Buku Bimbingan Dan Konseling Page | 1 BIMBINGAN DAN KONSELING Penyunting: Dr. Sumarto, M.Pd.I Kontributor Penulisan: Parmadi*Andi*Mudrika*Rubiyah*Ayu Ambarwati*Edi Susanto*Desti Rahmi*Juni Saparinda*Ade Kurnia Putri*M. Nuruddin*Ahmad Robbani*Muhammad Rois Penerbit: Pustaka Ma’arif Press Jl. KH. Abdurrahman Wahid Kel. Talang Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi Kode Pos. 36135 Telp./Fax. 0741-570298 Cp. 082136949568 Email : [email protected]Email : [email protected]
92
Embed
BIMBINGAN DAN KONSELING BK (Dr. Sumarto) 7 2. Asas-asas Bimbingan dan Konseling 24 3. Peranan Bimbingan dan Konseling 34 4. Bidang Bimbingan dan Konseling 41 ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya kepada kita semua sehingga Buku yang berjudul “Bimbingan dan
Konseling” dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam kepada Nabi
junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW uswatun hasanah bagi kita semua
dan semoga senantiasa kita selalu menjalankan prinsip-prinsip kehidupan
ahlisunnah waljama’ah.
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan yang profesional, yang
menguraikan kefahaman, penanganan, dan penyikapan tentang keadaan seseorang.
Pekerjaan ini sangat penting sekali dalam dunia pendidikan, agar terciptanya keserasian
atau keharmonisan antara guru dan siswa.
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh
sebab itu, harus dilaksanakan dengan mengikuti kaedah-kaedah atau asas-asas tertentu.
Dengan mengikuti kaedah-kaedah atau asas-asas tersebut diharapkan efektifitas san
efisiensi proses bimbingan dan konseling dapat tercapai. Selain itu, agar tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan dalam praktik pemberian layanan.
Guru BK di sekolah dan madrasah harus bisa memahami berbagai kebutuhan
siswa, sehingga pelayanan bimbingan dan konseling diberikan dalam rangka memenuhi
kebutuhan sisiwa terutama psikis seperti memperoleh kasih sayang, memperoleh rasa
aman, kebutuhan untuk sukses dalam belajar, memperoleh harga diri, kebutuhan untuk
diakui dan diterima oleh kelompok, kebutuhan untuk melakukan eksistensi diri, dan lain-
lain. Lebih lanjut akan dipaparkan dalam buku ini.
Demikian yang dapat disampaikan penulis. Semoga buku ini dapat menjadi
salah satu dari banyaknya buku yang mengkaji tentang Bimbingan Penyuluhan Islam,
sumber informasi dan pendalaman kembali keilmuan kita sebagai seorang ilmuan yang
tidak pernah bosan, yang tidak pernah lelah, yang selalu memompa semangatnya dan
motivasinya untuk mencintai ilmu pengetahuan serta bermanfaat bagi civitas akademika
dan masyarakat sacara umum.
Jambi, 8 Januari 2018
Penyunting,
Dr. Sumarto, M.Pd.I
NIDN. 2124039001
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 4
Kata Pengantar
Ketua STAI Ma’arif Jambi
Kami dari Civitas Akademika UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
menyambut baik dengan semangat keilmuan kehadiran Buku yang bisa menjadi
sumber referensi dan inspirasi dari Penyunting Dr. Sumarto, M.Pd.I dan Kontributor
Penulisan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam semester V dengan
Judul “Bimbingan dan Konseling” sangat menarik dan bermanfaat bagi kalangan
akademisi, serta masyarakat secara umum sebagai unsur yang tidak bisa terlepas
dari pendidikan.
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan baik dari
pihak pembimbing (konselor) maupun dari pihak klien (siswa). Klien diharapkan secara
sukarela, tanpa terpaksa dan tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa menyampaikan
masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan semua fakta, data dan segala sesuatu yang
berkenaan dengan masalah yang dihadapinya kepada konselor. Sebaliknya konselor dalam
memberikan bimbingan juga hendaknya jangan karena terpaksa. Dengan perkataan lain
konselor harus memberikan pelayanan bimbingan dan konseling secara ikhlas.
Dalam proses bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan baik
dari pihak konselor maupun dari pihak konseli. Asas ini tidak kontradiktif dengan asas
kerahasiaan karena keterbukaan yang dimaksud menyangkut kesediaan menerima saran-saran
dari luar dan kesediaan membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. Siswa yang
dibimbing diharapkan dapat berbicara secara jujur dan berterus terang tentang dirinya
sehingga penelaahan dan pengkajian tentang berbagai kekuatan dan kelemahannya dapat
dilakukan.
Siswa dapat membuka diri sendiri sehingga apap yang ada pada dirinya (masalah
yang dihadapi) dapat diketahui oleh konselor. Selain itu, siswa pun harus secara terbuka
menerima saran-saran dan masukan dari pihak lain. Konselorpun harus terbuka dengan
bersedia menjawab berbagai pertanyaan dari konseli dan mengungkapkan diri konselor
sendiri apabila hal tersebut dikehendaki oleh konseli. Lebih menarik lagi untuk dibaca dalam
buku ini.
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 5
Semoga Buku ini dapat menjadi sumber informasi dan inovasi bagi seluruh
akademisi, penyuluh dan masyarakat secara umum untuk dikembang lagi dalam
penelitian dan diterapkan sebagai lingkup proses dalam pembelajaran dalam
mencari ilmu pengetahuan dengan adanya internalisasi nilai dan norma dalam
proses kegiatan pendidikan.
Jambi, 8 Januari 2018
Ketua,
H. Amran, S.Th.I, MA, Ph.D
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 6
DAFTAR ISI
Sampul Depan
Kata Pengantar Penyunting
Kata Pengantar Ketua STAI Ma’arif Jambi
Daftar Isi
1. Pengantar BK (Dr. Sumarto) 7
2. Asas-asas Bimbingan dan Konseling 24
3. Peranan Bimbingan dan Konseling 34
4. Bidang Bimbingan dan Konseling 41
5. Kegiatan Pendukung dan Program Bimbingan dan Konseling 48
6. Keterampilan Konseling 58
7. Petugas Bimbingan dan Konseling 67
8. Teori Bimbingan dan Konseling 74
Daftar Referensi 91
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 7
PENGANTAR BIMBINGAN DAN
KONSELING
Pengantar Bimbingan dan Konseling Dr. Sumarto
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 8
Pendahuluan
Pada kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting untuk menjamin perkembangan dan keberlangsungan kehidupan
bangsa yang bersangkutan. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.1
Manusia membutuhkan pendidikan untuk berperilaku sekaligus untuk
menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari. Pendidikan melekat dalam
kehidupan diri manusia atau sesuatu yang inheren bagi tercapainya peradaban
manusia yang lebih baik. Manusia telah belajar mulai dari keluarganya. Keluarga
memberikan pengajaran untuk peningkatan kualitas pendidikan bagi anak-
anaknya yang berakhir untuk peningkatan kualitas suatu bangsa. Manusia
belajar untuk berinteraksi dengan alam sekeliling sejak lahir di dunia dan yang
pertama mengajarinya adalah keluarga. Peranan pendidikan dalam hidup dan
kehidupan manusia terlebih di zaman modern sekarang ini yang dikenal dengan
abad cybernetica, pendidikan diakui sebagai satu kekuatan (education as power)
yang menentukan prestasi dan produktivitas di bidang yang lain.2 Dalam arti
bahwa seluruh aspek kehidupan tidak bisa lepas dari pendidikan, baik itu
pendidikan melalui lembaga formal maupun non formal. Hubungan dan interaksi
sosial yang terjadi dalam proses pendidikan di masyarakat sangat
mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia.
Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan
cita-cita pribadi individu. Pendidikan menggambarkan suatu proses yang
melibatkan berbagai faktor dalam upaya mencapai kehidupan yang bermakna,
baik bagi individu sendiri maupun masyarakat pada umumnya.3
1Tim Citra Umbara, Undang-Undang R.I Nomor. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dan
Peraturan Pemerintahan R.I. Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Serta Wajib Belajar (Bandung: Citra Umbara, 2012), hlm. 2-3.
2Djumransyah, Filsafat Pendidikan (Malang; Banyumedia. 2006). hlm. 139. 3Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan., Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung;
Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 3.
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 9
Penjelasan di atas merujuk pada firman Allah dalam Q.S 16: 97 dan
ditafsirkan dalam tafsir ath-Thabari yaitu sebagai berikut:
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.4
Allah akan memberikan sifat qana’ah terhadap rezeki yang dibagikan
Allah untuknya, maka ia tidak akan banyak letih oleh dunia, tidak banyak
kesusahannya, serta tidak keruh hidupnya karena mengejar ambisi yang
barangkali luput darinya atau tidak bisa diperolehnya.5
A. Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Perlu diketahui bahwa pengertian dari bimbingan dan konseling
merupakan suatu hal yang berbeda, bimbingan adalah proses memberikan
bantuan kepada konseli dalam hal pencegahan. DR. Moh Surya (1986) dalam
“Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengerahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri denganlingkungan”.
Sedangkan konseling beberapa ahli sudah memberikan pengertian
tentang konseling beberapa diantaranya:
a. Menurut Drs. Dewa Ketut Sukardi
“Konseling adalah suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat
mata atau tatap muka antara konselor dan konseli yang berisi usaha yang
4Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV Asy Syifa, 1992),
hlm. 987. 5Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Tahabari, Vol 16 (Penerjemah)
Misbah, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam 2009), hlm. 314. 6Hallen A. Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002). hal. 3
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 10
laras, unik, human (manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian
dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku, agar memperoleh
konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah
lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang”7
b. Prof. DR. Hasan Langgulung
“Konseling adalah proses yang bertujuan menolong seseorang yang
mengidap goncangan psikologis atau goncangan akal agar ia dapat
menghindari diri sendiri dari padanya”8
c. Bruce Shartzer dan Shelley C. Stone
“Counseling is a proses which takes place in a one-to-one relationship
between an individual troubled by problems with which he cannot cope
alone, and a professional worker whose training and experience have
qualified him to help ather reach solution to various types of personal
difficulties”(Konseling adalah sebuah proses pengambilan tempat (hati)
dalam seorang kepada orang lain berhubungan dengan permasalahan
individual dimana masalah itu tidak dapat dipecahkan sendiri, dan pekerja
profesional (konselor) yang ahli dan berpengalaman punya
ijasahmembantu yang lain (konseli) mencapai solusi dari berbagai macam
kesulitan atau permasalahan personal). 9
Hal senada diungkapkan oleh Prayitno dan Erman Amti yang
mendefinisikan:
“Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukanoleh
seorang yang ahli kepada seorang atau beberapa orangindividu, baik
anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orangyang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinyasendiri dan mandiri dengan
7Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
demikian mereka harus bisa lebih banyak mendengarkan masukan
dari teman sebaya dari pada harus memasuki kantor sekolah.
Biasanya dalam proses kelompok secara bertahap akan terjadi
kohesivitas, partisipasi, interaksi interpersonal diantara anggota. Dalam
konseling kelompok proses-proses tersebut terjadi kalau terbentuk
saling percaya diantara mereka berkat iklim yang dibangun oleh
konselor. Jika demikian yang terjadi maka proses konseling sangat
memberi keuntungan bagi keberhasilannya.30
2) Jenis-Jenis Kelompok Konseling31
Sebelum menentukankomposisi kelompok, seorang konselor
perlu menentukan bentuk-bentuk dan tujuan dari kelompok. Myrick
mengidentifikasi tiga jenis konseling kelompok: crisis centered,
problem centered, dan growth centered.
a) Crisis-Centered Group
Kelompok ini dibentuk dalam merespon problem yang
mendesak (bersifat krisis), seperti trauma dan kelompok-kelompok
dengan masalah krisis seperti kelompok pecandu atau alkoholik.
Biasanya anggota kelompok hanya terdiri dari empat atau enam
partisipan, dan semuanya memiliki masalah yang sama dan bersifat
krisis.
b) Problem-Centered Group
Seperti halnya kelompok krisis, kelompok ini juga memiliki
fokus pada sebuah permasalahan, namun sifatnya tidak mendesak
seperti kelompok krisis. Kelompok ini bisa mengumpulkan
beberapa permasalahan yang signifikan bagi para siswa di sekolah.
Masalah-masalah yang sering muncul biasanya yang berkaitan
dengan pola perilaku atau masalah akademik siswa.
30Sitti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009),
hlm. 34. 31Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 40-41.
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 22
c) Growth-Centered Group
Klasifikasi terkahir ialah kelompok pertumbuhan, dan
kelompok ini berbeda dengan dua kelompok sebelumnya yang
hanya terdiri dari beberapa anggota yang membagikan
masalahnya. Kelompok ini ada sejalan dengan kebutuhan
mengenai tahap-tahap perkembangan semua siswa. Kelompok ini
biasanya konselor gunakan pelaksanaan sebuah program
bimbingan tentang perkembangan siswa.
3) Tahap-tahap Konseling Kelompok
Tahap pertama adalah orientasi para anggota mengenai tujuan
kelompok, membuat kesepakatan dengan anggota lainnya, dan
memulai membangun rasa kepercayaan dengan membuat aturan
kelompok. Aturan yang terpenting ialah kepercayaan.
Tahap kedua adalah penyesuaian antara anggota kelompok,
dan pada masa penyesuaian ini anggota akan terus membangun rasa
kepercayaan dan terbentuk kohesivitas. Pada tahap ini para nggota
mencoba untuk saling berbagi hal-hal yang bersifat personal dan
mendalam. Jika dalam tahapan ini para anggota bisa saling
mendengarkan dan merespon apa yang dibagikan, maka kohesivitas
akan semakin kuat, dan kelompok akan berjalan dengan baik menuju
tahap berikutnya.
Tahap ketiga adalah tahap pelaksanaan dimana para anggota
sudah memiliki fokus untuk mewujudkan tujuannya. Anggota sudah
merasa nyaman dengan saling memberikanfeed back pada anggota
lainnya, dan mereka sudah benar-benar merasakan adanya komitmen
dalam kelompok. Maka pada saat inilah anggota akan mengambil
sebuah tindakan dengan saling berbagi hal-hal lebih banyak lagi dan
menerapkan pengalamannya itu dengan perilaku baru.
