Top Banner
MAKALAH HADITS MAUDHU’ Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah STUDI HADITS: METODOLOGI DAN TEMATIK Dosen Pengampu: Prof. Dr. Enizar, M. Ag Oleh: NAMA : IMAM SUSANTO NPM : 1403691 JURUSAN : TARBIYAH PRODI : PAI
30

Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

Aug 09, 2015

Download

Education

Imam Susanto
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

MAKALAH

HADITS MAUDHU’

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata KuliahSTUDI HADITS: METODOLOGI DAN TEMATIK

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Enizar, M. Ag

Oleh:

NAMA : IMAM SUSANTONPM : 1403691JURUSAN : TARBIYAHPRODI : PAI

PROGRAM PASCASARJANA (PPs) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

NEGERI (STAIN) JURAI SIWO METRO

1436 H / 2015 M

Page 2: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT karena

berkat rahmat dan hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat

pada waktunya.

Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata

kuliah Studi Hadits: Metodologi dan Tematik, dengan pokok bahasan “Hadits

Maudhu’”

Penulis menyadari dalam membuat makalah ini banyak terdapat

kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu saran dan kritik sangat penulis harapkan

guna memperbaiki dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada

umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Metro, Maret 2015

Penulis

Imam SusantoNPM. 1403691

Page 3: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3

A. Pengertian Hadits Maudhu’.................................................................. 3

B. Motif dan Latar Belakang Pemalsuan Hadits....................................... 3

C. Dampak Pemalsuan Hadits................................................................... 10

D. Ciri-ciri Hadits Maudhu’...................................................................... 10

E. Kitab yang Memuat Hadits Maudhu’................................................... 14

F. Upaya Penyelamatan Hadits dari Maudhu’.......................................... 14

BAB III KESIMPULAN................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadis Nabi SAW sebagaimana telah diyakini- merupakan sumber

ajaran yang kedua bagi umat Islam. Kedudukannya sebagai sumber ajaran

agama, memiliki legitimasi langsung dari Allah Swt. melalui Al-Quran.

Bahkan disatu sisi Hadis memiliki kedudukan yang sejajar dengan Al-Quran,

mengingat antara keduanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu bangunan

pemahaman agama dan implementasi ajarannya.

Namun secara hierarkis posisi Hadis tetaplah berada dibawah Al-

Quran, sebagaimana dalam banyak ayat Al-Quran menggambarkan demikian.

Apalagi dilihat dari segi proteksi terdapat perbedaan yang mendasar antara

Hadis dengan Al-Quran, tidak seperti halnya Al-Quran, Hadis tidak memiliki

garansi langsung dari Allah SWT atas pemeliharaanya. Sehingga sangat

memungkinkan terjadinya penyelewengan dan pemalsuan.

Masalah hadits maudhu atau hadits palsu berawal dari pertentangan

politik yang terjadi pada masa khalifah Ali Bin Abi Thalib yang berujung

pada pembuatan hadits-hadits palsu yang tujuannya adalah untuk

mengalahkan lawan dan mempengaruhi orang-orang tertentu. Akibat

perpecahan politik ini, hampir setiap golongan membuat hadits maudhu untuk

memperkuat golongannya masing-masing.

Ulumul hadits merupakan suatu ilmu pengetahuan yang komplek dan

sangat menarik untuk diperbincangkan, salah satuanya adalah mengenai

hadits maudhu yang menimbulkan kontrofersi dalam keberadaannya. Suatu

pihak menanggapinya dengan apa adanya, ada juga yang menanggapinya

dengan beberapa pertimbangan dan catatan, bahkan ada pihak yang

menolaknya secara langsung.

Page 5: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian hadits maudhu’ ?

2. Apa motif dan bagaimana latar belakang timbulnya pemalsuan hadits ?

3. Apa dampak dari pemalsuan hadits ?

4. Bagaimana ciri-ciri hadits maudhu’ ?

5. Apa nama kitab yang memuat hadits maudhu’ ?

6. Bagaimana upaya penyelamatan hadits dari maudhu’ ?

Page 6: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits Maudhu’

Pengertian Hadits maudhu’ secara etimologis (kebahasaan) adalah berasal

dari kata wado`a-yado`u. Kata wado’a memiliki beberapa makna

diantaranya: menggugurkan, meninggalkan, mengada-ada, dan membuat-

buat. Maudu’ berasal dari isim maf’ul dari     وضع يضع اوضع menurut

bahasa seperti (meletakkan atau menyimpan).1 Sedangkan pengertian Hadits

maudu’ secara terminologi (istilah) adalah Sesuatu yang dinisbatkan kepada

rasulullah SAW secara mengada-ada dan dusta, yang tidak beliau sabdakan,

beliau kerjakan ataupun beliau taqrirkan.2 Dapat disimpulkan bahwa hadits

maudu’ adalah hadits palsu yang dibuat-buat dan mengatasnamakan Nabi

SAW.

