48 Gambar 3.9 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter NO3 Tahun 2017 Pada grafik di atas menunjukan bahwa hasil pemantauan kandungan NO3 atau nitrat pada sumur-sumur di Kabupaten Kulon Progo masih berada pada kondisi normal namun terdapat 17 % dari total sampel penelitian telah tercemar nitrat dengan kandungan melebihi baku mutu. 5. Kadmium Kadmium dalam air merupakan logam yang bersumber dari beberapa hal, seperti erosi endapan alam, limpasan dari sampah baterai dan cat. Kandungan kadmium dalam air yang melebihi baku mutu dapat berpengaruh terhadap kesehatan karena dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal apabila dikonsumsi.
60
Embed
Gambar 3.9 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter NO3 ...dlh.kulonprogokab.go.id/files/BUKU II DIKPLHD KULON PROGO 2017... · parameter besi menunjukkan bahwa dari 12 tempat yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
48
Gambar 3.9 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter NO3 Tahun 2017
Pada grafik di atas menunjukan bahwa hasil pemantauan kandungan NO3
atau nitrat pada sumur-sumur di Kabupaten Kulon Progo masih berada pada
kondisi normal namun terdapat 17 % dari total sampel penelitian telah tercemar
nitrat dengan kandungan melebihi baku mutu.
5. Kadmium
Kadmium dalam air merupakan logam yang bersumber dari beberapa hal,
seperti erosi endapan alam, limpasan dari sampah baterai dan cat. Kandungan
kadmium dalam air yang melebihi baku mutu dapat berpengaruh terhadap
kesehatan karena dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal apabila dikonsumsi.
49
Gambar 3.10. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Kadmium Tahun 2017
Berdasarkan gambar di atas mengenai persentase sampel pada hasil uji
parameter kadmium menunjukkan bahwa kandungan kadmium yang sesuai
dengan baku mutu sebesar 100% dan tidak ada sampel yang menunjukkan
memliki kandungan kadmium yang melebihi baku mutu.
6. Besi
Besi merupakan logam yang sering dijumpai terkandung dalam air. Pada
dasarnya, zat besi sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Namun, apabila zat besi
yang terkandung dalam air sangat tinggi maka akan berdampak buruk bagi
kesehatan manusia, diantaranya yaitu rusaknya dinding usus serta iritasi pada
mata dan kulit. Tinggi rendahnya kandungan zat besi tergantung pada kondisi
struktur tanah di suatu tempat. Air dengan kandungan zat besi yang melebihi baku
mutu biasanya ditandai dengan warna yang lebih gelap dan mengeluarkan bau
yang tidak sedap.
50
Gambar 3.11. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Besi Tahun 2017
Berdasarkan Gambar di atas mengenai persentase sampel pada hasil uji
parameter besi menunjukkan bahwa dari 12 tempat yang menjadi sampel
penelitian, tidak ditemukan adanya kandungan zat besi yang tidak sesuai baku
mutu atau dengan kata lain seluruh sampel air tanah di Kabupaten Kulon Progo
sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan.
7. Timbal
Timbal merupakan unsur kimia yang bersumber dari kerak bumi namun
dapat pula bersumber dari aktifitas manusia. Unsur timbal dalam air tanah
dianggap aman jika kadarnya masih dibawah baku mutu. Sebaliknya jika
kandungan timbal diatas baku mutu maka dianggap berbahaya, khususnya bagi
tubuh manusia. Sumber pencemaran timbal sangat beragam, seperti kaca,
keramik, baterai, plastik, bahkan pipa air minum.
51
Gambar 3.12. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Timbal Tahun 2017
Gambar di atas mengenai persentase sampe pada hasil uji parameter
timbal menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya timbal yang melebihi baku
mutu yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kerak bumi maupun aktifitas manusia di lokasi penelitian tidak menghasilkan
kandungan timbal yang melebihi baku mutu pada air tanah.
8. Mangan
Mangan dapat ditemukan secara alami dalam air tanah dan air
permukaan. Pada umumnya mangan terbentuk bersamaan dengan zat besi.
Namun aktifitas manusia juga menjadi penyebab kontaminasi mangan di suatu
daerah. Konsentrasi mangan yang tinggi dapat mengubah warna air menjadi
hitam. Konsentrasi mangan yang tinggi tentu berbahaya bagi kesehatan
penduduk yang tendampak. Berikut disajikan persentase sampel pada hasil uji
parameter mangan.
52
Gambar 3.13. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Mangan Tahun 2017
Gambar di atas menunjukkan bahwa 67% sampel mengandung mangan
sesuai baku mutu, sedangkan 33% sampel mengandung mangan yang tidak sesuai
dengan baku mutu. Angka tersebut tentu menjadi perhatian khusus, karena
33% sampel mengandung mangan yang tidak sesuai dengan baku mutu yang
akan memberikan efek terhadap kesehatan penduduk yang mengkonsumsi air
tanah tersebut.
9. Seng (Zn)
Seng (Zn) dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk proses metabolisme.
