http://yandrifauzan.blogspot.com/2011/03/askep-dengan-fraktur-mandibula.htmlASKEP
DENGAN FRAKTUR MANDIBULAhttp://yandrifauzan.blogspot.com/
ASKEP DENGAN FRAKTUR MANDIBULAI.Diagnosa medik:Fraktur
MendibulaII.Definisi:Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya(Brunner & Suddarth,
2001). Mandibula adalah tulang rahang bawah, tulang yang tidak
teratur dan merupakan satu-satunya tulang kepala yang dapat
bergerak (Watson,2002). Fraktur mandibula adalah rusaknya
kontinuitas tulang mandibula yang dapat disebabkan oleh trauma baik
secara langsung atau tidak langsung.III.Etiologi:1.Trauma langsung:
benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat
tersebut.2.Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur
pada tempat yang jauh dari area benturan.3.Fraktur patologis:
fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa
trauma.Contoh fraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik,
infeksi tulang dan tumor tulang.IV.Jenis-jenis fraktur:1.Fraktur
tertutup, merupakan fraktur tidak menyebabkan robek pada
kulit2.Fraktur terbuka, merupakan dengan luka pada kulit atau robek
dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit3.Fraktur komplet
adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran4.Fraktur tidak komplit, patah hanya terjadi
pada sebagian dari garis tengah tulangV.Patofisiologi (Web of
Caution)Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks,
pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal
tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan
sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla
antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang
mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi
jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma
dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai
melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini
menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk
bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang
kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut
masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain.
Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan
tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang
iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke
interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema, sehingga
mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan terjadi penurunan
perfusi jaringanVI.Pemeriksaan Fisika.Nyeri pada lokasi frkatur
terutama pada saat digerakanb.Adanya pembengkakanc.Pemendekan
ekstrmitas yang sakitd.Paralisis (kehilangan daya gerak)e.Krepitasi
(sensasi keripik yang ditimbulkan bila mempalpasi patahan-patahan
tulangf.Spasme ototg.Peretesia (penurunan sensasi)VII.Pemeriksaan
Laboratorium/Diagnostik/Penunjang:Pemeriksaan rontgen: Untuk
menentukan lokasi, luas dan jenis frakturScan tulang, tomogram,
CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan
kerusakan jaringan lunakPemeriksaan darah lengkap: Hb menurun
terutama fraktur terbuka, peningkatan leukosit adalah respon stres
normal setelah trauma.VIII.Diagnosa keperawatan yang sering
muncul1.Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d pergeseran fragmen tulang
terhadap jaringan lunak2.Resiko tinggi inefektifnya bersihan jalan
nafas b.d trauma pada jaringan lunak3.Kerusakan komunikasi verbal
b.d nyeri
IX.Intervensi Keperawatan dan Rasional1.Gangguan rasa nyama:
nyeri (akut) b.d pergeseran fragmen tulang terhadap jaringan
lunakTujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam nyeri dapat berkurang atau terkontrol.Kriteria hasil :a.Nyeri
berkurang atau hilangb.Skala nyeri 1c.Klien menunjukkan sikap
santaiIntervensiRasional
1.Kaji lokasi nyeri, itensitas dan tipe nyeri2.Pertahankan
imobilisasi fraktur wajah dengan alat yang tepat
3.lakukan rentang gerak pasif/ aktif untuk ekstremitas/
sendi
4.Ajarkan dan dorong tehnik relaksasi napas dalam5.Berikan waktu
untuk ekspresikan perasaan, dalam tingkat kemampuan
berkomunikasiKolaborasiBerikan analgetik sesuai indikasidengan
dokter, pemberian analgetik1.Mempengaruhi pilihan keefektifan
intervensi2.Mempertahankan posisi yang tepatndan mencegah stres
yang tak diperlukan pada dukungan otot3.menurunkan ketidaknyamanan
dan kekakuan, merangsang sirkulasi yang melambat sehubungan dengan
tirah baring4.Dengan tehnik relaksasi dapat mengurangi
nyeri5.ekspresikan masalah/ rasa takut menurunkan ansietas/ siklus
nyeri
Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan
berkurang.
2.Resiko tinggi inefektifnya bersihan jalan nafas b.d trauma
pada jaringan lunakTujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam resiko inefektif bersihan jalan nafas tidak
terjadiKriteria hasil: a. Pola nafas normalb.Bunyi nafas jelas dan
tidak bisingc.Mendemonstrasikan perilaku untuk meningkatkan jalan
napas patenIntervensiRasional
1.Tinggikan tempat tidur 30 derajat
2.Observasi frekuensi/ irama pernafasan. Perhatikan penggunaan
otot aksesori, pernafasan cuoing hidung, stridor, serak3.Periksa
mulut terhadap pembengkakan, perubahan warna, akumulasi sekret
mulut atau darah4.Perhatikan keluhan pasien akan peningkatan
disfagia, batuk nada tinggi, mengi5.Awasi TTV dan perubahan
mental
6.Auskultasi bising usus
7.Kaji warna dasar kukuKolaborasiBerikan antiemetik sesuai
indikasi1.Meningkatkan drainase sekresi dan menurunkan terjadinya
edema2.Dapat mengindikasikan terjadinya gagal pernafasan
3.Pemeriksaan hati-hati diperlukan karena mungkin adanya
perdarahan
4.Menindikasikan pembengkakan jaringan lunak pada faring
posterior
5.Takikardi/ peningkatan gelisah dapat mengindikasikan
terjadinya hipoksia6.Adanya mengi/ ronki menunjukan sekret
tertahan7.Menentukan keadekuatan oksigenasi
Mencegah terjadinya muntah dan aspirasi
3.Kerusakan komunikasi verbal b.d nyeriTujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat
berkomunikasi dengan baikKriteria hasil : pasien akan menetapkan
metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
IntervensiRasional
Tentukan luasnya ketidakmampuan untuk berkomunikasi
Berikan pilihan cara komunkasi menggunakan alatvalidasi arti
upaya komunikasi.gunakan ya atau tidakAntisipasi kebutuhan
pasien
1.Tipe cedera/ situasi individual akan menentukan kebuthan yang
memerlukan bantuan2.Memampukan pasien untuk mengkomunikasikan
kebutuhan atau masalah3.Batasi frusteasi dan kelelahan yang dapat
terjadi pada percakapan lama4.Menurunkan ansietas dan perasaan
tidak berdaya
DAFTAR PUSTAKADoenges,M. A., Moorhouse, M. F.,& Geissler,
A.C (1999).Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien.Jakarta: EGC.Smeltzer, Z.
C,& Brenda, G. B .( 2001 )BukuAjar Keperawatan Medikal
Bedah.Edisi 8, vol 3. Jakarta: EGCRerves, C. J., Roux, G.,&
Lockhart, R .( 2001).keperawatan medikal bedah.Jakarta: Salemba
Medika.Watson, R. (2002).Anatomi dan fisiologi: untuk perawat.
