Fungsi bimbingan dan konseling Paparan tentang pengertian,
tujuan, dan landasan bimbingan dan konseling mengarahkan lebih
lanjut kepada uraian tentang fungsi dari bimbingan dan konseling.
Ada empat fungsi bimbingan dan konseling, diantaranya: A. Fungsi
pemahaman B. Fungsi pencegahan C. Fungsi pengentasan D. Fungsi
pemeliharaan dan pengembangan A. Fungsi pemahaman Dalam fungsi
pemahaman, kegunaan, manfaat, dan keuntungan-keuntungan apakah yang
dapat diberikan oleh layanan bimbingan dan konseling? Jasa yang
diberikan oleh pelayanan ini berkenaan dengan pemahaman. Pemahaman
tentang klien dengan berbagai permasalahannya oleh klien sendiri
dan pihak-pihak yang akan membantu klien, serta pemahaman tentang
lingkungan oleh klien. a. Pemahaman tentang klien Pemahaman tentang
klien merupakan titik tolak upaya pemberian terhadap klien. Tanpa
hasil yang memadai dari fungsi pemahaman, konselor tidak dapat
bergerak lebih jauh untuk membantu menyelesaikan permasalahan
klien. Pemahaman tersebut bukan hanya mengenai diri klien melainkan
juga mengenai latar belakang pribadi klien, kekuatan, dan
kelemahannya, serta kondisi lingkungannya. Materi pemahaman itu
lebih jauh dapat dikelompokkan menjadi berbagai data tentang: 1.
Identitas individu: nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir,
orang tua, status dalam keluarga, dan tempat tinggal. 2.
Pendidikan. 3. Kemampuan intelegensia, bakat, minat, serta
cita-cita pendidikan dan pekerjaan. 4. Kesehatan. 5. Kecenderungan
sikap dan kebiasaan. 6. Keadaan lingkungan tempat tinggal. 7.
Prestasi yang pernah dicapai. 8. Kegiatan sosial. 9. Jurusan/
program studi yang diikuti 10. Nilai-nilai yang diperoleh dalam
berbagai pelajaran.
11. Kegiatan ekstrakulikuler. 12. Sikap dan kebiasaan belajar.
13. Hubungan dengan teman sebaya. Siapakah yang perlu memahami diri
klien? Pertama, klien itu sendiri. Dalam kaitan ini, masih banyak
individu yang tidak memahami dirinya. Akibatnya mereka tidak bisa
mengembangkan secara optimal potensi yang ada dalam dirinya dan
tidak berusaha memperbaikin kelemahan yang dimiliki. Pemahaman
tentang diri klien juga perlu bagi pihakpihak yang berkepentingan
dengan perkembangan dan kebahagiaan hidup klien tersebut. bagi para
siswa, pemahaman orang tua terhadap anaknya sangat penting. Dengan
memahami anaknya secara lebih mendalam, orang tua akan lebih
dimungkinkan untuk memberikan perhatian, pelayanan, perlakuan,
ataupun kemudahan yang lebih besar bagi perkembangan anak secara
lebih terarah dan sesuai dengan kondisi anak tersebut. Guru-guru
pun dapat memanfaatkan pendalaman yang mendalam terhadap
siswa-siswanya demi keberhasilan proses pengajaran. Hal ini
dilakukan dengan cara berusaha memilih metode pengajaran dan
menyesuaikan materi agar masing-masing siswa dapat mengikuti
pelajaran secara lebih efektif dan efisien. Pihak lain yang
berkepentingan dengan pemahaman terhadap klien adalah konselor.
Pemahaman konselor terhadap klien digunakan baik secara langsung
membantu klien dalam pelayanan bimbingan dan konseling lebuh lanjut
maupun sebagai bahan acuan dalam rangka kerjasama dengan pihak lain
dalam membantu klien terutama orang tua dan guru untuk para siswa
di sekolah. b. Pemahaman tentang masalah klien. Pemahaman terhadap
masalah klien wajib dilakukan. Pemahaman ini terutama menyangkut
jenis masalahnya, intensitasnya, sebab-sebabnya, dan kemungkinan
berkembang jika tidak segera diatasi. Bagi para siswa, yang
perkembangan dan kehidupannya masih amat dipengaruhi oleh orang tua
dan guru, pemahaman masalah juga diperlukan oleh orang tua dan guru
dari siswa tersebut. c. Pemahaman tentang lingkungan yang lebih
luas Secara sempit lingkungan diartikan sebagai kondisi sekitar
individu yang secara langsung mempengaruhi individu tersebut,
seperti keadaan rumah tempat tinggal, keadaan sosial ekonomi dan
sosio-emosional keluarga, keadaan hubungan antar teman sebaya, dan
sebagainya. Jenis lingkugan yang lebih luas adalah lingkungan
sekolah bagi para siswa, ataupun lingkungan kerja bagi karyawan.
Termasuk ke dalam lingkungan yang lebih luas itu
adalah berbagai informasi yang diperlukan oleh individu, seperti
informasi pendidikan bagi para siswa. Para siswa perlu memahami
dengan baik lingkungan sekolah yang meliputi lingkungan fisik,
berbagai hak dan tanggung jawab siswa terhadap sekolah, disiplin
yang harus dipatuhi siswa, aturan-aturan yang menyangkut kurikulum,
pengajaran, kenikan kelas, hubungan dengan guru dan sesama siswa.
Pemahaman yang baik terhadap hal-hal tersebut memungkinkan siswa
menjalani kehidupan sekolah tanpa mengalami masalah masalah yang
berarti. Disamping itu, para siswa juga perlu diberi kesempatan
untuk memahami berbagai informasi yang berguna berkenaan dengan
pendidikan lanjutan yang akan dilalui atau kemungkinan pekerjaan
yang menjadi cita-citanya. Informasi ini sering disebut informasi
pendidikan dan informasi pendidikan atau pekerjaan. Dengan
mengetahui berbagai informasi itu, para siswa diharapkan sudah
mulai mengenal masa depan mereka sehingga mereka merasa terlalu
bingung saat memasuki lembaran masa depan mereka. Pemahaman oleh
klien(siswa) tentang lingkungan yang lebih luas perlu dikembangkan
oleh pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor perlu menyusun
program yang lebih luas untuk pemahaman yang dimaksudkan itu. Kerja
sama antara konselor dan pihak-pihak lain, seperti guru dan wali
kelas disekolah amat diperlukan.