B. Motif dan Latar Belakang Pemalsuan Hadits

Banyak pendapat yang telah diungkapkan oleh para ahli mengenai motif

dan latar belakang pemalsuan hadits. Satu pendapat mengatakan bahwa

pemalsuan Hadis telah terjadi sejak zaman Rasulullah Saw. Adapula yang

berpendapat bahwa pemalsuan Hadits mulai terjadi pada tahun 40 Hijriah.

Sedangkan pendapat lainnya menyatakan bahwa pemalsuan Hadis baru

terjadi pada akhir abad kesatu Hijriah.3 Ada pula pendapat yang mengatakan

bahwa pemalsuan hadits sejak zaman Rasulullah SAW tidak mungkin terjadi,

apalagi jika dilakukan oleh para sahabat, sangat tidak logis. Ia

menggambarkan bagaimana perjuangan para sahabat mendampingi

Rasulullah SAW berkorban dengan harta dan jiwa demi tegaknya agama

Allah SWT serta menghadapi berbagai siksaan. Disamping itu para sahabat

hidup dibawah bimbingan Rasulullah SAW dan mereka menjalani hidup

1 Munzier Suprapto, Utang Ranuwijaya. Ilmu Hadits. Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1993, h. 191.

2 Muhamad `Ajjaj Al-khsthib. Ushul al-hadits.terj.H.M. Qadirun dan Ahmad Musyafiq. Jakarta: Gaya Media Pratama, tt. h.352.

3 Mohamad Najib. Pergolakan Politik Umat Islam dalam Kemunculan Hadits Maudhu’. Bandung, 2001, hal. 49

Page 7: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

dengan penuh ketaqwaan. Sehingga tidak mungkin jika ada salah seorang

diantara mereka yang melakukan kedustaan atas nama Rasulullah SAW

Sementara pendapat lainnya menyebutkan bahwa Hadis Mauḍū’ telah

muncul sejak masa kekhalifahan ‘Uṡmān bin ‘Affān. Diantara yang

berpendapat demikian adalah Akram al-Umari, Abū Syuhbah, dan Abū Zahu4.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan oleh para ahli, setidaknya dapat

dideskripsikan adanya beberapa faktor yang melatar belakangi dan motif

kemunculan Hadis Mauḍū’.

1. Pertentangan Politik Umat Islam

Apabila saat ini kita menyaksikan perpecahan dalam tubuh umat Islam

didominasi oleh perbedaan-perbedaan pemikiran dalam masalah-masalah

keagamaan. Pada mulanya justru perpecahan muncul bukan dalam ranah

teologi, melainkan dalam ranah politik. Namun tidak memerlukan waktu

yang lama perpecahan itu merambat pada aspek-aspek yang lain.5

Sebagaimana telah banyak dikemukakan didalam referensi-referensi

sejarah politik Islam, sejak masa kekhalifahan ‘Uṡmān hingga masa

kekhalifah ‘Alī bin Abī Ṭālib umat Islam mengalami perpecahan.

Pertentangan diantara umat islam timbul setelah terjadinya pembunuhan

terhadap khalifah Usman bin Affan oleh para pemberontak dan

kekhalifahan digantikan oleh Ali bin Abi Thalib.6 Sehingga umat Islam

terbagi kepada beberapa kelompok, diantara kelompok tersebut adalah

kelompok pendukung ‘Alī bin Abī Ṭālib (Syi’ah), kelompok pendukung

Mu’āwiyah, kelompok pendukung ‘Alī bin Abī Ṭālib yang melakukan

desersi (Khawārij), dan kelompok yang tidak berpihak kepada ketiga

kelompok tersebut (Jumhur al-Muslimin).

4 Ibid. hal. 51 5 Harun Nasution. Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta,

1986, hal. 3. 6 M. Solahuddin. Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka Setia, 2009. h. 176.