Jakarta: EGC.
http://imagineyourspirit.blogspot.com/2012/07/asuhan-keperawatan-askep-fraktur_20.htmlAsuhan
Keperawatan (Askep) FRAKTUR MANDIBULAPosted byARie Kurniawanon
01.49Nama : Ari KurniawanNIM: PO7120010006POLTEKKES KEMENKES
BANJARMASIN JURUSAN KEPERAWATAN BANJARBARUTwitter:
@KurniawanArie_
FRAKTUR OS.MANDIBULARIS
DEFiNISIRusaknya kontinuitas tulang mandibular yang dapat
disebabkan oleh traumabaik secara langsung atau tidak langsung.
PATOFISIOLOGIPenyebab fraktur adalah traumaFraktur patologis;
fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma
berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :Osteoporosis
ImperfektaOsteoporosisPenyakit metabolikTRAUMATrauma, yaitu
benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi
dagu langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).
TANDA DAN GEJALANyeri hebat di tempat frakturTak mampu
menggerakkan dagu bawahDiikuti tanda gejala fraktur secara umum,
seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur
terbuka, deformitas.
PEMERIKSAAN PENUNJANGX.RayBone scans, Tomogram, atau MRI
ScansArteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.CCT kalau
banyak kerusakan otot.
PENATALAKSANAAN MEDIKKonservatif : Immobilisasi,
mengistirahatkan daerah fraktur.Operatif : dengan pemasangan
Traksi, Pen, Screw, Plate, Wire ( tindakan Asbarg)RENCANA
KEPERAWATANPrioritas MasalahMengatasi perdarahanMengatasi
nyeriMencegah komplikasiMemberi informasi tentang kondisi,
prognosis, dan pengobatan
NODX. KEPERAWATANINTERVENSIRASIONAL
1.Potensial terjadinya syok sehubungan dengan perdarah-an yang
banyakINDENPENDEN:Observasi tanda-tanda vital.Mengkaji sumber,
lokasi, dan banyaknya per darahanMemberikan posisi supinasi
Memberikan banyak cairan (minum)
KOLABORASI:Pemberian cairan per infusPemberian obat koagulan sia
(vit.K, Adona) dan penghentian perdarahan dengan
fiksasi.Pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht)
Untuk mengetahui tanda-tanda syok sedini mungkinUntuk menentukan
tindakan
Untuk mengurangi per darahan dan mencegah kekurangan darah ke
otak.Untuk mencegah kekurangan cairan(mengganti cairan yang
hilang)
Pemberian cairan per infus.
Membantu proses pembekuan darah dan untuk meng hentikan
perdarahan.
Untuk mengetahui kadar Hb, Ht apakah perlu transfusi atau
tidak.
2.Gangguan rasa nyaman:Nyerisehubungan dengan perubahan fragmen
tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan back slab, stress, dan
cemasINDEPENDEN:Mengkaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi,
intensitas nyeri dengan meng-gunakan skala nyeri
(0-10)Mempertahankan immobilisasi (back slab)Berikan sokongan
(support) pada ektremitas yang luka.Menjelaskan seluruh prosedur di
atas
KOLABORASI:Pemberian obat-obatan analgesik
Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan
jenis tindak annya.Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada
jaringan yang luka.Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan me
ngurangi nyeri.Untuk mempersiapkan mental serta agar pasien
be-partisipasi pada setiap tindakan yang akan dilakukan.Mengurangi
rasa nyeri
3.Potensial infeksi sehubungan dengan luka
terbuka.INDEPENDEN:Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit)
terhadap adanya: edema, rubor, kalor, dolor, fungsi laesa.Anjurkan
pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.Merawat luka dengan
meng-gunakan tehnik aseptikMewaspadai adanya keluhan nyeri
mendadak, keterbatasan gerak, edema lokal, eritema pada daerah
luka.KOLABORASI:Pemeriksaan darah : leokosit
Pemberian obat-obatan :antibiotika dan TT (Toksoid
Tetanus)Persiapan untuk operasi sesuai indikasi
Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.
Meminimalkan terjadinya kontaminasi.
Mencegah kontaminasi dan kemungkinan infeksi silang.Merupakan
indikasi adanya osteomilitis.
Lekosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi
Untuk mencegah kelanjutan terjadinya infeksi dan pencegahan
tetanus.Mempercepat proses penyembuhan luka dan dan penyegahan
peningkatan infeksi.
4.Gangguan aktivitas s/d keru-sakan neuromuskuler skeletal,
nyeri, immobilisasi.INDEPENDEN:Kaji tingkat immobilisasi yang
disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi
tersebut.Mendorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton
TV, membaca koran dll ).
Menganjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada
yang cedera maupun yang tidak.
Membantu pasien dalam perawatan diri
Auskultasi bising usus, monitor kebiasaan eliminasi dan
menganjurkan agar b.a.b. teratur.Memberikan diit tinggi protein ,
vitamin ,dan mineral.
KOLABORASI :Konsul dengan bagian fisioterapi
Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi
tidak proporsional)
Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan
perhatian, meningkatkan perasaan me-ngontrol diri pasien dan
membantu dalam mengurangi isolasi sosial.Meningkatkan aliran darah
ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan
mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca
yang tidak digunakan.Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot,
meningkatkan pasien dalam mengontrol situasi, meningkatkan kemauan
pasien untuk sembuh.Bedrest, penggunaan analgetika dan perubahan
diit dapat menyebabkan penu-runan peristaltik usus dan
konstipasi.Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB,
karena pada immobilisasi biasanya terjadi penurunan BBUntuk
menentukan program latihan.
5.Kurangnya pengetahuan ttg kondisi, prognosa, dan pengo- batan
sehubungan dengan kesalahan dalam pe- nafsiran, tidak familier
dengan sumber in-formasi.INDEPENDEN:Menjelaskan tentang kelainan yg
munculprognosa, dan harapan yang akan datang.Memberikan dukungan
cara-cara mobilisasi dan ambulasi sebagaimana yang dianjurkan oleh
bagian fisioterapi.
Memilah-milah aktifitas yg bisa mandiri dan yang harus
dibantu.
Mengidentifikasi pelayanan umum yang tersedia seperti team
rehabilitasi, perawat keluarga (home care)Mendiskusikan tentang
perawatan lanjutan.
Pasien mengetahui kondisi saat ini dan hari depan sehingga
pasien dapat menentu kan pilihan..Sebagian besar fraktur memerlukan
penopang dan fiksasi selama proses pe- nyembuhan shg keterlambatan
penyembuhan disebabkan oleh penggunaan alat bantu yang kurang
tepat.Mengorganisasikan kegiatan yang diperlu kan dan siapa yang
perlu menolongnya (apakah fisioterapist, perawat atau ke-
luarga).Membantu mengfasilitasi perawatan mandiri memberi support
untuk mandiri.
Penyembuhan fraktur tulang kemungkinan lama (kurang lebih 1
tahun) sehingga perlu disiapkan untuk perencanaan perawatan
lanjutan dan pasien kooperatif.
