GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER PADA LANSIADiposkan olehRizki
Kurniadi
GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER PADA LANSIAA.PengertianDengan
bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun
makin menurun. Tak heran bila pada usia lanjut, semakin banyak
keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi mau bekerja sama
dengan baik seperti kala muda dulu.Nina Kemala Sari dari Divisi
Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto Mangunkusumo,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu pelatihan di
kalangan kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang
kerap muncul pada usia lanjut , yang disebutnya sebagai a series of
Is. Mulai dari immobility (imobilisasi), instability (instabilitas
dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment
(gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision
and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation
(depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga
immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh).Sumber lain
menyebutkan, penyakit utama yang menyerang lansia ialah hipertensi,
gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes
mellitus, gangguan fungsi ginjal dan hati. Juga terdapat berbagai
keadaan yang khas dan sering mengganggu lansia seperti gangguan
fungsi kognitif, keseimbangan badan, penglihatan dan
pendengaran.Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran
biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemuduran fisik,
antara lain :1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta
garis-garis yang menetap2. Rambut kepala mulai memutih atau
beruban3. Gigi mulai lepas (ompong)4. Penglihatan dan pendengaran
berkurang5. Mudah lelah dan mudah jatuh6. Gerakan menjadi lamban
dan kurang lincahDisamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif
antara lain :1. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik2.
Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal
yang baru saja terjadi3. Sering adanya disorientasi terhadap waktu,
tempat dan orang4. Sulit menerima ide-ide baruB.Masalah fisik
sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia1. Mudah jatuha. Jatuh
merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan
atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Ruben, 1996).b. Jatuh
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intrinsik:
gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan
sendi dan sinkope-dizziness; faktor ekstrinsik: lantai yang licin
dan tidak rata, tersandung oleh benda-benda, penglihatan kurang
karena cahaya yang kurang terang dan sebagainya.2. Mudah lelah,
disebabkan oleh :a.Faktor psikologis: perasaan bosan, keletihan,
depresib.Gangguan organis: anemia, kurang vitamin, osteomalasia,
dllc.Pengaruh obat: sedasi, hipnotik
Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alkohol,
penyakit metabolisme, dehidrasi, dsb Nyeri dada karena PJK,
aneurisme aorta, perikarditis, emboli paru, dsb Sesak nafas pada
waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan jantung, gangguan
sistem respiratorius, overweight, anemia Palpitasi karena gangguan
irama jantung, penyakit kronis, psikologis Pembengkakan kaki bagian
bawah karena edema gravitasi, gagal jantung, kurang vitamin B1,
penyakit hati, penyakit ginjal, kelumpuhan, dsb Nyeri pinggang atau
punggung karena osteomalasia, osteoporosis, osteoartritis, batu
ginjal, dsb. Nyeri sendi pinggul karena artritis, osteoporosis,
fraktur/dislokasi, saraf terjepit Berat badan menurun karena nafsu
makan menurun, gangguan saluran cerna, faktor sosio-ekonomi Sukar
menahan BAK karena obat-obatan, radang kandung kemih, saluran
kemih, kelainan syaraf, faktor psikologis Sukar menahan BAB karena
obat-obatan, diare, kelainan usus besar, kelainan rektum Gangguan
ketajaman penglihatan karena presbiopi, refleksi lensa berkurang,
katarak, glaukoma, infeksi mata Gangguan pendengaran karena
otosklerosis, ketulian menyebabkan kekacauan mental Gangguan tidur
karena lingkungan kurang tenang, organik dan psikogenik (depresi,
irritabilitas) Keluhan pusing-pusing karena migren, glaukoma,
sinusitis, sakit gigi, dsb Keluhan perasaan dingin dan kesemutan
anggota badan karena ggn sirkulasi darah lokal, ggn syaraf umum dan
lokal Mudah gatal-gatal karena kulit kering, eksema kulit, DM,
gagal ginjal, hepatitis kronis, alergiC.Karakteristik penyakit
lansia di indonesia1. Penyakit persendian dan tulang, misalnya
rheumatik, osteoporosis, osteoartritis2. Penyakit Kardiovaskuler.
Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac attack,
stroke, trigliserida tinggi, anemia, PJK3. Penyakit Pencernaan
yaitu gastritis, ulcus pepticum4. Penyakit Urogenital. Seperti
Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal Akut/Kronis, Benigna
Prostat Hiperplasia5. Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya;
Diabetes mellitus, obesitas6. Penyakit Pernafasan. Misalnya asma,
TB paru7. Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker8.
Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer,
parkinson, dsbD. Perubahan Anatomi dan Fisiologis pada
Kardiovaskuler1.Perubahan Anatomi Kardiovaskulera.Jantung
(Cor)Elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia.
Disertai dengan bertambahnya kaliber aorta. Perubahan ini terjadi
akibat adanya perubahan pada dinding media aorta dan bukan
merupakan akibat dari perubahan intima karena aterosklerosis.
Perubahan aorta ini menjadi sebab apa yang disebut isolated aortic
incompetence dan terdengarnya bising pada apex cordis. Penambahan
usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi) seperti organ
tubuh lain, tetapi malahan terjadi hipertropi. Pada umur 30-90
tahun massa jantung bertambah ( 1gram/tahun pada laki-laki dan 1,5
gram/tahun pada wanita). Pada daun dan cincin katup aorta perubahan
utama terdiri dari berkurangnya jumlah inti sel dari jaringan
fibrosa stroma katup, penumpukan lipid, degenerasi kolagen dan
kalsifikasi jaringan fibrosa katup tersebut. Daun katup menjadi
kaku, perubahan ini menyebabkan terdengarnya bising sistolik ejeksi
pada usia lanjut. Ukuran katup jantung tampak bertambah. Pada orang
muda katup antrioventrikular lebih luas dari katup semilunar.
