiri, “rabbana lakal hamdu”. (Muttafaq Alaih).Juga karena Rasulullah SAW bersabda,“Jika imam berkata, ‘allah mendengar orang yang memuji-Nya’.maka katakan, ‘ya allah tuhan kami untuk-Mu segala pujian’.”(Diriwayatkan Muslim)

3. Membaca, “Subhaana rabbiyal adzim(maha suci allah Yang Mahaagung”, ketika ruku’, dan membaca Subhaana rabbiayal a’la (MaHA Suci Allah Yang maha Tinggi),”ketika sujud, karena ketika ayat berikut turun kepada Rasulullah SAW, “Sucikan nama Tuhanmu Yang Mahaagung,”maka beliau bersabda, “Jadikan bacaan tersebut di ruku’ kalian. “dan ketika ayat berikut turun, “Sucikan Nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi,” maka Rasulullah SAW bersabda, “Jadikan bacaan tersebut di sujud kalian,”(Di riwayatkan Ahmad dan Abu Daud dengan sanad yang baik).

4. Takbir kepindahan dari berdiri ke sujud, dari sujud ke duduk, dan dari duduk ke berdiri, karena hal tersebut dilakukan Rasulullah SAW.

5.Tasyahud awal, tasyahud kedua, dan duduk untuk keduanya6. Doa Tasyahud ialah,

“Salam sejahtera, shalawat, dan kebaikan untuk Allah, salam, rahmat Allah, dan keberkahan-Nya atasmu, hai Nabi. Juga salam atas kami, dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adaalh hamba hamba Allah dan utusannya.”(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

7. Membaca Al-Fatihah, dan surat denga suara keras pada shalat-shalat jahriyah, yaitu di dua rakaát pertama shalat maghrib,, dua rakaát pertama

Page 23: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

shalat isya, dan dua rakaát shalat subuh. Selain itu pada rakaát-rakaát tersebut al-fatihah dan surat dibaca dengan pelan.

8 Membaca al-fatihah, dan surat al-Qurán dengan pelan di shalat-shalat sirriyah.Ini pada shalat-shalat wajib. Adapun di shalat-shlat sunnah, maka sunnahnya ialah membaca al-fatihah dan surat al-Qurán dengan pelan di shalat-shalat sunah yang di kerjakan di siang hari, dan di baca dengan keras pada shalat-shalat sunnah yang dikerjakan dimalam hari, terkecuali jika seseorang khawatir bacaannya dengan keras itu mengganggu orang, maka ia di sunnahkan membacanya dengan pelan.

9. Mendoakan Rasulullah SAW pada tasyahud akhir. Jadi setelah membaca tasyahud akhir, seseorang membaca,“Berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana engkau memberkahi ibrahim dan keluarganya, Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Mahmulia.”(Diriwayatkan Muslim)

Adapun sunnah-sunnah yang tidak muakkadah adalah sbb:1) Doa’ Istiftah, yaitu doa’

“Maha suci engkau Ya Allah dengan memuji-Mu, nama-Mu mulia, keagungan-Mu amat tinggi, dan tidak ada tuhan yang berhak di sembah kecuali engkau.”(Diriwayatkan Muslim).

2) Membaca istiadzah (aúdzu billahi minnasyasyaithanir rajim) pada rakaát pertama, dan basmalah dengan suara pelan pada setiap rakaát, karena Allah SWT berfirman,“Apabila kamu membaca al-qurán, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaithan yang terkutuk.”(An-Nahl :98)

3) Mengangkat kedua tangan hingga dekat dua pundaknya ketika takbiratul ihram, ruku’, berdiri dari ruku’, dan berdiri setelah rakaát kedua, Karena Abdullah bin Umar ra berkata, “ Jika Rasulullah SAW berdiri untuk shalat, beliau mengangkat kedua tangannya hingga dekat dengan kedua pundaknya, kemudian bertakbir. Jika beliau ingin ruku’, beliau mengangkat kedua tangannya seperti itu, dan jika ingin mengangkat kepalanya dari ruku’ maka mengangkat kedua tangannya seperti itu sambil berkata, “Samiállahu liman hamidah, rabbana lakal hamdu (allah mendengar siapa saja yang memuji-Nya, wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu.”(Muttafaq alaih).