Page 8: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

Untuk mendukung golongannya masing-masing, mereka membuat hadits

palsu, yang pertama yang paling banyak  membuat hadits Maudhu’ adalah

golongan Syiah (Pendukung Ali).7

ل�ى و�إ �ق�و�اه� ت ف ى �و�ح� ن �ى ل و�إ �م ه ل ع ف ى �د�م� ا �ى إل �ظ�ر� �ن ي �ن� أ اد� �ر� ا م�ن�

ف ي �س�ى ي ع ل�ى و�إ ه �ت �ب ه�ي ف ى م�و�س�ى ل�ى و�إ �م ه ل ع ف ي �م� اه ي �ر� ب إ

ي1 ع�ل ل�ى إ �ظ�ر� �ن �ي ف�ل ه �اد�ت ب ع

“ Barang siapa tyang ingin melihat Adam tentang ketinggian ilmunya,

ingin melihat Nuh tentang ketakwaannya, ingin melihat Ibrahim tentang

kebaikan hatinya, ingin melihat Musa tentang kehebatannya, ingin melihat

isa tentang ibadahnya, hendaklah melihat Ali”.

�و�ه� �ل ف�اق�ت �ه� م�ع�او ي �م� �ت �ي أ ر3 ذ� إApabila kamu melihat Muawiyyah atas mimbarku, bunuhlah dia.

Demikian pula kelompok pendukung Mu’āwiyah, orang-orang fanatik

diantara mereka tidak luput dari pemalsuan Hadis dalam rangka mencari

pembenaran atas kebijakan politik Mu’āwiyah yang bersebarangan dengan

sikap politik kelompok lain.8 Diantara Hadis yang mereka ciptakan

misalnya:

: ا �ة� م�ع�او ي و� �ل� �ر ي ب و�ج �ا �ن أ �ة8 �ث �ال ث �اء� �م�ن ألOrang yang terpercaya itu ada tiga, yaitu Aku, Jibril Dan Muawwiyah.

Sementara mengenai kelompok Khawārij, masih menjadi perbedaan

pendapat dikalangan ahli terkait partisipasinya dalam memunculkan

Hadis-hadis palsu. Sebagian berpendapat bahwa sekalipun mereka

termasuk kelompok pengikut hawa nafsu, dalam hal perkataan mereka

tetap yang paling benar dan paling ṣaḥīḥ Hadisnya. Apalagi mereka

memiliki keyakinan bahwa pelaku dosa besar adalah kafir. Sedangkan

7 M. Hasbi Ash-Shiddiqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Jakarta: Bulan Bintang, 1987, h. 246.

8 Mohamad Najib. Op.Cit. hal. 95

Page 9: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

perbuatan dusta termasuk kedalam kategori dosa besar. Disamping itu

tidak ada riwayat yang secara tegas menunjukan keterlibatan mereka

dalam menciptakan Hadis palsu.

Namun beberapa riwayat menunjukan pengakuan seorang tokoh Khawārij

bahwa ia membuat Hadis. Sebagaimana riwayat berikut:

: الحديث هذا إن3 الخوارج من رجل لي قال الكريم عبد عن

أمرا هوينا إذا 3ا كن 3ا إن دينكم تأخذون من عن فانظروا دين

حديث فى جعلناه

Dari ‘Abdu al-Karīm, telah berkata kepadaku salah seorang dari kelompok Khawārij: Sesungguhnya Hadis ini adalah bagian dari agama, maka perhatikanlah dari mana Anda mengambil ajaran agamamu. Sesungguhnya jika aku berkeinginan terhadap sesuatu, maka aku jadikan sesuatu itu kedalam Hadis.9

2. Musuh-musuh Islam

Golongan ini adalah dari golongan Zindiq, Yahudi, Majusi, dan Nasrani

yang senantiasa menyimpan dendam terhadap agama  Islam. Mereka tidak

mampu untuk melawan kekuatan Islam secara terbuka maka mereka

mengambil jalan yang buruk ini. Mereka menciptakan sejumlah besar

hadits Maudhu’ dengan tujuan merusak ajaran Islam. Sejarah

mencatatAbdullah Bin Saba’ adalah seorang Yahudi yang berpura-pura

memeluk Agama Islam. Oleh sebab itu, dia berani menciptakan hadits

Maudhu’ pada saat masih banyak sahabat utama masih hidup. Diantara

hadits Maudhu’ yang diciptakan oleh orang-orang zindiq tersebut, adalah:

, و� �ان� �ب ك Iالر �ص�اف ح� ي ق� �و�ر� ا ج�م�ل� ع�ل�ى MةN ي ع�ش �ا Iن ب ر� �ز ل� �ن ي

اة� �م�ش� ال ق� �ع�ان يTuhan kami turunkan dari langit pada sore hari, di Arafah dengan

bekendaraan Unta kelabu, sambil berjabatan tangan dengan orang-orang

yang berkendaraan dan memeluk orang-orang yang sedang berjalan.