DAFTAR KEPUSTAKAANDoenges M.E. (1989)Nursing Care Plan,
Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A.
Davis Company.
Long; BC and Phipps WJ (1985)Essential of Medical Surgical
Nursing : A Nursing Process ApproachSt. Louis. Cv. Mosby
Company.
fraktur mandibula
BAB IPENDAHULUAN
Mandibula merupakan bagian tulang yang paling rentan mengalami
fraktur pada trauma facialis. Hal ini dapat disebabkan karena
posisinya yang menonjol dan merupakana sasaran pukulan dan
benturan. Trauma pada umumnya diderita pada laki-laki dibandingkan
perempuan pada usia 20-30 tahun. Diluar negeri kebanyakan kejadian
trauma facialis meningkat pada musim panas.(1) Mandibula tersusun
dari dua bagian keping yaitu keping luar yang tebal dan keping
dalam yang dipisahkan oleh tulang medulla trabekularis. Dari
keseluruhan struktur mandibula, bagian yang terlemah adalah daerah
sub kondilar, angulus mandibula dan region mentalis. Fraktur
subkondilar banyak dijumpai pada anak-anak sedangkan fraktur
angulus sering dijumpai pada remaja dan dewasa muda.(1,2) Pada
prinsipnya ada dua cara penatalaksanaan fraktur mandibula, yaitu
cara tertutup atau disebut juga perawatan konservatif dan cara
terbuka yang ditempuh dengan cara pembedahan. Pada teknik tertutup
imobilisasi dan reduksi fraktur dicapai dengan penempatan peralatan
fiksasi maksilomandibular. Pada prosedur terbuka bagian yang
mengalami fraktur di buka dengan pembedahan dan segmen fraktur
direduksi serta difiksasi secara langsung dengan menggunakan
kawat/plat yang disebut dengan wire atau plate osteosynthesis.
Kedua teknik ini tidak selalu dilakukan tersendiri tetapi
kadang-kadang diaplikasikan bersama atau disebut dengan prosedur
kombinasi. Pada penatalaksanaan fraktur mandibula selalu
diperhatikan prinsip-prinsip dental dan ortopedik sehingga daerah
yang mengalami fraktur akan kembali / mendekati posisi anatomis
sebenarnya dan fungsi mastikasi yang baik. (3,4)
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Mandibula merupakan tulang yang besar dan paling kuat pa da
daerah muka. Dibentuk oleh dua bagian simetris yang mengadakan fusi
dalam tahun pertama kehidupan. Tulang ini terdiri dari korpus,
yaitu suatu lengkungan tapal kuda dan sepasang ramus yang pipih dan
lebar yang mengarah keatas pada bagian belakang dari korpus. Pada
ujung dari masing-masing ramus didapatkan dua buah penonjolan
disebut prosesus kondiloideus dan prosesus koronoideus. Prosessus
kondiloideus terdiri dari kaput dan kolum. Permukaan luar dari
korpus mandibula pada garis median, didapatkan tonjolan tulang
halus yang disebut simfisis mentum yang merupakan tempat pertemuan
embriologis dari dua buah tulang.Bagian korpus mandibula membentuk
tonjolan disebut prosesus alveolaris yang mempunyai 16 buah lubang
untuk tempat gigi. Bagian bawah korpus mandibula mempunyai tepi
yang lengkung dan halus. Pada pertengahan korpus mandibula kurang
lebih 1 nchi dari simfisis didapatkan foramen mentalis yang dilalui
oleh vasa dan nervus mentalis. Permukaan dalam dari korpus
mandibula cekung dan didapatkan linea milohiodea yang merupakan
origo m. Milohioid. Angulus mandibula adalah pertemuan antara tepi
belakang ramus mandibula dan tepi bawah korpus mandibula. Angulus
mandibula terletak subkutan dan mudah diraba pada 2-3 jari dibawah
lobulus aurikularis. (5)Secara keseluruhan tulang mandibula ini
berbentuk tapal kuda melebar di belakang, memipih dan meninggi pada
bagian ramus kanan dan kiri sehingga membentuk pilar, ramus
membentuk sudut 1200 terhadap korpus pada orang dewasa. Pada yang
lebih muda sudutnya lebih besar dan ramusnya nampak lebih
divergens. Dari aspek fungsinya, merupakan gabungan tulang
berbentuk L bekerja untuk mengunyah dengan dominasi (terkuat) m.
Temporalis yang berinsersi disisi medial pada ujung prosesus
koronoideus dan m. Masseter yang berinsersi pada sisi lateral
angulus dan ramus mandibula. M. Pterigodeus medial berinsersi pada
sisi medial bawah dari ramus dan angulus mandibula. M masseter
bersama m temporalis merupakan kekuatan untuk menggerakkan
mandibula dalam proses menutup mulut. M pterigoideus lateral
berinsersi pada bagian depan kapsul sendi temporo-mandibular,
diskus artikularis berperan untuk membuka mandibula. Fungsi m
pterigoid sangat penting dalam proses penyembuhan pada fraktur
intrakapsuler. Pada potongan melintang tulang mandibula dewasa
level molar II berbentuk seperti U dengan komposisi korteks dalam
dan korteks luar yang cukup kuat. Ditengahnya ditancapi oleh
akar-akar geligi yang terbungkus oleh tulang kanselus yang
membentuk sistem haversian (osteons) diantara dua korteks tersebut
ditengahnya terdapat kanal mandibularis yang dilewati oleh syaraf
dan pembuluh darah yang masuk dari foramen mandibularis dan keluar
kedepan melalui foramen mentalis. Lebar kanalis mandibula tersebut
sekitar 3 mm ( terbesar) dan ketebalan korteks sisi bukal yang
tertipis sekitar 2.7mm sedang pada potongan level gigi kaninus
kanalnya berdiameter sekitar 1mm dengan ketebalan korteks sekitar
2.5-3mm. Posisis jalur kanalis mandibula ini perlu diingat dan
dihindari saat melakukan instrumentasi waktu reposisi dan memasang
fiksasi interna pada fraktur mandibula. (6)
Gb. 2.1 anatomi tulang mandibula (7)
Mandibula mendapat nutrisi dari arteri alveolaris inferior yang
merupakan cabang pertama dari arteri maxillaris yang masuk melalui
foramen mandibula bersama vena dan nervus alveolaris inferior
berjalan dalam kanalis alveolaris. Arteri alveolaris inferior
memberi nutrisi ke gigi-gigi bawah serta gusi sekitarnya kemudian
di foramen mentalis keluar sebagai a. Mentalis. Sebelum keluar dari
foramen mentalis bercabang menuju incisivus dan berjalan sebelah
anterior ke depan didalam tulang. Arteri mentalis beranastomosis
dengan arteri facialis, arteri submentalis dan arteri labii
inferior. Arteri submentalis dan arteri labii inferior merupakan
cabang dari arteri facialis. Arteri mentalis memberi nutrisi ke
dagu. Aliran darah balik dari mandibula melalui vena alveolaris
inferior ke vena facialis posterior. Daerah dagu mengalirkan darah
ke vena submentalis, yang selanjutnya mengalirkan darah ke vena
facialis anterior. Vena facialis anterior dan vena facialis
posterior bergabung menjadi vena fascialis communis yang
mengalirkan darah ke vena jugularis interna. (8)
Biomekanik Mandibula Mandibula memiliki mobilitas dan gaya yang
sangat banyak, sehingga dalam melakukan penanganan fraktur
mandibula harus benar-benar diperhatikan biomekanik yang terjadi.