Page 24: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

4) Membaca “Aamiin,” setelah membaca al-fatihah karena diriwayatkan bahwa jika Rasulullah SAW usai membaca, “gahiril Maghdzubi alaihim waladzdzallin.”maka beliau berkata “Aamiin,” dengan mengeraskan suaranya. (Diriwayatkan At- Tirmidzi dan ia menghasankannya).

Juga karena Rasulullah SAW bersabda,“Jika Imam berkata,’Ghairil Maghdzubi alaihin waladzdzallin,’ maka katakan,’Aamiin,’karena barangsiapa ucapannya bertepatan dengan ucapan para malaikat, maka dosa-dosa masa lalunya diampuni.” (HR. Al Bukhari).

5) Memanjangkan bacaan surat setelah surat Al-Fatihah dishalat Shubuh, meringankan (memperpendek) bacaan setelah surat Al-Fatihah di shalat Ashar dan Shalat Maghrib, serta membacanya dengan sedang dishalat Dhuhur, karena diriwayatkan bahwa Umar bin Khaththab ra menulis surat kepada Abu Musa Al-Asy’ari, dan dalam suratnya Umar bin Khaththab berkata “Hendaklah engkau baca surat panjang dishalat shubuh, bacalah surat pertengahan dishalat Dhuhur, dan bacalah surat pendek dishalat Maghrib.” (HR. At-Tirmidzi).

6) Berdoa diantar dua sujud. Doanya adalah,“Ya Tuhan, ampunilah aku, sayangilah aku, berilah aku kesehatan, berilah aku petunjuk, dan berilah aku rizki.” (HR. At-Tirmidzi).

7) Membaca doa qunut diraka’at terakhir shalat Shubuh, atau raka’at terakhir shalat witir setelah membaca surat atau setelah mengangkat kepala dari ruku’. (HR. At-Tirmidzi, An-Nasai, dan lain-lain).Doa qunut adalah sebagai berikut,“Ya Allah, berilah aku petunjuk kepada orang yang telah Engkau beri petunjuk,berilah aku kesehatan bersama orang yang Engkau beri kesehatan, angkatlah aku bersama orang yang telah Engkau angkat, berkahilah apa yang telah Engkau berikan kepadaku, jagalah aku dan palingkanlah dari keburukan apa yang telah Engkau putuskan, karena Engkau memutuskan dan keputusan itu tidak diputuskan terhadapMu. Sesungguhnya tidak hina orang yang Engakau cintai, dan tidak mulia orang yang Engkau musuhi. Ya Allah, aku berlindung diri kepada-Mu dengan keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dengan maaf-Mu dari hukuman-Mu, dan dengan-Mu dari-Mu. Aku tidak bisa menghitung

Page 25: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

sanjungan terhadap-Mu, karena Engkau sebagaiman yang Engkau sanjungkan kepada diri-Mu.

8) Bentuk duduk yang diriwatkan oleh Rasulullah SAW ialah iftirasy pada semua duduk, dan tawarruk diduduk terakhir.Iftirasy ialah duduk diatas bagaian dalam kaki kiri, dan menegakkan kaki kanan.Tawarruk ialah menjadikan bagaian bawah kaki kiri dibawah paha kanan, meletakkan pantatnya ditas tanah, menegakkan kaki kanan, meletakkan tangan kiri diatas lutut kiri sedang jari dalam keadan membentang, dan memberi isyarat dengan jari telunjuk sambil digerak-gerakkan ketika membaca tasyahhud, karena diriwatkan bahwa jika Rasulullah SAW duduk ditasyahud maka beliau meletakkan tangan kanannya diatas paha kanan, dan tangan kirinya diatas paha kiri, emberi isyarat dengan jari telunjuknya, dan pandangan matanya tidak melewati isyarat jari teunjuknya. (HR. Muslim).

