Top Banner
FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS KRIM PELEMBAB MINYAK KACANG TANAH (Arachis hypogaea) UNTUK MENGATASI XEROSIS PADA TUMIT KAKI SKRIPSI OLEH : PUTRI ARI BUDI ARTI PENARIK NIM 121501011 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 Universitas Sumatera Utara
77

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

Oct 03, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS KRIM PELEMBAB

MINYAK KACANG TANAH (Arachis hypogaea) UNTUK

MENGATASI XEROSIS PADA TUMIT KAKI

SKRIPSI

OLEH :

PUTRI ARI BUDI ARTI PENARIK

NIM 121501011

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS KRIM PELEMBAB

MINYAK KACANG TANAH (Arachis hypogaea) UNTUK

MENGATASI XEROSIS PADA TUMIT KAKI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH :

PUTRI ARI BUDI ARTI PENARIK

NIM 121501011

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

limpahkan berkat, rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesikan

skripsi. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, yang berjudul

“Formulasi dan Uji Efektivitas Krim Pelembab Minyak Kacang Tanah untuk

Mengatasi Xerosis pada Tumit Kaki”.

Minyak kacang tanah memiliki kandungan antioksidan yang bermanfaat

dalam merawat kulit. Kandungan asam lemak tak jenuh dan Vitamin E dalam

minyak kacang tanah membantu melembabkan kulit, memperbaiki elastisitas kulit

dan mengurangi munculnya keriput. Tujuan penelitian membuat sediaan krim

pelembab minyak kacang tanah dengan konsentrasi 2,5% sampai 7,5% dan

menguji efektifitasnya terhadap xerosis tumit kaki. Hasil yang di peroleh

konsentrasi 7,5% krim minyak kacang tanah dapat menyembuhkan xerosis pada

tumit kaki. Diharapkan krim pelembab minyak kacang tanah dapat digunakan

sebagai obat xerosis tumit kaki.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si.,

Apt., selaku pembimbing yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta

saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ibu Prof. Dr. Masfria,

M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

Ibu Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku ketua penguji dan Ibu Dr.

Sumaiyah, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

v

dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ibu Dra. Tuty Roida

Pardede, M.Si., Apt., selaku penasehat akademik yang selalu memberikan

bimbingan kepada penulis selam masa perkuliahan serta Bapak dan Ibu Staf

Pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan.

Penulis Mengucapkan terimah kasih kepada kedua orang tua tercinta

Ayahanda Alm. Ramli Penarik dan Ibunda Sarbaini silalahi, S.PdI., atas segala

doa dan dukungannya serta keridhaanya bagi penulis dalam menempuh dan

menyelesaikan pendidikan ini, serta ucapan terima kasih penulis kepada Kakak

Yuli Azni Hartati Penarik, S.Kep., Ners., Abangnda Akhmad Syukri Penarik,

S.Pd., Adinda tercinta Nurul Pahima, orang terkasih dan para sahabat Rahmad

Syahputra Gultom, Kak Nurul, Kak Ayu, Wahida, Ida, Mira, Winda, Dina, Mulia

dan seluruh teman-teman Farmasi Klinis 2012, terima kasih untuk perhatian,

semangat, doa, dan kebersamaannya selama ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis

menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2018

Penulis

Putri Ari Budi Arti Penarik

NIM 121501011

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

vi

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

vii

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS KRIM PELEMBAB

MINYAKKACANG TANAH (Arachis hypogaea) UNTUK

MENGATASI XEROSIS PADA TUMIT KAKI

ABSTRAK

Latar Belakang: Xerosis pada tumit kaki pertama kali ditunjukkan oleh gejala

kekeringan dengan permukaan kulit yang menjadi bersisik, keras dan rasa tidak

nyaman. Kondisi yang berkelanjutan akan menyebabkan permukaan kulit retak

dan pecah-pecah yang berakibat timbulnya iritasi dan inflamasi.Minyak kacang

tanah berkhasiat sebagai antioksidan alami yang dapat membantu struktur sel,

terutama membran sel dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas.