Dengan bertambahnya usia terdapat penambahan circumferensi katup,
katup aorta paling cepat sehingga pada usia lanjut menyamai katup
mitral, juga menyebabkan penebalan katup mitral dan aorta.
Perubahan ini disebabkan degenerasi jaringan kalogen, pengecilan
ukuran, penimbunan lemak dan kalsifikasi. Kalsifikasi sering
terjadi pada anulus katup mitral yang sering ditemukan pada wanita.
Perubahan pada katup aorta terjadi pada daun atau cincin katup.
Katup menjadi kaku dan terdengar bising sistolik ejeksi.b.Pembuluh
Darah OtakOtak mendapat suplai darah utama dari Arteria Karotis
Interna dan a.vertebralis. Pembentukan plak ateroma sering dijumpai
didaerah bifurkatio kususnya pada pangkal arteri karotis interna,
Sirkulus willisii dapat pula terganggu dengan adanya plak ateroma
juga arteri-arteri kecil mengalami perubahan ateromatus termasuk
fibrosis tunika media hialinisasi dan kalsifikasi. Walaupun berat
otak hanya 2% dari berat badan tetapi mengkomsumsi 20% dari total
kebutuhan oksigen komsumsion. Aliran darah serebral pada orang
dewasa kurang lebih 50cc/100gm/menit pada usia lanjut menurun
menjadi 30cc/100gm/menit.Perubahan degeneratif yang dapat
mempengaruhi fungsi sistem vertebrobasiler adalah degenerasi discus
veterbralis (kadar air sangat menurun, fibrokartilago meningkat dan
perubahan pada mukopoliskharid). Akibatnya diskus ini menonjol ke
perifer mendorong periost yang meliputinya dan lig.intervertebrale
menjauh dari corpus vertebrae. Bagian periost yang terdorong ini
akan mengalami klasifikasi dan membentuk osteofit. Keadaan seperti
ini dikenal dengan nama spondilosis servikalis.Discus
intervertebralis total merupakan 25% dari seluruh collumna
vertebralis sehingga degenerasi diskus dapat mengakibatkan
pengurangan tinggi badan pada usia lanjut. Spondilosis servikalis
berakibat 2 hal pada a.vertebralis, yaitu:1)Osteofit sepanjang
pinggir corpus vetebrales dan pada posisi tertentu bahkan dapat
mengakibatkan oklusi pembuluh arteri ini.2)Berkurangnya panjang
kolum servikal berakiabat a.verterbalies menjadi berkelok-kelok.
Pada posisi tertentu pembuluh ini dapat tertekuk sehingga terjadi
oklusi.Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada
usia lanjut seperti telah diuraikan diatas, dapat dimengerti bahwa
sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan terhadap
perubahan-perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun fungsi
jantung dan bahkan fungsi otak
c.Pembuluh Darah Perifer.Arterosclerosis yang berat akan
menyebabkan penyumbatan arteria perifer yang menyebabkan pasokan
darah ke otot-otot tungkai bawah menurun hal ini menyebabkan
iskimia jaringan otot yang menyebabkan keluhan
kladikasio.2.Perubahan Fisiologis
Kardiovaskulera.Perubahan-perubahan yang terjadi pada Jantung1)Pada
miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin
(aging pigment) pada serat-serat miokardium.2)Terdapat fibrosis dan
kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi rangka dari jantung.
Selain itu pada katup juga terjadi kalsifikasi dan perubahan
sirkumferens menjadi lebih besar sehingga katup menebal. Bising
jantung (murmur) yang disebabkan dari kekakuan katup sering
ditemukan pada lansia.3)Terdapat penurunan daya kerja dari nodus
sino-atrial yang merupakan pengatur irama jantung. Sel-sel dari
nodus SA juga akan berkurang sebanyak 50%-75% sejak manusia berusia
50 tahun. Jumlah sel dari nodus AV tidak berkurang, tapi akan
terjadi fibrosis. Sedangkan pada berkas His juga akan ditemukan
kehilangan pada tingkat selular. Perubahan ini akan mengakibatkan
penurunan denyut jantung.4)Terjadi penebalan dari dinding jantung,
terutama pada ventrikel kiri. Ini menyebabkan jumlah darah yang
dapat ditampung menjadi lebih sedikit walaupun terdapat pembesaran
jantung secara keseluruhan. Pengisian darah ke jantung juga
melambat.5)Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan
interstisial. Hal ini disebabkan karena menurunnya perfusi jaringan
akibat tekanan diastolik menurun.b.Perubahan-perubahan yang terjadi
pada Pembuluh darah1)Hilangnya elastisitas dari aorta dan
arteri-arteri besar lainnya. Ini menyebabkan meningkatnya
resistensi ketika ventrikel kiri memompa sehingga tekanan sistolik
dan afterload meningkat. Keadaan ini akan berakhir dengan yang
disebut Isolated aortic incompetence. Selain itu akan terjadi juga
penurunan dalam tekanan diastolik.2)Menurunnya respons jantung
terhadap stimulasi reseptor -adrenergik. Selain itu reaksi terhadap
perubahan-perubahan baroreseptor dan kemoreseptor juga menurun.
Perubahan respons terhadap baroreseptor dapat menjelaskan
terjadinya Hipotensi Ortostatik pada lansia.3)Dinding kapiler
menebal sehingga pertukaran nutrisi dan pembuangan
melambat.c.Perubahan-perubahan yang terjadi pada Darah1)Terdapat
penurunan dari Total Body Water sehingga volume darah pun
menurun.2)Jumlah Sel Darah Merah (Hemoglobin dan Hematokrit)
menurun. Juga terjadi penurunan jumlah Leukosit yang sangat penting
untuk menjaga imunitas tubuh. Hal ini menyebabkan resistensi tubuh
terhadap infeksi menurun.E. Penyakit Kardiovaskuler yang sering
terjadi pada lansia
1.HipertensiHipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah
sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik
lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya
elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani,
hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah
(arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal
2.Penyakit jantung koronerPenyempitan pembuluh darah jantung
sehingga aliran darah menuju jantung terganggu. Gejala umum yang
terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga
kebingungan.