9) Meletakkan kedua tangan diatas dada, dan tangan kanan diatas tangan kiri, karena dalil-dalil berikut :a. Ucapan Sahl ra,”Orang-orang diperintahkan meletakkan tangan

kanannya diatas lengan kirinya ketika shalat.”b. Ucapan Jabir ra,”Rasulullah SAW berjalan melewati orang yang

sedang shalat dengan meletakkan tangan kirinya diatas tangan kanannya, kemudian beliau melepaskan tangan orang tersebut, dan meletakkan tangan kanannya diatas tangan kirinya.”(HR. Ahmad dengan sanad yang baik).

10) Berdoa ketika sujud, karena Rasulullah SAW bersabda,“Ketahuilah bahwa aku dilarang membaca Al-Qur’an ketika ruku’ dan sujud. Adapun dalam posisi ruku’, maka agungkan Allah didalamnya. Adapun sujud, maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa karena (doa pada saat tersebut) layak dikabulkan.” (HR. Muslim).

11) Berdoa di tasyahud akhir setelah bershalawat untuk Nabi SAW dengan doa-doa sebagai berikut ,“Ya Allah, aku berlindung diri kepada-Mu ari siksa Jahannam, siksa kubur, fitnah kehidupan sekaligus fitnah kematian, dan fitnah Al Masih Ad-Dajjal.”Karena Rasulullah SAW bersabda ,“Jika salah seorang dari kalian usai tasyahhud akhir maka hendaklah ia berlindung diri kepada Allah dari empat hal. (Yaitu) ya Allah, aku

Page 26: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

berlindung diri kepada-Mu dari siksa Jahannam, siksa kubur, fitnah kehidupan sekaligus fitnah kematian, dan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.”(HR. Muslim).

12) Memulai salam dengan menoleh kekanan.13) Salam kedua dengan menoleh kesebelah kiri, karena diriwayatkan

bahwa Rasulullah SAW mengucapkan salam dengan menoleh kesebelah kanan, dan sebelah kiri hingga terlihat warna putih pipinya. (HR. Muslim).

14) Dzikir, dan berdoa setelah salam karena doa-doa berikut :Tsauban ra berkata,“Jika Rasulullah SAW telah selesai shalat maka beliau istighfar tiga kali, dan berkat, ‘Ya Allah, Engkau sejahtera dan kesejahteraan dari-Mu. Engkau Mahamulia wahai dzat yang mempunyai keagungan, dan kemulian.” (HR. Muslim).Rasulullah SAW memegang tangannya, kemudia bersabda,“Hai Muadz, sesungguhnya aku pasti mencintaimu. Hai Muadz, aku wasiatkan kepadamu, hendaklah engkau tidak meninggalka doa diakhir setiap shalat dengan doa berikut,’Ya Allah, bantulah aku dalam dzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah kepada-Mu dengan benar.” (HR. Ahmad, Abu Daud,dan Al Hakim yang menshahihkanya).Al-Mughirah bin Syu’bah ra berkata bahwa Rasulullah SAW membaca doa berikut pada akhir semua shalat wajib,“Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi Allah segala kerajaan, bagi-Nya pujian, dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang bisa menahan apa yang Engkau berikan, tidak ada yang bisa memberikan apa yang Engkau tahan, dan kemuliaan itu tidak akan bermanfaat bagi pemiliknya, karena kemuliaan itu dari-Mu.” (HR. Al Bukhari).Abu Umamah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Barangsiapa membaca surat kursi diakhir setiap shalatnya maka tidak ada yang menghalanginya memasuki surga kecuali mati.” (HR. Thabrani).Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Barangsiapa membaca tasbih kepada Allah setelah setiap shalat sebanyak tiga puluhtiga kali yang kesemuanya berjumlah sembilan