Tujuan: Memformulasikan sediaan krim dan mengetahui efektivitasnya untuk

mengatasi xerosis pada tumit kaki.

Metode: Penelitian dilakukan secara eksperimental. Sediaan krim pelembab

dibuat dengan menambahkan minyak kacang tanah masing-masing dengan

konsentrasi F1(2,5%); F2(5%); F3(7,5%) ke dalam dasar krim pelembab. Sebagai

blanko digunakan dasar krim pelembab tanpa minyak kacang tanah (F0).

Pengujian terhadap sediaan krim pelembab meliputi evaluasi stabilitas sediaan

(Bau, warna, pH, dan homogenitas), uji iritasi terhadap kulit, penentuan tipe

emulsi dan kemampuan sediaan krim untuk mengatasi xerosis pada tumit kaki,

dengan melihat perubahan skala tingkat xerosis pada tumit kaki dari skala 1

sampai skala 6 menggunakan 12 orang sukarelawan selama empat minggu

pemberian dengan mengaplikasikan krim pelembab dua kali sehari, dengan

melihat perubahan skala. Data dianalisis dengan menggunakan SPSS.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak kacang tanah dengan

konsentrasi 2,5%, 5% 7,5% dapat diformulasikan menjadi sediaan krim pelembab

yang homogen dan stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar 28°C selama 12

minggu dengan tipe emulsi a/m dan pH 6,2-6,8. Dapat mengurangi pecah-pecah

pada tumit kaki.

Kesimpulan: Minyak kacang tanah (Arachis hypogaea) dapat diformulasikan

dalam sediaan krim pelembab dengan tipe emulsi a/m dan krim minyak kacang

tanah pada konsentrasi 7,5% adalah yang terbaik dalam mengatasi xerosis tumit

kaki yaitu dari kondisi sedang menjadi ringan dengan skala 4 menjadi skala 1, dan

tidak mengiritasi kulit dapat, mengatasi xerosis tumit kaki.

Kata kunci: xerosis, minyak kacang tanah (Arachis hypogaea), krim pelembab.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

viii

FORMULATION AND EFFECTIVENESS OF PEANUTS OIL

(Arachis hypogaea) MOISTURIZING CREAM FOR

THE TREATMENT OF HEELS XEROSIS

ABSTRACT

Background: Heels xerosis is characterized by symptoms of dryness with the

surface of the heel skin being scaly, rough and feeling uncomfortable. The

constanly conditions will the surface of the skin to be crack which is results

irritation and inflammation condition of skin. The efficacious of Peanuts oil as a

natural antioxidant can increace regeneration of cell structures and avoid cell

membranes damage which caused by free radicals.

Objective: The objective of this study was to formulate peanuts oil moisturizing

cream preparation and to find out its effectiveness for the treatment of heels

xerosis.

Methods: The study was conducted experimentally. Moisturizing cream

preparations was formulated by adding peanut oil in several concentration of

F1(2.5%); F2(5%); F3(7.5%) into moisturizing cream base. The evaluation of

peanuts oil moisturizing cream preparations included evaluation of cream stability

(odor, color, pH, and homogenity), skin irritation test, determination of emulsion

type and the ability of the cream preparation in the skin heels xerosis from scale 1

to scale 6 treatment using 12 volunteers by applying the moisturizing cream for

four weeks twice a day. The data were analyzed using SPSS.

Results: The results showed that peanuts oil with a concentrations of 2.5%, 5%,

7.5% could be formulated into a homogeneous and stable moisturizing cream

preparation in room temperature storage condition 28°C for 12 weeks with the

type of emulsion w/o and pH 6.4, it could reduce cracks in skin heels.

Conclusion: Peanuts oil can be formulated into moisturizing cream preparations

in w/o emulsion type and the concentration peanut oil cream of 7.5% is better

from medium conditions to be low conditions with scale 4 to scale 1, and did not

irritate the skin, can be xerosis heels.