B. Fungsi pencegahan Upaya pencegahan memang telah disebut orang
sejak puluhan tahun yang lalu. Pencegahan diterima sebagai sesuatu
yang baik dan perlu dilaksanakan bagi konselor yang mempunyai tugas
untuk menyingkirkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi
perkembangan individu, upaya pencegahan tidak sekadar merupakan ide
yang bagus, tetapi adalah suatu keharusan yang bersifat etis
(Horner & McElhaney, 1993). a. Pengertian pencegahan Dalam
dunia kesehatan mental pencegahan didefinisikan sebagai upaya
mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana lingkungan yang
dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian sebelum kesulitan atau
kerugian itu benar-benar terjadi. Lingkungan yang baik akan
memberikan pengaruh positif terhadap individu. Oleh karena itu,
lingkungan harus dipelihara dan dikembangkan. Di sekolah, misalnya
ruang kelas yang gelap dan kotor, pekarangan yang sempit, sarana
belajar yang kurang memadai, semua akan menimbulkan kesulitan dan
kerugian bagi para siswa dalam memperkembangan dirinya secara
optimal di
sekolah. Dari sudut pencegahan, lingkungan sekolah seperti itu
perlu diperbaiki. Upaya pencegahan dapat bertujuan untuk:
menghindari timbulnya atau meningkatnya kondisi bermasalah pada
diri klien meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, penilaian
positif terhadap diri sendiri dan dukungan kelompok. b. Upaya
pencegahan Sejak lama telah timbul dua sikap berbeda terhadap upaya
pencegahan khususnya dalam bidang kesehatan mental, yaitu sikap
skeptic dan optimistic. Sikap skeptik, meskipun menerima konsep
pencegahan sebagai sesuatu yang bagus, tetapi meragukan apakah
upaya pencegahan memang dapat dilakukan. Mereka yang bersikap
skeptik itu menganggap bahwa gangguan mental emosional itu tidak
dapat dicegah. Mereka juga beranggapan gangguan mental emosional
yang terkait dengan kondisi biologis individu, kondisi biologis itu
memang sudah ditentukan demikian, tidak dapat diubah ataupun
diperbaiki. Lebih jauh, mereka juga beranggapan bahwa upaya
pencegahan itu tidak praktis. Sebaliknya, golongan yang bersikap
optimistic menganggap bahwa upaya pencegahan itu sangat penting dan
pelaksanaannya mesti diusahakan. Mereka sangat menekankan pengaruh
lingkungan dan organisme terhadap individu yang bersangkutan. Hasil
studi yang diungkapkan oleh Horner & McElhaney mengenai
pencegahan bahaya alkohol bagi para mahasiswa memperlihatkan
kecenderungan hasil yang amat positif. Hasil ini menunjukkan bahwa
salah satu cara untuk mencegah seseorang tidak terjerumus ke
permasalahan adalah dengan menunjukkan bahaya atau penderitaan yang
akan timbul apabila sesuatu dilakukan. Upaya yang perlu dilakukan
oleh konselor adalah 1. Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau
diberikan akan berdampak negative terhadap individu yang
bersangkutan. Mengubah dan memperbaiki lingkungan seringkali amat
sulit dilakukan oleh konselor. Konselor berusaha secara positif dan
bijaksana menghubungi dan membicarakan dengan pihak-pihak yang
bersangkutan dengan lingkungan klien. 2. Mendorong perbaikan
kondisi diri pribadi klien. Upaya mendorong peningkatan kondisi
pribadi klien dapat diselenggarakan secara langsung terhadap
individu yang bersangkutan. Misalnya bersangkut-paut dengan masalah
kesehatan, penanggulangan stress, pengaturan waktu, makan dan
istirahat, penggunaan waktu senggang, dll.
3. Meningkatkan
kemampuan
individu
untuk
hal-hal
yang
diperlukan
dan
mempengaruhi perkembangan dan kehidupannya. Peningkatan
kemampuan khusus individu diperlukan untuk memperkuat
perkembangan dan kehidupannya. Keterampilan pemecahan masalah,
keterampilan belajar dengan berbagai aspeknya, keterampilan
berkomunikasi dan hubungan sosial merupakan beberapa contoh
kemampuan yang perlu ditingkatkan pada individu. 4. Mendorong
individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan risiko
yang besar, dan melakukan sesuatu yang akan memberikan manfaat.
Misalnya, seorang siswa kecanduan narkotika karena awalnya ia
sering
mengkonsumsi obat-obat penghilang rasa sakit. Seorang siswa
lainnya tidak naik kelas karena ia tidak mau belajar, seorang
lulusan SMA gagal memasuki jurusan tertentu di perguruan tinggi
karena ia tidak mendaftarkan diri pada jurusan itu dengan alasan
tidak mengetahui jurusan yang diinginkan itu ada. Semua
permasalahan itu mengandung sejumlah tingkah laku yang seharusnya
dilakukan atau tidak dilakukan oleh para individu yang bersangkutan
dalam masalah tersebut. Apabila masalah itu tidak diinginkan
terjadi, maka individu yang bersangkutan terlebih dahulu perlu
mengetahui dan memahami tingkah laku apa yang harus dilakukan atau
tidak boleh dilakukan dalam kaitannya dengan suasana ataupun
hal-hal khusus tertentu. Individu yang bersangkutan perlu
diajar/diberi informasi tentang berbagai aspek yang berkenaan
dengan situasi ataupun hal khusus yang akan ia jalani. Tanpa
pengajaran dan informasi yang diperlukan itu, individu dapat
mengalami keterlanjuran tindakan atau tidak melakukan sesuatu sama
sekali yang keduanya bisa berakibat amat merugikan. 5. Menggalang
dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan. Dukungan
kelompok di luar individu amat besar artinya bagi individu yang
bersangkutan. Seorang siswa memerlukan dukungan dari guru,
teman-teman, dan keluarga. Dukungan dari berbagai pihak dalam
berbagai jenis sokongan(sosial-emosional-materiil)akan memperkuat
semangat dan upaya individu untuk terhindar dari permasalahan yang
mungkin terjadi. Konselor perlu menggalang dukungan semacam itu
untuk memperkuat upaya pencegahan yang dimaksudkan. Secara
operasional konselor perlu menampilkan kegiatan dalam rangka
pelaksanaan funsi pencegahan. Kegiatannya antara lain dapat berupa
program-program nyata. Secara garis besar, program-program tersebut
dikembangkan, disusun, dan diselenggarakan melalui tahaptahap
berikut ini:
1) Identifikasi permasalahan yang mungkin timbul. Misalnya di
sekolah, permasalahan yang mungkin timbul adalah para siswa kurang
disiplin, tidak belajar secara penuh, gagal melewati ujian,
pertentangan antar siswa, siswa terlibat tawuran, narkotika, dll.
2) Mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber penyebab
timbulnya masalahmasalah. 3) Mengidentifikasi pihak-pihak yang
dapat membantu pencegahan masalah tersebut. Misalnya untuk
permasalahan murid di sekolah pihak-pihak yang terkait adalah
kepala sekolah, guru, wali kelas, orang tua, atau lembaga
tertentu(sesuai dengan permasalahannya). Sangkut-paut pihak-pihak
tersebut dengan permasalahan yang
dimaksudkan perlu dikaji secara objektif. 4) Menyusun rencana
program pencegahan. Rencana ini disusun berdasarkan a) Spesifikasi
permasalahan yang hendak dicegah tibulnya. b) Hasil kajian teoretik
dan studi lapangan. c) Peranan pihak terkait. d) Faktor operasional
dan pendukung, seperti waktu, tempat, biaya, dan perlangkapan
kerja. 5) Pelaksanaan dan monitoring Pelaksanaan program sesuai
dengan rencana dengan kemungkinan modifikasi yang tidak mengganggu
pencapaian tujuan dengan persetujuan pihak-pihak terkait. 6)
Evaluasi dan laporan Evaluasi dilakukan secara cermat dan objektif.
Laporannya diberikan kepada pihak-pihak terkait untuk dipergunakan
sebagai masukan bagi program sejenis lebih lanjut.
C. Fungsi pengentasan Orang yang sedang mengalami masalah itu
dianggap berada dalam suatu keadaan yang tidak nyaman sehingga
perlu dilakukan pengentasan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan itu adalah upaya pengentasan melalui pelayanan
bimbingan dan konseling. Dalam hal itu, pelayanan bimbingan dan
konseling menyelanggarakan fungsi pengentasan. a. Langkah-langkah
pengentasan masalah. Upaya pengentasan masalah pada dasarnya
dilakukan secara perorangan, sebab setiap masalah adalah unik.
Masalah-masalah yang diderita oleh individu-individu yang
berbeda tidak boleh disamaratakan. Dengan demikian,
penanganannya pun harus secara unik disesuaikan terhadap kondisi
masing-masing masalah itu. Dalam konseling kkelompok pun orientasi
terhadap keunikan setiap masalah dipertahankan. b. Pengentasan
masalah berdasarkan diagnosis Sejak tahun empat puluhan, Bordin
memakai konsep diagnostik yang mirip dengan pengertian medis dalam
pelayanan bimbingan dan konseling. Pengetian diagnostik yang
dipakai oleh Bordin itu lebih lanjut dikenal dengan diagnostic
pengklasiffikasian. Dalam upaya diagnostik itu masalah
diklasifikasi, dilihat sebab-sebabnya, dan ditentukan cara
pengentasannya. Klasifikasi masalah Sikap tergantung Sebab Klien
belum belajar jawab Cara pengentasan untuk Konselor dalam agar
membantu merasa klien
bertanggung
sanggup
pemecahan masalah sendiri
menghadapi masalah dalam hidupnya sehari-hari dan
memperoleh pengalamannya langsung untuk
memungkinkannya tidak lagi tergantung pada orang lain.
Kekurangan informasi Pengalaman yang dimiliki klien Konselor
memberikan
selama ini tidak memadai lagi informasi yang diperlukan untuk
mengatasi permasalahan klien. yang dihadapi Terjadi konflik dalam
diri Dua atau lebih perasaan dan Konselor sendiri. keinginan yang
berlainan arah untuk membentu mengenali klien dan
mendorong konflik dalam diri menerima perasaan-perasaan klien
dan keinginan-keinginannya yang berlainan arah itu
sehingga konflik itu teratasi. Kecemasan memilih. dalam Klien
tidak mampu menghadapi Konselor dan menerima suasana menyadari
membantu dan klien
menerima
berat(dalam memilih) yang tak masalah yang dihadapinya itu
terelakkan dan selanjutnya membuat
suatu keputusan.