Gerakan mandibula dipengaruhi oleh empat pasang otot yang disebut
otot-otot pengunyah, yaitu otot masseter, temporalis, pterigoideus
lateralis dan medialis. Otot digastricus bukan termasuk otot
pengunyah tetapi mempunyai peranan yang penting dalam fungsi
mandibula. (9)Pada waktu membuka mulut, maka yang berkontraksi
adalah m. Pterigoideus lateralis bagian inferior, disusul m
pterigoideus lateralis bagian superior ( yang berinsersi pada
kapsul sendi) saat mulut membuka lebih lebar. Sedangkan otot yang
berperan untuk menutup mulut adalah m. Temporalis dan masseter dan
diperkuat lagi oleh m. Pterigoideus medialis. Kekuatan dinamis dari
otot pengunyah orang dewasa pada gigi seri 40kg, geraham 90kg,
sedang kekuatan menggigit daerah incisivus 10kg, molar 15 kg.
(6)
Fraktur Mandibula Fraktur didefinisikan sebagai deformitas
linear atau terjadinya diskontinuitas tulang yang disebabkan oleh
rudapaksa. Fraktur dapat terjadi akibat trauma atau karena proses
patologis. Fraktur akibat trauma dapat terjadi akibat perkelahian,
kecelakaan lalulintas, kecelakaan kerja, luka tembak, jatuh ataupun
trauma saat pencabutan gigi. Fraktur patologis dapat terjadi karena
kekuatan tulang berkurang akibat adanya kista, tumor jinak atau
ganas rahang, osteogenesis imperfecta, osteomyelitis, osteomalacia,
atrofi tulang secara menyeluruh atau osteoporosis nekrosis atau
metabolic bone disease. Akibat adanya proses patologis tersebut,
fraktur dapat terjadi secara spontan seperti waktu bicara, makan
atau mengunyah. (11) Mandibula merupakan tulang yang kuat, tetapi
pada beberapa tempat dijumpai adanya bagian yang lemah. Daerah
korpus mandibula terutama terdiri dari tulang kortikal yang padat
dengan sedikit substansi spongiosa sebagai tempat lewatnya pembuluh
darah dan pembuluh limfe. Daerah yang tipis pada mandibula adalah
angulus dan sub condylus sehingga bagian ini termasuk bagian yang
lemah dari mandibula. Selain itu titik lemah juga didapatkan pada
foramen mentale, angulus mandibula tempat gigi molar III terutama
yang erupsinya sedikit, kolum kondilus mandibula terutama bila
trauma dari depan langsung mengenai dagu maka gayanya akan
diteruskan kearah belakang.
Garis fraktur pada mandibula biasa terjadi pada area lemah dari
mandibula tergantung mekanisme trauma yang terjadi. Garis fraktur
subkondilar umumnya dibawah leher prosesus kondiloideus akibat
perkelahian dan berbentuk hampir vertikal. Namun pada kecelakaan
lalu lintas garis fraktur terjadi dekat dengan kaput kondilus,
garis fraktur yang terjadi berbentuk oblique. Pada regio angulus
garis fraktur umumnya dibawah atau dibelakang regio mlaor III
kearah angulus mandibula. Pada fraktur corpus mandibula garis
fraktur tidak selalu paralel dengan sumbu gigi, seringkali garis
fraktur berbentuk oblique. Garis fraktur dimulai pada regio
alveolar kaninus dan insisivus berjalan oblique ke arah midline.
Pada fraktur mendibula, fragmen yang fraktur mengalami displaced
akibat tarikan otot-otot mastikasi, oleh karena itu maka reduksi
dan fiksasi pada fraktur mendibula harus menggunakan splinting
untuk melawan tarikan dari otot-otot mastikasi. Beberapa faktor
yang mempengaruhi displacement fraktur mandibula antara lain ; arah
dan kekuatan trauma, arah dan sudut garis fraktur, ada atau
tidaknya gigi pada fragmen, arah lepasnya otot dan luasnya
kerusakan jaringan lunak. Pada daerah ramus mandibula jarang
terjadi fraktur, karena daerah ini terfiksasi oleh m masseter pada
bagian lateral, dan medial oleh m pterigoideus medialis. Demikian
juga pada prosesus koronoideus yang terfiksasi oleh m masseter.
Beberapa macam klasifikasi fraktur mandibula dapat digolongkan
berdasar sebagai berikut :Insidens fraktur mandibula sesuai dengan
lokasi anatomisnya; prosesus condiloideus (29.1%), angulus
mandibula (24%), simfisis mandibula (22%), korpus mandibula (16%),
alveolus (3.1%), ramus (1.7%), processus coronoideus (1.3%).
(10,11,12)Berdasar ada tidaknya gigi pada kiri dan kanan garis
fraktur ; kelas 1 : gigi ada pada kedua bagian garis fraktur, kelas
II : gigi hanya ada pada satu bagian dari garis fraktur, kelas III
: tidak ada gigi pada kedua fragmen, mungkin gigi sebelumnya memang
sudah tidak ada (edentolous), atau gigi hilang saat terjadi
trauma.Berdasar arah fraktur dan kemudahan untuk direposisi
dibedakan : horisontal yang dibagi menjadi favourable dan
unfavourable. Vertikal, yang juga dibagi menjadi favourable dan
unfavourable. Kriteria favourable dan unfavourable berdasarkan arah
satu garis fraktur terhadap gaya otot yang bekerja pada fragmen
tersebut. Disebut favourable apabila arah fragmen memudahkan untuk
mereduksi tulang waktu reposisi sedangkan unfavourable bila garis
fraktur menyulitkan untuk reposisi.Berdasar beratnya derajat
fraktur, dibagi menjadi fraktur simple/closed yaitu tanpa adanya
hubungan dengan dunia luar dan tidak ada diskontinuitas dari
jaringan sekitar fraktur. Fraktur compound atau open yaitu fraktur
berhubungan dengan dunia luar yang melibatkan kulit, mukosa atau
membran periodontal.Berdasar tipe fraktur dibagi menjadi fraktur
greenstick (incomplete); fraktur yang biasanya didapatkan pada
anak-anak karena periosteum tebal. Fraktur tunggal ; fraktur hanya
pada satu tempat saja. Fraktur multiple ; fraktur yang terjadi pada
dua tempat atau lebih, umumnya bilateral. Fraktur komunitif ;
terdapat adanya fragmen yang kecil bisa berupa fraktur simple atau
compound.Selain itu terdapat juga fraktur patologis ; fraktur yang
terjadi akibat proses metastase ke tulang, impacted fraktur ;
fraktur dengan salah satu fragmen fraktur di dalam fragmen fraktur
yang lain. Fraktur atrophic ; adalah fraktur spontan yang terjadi
pada tulang yang atrofi seperti pada rahang yang tak bergigi.