Keywords: xerosis, peanuts oil, moisturizing cream

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ..................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................. iv

SURAT PERNYATAAN ........................................................................ vi

ABSTRAK ............................................................................................... vii

ABSTRACT ............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................ 3

1.3 Hipotesis Penelitian ............................................................ 3

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................ 4

1.5 Manfaat Penelitian .............................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5

2.1 Tanaman Minyak Kacang Tanah (Peanut oil) .................... 5

2.1.1Klasifikasi Minyak Kacang Tanah ............................. 5

2.1.2 Minyak Kacang Tanah ................................................ 6

2.2 Kulit .................................................................................... 6

2.2.1 Struktur Kulit ............................................................. 7

2.2.2 Kelembapan Kulit ...................................................... 9

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

x

2.3 Patologi Xerosis ................................................................... 10

2.4 Kosmetik .............................................................................. 15

2.5 Kosmetik Pelembab ............................................................. 16

2.5.1 Emolien ...................................................................... 17

2.5.2 Oklusif ........................................................................ 17

2.5.3 Humektan .................................................................. 17

2.6 Krim .................................................................................... 18

2.7 Emulsi .................................................................................. 18

2.8 Uji iritasi .............................................................................. 19

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 21

3.1 Alat ...................................................................................... 21

3.2 Bahan .................................................................................. 21

3.3 Sukarelawan ……………………………………………….. 21

3.4 Prosedur Penelitian ............................................................. 22

3.4.1 Identifikasi............................................................... 22

3.4.2 Formulasi Sediaan Krim ............................................ 22

3.4.3 Formula Dasar Krim ……………………………...... 22

3.4.4 Prosedur Pembuatan Krim …………………………. 23

3.4.5 Pembuatan Sediaan Krim Pelembab ……………… 23

3.5.6 Uji Orientasi ……………………………………… 23

3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan …………………………… 24

3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas ……………………........ 24

3.5.2 Penentuan Tipe Emulsi ………………………........ 24

3.5.3 Pengukuran pH …………………………………. 25

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

xi

3.5.4 Pengamatan Stabiitas Sediaan .................................... 25

3.5.5 Uji Iritasi Sukarelawan ............................................... 25

3.4.5.6 Uji Efek Krim Xerosis .............................................. 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 27

4.1 Hasil Pemeriksaan Kandungan Minyak ................ .............. 27

4.2 Penetuan Mutu Fisik Sediaan................................................ 27

4.2.1 Pemeriksaan Homogenitas ......................................... 27

4.2.2 Penentuan Tipe Emulsi .............................................. 27

4.2.3 Penentuan pH sediaan ................................................ 28

4.2.4 Pengamatan Stabilitas Sediaan ................................... 29

4.2.5 Hasil Uji Iritasi .......................................................... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................... .............. 35

5.1 Kesimpulan ........................................................... .............. 35

5.2 Saran ....................................................................... .............. 35

DAFTAR PUSTAKA ................................................................ .............. 36

LAMPIRAN ............................................................................... .............. 38

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Skala Penilaian Xerosis pada Tumit Kaki ...................................... 11

3.1 Uji Orientasi .................................................................................... 23

3.2 Formula Sediaan Krim Yang Dibuat .............................................. 24

4.1 Data Hasil Pengujian Tipe Emulsi .................................................. 28

4.2 Data pH Tiap Minggu .................................................................... 28

4.3 Data Pengamatan Selama Penyimpanan pada Suhu Kamar .......... 29

4.4 Data Hasil Uji Iritasi Krim pada Sukarelawan ............................... 30

4.5 Perubahan Skala Xerosis Tumit Kaki pada Sukarelawan ............... 31

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Hasil Indentifikasi Asam Lemak Minyak Kacang Tanah ........... 39