3.DisritmiaInsidensi disritmia atrial dan ventrikuler maningkat
pada lansia karena perubahan struktural dan fungsional pada
penuaan. Masalah dipicu oleh disritmia dan tidak terkoordinasinya
jantung sering dimanifestasikan sebagai perubahan perilaku,
palpitasi, sesak nafas, keletihan, dan jatuh
4.Penyakit Vaskular PeriferGejala yang paling sering adalah rasa
terbakar, kram, atau nyeri sangat yang terjadi pada saat aktivitas
fisik dan menghilang pada saat istirahat. Ketika penyakit semakin
berkembang, nyeri tidak lagi dapat hilang dengan istirahat. Jika
klien mempertahankan gaya hidup yang kurang gerak, penyakit ini
mungkin telah berlanjut ketika nyeri pertama muncul. Tanda dan
gejala lain yaitu ekstremitas dingin, perubahan trofik (misalnya
kehilangan rambut yang tidak seimbang, deformitas kuku, atrofi
jari-jari dari anggota gerak yang terkena), tidak terabanya denyut
nadi, dan mati rasa.
5.Penyakit Katup JantungManifestasi klinis dari penyakit katup
jantung bervariasi dari fase kompensasi sampai pada fase
pascakompensasi. Selama fase kompensasi tubuh menyesuaikan
perubahan pada struktur dan fungsi katup, menghasilkan sedikit
tanda dan gejala yang muncul. Lnsia dapat turut berperan dalam fase
ini melalui peningkatan gaya hidup yang menghabiskan sebagian besar
waktunya dengan kurang gerak yang menempatkan tuntutan kebutuhan
yang lebih kecil pada jantung untuk curah jantungnyaBila fase
pascakompensasi dicapai, biasanya mengindikasikan disfungsi yang
berat pada katup yang terpengaruh. Gejalanya bervariasi bergantung
pada katup yang terlibat tetapi secara umum terdiri atas dispnea
pada saat beraktivitas, nyeri dada tipe agina, dan gejala-gejala
jantung kanan atau kiri atau keduanya. Murmur secara khas tedengar
pada saat auskultasi
D.Penatalaksanaan
1. Pencegahan PrimerStudi prevalensi menunjukkan tingginya
insidensi dari faktor resiko untuk penyakit kardiovaskuler di
antara lansia. Peningkatan kerangka penelitian mendukung
keefektifan suatu pendekatan yang agresif untuk mengurangi faktor
resiko sebagai suatu mekanisme untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas yang dihubungkan dengan penyakit kardiovaskuler dalam
kelompok usia ini. Peningkatan kualitas hidup telah ditunjukkan
melaui upaya-upaya untuk meningkatkan aktivitas fisik secara
teratur dan mengurangi merokok.a.MerokokMerokok temabakau mempunyai
efek berbahaya bagi jantung dengan menurunkan kadar HDL,
meningkatkan adhesivitas trombosit dan kadar fibrinogen, mengganti
oksigen pada molekul hemoglobin dengan karbondioksida, meningkatkn
konsumsioksigen miokardium, dan menurunkan ambang batas fibrilasi
ventrikel selama infark miokardium. Oleh karena itu, semua pemberi
pelayanan kesehatan harus memberikan pendidikan tentang aspek
membahayakan dari merokok dan keuntungan yang diperoleh dengan
berhenti merokok pada usia berapapun
b.HiperlipidemiaKadar kolesterol total meningkat secara bertahap
seiring bertambahnya usia. Bukti peningkatan tingginya kadar
kolesterol LDL dan rendahnya kadar kolesterol HDL adalah prediktor
yang penting untuk penyakit arteri koroner baik pada pria ataupun
wanita yang berusia di atas 65 tahun. Untuk lansia denagn penyakit
koroner, peningkatan kolesterol pada dasarnya meningkatkan resiko
terjadinya kembali infark miokardium atau kematian. Penurunan kadar
kolesterol melalui diet rendah lemak telah terbukti efektif pada
lansia. Bagi mereka yang tidak memperoleh efek yang diinginkan
melalui penatalaksanaan diet, terapi obat direkomendasikan
c.Diabetes mellitus dan ObesitasPengurangan berat badan sangat
bermanfaat bukan saja untuk diabetes tetapi juga untuk hipertensi
dan hiperlipidemia yang menyertainya. Lansia yang menderita
diabetes dan obesitas perlu didukung dan didorong untuk
mengendalikan diabetesnya secara efektif, untuk mengikuti diet
penurunan berat badan secara tepat, atau keduanya untuk mengurangi
risiko penyakit kardiovaskuler
d.Gaya Hidup MonotonPada lansia terjadi penurunan tonus otot,
kehilangan massa otot tak berlemak, yang digntikan dengan jaringan
lemak, dan peningkatan resiko penyakit jantung. Upaya pencegahan
primer yang ditujukan untuk malawan resiko ini harus difokuskan
pada perubahan sikap tentang pentingnya aktivitas fisik secara
teratur untuk semua usia dan meningkatkan kepercayaan bahwa ada
program aktivitas yang sesuai untuk semua orang, tanpa mengabaikan
tingkat kebugaran saat ini atau adanya penyakit yang menyertai.
e.HipertensiPencegahan primer dari hipertensi esensial terdiri
atas mempertahankan berat badan ideal, dietrendah garam,
pengurangan stress dan latihan aerobik secara teratur. Deteksi dini
dan penatalaksanaan hipertensi yang efektif penting untuk mencegah
terjadinya penyakit jantung hipertensif
f.Kondisi setelah menopausePencegahan penyakit kardiovaskular
pada wanita lansia memfokuskan pada metode sulih estrogen. Walaupun
sulih estrogen efektif dalam membentu mengubah lipid pada wanita
pascamenopouse tetapi teknik ini bukannya tanpa resiko, khususnya
resiko kanker endometrium. Penembahan progesteron dalam regimen
estrogen dapat mencegah konsekuensi keganasan dan nonkeganasan dri
estrogen yang tidak dapt dilawan.