Tidak ada masalah*
Klien membutuhkan dukungan Konselor terhadap keputusan yang
telah dorongan dan
memberikan dukungan
diambil atau ingin mengecek kepada klien. apakah ia bertindak di
jalur yang benar. *kadang, klien datang kepada konselor tanpa
masalah yang memberatkan dirinya. Ia hanya ingin memperoleh kawan
yang dipercaya dalam menindaklanjuti keputusannya. Model diagnostic
Bordin tampak cukup menarik. Sejalan dengan diagnostic medis. Ada
masalah, dianalisis, dan diklasifikasi, ditetapkan sebab-sebab, dan
diberikan resep pengentasannya. Namun, pada akhir tahun lima
puluhan mulai dirasakan bahwa model seperti itu tidak tepat, bahkan
pada tahun enam puluhan model diatas dikecam sebagai cara
diagnostik yang tidak membuahkan hasil diagnostik apapun yang
berupa sebab-sebab
timbulnya masalah yang mendorong ditetapkannya cara-cara
pengentasan tertentu. Disamping itu, mengklasifikasi masalah
seperti dilakukan Bordin dirasa sulit karena unsurunsur masalah
yang satu sering saling terkait satu sama lain, dan dengan lebih
penting lagi setiap masalah klien adalah unik. Pengklasifikasian
masalah cenderung menyamaratakan masalah klien yang satu dengan
klien lainnya. Model diagnostik selanjutnya yang diterima dalam
pelayanan bimbingan dan konseling adalah model diagnostik
pemahaman, yaitu yang mengupayakan pemahaman masalah klien, yakni
pemahaman terhadap seluk beluk masalah klien, termasuk di dalamnya
perkembangan dan sebab-sebab timbulnya masalah. Tiga dimensi
diagnostiknya, yaitu 1) Diagnosis mental/psikologis. Diagnosis ini
mengarah kepada pemahaman tentang kondisi mental/ psikologis klien,
seperti kemampuan-kemampuan dasarnya, bakat dan kecenderungan
minat-minatnya, keinginan dan harapan-harapannya, temperamen dan
kematangan emosionalnya, sikap dan kebiasaannya. 2) Diagnosis
sosio-emosional Diagnosis sosio-emosional mengacu pada hubungan
sosial klien dengan orangorang yang amat besar pengaruhnya bagi
klien, seperti orang tua, guru, teman sebaya(bagi siswa). 3)
Diagnosis instrumental Diagnosis ini berkenaan dengan kondisi atau
prasyarat yang diperlukan terlebih dahulu sebelum individu mampu
melakukan atau mencapai sesuatu. Diagnosis instrumental ini
meliputi aspek-aspek fisik klien (seperti kesehatan), fisik
lingkungan(seperti keadaan
sandang, pangan, papan), sarana kegiatan (seperti buku-buku
pelajaran bagi siswa), prasyarat kemampuan untuk belajar lebih
lanjut, dan pemahaman situasi(misalnya untuk dapat bertindak secara
disiplin, seseorang harus memahami terlebih dahulu peraturan yang
berlaku; untuk dapat memilih dengan tepat, seseorang perlu memahami
kondisi dari setiap pilihan yang ada). Penjelajahan yang baik atas
aspek aspek diatas, akan memberikan pemahaman yang lebih luas dan
mendalam tentang seluk-beluk masalah klien yang mengarah pada
identifikasi sebab-sebab timbulnya masalah dan upaya
pengentasannya.
D. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan Fungsi pemeliharaan
berarti memelihara segala sesuatu yang lebih baik yang ada pada
diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil
perkembangan yang telah dicapai selama ini. Selain itu juga,
lingkungan yang baik pun (lingkungan fisik,sosial, dan budaya)
harus terus dipelihara dan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk
kepentingan individu yang bersangkutan. Pemeliharaan tidak hanya
mempertahankan agar hal-hal yang baik tetap dalam keadaan semula
melainkan juga mengusahakan agar hal-hal baik tersebut bertambah
lebih baik dan memiliki nilai tambah dari waktu ke waktu. Oleh
karena itu, fungsi pemeliharaan tidak bisa dilepaskan dari fungsi
pengembangan. Keduanya berfungsi seiring dan saling menunjang.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, fungsi pemeliharaan dan
pengembangan dilaksanakan melalui berbagai pengaturan, kegiatan,
dan program. Misalnya di sekolah, bentuk dan ukuran meja/kursi
murid disesuaikan dengan ukuran tubuh serta sikap tubuh yang
diharapkan. Ventilasi, suhu, bentuk, dan susunan ruang kelas
diusahakan agar mereka yang berada di ruangan itu merasa nyaman
betah dapat melakukan kegiatan dengan tenang dan sepenuh kemampuan.
Aturan disiplin dibuat sedemikian rupa sehingga di satu sisi tidak
kaku atau membosankan dan di sisi lain tidak menciptakan suasan
keributan. Contoh diatas merupakan beberapa dan secara garis besar
yang berkenaan dengan kehidupan siswa di sekolah. Pengaturan,
kegiatan, dan program-program lain yang mengacu kepada fungsi
bimbingan dan konseling tersebut dapat disusun dan dikembangkan
dalam jenis dan jumlah yang bervariasi dengan kemungkinan yang
tidak terbatas. Demikian pula dengan berbagai jenis pengaturan,
kegiatan, dan program untuk siswa berkenaan dengan keluarganya dan
lingkungannya yang lebih luas. Tugas-tugas dan kegiatan
pemeliharaan dan pengembangan, apalagi pemeliharaan dan
pengembangan individu manusia yang segenap aspek dang
sangkut-pautnya yang sangat
bervariasi dan kompleks, tidak dapat berdiri sendiri.
Demikianlah, fungsi pemeliharaan dan pengembangan dalam bimbingan
dan konseling tidaklah mungkin berdiri sendiri. Dengan contoh
diatas, agaknya menjadi jelas bahwa (a) fungsi pemeliharaan dan
pengembangan dalam suatu kegiatan atau program bimbingan dan
konseling sebenarnya terkait langsung pada ketiga fungsi yang
lain(pemahaman, pencegahan, dan pengentasan); bahkan seringkali
untuk dapat terpelihara dan terkembangnya aspek-aspek tertentu pada
diri klien perlu dipersyarati dengan keberhasilan fungsi-fungsi
pemahaman, pencegahan, dan pengentasan itu, dan (b) dalam
menjalankan fungsi pemeliharaan dan pengembangan itu konselor
seringkali tidak dapat berjalan sendiri tetapi juga perlu bekerja
sama dengan pihak-pihak lain.