2 Surat Pernyataan Sukarelawan ................................................... 40

3 Gambar Tanaman Kacang Tanah ................................................ 41

4 Gambar Minyak Kacang Tanah .................................................. 42

5 Gambar Sediaan Krim Setelah Dibuat dan Setelah 12 Hari ....... 43

6 Uji Homogenitas ......................................................................... 44

7 Uji Tipe Emulsi Dengan Pewarnaan Metil Biru ......................... 45

8 Alat pH meter ............................................................................. 46

9 Bagan Pembuatan Dasar Krim .................................................... 47

10 Bagan Pembuatan Krim Pelembab Minyak Kacang Tanah ........ 48

11 Gambar Masing-Masing Tumit Kaki ......................................... 49

12 Hasil Data Analisis SPSS ............................................................ 61

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak kacang tanah seperti juga minyak nabati lainnya merupakan salah

satu kebutuhan manusia, yang dipergunakan baik sebagai bahan pangan maupun

bahan non pangan.Sebagai bahan pangan minyak kacang tanah digunakan untuk

minyak goreng, bahan dasar pembuatan margarin, mayonaise, salat dresing dan

mentega putih (shortening).Sebagai bahan non pangan minyak kacang tanah

banyak digunakan dalam industri sabun, face cream, shaving cream, shampo, dan

bahan dasar lainnya (Ketaren,1986).

Isebhakhomen (2013) menyatakan bahwa di dalam minyak kacang tanah

terdapat vitamin E. Minyak kacang tanah yang berkhasiat sebagai antioksidan

merupakan campuran ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang yang

sering disebut trigliserida. Minyak kacang tanah mengandung 76-82 persen asam

lemak tak jenuh yang terdiri dari 79% asam oleat dan 10% asam linoleat(Ketaren,

1986).

Kulit merupakan salah satu panca indra manusia yang terletak di

permukaan tubuh, mempunyai fungsi yang sangat penting, diantaranya menutupi

dan melindungi permukaan tubuh serta merupakan pembungkus yang elastis yang

melindungi tubuh terhadap pengaruh lingkungan. Berbagai faktor baik dari luar

maupun dari dalam tubuh dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit, misalnya

lingkungan yang kering, kelembaban udara yang rendah, paparan terhadap bahan

kimia atau unsur lainnya,yang dapat menyebakan terjadi penguapan yang

berlebihan pada kulit sehingga kulit menjadi kering (Santosa, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

2

Kulit yang kering dapat menimbulkan xerosispada bagian tumit kaki,

sikudan jari jari tangan.Xerosispada tumit kaki merupakan kondisi kulit kering

pada tumit kaki yang cukup parah hingga terjadi pecah-pecah.Xerosis disebabkan

berkurangnya kelembaban akibat hilangnya lipid dan faktor pelembab alami di

stratum korneum.Xerosis pada tumit kaki pertama kali di tunjukkan oleh gejala

kekeringan dengan permukaan kulit yang menjadi bersisik, keras dan rasa tidak

nyaman.Kondisi yang berkelanjutan akan menyebabkan permukaan kulit retak

dan pecah-pecah yang berakibat timbulnya iritasi dan inflamasi. Xerosis dapat

menimbulkan masalah yang cukup serius bila tidak ditangani sejak dini. Jika

kedalaman pecahan tersebut cukup dalam hingga lapisan dermis, akan

menimbulkan pendarahan yang memicu infeksi oleh jamur dan bakteri.

Xerosistumit kakidapat terjadi pada kulit yang terpapar bahan kimia seperti

detergen (yang dapat melarutkan lipid kulit), suhu atau temperatur lingkungan,

usia dan juga kelainan genetik (Baumann, 2002).

Xerosis dapat diatasi dengan menggunakan pelembab yang berfungsi

menjaga kelembaban kulit dan membuat kulit menjadi lebih lembut. Kulit yang

berminyak memiliki kemampuan mempertahankan kadar air yang lebih tinggi

daripada kulit yang kering. Peran kelembaban kulit adalah untuk menjaga kadar

air yang berada dalam kulit dalam rangka mempertahankan elastisitasnya.