9 Ibid, hal. 117

Page 10: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

�اد3ة8 ب ع �ل �ج�م ي ال �و�ج�ه ال ل�ى إ Nظ�ر� النMelihat (memandang) muka yang indah adalah ibadah.

3. Fanatisme Kebangsaan

Pada masa pemerintahan Banī Umayyah, sebagian penguasa diantara

mereka memiliki sikap fanatik terhadap bangsa Arab. Sehingga kalangan

non-Arab merasakan sikap rasis dan terdorong untuk mengadakan sebuah

gerakan dengan tujuan untuk menunjukan persamaan mereka dengan

bangsa Arab. Bahkan orang-orang yang fanatik diantara mereka terdorong

pula untuk menciptakan Hadis demi mengangkat martabat mereka

dihadapan bangsa Arab. Faktor inilah yang juga merupakan salah satu

alasan yang mendorong mereka untuk membuat hadits-hadits palsu, di

antaranya adalah sebagai berikut :

3ة بالفارسي العرش حول 3ذين ال كالم إن3

“Sesungguhnya kalam mereka yang ada disekitar ‘Arasy adalah dengan

bahasa Parsi”.

أنزل رضي وإذا 3ة بالعربي الوحي أنزل غضب إذا الله إن3

3ة بالفارسي الوحي

“Sesungguhnya Allah itu apabila marah Dia menurunkan wahyu dalam

bahasa Arab, dan apabila ridha, Dia menurunkan wahyu dalam bahasa

Persia”.10

Sebagai balasan, etnis lain juga membuat hadits palsu, yakni :

الشياطين وكالم الفارسية الله إلى الكالم أبغض

الجنة أهل وكالم البخارية النار أهل وكالم الخوزية

.العربية

10 Hasbi Ash-Shiddieqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang, 2010, h. 194

Page 11: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

“Bahasa yang paling dibenci oleh Allah adalah bahasa Persia, bahasa

Setan adalah bahasa Khauzi, bahasa penghuni neraka adalah bahasa

Bukhara, dan bahasa penghuni surga adalah bahasa Arab”.

4. Fanatisme Keimaman Perbedaan Madzhab Fiqih dan Teologi

Selain fanatisme kebangsaan, pada abad ketiga Hijriah kemunculan Hadis

palsu dipicu pula oleh adanya sikap fanatik terhadap Imam tertentu. Para

pengikut madzhab fiqih dan pengikut ulama` kalam, yang bodoh dan

dangkal ilmu agamanya, membuat pula hadits-hadits palsu untuk

menguatkan paham pendirian imannya. Kalangan jahil yang fanatik

terhadap Imam Abū Ḥanīfah misalnya menciptakan Hadis yang berbunyi:

على أضر3 إدريس ابن محم3د له يقال رجل أم3تي في يكون

. حنيفة أبو له يقال رجل أم3تي في يكون إبليس من أم3تي

أم3تي سراج هو

“Akan ada pada umatku seseorang bernama Muḥammad bin Idris yang

lebih berbahaya daripada iblis. Akan ada dari umatku seseorang bernama

Abū Ḥanīfah yang merupakan pelita bagi umatku”.

Disamping kelompok fanatis terhadap Imam Abū Ḥanīfah, kelompok

pengikut imam yang lain terlibat pula dalam memalsukan Hadis untuk

membela dan membagus-baguskan kedudukan Imam yang diikutinya.