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling di sekolah Di sekolah
pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan
berkembang dengan amat baik. Sekolah memiliki kondisi dasar yang
justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi. Pata
siswanya yang sedang dalam tahap perkembangan yang meranjak
memerlukan segala jenis layanan bimbingan dan konseling dalam
segenap fungsinya. Dalam hal ini tepatlah apa yang dikatakan oleh
Bernard & Fullmer bahwa guru amat memperhatikan bagaimana
pengajaran berlangsung, sedangkan konselor amat memperhatikan
bagaimana murid belajar. Seiring dengan itu, Crow & Crow
mengemukakan perubahan materi kurikulum dan prosedur pengajaran
hendaklah memuat kaidah-kaidah bimbingan. Apabila kedua hal itu
memang terjadi, materi dan prosedur pengajaran berkaidah bimbingan,
dibarengi oleh kerjasama yang erat antara guru dan konselor, dapat
diyakini bahwa proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru
untuk murid akan sukses. Pelayanan bimbingan dan konseling secara
resmi memang ada di sekolah, tetapi keberadaannya belum seperti
yang dikehendaki. Dalam kaitan ini Belkin menegaskan enam prinsip
untuk menegakkan dan menumbuhkembangkan pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Pertama, konselor harus memulai kariernya
sejak awal dengan program kerja yang jelas, dan memiliki kesiapan
yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut. Konselor juga
memberikan kesempatan kepada seluruh personal sekolah dan siswa
untuk mengetahui program-program yang hendak dijalankan itu. Kedua,
konselor harus selalu mempertahankan sikap professional tanpa
mengganggu keharmonisan hubungan antara konselor dengan personal
sekolah lainnya dan siswa. Dalam hal ini, konselor harus
menonjolkan keprofesionalannya, tetapi tetap menghindari sikap
kesombongan/keangkuhan profesional.
Ketiga, konselor bertanggung jawab untuk memahami peranannya
sebagai konselor profesional dan menerjemahkan peranannya itu ke
dalam kegiatan nyata. Konselor harus pula mampu dengan
sebaik-baiknya menjelaskan kepada orang-orang dengan siapa ia akan
bekerja sama tentang tujuan yang hendak dicapai oleh konselor serta
tanggung jawab yang terpikul di pundak konselor. Keempat, konselor
bertanggung jawab kepada semua siswa, baik siswa-siswa yang gagal,
yang menimbulkan gangguan, yang berkemungkinan putus sekolah, yang
mengalami permasalahan emosional, yang mengalami kesulitan belajar,
maupun siswa-siswa yang memiliki bakat istimewa, yang berpotensi
rata-rata, yang pemalu dan menarik diri dari khalayak ramai, serta
bersikap menarik perhatian guru, konselor, dan personal sekolah
lainnya. Kelima, konselor harus memahami dan mengembangkan
kompetensi untuk membantu siswa-siswa yang mengalami masalah dengan
kadar yang cukup parah dan siswasiswa yang menderita gangguan
emosional, khususnya melalui penerapan program-program kelompok,
kegiatan pengajaran di sekolah dan kegiatan di luar sekolah, serta
bentuk-bentuk kegiatan lainnya. Prinsip-prinsip tersebut menegaskan
bahwa penegakkan dan penumbuhkembangan pelayan bimbingan dan
konseling di sekolah hanya mungkin dilakukan oleh konselor
profesional yang tahu dan mau bekerja, memiliki program nyata dan
dapat dilaksanakan, sadar akan profesinya, dan mampu
menerjemahkannya ke dalam program dan hubungan dengan sejawa dan
personal sekolah lainnya, memiliki komitmen dan keterampilan untuk
membantu siswa dengan segenap variasinya di sekolah, dan mampu
bekerja sama serta membina hubungan yang harmonis-dinamis dengan
kepala sekolah.
Orientasi bimbingan dan konseling Orientasi yang dimaksud ialah
pusat perhatian atau titik berat pandangan. Apa yang menjadi titik
berat pandangan atau pusat perhatian konselor terhadap kliennya?
Itulah orientasi bimbingan dan konseling. A. Orientasi perseorangan
Orientasi perseorangan bimbingan dan konseling menghendaki agar
konselor menitikberatkan pandangan pada siswa secara individual.
Satu per satu siswa perlu mendapat perhatian. Pemahaman konselor
yang baik terhadap keseluruhan siswa sebagai kelompok dalam kelas
itu penting juga, tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan
ditujukan kepada masing-masing siswa. Kondisi keseluruhan(kelompok)
siswa itu merupakan
konfigurasi(bentuk keseluruhan) yang dampak positif dan
negatifnya terhadap siswa secara individual harus diperhitungkan.
Pemusatan perhatian terhadap individu itu sama sekali tidak
berartti mengabaikan kepentingan kelompok kepentingan kelompok
justru dikembangkan dan ditingkatkan melalui terpenuhinya
kepentingan dan tercapainya kebahagiaan individu. Lebih jauh,
pelayanan bimbingan dan konseling yang berorientasi individu itu
sama sekali tidak boleh menyimpang atau bertentangan dengan
nilai-nilai yang berkembang dalam kelompok selama nilai dan norma
itu sesuai dengan yang berlaku umum. Sejumlah kaidah yang berkaitan
dengan orientasi perorangan dalam bimbingan dan konseling sebagai
berikut: a. Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka
pelayanan bimbingan dan
konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri
setiap individu yang menjadi sasaran layanan. b. Pelayanan
bimbingan dan konseling meliputi kegiataan berkenaan dengan
individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya,
motivasi-motivasinya, dan kemampuankemampuan potensialnya, yang
semuanya unik, serta untuk membantu individu agar dapat menghargai
kebutuhan, motivasi, potensinya itu ke arah pengembangannya yang
optimal dan pemanfaatannya yang sebesar-besarnya bagi diri dan
lingkungannya. c. individual. d. Tanggung jawab konselor untuk
memahami minta, kemampuan, dan perasaan Setiap klien harus diterima
sebagai individu dan harus ditangani secara
klien serta untuk menyesuaikan program-program pelayanan dengan
kebutuhan klien setepat mungkin.
B. Orientasi perkembangan Orientasi perkembangan dalam bimbingan
dan konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan
yang terjadi dan yang hendaknya diterjadikan pada diri individu.