Indirect fractur ; fraktur yang terjadi jauh dari lokasi trauma.
(12, 13)
Biomekanik Fraktur Mandibula Konsep biomekanik pada perawatan
fraktur mandibula perlu dipahami sebab keadaan statik dan dinamik
dapat mempengarui proses penyembuhan fraktur. Tujuan dari semua
terapi fraktur ialah mengembalikan bentuk dan fungsi seperti
semula. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan imobilisasi
menggunakan fiksasi internal dan eksternal . Rahang bawah memiliki
bentuk anatomis yang unik, berdasarkan arsitektur tulang, bentuk
dan perlekatan ototnya mandibula dapat digambarkan sebagai sebuah
struktur yang mengubah tekanan yang diterimanya menjadi suatu
bentuk daya tensi dan kompresi. Kekuatan kompresi dihasilkan
sepanjang daerah basal mandibula sedangkan kekuatan tensi terdapat
pada sepanjang daerah alveolar. Aksis tranversal imajiner yang
terletak kira-kira sepanjang kanalis mandibula memisahkan prosesus
alveolaris yang merupakan daerah tegangan atau disebut dengan
tension area dari daerah basal mandibula yang merupakan daerah
kompresi atau disebut dengan compression area. Pada waktu mandibula
mengalami fraktur, prinsip perawatan dilakukan dengan
mempertimbangkan kekuatan-kekuatan pada kedua sisi dari aksis
imajiner tersebut, sehingga kedua kekuatan tegangan yang berlawanan
tersebut harus dinetralisir untuk mendapatkan reduksi fungsional
yang stabil. Hal ini dapat ditempuh
dengan penggunaan plat dan tension bar system yang secara
individual berbeda tergantung dari lokasi dan tipe frakturnya.
Secara umum, pressure trajectory yang menghasilkan kekuatan
kompresi pada mandibula kemudain terjadi distorsi misalnya di
rahang yang fraktur dapat diperbaiki dengan pemasangan plat
osteosintesis, sedangkan tension trajectory dengan menggunakan arch
bar yang berfungsi sebagai tension band. Plat sudah cukup stabil
untuk menetralkan shear dan torsional stress. Tension band
berfungsi untuk mengurangi kekuatan yang membengkokkan yang terjadi
di bagian alveolar atau kekuatan menahan yang menjauhi plat.
(3,14,15,16)
Kekuatan torsional pada mandibula terdapat pada bagian symphisis
mandibula, hal ini disebabkan karena banyaknya muskulus dasar mulut
yang melekat pada bagian ini sehingga apabila terjadi fraktur pada
bagian ini maka dapat timbul rotasi. Stabilisasi fragmen tulang
yang fraktur di regio ini digunakan dua miniplate dengan jarak
antar plat kurang lebih 5mm untuk menetralkan kekuatan rotasi pada
daerah symphisis tersebut.(17) Selain menggunakan dua miniplate
dapat juga digunakan SNT plate untuk fraktur di regio
symphisis.
Diagnosis Fraktur Mandibula Didalam penegakan diagnosis fraktur
mandibula meliputi anamnesa, apabila merupakan kasus trauma harus
diketahui mengenai mekanisme traumanya (mode of injury),
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang..Pada kasus trauma,
pemeriksaan penderita dengan kecurigaan fraktur mandibula harus
mengikuti kaidah ATLS, dimana terdiri dari pemeriksaan awal (primar
survey) yang meliputi pemeriksan airway, breathing, circulation dan
disability. Pada penderita trauma dengan fraktur mandibula harus
diperhatikan adanya kemungkinan obstruksi jalan nafas yang bisa
diakibatkan karena fraktur mandibula itu sendiri ataupun akibat
perdarahan intraoral yang menyebabkan aspirasi darah dan clot.
Setelah dilakukan primary survey dan kondisi penderita stabil,
dilanjutkan dengan dengan pemeriksaan lanjutan secondary survey
yaitu pemeriksaan menyeluruh dari ujung rambut sampai kepala.1.
anamnesa ;meliputi ada tidaknya alergi, medikamentosa, penyakit
sebelumnya, last meal dan events/enviroment sehubungan dengan
injurinya.2. Pemeriksaan fisik ; dari inspeksi dilihat ada tidaknya
deformitas, luka terbuka dan evaluasi susunan / konfigurasi gigi
saat menutup dan membuka mulut, menilai ada/tidaknya maloklusi.
Dilihat juga ada/tidaknya gigi yang hilang atau fraktur. Pada
palpasi dievaluasi daerah TMJ dengan jari pada daerah TMJ dan
penderita disuruh buka-tutup mulut, menilai ada tidaknya nyeri,
deformitas atau dislokasi. Untuk memeriksa apakah ada fraktur
mandibula dengan palpasi dilakukan evaluasi false movement dengan
kedua ibujari di intraoral, korpus mandibula kanan dan kiri
dipegang kemudian digerakkan keatas dan kebawah secara berlawanan
sambil diperhatikan disela gigi dan gusi yang dicurigai ada
frakturnya. Bila ada pergerakan yang tidak sinkron antara kanan dan
kiri maka false movement +, apalagi dijumpai perdarahan disela
gusi.