Kebutuhan seng sangat bervariasi, namun kecukupan seng yang dianjurkan adalah
15 mg/hari. Menurut Peraturan Gubernur DIY Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kandungan seng dalam
sumber air minum tidak lebih dari 0,05 mg/L.
53
Gambar 3.14. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Seng Tahun 2017
Berdasarkan Gambar di atas menunjukkan bahwa 100% persen sumur
sampel di Kabupaten Kulon Progo mengandung seng di sesuai dengan baku mutu
dan tidak ditemukannya sampel dengan kandungan seng yang melebihi baku
mutu. Air dengan kandungan seng yang melebihi baku mutu akan berdampak
pada kesehatan, seperti anemi, kram perut dan iritasi kulit.
10. Klorida
Klorida merupakan suatu zat yang menyebabkan rasa asin pada air,
dimana semakin asin suatu air maka kandungan klorida nya semakin tinggi. Jika
suatu sangat asin atau memiliki kadar klorida yang tinggi maka air tersebut
tergolong tidak sehat dan tidak layak untuk dikonsumsi.
54
Gambar 3.15 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Klorida Tahun 2017
Gambar di atas tentang persentase sampel hasil pada hasil uji parameter
klorida menunjukkan bahwa dari 12 lokasi yang dijadikan sampel pengujian tidak
ditemukan adanya kandungan klorida yang melebihi baku mutu atau dengan kata
lain 100% sesuai baku mutu dan layak untuk dikonsumsi.
11. Sianida
Sianida merupakan gas yang keluar dari tanah dan dapat mencemari air
tanah. Sianida juga dapat dihasilkan dari adanya kegiatan manusia, seperti limbah
industri. Beberapa industri yang limbahnya dapat memperparah pencemaran
sianida pada air yaitu industri pupuk, batik dan emas. Semakin banyak kandungan
sianida dalam air, maka semakin tercemar pula air tersebut, begitu pula
sebaliknya.
55
Gambar 3.16. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Sianida Tahun 2017
Berdasarkan gambar di atas, hasil uji parameter sianida menunjukkan
tidak ada sampel air di Kabupaten Kulon Progo yang memiliki kandungan sianida
melebihi baku mutu atau dengan kata lain 100% sesuai baku mutu. Hal ini
menunjukkan kandungan sianida pada air tanah di Kulon Progo relatif aman dan
tidak tercemar.
12. Flourida
Fluorida adalah salah satu mineral yang dapat mencegah kerusakan gigi,
namun efek negatif kelebihan fluorida jika kandungan fluorida tidak dapat
dikeluarkan oleh tubuh akan merusak organ tubuh manusia. Berikut adalah
kandungan fluoride pada air tanah di Kabupaten Kulon Progo:
56
Gambar 3.17. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Fluorida Tahun 2017
Berdasarkan hasil uji sampel pada hasik uji parameter fluorida
menunjukkan bahwa seluruh sampel di Kabupaten Kulon Progo 100% sesuai baku
mutu dan tidak ditemukan adanya sampel yang mengandung fluorida tidak sesuai
baku mutu.
13. Nitrit
Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis
perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut yang
rendah. Selain itu nitrit juga dapat bersifat racun karena dapat bereaksi dengan
hemoglobin dalam darah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen.
57
Gambar 3.18. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Nitrit Tahun 2017
Hasil uji sampel menunjukkan 100% sampel air di Kabupaten Kulon
Progo mengandung nitrit sesuai baku mutu dan tidak ditemukan adanya sampel
yang mengandung nitrit tidak sesuai baku mutu. Hal ini menunjukkan seluruh
sampel air tergolong baik.
14. Sulfat
Sulfat dihasilkan oleh bakteri melalui oksida senyawa sulfida. Sulfat
dapat bersumber dari kegiatan manusia, seperti pembuangan limbah industry,
limbah laboratorium maupun limbah rumah tangga berupa air deterjen. Air yang
telah tercemar sulfat akan terasa pahit, berbeda dengan air yang tidak tercemar.
58
Gambar 3.19. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Sulfat Tahun 2017
Berdasarkan gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa sulfat yang
terkandung dalam air pada sampel air di Kabupaten Kulon Progo seluruhnya
sesuai baku mutu dan tidak ditemukan adanya air yang mengandung sulfat dan
tidak sesuai baku mutu.
15. Total Coliform
Total Coliform merupakan bakteri yang digunakan sebagai indiKator
dalam menentukan apakah suatu air terkontaminasi pathogen atau tidak, dimana
bakteri ini dapat menyebabkan penyakit kanker. Semakin banyak kandungan
coliform dalam air maka air tersebut semakin tercemar dan sangat tidak baik
kesehatan apabila dikonsumsi, terlebih jika dikonsumsi jangka panjang.
59
Gambar 3.2o. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Total Coliform Tahun
2017
Gambar di atas menunjukkan bahwa 58% sampel air di Kabupaten Kulon
Progo yang mengandung Total Coliform sesuai baku mutu, sedangkan 42%
sampel air mengandung total coliform tidak sesuai baku. Hal ini perlu menjadi
perhatian bersama mengingat air yang tercemar total coliform dapat berbahaya
bagi tubuh manusia apabila dikonsumsi secara terus menerus. Pencemaran
tersebut diperparah apabila terdapat adanya industri yang membuang limbahnya
sembarangan tanpa ada pemerosesan terlebih dahulu. Selain itu, limbah rumah
tangga juga berperan cukup besar dalam pencamaran air dari total coliform.