Bimbingan dan konseling memusatkan perhatiannya pada keseluruhan
proses perkembangan itu. Secara khusus, Thompson &Rudolph
(1983) melihat perkembangan individu dari sudut perkembangan
kognisi. Dalam perkembangannya, anak-anak memiliki kemungkinan
mengalami hambatan perkembangan kognisi dalam empat bentuk,
diantaranya: a. Hambatan egosentrisme, yaitu ketidakmampuan melihat
kemungkinan lain di
luar apa yang dipahaminya. b. Hambatan konsentrasi, yaitu
ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian
lebih dari satu aspek tentang sesuatu hal. c. Hambatan
reversibilitas, yaitu ketidakmampuan menelusuri alur yang
terbalik
dari alur yang dipahami semula. d. Hambatan transformasi, yaitu
ketidakmampuan melektakkan sesuatu pada
susunan urutan yang ditetapkan. Thompson& Rudolph menekankan
bahwa tugas bimbingan dan konseling adalah menangani hambatan-
hambatan perkembangan itu. Hal ini karena permasalahan yang
dihadapi oleh individu harus diartikan sebagai terhalangnya
perkembangan.
C. Orientasi permasalahan Tujuan umum bimbingan dan konseling
sejalan dengan tujuan hidup dan perkembangan itu sendiri, yakni
kebahagiaan hidup. Hambatan dan rintangan dalam perjalanan hidup
dan perkembangan pastilah mengganggu tercapainya kebahagiaan itu
maka kita harus selalu waspada akan hal ini. Kewaspadaan terhadap
timbulnya hambatan dan rintangan inilah yang melahirkan konsep
orientasi masalah dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam
kaitannya dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah
dibahas, orientasi masalah secara langsung berkaitan dengan fungsi
pencegahan dan fungsi pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki
agar individu dapat terhindar dari masalahmasalah yang mungkin
membebani dirnya. Sedangkan fungsi pengentasan menginginkan agar
individu yang terlanjur tertimpa masalah dapat terentaskan
masalahnya. Fungsi-fungsi lain, yaitu fungsi pemahaman dan fungsi
pemeliharaan/ pengembangan juga berkaitan dengan permasalahan pada
diri klien. Fungsi pemahaman memungkinkan individu memahami
berbagai informasi dan aspek lingkungan yang dapat berguna untuk
mencegah timbulnya masalah, dan dapat pula bermanfaat di dalam
upaya pengentasan masalah yang telah terjadi. Demikian pula dengan
fungsi pemeliharaan dapat mengarah pada mencegah atau mengentaskan
maslah- maslah tertentu. Dengan demikian konsep orientasi masalah
berkaitan dengan empat fungsi bimbingan dan konseling. Orientasi
masalah dalam bimbingan dan konseling mewaspadai kemungkian
timbulnya masalah dan jika individu tersebut telah tertimpa masalah
maka tugas bimbingan dan konseling adalah membantunya mengatasi
masalah-masalahnya.
Ruang lingkup pelayanan dan Konseling 1) Pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah Sekolah merupakan lembaga formal yang secara
khusus dibentuk untuk
menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat. Dalam
kelembagaan sekolah terdapat sejumlah bidang kegiatan dan bidang
pelayanan bimbingan dan konseling mempunyai kedudukan dan peranan
yang khusus. a. Keterkaitan antara bidang pelayanan bimbingan
konseling dan bidang-bidang lainnya. Dalam proses pendidikan,
khususnya di sekolah Moertesen & Schumuller(1976) mengemukakan
adanya bidang-bidang tugas atau pelayanan yang saling terkait
Administrasi & supervisi Tujuan: perkembangan optimal setiap
siswa sesuai dengan bakat, kemampuan, minta, dan nilai.
pengajaran
bimbingan & konseling
Dalam gambar diatas, terdapat tiga bidang pelayanan pendidikan,
yaitu
1) Bidang kurikulum dan pengajaran, meliputi semua bentuk
pengembangan kurikulum dan pelaksanaan pengajaran, yaitu
penyampaian dan pengembangan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan kemampuan berkomunikasi peserta didik.
2) Bidang administrasi atau kepemimpinan, meliputi berbagai fungsi
berkenaan dengan tanggung jawab dan pengambilan kebijaksanaan,
serta bentuk0bentuk kegiatan pengelolaan dan administrasi sekolah,
seperti perencanaan, pembiayaan, pengeadaan, dan pengembangan staf,
prasana dan sarana fisik, dan pengawasan. 3) bidang kesiswaan,
meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu pada pelayanan
kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta didik itu
dapat berkembang sesuai dengan bakat, potensi, dan minat-minatnya,
serta tahap perkembangannya. Bidang ini dikenal sebagai bidang
pelayanan bimbingan dan konseling.
Kendatipun ketiga bidang tersebut tampaknya terpisah antara satu
dengan lainnya, tetapi semuanya memiliki arah yang sama, yaitu
memberikan kemudahan bagi pencapaian perkembangan yang optimal
peserta didik. pelayanan bimbingan dan konseling dapat memberikan
sumbangan yang berarti terhadap bidang pengajaran. Misalnya, proses
belajarmengajar akan berjalan efektif jika siswa terbebas dari
masalah yan dapat mengganggu proses belajarnya. Pembebasan
masalah-masalah siswa itu dilakukan melalui pelayanan bimbingan dan
konseling. Lebih jauh, materi layanan bimbingan dan konseling
dapat
dimanfaatkan oleh guru untuk penyesuaian pengajaran dengan
individualitas siswa. Semikian juga terhadap admnistrasi dan
supervisi, misalnya dalam kaitannya dengan penyusunan kurikulum,
pengembangan program-program belajar, pengambilan kebijakan yang
tepat dalam rangka penciptaan iklim sekolah yang menunjang bagi
pemenuhan kebutuhan dan perkembangan siswa. Sebaliknya, bidang
pengajaran dan administrasi dapat memberikan sumbangan bagi
suksesnya bidang bimbingan dan konseling. Pelaksanaan pengajaran
yang sehat dan mantap, baik dalam isi maupun suasanya, akan
memberikan sumbangan besar bagi pencegahan timbulnya masalah siswa.