3. pemeriksaan penunjang ; pada fraktur mandibula dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang foto Rontgen untuk mengetahui pola
fraktur yang terjadi. Setiap pemeriksaan radiologis diharapkan
menghasilkan kualitas gambar yang meliputi area yang dicermati
yaitu daerah patologis berikut daerah normal sekitarnya. Gambar
yang dihasilkan seminimal mungkin mengalami distorsi, hal ini bisa
dicapai dengan proyeksi yang dekat (film dan sumber x-ray sedekat
mungkin dengan obyek) dan densitas serta kontras gambar foto
optimal (diatur dari mA dan kVp serta waktu penyinaran dan proses
pencuciannya). (6)Dari gambaran radiologis adanya fraktur mandibula
dapat dilihat sebagai berikut :a. tulang alveolar- gambaran garis
radiolusen pada alveolus, uncorticated- garis fraktur kebanyakan
horizontal- letak segmen gigi yang tidak pada tempatnya- ligamen
periodontal yang melebar- bisa didapatkan gambaran fraktur akar
gigib. corpus mandibula- terlihat celah radiolusen bila arah sinar
x-ray sejajar garis fraktur- gambaran tersebut diatas bisa kurang
jelas bila garis x-ray tidak sejajar garis fraktur- step defect-
biasanya terdapat fraktur pada caput condylus lateralc. condylus
mandibula- caput condylus biasanya shared off- step defect- overlap
dari garis trabecular, tampak berupa gambaran garis radioopaque-
deviasi mandibula pada sisi yang fraktur (18)
Beberapa tehnik Roentgen dapat digunakan untuk melihat adanya
fraktur mandibula antara lain ;- foto skull AP/Lateral- foto Eisler
; foto ini dibuat untuk pencitraan mandibula bagian ramus dan
korpus, dibuat sisi kanan atau sisi kiri sesuai kebutuhan.- Townes
view ; dibuat untuk melihat proyeksi tulang maksila, zigoma dan
mandibula- reverse Townes view ; dilakukan untuk melihat adanya
fraktur neck condilus mandibula terutama yang displaced ke medial
dan bias juga melihat dinding lateral maksila- Panoramic ; disebut
juga pantomografi atau rotational radiography dibuat untuk
mengetahui kondisi mandibula mulai dari kondilus kanan sampai
kondilus kiri beserta posisi geliginya termasuk oklusi terhadap
gigi maksila. Dibuat film didepan mulut pada alat yang rotasi dari
pipi kanan ke pipi kiri, sinar-x juga berlawanan arah rotasi dari
arah tengkuk sehingga tercapai proyeksi dari kondulus kanan sampai
kondilus kiri.Keuntungan panoramic adalah ; cakupan anatomis yang
luas, dosis radiasi rendah, pemeriksaan cukup nyaman, bisa
dilakukan pada penderita trismus,. Kerugiannya tidak bisa
menunjukkan gambaran anatomis yang jelas daerah periapikal
sebagaimana yang dihasilkan foto intra oral- Temporomandibular
Joint ; pada penderita trauma langsung daerah dagu sering
didapatkan kondisi pada dagu baik akan tetapi terjadi fraktur pada
daerah kondilus mandibula sehingga penderita mengeluh nyeri pada
daerah TMJ bila membuka mulut, trismus kadang sedikit maloklusi.
Pada pembuatan foto TMJ yang standard biasanya di lakukan proyeksi
lateral buka mulut (Parma) dan proyeksi lateral tutup mulut biasa
(Schuller). Biasanya dibuat kedua sendi kanan dan kiri untuk
perbandingan.- orbitocondylar view ; dilakukan untuk melihat TMJ
pada saat buka mulut lebar, menunjukkan kondisi struktur dan kontur
dari kaput kondilus tampak dari depan
CT Scan Pemeriksaan ini pada kasus emergency masih belum
merupakan pemeriksaan standart. Centre yang telah maju dalam
penggunaan modalitas ini telah menggunakan CT Scan terutama untuk
fraktur maksilofasial yang sangat kompleks. Pemeriksaan ini
membirak banyak informasi mengenai cidera di bagian dalam.
MRI Pemeriksaan MRI untuk fraktur maksilofasial tidak pernah
dilakukan di RSUD dr Soetomo. Pemeriksaan ini terutama untuk
melihat kerusakan pada jaringan lunak. (6)
Penatalaksanaan Fraktur Mandibula Prinsip dasar umum dalam
perawatan fraktur mandibula ialah sebagai berikut. Evaluasi klinis
secara keseluruhan dengan teliti, pemeriksaan klinis fraktur
dilakukan secara benar, kerusakan gigi dievaluasi dan dirawat
bersamaan dengan perawatan fraktur mandibula, mengembalikan oklusi
merupakan tujuan dari perawatan fraktur mandibula. Apabila terjadi
fraktur mulitple di wajah, fraktur mandibula lebih baik dilakukan
perawatan terlebih dahulu dengan prinsip dari dalam keluar, dari
bawah keatas. Waktu penggunaan fiksasi intermaksiler dapat
bervariasi tergantung tipe, lokasi, jumlah dan derajat keparahan
fraktur mandibula serta usia dan kesehatan pasien maupun metode
yang akan digunakan untuk reduksi dan imobilisasi. Penggunaan
antibiotik untuk kasus compound fractures, monitor pemberian
nutrisi pasca operasi. Penanganan fraktur mandibula secara umum
dibagi menjadi 2 metode yaitu reposisi tertutup dan terbuka.
Reposisi tertutup (closed reduction) patah tulang rahang bawah ;
penanganan konservatif dengan melukan reposisi tanpa operasi
langsung pada garis fraktur dan melakukan imobilisasi dengan
interdental wiring atau eksternal pin fixation. Reposisi terbuka
(open reduction) ; tindakan operasi untuk melakukan koreksi
defromitas-maloklusi yang terjadi pada patah tulang rahang bawah
dengan melakukan fiksasi dengan interosseus wiring serta
imobilisasi dengan menggunakan interdental wiring atau dengan mini
plat+skrup. (19) Indikasi untuk closed reduction antara lain ;a.
fraktur komunitif, selama periosteum masih intak masih dapat
diharapkan kesembuhan tulangb. fraktur dengan kerusakan soft tissue
yang cukup berat, dimana rekonstruksi soft tissue dapat digunakan
rotation flap, free flap ataupun granulasi persecundum bila luka
tersebut tidak terlalu besarc. edentulous mandibula ; closed
reduction dengan menggunakan protese mandibula gunning splint dan
sebaiknya dikombinasikan dengan kawat circum mandibula-
circumzygomaticumd. Fraktur pada anak-anak ; karena open reduction
dapat menyebabkan kerusakan gigi yang sedang tumbuh. Apabila
diperlukan open reduction dengan fiksasi internal, maka digunakan
kawat yang halus dan diletakkan pada bagian paling inferior dari
mandibula. Closed reduction dilakukan dengan splint acrylic dan
kawat circum-mandibular dan circumzygomaticum bila memungkinkane.
Fraktur condylus ; mobilisasi rahang bawah diperlukan untuk
menghindari ankylosis dari TMJ. Pada anak, moblisasi ini harus
dilakukan tiap minggu, sedangkan dewasa setiap 2 minggu.Tehnik yang
digunakan pada terapi fraktur mandibula secara closed reduction
adalah fiksasi intermaksiler. Fiksasi ini dipertahankan 3-4 minggu
pada fraktur daerah condylus dan 4-6 minggu pada daerah lain dari
mandibulaBeberapa tehnik fiksasi intermaksilaris ;a. tehnik gilmer
; merupakan tehnik yang mudah dan efektif tetapi mempunyai
kekurangan yaitu mulut tidak dapat dibuka untuk melihat daerah
fraktur tanpa mengangkat kawat. Kawat tersebut dilingkarkan pada
leher gigi, kemudian diputar searah jarum jam sampai tegang.