3.2.3. Kualitas Air Laut
Luas wilayah laut yang menjadi kewenangan Kabupaten KulonProgo
adalah 15.872 hektar (158,72 km2) dan mempunyai panjang pantai/pesisir yang
membujur dari barat (muara Sungai Bogowonto) ke timur (muara Sungai Progo)
sekitar 24,9 km dan lebar sekitar 1,5 km dibatasi Jalan Daendels.
Pesisir dan laut di wilayah Kabupaten KulonProgo telah dimanfaatkan
oleh masyarakat sebagai sumber penghidupan, seperti perikanan tangkap, tambak
udang, pertanian lahan pantai, peternakan dan jasa lingkungan, yaitu pariwisata
alam. Seperti halnya permasalahan lingkungan pesisir dan laut di daerah lain, di
KulonProgo terjadi penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran air oleh
60
kegiatan industri yang membuang limbahnya ke laut. Selain itu, kegiatan
pariwisata menyebabkan pencemaran dari sampah, juga kerusakan ekosistem
akibat penambangan dan pola penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan.
Kegiatan pertanian lahan pantai yang terlalu banyak menggunakan pupuk dan
pestisida serta pengambilan air tanah berlebihan juga menyebabkan degradasi
lingkungan pesisir.
Pengukuran kualitas air laut Kabupaten Kulon Progo dilakukan sebanyak
dua kali periode yaitu periode Maret dan Agustus. Pengukuran periode Maret
dilakukan padadua tempat yaituPantai Bugel dan Pantai Glagah. Sedangkan
periode Agustus dilakukan pada satu tempat yaitu Pantai Glagah. Pengukuran
kualitas air laut menggunakan tiga parameter yaitu parameter fisika, kimia, dan
biologi. Namun demikian pada pengukuran kualitas air laut tahun 2017 hanya
menggunakan dua parameter yaitu parameter fisika dan kimia. Parameter fisika
meliputi warna, bau, kekeruhan, TSS, dan temperatur. Parameter kimia meliputi
pH, salinitas, DO, BOD, amonia, sulfida, dan fenol.
1. Warna
Air laut memiliki warna yang bersumber dari kandungan sedimen,
kandungan zat organik dan anorganik yang terlarut pada air laut serta efek cahaya
yang diserap oleh air laut. Kekeruhan air laut menyebabkan penetrasi sinar
matahari lemah dan hanya dapat mencapai kedalaman antara 15 – 40 meter saja.
Sedangkan pada air yang jernih, sinar matahari dapat menembus hingga
kedalaman 200 meter. Warna air laut yang jernih ini merupakan lingkungan yang
baik bagi terumbu karang dan coral untuk berkembangbiak. Warna dinyatakan
dalam Pt-Co dengan nilai baku mutu sebesar 30 Pt-Co.
Tabel 3.35 Hasil Uji Parameter Warna Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten
Kulon Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl /bulan)
Warna
(Mt)
Baku Mutu
(Pt-Co)
1. Pantai Bugel 17 Maret 0,993 30
2. Pantai Glagah 17 Maret 0,812 30
3. Pantai Glagah 17 Agustus 1,4441 30
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
61
Tabel 3.9 menunjukkan parameter warna dibawah baku mutu, artinya air
dalam keadaan jernih sehingga sinar matahari dapat menembus air dan makhluk
hidup yang berada pada kedalaman air laut dapat memperoleh cahaya yang cukup
dan dapat berkembangbiak dengan baik.
2. Bau
Bau merupakan salah satu parameter fisik kualitas air laut. Adanya
pencemaran pada air laut akan menimbulkan bau yang menyengat. Artinya air
tersebut tidak baik untuk perkembangbiakan ikan maupun makluk hidup lain di
dalam dan di sekitar air laut. Hasil uji pada parameter bau ditahun 2017
menunjukkan air laut daerah Kabupaten Kulon Progo “tidak berbau” artinya air
laut dalam keadaan baik dan cocok untuk perkembangbiakan ikan dan terumbu
karang.
3. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan kandungan bahan organik maupun anorganik
yang terdapat di perairan dan berpengaruh terhadap proses kehidupan organisme
yang ada di perairan tersebut. Kekeruhan yang tinggi menyebabkan turunnya
kandungan oksigen. Hal ini disebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk
dalam perairan menjadi terbatas karena kekeruhan yang tinggi, sehingga
tumbuhan/phytoplanktonyang berada di dalam laut tidak dapat melakukan proses
fotosintesis untuk dapat menghasilkan oksigen.