Disamping itu, pemalsuan Hadis terjadi pula dalam perbedaan pandangan

dalam persolan fikih. Misalnya orang-orang jahil yang menganggap tidak

sahnya shalat dengan mengangkat kedua tangan, memunculkan Hadis

Mauḍū’ yang isinya:

له صالة فال الصالة في يديه رفع من

“Barangsiapa yang mengangkat kedua tangannya ketika shalat, maka

tidak ada shalat baginya”.11

11 M. Solahuddin. Op. Cit, h. 180

Page 12: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

5. Para Pendongeng (Pembuat Cerita Fiktif)

Pada masa-masa akhir pemerintahan Khulafaurrasyidin muncul kelompok-

kelompok pendongeng dan penasehat yang jumlahnya terus bertambah

pada masa-masa selanjutnya di masjid-masjid kekuasaan Islam. Sebagian

dari pendongeng itu mengumpulkan banyak orang kemudian membuat

hadits untuk menggugah perasaan mereka dengan berdusta

mengatasnamakan Rasulullah SAW. Demikianlah yang dilakukan oleh

sebagian tukang cerita, mereka memunculkan hadis-hadis palsu demi

menarik perhatian pendengarnya. Selain bertujuan agar cerita mereka

didengar, sebagian melakukannya demi memperoleh upah yang banyak.

Sebagai contoh perilaku membuat-buat hadis yang dilakukan oleh tukang

cerita misalnya:

من منقاره طيرا كلمة كل3 من الله خلق الله 3 إال إله ال قال من

مرجان من وريشه ذهب

“Barangsiapa yang membaca “Lā ilāha illallāh”, maka Allah akan

menciptakan dari setiap katanya seekor burung, yang paruhnya dari emas

dan bulunya dari marjan”.

6. Sikap Menjilat Kepada Penguasa

Terdapat pula latarbelakang pemalsuan hadis yang diakibatkan

tertanamnya sikap menjilat. Hal itu dilakukan demi menyenangkan hati

penguasa dan memperoleh penghargaan darinya. Seperti kisah Ghiyats Bin

Ibrahim An-Nakha’i yang datang kepada Amirul mukminin Al-Mahdi,

yang sedang bermain merpati. Lalu ia menyebutkan hadis bahwa Nabi

SAW pernah bersabda :

ن�اح� ج� و�أ� ر� اف� ح� و�

أ� خ�ف� و�أ� ل� ن�ص� ف�ي� إ�ال� ب�ق� س� ال�

Tidak ada perlombaan, kecuali dalam anak panah, ketangkasan,

menunggang kuda, atau burung yang bersayap.

Page 13: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

Ia menambahkan kata, ‘atau burung yang bersayap’, untuk meyenagkanAl-

Mahdi, lalu Al-Mahdi memberinya sepuluh dinar. Setelah ia berpaling,

sang Amir berkata, “Aku bersaksi bahwa tengkukmu adalah tengkuk

pendusta atas nama Rasulullah SAW.” Lalu memerintahkan untuk

menyembelih merpati itu.12

C. Dampak Pemalsuan Hadits

Pengaruh dan dampak dari hadits-hadits palsu yang banyak beredar di

tengah masyarakat kita memberi dampak dan sangat buruk pada masyarakat

Islam diantaranya:

1.      Penyimpangan dalam beribadah

2.      Munculnya ibadah-ibadah dan keyakinan yang salah

3.      Matinya sunnah.

D. Ciri-ciri Hadits Maudhu’

Para ulama` muhadditsin, disamping membuat kaidah-aidah untuk

mengetahui hadis sahih, hasan, atau dhaif, mereka juga menentukan ciri ciri

untuk mengetahui ke-maudhu`-an suatu hadits. Kepalsuan suatau hadits dapat

dilihat pada kriteria yang terdapat pada sanad dan matan.

1. Ciri-ciri yang terdapat pada sanad

Dari segi sanad, ke-mauḍū’-an dapat diketahui melalui beberapa indikasi,

yaitu:

a. Pengakuan dari pembuatnya

Para muḥaddiṡīn menilai, pengakuan seorang rawi merupakan indikasi

yang paling kuat untuk menetapkan ke-mauḍū’-an suatu Hadis. Seperti

pangakuan seorang guru taswwuf, ketika ditanya oleh Ibnu Ismail

tentang keutamaan ayat ayat al-qur`an, maka dijawab, “tidak seorang

pun yang meriwayatkan hadits ini kepadaku. Akan tetapi, kami melihat

manusia membenci Al-qur’an, kami ciptakan untuk mereka hadits ini

(tentang keutamaan ayat-ayat Al-Qur’an), agar mereka menaruh

perhatian untuk mencintai Al-Qur’an”.13

12 Hasbi Ash-Shiddieqy. Op. Cit, h. 19713 M. Agus Solahudin, Agus Suyadi. Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka Setia, 2009, h. 182

Page 14: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

b. Rawi tersebut terkenal berdusta

Apabila suatu Hadis diriwayatkan oleh seorang rawi yang telah dikenal

sebagai pendusta dan tidak ada rawi lain yang meriwayatkan Hadis

tersebut, maka sudah dapat dipastikan bahwa Hadisnya itu palsu.