Dilakukan pada gigi atas dan bawah sampai oklusi baik. Kemudian
kedua kawat atas dan bawah digabungkan dan diputar dengan hubungan
vertika maupun silang, untuk mencegah tergelincir ke anterior dan
posteriorb. tehnik eyelet (ivy loop) ; keuntungan tehnik ini bahan
mudah didapat dan sedikit menimbulkan kerusakan jaringan
periodontal serta rahang dapat dibuka dengan hanya mengangkat
ikatan intermaksilaris. Kerugiannya kawat mudah putus waktu
digunakan untuk fiksasi intermaksilerc. tehnik continous loop
(stout wiring) ; terdiri dari formasi loop kawat kecil yang
mengelilingi arkus dentis bagian atas dan bawah, dan menggunakan
karet sebagai traksi yang menghubungkannyad. tehnik erich arch bar
; indikasi pemasangan arch bar antara lain gigi kurang/ tidak cukup
untuk pemasangan cara lain, disertai fraktur maksila, didapatkan
fragmen dentoalveolar pada salah satu ujung rahang yang perlu
direduksi sesuai dengan lengkungan rahang sebelum dipasang fiksasi
intermaksilaris. Keuntungan penggunaan arch bar ialah mudah
didapat, biaya murah, mudah adaptasi dan aplikasinya. Kerugiannya
ialah menyebabkan keradangan pada ginggiva dan jaringan
periodontal, tidak dapat digunakan pada penderita dengan edentulous
luas.e. Tehnik kazanjia ; dengan menggunakan kawat yang kuat untuk
tempat karet dipasang mengelilingi bagian leher gigi. Tehnik ini
untuk gigi yang hanya sendiri atau insufisiensi pada bagian dari
pemasangan arch bar.
Indikasi untuk reposisi terbuka (open reduction) :a. displaced
unfavourable fracture melalui angulusb. displaced unfavourable
fracture dari corpus atau parasymphysis. Bila dikerjakan dengan
reposisi tertutup, fraktur jenis ini cenderung untuk terbuka pada
batas inferior sehingg mengakibatkan maloklusic. multiple fraktur
tulang wajah ; tulang mandibula harus difiksasi terlebih dahulu
sehingga menghasilkan patokan yang stabil dan akurat untuk
rekonstruksid. fraktur midface disertai displaced fraktur condylus
bilateral. Salah satu condylus harus di buka untuk menghasilkan
dimensi vertical yang akurat dari wajahe. malunions diperlukan
osteotomieKontraindikasi penggunaan MMF ; penderita epilepsy,
gangguan jiwa dan gangguan fungsi paru (20)Tehnik operasi open
reduction ; merupakan jenis operasi bersih kontaminasi, memerlukan
pembiusan umum dengan intubasi nasotrakeal, usahakan fiksasi pipa
nasotrakeal ke dahi. Posisi penderita telentang, kepala
hiperekstensi denga meletakkan bantal dibawah pundak penderita,
meja operasi diatur head up 20-25 derajat. Desinfeksi dengan batas
atas garis rambut pada dahi, bawah pada klavikula,lateral tragus ke
bawah menyusur tepi anterior m. trapesius kanan kiri.Adapun insisi
yang dilakukan bisa dua cara yaitu pendekatan intraoral sedikit
diatas bucoginggival fold pada mukosa bawah bibir. Panjang sayatan
sesuai kebutuhan atau pendekatan ekstraoral ; submandibular 2 cm di
kaudal dan sejajar dari margo inferior mandibula dengan titik
tengahnya adalah garis fraktur dan panjang sayatan sekitar 6 cm.
insisi diperdalam sampai memotong muskulus platisma, sambil
perdarahan dirawat. Identifikasi r. marginalis mandibula nervus
facialis. Cari arteri dan vena maksilaris eksterna pada level
insisi, bebaskan ligasi pada dua tempat dan potong diantaranya.
Benang ligasi stomp distal diklem dan dielevasi ke cranial dengan
demikian r. marginalis mandibula akan selamat oleh karena ia
berjalan melintang tegak lurus superficial terhadap vasa maksilaris
eksterna. Pada bagian profundanya dibuat flap ke atas sampai pada
periosteum mandibula. Periosteum mandibula diinsisi, selanjutnya
dengan rasparatorium periosteum dibebaskan dari tulang. Dengan alat
kerok atau knabel dilakukan pembersian dari kedua ujung fragmen
tulang. Lakukan reposisi dengan memperhatikan oklusi gigi yang
baik.
Bila digunakan wire, bor tulang mandibula pada 2 tempat, 1 cm
dari garis fraktur dan 1 cm dari margo mandibula. Kemudian
digunakan snaar wire stainless steel diameter 0.9mm, ikatan
tranversal dan figure of 8. pada penggunaan plat mini linier pada
fraktur mandibula bagian mentum diantara dua foramen mentales maka
digunakan 2 buah plat masing-masingminimal 4 lobang sehingga
didapatkan hasil fiksasi dan antirotasi.
Tolak ukur keberhasilan operasi pemasangan plat mini maupun IOID
wiring pada mandibula adalah oklusi yang baik, tidak trismus.
Jangan tergesa melakukan fiksasi sebelum yakin oklusinya sudah
sempurna. Posisi plat jangan terlalu tinggi karena sekrup akan
menembus saraf/akar gigi. Permukaan tulang bersih dari jaringan
ikat dan jaringan lunak sehingga plat betul-betul menempel pada
tulang mandibula. Untuk penggunaan bor, sebaiknya arah matabor
tangensial, stabil dan arah obeng juga sesuai dengan arah bor
sebelumnya. Gunakan mata bor diameter 1.5mm dengan kecepatan rendah
menembus 1 korteks dikukur kedalamannya kemudian dipasang sekrup
yang panjangnya sesuai dengan tebal satu korteks.Pemasangan sekrup
dimulai dari satu sisi terlebih dahulu kemudian menyebrang
menyilang pada sisi plat satunya 6
Keuntungan dari reposisi tertutup adalah lebih efisien, angka
komplikasi lebih rendah dan waktu operasi yang lebih singkat.