Tabel 3.36 Hasil Uji Parameter Kekeruhan Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten
Kulon Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl/th/bulan)
Kekeruhan
(NTU)
Baku Mutu
(NTU)
1. Pantai Bugel 17 Maret 8,77 5
2. Pantai Glagah 17 Maret 5,68 5
3. Pantai Glagah 17 Agustus 12,9 5
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
Kekeruhan air laut di Pantai Bugel dan Pantai Glagah pada pengujian
kualitas air laut tahun 2017 menunjukan bahwa parameter kekruhan air laut
melebihi baku mutu yang ditetapkan. Keruhnya air laut pada pantai tersebut
disebabkan kondisi di Daerah Aliran Sungai (DAS) pada daerah hulu kurang baik.
62
Hal ini sebagai akibat terjadinya erosi yang kemungkinan disebabkan tutupan
pohon yang kurang memadai, pengambilan pasir yang intensif atau adanya
sampah di aliran sungai yang bermuara pada Pantai Bugel dan Glagah.
4. TSS
TSS atau Total Suspended Solid air laut adalah kandungan zat padat yang
tersuspensi dalam air laut, dapat berupa pasir, lumpur, tanah maupun logam berat
atau partikel tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik)
seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi ataupun komponen mati (abiotik)
seperti detritus dan partikel anorganik. Hasil uji TSS pada kualitas air laut di
Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.37 Hasil Uji Parameter TSS Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl/th/bulan) TSS (mg/L)
Baku Mutu
(mg/L)
1. Pantai Bugel 17 Maret 87,9 20
2. Pantai Glagah 17 Maret 76 20
3. Pantai Glagah 17 Agustus 126 20
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
Berdasarkan data dalam tabel di atas, diketahui bahwa konsentrasi TSS
air laut di Pantai Bugel dan Pantai Glagah Kabupaten Kulon Progo tahun 2017
telah melebihi baku mutu. Tingginya nilai TSS pada Pantai Bugel dan Pantai
Glagah dimungkinkan karena aktivitas wisata pada kedua pantai tersebut. Selain
itu kadungan TSS tinggi kemungkinan berasal dari muara sungai Serang yang
banyak membawa material terlarut dari daerah hulu. Bila dibandingakan dengan
data tahun 2016, nilai parameter TSS di patai Kulon Progo tahun 2017 tidak
kunjung membaik. Seluruh titik lokasi pemantauan menunjukan nilai angka yang
jauh melebihi batasan baku mutu parameter TSS yaitu 20 (mg/L). Diperlukan
pemantauan terhadap aktivitas pariwisata dan kondisi air sungai yang bermuara
pada pantai-pantai di Kabupaten Kulon Progo agar dapat menekan kandungan zat
padat yang larut dan menyatu dengan air laut.
63
5. Temperatur
Berikut hasil uji temperatur pada kualitas air laut di Kabupaten Kulon
Progo tahun 2017:
Tabel3.38 Hasil Uji Parameter Temperatur Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten
Kulon Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl/th/bulan) Temperatur(ºC)
1. Pantai Bugel 17 Maret 27,4
2. Pantai Glagah 17 Maret 26,8
3. Pantai Glagah 17 Agustus 26,8
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
Temperatur atau suhu air laut di wilayah Kabupaten Kulon Progo tahun
2017 menunjukkan angkaantara 26 sampai dengan 28C. Pada pengamatan dua
lokasi menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan
pengamatan dengan rentang waktu yang tidak terlalu jauh. Temperatur terendah di
adalah 26,8C, sedangkan temperatur adalah 27,4C. Tingginya temperatur air
laut sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari. Pada pagi hari temperatur
relatif masih rendah antara 25 - 26C, sedangkan pada siang hari temperatur
mengalami kenaikan menjadi 27 - 30C. Selain intensitas matahari, besarnya
temperatur juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, biasanya bila terjadi hujan
maka temperatur air laut akan turun. Hasil pengukuran temperatur tersebut masih
berada dalam batas normal, tidak ada kenaikan temperatur maupun penurunan
temperatur yang signifikan.
Pengaruh temperatur air laut terhadap lingkungan laut antara lain jumlah
oksigen terlarut, kecepatan reaksi kimia dan kehidupan binatang laut. Pada
temperatur normal maka kehidupan dan proses-proses kimia juga akan
berlangsung normal, dan sebaliknya pada temperatur yang lebih tinggi kecepatan
reaksi akan menjadi lebih cepat demikian pula sebaliknya, karena kenaikan
temperatur sebesar 10C akan meningkatkan kecepatan reaksi dua kali lipat.
6. Derajat Keasaman (pH)
Derajat Keasaman atau Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion hydrogen
dalam air. Air dianggap asam jika nilai pH kurang dari 7 dan dianggap basa jika
64
lebih dari 7. Baku Mutu pH untuk laut bahari berkisar antara 7 – 8,5, di luar nilai
itu berarti air laut mengalami pencemaran. Berikut hasil uji pH kualitas air laut di
Kabupaten Kulon Progo:
Tabel 3.39 Hasil Uji Parameter pH Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl/th/bulan) pH Baku Mutu
1. Pantai Bugel 17 Maret 7,79 7 – 8,5
2. Pantai Glagah 17 Maret 7,82 7 – 8,5
3. Pantai Glagah 17 Agustus 7,69 7 – 8,5
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
Berdasarkan hasil uji kadar parameter pH, air laut di Pantai Bugel dan
Pantai Glagah masih berada pada nilai ketetapan baku mutu. Artinya kondisi air
lautdi wilayah Kabupaten Kulon Progo tahun 2017 untuk parameter derajat
keasaman (pH) dalam kondisi baik untuk kehidupan makhluk hidup.