Sebagai contoh misalnya Hadis berikut:

, األمراء الن!اس صلح صلحا إذا أم!تى من صنفان

والفقهاء

Dua kelompok dari umatku apabila keduanya beres, niscaya bereslah manusia seluruhnya, ialah ‘Umara dan Fukaha.14

Hadis ini dinilai mauḍū’, karena pada sanad Hadis ini, seorang rawi

bernama Muḥammad bin Ziyād dinyatakan sebagai pendusta dan

pemalsu Hadis oleh para ulama seperti Aḥmad Ibn Mu’in, dan

Dāruquṭni.15

c. Kenyataan sejarah mereka tidak mungkin bertemu

Misalnya ada pengakuan seorang rawi bahwa ia menerima hadits dari

seorang guru, padahal ia tidak pernah bertemu dengan guru tersebut

atau ia lahir sesudah guru tersebut meninggal. Adapun contoh kasus

rawi yang tidak sempat bertemu misalnya pengakuan Ma’mun Ibn

Aḥmad al-Sarawy kepada Ibn Hibban, bahwa ia menerima Hadis dari

Hisyām Ibn ‘Amr yang berada di kota Syām. Padahal ia (Ma’mun) pergi

ke Syām pada tahun 250 H, sedangkan Hisyām telah wafat pada tahun

245 H.16

2. Ciri-ciri yang terdapat pada matan

Selain dari segi sanad, terdapat pula indikasi ke-mauḍū’-an suatu Hadis

yang ditunjukan oleh matan. Dilihat dari segi matan, ke-mauḍū’-an

suatu Hadis dapat dilihat dari beberapa indikasi yaitu:

1. Kejanggalan Redaksi

14 A. Zakarya. Al-Hidayah. Garut, ttp, th, h. 266 15 Ibid 16 Hasbi Ash-Shiddieqy. Op. Cit, h. 185

Page 15: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

Apabila redaksi suatu Hadis tidak mencerminkan sebagai ucapan

Rasulullah Saw., tidak memiliki rasa bahasa seperti halnya bahasa

Rasulullah Saw., atau redaksinya rancu dan kacau, maka faktor

tersebut dapat dijadikan sebagai tolok ukur ke-mauḍū’-annya.

Indikasi yang pertama ini tentu hanya dapat diketahui oleh para

pakar bahasa. Sebagai contoh adalah Hadis berikut:

بعث و سكرانا القبر دخل سكران وهو الد!نيا فارق من

جبل إلى سكرانا الن!ار إلى به وأمر له من يقال

...سكران

Barangsiapa yang meninggal dunia dalam keadaan mabuk, maka ia akan memasuki alam kubur dalam keadaan mabuk, dibangkitkan dalam keadaan mabuk, kemudian diperintahkan masuk kedalam neraka dan hidup dalam keadaan mabuk, dan ditempatkan di suatu gunung yang disebut gunung mabuk….17

2. Kerusakan Makna

Yaitu apabila redaksinya bertentangan dengan akal sehat dan norma

agama. Sebagai contoh:

شيئ كل! من الباذنجانشفاء

Terong adalah obat bagi segala penyakit

نفسها فعرقتفخلق الفرسفأجراها خلق الله إن!

منها

Sesungguhnya Allah menciptakan kuda betina, kemudian Dia

memacunya, lalu berpeluklah kuda itu, kemudian Allah menciptakan

diri-Nya darinya.18

3. Kontradiktif dengan Al-qur’an dan Hadits Mutawatir

17 Mohamad Najib. Op.Cit. h. 6718 Hasbi Ash-Shiddieqy. Op. Cit, h. 186

Page 16: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

Sebagai contoh riwayat yang berindikasi mauḍū’ dikarenakan

bertentangan dengan nash Al-Quran, Hadis Mutawwatir,

sebagaimana riwayat-riwayat berikut:

أب�ن�اء� ب�ع�ة� س! �ل�ى إ ن�ة� الج� ل� خ� ال�ي�د� ن�ا Gالز ل�د� و�

Anak zina itu tidak dpat masuk syurga sampai tujuh turunan.