2. Pencegahan sekunder
a.Riwayat dan Pengkajian FisikPengkajian fisik yang menunjukkan
indikasi adanya masalah sistem kardiovaskular adalah perfusi organ
akhir yang buruk. Lansia dengan perfusi ginjal yang buruk pada
keadaan tidak memiliki penyakit ginjal dapat mengalami penurunan
haluaran urin selama lebih dari 24 jam. Tanda dan gejala tidak
adekuatnya perfusi perifer dapat bervariasi dari kulit yang terasa
dingin ketika disentuh, dengan menurunnya pengisian kapiler, sampai
penemuan kronis seperti pingsan atau tidak adanya denyut nadi
perifer, kehilangan rambut pada ekstremitas yang tidak proporsional
dan ulkus yang sulit untuk sembuh. Edeme juga memiliki sumber
nonkardiak yang memerlukan pembedaan untuk lansia. Perbedaan kunci
termasuk distribusi cairan yang terakumulasi dan variasi
diurnalnya. Edema yang berasal dari penyakit jantung merupakan
edema yang lembut dan meninggalkan bekas cekungan bila ditekan,
memiliki distribusi yang simetris, dan melibatkan bagian tubuh yang
dependent.Auskultasi bunyi jantung pada lansia serig sulit karena
perubahan emfisema senilis pada dinding dada. Jika buyi jantung
terdengar jauh atau sulit didengar, klien mungkin diposisikan
miring pada sisi kirinya dengan lengan kiri menopang kepala.Dalam
pengkajian jantung pada lansia, abnormalitas harus
diinterpretasikan dengan hati-hati. Walaupun merupakan suatu
parameter pengkajian yang rutin, pengukuran tekanan darah secara
akurat sangat penting untuk menghindari masalah yang berhubungan
dengan penanganan hipertensi yang tidak perlu. Memberikan perhatian
ketat terhadap detail ukuran manset dan terhadap aktivitas sebelum
pengukuran dan mempertahankan teknik yang konsisten sangat penting
untuk memperoleh hasil yang akurat.
b.Penatalaksanaan Keperawatan1)Mengurangi Beban Kerja
JantungBerbagai upaya keperawatan dapt turut berperan dalam
mengurangi beban krja jantung dan sistem kardiovaskuler.
Menyeimbangkan istirahat dan aktivitas dapat membentu
mempertahankan tonus otot dan penggunaan oksigen secara efisien,
yang dapat menurunkan kebutuhan jaringan terhadap darah yang
mengandung oksigen.Untuk mencapai keseimbangan ini aktivitas harus
terjadwal sepanjang hari.Aplikasi langsung dari penambahan oksigen
juga menurunkan beban kerja jantung dengan meningkatkan jumlah
oksigen yang dibawa oleh molekul hemoglobin. Tindakan-tindakan
untuk menurunkan ansietas membantu menghentikan pelepasan
katekolamin yang bersikulasi yang dapat meningkatkan tuntutan
kebutuhan jantung. Dengan mengurangi sirkulasi volume klien melalui
pembatasan cairan atau pembatasan natrium atau keduanya atau
melalui pemberian diuretik, volume darah totl yang harus dipompa
oleh jantung telah berkurang. Tindakan keperawatan dependen untuk
mengurangi beban kerja jantung terdiri dari pemberian agens
penghambat adrenergik untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokardium
dan obat-obatan seperti vasodilator untuk mengurangi resistensi
pembuluh darah perifer dari sistem arteri.
2)Peningkatan FungsiFungsi jantung yang efektif memerlukan
keseimbangan yang baik antara kontraktilitas serta kecepatan dan
irama yang teratur. Upaya-upaya keperawatan untuk meningkatkan
kontraktilitas termasuk memantau keseimbangan elektrolit dan
memberikan suplemen yang diperlukan, memastikan keadekuatan aliran
balik darah vena melalui pemantauan tekanan darsh dan keseimbangan
darah dan keseimbangan cairan secara hati-hati, dan memberikan
obat-obat kardiotonik seperti preparat digitalis.Tindakan
keperawatan yang kritis untuk populasi ini adalah pengkajian secara
hati-hati pada efek samping atau efek yang lain yang tidak
diinginkan dari preparat digitalis. Karena lansia secara spesifik
sangat sensitif terhadp efek toksik dari obat-obatan ini, mereka
memerlukan pengkajian yang berkelanjutan. Ahli genetik sering
memberikan digoksin dosis pedriatik bagi lansia untuk memberikan
dosis satu kali sehari tanpa memicu keracunan. Obat-obat yang
mungkin diresepkan bersama digoksin (misalnya quanidin, verapamil,
dan pada tingkatan yang lebih sedikit, nifidepin) meningkatkan
kadar serum digitalis. oleh karena itu, lansia yang menerima
obat-obatan kombinasi tersebut harus sering diobservasi untuk
mengetahui adanya gejala-gejala overdosis.Kecepatan dari irama
jantung yang teratur sangat penting untuk fungsi yang efektif.