7. Salinitas
Salinitas merupakan kadar garam yang terkandung dalam air laut.
Berikut hasil uji salinitas air laut yang ada di Kabupaten Kulon Progo:
Tabel 3.40 Hasil Uji Parameter Salinitas Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten
Kulon Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl/th/bulan) Salinitas (‰)
Baku Mutu
1. Pantai Bugel 17 Maret 5,5 Alami
2. Pantai Glagah 17 Maret 5,8 Alami
3. Pantai Glagah 17 Agustus 32,4356 Alami
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
Hasil pengukuran salinitas air laut di Kulon Progo tahun 2016 adalah
37‰, sedangkan pada tahun 2017 salinitas tertinggi 32,4‰. Tidak ada batas
maksimal salinitas yang ditentukan, sehingga semua masih dalam batas alami
perairan. Keberadaan garam-garaman di laut mempengaruhi sifat fisik air laut,
seperti densitas, titik beku, temperatur, daya hantar listrik (konduktivitas) dan
tekanan osmosis.Semakin tinggi salinitas maka daya hantar listrik semakin tinggi
demikian juga tekanan osmosisnya.
65
Tinggi rendahnya salinitas ditentukan oleh tiga faktor, yaitu penguapan,
curah hujan dan banyak sedikitnya sungai yang bermuara. Semakin besar tingkat
penguapan air laut, maka kadar salinitasnya akan semakin tinggi. Di daerah tropis
seperti Indonesia, salinitas air di permukaan lebih rendah daripada di kedalaman
akibat tingginya curah hujan. Semakin banyak sungai yang bermuara ke laut maka
salinitas semakin rendah, demikian pula sebaliknya, karena sungai membawa air
tawar yang bersifat mengencerkan salinitas air laut.
8. DO (Dissolved Oxygen)
DO (dissolved oxygen) atau Oksigen terlarut disebut dengan kebutuhan
oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis
kualitas air. Nilai DO menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu
badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut
memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui
bahwa air tersebut telah tercemar.
Tabel 3.41 Hasil Uji Parameter DO Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl/th/bulan) DO (mg/L) Baku Mutu
1. Pantai Bugel 17 Maret 6.28 >5
2. Pantai Glagah 17 Maret 6.44 >5
3. Pantai Glagah 17 Agustus 6.92 >5
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
Kadar DO tahun 2016 di Patai wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah
6,25 mg/L, sedangkan pada tahun 2017 kadar DO tertinggi adalah 6,92 mg/L
dengan baku mutu minimal 5 mg/L. Hal ini menandakan bahwa kandungan
oksigen pada air laut di pantai wilayah Kabupaten Kulon Progo cenderung
meningkat. Tingginya kadar DO dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
pergerakan air di permukaan air, luas daerah permukaan perairan terbuka, tekanan
atmosfer dan presentase oksigen di sekelilingnya.
9. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD atau Biochemical Oxygen Demand merupakan suatu karakteristik
yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
66
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam
kondisi aerobik. BOD dapat diartikan sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang
digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon
terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai.
Tabel 3.42 Hasil Uji Parameter BOD Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl/th/bulan) BOD5 (mg/L) Baku Mutu
1. Pantai Bugel 17 Maret 0.03 10
2. Pantai Glagah 17 Maret 0.36 10
3. Pantai Glagah 17 Agustus 0.87 10
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
Konsentrasi BOD air laut di pantai wilayah Kulon Progo tahun 2016
adalah 0,43 mg/L, sedangkan tahun 2016 konsentrasi BOD tertinggiadalah 0,87
mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa BOD air laut masih jauh di bawah ambang
batas baku mutu yaitu 10 mg/L. Rendahnya kadar BOD menunjukkan bahwa
bahan pencemar organik yang mudah membusuk yang terkandung dalam air laut
masih dapat ditoleran, sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Kadar bahan
pencemar yang masih rendah secara alami akan mengalami proses swapentahiran
di perairan.
10. Amoniak
Amoniak merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4 pada pH
rendah dan disebut ammonium. Amoniak berasal dari air seni dan tinja, dari
oksidasi zat organis secara mikrobiologi yang berasal dari air alam atau air limbah
industri dan penduduk. Kadar amoniak yang tinggi dalam perairan
mengindikasikan adanya pencemaran, selain menimbulkan rasa tidak enak juga
bau yang tidak sedap. Dan hal yang lebih penting adanya amoniak tinggi akan
menyebabkan kematian ikan. Sifat toksik dari Amoniak ini juga bergantung
dengan pH air laut. Apabila pH rendah dan kadar Amoniak cukup tinggi maka
akan menyebabkan racun, tetapi jika pH tinggi, hanya dengan kadar amoniak yang
rendahpun sudah bersifat racun. Selain pH, toksisitas amoniak juga dipengaruhi
oksigen terlarut (DO). Dalam DO perairan yang tinggi, maka kadar amoniak akan
67
turun, sehingga semakin dalam air laut maka kadar amoniak semakin tinggi
sejalan dengan berkurangnya oksigen.