Tahap keempat adalah penutupan (ending). Pada akhirnya
konseling kelompokpun memiliki batas. Mengakhiri konseling kelompok
dapat membuat para anggota maju dan mereka akan terus menjaga
rasa persahabatan dengan anggota lainnya.32Seorang konselor yang
32Ibid., hlm. 45.
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 23
memimpin suatu kelompok konseling sepenuhnya bertanggung jawab
terhadap apa yang terjadi dalam kelompok itu. Dalam hal ini konselor
tidak bisa lepas tangan dan menyerahkan tanggung jawab atas
keberhasilan dan kegagalan kelompok sepenuhnya pada para konseli.
Ini berarti bahwa konselor baik dari segi teori teoritis maupun praktis
harus mampu bertindak sebagai katua kelompok diskusi dan sebagai
pengatur wawancara konseling bersama. Oleh karena itu konselor
harus memnuhi sejumlah syarat yang menyangkut pendidikan
akademik, kepribadian, keterampilan berkomunikasi, dan penguasaan
teknik-teknik konseling baik secara teoritis maupun praktis.33
33WS. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia,
1997), hlm. 551.
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 24
ASAS-ASAS
BIMBINGAN KONSELING
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 25
ASAS-ASAS BIMBINGAN KONSELING
A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan yang profesional, yang
menguraikan kefahaman, penanganan, dan penyikapan tentang keadaan
seseorang. Pekerjaan ini sangat penting sekali dalam dunia pendidikan, agar
terciptanya keserasian atau keharmonisan antara guru dan siswa.
Keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh
kaidah-kaidah yang berlaku atau dengan kata lain disebut “asas”. Asas-asas
bimbingan dan konseling adalah merupakan rukun yang harus dipegang teguh dan
dikuasai oleh seorang konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka
penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalantersendat-sendat atau
bahkan terhenti sama sekali.
B. Pengertian Asas-Asas Bimbingan Dan Konseling
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia asas berarti “dasar”. Tetapi asas
dalam pengertian disini adalah bukan dasar tetapi “rukun”. Jadi asas bimbingan dan
konseling itu berarti “rukun yang harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang
guru pembimbing atau konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling.
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh
sebab itu, harus dilaksanakan dengan mengikuti kaedah-kaedah atau asas-asas
tertentu. Dengan mengikuti kaedah-kaedah atau asas-asas tersebut diharapkan
efektifitas san efisiensi proses bimbingan dan konseling dapat tercapai. Selain itu,
agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam praktik pemberian layanan.
Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu
kegiatan, agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapat hasil
yang memuaskan. Penyelenggaraan bimbingan dan konseling harus memperhatikan
asas-asas yang mendasari tugas-tugas pembimbing. Keberhasilan tugas
pembimbing sangat dipengaruhi oleh kemampuan konselor dalam memenuhi asas-
asas tersebut. Seorang konselor yang tidak memperhatikan asas-asas bimbingan
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 26
dan konseling akan menemui banyak hambatan atau bahkan akan menemui
kegagalan dalam melaksanakan tugasnya.34
Asas-asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan yang
harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling.35
C. Macam-Macam Asas Bimbingan Dan Konseling
Slameto (1986) membagi asas-asas bimbingan dan konseling menjadi dua
bagian, yaitu:
1. Asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan individu (sisiwa),
2. Asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan praktik atau
pekerjaan bimbingan.36
1. Asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan siswa
a. Tiap-tiap siswa mempunyai kebutuhan
Tiap-tiap siswa sebagai individu mempunyai kebutuhan yang berbeda baik
jasmaniah maupun rohaniah. Tingkah laku individu pada umumnya dalam rangka
memenuhi kebutuhan. Apabila kebutuhan tidak tercapai akan menimbulkan
kecemasan dan kekecewaan, sehingga pada akhirnya menimbulkan perilaku
menyimpang.
Guru BK di sekolah dan madrasah harus bisa memahami berbagai kebutuhan
siswa, sehingga pelayanan bimbingan dan konseling diberikan dalam rangka
memenuhi kebutuhan sisiwa terutama psikis seperti memperoleh kasih sayang,
memperoleh rasa aman, kebutuhan untuk sukses dalam belajar, memperoleh harga
diri, kebutuhan untuk diakui dan diterima oleh kelompok, kebutuhan untuk
melakukan eksistensi diri, dan lain-lain.
b. Ada perbedaan diantara siswa (asas perbedaan siswa)
Dalam teori individualitas ditegaskan bahwa tiap-tiap individu berbeda.
Demikian halnya dengan siswa sebagai individu jelas mempunyai perbedaan. Tiap-
tiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik fisik maupun psikis. Setiap
siswa berbeda dalam hal kemampuan, bakat, minat, kebutuhan, cita-cita, sikap atau
pandangan hidup, dan ciri-ciri pribadi lainnya. Perbedaan-perbedaan siswa tersebut
34 Satori, Dkk. Profesi Keguruan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007). 35 Tidja, Dkk. Bimbingan Dan Konseling Sekolah Menengah, (Yogyakarta: UNY Press, 2000). 36 Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 84.
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 27
harus mendapat perhatian secara lebih spesifik dari bimbingan atau konselor
disekolah dan madrasah sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan
karakteristik pribadinya masing-masing.
c. Tiap-tiap individu (siswa) ingin menjadi dirinya sendiri.
Relevan dengan asas perbedaan individu diatas, tiap-tiap individu ingin
menjadi dirinya sendiri sesuai dengan ciri-ciri atau karakteristik pribadinya masing-
masing. Pelayanan bimbngan dan konseling disekolah atau dimadrasah harus dapat
mengantarkan siswa berkembang menjadi dirinya sendiri.
Guru pembimbing disekolah atau madrasah tidak boleh mengarahkan
perkembangan siswa kearah yang pembimbing atau konselor inginkan. Dalam
kaitan peran siswa di tengah masyarakat kelak, pelayanan bimbingan dan konseling
harus diarahkan agar siswa menjadi “baik” menurut ukuran masyarakat tanpa
kehilangan kepribadiannya sendiri.
d. Tiap-tiap individu (siswa) mempunyai dorongan untuk menjadi matang.
Dalam tiap-tiap tahapan perkembangannya, setiap siswa mempunyai
dorongan yang kuat untuk menjadi matang, produktif, dan berdiri sendiri (mandiri).
Kematangan yang dimaksud disini adalah kematangan kejiwaan, emosi, dan sosial.
Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah harus berorientasi
kepada kematangan di atas sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan
kecenderungan-kecenderungan.
e. Tiap-tiap siswa mempunyai masalah dan mempunyai pendorong untuk
menyelesaikannya.
Tidak ada individu (siswa) yang tidak memiliki masalah. Mungkin tidak ada
pula individu tidak ingin masalahnya terselesaikan. Apalagi individu (siswa) yang
sedang dalam proses perkembangan, pasti memiliki masalah. Yang berbeda adalah
kompleksitas masalah yang dialami oleh tiap-tiap siswa, artinya ada siswa yang
mengalami masalah kompleks dan ada yang kurang kompleks. Pada dasarnya
setiap individu (siswa) nenpubyai dorongan-dorongan untuk memecahkan
masalahnya, namun karena keterbatasannya adakalanya siswa tidak selalu berhasil.
Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah harus diarahkan
dalam rangka membantu siswa menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dalam hidupnya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya dorongan-
dorongan yang ada pada setiap siswa.
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 28
2. Asas Yang Berhubungan Dengan Praktik Atau Pekerjaan Bimbingan
Menurut arifin dan ety kartikawati (1995) prayitno dan dan erman amti (1999)
asas-asas yang berkenaan dengan praktik atau pekerjaan bimbingan dan konseling
terdiri dari 12 asas yaitu:37
a. Asas Kerahasiaan
Ada kalanya pelayanan bimbingan dan konseling berkenaan dengan individu
atau siswa yang bermasalah. Masalah biasanya merupakan suatu yang harus
dirahasiakan. Adakalanya dalam proses bimbingan dan konseling siswa enggan
berbicara karena merasa khawatir apabila rahasianya diketahui orang lain termasuk
konselornya. Apalagi apabila konselornya tidak dapat menjaga rahasia kliennya.
Apapun yang sifatnya rahasia yang disampaikan klien kepada konselor, tidak boleh
diceritakan kepada orang lain meskipun kepada koleganya. Dalam konseling, asas
ini merupakan asas kunci karena apabila asas ini dipegang teguh konselor akan
mendapat kepercayaan dari klien sehingga mereka akan memanfaatkan jasa
pembimbing dan konseling sebaik-baiknya. Sebaliknya apabila asas ini tidak
dipegang teguh, konselor akan kehilangan kepercayaan dari klien (siswa) sehingga
siswa enggan memnafaatkan jasa pembimbing dan konseling karena merasa takut
masalah dan dirinya menjadi bahan gunjingan.
Contoh: Ada seorang konseli yang menceritakan kepada konselor bahwa
seorang konseli itu memiliki penyakit HIV yang diidapnya sejak lama. Maka seorang
konselor harus bisa menjaga rahasia tersebut agar penyakit konseli itu tidak
diketahui oleh banyak orang.
b. Asas Kesukarelaan
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan
baik dari pihak pembimbing (konselor) maupun dari pihak klien (siswa). Klien
diharapkan secara sukarela, tanpa terpaksa dan tanpa ragu-ragu ataupun merasa
terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan semua
fakta, data dan segala sesuatu yang berkenaan dengan masalah yang dihadapinya
kepada konselor. Sebaliknya konselor dalam memberikan bimbingan juga
37 Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.2007), Hlm. 86..
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 29
hendaknya jangan karena terpaksa. Dengan perkataan lain konselor harus
memberikan pelayanan bimbingan dan konseling secara ikhlas.
Dalam asas ini, bukan berarti konselor tidak boleh menerima jasa dari
pelayanan bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling
merupakan pekerjaan profesi, oleh sebab itu, konselor tidak dilarang untuk
menerima gaji tetapi hendaknya gaji tidak menjadi tujuan. Konselor tidak
memberikan pelayanan bimbingan dan konseling karena terpaksa. Asas ini sangat
relevan dengan ajaran islam berkenaan dengan ikhlas. Siswa harus ikhlas untuk
mengikuti bimbingan dan konseling dan pembimbing pun harus ikhlas memberikan
bimbingan dan konseling.
Contoh: Ada seorang siswa yang selalu tidak masuk dikarenakan tidak suka
pada salah satu mata pelajaran disekolahnya. Sebagai guru konselor seharusnya
kita harus mengubah sikap/perilaku konseli tersebut agar dapat suka pada mata
pelajaran tersebut dengan selalu membina dan mengembangkannya.
c. Asas Keterbukaan
Dalam proses bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana
keterbukaan baik dari pihak konselor maupun dari pihak konseli. Asas ini tidak
kontradiktif dengan asas kerahasiaan karena keterbukaan yang dimaksud
menyangkut kesediaan menerima saran-saran dari luar dan kesediaan membuka diri
untuk kepentingan pemecahan masalah. Siswa yang dibimbing diharapkan dapat
berbicara secara jujur dan berterus terang tentang dirinya sehingga penelaahan dan
pengkajian tentang berbagai kekuatan dan kelemahannya dapat dilakukan.
Siswa dapat membuka diri sendiri sehingga apap yang ada pada dirinya
(masalah yang dihadapi) dapat diketahui oleh konselor. Selain itu, siswa pun harus
secara terbuka menerima saran-saran dan masukan dari pihak lain. Konselorpun
harus terbuka dengan bersedia menjawab berbagai pertanyaan dari klien dan
mengungkapkan diri konselor sendiri apabila hal tersebut dikehendaki oleh klien.
Contoh: Ada seorang konseli yang memiliki sifat tertutup, sebagai konselor
kita harus dapat mengubah konseli untuk berbicara secara terbuka dan tidak
berpura-pura dalam menceritakan masalah pribadinya sendiri. Sehingga konseli
dapat berbicara jujurdan merasa nyaman dalam menyampaikan masalah.
d. Asas Kekinian
Pelayanan bimbingan dan konseling harus berorientasi kepada masalah yang
sedang dirasakan oleh klien saat ini. Artinya masalah-masalah yang ditanggulangi
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 30
dalam proses bimbingan dan konseling adalah masalah-masalah yang sedang
dirasakan oleh siswa, bukan masalah yang sudah lampau dan juga bukan masalah
yang akan datang. Dalam penanggulangan masalah siswa, masa lalu dan yang
akan datang menjadi latar belakang dan latar depan masalah.
Asas kekinian juga mengandung makna bahwa pembimbing tidak boleh
menunda-nunda pemberian bantuan. Apabila lkien meminta bantuan atau fakta
menunjukkan ada siswa yang perlu bantuan, maka konselor hendaknya segera
memberikan bantuan. Sebaiknya konselor tidak menunda-nunda memberikan
bantuan kepada konseli. Konselor hendaknya lebih mementingkan kepentingan klien
dari pada yang lainnya.
Contoh: konselor tidak hanya fokus pada masalah yang telah dihadapi, tetapi
konselor harus terus memantau perkembangan konseli baik fisik dan psikis.
e. Asas Kemandirian
Kemandirian merupakan salah satu tujuan pelayanan bimbingan dan
konseling. Siswa yang telah dibimbing hendaknya bisa mandiri tidak tergantung
kepada orang lain dan konselor. Ciri-ciri kemandirian pada siswa yang telah
dibimbing adalah:
a) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya
b) Menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis
c) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri
d) Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu
e) Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan-
kemampuan yang dimilikinya.
Contoh: Ada seorang konseli yang cacat fisik datang kepada kita, dia
menceritakan bahwa dia tidak memiliki semangat untuk meneruskan hidupnya.