Makna hadits diatas bertentangan dengan kandungan Q. S. Al-

An’am: 164 yaitu:

ى ر� خ�أ� ر� ز� و� Kة از�ر� و� و�ال�ت�ز�ر�

Dan seorang yang berdosa tidak akanmemikul dosa orang lain.

, فخذوابه الحق! يوافق بحديث عن!ي حدثتم إذا

أحد!ث لم أم به حد!ثت

Apabila diriwayatkan suatu Hadis yang sesuai dengan kebenaran,

maka ambilah, baik aku mengatakannya maupun tidak.

Hadis ini bertentangan dengan Hadis lain yang keshahihannya tidak

dapat diragukan lagi (Hadis Mutawwatir), yaitu Hadis yang

berbunyi:

الن!ار من مقعده فليتبو!أ متعم!دا علي! كذب من

Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka

hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka.(HR. Bukhari)19

4. Bersifat Politis dan Ta’aṣub

Terdapat banyak riwayat yang kontennya terkesan bersifat

membagus-baguskan atau menjelek-jelekan golongan (partai)

tertentu. Sebagai contoh:

19 Ibid. h. 188

Page 17: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

لقاحها وعلي! فرعها أو أصلها فاطمة و شجرة أنا

فالشجرة ورقها وشيعتنا ثمرتها والحسين والحسن

الجن!ة فى والل!قاح والفرع األصل عدن جن!ة من أصلها

Aku adalah pohonnya, Fātimah adalah akar dan cabangnya, Alī adalah intisarinya, al-Hasan dan al-Husain adalah buahnya, kaum Syi’ah adalah daunnya. Pohon dan akar berasal dari syurga ‘Adn. Pangkal, cabang, intisari, daun dan buahnya, semuanya berada di syurga.20

5. Menerangkan suatu pahala yang sangat besar terhadap perbuatan-

perbuatan yang sangat kecil, atau siksa yang sangat besar terhadap

perbuatan yang kecil.21 Contohnya:

ف�ى د�ه� ل�و� و� و�م� و� ه� ك�ان� د]ا، م� ح� م� اه� م� ف�س� Kل�د و� ل�ه� ل�د� و� م�ن�

ن�ة� ال�ج�

Barangsiapa mengucapkan tahlil (la ilaha illallh) maka Allah

menciptakan dari kalimat itu seekor burung yang mempunyai 70.000

lisan, dan setiap lisan yang mempunyai 70.000 bahasa yang dapat

memintakan ampun kepadanya.

E. Kitab yang Memuat Hadits Maudhu’

Para ulama muhaditsin, dengan menggunakan berbagai kaidah studi kritis

hadits, berhasil mengumpulkan hadits-hadits maudhu’ dalam sejumlah karya

yang cukup banyak, di antaranya;22

1. Kitab Al-Mabda’ (karya Ishaq Bin Bisyr)

2. Kitab Ahwalu Yaumil Qiyamah (karya Mujasyi’ Bin Amr)

3. Kitab Kitabul Asrar Was Sirrul Iskar, Mathiyatun Naqli Wa Athiyatul Aqli,

Al-Farqu Bainas Shufi Wal Faqir, Jamhatun Nuha Fi Lamhatil Maha

(karya Muhammad Bin Ibrahim)

20 Mohamad Najib. Op.Cit. h. 7221 M. Solahuddin. Op. Cit. h. 18622 Iqra’ Firdaus, Moh. Fathor Rois. Para Pemalsu Hadits. Yogyakarta: DIVA Press, 2014,

h. 88-117

Page 18: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

4. Kitab As-Suruj Wal Lijam, Gharibul Quran, Al-Muqtabas (karya

Muhammad Bin Hasan Bin Duraid)

5. Kitab Al-Mukhtalif Wal Mu’talif, Al-Mansyur (karya Muhammad Bin

Thahir).