Berikut hasil uji kandungan amoniak pada kualitas air laut di Kabupaten
Kulon Progo:
Tabel 3.43 Hasil Uji Parameter Amoniak Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten
Kulon Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl/th/bulan)
Amoniak Total
(mg/L)
Baku Mutu
1. Pantai Bugel 17 Maret ≤0,0094 0
2. Pantai Glagah 17 Maret ≤0,0094 0
3. Pantai Glagah 17 Agustus 5 0
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
Hasil pengukuran kadar amoniak air laut di wilayah Kabupaten Kulon
Progo tahun 2017 adalah ≤ 0,0094 mg/L. Untuk laut wisata bahari tidak
diperkenankan mengandung amoniak. Kemungkinan amoniak berasal limbah
domestik di sekitar pantai, yaitu restoran dan kamar mandi/WC atau kegiatan
pertanian di daerah pesisir. Saat ini lahan pantai banyak yang digunakan untuk
pertanian lahan pantai yang membutuhkan banyak pupuk karena unsur hara di
daerah pasir pantai sangat minim. Akibat pemupukan yang intensif dan cukup
banyak tersebut menyebabkan tingginya amoniak yang meresap ke dalam tanah.
11. Sulfida
Sifat senyawa sulfida sangat berbahaya karena akan menyebabkan
kematian ikan pada konsentrasi 0,4 mg/L terhadap ikan salmon, dan 4 mg/L
terhadap jenis ikan lainnya. Toksisitas sulfida dapat mengalami penurunan jika pH
air laut meningkat dan suhu rendah, demikian pula sebaliknya, jika pH turun dan
suhu meningkat maka toksisitas sulfida akan bertambah.
Tabel 3.44 Hasil Uji Parameter Sulfida Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten
Kulon Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl/th/bulan)
Sulfida (H2s)
(mg/L)
Baku Mutu
1. Pantai Bugel 17 Maret 0.012 0
2. Pantai Glagah 17 Maret 0.012 0
3. Pantai Glagah 17 Agustus 0.006 0
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
68
Konsentrasi sulfida air laut di pantai wilayah Kabupaten Progo tahun
2016 yang dipantau adalah 0,11 mg/L sedangkan tahun 2017 yaitu 0,12 mg/L dan
0,006 mg/L dimana ambang batas yang diperkenankan di dalam air laut ini adalah
0 mg/L. Banyaknya kandungan sulfida tersebut masih dianggap normal karena
belum mencapai 0,4 mg/L yang mengakibatkan kematian ikan. Namun demikian
kenaikan kandungan sulfida pada tahun 2017 perlu diwaspadai karena kenaikan
kandungan sulfida dapat mengancam kehidupan ikan laut.
12. Fenol
Senyawa fenol sering ditemukan pada perairan laut yang merupakan
bahan polutan berasal dari tumpahan minyak mentah, tumpahan bahan bakar
kapal, maupun pembuangan limbah industri minyak bumi. Fenol menimbulkan
bau tidak sedap, bersifat racun dan korosif terhadap kulit (iritasi). Disamping itu
fenol menyebabkan gangguan pada manusia dan kematian organisme yang
terdapat pada air dengan nilai konsentrasi tertentu. Pada kadar fenol yang rendah
masih dapat didegradasi oleh mikroorganisme, namun jumlah dan
mikroorganisme pengurai fenol sangat terbatas pada kadar fenol yang tinggi.
Senyawa Fenol tidak diperbolehkan dalam perairan wisata laut bahari atau
ambang batasnya 0 mg/L. Kadar fenol air laut di lokasi pantai Kabupaten Kulon
Progo tahun 2016 sebesar 0,0001 mg/L, artinya melebihi baku mutu. Sedangkan
pada tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.45 Hasil Uji Parameter Fenol Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl/th/bulan) Fenol (mg/L) Baku Mutu
1. Pantai Bugel 17 Maret <0,0001 0
2. Pantai Glagah 17 Maret <0,0001 0
3. Pantai Glagah 17 Agustus 0.0226 0
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa kandungan fenol sebesar <0,0001
mg/L artinya masih diatas baku mutu. Namun demikian ada kenaikan kandungan
fenol dari tahun 2016 ke tahun 2017. Di lautan senyawa fenol dalam kadar rendah
dapat diuraikan oleh bakteri sehingga tidak bersifat toksik. Kehidupan bakteri
biodegradasi ini tergantung pada kualitas lingkungan yang baik, maka faktor-
69
faktor fisik dan kimia perairan turut menentukan dapat tidaknya terjadi proses
biodegradasi. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan
bakteri pendegradasi fenol adalah konsentrasi BOD, COD, DO, Salinitas, suhu
dan pH air laut.