Page 27: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

puluh sembilan, serta berkata menggenapkannya seratus,’Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja yang tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaa, bagi-Nya segala pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuat,’maka dosa-dosanya diampuni kendati dosa-dosanya sebanyak buih dilaut.” (HR. Muslim).Sa’ad bin Abu Waqqash ra berkata bahwa Rasulullah SAW berlindung diri dengan doa berikut setelah setiap shalat ,“Ya Allah, aku berlindung diri kepada-MU dari kikir. Aku berlindung diri kepada-Mu dari pengecut. Aku berlindung diri kepada-Mu dari dikembalikan keumur yang paling hina. Aku berlindung diri kepada-Mu dari fitnah kehidupan. Dan aku berlindung diri kepada-Mu dari siksa kubur.’’ (HR. Al-Bukhari).Sa’ad bin Abu Waqqash mengajarkan doa tersebut kepada anak-anaknya.

3. Hal-hal Yang Dimakruhkan dalam Shalat1). Menoleh dengan kepala atau dengan mata, karena Rasululllah SAW bersabda,

“(Menoleh) adalah rampasan yang dirampas syetan dari shalat seorang hamba. (HR. Al-Bukhari).

2). Menghadapkan mata kelangit, kaena Rasulullah SAW bersabda,“Kenapa orang-orang menghadapkan mata mereka kelangit dalam shalat mereka. Hendaklah mereka berhenti, atau (kalau tidak) maka penglihatan mereka akan diambil.” (HR. Muslim).

3). Tahadhdur, yaitu meletakkan tangan dipinggang, karena Abu Hurairah ra berkata,”Rasulullah SAW melarang shalat dengan meletakkan tangan dipinggang.”(Muttafaq Alaih).

4). Menahan rambut yang menjuntai, atau lengan baju, atau baju, karena Rasulullah SAW bersabda,”Aku diperintahkan sujud diatas tujuh organ tubuh, dan tidak menahan rambut, atau pakaian.” (HR. Muslim).

5). Membunyikan jari-jari, karena diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW melihat seseorang membunyikan jari-jarinya ketika shalat, kemudian beliau bersabda,“Engkau jangan membunyikan jari-jarimu ketika shalat.” (HR. Ibnu Majah dengan sanad dhaif, namun sebagian besar ulama mengamalkannnya).

6) Mengusap kerikil dari tempat sujud lebih dari sekali, karena dalil-dalil berikut :Sabda Rasulullah SAW,

Page 28: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

“Jika salah seorang dari kalian berdiri untuk shalat ,maka sesungguhnya rahmat menghadap kepadanya. Oleh Karena itu, ia janganmengusapnya.” (HR.Abu Daud dan At-Tirmidzi dengan sanad baik).Sabda Rasulullah SAW,”Jika engkau ingin melakukannya, maka sekali saja.” (HR. Muslim).

7). Bermain, dan mengerjakan apa saja yang melupakan shalat, dan menghilagkan kekhusyukan, misalnya bermain-main dengan jenggot, atau bermain dengan pakaian, atau melihat hiasan didinding, dsb, karena Rasulullah SAW bersabda,

“Tenanglah kalian dalam shalat.” (HR. Muslim).8). Membaca surat ketika ruku’, atau sujud, karena Rasulullah SAW bersabda,

“Aku dilarang untuk membaca Al-Qur’an ketika ruku’ , dan sujud.” (HR. Muslim).

9). Menahan buang air kecil, atau buang air besar. 10). Shalat didepan makanan, karena Rasulullah SAW bersabda,

“Tidak (sah) shalat didepan makanan, dan bagi orang yang menahan dua kotoran (buang air kecil, dan buang air besar).”

11). Duduk dengan berjongkok, atau menjulurkan kedua lengan kebawah, karena Aisyah ra berkata, “Rasulullah SAW melarang duduk seperti dudukny syetan (berjongkok), dan melarang seseorang menjulurkan kedua lengannya kebawah seperti binatang buas.” (HR. Muslim).