Lansia sering memerlukan agens antidisritmia untuk menstabilkan
denyut dan irama jantungnya karena hilangnya sel-sel pace-maker
dalam nodus sinoatrial atau nodus attrioventrikular. Walaupun
obat-obatan ini umumnya diresepkan, kebutuhan klien akan
obat-obatan tersebut harus ditinjau ulang secara teratur karena
adanya efek samping yang terjadi dengan penggunaan dalam waktu yang
lama. Selain itu, penggunaan alat pacu jantingkatkan kemampuan
jantung secara keseluruhan pada lansia yang mengalami sick sinus
syndrome atau gejala bradikardia dan meningkatkan toleransi mereka
terhadap aktivitas. Biasanya lansia, beradaptasi dengan baik
terhadap penggunaan alat-alat ini dengan bantuan dan dukungan
minimal.Elemen kuci untuk pendokumentasian termasuk perkembangan
dan resolusi tanda dan gejala dari gangguan dan respons klien
terhadap terapi. Perubahan yang menyertai dalam mentasi atau
peningkatan napas yang pendek selama aktivitas dapat
mengindikasikan efek obat yang tidak diinginkan atau lebih
memburuknya kondisi jantung. Bunyi nafas harus diauskultasi dan
dicatat secara teratur. Keseimbangan cairan selama 24 jam adalah
indikator awal dan sensitif terhadap perubahan status jantung (pada
keadaan tidak adanya kegagalan ginjal), dan karenanya harus dipanta
secara teratur, karena hubungan nilai-nilai tersebut terhadap
berfungsinya sistem kardiovaskular secara efktif.Pendokumentasian
respons klien terhadap aktivitas sangat penting. Denyut jantung dan
tekanan darah dicatat sebelum, selama dan setelah aktivitas. Jumlah
aktivitas harus dihitung (yaitu dalam menit atau jumlah
langkah-langkah yang dilakukan) untuk memberikan kesempatan dalam
pengkajian dari kemajuan klien selama beberapa waktu. Selain itu,
persepsi klien terhadap tingkat aktifitas, dari yang ringan sampai
yang paling berat, merupakan ukuran dari beban jantung.
E.Diagnosis Keperawatan dan Rencana Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama yang dihubungkan dengan sistem
kardiovaskular adalah penurunan jantungHasil yang
diharapkan1.Kecepatan dan irama jantun teratur2.Tanda-tanda vital
berada dalam batas normal3.Suara paru bersih4.Denyut nadi perifer
teraba5.Pengisian kapiler cepat6.Kesadaran dan orientasi terhadap
lingkungan sekitarnya7.Tidak ada edema8.Nilai-nilai laboratorium
normal9.Haluaran urin sebanding asupan cairan (dikurangi kehilangan
cairan yang tidk dirasakan)10.Tidak ada nyeri dada atau dispnea
pada aktifitas minimal
Tindakan keperawatanKaji secara teratur bukti-bukti untuk
mengetahui hasil yang diharapkan1.Seimbangkan istirahat dan
aktivitas2.Dukung klien untuk melakukan AKS sesuai kemampuan (bantu
klien sesuai kebutuhan)3.Pantau respons terhadap program latihan
awal dan lanjutan4.Berikan oksigen tambahan (jika
diperlukan)5.Kurangi ansietas dengan cara:a.Gunakan dengan
pendekatan dengan tenang dan meyakinkanb.Berikan informasi ketika
klien menunjukan kesiapannyac.Hilangkan nyeri secepatnyad.Gunakan
sentuhan dan kontak matae.Berikan tindakan-tindakan yang memberikan
rasa nyaman6.Pertahankan sirkulasi volume darah yang adekuat dengan
cara:a.Atur asupan cairan.b.Batasi asupan natrium (jika
diperlukan)c.Tinggikan kaki dan tungkai bawah ketika dudukd.Gunakan
kaus kaki penekan tirang baringe.Pastikan asupan nutrisi
memadai.
3. Pencegahan TersierUntuk menyeimbangkan masalah kardiovaskular
kronis dengan gaya hidup memerlukan pengetahuan tentang bagaimana
cara menyeimbangkan suplai energi tubuh dengan kebutuhan.
Penyesuaian mungkin diperlakukan baik pada gaya hidup maupun
lingkungan untuk memastikan bahwa jantung lansia dapat memenuhi
kebutuhan darah yang mengandung oksigen untuk tubuh.Suatu program
untuk membantu keseimbangan ini dimulai melalui pengkajian personal
klien, faktor risiko yang dapat diubah. Suatu pemahaman tentang
kesediaan dan kemampuan klien untuk mengikuti rencana perawatan
yang diberikan akan mengarahkan tindakan keperawatan. Sebagian
lansia berseduia untuk membuat penyesuaian terhadap gaya hidup
mereka ketika mereka telah memahami secara keseluruhan tentang
rekomendasi tersebut dan alasanya. Namun upaya untuk memksa
perubahan gaya hidup secara radikal dan multiple biasanyan hanya
menghasilkan kegagalan. Melibatkan klien dalam menetapkan prioritas
untuk perubahan tujuan jangka pendek dapat mengembangkan saling
ketergantungan dan meningkatkan harga diri klien. Setiap usaha
untuk memodifiksi perilaku, tidak peduli sekecil apapun, harus
didukung karena hal tersebut menggambarkan perkembangan kearah
pencapaian tujuan jangka panjang.Perawat perlu menerima hak klien
untuk memilih dengan tindakan mengubah kebiasaan tertentu yang
telah dilakukan sepanjang hidupnya seperti merokok atau makan
makanan yang tinggi lemak. Perawat memiliki tanggung jawab untuk
menjelaskan dan mengajarkan isi dengan suatu cara yang dapat
dipahami dan diterima oleh klien. Namun, bila pemahaman telah
tercapai prinsip penentuan diri sendiri yang akan mendorong hak
indivisu setiap orang untuk menerima atau menolak hal-hal yang
telah diajarkan tersebut.Pengetahuan klien tentang obat-obatan,
diet dan rencana latihannya harus dikaji dan ditambahkan sesuai
dengan kebutuhan. Perawat harus meminta klien untuk menggambarkan
kegiatanya pada hari-hari dalam satu minggu tertentu dan akhir
minggu tertentu. Setiapm aspek rencana perawatan harus didiskusikan
dalam rangka memadukan rencana tersebut kedalam rutinitas yang
telah dilakukan klien sehari-hari. Saran yang tidak jelas
mengkonsumsi obat tiga kali perhari dengan makanan dapat kurang
memiliki arti atau membingungkan bagi lansia yang hanya makan satu
kali sehari. Selain itu, setiap klien harus memahami tanda dan
gejala kondisi yang memburuk dan memiliki rencana untuk memperoleh
bantuan medis jika diperlukan.Perawat harus mengkaji kebutuhan
klien untuk membantu AKS dan AKS instrumental. Apakah bantuan
tersedia bagi keluarga, teman atau kelompok masyarakat? Pakah
bentuk-bentuk bagian ini dapat diperoleh oleh klien? Study
sebelumnya telah menunjukan bahwa kuarang teapatnya rencana
pemulangan menghasilkan sumber-sumber yang tidak adekuat untuk
mediasi, makanan dan transpotasi, juga kurangnya pemahaman tentang
program pengobatan, hasilnya adalah tingginya tingkat perawatan.