3.2.4 Kualitas Air Danau/Waduk/Situ/Embung
Kabupaten Kulon Progo memiliki satu waduk dan beberapa embung
yang difungsikan sebagai penampung air guna memenuhi kebutuhan air
masyarakat sekitar. Berikut beberapa daftar rincian waduk dan embung yang ada
di Kabupaten Kulon Progo:
Tabel 3.46. Kondisi Danau/Waduk/Situ/Embung di Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2017
No. Nama
Danau/Waduk/Situ/Embung Luas (Ha)
Volume
(m3)
Danau - -
1. Tidak Ada - -
Waduk - -
1. Waduk Sermo 157 25.000.000
Situ - -
1. Tidak Ada - -
Embung - -
1. Embung Tangkisan I 0 35.000
2. Embung Tangkisan II 0 7.500
3. Embung Ngroto 0,3120 6.000
4. Embung Kayangan 0,15 6.000
5. Embung Dawetan 0,9438 4.000
6. Embung Penggung 1,5146 4.000
7. Embung Blubuk 0,9525 18.655
8. Embung Bogor 0 6.000
9. Embung Batur 0 8.900
10. Embung Kalibuko I dan Plampang 0 6.700
11. Embung Kedungromo 0 3.500
12. Embung Weden 0 3.500
13. Embung Cikli 0 3.000
14. Embung Sambeng 0 12.000
15. Embung Bibis 0 40.000
16. Embung Jurug 0 9.000
70
No. Nama
Danau/Waduk/Situ/Embung Luas (Ha)
Volume
(m3)
17. Embung Samigaluh 0 6.523
18. Embung Kleco 0 8.000
19. Embung Tonogoro 0 10.000
Keterangan : Tidak ada Danau dan Situ di Kabupaten Kulon Progo
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman
Kabupaten Kulon Progo, 2017
Waduk Sermo merupakan satu-satunya waduk yang terdapat di
Kabupaten Kulon Progo dengan luas 157 hektar dan berkapasitas 25 juta m3.
Waduk Sermo memiliki banyak manfaat khususnya bagi masyarakat sekitar, baik
dari segi ekonomi, pertanian maupun pariwisata. Masyarakat sekitar
memanfaatkan Waduk Sermo untuk mengairi lahan pertanian berupa budidaya
buah-buahan lokal seperti durian dan budidaya ikan tawar. Bukan hanya itu, untuk
mendukung kegiatan pariwisata dibangun pula fasilitas-fasilitas penunjang untuk
menarik minat kunjungan wisatawan.
Selain memiliki waduk, Kabupaten Kulon Progo juga memiliki embung
sebanyak 19. Beberapa embungdi Kabupaten Kulon Progo yaitu Embung Ngroto
dengan luas 0.3120 Ha dan volume 6,000 m3, kemudian Embung Kayangan
dengan luas 0.15 Ha dan volume 6,000 m3 serta Embung Penggung dengan luas
1.5146 dan volume 4,000 m3. Keberadaan embung tersebut berfungsi untuk
mengairi sawah sekitar dan penampung air disaat musim kemarau tiba.
3.3. Kualitas Udara
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo telah melakukan
pemantauan kualitas udara pada 8 titik lokasi yang tersebar di wilayah Kabupaten
Kulon Progo. Pemantauan dilakukan satu kali periode yaitu pada bulan November
2017. Berikut merupakan daftar lokasi dan hasil pemantauan kualitas udara
Kabupaten Kulon Progo.
Tabel 3.47. Lokasi 8 Titik PemantauanKualitas Udara Kabupaten Kulon Progo
2017
Nomor Lokasi Nama Lokasi
Lokasi 1 : Pertigaan Tugu Brosot, Galur, Kulon Progo
Lokasi 2 : Pertigaan Jangkaran, Temon, Kulon Progo
Lokasi 3 : Pro Liman Karangnongko, Jl. Khudori, Wates, Kulon Progo
Lokasi 4 : Pertigaan Ngeplang, Kulon Progo
Lokasi 5 : Perempatan Dekso, Kalibawang, Kulon Progo
71
Lokasi 6 : Pertigaan Tugu Brosot, Galur, Kulon Progo
Lokasi 7 : Pro Liman Karangnongko, Jl. Khudori, Wates, Kulon Progo
Lokasi 8 : Perempatan Dekso, Kalibawang, Kulon Progo
1. Parameter SO2
Nilai kandungan SO2 pada 8 titik memiliki nilai rata-rata 33,4125
µg/Nm3. Nilai terkecil kandungan SO2 yaitu 7,6 µg/Nm3 yang berada pada lokasi
Pro Liman Karangnongko, Jl. Khudori, Wates dan kandungan SO2 tertinggi yaitu
72,85 µg/Nm3 terdapat pada lokasi Perempatan Dekso, Kalibawang, Kulon
Progo. Dari semua pemantauan yang dilakukan pada 8 titik seluruh nilai pada
parameter SO2 masih berada pada nilai Baku Mutu yang ditetapkan.