Sebagai konselor yang profesional kita harus bisa menumbuhkan rasa semangat
hidup dengan cara memberikan pemahaman agar konseli tersebut mengenal dan
menerima dirinya dan lingkungan, dan mampu mengambil sebuah keputusan agar
konseli tersebut menjadi mandiri.
f. Asas Kegiatan
Pelayanan bimbingan dan konseling tidak akan nenberikan hasil yang berarti
apabila klien tidak melakukan sendiri kegiatan untuk mencapai tujuan bimbingan dan
koseling. Hasil usaha yang menjadi tujuan bimbingan dan konseling tidak akan
tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dicapai dengan kerja keras giat dari
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 31
klien sendiri. Guru pembimbing harus dapat membangkitkan semangat klien
sehingga mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam
menyelesaikan masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam proses konseling.
Contoh: seorang konselor harus bisa membuat program kegiatan. Seperti
ospek, MOS, agar konseli dapat mengenali lingkungan yang baru serta mampu
untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan barunya.
g. Asas Kedinamisan
Usaha bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada
individu yang dibimbing, yaitu perubahan prilaku kearah yang lebih baik. Perubahan
yang terjadi tidak sekedar mengulang-ulang hal-hal yang lama yang bersifat
monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju kesuatu pembaruan atau
sesuatu yang lebih maju dan dinamis sesuai arah perkembangan klien yang
dikehendaki.
Contoh: seorang konselor harus mampu mengikuti pergerakan zaman, agar
konselor dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang ada pada seorang konseli
yang semakin kompleks. Misalnya keluarga broken, serta pergaulan bebas
dikalangan pemuda.
h. Asas Keterpaduan
Individu memiliki berbagai aspek kepribadian yang apabila keadaannya tidak
seimbang, dan tidak terpadu, justru akan menimbulkan masalah. Oleh sebab itu,
usaha bimbingan dan konseling hendaklah memadukan berbagai aspek kepribadian
klien. Selain keterpaduan pada diri klien, juga harus terpadu dalam isi dan proses
layanan yang diberikan. Tidak boleh aspek layanan yang satu tidak serasi apalagi
bertentangan dengan aspek layanan yang lainnya.
Asas ketrpaduan juga menuntut konselor memiliki wawasan yang luastentang
perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang
dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien.
Contoh: seorang konseli melakukan kerjasama dengan seorang psikolog seks
maupun dokter kandungan, dan mengundangnya kesekolah untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik disekolah ataupun madrasah agar konseli
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih jelas tentang seks, supaya
mereka tidak terjerat dalam pergaulan bebas.
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 32
i. Asas Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-
norma yang berlaku, baik norma agama, adat, hukum atau negara, norma ilmu,
maupun norma kebiasaan sehari-hari. Seluruh isi dan proses konseling harus sesuai
dengan norma-norma yang berlaku. Demikian pula dengan prosedur, teknik, dan
peralatan (instrumen) yang dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang
berlaku.
Contoh: seorang konselor dalam menjalankan tugasnya, harus sesuai dengan
norma, hukum, dan adat istiadat, sehingga tercipta suasana yang harmonis diantara
konseli dan konselor. Karena konselor yang profesional harus bisa menciptakan
suasana yang nyaman bagi seorang konseli.
j. Asas Keahlian
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional yang
diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang khusus dididik untuk pekerjaan
tersebut. Dengan perkataan lain, pelayanan bimbingan dan konseling harus
dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian tentang bimbingan dan konseling.
Asas keahlian juga mengacu kepada kualifikasi konselor seperti pendidikan
dan pengalaman. Selain itu, seorang konselor juga harus mengetahui dan
memahami secara baik teori-teori dan praktik bimbingan dan konseling.
Contoh: apabila ada seorang konseli yang datang pada konselor, seorang
konselor harus bersikap sebagai konselor. Bukan bersikap seperti dokter maupun
yang lainnya. Yaitu memberikan sepenuhnya semua keputusan pada konseli.
k. Asas Alih Tangan (Referal)
Konselor sebagai manusia, diatas kelebihannya tetap memiliki keterbatasan
kemampuan. Tidak semua masalah yang dihadapi klien berada dalam kemampuan
konselor untuk memecahkannya. Apabila konselor telah menyerahkan segenap
tenaga dan kemampuannya untuk memecahkan masalah klien, tetapi belum
berhasil, maka konselor yang bersangkutan harus memindahkan tanggung jawab
pemberian bimbingan dan konseling kepada konselor yang lain atau kepada orang
lain yang lebih mengetahui. Dengan kata lain, apabila konselor telah menyerahkan
segenap kemampuan untuk membantu klien, tetapi siswa yang bersangkutang
belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat
mengirim siswa yang bersangkutan kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli.
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 33
Contoh: ada seorang konseli yang stres gara-gara tidak lulus ujia sekolah,
seorang konselor tidak dapat bertindak sendiri dalam konteks ini. Seorang konselor
harus melakukan kerjasama dengan pihak yang lebih ahli dalam kasus ini.
l. Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendak tercipta dalam rangka
hubungan keseluruhan antara pembimbing dengan yang bimbing. Terlebih lagi di
lingkungan sekolah atau madrasah. Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan
dan konseling tidak hanya dirasakan saat siswa mengalami masalah. Bimbingan dan
konseling hendaknya dirasakan sebelum dan sesudah siswa menjalani layanan
bimbingan dan konseling secara langsung. Dalam asas ini, konselor bisa
menjadikan dirinya sebagai contoh pemecah masalah yang efektif. Dalam praktik
bimbingan dan konseling islam, asas ini bertumpu pada keteladanan Rasulullah
SAW. Contoh: seorang guru harus menjadi teladan, dan menyenangkan. Agar
konseli tidak takut menceritakan masalahnya kepada kita, dan mampu mengayomi
peserta didik.
Daftar Referensi
Satori, Dkk. Profesi Keguruan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007)
Tidja, Dkk. Bimbingan Dan Konseling Sekolah Menengah, (Yogyakarta: UNY Press,
2000).
Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi),
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008).
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 34
PERANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 35
PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Maka pendidikan di Indonesia ini tidak hanya memprioritaskan
perkembangan aspek kognitif atau pengetahuan pesertadidik, namun juga tetapi
perkembangan individu sebagai pribadi yang unik secara utuh. Oleh karena setiap
satuan pendidikan harus memberikan layanan yang dapat memfasilitasi
perkembangan pribadi siswa secara optimal berupa bimbingan dan konseling.
Pemahaman mengenai apa dan bagaimana layanan bimbingan disekolah mutlak
diperlukan oleh pengawas. Hal ini merupakan bagian dari kompetensi supervisi
manajerial yang harus dilakukannya terhadap setiap sekolah yang berada dalam
lingkup binaannya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk lingkungan
bertanggung jawab dalam memberikan asuhan terhadap proses perkembangan
individu. Bimbingan dan konseling akan merupakan bantuan individu di dalam
memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dalam
konsepsi tentang tugas perkembangan (developmental task) dikatakan bahwa
setiap periode tertentu terdapat sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus
diselesaikan.
B. Landasan Dasar Perlunya Organisasi Bimbingan Konseling di Sekolah
Organisasi bimbingan dan konseling disekolah mutlak diperlukan, karena:
1. Pelayanan bimbingan adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
keseluruhan program pendidikan. Ini berarti bahwa seluruh staf sekolah baik
kepala sekolah, guru, Sali kelas, maupun staf admnistrasi sekolah perlu
melibatkan diri dalam usaha layanan bimbingan.