Kembali pada lansia dengan gagal jantung kongesti. Suatu rujukan
pada pelayanan sosial atau lembaga kesehatan rumah mungkin
diperlukan untuk memastikan bahwa klien mendapatkan dukungan yang
diperlukan untuk membantu gaya hidup yang dapat meningkatkan
kesehatan.Pemeliharaan masalah kardiovaskular yang berkelanjutan
dapat dipandang sebagai suatu tindakan keseimbangan. Banyak lansia
yang mendapatkan keuntungan dari program rehabilitasi jantung
tertruktur, yang menawarkan bantuan dalam mencapai keseimbangan
yang diperlukan setelah serangan jantung atau ketika mengelola efek
jangka panjang dari penyakit kardiovaskular.Suatu program
rehabilitasi jantung yang terstrukstur biasanya dimulai dengan
aktifitas dini dan progresif segera setalah sistem kardiovaskular
stabil.elemen pendidikan ditawarkan ketika klien menunjukan
kesiapan untuk belajar. Program dilanjutkan dengan mengawasi
komponen latihan. Efek sinergis dari berpartisipasi dalam suatu
program dengan orang lain dlam kondisi yang hampir sama dapat
mengurangi rasa takut dan isolasi yang sering menyertai kondisi
tersebut. Motivasi untuk membuat perubahan gaya hidup yang
diperlukan adalah suatu tujuan kunci dari rehabilitasi jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Bandiyah, Siti. 2009.Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik.
Yogyakarta: Nulia MedikaStanley, Mickey. 2006.Buku Ajar Keperawatan
Gerontik. Jakarta: EGC.
BAB IPENDAHULUANA.Latar BelakangSeorang dapat dinyatakan sebagai
seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai
umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah
sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah
dari orang lain. Lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak
dapat dihindari dari usia manusia sebagai makhluk hidup yang
terbatas oleh suatu putaran alam dengan batas usia 55 tahun /
lebih.Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan
pada sistem peredaran darah yang sering terdapat pada usia
pertengahan atau lebih, yang ditandai dengan tekanan darah lebih
dari normal. Hipertensi menyebabkan perubahan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan makin meningkatnya tekanan darah.Dari banyak
penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur
hipertensi menjadi masalah pada lansia karena sering ditemukan pada
lansia. Pada lansia hipertensi menjadi faktor utama payah jantung
dan penyakit jantung koroner. Lebih dari separuh kematian di atas
usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskular.
Secara nyata kematian akibat stroke dan morbiditas penyakit
kardiovaskuler menurun dengan pengobatan hipertensi
B.Tujuan1.Mengetahui definisi dari hipertensi pada lansia2.Dapat
menjelaskan penyebab terjadinya hipertensi pada lansia.3.Mampu
menjelaskan patofisiologi hipertensi pada lansia4.Mengetahui askep
lansia dengan hipertensi
C.Manfaata)Memahami definisi dari hipertensi pada
lansiab)Memahami penyebab terjadinya hipertensi pada
lansia.c)Memahami patofisiologi hipertensi pada lansiad)Memahami
askep lansia dengan hipertensiBAB IIPEMBAHASAN
1.PengertianHipertensi merupakan gangguan kesehatan yang
ditandai adanya tekanan sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolik
>90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
(Smeltzer,2001).Menurut WHO (1978), tekanan darah 160/95
mmHgdinyatakan sebagai hipertensi.
2.KlasifikasiKlasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya
dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :Hipertensi
essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnyaHipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan
oleh penyakit lainHipertensi pada usia lanjut dibedakan atas
:Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih
besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90
mmHg.
3.EtiologiHipertensi pada lansia dapat disebabkan oleh interaksi
bermacam-macam faktor, antara lain:oKelelahanoProses
penuaanoKeturunan oDiet yang tidak seimbangoStressoSosial
budayaPenyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahanperubahan pada :Elastisitas dinding aorta
menurunKatub jantung menebal dan menjadi kakuKemampuan jantung
memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun.
Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal
ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasiMeningkatnya resistensi pembuluh darah
periferMeskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut
adalah sebagai berikut :1.Faktor keturunanMenurut data dari
statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi2.Ciri perseoranganCiri perseorangan yang
mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:a.Umur (jika umur
bertambah maka TD meningkat)b.Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi
dari perempuan)c.Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit
putih)3.Kebiasaan hidupKebiasaan hidup yang sering menyebabkan
timbulnya hipertensi adalah :a.Konsumsi garam yang tinggi (melebihi
dari 30 gr)b.Kegemukan atau makan
berlebihanc.Stressd.Merokoke.Minum alcoholf.Minum obat-obatan
(ephedrine, prednison, epineprin)Sedangkan penyebab hipertensi
sekunder adalah :a)Glomerulonefritisb)Pielonefritisc)Nekrosis
tubular
akutd)Tumore)Vascularf)Aterosklerosisg)Hiperplasiah)Trombosisi)Aneurismaj)Emboli
kolestrolk)Vaskulitisl)Kelainan
endokrinm)DMn)Hipertiroidismeo)Hipotiroidismep)Sarafq)Stroker)Ensepalitiss)SGBt)Obatobatanu)Kontrasepsi
oralv)Kortikosteroid
4.Tanda dan gejalaTanda dan gejala hipertensi pada lansia secara
umum adalah :a)Sakit kepalab)Perdarahan hidungc)Vertigod)Mual
muntahe)Perubahan penglihatanf)Kesemutan pada kaki dan
tangang)Sesak nafash)Kejang atau komai)Nyeri dadaTanda dan gejala
pada hipertensi dibedakan menjadi :a)Tidak ada gejalaTidak ada
gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.b)Gejalayang
lazimSering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya
ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi
klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : mengeluh
sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual
muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
5.PatofisiologiMekanisme yang mengontrol konstriksi dan
relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla
diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.Pada saat bersamaan dimana sistem saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran
ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin
II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.Sebagai pertimbangan gerontologis
dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2001).Pada usia lanjut perlu
diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi palsu disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
6.KomplikasiAkibat atau komplikasi dari penyakit hipertensi yang
dapat terjadi pada lansia adalah :gagal jantunggagal ginjalstroke
(kerusakan otak)kelumpuhan.
7.Pemeriksaan Penunjang1.Hemoglobin / hematokritUntuk mengkaji
hubungan dari selsel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan faktorfaktor resiko seperti hiperkoagulabilitas dan
anemia2.BUNMemberikan informasi tentang perfusi
ginjal3.GlukosaHiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin
(meningkatkan hipertensi)4.Kalium serumHipokalemia dapat
megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek
samping terapi diuretik.5.Kalsium serumPeningkatan kadar kalsium
serum dapat menyebabkan hipertensi6.Kolesterol dan trigliserid
serumPeningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk adanya
pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)7.Pemeriksaan
tiroidHipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi8.Kadar aldosteron urin/serumUntuk mengkaji
aldosteronisme primer (penyebab)9.UrinalisaDarah, protein, glukosa
mengisyaratkan disfungsi ginjal atau adanya diabetes.10.Asam
uratHiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi11.Steroid urinKenaiakn dapat mengindikasikan
hiperadrenalisme12.IVPDapat mengidentifikasi penyebab
hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal/ureter.13.Foto dadaMenunjukkan obstruksi kalsifikasi pada
area katub, perbesaran jantung14.CT scanUntuk mengkaji tumor
serebral, ensefalopati15.EKGDapat menunjukkan pembesaran jantung,
pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi8.Penatalaksanaana.Pencegahan PrimerFaktor resiko
hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi,
obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan
untuk:Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga
agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus,
dsb.Dilarang merokok atau menghentikan merokok.Merubah kebiasaan
makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.Melakukan exercise
untuk mengendalikan berat badan.b.Pencegahan sekunderPencegahan
sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik
dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan
primer.Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol
secara normal dan stabil mungkin.Faktor-faktor resiko penyakit
jantung ischemik yang lain harus dikontrol.Batasi
aktivitas.Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang
berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah
dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :Terapi tanpa
ObatTerapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
DietDiet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah
:Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hrDiet
rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuhPenurunan berat
badanPenurunan asupan etanolMenghentikan merokokLatihan
FisikLatihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah
dianjurkan untuk penderita hipertensi. Macam olah raganya yaitu
isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan
lain-lainIntensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang
disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit
berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu
dan paling baik 5 x permingguEdukasi PsikologisPemberian edukasi
psikologis untuk penderita hipertensi meliputi
:TehnikBiofeedbackBiofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai
untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan
biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik
seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis
seperti kecemasan dan ketegangan.
Tehnik relaksasiRelaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileksPendidikan Kesehatan (Penyuluhan)Tujuan pendidikan
kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.Terapi
dengan ObatTujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi
akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan
hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter
Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION
AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat
ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.Pengobatannya meliputi :Step 1Obat pilihan pertama :
diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitorStep
2Alternatif yang bisa diberikan :Dosis obat pertama
dinaikkan.Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama.Ditambah
obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilatorStep 3
:Alternatif yang bisa ditempuh :Obat ke-2 diganti9.Asuhan
KeperawatanA.PengkajianAktifitas/ istirahatGejala : Kelemahan,
letih, nafas pendek, gaya hidup monotonTanda : Frekwensi jantung
meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
SirkulasiGejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner
aterosklerosis.Tanda : Kenaikan tekanan darah, tachycardi,
disrythmia, denyutan nadi jelas, bunyi jantung murmur, distensi
vena jugularisIntegritas EgoGejala : Riwayat perubahan kepribadian,
ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple
(hubungan, keuangan, pekerjaan)Tanda : Letupan suasana hati,
gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak,
otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola
bicaraEliminasiGejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (
infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal ), obstruksi.Makanan/
cairanGejala : Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/
turun), riwayat penggunaan diuretik.Tanda : Berat badan normal atau
obesitas, adanya oedem.NeurosensoriGejala : Keluhan pusing
berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.Tanda :
Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori,
perubahan retina optik. Respon motorik : penurunan kekuatan
genggaman tangan.Nyeri/ ketidaknyamananGejala : Angina, nyeri
hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.PernafasanGejala
: Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk
dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.Tanda : Bunyi nafas tambahan,
cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu
pernafasan.KeamananGejala : Gangguan koordinasi, cara brejalan.