2. Parameter CO
Nilai kandungan CO pada 8 titik memiliki nilai rata-rata 33,4125
µg/Nm3. Nilai terkecil kandungan CO yaitu 7,6 µg/Nm3 yang berada pada lokasi
Pro Liman Karangnongko, Jl. Khudori, Wates dan kandungan CO tertinggi yaitu
72,85 µg/Nm3 terdapat pada lokasi Perempatan Dekso, Kalibawang, Kulon
Progo. Dari semua pemantauan yang dilakukan pada 8 titik seluruh nilai pada
parameter CO masih berada pada nilai Baku Mutu yang ditetapkan.
3. Parameter NO2
Nilai kandungan NO2 pada 8 titik memiliki nilai rata-rata 23,68125
µg/Nm3. Nilai terkecil kandungan NO2 yaitu 15,91 µg/Nm3 yang berada pada
lokasi Perempatan Dekso, Kalibawang dan kandungan NO2 tertinggi yaitu
35,77µg/Nm3 terdapat pada lokasiPertigaan Ngeplang. Dari semua pemantauan
yang dilakukan pada 8 titik seluruh nilai pada parameter NO2 masih berada pada
nilai Baku Mutu yang ditetapkan.
4. Parameter TSP
Nilai kandungan TSP pada 8 titik memiliki nilai rata-rata 133,1988
µg/Nm3. Nilai terkecil kandungan TSP yaitu 80,52 µg/Nm3 yang berada pada
lokasi Pertigaan Tugu Brosot, Galur dan kandungan TSP tertinggi yaitu 203,35
µg/Nm3 terdapat pada lokasiPertigaan Ngeplang. Dari semua pemantauan yang
72
dilakukan pada 8 titik seluruh nilai pada parameter TSP masih berada pada nilai
Baku Mutu yang ditetapkan.
Gambar 3.22. Dokumentasi Pemantauan Kualitas Udara
Tabel 3.48 Konsentrasi Parameter Kebisingan Bulan Maret dan September
Tahun 2017
No. Nama Lokasi Konsentrasi dB (A) Baku Mutu
dB (A) Maret September
1 Pertigaan Tugu Brosot, Galur,
Kulon Progo 67,3 67,6 70
2 Pertigaan Jangkaran, Temon,
Kulon Progo 64,4
- 70
3 Pro Liman Karangnongko, Jl.
Khudori, Wates, Kulon Progo 71,5* 70,8* 70
4 Pertigaan Ngeplang, Kulon
Progo 74,2*
- 70
5 Perempatan Dekso,
Kalibawang, Kulon Progo 68,7 65,4 70
Sumber : Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
Keterangan : warna merah * : Melebihi Baku Mutu.
Parameter yang melebihi baku mutu udara ambien dalam pengambilan
sampel adalah parameter Kebisingan. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon
Progo melakukan pemantauan kualitas udara ambien dengan parameter
Kebisingan dua kali periode yaitu bulan Maret dan September. Periode pertama
dilakukan pemantauan kualitas udara pada lima lokasi dan periode ke dua
sebanyak tiga lokasi pemantauan. Berikut analisa parameter Kebisingan pada
lima lokasi. Kondisi tingkat kebisingan dari 5 lokasi pemantauan menunjukkan
bahwa, di lokasi pemantauan pada bulan Maret berkisar 64,4 - 74,2 dB(A) dimana
73
tertinggi berada di Pertigaan Ngeplang dan terendah di Pertigaan Jangkaran,
Temon. Pemantauan periode ke dua pada tiga lokasi pemantauan nilai tingkat
Kebisingan berkisar 65,4 - 70,8 dB(A) dengan intensitas kebisingan paling tinggi
berada di Pro Liman Karangnongko, Jl. Khudori, Wates dan untuk angka
terendahnya di Perempatan Dekso, Kalibawang. Untuk rerata intensitas
kebisingan pada bulan Maret sebesar 72,85 dB(A) dan untuk Bulan September
sebesar 70,8 dB(A), sedangkan baku mutu tingkat Kebisingan berdasarkan Baku
Mutu Udara Ambient Daerah di Prop. DIY No. 153 tahun 2002 adalah sebesar 70
dB(A). Pemantauan pada bulan Maret terdapat dua lokasi yang melebihi baku
mutu pada parameter Kebisingan sedangkan pada bulan September terdapat satu
lokasi.
Tingginya tingkat Kebisingan di Kabupaten Kulon Progo menimbulkan
dampak antara lain dapat mengganggu ketenangan pikiran, mengarah kepada
peningkatan emosional, serta tidak adanya kenyamanan lingkungan. Apabila
dibandingkan dengan tingkat Kebisingan tertinggi antara tahun 2017 dan 2016
yaitu tahun 2017 sebesar 74,2 dB(A) sedangkan kondisi tahun 2016 sebesar 72,6
dB(A) maka kondisi parameter Kebisingan tahun 2017 lebih tinggi, hal ini
dimungkinkan oleh adanya penambahan alat transportasi atau kendaraan bermotor
yang melintas atau terjadinya pembangunan yang terjadi pada titik-titik
pemantauan. Perbandingan kondisi parameter Kebisingan dari pengukuran yang
telah dilakukan dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini.