FOR BERBA CENGKEH RMULASI D AHAN DAS H, MINYAK Diaju Memp UN DAN UJI SI SAR VCO D K SEREH, FRA ukan untuk M peroleh Gela Progra Lin NIM FAKUL NIVERSITA YO IFAT FISIS DENGAN M DAN MINY AGRANCE O SKRIPSI Memenuhi Sa ar Sarjana Fa am Studi Far Oleh : nawati Bunto M : 0681141 LTAS FARM AS SANATA GYAKART 2010 SABUN TR MENGGUNA YAK KAYU OIL alah Satu Sy armasi (S.Fa rmasi oro 82 MASI A DHARMA TA RANSLUCE AKAN MIN U PUTIH S yarat arm.) A ENT NYAK SEBAGAI
92
Embed
FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIS SABUN ANSLUCE NT …library.usd.ac.id/Data PDF/F. Farmasi/Farmasi/068114182_full.pdfTranslucent Berbahan Dasar VCO dengan Minyak Cengkeh, Minyak Sereh,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
FORBERBA
CENGKEH
RMULASI DAHAN DASH, MINYAK
DiajuMemp
UN
DAN UJI SISAR VCO DK SEREH,
FRA
ukan untuk Mperoleh Gela
Progra
LinNIM
FAKULNIVERSITA
YO
IFAT FISISDENGAN M
DAN MINYAGRANCE O
SKRIPSI
Memenuhi Saar Sarjana Faam Studi Far
Oleh : nawati BuntoM : 0681141
LTAS FARMAS SANATAGYAKART
2010
SABUN TRMENGGUNAYAK KAYUOIL
alah Satu Syarmasi (S.Farmasi
oro 82
MASI A DHARMATA
RANSLUCEAKAN MINU PUTIH S
yarat arm.)
A
ENT NYAK SEBAGAI
FORBERBA
CENGKEH
RMULASI DAHAN DASH, MINYAK
DiajuMemp
UN
DAN UJI SISAR VCO DK SEREH,
FRA
ukan untuk Mperoleh Gela
Progra
LinNIM
FAKULNIVERSITA
YO
ii
IFAT FISISDENGAN M
DAN MINYAGRANCE O
SKRIPSI
Memenuhi Saar Sarjana Faam Studi Far
Oleh : nawati BuntoM : 0681141
LTAS FARMAS SANATAGYAKART
2010
SABUN TRMENGGUNAYAK KAYUOIL
alah Satu Syarmasi (S.Farmasi
oro 82
MASI A DHARMATA
RANSLUCEAKAN MINU PUTIH S
yarat arm.)
A
ENT NYAK SEBAGAI
iii
iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sometime we have to sacrifice in pursuing our goal
what we can do is struggle
and
let “God” decide the result
Karya ini Kupersembahkan buat :
Jesus Christ
Orangtua, adik, dan saudara-saudaraku tercinta
Teman-temanku tercinta
vi
vii
PRAKATA
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan
penyertaanNya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Formulasi dan Uji Sifat Fisis Sabun
Translucent Berbahan Dasar VCO dengan Minyak Cengkeh, Minyak Sereh,
dan Minyak Kayu Putih sebagai Fragrance Oil” ini dengan baik. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata-
1 Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).
Penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan dalam proses
penyusunan skripsi ini. Tetapi dengan adanya bantuan dari berbagai pihak,
akhirnya penulis dapat menyesaikannya. Oleh sebab itu maka dengan segenap hati
penulis ingin mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang
telah diberikan kepada :
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dengan penuh
kesabaran.
3. Dewi Setyaningsih, MSc., Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan sarannya.
4. Yohanes Dwiatmaka, MSi., selaku dosen penguji yang telah memberikan
kritik dan sarannya.
viii
5. Papa Buntoro Suliko dan Mama Binawati Limanto, atas kasih sayang, doa
dan dukungan yang diberikan.
6. Adik-adikku, Lisawati Buntoro dan Ricky Sutrisno, atas dukungan dan
semangat yang diberikan.
7. Pak Musrifin, Mas Agung, Pak Iswandi, Mas Ottok, Mas Yuwono, serta
laboran-laboran lain yang telah membantu selama penyelesaian skripsi.
8. Teman-teman FST & FKK 2006, Iren atas bantuan, dukungan dan
Budiani, teman-teman kos dan teman-teman Glodogan atas bantuan,
dukungan, semangat dan pertemanan kita.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kekurangan
dan kelemahan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.
Penulis,
ix
x
INTI SARI
Penelitian ini mengenai formulasi dan uji sifat fisis sabun translucent berbahan dasar VCO dengan minyak cengkeh, minyak sereh dan minyak kayu putih sebagai fragrance oil. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya perbedaan sifat fisis dari sabun dan gambaran penerimaan konsumen terhadap sabun translucent yang telah diformulasikan.
Sabun translucent diformulasikan dan diuji sifat fisis. Sifat fisis yang diteliti meliputi kekerasan dan kemampuan membentuk busa. Data uji kekerasan dan kemampuan membentuk busa dianalisis secara statistik. Analisis statistik yang digunakan adalah One way Anova, Kruskal Wallis, Paired T Test. Selain itu untuk mengetahui gambaran penerimaan konsumen terhadap sabun dilakukan subjective asessment.
Dari hasil uji statistik yang dilakukan didapatkan bahwa kekerasan sabun translucent dengan fragrance oil minyak cengkeh, minyak sereh, dan minyak kayu putih terhadap sabun di pasaran tidak berbeda. Untuk kemampuan membentuk busa, sabun tanpa minyak atsiri sebagai fragrance oil lebih banyak menghasilkan busa. Berdasarkan hasil survey subjective asessment yang dilakukan, sabun yang dibuat tidak diterima di pasaran.
Kata kunci : sabun translucent, VCO, sifat fisis, fragrance oil, minyak cengkeh, minyak sereh, minyak kayu putih
xi
ABSTRACT
This research is on formulation and testing physical properties of translucent soap using VCO as the starting material with clove oil, citronella oil, and cajuput oil as fragrance oil. This study aims to see whether the differences in physical properties of soap are present or not and to see the description of consumer acceptance toward translucent soap which has been formulated.
Translucent soap is formulated and tested of its physical properties. Physical properties which are studied include hardness and ability to form foam. Hardness test and foamability data is statistically tested. Statistical analysis used was One way ANOVA, Kruskal Wallis, Analysis of Univariate, Paired T Test. In addition to know the description of consumer acceptance of the soap, the writer used subjective asessment.
Statistical analysis showed that there are no different with the hardness of Translucent soap with fragrance oil of Clove oil, Citronella oil, and Cajuput oil toward the soap in the market. For the foamability, translucent soap without essential oils as fragrance oil is more productive to form foam. Based on the results of subjective assessment survey, the soap which has been made is not accepted.
Kelapa atau Cocos nucifera merupakan salah satu hasil komoditas
perkebunan yang banyak dihasilkan di Indonesia. Tanaman kelapa (Cocos
nucifera L.) merupakan tanaman serba guna yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi. Seluruh bagian pohon dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia,
sehingga pohon ini sering disebut “tree of life” karena hampir seluruh bagian dari
pohon, akar, batang, daun dan buahnya dapat digunakan untuk kebutuhan
kehidupan manusia sehari-hari. Setiap bagian dari kelapa dapat diolah menjadi
produk jadi yang lebih bernilai ekonomi. Salah satu bagian dari kelapa yaitu
buahnya biasa digunakan menjadi bumbu masakan dan dapat diproses lagi
sehingga menghasilkan minyak goreng. Selain itu buah kelapa dapat diolah lagi
dan menghasilkan minyak kepala murni yang disebut Virgin Coconut Oil (VCO).
VCO merupakan salah satu produk olahan dari daging buah kelapa. VCO
dibuat dari daging buah kelapa segar tanpa melalui proses pemanasan. Manfaat
kesehatan dari VCO berkaitan dengan kandungan asam laurat adalah sebagai
antibakteri, antifungi, dan antivirus. VCO banyak digunakan untuk bahan baku
dalam industri pangan, farmasi, dan kosmetik. Dalam proses industri,VCO
merupakan sumber utama asam laurat. VCO memiliki kandungan asam laurat
sekitar 50%. Asam laurat yang terkandung dalam VCO sangat dibutuhkan dalam
industri sabun dan detergen.
2
2
Sabun merupakan produk yang banyak digunakan masyarakat luas.
Sabun terbentuk dari reaksi antara asam lemak dengan basa. Sabun mempunyai
banyak kegunaan yaitu untuk mandi, mencuci dan membersihkan peralatan rumah
tangga. Sabun berdasarkan tipenya dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sabun
opaque, sabun translucent dan sabun transparan (Hambali, 2006).
Sabun akhir-akhir ini telah dikembangkan menjadi sabun yang
penggunaannya untuk tujuan tertentu. Sabun telah berkembang, yang awalnya
hanya berfungsi sebagai pembersih menjadi sabun obat, sabun kecantikan, sabun
aroma terapi, dan lain-lain. Sabun aroma terapi adalah sabun yang di dalamnya
ditambahkan fragrance oil yang berfungsi memberi aroma terapi. Biasanya aroma
terapi dari sabun itu berasal dari bau khas minyak atsiri yang digunakan.
Minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan dari suatu
tanaman. Minyak atsiri memiliki sifat volatile (mudah menguap) dan memiliki
bau yang khas. Bau yang khas dari minyak atsiri sering digunakan sebagai
fragrance oil. Saat ini, minyak atsiri telah digunakan sebagai parfum, kosmetik,
bahan tambahan makanan dan obat (Buchbauer, G., Jager, W., Dietrich, H., Plank,
Ch., and Karamat, E., 1991,).
Salah satu minyak atsiri yang sudah biasa digunakan sebagai fragrance
oil dalam pembuatan sabun opaque adalah minyak sereh. Berdasarkan
pengalaman empiris dari peneliti, pembuatan sabun opaque dengan minyak
cengkeh menghasilkan sabun dengan tekstur yang jelek (berbungkil-bungkil) dan
masih berminyak sedangkan sabun dengan minyak sereh menghasilkan sabun
dengan tekstur yang halus.
3
3
Peneliti tertarik untuk membuat sabun mandi dengan tipe translucent.
Sabun mandi dengan tipe translucent merupakan pengembangan dari sabun mandi
tipe opaque. Sabun translucent mempunyai kelebihan dibanding dengan sabun
opaque. Sabun mandi tipe translucent lebih lembut di kulit bila digunakan
dibandingkan dengan sabun mandi dengan tipe opaque. Sabun mandi tipe
translucent mengandung gliserin yang berfungsi sebagai humektan sehingga dapat
melembabkan kulit. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin membuat sabun
mandi tipe translucent berbahan dasar VCO menggunakan minyak cengkeh,
minyak sereh, dan minyak kayu putih sebagai fragrance oil.
Pada sediaan emulsi fragrance dapat mempengaruhi sifat fisis.
Komponen dari fragrance saat dicampur dengan emulsi akan terpartisi di dalam
struktur emulsi. Stabil atau tidaknya emulsi dipengaruhi juga oleh fragrance yang
digunakan. Emulsi dapat pecah atau menurun viskositasnya bila ada aktivitas
permukaan dari fragrance, yaitu berada pada permukaan misel yang nantinya
dapat menggantikan posisi emulsifier di dalam emulsi (Herman S.J., 2005).
Adanya pengaruh fragrance terhadap sifat fisis emulsi, maka peneliti
membuat sabun mandi dengan tipe translucent dengan minyak atsiri yang berbeda
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penambahan minyak atsiri terhadap sifat
fisis sabun. Sifat fisis dari sabun yang akan diuji adalah kekerasan dan
kemampuan membentuk busa.
Untuk mengetahui sifat fisis sabun translucent yang dibuat baik atau
tidak maka sifat fisis sabun dibandingkan dengan sifat fisis sabun yang ada di
pasaran. Oleh karena itu, data yang didapat akan dianalis dengan uji statistik
4
4
komparatif untuk mengetahui nilai signifikasi yang menentukan ada tidaknya
perbedaan sifat fisis sabun dalam hal kekerasan dan kemampuan membentuk
busa.
Untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap sabun maka
dilakukan subjective assesment. Analisis hasil survey menggunakan uji Z untuk
menentukan sabun tersebut diterima atau tidak.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah dapat dibuat sabun translucent yang mempunyai sifat fisis yang
baik dengan penambahan minyak cengkeh, minyak sereh, dan minyak
kayu putih sebagai fragrance oil ?
2. Apakah penambahan minyak cengkeh, minyak sereh, dan minyak kayu
putih sebagai fragrance oil memberikan perbedaan terhadap sifat fisis
dari sabun translucent ?
3. Apakah sabun translucent berbahan dasar VCO dengan menggunakan
minyak cengkeh, minyak sereh, dan minyak kayu putih sebagai
fragrance oil dapat diterima di pasaran?
C. Keaslian Karya
Sepengetahuan penulis, Formulasi dan Uji Sifat Fisis Translucent
Berbahan Dasar VCO dengan minyak cengkeh, minyak sereh dan minyak kayu
putih sebagai fragrance oil belum pernah dilakukan.
5
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan produk
diversifikasi dari VCO, minyak cengkeh, minyak sereh dan minyak kayu
putih.
2. Manfaat Praktis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat luas dan pada petani minyak atsiri bahwa minyak
cengkeh, minyak sereh, dan minyak kayu putih dapat dimanfaatkan
menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dapat dibuat sabun translucent yang mempunyai sifat
fisis yang baik atau tidak, dengan penambahan minyak cengkeh, minyak
sereh, dan minyak kayu putih sebagai fragrance oil.
2. Untuk mengetahui perbedaan sifat fisis sabun translucent yang dibuat
dengan penggunaan minyak atsiri sebagai fragrance oil, yang meliputi
kekerasan dan kemampuan membentuk busa.
3. Untuk mengetahui gambaran penerimaan konsumen terhadap sabun
translucent yang dibuat, dapat diterima di pasaran atau tidak.
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Sabun
Sabun secara umum adalah garam alkali dari rantai panjang asam lemak,
dan saat minyak atau asam lemak tersabunkan oleh alkali akan menghasilkan
produk yang disebut sabun (Paye M., Barrel A.O., and Maibach H., 2001). Sabun
mandi dibuat dari sabun dasar dari garam natrium atau kalium dengan asam lemak
nabati atau hewani ditambahi parfum, zat warna, dan berbagai peramu khusus,
misalnya gliserin (untuk melembutkan), metanol (untuk membuat sabun tembus
cahaya), dan lan-lain kemudian dicetak. Di samping sebagai sabun cuci dan sabun
mandi, sabun dapat pula digunakan dalam industri dan biasa disebut sabun logam
(Atmakusumah Z. N., 1990).
Pada pembuatan sabun, asam lemak yang biasa digunakan adalah asam
lemak yang rantai alkilnya memiliki 12 sampai 18 atom karbon. Bila rantai
alkilnya terlalu pendek maka tidak dihasilkan sabun yang diinginkan. Asam lemak
dengan rantai alkil yang panjang, yang memiliki 20 atom karbon atau lebih
kelarutannya sangat kecil dan busa yang dihasilkan sedikit (Dalton J. dan Demson
R., 2004).
Sabun merupakan produk lama yang secara spesifik diproduksi sebagai
surfaktan (Butler H., 2000). Seperti struktur surfaktan, sabun mempunyai kepala
hidrofilik dan ekor hidrofobik. Dengan dua sifat yang dimilikinya, sabun mampu
melarutkan fase air dan fase organik (Hill M. and Moaddel T., 2004). Selain
7
7
menghasilkan sabun reaksi penyabunan juga menghasilkan gliserol (Butler H.,
2000).
Berdasarkan wujudnya, sabun terbagi menjadi dua, yaitu sabun cair dan
sabun batangan. Sabun cair dengan kandungan air yang tinggi merupakan sabun
dengan sifat lebih mudah larut dalam air (Lewa, Cenni dan Amelia, 1999).
Berdasarkan kegunaannya, sabun terbagi atas sabun kecantikan dan
sabun kesehatan. Sabun kecantikan mengandung berbagai bahan aditif yang dapat
menunjang kecantikan dan keindahan kulit. Sabun kesehatan mengandung
senyawa antibakterial yang berfungsi menekan pertumbuhan kuman (Lewa et al.,
1999).
Berdasarkan penampakannya, sabun terbagi atas sabun transparan, sabun
translucent, dan sabun opaque. Sabun opaque tampak keruh, sabun transparan
tampak bening, sementara sabun translucent berada di antara bening dan keruh
(Lewa et al., 1999).
Mekanisme sabun dalam membersihkan noda atau kotoran, yaitu dengan
cara mengubah tegangan permukaan antara air dengan kotoran yang dapat
teremulsi atau tersuspensikan sehingga hilang saat dibilas. (Paye et al., 2001)
B. Sabun translucent
Sabun translucent (sabun tembus cahaya) merupakan hasil
pengembangan dari sabun opaque (buram). Sabun translucent lebih lembab dari
pada toilet soap (sabun yang biasa digunakan) karena sabun translucent
mengandung gliserin sekitar 2%-4% (Pheng T.L., 2002).
8
8
Secara umum, penampilan fisik sabun translucent adalah sabun yang
dapat dilewati oleh cahaya tetapi cahaya tersebut akan dihamburkan (Dalton J.,
dan Demson R, 2004). Sabun dikatakan sabun translucent bila dengan ketebalan
1cm tidak dapat digunakan untuk membaca tulisan koran berukuran 10 dengan
tipe Times New Roman (Pheng T.L., 2002)
Pada proses pembuatan sabun translucent penambahan gliserin dan
bahan-bahan tipe poly-ol harus dikontrol. Penambahan gliserin dan bahan tipe
poly-ol mempengaruhi transluency dari sabun (Butler H., 2000).
Pemilihan parfum untuk sabun translucent sangat penting untuk
memastikan parfum tidak mempengaruhi transluency. Dalam formulasi sabun
translucent jumlah pewangi perlu diperhatikan. Jumlah pewangi yang
ditambahkan biasanya tidak lebih dari 1,5 %, karena bila lebih dari 1,5% pewangi
mempengaruhi transluency dari sabun (Butler H., 2000).
C. Virgin Coconut Oil (VCO)
VCO adalah minyak kelapa murni dari kelapa yang sudah tua tanpa
pemanasan, tanpa bahan kimia apapun, diproses dengan cara sederhana sehingga
diperoleh minyak kelapa murni yang berkualitas tinggi. Keunggulan dari minyak
ini adalah jernih, tidak berwarna, tidak mudah tengik, dan tahan hingga dua tahun.
Komponennya masih utuh artinya tidak ada senyawa yang hilang dalam minyak
ini (Susilaningsih S., 2005).
Virgin Coconut Oil (VCO) mengandung 92% lemak jenuh, 6% lemak
mono tidak jenuh (asam oleat), dan 2% lemak poli tidak jenuh (asam linoleat).
9
9
Lemak jenuh dalam Virgin Coconut Oil (VCO) berupa asam lemak jenuh.
Persentase Medium Chain Fatty Acids (MCFA) pada VCO adalah 48% asam
laurat, 8% asam kaprilat, 7% asam kaprat, dan 0,5% asam kaproat (Price M.,
2004).
Virgin Coconut Oil (VCO) mengandung asam lemak jenuh rantai pendek
dan asam lemak jenuh rantai menengah. Dalam tubuh, asam lemak tersebut
mudah dicerna dan diserap oleh usus karena ukuran molekulnya relatif kecil
sehingga asam lemak tersebut langsung dibakar oleh tubuh untuk memproduksi
energi. Selain itu, asam laurat dalam Virgin Coconut Oil (VCO) dapat melarutkan
membran virus berupa lipid sehingga akan mengganggu kekebalan virus, sehingga
virus inaktif. Oleh karena itu, Virgin Coconut Oil (VCO) mempunyai banyak
manfaat bagi tubuh, yaitu:
1. Mampu mengatasi penyakit degeneratif seperti diabetes militus, jantung,
kegemukan (obesitas), osteoporosis, dan kolesterol
2. Membasmi penyakit yang disebabkan oleh mikroba dan jamur seperti
keputihan, influenza, herpes, cacar. Sebagai obat alternatif untuk
HV/AIDS (Hardon A., Desclaux A., Ergot M., Simon E., Micollier E.,
and Kyakuwa M., 2008).
3. Menghalau penyakit akibat radikal bebas
4. Untuk anti kerut dan penuaan dini yang dioleskan pada kulit
5. Untuk pertumbuhan anak seperti menunjang pertumbuhan dan
perkembangan anak, meningkatkan kecerdasan, menambah daya tahan,
dan stamina tubuh
10
10
6. Untuk farmasi, digunakan untuk membuat obat-obatan dan kosmetika
(Sutarmi dan Hartin R., 2005).
Tabel I. Intertim Standards VCO Asian and Pacific Coconut Community (APCC) Identity Characteristics
Interim APCC Standards
Relative density Refractive index at 400C Moisture % wt. max. Insoluble impurities per cent by mass max. Saponification Value Iodine value Unsaponifiable matter % by mass. max. Specific gravity at 30 deg./ 30 deg. C Acid Value max. Polenske Value min. GLC Ranges of Fatty Acid Composition (%) a. Asam lemak jenuh
Asam Kaproat Asam Kaprilat Asam Kaprat Asam Laurat Asam Miristat Asam Palmitat Asam Stearat
1. Pencampuran formula sabun translucent dengan minyak cengkeh,
minyak sereh dan minyak kayu putih sebagai fragrance oil menggunakan
mixer pada suhu 70-720C (dengan kecepatan putar 400 rpm dan lama
pencampuran 6 menit).
2. Uji sifat fisis sabun translucent dengan minyak cengkeh, minyak sereh
dan minyak kayu putih sebagai fragrance oil, yang meliputi kekerasan
dan kemampuan membentuk busa.
3. Analisis hasil uji kekerasan dan kemampuan membentuk busa
menggunakan uji statistik yaitu Parametric Test (One Way Anova) untuk
data dengan distribusi normal, Non Parametric Test (Kruskal Wallis)
untuk data dengan distribusi tidak normal, Uji Paired T-Test untuk data 2
kelompok berpasangan dan distribusinya normal.
4. Dilakukan survey untuk mengetahui penerimaan sabun di pasaran dengan
membagikan kuisioner.
5. Analisis hasil survey yang telah dilakukan menggunakan Uji Z-test.
23
23
Alur Penelitian dalam bentuk skema
Pencampuran formula sabun translucent dengan minyak cengkeh, minyak sereh
dan minyak kayu putih sebagai fragrance oil menggunakan mixer pada suhu 70-
720C (dengan kecepatan putar 400 rpm dan lama pencampuran 6 menit).
Uji sifat fisis sabun translucent dengan minyak cengkeh, minyak sereh dan
minyak kayu putih sebagai fragrance oil, yang meliputi kekerasan dan
kemampuan membentuk busa.
Analisis hasil uji kekerasan dan kemampuan membentuk busa menggunakan uji
statistik yaitu One Way ANOVA untuk data dengan distribusi normal, Kruskal
Wallis untuk data dengan distribusi tidak normal, Uji Paired T-Test untuk data 2
kelompok berpasangan dan distribusinya normal.
Dilakukan survey ( subjective asssesment) untuk mengetahui penerimaan sabun di
pasaran dengan membagikan kuisioner.
Analisis hasil survey yang telah dilakukan menggunakan Uji Z-test
24
24
G. Formula
Tabel III. Formula Standar Komposisi Jumlah
Asam stearat 7 g VCO 10 g NaOH 30% 18 g Etanol 15 g Gliserin 13 g Asam sitrat 3 g Aquadest 4,5 g Betain 5 g
Tabel IV. Formula Modifikasi Komposisi Jumlah Asam stearat 7 g VCO 10 g NaOH 30% 18 g Etanol 15 g Gliserin 13 g Asam sitrat 3 g Aquadest 4,5 g Betain 5 g Minyak atsiri 1,0 mlBHT 0,755 g
H. Tata Cara Penelitian
1. Formulasi sabun
a. Basis sabun
Waterbath diatur pada suhu 70-80 0C . Asam stearat dilelehkan di
cawan porselen, kemudian dipindahkan ke dalam gelas beker. VCO
dan BHT dicampurkan, kemudian ditambahkan NaOH sampai
terbentuk neat soap. Kemudian dimasukkan etanol sampai larut, lalu
dimasukkan asam sitrat yang telah dilarutkan dalam air. Betain dan
gliserin ditambahkan dan dicampur hingga semuanya homogen.
25
25
Campuran tadi disaring dan dicetak, didiamkan 25-30 menit kemudian
masukkan ke dalam lemari es selama 12 jam. Kemudian dilakukan
tujuh replikasi.
b. Sabun dengan minyak atsiri
Waterbath diatur pada suhu 70-80 0C . Asam stearat dilelehkan di
cawan porselen, kemudian dipindahkan ke dalam beker gelas. VCO
dan BHT dicampurkan, kemudian ditambahkan NaOH sampai
terbentuk neat soap. Kemudian dimasukkan etanol sampai larut, lalu
dimasukkan asam sitrat yang telah dilarutkan dalam air. Betain dan
gliserin ditambahkan dan dicampur hingga semuanya homogen.
Campuran tadi disaring kemudian ditambahkan minyak atsiri diaduk
hingga homogen, dicetak dan didiamkan 25-30 menit kemudian
masukkan ke dalam lemari es selama 12 jam. Setiap perlakuan
dilakukan tujuh kali replikasi.
2. Uji sifat fisis sabun
a. Uji kekerasan
Sabun dipotong berbentuk kubus dengan ukuran 1cm x 1cm x 1cm,
diletakkan pada tablet hardness tester. Sabun kemudian ditekan
hardness tester sampai menembus bagian sabun. Mencatat kekuatan
yang digunakan untuk menembus sabun tersebut. Uji dilakukan pada
tiap replikasi dan dicatat hasilnya. Uji ini dilakukan sampai minggu
keempat.
26
26
b. Uji kemampuan membentuk busa
Menimbang 1,0 gram sabun, kemudian dilarutkan dalam 10 ml
aquadest. Dilakukan pemanasan bila diperlukan untuk mempercepat
kelarutan (Anonim, 2006), dipanaskan pada suhu ±700C. Kemudian
larutan sabun tadi diambil 3,0 ml kemudian ditambahkan 3,0 ml
aquadest ke dalam tabung reaksi. Kemudian larutan tadi divortex
selama 15 detik.
Busa yang terbentuk segera diamati dan dicatat tingginya. Dilakukan
pada masing-masing replikasi dan tentukan rata – rata ketinggian
busa.
c. Uji sifat fisis sabun yang ada di pasaran
Diambil 1 merek sabun yang terdapat di pasaran yang memiliki
komposisi yang hampir sama dengan formula sabun yang dibuat.
Mengambil sebanyak 7 buah sabun dengan nomor batch yang sama.
Pada sabun-sabun tersebut dilakukan uji sifat fisis yang sama dengan
sabun telah diformulasi di laboratorium. Dicatat hasil yang diperoleh
dati tiap uji sifat fisis untuk masing-masing sabun.
3. Subjective Asessment
a. Pembuatan kuisoner
Ditentukan lebih dahulu aspek-aspek yang ingin diketahui, kuisioner
berisi pertanyaan atau penyataan. Setelah itu ditentukan skala yang
digunakan lalu membuat pertanyaan atau pernyataan yang mewakili
27
27
aspek-aspek yang ingin diketahui. Kemudian dibuat kriteria dari
koresponden.
b. Validasi kuisioner
Kuisioner diujikan minimal terhadap 20% dari populasi koresponden.
Jumlah koresponden ditentukan oleh peneliti. Setelah diujikan,
kemudian dilakukan validasi dari pernyataan yang telah diujikan ke
beberapa koresponden tadi. Dilihat realibilitas dan validitas dari setiap
pertanyaan atau pernyataan yang dibuat.
c. Melakukan survey
Pertanyaan atau pernyataan yang telah divalidasi dan diuji
realibilitasnya kemudian diujikan lagi ke koresponden.
d. Analisis hasil survey
Analisis hasil survey menggunakan uji Z untuk mengetahui
penerimaan sabun di pasaran, diterima atau tidak.
I. Analisis Hasil
Hasil dari tiap uji sifat fisis sabun translucent yang menggunakan minyak
atsiri dibandingkan dengan hasil uji sifat fisis basis sabun translucent dan 1 merk
sabun yang ada di pasaran. Data yang diperoleh diuji statistik menggunakan uji
Shapiro-Wilk diuji. Bila data tersebut distribusinya tidak normal maka p<0.05
sedangkan bila p>0.05 berarti data tersebut distribusinya normal. Data yang
distribusinya tidak normal diuji statistik menggunakan Non Parametric Test
yaitu Uji Kruskal Wallis. Sedangkan bila distribusinya normal maka diuji
28
28
menggunakan Parametric Test, yaitu One Way Anova (Analysis of Variance).
Jika hasil dari perhitungan statistik menyatakan ada perbedaan yang signifikan,
yaitu p<0.05. Maka untuk data dengan distribusi tidak normal, diuji lagi
menggunakan uji Mann Withney dan data yang distribusi normal diuji lagi
menggunakan uji LSD.
Analisis kuisioner untuk mengetahui valid dan reliabelnya kuisoner diuji
menggunakan uji Pearson Correlations dan Bivariate Correlations. Hasil survey
dianalisis menggunakan uji Z (Muth, 1999).
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Formulasi Sabun
Sabun translucent yang dibuat berasal dari formula standar sabun
translucent (Hambali, 2006). Formula tersebut dimodifikasi dengan
menambahkan minyak atsiri sebagai fragrance oil dan BHT sebagai bahan
pengawet. Formula tersebut kemudian dilakukan orientasi sehingga didapatkan
sabun yang baik. Orientasi dilakukan pada suhu dan lama pembuatan, suhu dan
lama penyimpanan dan alat yang digunakan.
Pada proses formulasi sabun batang faktor-faktor kritis yang perlu
diperhatikan adalah suhu dan lama pembuatan. Faktor suhu dan lama pembuatan
sangat berpengaruh karena bila suhu terlalu rendah dan waktu pencampuran
terlalu lama maka campuran akan cepat memadat. Selain itu untuk sabun bertipe
translucent, suhu dan lama penyimpanan berpengaruh pada transluency dari
sabun tersebut. Oleh karena itu dalam proses pembuatan sabun translucent suhu
dan lama penyimpanan harus sesuai agar dihasilkan sabun yang memiliki
penampilan yang baik.
Dalam pembuatan sabun translucent, asam stearat dan VCO berfungsi
sebagai fase minyak yang merupakan bahan dasar pembuatan sabun. VCO
digunakan dalam pembuatan sabun karena VCO mempunyai manfaat untuk
melembutkan kulit. Butylated Hydroxytoluene (BHT) dalam formula sabun ini
berfungsi sebagai bahan pengawet, yaitu sebagai agen antioksidan. BHT berfungsi
30
30
untuk menghambat atau mencegah timbulnya bau tengik karena adanya lemak
atau minyak yang teroksidasi (Rowe, Sheskey, and Owen, 2006). Dalam formula
sabun ini ditambahkan BHT karena pada pembuatan sabun digunakan VCO, yang
dapat teroksidasi.
Natrium hidroksida atau NaOH berfungsi sebagai agen penyabunan atau
agen saponification. Dalam reaksi penyabunan, NaOH akan bereaksi dengan asam
lemak.
Pada proses pembuatan sabun terjadi reaksi saponifikasi atau reaksi
penyabunan antara minyak atau lemak dengan garam alkali. Pada pembuatan
sabun translucent digunakan VCO dan asam stearat sebagai fase minyak. Gambar
7 menunjukkan reaksi saponifikasi pada asam laurat yang banyak terkandung di
dalam VCO dengan NaOH. Gambar 8 menunjukkan reaksi saponifikasi asam
stearat dengan NaOH.
Reaksi penyabunan :
O OHNa+ OH-+
O ONa+ H2O
asam laurat sabun natrium
Gambar 7. Reaksi Penyabunan Asam Laurat dengan NaOH
O OH
asam stearat
Na+ OH-+ + H2O
O ONa
sabun natrium
Gambar 8. Reaksi Penyabunan Asam Stearat dengan NaOH (Morrison, R.T. and Robbert N.,
1980)
Dalam pembuatan sabun digunakan alkohol yaitu etanol, yang berguna
untuk melarutkan neat soap yang telah dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Etanol
31
31
disebut juga sebagai penjernih, neat soap yang dihasilkan akan larut dalam etanol
sehingga dihasilkan campuran yang jernih.
Asam sitrat dalam pembuatan sabun berfungsi untuk mengatur pH.
Sehingga pH dari sabun yang dihasilkan tidak terlalu basa, karena bila terlalu basa
atau terlalu asam dapat mengiritasi kulit.
Betain termasuk golongan surfaktan amfoterik. Dalam pembuatan sabun,
betain berfungsi sebagai foam boosters.
Gliserin dalam sabun berfungsi sebagai humektan, yaitu berfungsi untuk
menarik lembab atau air dari udara. Kandungan gliserin di dalam sabun akan
memberikan efek yang lembut di kulit setelah sabun digunakan.
B. Uji Sifat Fisis Sabun
Sifat fisis merupakan salah satu unsur penting yang menentukan kualitas
suatu sediaan. Dalam penelitian ini parameter sifat fisis sabun yang diuji meliputi
kekerasan dan kemampuan membentuk busa. Pengukuran kekerasan sabun
dilakukan tiap minggu sedangkan kemampuan membentuk busa pada minggu
kedua dan minggu keempat karena sabun perlu didiamkan selama beberapa
minggu sebelum digunakan pada kondisi ruangan (Dumas and Helmon, 1995).
Dalam penelitian ini sabun pasaran digunakan sebagai pembanding
karena belum ada standar yang tepat untuk kekerasan sabun dan kemampuan
sabun membentuk busa. Sabun pasaran adalah sabun yang sudah digunakan oleh
masyarakat luas. Sabun pasaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sabun
dengan merk ‘X’. Sabun pasaran yang digunakan sebagai pembanding dipilih
32
32
yang memiliki komposisi (lampiran 1) yang hampir sama dengan formula sabun
yang dibuat. Sabun pasaran dipilih yang mempunyai nomor batch yang sama
untuk menjamin sabun memiliki kualitas yang sama. Sabun pasaran diperlakukan
sama dengan sabun yang telah dibuat yaitu dilakukan uji kekerasan dan
kemampuan membentuk busa.
1. Uji kekerasan sabun
Pengukuran kekerasan sabun menggunakan tablet hardness tester. Uji
kekerasan dilakukan untuk megetahui kekerasan dari sabun setelah penyimpanan
beberapa waktu. Ketujuh replikasi dari tiap formula sabun diuji kekerasannya. Uji
kekerasan dilakukan 1, 2, 3, dan 4 minggu setelah pembuatan. Data dari uji
kekerasan sabun yang dibuat dibandingkan kekerasan tiap minggu dan
dibandingkan dengan sabun pasaran :
a. Kekerasan sabun tiap minggu
Gambar 9. Kekerasan Sabun Tiap Minggu
Gambar 9. menunjukkan adanya pengaruh lama penyimpanan terhadap
kekerasan sabun pada masing-masing sabun. Lama penyimpanan akan
meningkatan kekerasan sabun. Sabun yang disimpan lebih lama akan memiliki
0123456
Basis Kayu Putih Cengkeh Sereh
kg
Perlakuan
Kekerasan tiap minggu
Minggu I
Minggu II
Minggu III
Minggu IV
33
33
kekerasan yang lebih tinggi. Kekerasan sabun meningkat disebabkan karena
adanya etanol yang menguap.
Di dalam sabun, etanol digunakan sebagai pelarut bila etanol menguap
maka susunan molekul sabun akan semakin rapat sehingga sabun menjadi lebih
padat (keras).
Kekerasan sabun tiap minggu dibandingkan menggunakan uji statistik.
Data yang diperoleh diuji normalitas, normal atau tidak. Uji normalitas digunakan
uji Shapiro Wilk karena jumlah data yang diuji kurang dari 50 (Dahlan M.S.,
2008). Hasil uji normalitas menunjukkan data kekerasan memiliki distribusi yang
tidak normal maka digunakan uji Kruskal Wallis. Uji Kruskal Wallis
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan (p<0.05). Maka dilakukan
Post hoc dari Kruskal Wallis yaitu Mann Whitney.
Tabel V. Hasil Uji Mann Whitney Minggu Signifikansi (p)
1 2 .000 3 .000 4 .000
2 1 .000 3 .000 4 .000
3 1 .000 2 .000 4 .315
4 1 .000 2 .000 3 .315
Keterangan : p < 0.05 berarti berbeda bermakna p > 0.05 berarti berbeda tidak bermakna
Berdasarkan hasil uji Mann Whitney (tabel V) didapatkan hasil bahwa
kekerasan pada minggu I, minggu II, ke minggu III signifikan. Sedangkan minggu
III ke minggu IV tidak signifikan (tabel V). Hal ini berarti pada minggu I, minggu
34
34
II, dan minggu III terjadi peningkatan kekerasan (gambar 9). Hasil dari uji
statistik yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna
diketahui dari nilai p yang didapat, yaitu p < 0.05. Sedangkan pada minggu IV
sudah tidak terjadi peningkatan kekerasan yang bermakna dibandingkan dengan
minggu III (nilai p>0.05). Sifat fisis sabun yaitu kekerasan, sudah tidak
mengalami perubahan yang bermakna setelah penyimpanan lebih dari 3 minggu.
b. Kekerasan sabun dibanding sabun pasaran
Kekerasan sabun translucent yang telah diformulasikan dibandingkan
dengan kekerasan sabun yang ada di pasaran. Untuk membandingkan kekerasan
sabun yang telah diformulasikan dengan sabun yang ada di pasaran digunakan
data kekerasan sabun pada minggu IV. Data kekerasan yang digunakan pada
minggu IV karena berdasarkan hasil penelitian pada minggu IV sudah tidak terjadi
peningkatan kekerasan sabun yang bermakna.
Tabel VI. Hasil Uji Kruskal Wallis Kekerasan
Chi-Square 4.060 Df 4
Asymp. Sig. .398 Hasil uji Kruskal Wallis (tabel VI) menunjukkan kekerasan sabun basis,
sabun cengkeh, sabun sereh, sabun kayu putih, dan sabun pasaran tidak berbeda
signifikan berdasarkan nilai p yang diperoleh. Nilai p>0.05 menunjukkan tidak
ada perbedaan yang signifikan atau bermakna. Penambahan minyak cengkeh,
minyak sereh, dan minyak kayu putih sebagai fragrance oil pada sabun
translucent tidak memberi perbedaan terhadap kekerasan sabun.
35
35
2. Uji kemampuan sabun membentuk busa
Kemampuan sabun membentuk busa merupakan salah satu sifat fisis dari
sabun. Tinggi busa yang dihasilkan menunjukkan jumlah busa yang dihasilkan
oleh sabun. Jumlah busa yang dihasilkan menunjukkan kemampuan sabun
membentuk busa. Pada uji kemampuan membentuk busa, sabun dilarutkan dengan
aquadest pada suhu ±700C. Suhu tersebut digunakan untuk melarutkan karena
pada suhu ruangan sabun sulit melarut. Pada sabun pasaran juga diberi perlakuan
yang sama sehingga kondisi percobaan sama.
Tinggi busa sabun dibandingkan pada minggu II dengan minggu IV dan
dibandingkan dengan tinggi busa sabun yang dihasilkan oleh sabun pasaran :
a. Perbedaan tinggi busa yang dihasilkan antara sabun basis dengan sabun
yang ditambah minyak atsiri
Gambar 10. Tinggi busa sabun yang dihasilkan
Kemampuan membentuk busa ditentukan oleh banyak sedikitnya busa
yang dihasilkan. Gambar 10 menunjukkan tinggi busa yang dihasilkan pada
minggu II dan IV. Pada minggu IV banyaknya busa yang dihasilkan dari yang
00.51
1.52
2.53
basis kayu putih
cengkeh sereh
cm
Perlakuan
Tinggi busa
Minggu II
Minggu IV
36
36
paling banyak adalah sabun basis > sabun kayu putih > sabun cengkeh > sabun
sereh. Sabun basis yang tidak ditambahkan minyak atsiri sebagai fragrance oil
mempunyai busa yang lebih banyak dibandingkan sabun yang ditambah minyak
atsiri sebagai fragrance oil. Hal itu menunjukkan penambahan minyak atsiri
sebagai fragrance oil dalam sabun memberi perbedaan terhadap sifat fisis sabun
yaitu kemampuannya membentuk busa.
Di dalam sistem emulsi, fragrance dapat mengubah viskositas atau
memecahkan emulsi. Sedangkan dalam sistem surfaktan materi fragrance dapat
menaikkan atau menurunkan viskositas (Herman, 2002). Hasil penelitian
menunjukkan pada sabun fragrance mempengaruhi sifat fisis sabun yaitu
kemampuan membentuk busa.
Untuk mengetahui pengaruh fragrance dalam kemampuan membentuk
busa sabun maka harus diketahui tempat fragrance terpartisi dalam sistem
surfaktan. Parameter yang digunakan untuk mengetahui tempat fragrance
terpartisi adalah aktivitas permukaan dan solubility parameter (SP) pada sistem.
SP adalah jumlah dari keseluruhan gaya kohesif dalam satu molekul (Herman S.J.,
2005). Semakin tinggi SP fragrance atau minyak atsiri yang digunakan, dalam
sistem surfaktan fragrance akan terpartisi pada bagian hidrofil yaitu berada di
bagian luar dari misel.
Pada sabun cengkeh, eugenol mempunyai nilai SP 11,12 sehingga
eugenol akan berada di permukaan misel. Hal itu menyebabkan sistem surfaktan
dalam sabun tidak bekerja maksimal karena surfaktan akan cenderung memilih
berinteraksi dengan minyak cengkeh dibandingkan dengan gas atau udara
37
37
sehingga busa yang dihasilkan semakin sedikit. Oleh karena itu busa yang
dihasilkan sabun dengan minyak cengkeh sebagai fragrance oil jumlahnya sedikit.
Pada sabun sereh mekanisme minyak sereh sebagai antifoaming sama
dengan sabun cengkeh. Kandungan sitronellal di dalam minyak sereh memiliki SP
8.83 (Herman S.J., 2005)sehingga sitronellal akan terpartisi disepanjang bagian
hidrofil dan hidrofob dari misel.
Sineol memiliki nilai SP paling kecil dibandingkan eugenol dan
sitronellal. Sineol akan lebih banyak terpartisi di bagan hidrofob dalam sistem
surfaktan sabun. Sineol dalam kayu putih tidak menghalangi surfaktan dalam
membentuk busa. Oleh karena itu sabun kayu putih menghasilkan busa yang lebih
banyak dibanding sabun cengkeh dan sabun sereh.
Berdasarkan gambar 10 tinggi busa sabun pada minggu II dan minggu IV
terjadi peningkatan. Hal itu disebabkan karena kandungan etanol yang digunakan
untuk melarutkan sabun saat proses formulasi. Etanol dapat bertindak sebagai
antifoam sehingga busa sabun yang dihasilkan lebih sedikit. Selain itu etanol juga
dapat mengiritasi kulit. Oleh karena itu pada sabun perlu dilakukan proses curing
atau pendiaman. Pada saat proses curing, etanol akan menguap. Proses penguapan
etanol paling banyak pada minggu pertama sedangkan pada minggu-minggu
berikutnya hanya sedikit etanol yang menguap.
Data tinggi busa sabun yang dihasilkan pada minggu II dan minggu IV
diuji statistik. Uji statistik yang digunakan adalah uji Paired T Test. Uji ini
digunakan karena hanya terdapat 2 kelompok dan sampel yang digunakan berasal
dari populasi yang sama (berpasangan) dengan distribusi data yang normal.
38
38
Tabel VII. Hasil Uji Paired T test tinggi busa sabun minggu II dan minggu IV Basis Kayu putih Cengkeh Sereh
Asymp Sig. .172 .142 .769 .397 Tabel VII menunjukkan hasil uji Paired T Test kemampuan membentuk
busa pada minggu II dan minggu IV. Uji statistik yang dilakukan diperoleh nilai
p>0.05, hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan. Jadi busa yang dihasilkan
sabun pada minggu II dengan busa yang dihasilkan pada minggu IV tidak berbeda
bermakna.
b. Kemampuan sabun membentuk busa dibandingkan sabun pasaran
Tujuan uji ini adalah untuk melihat adanya perbedaan kemampuan sabun
di pasaran dengan sabun yang diformulasikan di laboratorium yang ditambahkan
minyak cengkeh, minyak sereh, dan minyak kayu putih sebagai fragrance oil.
Data yang digunakan untuk membandingkan kemampuan sabun
membentuk busa adalah tinggi busa pada minggu IV seperti pada kekerasan. Data
tinggi busa yang dihasilkan pada minggu IV diuji normalitasnya menggunakan
Uji Shapiro Wilk untuk data yang jumlahnya kurang dari 50. Uji normalitas
menunjukkan data mempunyai distribusi normal maka dilakukan uji One Way
ANOVA. Dari hasil uji ANOVA didapatkan p<0.05, yaitu p=0.036. Hal itu
menunjukkan ada perbedaan busa yang dihasilkan. Untuk mengetahui
perbedaannya dilakukan post hoc yaitu uji LSD.
Tabel VIII. Uji LSD pada tinggi busa sabun translucent yang dibuat dengan busa sabun merk ‘X'
Signifikansi Basis Kayu putih Cengkeh Sereh
Sabun’X’ .005 .247 .415 .815
39
39
Tabel VIII menunjukkan busa yang dihasilkan sabun dengan minyak
cengkeh, minyak sereh, dan minyak kayu putih sebagai fragrance oil tidak
berbeda bermakna dengan busa yang dihasilkan sabun merk ‘X’ yang ada di
pasaran kecuali sabun basis. Hal itu menunjukkan bahwa sabun translucent yang
dibuat dapat diterima di pasaran dari sifat fisis ang dimiliki oleh sabun.
3. Subjective Asessment
Untuk membuat kuisioner pertama kali yang harus ditentukan adalah
aspek-aspek yang ingin diketahui. Aspek-aspek tersebut akan menentukan
pernyataan yang dibuat. Pernyataan-pernyataan yang telah dibuat kemudian
divalidasi dan diuji reliabilitasnya. Pernyataan yang sudah valid dan reliable dapat
langsung digunakan. Pernyataan yang tidak valid tetapi mewakili aspek yang
diinginkan diperlukan profesional adjustment.
Pada penelitian ini digunakan kuisioner yang sudah divalidasi dan diuji
reliabilitas. Tujuan dilakukan subjective asessment untuk penelitian ini adalah
untuk mengetahui persen penerimaan terhadap sabun yang telah dibuat
sebelumnya. Aspek yang ingin diketahui dari kuisioner ini adalah aroma dan
perasaan setelah menggunakan (after feel) sabun yang dapat mempengaruhi
penerimaan konsumen terhadap sabun ini. Pada penelitian ini, aspek after feel
diwakili penyataan sabun lembut di kulit dan tidak membuat kulit kering.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menentukan jumlah populasi
yang memiliki kriteria-kriteria yang diinginkan. Kriteria yang dibutuhkan pada
penelitian ini adalah seorang mahasiswi fakultas farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta angkatan 2006 Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
40
40
didapatkan 98 orang dan peneliti memutuskan untuk mengambil 25 orang dari
populasi secara acak. Dari 25 kuisioner yang disebar yang didapatkan kembali
hanya 22 tetapi jumlah tersebut sudah memenuhi syarat pengambilan sampel
untuk populasi yang kecil yaitu 20% dari populasi (Tuwu, 1993).
Hasil dari kuisioner yang dilakukan sabun basis, sabun cengkeh, sabun
sereh, dan sabun kayu putih memiliki persen penerimaan yang jelek yaitu kurang
dari 62,5%. Untuk sabun basis dan kayu putih persen penerimaannya sebesar
36,36%, sedangkan sabun cengkeh dan sereh persen penerimaannya sebesar
27,27%.
Tabel IX. Z value Basis Kayu putih Cengkeh Sereh
Z value -2.5322 -2.5322 -3.4133 -3.4133 Hasil dari Uji Z (tabel IX) yang dilakukan pada hasil kuisioner. Untuk
tingkat kepercayaan 95% atau α = 0.05, H0 ditolak, jka z > z(1-α/2) = 1.96 atau z < -
1.96. Tabel IX menunjukkan nilai Z yang diperoleh < -1.96 sehingga H0 ditolak
dan Hi diterima Hal itu berarti bahwa sabun tidak diterima di pasaran (mahasiswa
farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2006).
Analisa dari hasil survey yang dilakukan menunjukkan bahwa aspek yang
sangat berpengaruh pada penerimaan sabun tersebut adalah aspek aroma. Aroma
sangat menentukan sabun tersebut dapat diterima atau tidak. Sedangkan dari aspek
perasaan setelah menggunakan (after feel) yang diwakili dengan pernyataan
‘sabun ini lembut di kulit’ menghasilkan persentase yang cukup besar yaitu diatas
62,5% pada masing-masing sabun. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
41
41
aspek after feel yang dirasakan tidak berpengaruh pada persentase penerimaan
sabun yang rendah.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa sabun
basis, sabun cengkeh, sabun sereh, dan sabun kayu putih tidak dapat diterima oleh
mahasiswa fakultas farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan
2006 dari aspek aroma sabun.
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil
beberapa kesimpulan :
1. Dapat dibuat sabun translucent yang mempunyai kekerasan dan
kemampuan membentuk busa yang baik dengan penambahan minyak
cengkeh, minyak sereh, dan minyak kayu putih sebagai fragrance oil
2. Penambahan minyak cengkeh, minyak sereh, dan minyak kayu putih
sebagai fragrance oil berpengaruh terhadap sifat fisis dari sabun
translucent yang dibuat, yaitu pada kemampuan membentuk busa.
3. Sabun translucent berbahan dasar VCO dengan menggunakan minyak
cengkeh, minyak sereh, dan minyak kayu putih sebagai fragrance oil tidak
diterima di pasaran dan aspek yang mempengaruhi sabun tidak diterima
adalah aroma.
B. SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang formulasi sabun
translucent.
2. Perlu dilakukan optimasi terhadap suhu dan lama pencampuran serta
kecepatan putar.
43
43
DAFTAR PUSTAKA
Allorerung, David, 2008, Peluang Kelapa untuk Pengembangan Produk Kesehatan, http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/ip014085.pdf , diakses tanggal 25 Juni 2009
Anonim, 1974. Direktorat Standardisasi, Normalisasasi Dan Pengendalian Mutu,
Departemen Perdagangan Dan Koperasi. Anonim, 2006, Preparation and Properties Soap,
http://myweb.brooklyn.liu.edu/lawrence/che4x/e6sapon.pdf, diakses tanggal 26 Maret 2009
Anonim, 2009, APCC Standards for Virgin Coconut Oil,
http://www.apccsec.org/document/VCNO.PDF, diakses tanggal 25 Juli 2009 Anonim, 2009, Cengkeh, http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/gambar/Cengkeh.jpg,
diakses tanggal 20 Desember 2009 Anonim, 2009, Sereh, http://jamu-herbal.com/wp-content/uploads/2009/06/serai-400-
01.jpg, diakses tanggal 20 Desember 2009 Anonim, 2009, Kayu putih,
http://tanamanherbal.files.wordpress.com/2007/12/kayuputih.jpg, diakses tanggl 20 Desember 2009
Atmakusumah, Z.N., 1990, Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid XIV, 310, Cipta
Adi Pustaka, Jakarta Becher, P. dan Compa, R.E., 1957, The Journal of The American Oil Chemists’
Society,http://www.springerlink.com/content/9718456152t35474/fulltext.pdf, diakses tanggal 15 February 2009
Buchbauer, G., Jager, W., Dietrich, H., Plank, Ch., and Karamat, E., 1991,
Aromatherapy: Evidence for Sedative Effects of Essential Oil of Lavender after Inhalation, Journal of Biosciences 46c, 1067-1072.
/search?q=cache:DLhiIOGExIJ:buahmerahonline.com/ebook_apakah_vco_virgin_coconut_oil_itu.pdf+vco&hl=id&ct=clnk&cd=3&gl=id, diakes tanggal 30 Juni 2009
44
44
Bulan, R, 2004, Reaksi Asetilasi Eugenol dan Isolasi Metil Iso Eugenol, http://library.usu.ac.id/download/fmipa/kimia-rumondang.pdf , diakes tanggal 14 Desember 2009
Butler, H., 2000, Poucher’s Perfumes, Cosmetic and Soaps, 10th Edition,453-465,
Kluwer Academic Publisher, Netherland Dahlan, M.S., 2008, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Penerbit Salemba
Medika, Jakarta Dalton, J. and Demson R., 2004, Translucent Soap Bar Composition and Method
of Making the Same, http://www.google.com/patents?id=g2QRAAAAEBAJ&printsec=abstract&zoom=4&source=gbs_overview_r&cad=0#v=onepage&q=&f=false, diakses tanggal 13 November 2009
Dellaport, T.J., 2006, Measured Hardness of Single Oil Soaps,
http://www.thescalenews.com/images/hardnessarticle4.pdf, diakses tanggal 15 February 2009
Dumas and Helmon J., 1995, Process for Making Transparent Soap,
http://www.wipo.int/pctdb/images4/PCTPAGES/1995/061995/95003391/95003391.pdf, diakses tanggal 10 November 2010
Guenther, E, 1950, The Essential Oil, Volume IV, Van Nostrand Company Inc,
New York Guenther, E, 1987, Minyak Atsiri, Jilid I, Universitas Indonesia Press, Jakarta Hambali, 2006, Diversifikasi Produk Olahan Jarak Pagar dengan Corporate
Social responsibility Perusahaan Swasta di Indonesia, http://www.sbrc-ipb.com/downloads/Diversifikasi_Produk_Olahan_Jarak.pdf?PHPSESSID=8fca6c4c026b766410342ded7c4cc19d, diakses tanggal 13 Februari 2009
Harris, R, 1987, Tanaman Minyak Atsiri, Penebar Swadaya, Jakarta. Hardon A., Desclaux A., Ergot M., Simon E., Micollier E., and Kyakuwa M.,
2008, Alternative medicines for AIDS in resource-poor settings: Insights from exploratory anthropological studies in Asia and Africa, Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine , 4:16
Herman, S.J., 2005, Chemistry and Technology of Flavours and Fragrances,
http://www.stephen-herman.com/Blackwell.pdf, diakses tanggal 20 Desember 2009
45
45
Hill M. and Moaddel T., 2004, Soap Structure and Phase Behaviour, AOC Press, USA
Hutapea, R.T.P., Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) : Pengolahan
,Pemanfaatan, dan Peluang Pengembangannya, http://balitka.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/dokpdf/mp02.pdf, diakes tanggal 3 Desember 2009
Joseph, D.D., 1997, Understanding Foams and Foaming, J. Multiphase Flow, 1-8 Ketaren, S., 1981, Minyak Atsiri, Jurusan Teknologi Industri, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Langela, M., 2006, Soap Testing Lab, http://www.
pwista.com/LABs/Mark%27s%20Labs%20and%20Demos/Soap%20Testing%20Lab.pdf, diakses tanggal 15 February 2009
Lewa, Cenni dan Amelia, Y., 1999, Proses Produksi Sabun Mand Lux dan
Lifeboy di PT Unilever Indonesia Surabaya.Tbk, 19-28, Petra, Surabaya Morrison, R.T. and Robbert N., 1980, Organic Chemistry, 3rd ed, 1258, Allyn and
Bacon Inc, United States Muth, J.E., 1999, Basic Statstics and Pharmaceutical Statistics and
Pharmaceutical Statistical Application, Marcel Dekker Inc., New York Nurdjannah, N., 2004, Diversifikasi Penggunaan Cengkeh,
http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/upload.files/File/publikasi/perspektif/Pers ektif_vol_3_No_2_3_Nanan.pdf, diakses tanggal 12 Oktober 2009
Paye M., Barrel A.O., and Maibach, H., 2001 , Handbook of Cosmetic Science
and Technology, 485-496, Marcel Dekker Inc., New York Perry, L.M., 1895, Medical Plants of East an South east Asia, 165, 284-285, The
MIT Press, Cambridge, Massachusetts, and London, England. Pheng, Tan Luck, 2002, TheFuture Palm-based Soap in Asia Pasific,
http://palmoilis.mpob.gov.my/publications/pod37_4-8.pdf, diakses tanggal 1 Oktober 2009
Piyali, G., Bhirud R.G., and Kumar, V.V., 1999, Detergency and foam studies on
linear alkylbenzene sulfonate and secondary alkyl sulfonate. J. ofSurfactant and Detergent, Vol. 2(4), 489-493
Price, M., 2004, Terapi Minyak Kelapa, Terjemahan Drs. Bahrul Ulum, SE.
Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.
46
46
Purwanti, E, 2007,Senyawa Bioaktif Tanaman Sereh (Cymbopogon Nardus) Ekstrak Kloroform Dan Etanol Serta Pengaruhnya Terhadap Mikroorganisme Penyebab Diare, http://74.125.153.132/search?q=cache:ffu5F4o93sgJ:publikasi.umm.ac.id/files/disk1/3/jiptummdppm-gdl-ellypurwan-112-1-senyawa_-h.pdf+SENYAWA+BIOAKTIF+TANAMAN+SEREH+(Cymbopogon+nardus)+EKSTRAK+KLOROFORM+DAN+ETANOL+SERTA+PENGARUHNYA+TERHADAP+MIKROORGANISME+PENYEBAB+DIARE+filetype:pdf&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id, diakses tanggal 10 Desember 2009
Rowe R.C., Sheskey P.J., and Owen S.C., 2006, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 5th ed, 18-20, 81-82, 301-302, 737-738, Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association, USA
Richards, W. F., 1994, Perfumer's Hand Book And Catalog, Fritzsche Brother Inc.
New York. Spitz, L., 1996, Soaps and Detergents a Theoretical and Pratical Review, AOCS
Press, United States Susilaningsih, E., 2005. Pembuatan Virgin Coconut Oil (VICO) Terkait dengan
Mata Pelajaran Gugus Fungsi Kimia Karbon pada SMA XII Semester II (Progran SP4). Semarang: FMIPA UNNES. Tidak Diterbitkan.
Sutarmi dan Hartin R.,2005, Taklukkan Penyakit VCO (Virgin Coconut Oil),
Penebar Swadaya, Jakarta Tambun, R., 2006, Teknologi Oleokimia, http://e-
course.usu.ac.id/content/teknik0/teknologi0/textbook.pdf, diakses tanggal 3 Desember 2009
Tuhu, P. F. S., 2008, Efek Ekstrak Etanol Daun Kayu Putih pada Mencit Jantan,
http://.ums.ac.id/978/2/K100020031.pdf, diakses tanggal 14 Desember 2009 Tuwu, 1993, Pengantar Metodologi Penelitian, 71-171, UI Press, Jakarta Vankar, P.S., 2004, Essential Oils and Fragrances from Natural Sources,
http://www.ias.ac.in/resonance/Apr2004/pdf/Apr2004p30-41.pdf, diakses tanggal 27 Desember 2009
Beri tanda silang (X) pada bagian yang sesuai dengan jawaban anda
Nama :
NIM/Minat :
Tanggal :
Kode Sabun :
Keterangan :
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
Pernyataan STS TS S SS
Aroma sabun ini menenangkan
Aroma sabun ini memberi perasaan hangat
Aroma sabun ini menambah semangat
Sabun ini tidak memiliki aroma
Sabun ini lembut di kulit
Sabun ini membuat kulit kering
Saya tertarik untuk menggunakan sabun ini
67
67
Lampiran 8. Data hasil survey Perhitungan minimal jumlah sampel
20 %
20
100 98
19,6 20 Banyaknya sampel = 22 orang Basis No. TS S % S 1. Aroma sabun ini menenangkan 12 10 45.45 2. Aroma sabun ini memberi perasaan hangat 8 14 63.63 3. Sabun ini menambah semangat 20 2 9.09 4. Sabun ini tidak memiliki aroma 22 0 0 5. Sabun ini lembut di kulit 5 17 77.27 6. Sabun ini membuat kulit kering 19 3 13.64 7. Saya tertarik untuk menggunakan sabun ini 14 8 36.36
Uji Z
1
Keterangan : p = proporsi Po = 0.625 n = jumlah sampel H0= sabun dapat diterima di pasaran Hi= sabun tidak dapat diterima di pasaran Perhitungan nilai z :
1
0.3636 0.625
0.625 1 0.62522
68
68
0.2614
0.625 0.37522
0.26140.2344
22
0.2614
0.1032 2.5329
Catatan : Untuk tingkat kepercayaan 95% atau α = 0.05, H0 ditolak, jka z > z(1-α/2)
= 1.96 atau z < -1.96.
Untuk sabun basis z = - 2.5329 < -1.96, maka H0 ditolak. Berarti sabun tidak
dterima di pasaran.
Sabun Kayuputih
No. TS S % S 1. Aroma sabun ini menenangkan 11 11 50 2. Aroma sabun ini memberi perasaan hangat 9 13 59.09 3. Sabun ini menambah semangat 18 4 18.18 4. Sabun ini tidak memiliki aroma 18 4 18.18 5. Sabun ini lembut di kulit 8 14 63.63 6. Sabun ini membuat kulit kering 16 6 27.27 7. Saya tertarik untuk menggunakan sabun ini 14 8 36.36
Perhitungan nilai z :
1
0.3636 0.625
0.625 1 0.62522
0.2614
0.625 0.37522
69
69
0.26140.2344
22
0.2614
0.1032 2.5329
Untuk sabun kayu putih z = - 2.5329 < -1.96, maka H0 ditolak. Berarti sabun tidak
dterima di pasaran.
Sabun Sereh No. TS S % S 1. Aroma sabun ini menenangkan 11 11 50 2. Aroma sabun ini memberi perasaan hangat 9 13 59.09 3. Sabun ini menambah semangat 16 6 27.27 4. Sabun ini tidak memiliki aroma 21 1 4.54 5. Sabun ini lembut di kulit 8 14 63.63 6. Sabun ini membuat kulit kering 14 8 36.36 7. Saya tertarik untuk menggunakan sabun ini 16 6 27.27
1
0.2727 0.625
0.625 1 0.62522
0.3523
0.625 0.37522
0.26140.2344
22
0.2614
0.1032 3.4138
Untuk sabun sereh z = - 3.4138 < -1.96, maka H0 ditolak. Berarti sabun tidak
dterima di pasaran.
70
70
Sabun Cengkeh No. TS S % 1. Aroma sabun ini menenangkan 11 11 50 2. Aroma sabun ini memberi perasaan hangat 9 13 59.09 3. Sabun ini menambah semangat 18 4 18.18 4. Sabun ini tidak memiliki aroma 20 2 9.09 5. Sabun ini lembut di kulit 8 14 63.63 6. Sabun ini membuat kulit kering 16 6 27.27 7. Saya tertarik untuk menggunakan sabun ini 16 6 27.27
1
0.2727 0.625
0.625 1 0.62522
0.3523
0.625 0.37522
0.26140.2344
22
0.2614
0.1032 3.4138
Untuk sabun cengkeh z = - 3.4138 < -1.96, maka H0 ditolak. Berarti sabun tidak
dterima di pasaran.
71
71
Lampiran 9. Dokumentasi
Sabun Cengkeh tipe Opaque
Sabun Sereh tipe Opaque
Gambar sabun translucent
72
72
Gambar Sabun Translucent setiap replikasi
Gambar Sabun untuk Uji Kekerasan (1cm x1cmx 1cm)
Gambar Tablet Hardness Tester
73
73
Gambar Hasil Replikasi Sabun Translucent
Gambar Hasil Uji Kemampuan Membentuk Busa
74
74
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Formulasi dan Uji Sifat Fisis Sabun Translucent Berbahan Dasar VCO dengan Minyak Cengkeh, Minyak Sereh, dan Minyak Kayu Putih Sebagai Fragrance Oil” bernama Linawati Buntoro. Lahir di Surakarta, 27 April 1989, merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Buntoro Suliko dan Binawati Limanto. Penulis telah menyelesakan pendidikan di TK Tarakanita Solo Baru pada tahun 1994 dan SD Tarakanita Solo Baru pada tahun 1994 sampai 2000. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta pada tahun 2000 sampai 2003 dan SMU Regina Pacis Surakarta pada tahun 2003 sampai 2006. Setamat SMU, penulis melanjutkan kuliah di S1 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2006 hingga awal tahun 2010. Semasa kuliah penulis pernah menjadi asisten dosen Praktikum Farmasi Fisika tahun 2009.