B.Pemeriksaan DiagnostikHb: untuk mengkaji anemia, jumlah
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas).BUN: memberi informasi
tentang fungsi ginjal.
Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh
peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).Kalsium
serumKalium serumKolesterol dan trygliseridUrin analisaFoto dadaCT
ScanEKGC.Kemungkinan Diagosa Keperawatan1.Gangguan rasa nyaman
nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler
serebral.2.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi inadekuat3.Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan O2.4.Inefektif koping individu berhubungan dengan
mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi,
persepsi tidak realistic.5.Kurang pengetahuan mengenai kondisi
penyakitnya berhubungan dengan kurangn6.Resiko tinggi penurunan
curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh
darah.7.Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan
defisit lapang pandang, motorik atau
persepsi.D.Intervensi1.Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala)
b.d peningkatan tekanan vaskuler serebralTujuan: Menghilangkan rasa
nyeriKriteria hasil :Melaporkan ketidanyamanan hilang atau
terkontrol.Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.Intervensi
:Pertahankan tirah baring selama fase akut.R/ Meminimalkan
stimulasi dan meningkatkan relaksasi.Berikan tindakan
nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres
dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.R/ Tindakan yang
menurunkan tekanan vaskuler serebral, efektif dalam menghilangkan
sakit kepala dan komplikasinya.Hilangkan/minimalkan aktifitas
vasokontraksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya batuk
panjang, mengejan saat BAB.R/ Aktifitas yang meningkatkan
vasokontraksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan
vaskuler serebral.Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.R/
Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang
memperberat kondisi klien.Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll.R/ Analgetik menurunkan
nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis.
2.G3 pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake nutrisi inadekuatTujuan : kebutuhan nutrisi
terpenuhiKriteria Hasil :Klien menunjukkan peningkatan berat
badanMenunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat
badan idealIntervensi :Bicarakan pentingnya menurunkan masukan
lemak, garam dan gula sesuai indikasi.R/ Kesalahan kebiasaan makan
menunjang terjadinya aterosklerosis, kelebihan masukan garam
memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal
yang lebih memperburuk hipertensi.
Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.R/
Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit
terakhir..Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian
termasuk kapan dan dimana makan dilakukan, lingkungan dan perasaan
sekitar saat makanan dimakan.R/ Memberikan data dasar tentang
keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan,
membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien
telah/dapat mengontrol perubahan.Intruksikan dan bantu memilih
makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi
(mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging
berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).R/ Menghindari
makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah
perkembangan aterogenesis.Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai
indikasi.R/ Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diet individual.
3.Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2.Tujuan : tidak terjadi intoleransi
aktivitasKriteria Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas
yang di inginkan atau diperlukanMelaporkan peningkatan dalam
toleransi aktivitas yang dapat diukur.IntervensiKaji toleransi
pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter : frekwensi
nadi 20 x/menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD,
dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan,
berkeringat, pusing atau pingsan.R/Parameter menunjukan respon
fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indikator derajat
pengaruh kelebihan kerja jantung.Kaji kesiapan untuk meningkatkan
aktivitas contoh : penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil,
frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan
diri.R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk
memajukan tingkat aktivitas individual.Dorong memajukan
aktivitas/toleransi perawatan diri.R/ Konsumsi oksigen miokardia
selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang
ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba
pada kerja jantung.Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan
penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan
sebagainya.R/Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi
dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode
aktivitas.R/ Jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan
aktivitas dan mencegah kelemahan.
4.Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan
dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnya.Tujuan : Klien
menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai penyakitnyaKriteria
hasilMenyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment
pengobatan.Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan
komplikasi yang perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam
parameter normal.IntervensiKaji tingkat pemahaman klien tentang
pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan
akibat lanjut.R/ Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses
penyakit hipertensi dan mempermudah dalam menentukan
intervensi.Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko
kardivaskuler yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi
lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, pola
hidup penuh stress dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan
teratur). R/ Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan
dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta
ginjal.Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang
terdekat.R/ Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena
perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal
klien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan
prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan
pengobatan kontinyu, maka perubahan perilaku tidak akan
dipertahankan.Jelaskan pada klien tentang proses penyakit
hipertensi (pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan,
pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes.R/ Meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses penyakit
hipertensi.
5.Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokontriksi pembuluh darah.Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah
jantungKriteria Hasil :Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang
menurunkan tekanan darah/beban kerja jantungMempertahankan TD dalam
rentang individu yang dapat diterima,Memperlihatkan norma dan
frekwensi jantung stabil dalam rentang normal
pasien.IntervensiObservasi tekanan darahR/ Perbandingan dari
tekanan darah memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang
keterlibatan vaskuler.Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral
dan periferR/ Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis
mungkin teramati saat palpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokontriksi dan kongesti vena.Auskultasi
tonus jantung dan bunyi napas.R/ S4 umum terdengar pada pasien
hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3
menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya
krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder
terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.Amati warna kulit,
kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.R/ Adanya pucat,
dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan
dekompensasi/penurunan curah jantung.Berikan lingkungan yang
nyaman, tenang, kurangi aktivitas atau keributan ligkungan, batasi
jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.R/ Membantu untuk menurunkan
rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi.
Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.R/
Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek
tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.Kolaborasi dengan
dokter dalam pembrian terapi anti hipertensi dan diuretik.R/
Menurunkan tekanan darah.