2. Pembinaan bimbingan dan konseling di sekolah ada pada kepala sekolah
sebagai administrator sekolah yang memegang peranan kunci.
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 36
3. Tanggung jawab langsung dalam melaksanakan layanan bimbingan konseling
di sekolah hendaknya dilimpahkan kepada staf yang berwenang yang memilikii
persyaratan tertentu baik dalam segi pendidikan formal, sifat, sikap dan
kepribadian, ketrampilan dan pengalaman serta waktu yang cukup untuk
melaksanakan tugas.
4. Program bimbingan merupakan suatu bentuk kegiattan yang cukup luas bidang
geraknya.
5. Program layanan bimbingan di seklah hendaknya perlu di evaluasi untuk
mengertahui efektivitas dan efisiensi program.
6. Petugas-petugas yang diserah tanggung jawab bimbingan yang bersifat
khusus, seperti kegiatan konseling hendaknya ditangani oleh petugas yang
professional da berkompeten mengerjakan tugas tersebut.
7. Petugas-petugas bimbingan dan seluruh staf pelaksanan bimbingan mutlak
perlu diberikan latihan dalam jabatan. Sebagai suatu alat untuk memperbaiki
pelayanan bimbingan di sekolah.
C. Peranan Bimbingan Konseling Di Sekolah
Pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal telah
dipetakan secara tepat dalam kurikulum 1975, meskipun pada waktu itu
dinamakan layanan bimbingan dan penyuluhan pendidikan. Akan tetapi, dalam
Permen Diknas No. 22/2006 tentang setandar isi, Pelayanan bimbingan dan
konseling diletakkan sebagai bagian dari kurikulum yang isinya dipilah menjadi
Kelompok Mata pelajaran, Muatan lokal, Materi Pengembangan diri, yang harus
disiapkan oleh bagian bimbingan dan konseling.38
Dalam sistem pendidikan Indonesia, konselor disekolah menengah
mendapat peran dan posisi yang jelas. Peran bimbingan dan konseling, siswa
yang bagai salah satu student support services, adalah men-suport
perkembangan-perkembangan aspek pribadi, sosial, kareir, dan akademik
peserta didik, melalui pengembangan menu program 1 bimbingan dan konseling
pembantuan kepada peserta didik dalam individual student planning, pemberian
38 Ridwan, Penangan Efektif Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Penangan Efektif
Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1998, hlm, 30-32.
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 37
layanan responsive, dan pengembangan sistim support. Pada jenjang ini,
bimbingan dan konseling menjalankan semua fungsinya.
Dasar penyelenggaraan bimbingan dan konseling disekolah, bukan smata-
mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-
undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah
menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli,
agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas
perkembangannya, menyangkut aspak fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral
spiritual.
D. Program Bimbingan Konseling Di Sekolah
Program Bimbingan Konseling Di Sekolah disusun berdasarkan kebutuhan
peserta didik (need assessment). Dengan substansi program layanan mencakup
empat bidang:
1. jenis layanan dan kegiatan pendukung
2. format kegiatan
3. sasaran pelayanan
4. volume / beban tugas konselor.
Program Bimbingan Konseling pada masing-masing satuan sekolah /
madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan
program antar kelas dan antar jenjang kelas, dan mensinkronisasikan Program
Bimbingan Konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan
ekstra kulikuler, serta mengefektifitaskan dan mengefisiensikan penggunaan
fasilitas sekolah/ madrasah. Dilihat dari jenisnya, Program Bimbingan Konseling
terdiri dari 5 (lima) jenis program, yaitu:
1. Program Tahunan, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling meliputi
seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah /
madrasah.
2. Program Semesteran, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling meliputi
seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program
tahunan.
3. Program Bulanan, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling meliputi
seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program
semesteran.
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 38
4. Program Mingguan, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling yang
meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran
program mingguan.
5. Program Harian, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling yang
dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian
merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan dan
atau satuan kegitan pendukung Bimbingan Konseling Di Sekolah.
E. Peranan Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengembangkan Karakter Siswa
Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk memperbaiki,
meningkatkan seluruh perilaku yang mencakup adat istiadat, nilai-nilai, potensi,
kemampuan, bakat dan pikiran bangsa Indonesia. Untuk membangun karakter
bangsa, haruslah diawali dari lingkup yang terkecil. Khususnya di sekolah, ada
baiknya kita menganalogikan proses pembelajaran di sekolah dengan proses
kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan nilai-nilai tersebut di atas dapat
dilaksanakan melalui pembelajaran. Tentu saja pembelajaran yang dapat
mengadopsi semua nilai-nilai karakter bangsa yang akan dibangun.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.
Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki
kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.
Pesan dari UU Sisdiknas tahun 2003 bertujuan agar pendidikan tidak
hanya membentuk insan manusia yang pintar namun juga berkepribadian,
sehingga nantianya akan lahir generasi muda yang tumbuh dan berkembang
denagan kepribadian yang bernafaskan nilai-nilai luhur agama dan pancasila.
Sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi
memiliki peran yang central dalam mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai
karakter. Semua masyarakat sepakat tentang pentingnya karakter dalam
kehidupan, tetapi jauh lebih penting bagaimana menyusun dan mengatur secara
sistematis sehingga anak-anak dapat lebih berkarakter dalam kehidupan.
Selama ini bimbingan karakter sudah ada di sekolah seperti bimbingan
konseling, tetapi itu bervariasi. Di sekolah guru BP tidak bisa meraih semua
karena dalam kenyataanya guru BP hanya membimbing siswa yang terkena
masalah dan siswa yang lain seolah terbebas dari masalah, Keberadaan guru BP
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 39
sendiri kadang dirangkap oleh guru mata pelajaran. Akhirnya, konsep pendidikan
karakter di sekolah tidak pernah bisa optimal.
Menurut Dr. Anita Lie, Peraih gelar Doktor Bidang Kurikulum dan
Pengajaran dari Baylor University, Texas, Amerika Serikat, mengatakan bahwa
pendidikan karakter sebaiknya tidak dikotomikan macam-macam. Dia katakana
konsep pendidikan tersebut harus diintegrasikan ke dalam kurikulum. Anita
mengatakan, untuk menerapkan pendidikan karakter seluruh sekolah harus
memiliki kesepakatan tentang nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan di
sekolahnya. Unsur-unsur pengembangan karakter itu pun harus diintegrasikan di
semua mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma
atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan,
dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran
nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada
internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di
masyarakat.
Kegiatan ekstra kurikuler dalam sekolah yang selama ini diselenggarakan
sekolah merupakan salah satu media yang baik untuk pembinaan karakter
peserta didik. Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar
jam mata pelajaran, kegiatan ini berfungsi untuk membantu pengembangan
peserta didik sesuai dengan potensi, bakat, dan minat peserta didik melalui
kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik di sekolah. Melalui
kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan komponen-
komponen karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik sperti rasa tanggung
jawab sosial, serta potensi dan prestasi.39
Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya
membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai
secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Pendidikan
karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter
dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai
standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,
39 Sofyan S. Willis Sofyan, Konseling Individual Teori Dan Praktek, Bandung, Alfabeta,
2004, hlm. 98-90.