4. Pembatal-pembatal Shalat Pembatal-pembatal shalat ialah hal-hal sebagai berikut :1). Meninggalkan salah satu rukun shalat jika pelakunya tidak mengulanginya

ketika shalat, atau tidak lama setelah shalatnya, karena Rasulullah SAW bersabda kepada orang yang shalat dengan tidak benar dengan meninggalkan thuma’ninah dan I’tidal yang merupakan rukun shalat,

”Shalatlah lagi, karena engkau belum shalat.” (HR. Muslim)2). Makan, atau minum, karena Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya dala shalat terdapat kesibukan.” (Muttafaq Alaih).3). Perkataan yang tidak ada relevansinya dengan shalat, karena Allah Ta’ala

berfirman, “Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu.” (Al Baqarah:238).Rasulullah SAW bersabda,“Sesungguhnya shalat ini tidak layak didalamnnya sesuatu dari percakapan manusia.” (HR. Muslim).

Page 29: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

Jika perkataan memiliki kaitan dengan shalat, misalnya imam mengucapkan salam kemudian bertanya apakah shalatnya sudah selesai belum? Jika dikatakan kepadanya bahwa shalatnya belum selesai maka ia harus menyelesaikannnya. Perkataan seperti itu diperblehkan, karena Rasulullah SAW pernah berbicara ketika shalat, da sahabat Dzu Al-Yadaini juga berbicara ketika shalat, namun shalat keduanya tidak batal. Dzu Al-Yadaini berkata kepada Rasulullah SAW ,”Apakah engkau lupa, ataukah engkau memendekkan shalat ?” Rasulullah SAW bersabda kepadanya,” Aku tidak lupa, dan tidak pula memendekkannya.” (Muttafaq Alaih).

4). Tertawa. Kaum muslim telah melakukan ijma’ bahwa orang yang tertawa ketika shalat maka shalatnya batal, bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa wudlunya juaga batal, karena diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Memberengut itu tidak memutus shalat, namun shalat tersebut diputus oleh tertawa.” (HR. Ath-Thabrani dengan sanad yang cukup).

5). Banyak bergerak karena bertentangan dengan ibadah, da menyibukkan hati dan oragan tubuh dari shalat. Sedikit gerakan sederhana seperti membetulka sorban, atau maju ke shaf untuk menutup celah, atau mengulurkan tangan kepada sesuatu dengan sekali gerak, maka tidak membatalkan shalat, karena diriwayatkan Rasulullah Saw menggendong Umamah dan meletakkannya dalam keadaan shalat dan mengimami manusia. (HR. Bukhari). Umamah ialah putri Zainab binti Rasulullah SAW.

6). Menambah raka’ak shalat dengan raka’at yang sama karena lupa, misalnya shalat Dhuhur delapan rakaat, atau shalat shubuh empat raka’at karena kelupaannya yang keterlaluan hingga ia menambah raka’at shalat hingga dua kali lipat itu menunjukkan seseorang tidak shalat, padahal khusyu’ adalah rahasia shalat, padahal khusyu’ adalah rahasia shalat, dan ruhnya. Jika shalat kehilangan ruhnya, maka batallah shalat tersebut.

7). Ingat shalat sebelumnya, misalnya seseorang mengerjakan shalat Ashar, namun ia ingat bahwa ia belum shalat dhuhur. Dalam kondisi seperti itu, shlat Asharnya batal hingga ia shalat Dhuhur, sebab urut dalam mengerjakan shalat-shalat merupakan kewajiban karena shalat-shalat tersebut diterima dari Pembuatnya juga secara urut. Jadi, salah satu shalat tidak boleh dikerjakan hingga shalat sebelumnya dikerjakan.

5. Hal-hal Yang Diperbolehkan dalam Shalat Orang yang shalat diperbolehkan mengerjakan hal-hal berikut :

Page 30: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

1). Bergerak sederhana seperti membetulkan pakaian, karena Rasulullah SAW pernah melakukannya.