Pengajaran perbaikan dan pemberian materi pengayaan merupakan
bentuk layanan bimbingan yang diselenggarakan melalui kegiatan
pengajaran. Bidang pengelolaan dan administrasi dapat memberikan
sumbangan bagi pelayanan bimbingan dan konseling melalui berbagai
kebijaksanaan dan pengaturan yang menghasilkan kondisi yang
memungkinkan berjalannya layanan itu secara optimal sehingga
fungsi, jenis layanan, dan kegiatan bimbingan dapat terlaksana dan
mencapai sasaran.
b. Tanggung jawab konselor sekolah, kepada 1) Tanggung jawab
konselor kepada siswa, yaitu bahwa konselor: a) Memiliki kewajiban
dan kesetiaan utama dan terutama kepada siswa yang harus
diperlakukan sebagai individu yang unik. b) Mendorong pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal bagi setiap siswa. c) Tidak
mendesakkan kepada siswa(klien) nilai-nilai tertentu yang
sebenarnya hanya sekadar apa yang dianggap baik oleh konselor. d)
Menjaga kerahasiaan data siswa e) Memberi tahu siswa tentang tujuan
dan teknik layanan bimbingan dan konselng, serta aturan maupun
prosedur yang harus dilalui apabila ia menghendaki bantuan
bimbingan dan konseling. 2) Tanggung jawab kepada orang tua, yaitu
bahwa konselor: a) Menghormati hak dan tanggung jawab orang tua
terhadap anaknya dan berusaha membangun hubungan yang erat dengan
orang tua demi perkembangan siswa. b) Menyediakan untuk orang tua
berbagai informasi yang berguna dan menyampaikan dengan cara
sebaik-baiknya untuk perkembangan siswa. 3) Tanggung jawab kepada
sekolah dan masyarakat, yairu bahwa konselor: a) Mendukung dan
melindungi program sekolah terhadap penyimpangan yang merugikan
siswa. b) Membantu pengembangan: Kondisi kurikulum dan lingkungan
yang baik untuk kepentingan sekolah Program dan prosedur pendidikan
demi pemenuhan kebutuhan siswa dan masyarakat Proses evaluasi dalam
kaitannya dengan fungsi-fungsi sekolah pada umumnya(fungsi
bimbingan dan konseling, kurikulum dan pengajaran, dan
pengelolaan/administrasi) 4) Tanggung jawab kepada profesi, yaitu
bahwa konselor: a) Melakukan penelitian dan melaporkan penemuannya
sehingga memperkaya khasanah dunia bimbingan dan konseling b)
Menjalankan dan mempertahankan standar profesi bimbingan dan
konseling serta kebijaksanaan yang berlaku berkenaan dengan
pelayanan bimbingan dan konseling.
2) Pelayanan bimbingan dan konseling di luar sekolah Bimbingan
dan konseling keluarga Di dalam keluarga setiap warga masyarakat
memulai kehidupannya, dan di dalam dan dari keluargalah setiap
individu dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat. Lebih jauh,
mutu kehidupan di dalam masyarakat dan mutu masyarakat itu sendiri
sebagian besar ditentukan oleh mutu keluarga-keluarga yang
mendukung kehidupan bermasyarakat itu. Oleh karena itu, anggota
keluarga yang tidak imun terhadap berbagai permasalahan dalam
keluarga akan terpengaruh baik mereka yang sudah dewasa maupun yang
masih muda. Permasalahan yang ditimbulkan oleh pengaruh yang tidak
menguntungkan itu mengundang berperannya bimbingan dan konseling
dalam keluarga. Konselor di sekolah diharapkan dapat menjembatani
program bimbingan dan konseling di sekolah dengan kebutuhan
keluarga dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor sekolah
hendaknya mampu mensinkronisasi secara harmonis pemenuhan kebutuhan
anak di sekolah dan di rumah pada satu segi; serta fungsi sekolah
dan fungsi keluarga terhadap anak pada segi yang lain.
Model-model bimbingan Terdapat beberapa model bimbingan yang
berkembang mulai periode awal sampai periode sekarang. Model
bimbingan ini sangat dipengaruhi oleh pandangan para ahli bimbingan
terhadap individu yang dibimbing, konselor, proses, metode, dan
hasil bimbingan yang diharapkan. Di samping itu model ini juga
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. a.
Model bimbingan periode awal 1) Model personian Model bimbingan ini
merupakan buah pikir dari Frank Parson. Model ini berupaya
menjodohkan karakteristik(kemampuan, minat, dan temperamen)
individu dengan syaratsyarat yang dituntut suatu pekerjaan. Parson
berpendapat bahwa seseorang membutuhkan bantuan yang sistematik
dari orang lain yang berpengalaman dan punya keahlian, yaitu
konselor dalam memilih pekerjaan. Teori Parson initelah memberikan
kontribusi yang sangat berarti kepada perkembangan bimbingan,
terutama menyangkut ketiga aspek berikut ini: a. Kegiatan analisis
sebelum memilih pekerjaan mengilhami penggunaan tes psikologis
untuk mendiagnosis karakter individu. b. Bimbingan dipandang
sebagai suatu program yang membantu individu sebelum masuk ke dunia
kerja.
2) Bimbingan identic dengan pendidikan Brewer yang mengungkapkan
bahwa konsep bimbingan identic dengan pendidikan melalui bukunya
Education as Giudance, 1932. Brewer berpendapat bahwa pendidikan
bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu
melakukan-melakukan aktivitas yang bermakna melalui pengetahuan dan
kebijakan. Dia mengemukakan bebrapa kriteria bimbingan sebagai
berikut: a. Individu dibimbing dalam upaya memecahkan masalah,
menyelesaikan tugas, atau meraih tujuan. b. Seseorang dibimbing
biasanya berdasarkan permintaan atau inisiatifnya. c. Bimbingan
bersifat simpatik, bersahabat, dan pemahaman. d. Individu yang
dibimbing secara progresif menerima bimbingan dan mengambil
kepurusannya sendiri. e. Bimbingan membrikan bantuan kepada
individu agar dapat membimbing diri sendiri secara lebih baik. b.