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 40
mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan
akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.40
Daftar Referensi
Depdiknas, (Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bahan Belajar Mandiri
Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah), Jakarta, Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2008.
Ridwan, Penangan Efektif Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Penangan Efektif
Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1998.
Dewa Ketut Sukardi, Organisasi Dan Administrasi Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah, Surabaya, Usaha Nasional, 2000.
Sofyan S. Willis Sofyan, Konseling Individual Teori Dan Praktek, Bandung, Alfabeta,
2004.
40 Dewa Ketut Sukardi, Organisasi Dan Administrasi Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah, Surabaya, Usaha Nasional, 2000, hlm, 45.
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 41
BIDANG
BIMBINGAN DAN KONSELING
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 42
BIDANG BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Latar Belakang
Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana-mana dan kapan saja, baik di
sekolah, keluarga, maupun dalam kehidupan dimasyarakat. Biasanya tingkah laku
menyimpang ini dilakukan olah kalangan remaja. Karena pada tahap ini remaja
masih mencari jati dirinya yang ideal menurutnya, sehingga tidak jarang yang
mereka lakukan adalah hal-hal yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku
dalam pandangan masyarakat umum.
Banyak faktor atau sumber yang menyadi penyebab timbulnya perilaku
menyimpang, baik yang berasal dari dalam diri individu maupun berasal dari luar diri
individu yang bersangkutan. Maka di sini akan di bahas apa yang di maksud dengan
tingkah laku menyimpang, bentuk-bentuk tingkah laku menyimpang tersebut dan
usaha yang dilakukan bimbingan dan konseling untuk menanggulanginya.41
B. Pembahasan
Moral adalah suatu masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja, baik
dalam masyarakat yang telah maju maupun dalam masyarakat yang masih
terbelakang. Salah satu kenyataan di Indonesia sekarang ini adalah adanya gejala
kemerosotan moral bangsa secara tajam. Kemerosotan moral tersebut bukan hanya
pada orang tua akan tetapi sudah merambat pada generasi muda yang diharapkan
untuk meneruskan perjuangan bangsa.
Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan (transisi)
mulai dari masa kanak-kanak menuju dewasa, oleh sebab itu masa ini sering terjadi
goncangan-goncangan sebagai akibat dari belum siapnya mereka menerima nilai-
nilai baru dalam rangka mencapai kedewasaan. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku
remaja sehari-hari baik dirumah, disekolah maupun dilingkungan masyarakat.
Masalah anak-anak dan pendidikan adalah suatu persoalan yang paling menarik
perhatian, terutama dikalangan para orang tua dan pendidikan. 42
Banyak para orang tua yang mengeluh apabila melihat hasil didikannya
kurang menggembirakan. Banyak pula orang tua dan pendidik yang kebingungan,
41 Ahmad Muhaimin Azzet, Bimbingan Konseling, (Jokjakarta: Arruzz Media, 2013). hlm. 48 42 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madarasah, (Jakarta: Raja Grafindo. 2009). Hlm. 35-36
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 43
tak tahu bagaimana menghadapi anak yang rewel, keras hati, nakal, dan sulit di atur.
Tidak selamanya para orang tua dan pendidik mengerti bagaimana menyelesaikan
permasalahan yang di hadapi remaja secara benar. Maka perlu adanya suatu
bimbingan dan konseling yang dapat membantu mengatasi permasalahan yang
dialami oleh para remaja. Adapun jenis-jenis bidang bimbingan dan konseling
sebagai berikut;
1. Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi Merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dalam
hal memecahkan masalah-masalah yang sangat kompleks dan bersifat
rahasia/pribadi sekali misalnya, masalah keluarga, persahabatan, cita-cita, dan
sebagainya.
Merupakan bimbingan yang diberikan pada individu dalam menghadapi
pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri, perawatan jasmani,
pengisian waktu luang, pengaturan nafsu seksual, dan sebagainya.
Misalnya pada siswa remaja, mereka berhadapan dengan aku-nya yang lain dari
pada sebelumnya. Contoh: peralihan dari perasaan sangat sedih menjadi sangat
gembira, ingin meraih cita-cita tapi tidak mengetahui caranya. Kemudian
seorang mahasiswa yang berhadapan dengan aku-nya yang ditantang memikul
tanggung jawab sebagai orang dewasa dan menghadapi realitas yang bertentangan
dengan dirinya/keinginannya.
Klien, terutama para remaja pada umumnya malu untuk bertanya pada orang
tua, atau pada orang dewasa lainnya, sedangkan bila bertanya pada teman sebaya
juga tidak tahu. Bimbingan menekankan bagaimana sikap dalam menghadapi
masalah yang timbul. Bimbingan pribadi diberikan malalui bimbingan individual
maupun kelompok.
Secara khusus layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu
siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi,
sosial, belajar, dan karier. Bimbingan pribadi dimaksud untuk mencapai tujuan dan
tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri , dan
bertanggung jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan
tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan
pribadi pekerja yang produktif.
Tujuan
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 44
Bimbingan dan konseling pribadi dimaksudkan untuk membantu peserta
didik/konseli agar mampu;
a. Memahami potensi diri dan memahami kelebihan dan kelenahannya, baik
kondisi fisik maupun psikis.
b. Mengembangkan potensi untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupannya.
c. Menerima kelemahan kondisi diri dan mengatasinya secara baik.
d. Mencapai keselarasan perkembangan antara cipta rasa-karsa.
e. Mencapai kematangan/kedewasaan dalam kehidupannya sesuai nilai-nilai
luhur.
f. Mengakualisasikan dirinya sesuai dengan potensi.
2. Bimbingan Sosial
Bimbingan dan konseling sosisal merupakan suatu proses pemberian
bantuan dari konselor kepada peserta didik/konseli untuk memahami lingkungannya
dan dapat melakukan interaksi sosial secara positif, terampil berinteraksi sosial,
mampu mengatasi masalah-masalah sosial yang dialaminya, mampu menyesuaikan
diri dan mampu memiliki keserasian hubungan dengan lingkungan sosialnya
sehingga mencapai kebahagiaan dalam kehidupannya,
Bimbingan pribadi-sosial merupakan salah satu bidang bimbingan yang ada
di sekolah. bimbingan pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam
menghadapi dan memecahkan masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri,
menghadapi konflik dan pergaulan.
Bimbingan pribadi-sosial adalah, seperangkat usaha bantuan kepada peserta
didik agar dapat mengahadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial yang
dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial,
memilih jenis-jenis kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta
berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan
sosial yang dialaminya.
Inti dari pengertian bimbingan pribadi-sosial adalah bahwa bimbingan pribadi-
sosial diberikan kepada individu, agar mampu menghadapi dan memecahkan
permasalahan pribadi-sosialnya secara mandiri. bimbingan pribadi-sosial adalah
bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah
sosial-pribadi.