2). Berdehem ketika dibutuhkan.3). Membetulkan orang yang berada dishaf dengan menariknya keshaf depan, atau

mendorongnya keshaf belakang, atau memutarkan makmum dari sebelah kiri kesebelah kanan, sebagaimana Rasulullah SAW memutar Ibnu Abbas dari sebelah kirinya ke sebelah kanannya ketika Ibnu Abbas ikut qiyamul lail di samping beliau. (HR. Al-Bukhari).

4). Menguap, dan meletakkan tangan dimulut.5). Membaca tasbih untuk imam jika ian lupa, karena Rasulullahb SAW bersabda,

“Barangsiapa terjadi sesuatu dalam shalatnya, hendaklah ia berkata, ‘Subhanallah’.”(Muttafaq Alaih).

6). Mengahalangi orang-orang yang berjalan didepannya, karena Rasulullah SAW bersabda,“Jika dari salah seorang dari kalian mengerjakan shalat disesuatu yang menutupinya dari manusia, kemudian seseorang ingin berjalan didepannya maka hendaklah ia menolaknya, dan hendaklah ia melawannya karena ia adalah syetan,” (Muttafaq Alaih).

7). Membunuh ular, dan kalajengking yang menyerangnya ketika shalat, karena Rasulullah SAW bersabda ,“Bunuhlah dua dari makhluk hitam dalam shalat yaitu ular dan kalajengking.” (HR. At-Tirmidzi).

8). Menggaruk badab dengan tangan, karena ini termasuk gerakan sederhana yang ditolerir.

9). Memberi isyarat dengan telapak tangan terhadap orang yang memberi ucapan salam, karena Rasulullah SAW melakukannya. (HR. At-Tirmidzi).

Sujud SahwiBarangsiapa lupa dalam shalatnya, kemudian menambah jumlah raka’at

shalatnya, ia wajib sujud dishalatnya, ia wajib sujud usai shalatnya kemudian salam. Begitu juga barangsiapa meninggalkan sunnah muakkadah dala shalat, ia wajib sujud sebelum salam. Begitu juga, barang siapa meninggalkan tasyahhud pertengahan da tidak ingat padanya, atau ingat padanya setelah ia berdiri maka ia tidak usah melakukan tasyahhud, dan sebagai gantinya ia wajib sujud sebelum salam. Begitu juga orang yang salam padahal shalatnya belum tuntas, ia wajib kembli pada posisi shalat kemudian menyempurnakan shalatnya, dan sujud setelah salam.

Page 31: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

Dasar sujud sahwi ialah sabda, dan perbuatan Rasulullah SAW. Beliau pernah salam seteah shalat dua raka’at, kemudian diberi tahu tentang hal tersebut. Beliau pun kembali ke posisi shalat, menyempunaka shalatnya, dan sujud setelah salam.(HR. At-Tirmidzi).

Rasulullah SAW pernah berdiri dari raka’at kedua tanpa tasyahhud, kemudian beliau sujud sebelum salam, dan bersabda,

“Jika salah seorang dari kalian ragu-ragu dalam shalatnya, ia tidak tahu sudah shalat tiga raka’at atau empat raka’at ?Maka hendaklah ia membuang keragu-raguannya dan hendaklah ia membangun berdasarkan apa yang ia yakini, kemudian sujudlah dua sujud sebelum salam. Jika ia telah shalat lima raka’at, ia menggenapkan shalatnya. Jika ia telah shalat empat raka’at, maka itu membuat marah syetan.” (Muttafaq Alaih).

Ada pun orang yang lupa dibelakang imam dalam arti ia sebagai makmum, maka ia tidak wajib melakuka sujud sahwi menurut sebagian besar ulama. Terkecuali jika imamnya lupa, maka ia sujud bersamanya karena ia harus mengikuti imam, dan karena keterkaitan shalatnya dengan shalat imam. Para sahabat pernah sujud bersama Rasulullah SAW ketika beliau lupa dan sujud. (HR. Muslim).