Model bimbingan periode berikutnya 1) Bimbingan sebagai distribusi
dan penyesuaian Pada tahun 1930-an, Koos dan Kefauver menekankan
bahwa bimbingan harus melaksanakan dua fungsi pokok, yaitu a.
Distribusi. Konselor berupaya untuk membantu siswa baik dalam hal
aspek pekerjaan, sosial, pribadi, maupun lainnya. Dalam proses
bantuan ini, siswa diharapkan memiliki pemahaman tentang dirinya
dan juga lingkungannya. Dalam fungsi distribusi ini, siswa dibantu
untuk menemukan peluang-peluang dalam bidang pendidikan dan
pekerjaannya. b. Penyesuaian. Konselor membantu siswa agar dapat
menyesuaikan diri, ketika dia tidak mampu memadukan atau
mengintegrasikan pengetahuan tentang dirinya dan lingkungannya yang
terkait dengan tujuan yang ingin dicapai. 2) Bimbingan sebagai
proses klinis Bimbingan model ini pertama kali diperkenalkan oleh
M.S. Viteles, Donald G. Paterson, dan E.G. Williamson. Bimbingan
sebagai proses klinis menekankan kepada penggunaan tes psikologis,
teknik, klinis, dan studi diagnosis analitis sehingga konselor
dapat memahami kliennya secara lebih baik, dapat menentukan masalah
klien secara lebih cepat dan akurat para konselor tidak menaruh
perhatian terhadap pengambilan keputusan bagi klien, tetapi lebih
kepada upaya mengorganisasikan
situasi belajar sehingga klien memperoleh wawasan atau
pemahaman, dan memilih alternative perilaku yang tepat. 3)
Bimbingan sebagai pengambil keputusan Dua orang ahli, yaitu Jones
dan Myer adalah yang pertama kali mempersepsikan bimbingan sebagai
pengambilan keputusan. Bagi Jones, bimbingan merupakan pemberian
bantuan dalam membuat pilihan dan penyesuaian diri, pemecahan
masalah, dan pengembangan kemampuan untuk pengarahan
diri(selfdirection) Myer mengemukakan bimbingan sebagai intervensi
profesional terhadap individu agar dapat melakukan pilihan-pilihan
dalam pendidikan atau pekerjaan. Menurutnya, kemampuan mengambil
keputusan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosiokultural dan
nilai-nilai. Dalam model bimbingan ini, konselor memiliki tugas
untuk mendorong siswauntuk memahami nilai-nilai dan menyertakan
nilai-nilai pilihannya dalam mengambil keputusan, memberikan
informasi kepada klien tentang peluang-peluang yang bermanfaat dari
setiap alternative pilihan.
c. Model bimbingan kontemporer 1) Bimbingan sebagai konstelasi
layanan Hoyt mengenalkan model ini tahun 1962. Dia mengartikan
bimbingan sebagai bagian dari layanan pribadi siswa yang bertujuan
untuk mengembangkan potensi individu melalui perluasan pelayanan
sekolah bagi para siswa, yang terkait dengan maslah-masalah
pribadi, pilihan, dan pengambilan keputusan yang semuanya itu
diarahkan kepada pencapaian kematangan. Hoyt berpendapat bahwa
program bimbingan bukan hanya tanggung jawab konselor melainkan
juga tanggung jawab bersama personel sekolah, sekolah merupakan
figure kunci yang bertanggung jawab terhadap program bimbingan,
pekerjaan konselor lebih utama adalah menjalin kerjasama dengan
para guru daripada dengan psikolog, pekerja sosial, dan lainnya.
Model bimbingan ini biasanya eksis di sekolah untuk mendukung
pekerjaan guru. Program bimbingan dibutuhkan karena siswa mengalami
kesulitan belajar. Oleh karena itu siswa perlu diberikan pengajaran
remedial, agar mereka berhasil dalam belajarnya. Pandangan ini
menganggap guru sebagai seorang profesional utama di
sekolah, sementara layanan bimbingan hanya sebagai pelengkap dan
konselor dipandang sebagai tenaga teknis. 2) Bimbingan perkembangam
Konsep bimbingan model ini menekankan pemberian bantuan kepada
semua siswa dan meliputi semua bidang bimbingan: vokasional,
pendidikan, personal, dan sosial pada semua tahap atau rentang
kehidupan. Para ahli sebagai pengembang model ini adalah Wilson
Little dan A.L. Chapman. Perbedaan antara bimbingan perkembangan
dengan penyesuaian(adjustive guidance) adalah bahwa bimbingan
penyesuaian menekankan layanannya kepada masalah individu,
sementara yang pengembangan menekankan kepada upaya
mengembangkan potensi dari dalam diri sendiri yang difokuskan
kepada pengembangan fungsi ego dan self concept. Layanan bimbingan
pengembangan bersifat komprehensif meliputi semua aspek rentang
kehidupan, tidak hanya terbatas kepada aspek vokasional dan
pendidikan, tetapi juga bersifat interpretatif bukan deterministik.
Perbedaan antara bimbingan tradisional dan bimbingan perkembangan
Bimbingan tradisional Bimbingan perkembangan (komprehensif)
Bersifat reaktif Konseling krisis Hanya melakukan bimbingan
menggunakan Terencana dan didasarkan pada prioritas pendekatan
Konseling menggunakan pendekatan
preventif dan krisis atau Melaksanakan konseling dan bimbingan
kelompok Semua siswa mendapatkan pelayanan program dasar dan
konseling individual Tidak semua siswa mendapatkan layanan
Menekankan layanan informasi
dan Menekankan
berorientasi kepada tugas administrative
berorientasi kepada pencapaian tujuan.. terstruktur,
dievaluasi,
Programnya tidak terstruktur dan tidak Programnya dapat diukur
Hanya dilakukan oleh konselor sendiri
dikembangkan berdasarkan hasil evaluasi. Dilakukan teamwork