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 45
Yang tergolong dalam masalah-masalah sosial-pribadi adalah masalah
hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, permasalahan sifat dan
kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat
tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan
pribadi-sosial merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh seorang ahli kepada
individu atau kelompok, dalam membantu individu menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan
pergaulan.
Tujuan
Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik/konseli
agar mampu;
a. Berempati terhadap kondisiorang lain.
b. Memahami keragaman latar sosial budaya.
c. Menghormati menghargai orang lain.
d. Mengatasi konflik dengan orang lain berdasarkan prinsip yang saling
menguntungkan.
3. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar adalah layanan bimbingan yang diberikan pada siswa
untuk membentuk kebiasaan belajar yang baik, mengembangkan rasa ingin tahu
dan menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia
belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan
dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan
mengembangkan harkat kemanusiaannya.
Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru
dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru
itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda
perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan.
Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat
psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.
Tujuan Bimbingan dan konseling belajar bertujuan membantu peserta didik untuk;
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 46
a. Menyadari potensi diri dalam aspek belajar dan memahami berbagai
hambatan belajar
b. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif
c. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepamjang hayat.
d. Memiliki keterampilan belajar
e. Memiliki kesiapan menghadapi ujian
4. Bimbingan Karier
Bimbingan karier adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membantu
individu(peserta didik) dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan,
termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk
memasuki suatu pekerjaan. Bimbingan karier tidak hanya sekedar memberikan
respon kepada masalah-masalah yang muncul, akan tetapi juga membantu individu
memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam
pekerjaan.
Bimbingan karir adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang
sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu
memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-
kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat
menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah suatu
upaya bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya,
mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk
kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusan
secara tepat dan bertanggungjawab.
Peran bimbingan dan konseling karir sebagai pengintegrasi berbagai
kemampuan dan kemahiran intelektual dan keterampilan khusus hingga sampai
pada kematangan karir secara spesifik terumus dalam tujuan bimbingan karir
sebagai berikut:
a) Peserta didik dapat mengenal (mendeskripsikan) karakteristik diri (minat,nilai,
kemampuan, dan ciri-ciri kepribadian) yang darinya peserta didik dapat
mengidentifikasi bidang studi dan karir yang sesuai dengan dirinya.
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 47
b) Peserta didik mampu mengidentifikasi berbagai bidang pendidikan yag
tersedia yang relevan dengan berbagai bidang pekerjaan. Dengan demikian
peserta didik memperoleh dan dapat menerapkan pengetahuan dan
keterampilan (skill) yang dituntut oleh peran-peran kerja tertentu.
c) Peserta didik mampu mengambil keputusan karir bagi dirinya sendiri,
merencanakan langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan perencanaan karir
yang realistik bagi dirinya. Perencanaan karir yang realistik akan
meminimalkan faktor dan dampak negatif dan memaksimalkan faktor dan
dampak positif dari proses pemilihan karir.
d) Mampu menyesuaikan diri dalam mengimplementasikan pilihannya dan
berfungsi optimal dalam karir. Bimbingan Karir di sekolah diarahkan untuk
membantu siswa dalam perencanaan dan pengarahan kegiatan serta dalam
pengambilan keputusan yang membentuk pola karir tertentu dan pola hidup
yang akan memberikan kepuasan bagi dirinya dan lingkungannya.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan mengenai Bimbingan Karir,
terdapat beberapa persamaan.
Persamaan tersebut antara lain:
1) Bantuan layanan,
2) Individu,peserta didik, remaja,
3) Masalah karir, pekerjaan, penyesuaian diri, persiapan diri, pengenalan diri,
pemahaman diri, dan pengenalan dunia kerja, perencanaan masa depan,
bentuk kehidupan yang diambil oleh individu yang bersangkutan.43
Daftar Referensi
Ahmad Muhaimin Azzet, Bimbingan Konseling, (Jokjakarta: Arruzz Media, 2013).
Daryanto dan Mohammad farid, Bimbingan Konseling, (Yokyakarta: Gava Media.
2015).
43 Daryanto dan Mohammad farid, Bimbingan Konseling, (Yokyakarta: Gava Media. 2015). Hlm. 172-175
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 48
KEGIATAN PENDUKUNG DAN PROGRAM
BIMBINGAN DAN KONSELING
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 49
KEGIATAN PENDUKUNG DAN PROGRAM
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Latar Belakang
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari keseluruhan program pendidikan. Program bimbingan menunjang tercapainya
tujuan pendidikan yaitu perkembangan individu secara optimal. Oleh karena itu,
kegiatan bimbingan dan konseling harus diselenggarakan dalam bentuk kerjasama
sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan. Kegiatan itu harus diselenggarakan
secara teratur, sistematik dan terarah atau terencana, agar benar-benar berdaya dan
berhasil guna bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam mengahadapi
persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu siswa
lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan
menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang
ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.
B. Kegiatan Pendukung BK
1. Aplikasi Instrumentasi
Aplikasi instrumentasi dapat bermakna upaya ungkapan melalui pengukuran
yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen tertentu. Atau
kegiatan menggunakan instrumen untuk mengungkapkan kondisi tertentu atas diri
siswa.
Kondisi dalam diri klien (siswa) perlu diungkap melalui aplikasi instrumentasi
dalam rangkan pelayanan bimbingan dan konseling untuk memperoleh pemahaman
yang tentang klien (siswa) secara lebih tepat. Upaya pengungkapan sebagai aplikasi
instrumentasi dapat dilakukan melalui tes dan non tes. Hasil aplikasi isntrumen
selanjutnya dianalisis dan perlakuan secara tepat kepada klien dalam bentuk
layanan bimbingan dan konseling.
Secara umum, tujuan aplikasi instrumentasi adalah supaya diperolehnya data
tentang kondisi tertentu atas diri klien (siswa) data yang diperoleh melalui aplikasi
instrumentasi selanjutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
Secara khusus, apabila dikaitkan dengan fungsi-fungsi bimbingan dan
konseling berupa fungsi pemahaman, data hasil aplikasi instrumentasi bertujuan
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 50
untuk memahami kondisi klien (siswa) seperti potensi dasarnya, bakat dan minatnya,
kondisi diri dan lingkungannya, masalah-masalah yang dialami, dan lain sebagainya.
Komponen-komponen yang terkait dan sinergi dengan aplikasi instrumentasi
adalah instrumen itu sendiri (materi yang di ungkap dan bentuk instrumen),
responden, dan penggunaan.
Kegiatan aplikasi instrumentasi merupakan suatu proses dimana
Prayitno dan Erman Amti, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 99.
Rober L. Gibson & Marianne H. Mitchell, Bimbingan dan konseling, terj. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sitti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009).
Sofyan S. Willis, Konseling Individual teori dan Praktek, Bandung: Alfabeta, 2007.
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan., Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2005).
Tim Citra Umbara, Undang-Undang R.I Nomor. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pemerintahan R.I. Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Serta Wajib Belajar (Bandung: Citra Umbara, 2012), hlm. 2-3.
Buku Bimbingan Dan Konseling
92
Tristiadi Ardi Ardani, Psikiatri Islam (Malang; UIN-Malang Press, 2008)
WS. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia, 1997).