Tata Cara Shalat Cara shalat adalah sebagai berikut :Jika waktu shalat telah tiba seorang muslim berdiri dalam keadaan suci,

menutup aurat, mengahadap kiblat, dan melakukan iqamah. Jika iqamah telah selesai, ia angkat kedua tangannya hingga dekat dengan pundaknya dengan berniat mengerjakan shalat sembari berkata,”Allahu akbar.” Kemudian ia letakkkan tangan kanannya diatas tangan kirinya diatas dada, membaca iftitah sambil berkata,”Bismillahirrahmaanirrahim,”” dengan pelan-pelan, dan membaca surat Al-Fatihah. Ketika sampai pada ayat, “Waladzdzalliin”, ia berkata, “Aamin.” Membaca beberapa ayat dari surat Al-Qur’an,mengangkat kedua tangan hingga dekat dengan dua bahu, ruku’ sambil berkata,”allahu akbar,” meletakkan kedua telapak tangan dilutut sambil meratakan tulang punggungnya tanpa mengangkat kepala dan tidak menundukkannya. Ketika ruku’ ia membaca, “Subhana rabbiyal adzin,” tiga kali atau lebih, kemudian mengangkat kepala dari ruku’ dengan mengangkat kedua tangan ke dekat bahu sambil membaca,” Sami’allahu liman hamidah.” Ketika ia telah tegak berdiri, ia membaca, “Rabbana lakal hamdu hamdan katsiran thayyiban mubarakanfiihi,” kemudian sujud sambil berkata, “Allahu akbar.” Ia sujud diatas ketujuh organ tubuhnya : wajah, kedua telapak tangan, dua lutut, dan dua telapak

Page 32: Hifzhil Qur'an Juz 30(94.PT-3)

kaki dengan meletakkan keningnya da hidungnya ditanah sambil berkata, “Subhaana rabbiyal a’la,” tiga kali atau lebih dan jika berdoa memohon kebaikan ketika sujud maka itu baik sekali, kemudian ia mengangkat kepala dari sujud sambil berkata, “Allahu akbar,” kemudian duduk diatas kaki kirinya dan menegaskan kaki kanannya sambil berkata,”Rabbighfirli warhamni waidini warzuqni (Ya Allah, ampunilah aku, sayangilah aku, berilah aku petunjuk, dan berilah aku rizki),” kemudian sujud seperti sebelumnya, kemudian berdiri untuk raka’at kedua. Ia berbuat seperti apa yang ia perbuat pada raka’at pertama, kemudian tasyahhud. Jika jumlah shalat adalah dua raka’at seperti shalat shubuh, maka ia tasyahhud, bershalawat adalah dua raka’at seperti shalat shubuh, maka ia tasyahhud, bershalawat atas Rasulullah SAW dan salam, sambil berkata, “Assalamu alaikum warahmatullahi,” dengan menoleh kekanan, dan salam sekali lagi dengan menoleh ke sebelah kiri.

Shalat tersebut bukan shalat yang jumlahnya dua raka’at, maka setelah membaca tasyahhud, ia berdiri dengan takbir dan mengangkat kedua tangannya kedekat bahunya, dan meneruskan shalatnya seperti pada raka’at pertama. Hanya saja setelah dua raka’at tersebut, ia membaca Al-Fatihah saja, kemudian duduk dengan meletakkan pantat diatas tanah, dan menegakkan kaki kanan dan jari-jari kaki bagian dalam ketanah, kemudian tasyahhud, bershalawat keatas Rasulullah SAW, meminta perlindungan kepada Allah Ta’ala dari siksa jahannam, siksa neraka, siksa kubur, fitnah kehidupan, fitnah kematian, dan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal, kemudian mengucapkan salam dengan suara nyaring sambil berkata,”Assalamu’alaikum warahmatullah,” dengan menoleh kesebelah kanan, kemudian salam kedua dengan menoleh kesebelah kiri, jika ia tidak shalat bersama orang lain.