F. Upaya Penyelamatan Hadits dari Maudhu’

Pemalsuan hadis dalam pentas sejarah perkembangan Islam merupakan

kenyataan yang tak dapat terelakkan. Hal ini memiliki implikasi yang sangat

besar bagi pemahaman umat Islam. Oleh karena itu, upaya pemberantasan

pemalsuan hadis dipandang merupakan suatu keniscayaan, di samping

pemeliharaan terhadap otentisitasnya. Dalam rangka memberikan solusi

terhadap persoalan pemalsuan hadis yang muncul, ulama telah menawarkan

konsep-konsep dasar yang bersifat metodologis yang memungkinkan secara

akurat mampu mendeteksi pemalsuan hadis tersebut. Artinya, prosedur yang

ditempuh dalam menerima hadis adalah berupa pengujian dan penelitian

hadis sebagai upaya mengatasi pemalsuan hadis adalah sebagai berikut: 23

1. Pembukuan Hadits dan Mengukuhkan hadits-hadits;

2. Meneliti sanad hadits;

3. Meneliti rawi hadits dalam menetapkan status kejujurannya/menghimpun

biografi para periwayat hadits;

4. Menetapkan kaidah-kaidah umum untuk mengklasifikasikan hadits/

perumusan istilah-istilah hadits;

5. Pembentukan ilmu-ilmu hadits.

23 Mustafa Al-Siba’i. Al-Sunnah; Makanatuha fi al-tasyri al-Islamy, terjemahan Djafar Abd. Muchith, Al-Hadis Sebagai Sumber Hukum, Bandung: Dipanegoro, 1993, h. 143-154

Page 19: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

BAB III

KESIMPULAN

Hadits maudhu’ adalah hadits palsu yang dibuat-buat b dan

mengatasnamakan Nabi SAW. Faktor-faktor yang melatarbelakangi hadits

maudhu, yaitu: 1) Pertentangan politik umat Islam, 2) Musuh-musuh Islam,

3) Fanatisme kebangsaan, 4) Fanatisme Keimaman Perbedaan Madzhab Fiqih dan

Teologi, 5) Para Pendongeng (Pembuat Cerita Fiktif), 6) Sikap Menjilat Kepada

Penguasa.

Dampak dari pemalsuan hadits adalah penyimpangan dalam beribadah,

munculnya ibadah-ibadah dan keyakinan yang salah, matinya sunnah. Sedangkan

ciri-ciri hadits maudhu’ ada dua yaitu terdapat pada sanad (pengakuan dari

pembuatnya, Rawi tersebut terkenal berdusta, dan kenyataan sejarah mereka tidak

mungkin bertemu) dan terdapat pada matan (kejanggalan redaksi, kerusakan

makna, kontradiktif dengan Al-qur’an dan hadits mutawatir, bersifat politisi dan

ta’asub, serta menerangkan suatu pahala yang sangat besar terhadap perbuatan-

perbuatan yang sangat kecil, atau siksa yang sangat besar terhadap perbuatan yang

kecil).

Page 20: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

Upaya penyelamatan hadits dari maudhu’ adalah menggunakan pengujian

dan penelitian yaitu: Pembukuan Hadits dan Mengukuhkan hadits-hadits, meneliti

sanad hadits, meneliti rawi hadits dalam menetapkan status

kejujurannya/menghimpun biografi para periwayat hadits, menetapkan kaidah-

kaidah umum untuk mengklasifikasikan hadits/ perumusan istilah-istilah hadits,

pembentukan ilmu-ilmu hadits.

DAFTAR PUSTAKA

Al-khathib Muhamad `Ajjaj. Ushul al-hadits.terj.H.M. Qadirun dan Ahmad Musyafiq. Jakarta: Gaya Media Pratama,tt

Ash-Shiddiqy M. Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Jakarta: Bulan Bintang, 1987

A. Zakarya. Al-Hidayah. Garut, ttp, th

Harun Nasution. Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta, 1986

Hasbi Ash-Shiddieqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang, 2010

Iqra’ Firdaus, Moh. Fathor Rois. Para Pemalsu Hadits. Yogyakarta: DIVA Press, 2014

Mohamad Najib. Pergolakan Politik Umat Islam dalam Kemunculan Hadits Maudhu’. Bandung, 2001

Munzier Suprapto, Utang Ranuwijaya. Ilmu Hadits. Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1993

Page 21: Hadits Maudhu' (Imam Susanto)

Mustafa Al-Siba’i. Al-Sunnah; Makanatuha fi al-tasyri al-Islamy, terjemahan Djafar Abd. Muchith, Al-Hadis Sebagai Sumber Hukum, Bandung: Dipanegoro, 1993

M. Solahuddin. Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka Setia, 2009

Solahudin M. Agus, Agus Suyadi. Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka Setia, 2009