Tehnik ini dapat dikerjakan di tingkat poliklinis. Kerugiannya
meliputi fiksasi yang lama, gangguan nutrisi karena adanya MMF,
resiko ankilosis TMJ dan problem airway. Keuntungan dari ORIF
antara lain ; mobilisasi lebih dini dan reaproksimasi fragmen
tulang yang lebih baik. Kerugiannya adalah biaya lebih mahal dan
diperlukan ruang operasi dan pembiusan untuk tindakannya. Dalam
menangani fraktur mandibula umumnya digunakan lebih dari satu
modalitas sebab terdapat banyak variasi biomekanik dan problem
klinis untuk mencapai mobilitas fiksasi di regio fraktur. Ada 5
metode yang umum digunakan yaitu dengan biocortical transfacial
compression plates pada bagian inferior dengan atau tanpa tension
band plate, monocortical transoral miniplates pada bagian superior,
paired miniplates, lag screws dan noncompression stabilization
plates pada bagian inferior. Hasil yang didapatkan dari pemakaian
monocortical osteosynthesis adalah tercapainya netralisasi kekuatan
tensi dan kompresi serta rotasi pada garis fraktur sehingga
diperoleh reduksi anatomis yang fisiologis, kompresi pada fragmen
fraktur dan imobilisasi yang rigid serta perbaikan kekuatan self
kompresi fisiologis. (19,21) Pada angulus mandibula, plat paling
baik diletakkan pada permukaan yang paling luas dan setinggi
mungkin di daerah linea oblique eksterna. Pada regio anterior,
diantara kedua foramen mentalis, disamping plat subapikal perlu
juga ditambahkan plat lain di dekat batas bawah mandibula untuk
menetralkan kekuatan rotasi pada daerah simfisis tersebut. Pada
daerah di belakang foramen mentalis sampai mendekati daerah angulus
cukup digunakan satu plat yang dipasang tepat dibawah akar gigi dan
diatas nervus alveolaris inferior. Penempatan plat didaerah
sepanjang tension trajectory ternyata juga menghasilkan suatu
fiksasi yang paling stabil bila ditinjau dari prinsip
biomekaniknya. Pada bagian mandibula yang bergigi, archbar sudah
cukup berfungsi menetralkan kekuatan tension, sedangkan pada daerah
angulus dan ramus mandibula fungis tersebut baru bisa didapatkan
dengan menggunakan plat yang kecil. (19,22) Fraktur pada daerah
angulus mandibula merupakan problem khusus pada perawatan dengan
menggunakan rigid internal fixation. Angulus merupakan bagian yang
sulit dicapai lewat intraoral karena adanya otot-otot pengunyah dan
otot-otot daerah suprahyoid. Batas inferior dari angulus sangat
tipis dan tidak mungkin dilakukan suatu kompresi. Adanya gigi molar
3 menyebabkan fraktur mudah terjadi, distraksi dari kontak tulang
menghambat reduksi dan vaskular dari sisi fraktur dan dapat menjadi
sumber infeksi. Penggunaan rigid internal fixation untuk mencegah
hilangnya kontrol segmen proksimal, delayed union dan malunion yang
dapat terjadi bila digunakan terapi lain. (17,19,23)
Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi akibat fraktur
mandibula antara lain adanya infeksi, dengan kuman patogen yang
umum adalah staphylococcus, streptococcus dan bacterioides. Terjadi
malunion dan delayed healing, biasanya disebabkan oleh infeksi,
reduksi yang inadekuat, nutrisi yang buruk, dan penyakit metabolik
lainnya. Parasthesia dari nervus alveolaris inferior, lesi r
marginalis mandibulae n. fasialis bisa terjadi akibat sayatan
terlalu tinggi. Aplikasi vacuum drain dapat membantu untuk mencegah
timbulnya infeksi yang dapat terjadi oleh karena genangan darah
yang berlebihan ke daerah pembedahan. Fistel orokutan bisa terjadi
pada kelanjutan infeksi terutama pada penderita dengan gizi yang
kurang sehingga penyembuhan luka kurang baik dan terjadi dehisensi
luka.(6)
BAB IIIKESIMPULAN
Tujuan dari perawatan fraktur mandibula utamanya adalah untuk
mengembalikan fungsi mengunyah dan bicara. Hal ini dapat dicapai
dengan pemilihan modalitas yang tepat, tehnik operasi yang benar
terutama dalam pencapaian oklusi mandibula, serta perawatan pasca
operasi dan rehabilitasi. Dalam tatalaksana fraktur mandibula perlu
dipahami biomekanik mandibula sehingga dapat diperkirakan letak
fiksasi yang benar dan didapatkan hasil yang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Matorin A Philip, Treatment of Traumatic Mandibular
Fractures, 2006.Retrieved : Feb 8, 2007, from www.bcm.edu/oto/2.
Pederson GW, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, 1st Ed. Jakarta, EGC
1998;236.3. Osbon DB, Alling III CC, Maxillofacial trauma, Lea
& Febiger, Philadelpia, 1988;224-36, 242-6, 249-504. Kai Tu H,
Tenhulzen D, Compression osteosynthesis of mandibular fractures : A
retrospective study, J Oral Maxillofac Surg, 1985;43:585-95.
Sugiharto Setyo, Hardjowasito Widanto, Penanganan Fraktur Mandibula
pada Anak dengan pemasangan Arch-Bar., Majalah Kedokteran Unibraw,
1996; 12:39-41.6. Wijayahadi R Yoga, Murtedjo Urip, et all, Trauma
Maksilofasial Diagnosis dan Penatalaksanaannya, Surabaya, Divisi
Ilmu Bedah Kepala & Leher SMF/Lab Ilmu Bedah RSDS/FK Unair
Surabaya, 20006:25-26, 58-63, 71-71, 89-95, 98,100,125-1327.
Spateholz W. Handatlas und lehrbuch der anatomie des menschen,
sheltema & holkema N.V Amsterdam, 1953 ; 500-1.8. Keith L
Moore, Clinically Oriented Anatomy, 3rd , William-Wilkins,
1996:143-1489. Joseph Mc Carthy MD., Plastic Surgery, WB Saunders,
1990:917-99010. Archer WH, Oral and Maxillofacial Surgery, vol2, WB
Saunders Co., Philadelpia, 1975;1045-8811. Okeson JP, Functional
anatomy and Biomechanics of the masticatory system, In management
of temporomandibular disorder and occlusion, Okeson Jeffrey P,
Mosby, St Louis 1993 13-2112. Dorlands Illustrated medical
dictionary, 27th ed., WB Saunders Co., Philadelpia, 198813. Barrera
E Jose, Batuello G Stephen., Mandibular Body Fractures, Sept 2006.
retrieved : Feb 28, 2007 at www.emedicine/Ent/Topic415.htm14.
Spiessl B, New Concepts in Maxillofacial Traumatology,
Springer-Verlag, Berlin, Germany, 1976:342-356.15. Kruger E,
Schilli W. Oral and maxillofacial traumatology, vol 1, Quintessence
Publishing. Chicago, 1982;125-6.16. Yaremuck M,. Rigid fixation of
the craniomaxillofacial skeleton, Butterworth-Heinemen, Boston,
1992;18,19,125-617. Champy M., Lodde JP, Synthesis mandibulaires.
Localisation des syntheses en function des contraintes
mandibulaires. Rev Stomatol Chir Maxillofac, 1976;77:97118. Farman
G Allan, Kushner M George, Panoramic Radiology in Maxillofacial
Trauma, Panoramic Imaging News, Richmond Institute, Vol V , Issue
IV,200519. Fonseca RJ, Walker RV, Oral and Maxillofacial trauma,
vol 1, WB Saunders Co., Philadelpia, 1991: 359-414, 239, 242-5120.
Prater E Michael, Bailey J Byron., Mandibular Fractures, Nov 27
1996 , Retrieved Jan 2007, at
http://www.utmb.edu/otoref/grnds/Mandibular-fx-961127/Mandibular-fx-961127.doc21.
Assael LA. Treatment of mandibular angle fractures, Plate and screw
fixation, J Oral Maxillofac Surg., 1994;52:757-6122. Fridrich K,
Pena-Velasco G, Olson R, Changing trend with mandibular fractures :
a review of 1067 cases, J Oral Maxillofac Surg., 1992;50:58623.
Anderson T, Alpert B, Experiences with rigid fixation of mandibular
fractures and immediate function, J Oral Maxillofac Surg.,
1992;50:555