Pelembab yang ideal untuk mencegah xerosis harus memiliki mekanisme kerja

oklusif danhumektan untuk meningkatkan kadar air serta emolien untuk

melembutkan kulit yang kasar (Baumann,2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

3

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan hal diatas penulis tertarik untuk meneliti krim pelembab dari

minyak kacang tanah(Arachis hypogaea) untuk mengatasi xerosis pada tumit kaki

1. Apakah minyak kacang tanah dapat diformulasikan dalam sediaan krim

dengan tipe emulsi air dalam minyak (a/m)?

2. Apakah formulasi sediaan krim yang dihasilkan memiliki sifat fisik dan

stabilitas yang baik?

3. Apakah krim minyak kacang tanah mampu mengatasi xerosis tumit kaki?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini

adalah:

1. Minyak kacang tanah dapat diformulasikan dalam sediaan krim tipe emulsi

air dalam minyak (a/m)

2. Formulasi sediaan yang dihasilkan memiliki sifat fisik dan stabilitasnya

yang baik

3. Sediaan krim minyak kacang tanah mampu mengatasi xerosis pada tumit

kaki

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Membuat sediaan krim minyak kacang tanah dalam sediaan krim dengan

tipe emulsi air dalam minyak (a/m)

2. Mengetahui sifat fisik dan stabilitas sediaan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

4

3. Mengetahui efektivitas sediaan krim minyak kacang tanah untuk mengatasi

xerosis pada tumit kaki.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah meningkatkan daya guna dari kacang

tanah sebagai bahan kosmetik.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea)

Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari

Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kalinya

dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika).Dibenua Amerika

penanaman pertama kali dilakukan oleh pendatang Eropa. Kacang tanah ini

pertama kali masuk ke Indonesia pada abad 17, dibawa oleh pedagang Cina dan

Portugis. Kacang tanah memiliki banyak nama daerah kacang, seperti kacang una,

kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban dan kacang kole. Bahasa Inggrisya

kacang tanah adalah peanut atau groundnut (Pitijo, 2005).

Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea) termasuk tanaman polong-

polongan atau legium kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini

merupakan salah satu tanaman palawija keluarga Leguminosae yang memiliki

kandungan gizi cukup tinggi antara lain protein, karbohidrat dan minyak (Andaka,

2009).

2.1.1 Klasifiksi Minyak Kacang Tanah

Menurut Tjitrosoepomo (1996) dalam taksonomi tumbuhan kacang tanah

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dycotyledonae

Ordo : Polypetalae

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

6

Family : Papilionidae

Genus : Arachis

Spesies : Arachis hypogaea L.

2.1.2 Minyak kacang tanah

Minyak kacang tanah adalah minyak yang telah dimurnikan, diperoleh

dengan pemerasan biji Arachis hypogaea yang telah dikupas.Memiliki pemerian

cairan kuning pucat (Ditjen POM, 1979).

Minyak kacang tanah mengandung asam oleat 79%, asam linoleat 10%

dan asam linolenat 0,7%. Minyak kacang tanah digunakan sebagai bahan

tambahan dalam formulasi farmasetika terutama sebagai pelarut dalam injeksi

intramuscular pelepasan diperlambat.Minyak kacang tanah juga digunakan

sebagai pembawa untuk sediaan topikal dan sebagai pelarut untuk vitamin dan

hormon.Untuk keperluan terapi, emulsi yang mengandung minyak kacang tanah

setelah digunakan dalam sediaan enema sebagai pelunak feses, dan dalam sediaan

obat tetes telinga untuk melembutkan kotoran telinga (Rowe, et al., 2009).

2.2 Kulit

Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki

fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan

luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti

pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-

sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan

keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

7

sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan tubuh

terhadap tekanan atau infeksi dari luar (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkunan hidup manusia.Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta

merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis

dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh

( Wasitaatmadja, 1997).

2.2.1 Struktur Kulit

Kulit terdiri dari tiga bagian besar dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu

lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis), dan hypodermis

(subkutan).

1. Lapisan epidermis

Lapisan ini terletak pada bagian paling luar atau paling atas, tipis dan

sebagian besar terdiri dari sel-sel mati. Lapisan epidermis terdiri dari lima lapisan

sel:

a. Lapisan tanduk (stratum corneum)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti,

tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat

sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin,

jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap

bahan-bahan kimia.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

8

b. Lapisan Jernih (stratum lusidum)

Terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakan lapisan yang

tipis, jernih, mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak

tangan dan telapak kaki.Antara stratum corneum dan stratum

granulosumtterdapat lapisan keratin tipis yang disebut rein’s barrier

yang tidak bisa ditembus (impermeable) untuk berbagai bahan kimia.

c. Lapisan Berbutir-butir (Stratum granulosum)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang terbentuk polygonal, berbutir

kasar, berinti mengkerut.

d. Lapisan Malphigi (stratum spinosum atau malphigi layer)

Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri.Intinya besar

dan oval.Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yan terdiri atas

serabut protein.Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel

dalam lapisan malphigi ini.

e. Lapisan Basal (stratum germinativum)

Lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga

terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami

keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan

memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui dendrite-

dendritnya ( Tranggono dan Latifah, 2007).

2. Lapisan dermis

Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang terletak di bawah lapisan

epidermis.Lapisan dikenal pula sebagai kulit jangat. Pada lapisan ini,serabut yang

kolagen dan elastin yang parallel membentuk struktur penunjang pada kerangka

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

9

dasar kulit. Protein tersebut berperan terhadap kekencangan, kekenyalan,

kelenturan kulit.Di dalam dermis juga terdapat jaringan saraf dan sistem

pembuluh darah atau kapiler yang sangat banyak. Pembuluh darah ini akan

mensuplai nutrisi penting ke sel dan membuat kulit tampak berkilau merona

(Achroni, 2012).

3. Lapisan subkutis

Lapisan subkutis atau jaringan lemak di bawah kulit.Lapisan ini

merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan longer yang berisi sel-sel

lemak di dalamnya (Anwar, 2012).

2.2.2 Kelembaban Kulit

Kulit yang lembab berarti kulit yang memiliki kadar minyak lebih tinggi

dari pada kulit yang kering. Kulit yang berminyak memiliki kemampuan

mempertahankan kadar air lebih tinggi dari pada kulit yang kering. Peran

kelembaban kulit adalah untuk menjaga kadar air yang berada dalam kulit dalam

rangka mempertahankan elastisitasnya (Prianto,2014).

Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang

antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan lemak

tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguap air yang akan

menyebabkan dehidrasi kulit. Kandungan air dalam stratum korneum, meskipun

sedikit (hanya 10%) sangat penting.Air yang terkandung dalam stratum korneum

sangat berpengaruh pada kelembutan dan elastisitas stratum korneum (Tranggono

dan Latifah, 2007).

Jika Kandungan air dari stratum korneum semakin sedikit, maka semakin

rendah elastisitas jaringan stratum korneum. Kulit akan kering dan pecah-pecah,

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

10

membentuk retak-retak mendalam mirip V. Jika bahan-bahan asing, seperti sisa

sabun, kotoran dan mikroorganisme masuk dan menumpuk dalam celah V ini,

maka kulit yan menjadi kering dan retak-retak akan menimbulkan iritasi dan

peradangan yang juga akan melemahkan kulit. Di sinilah perlunya kosmetik

pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringn dan

retak-retak pada kulit serta akibatnya buruk (Tranggono dan Latifah, 2007).

Seperti telah dikemukakan diatas, kulit yang kering umumnya memiliki

kadar minyak yang rendah. Kurangnya kadar minyak pada permukaan kulit ini

mengakibatkan kandungan air yang berada dibagian permukaan kulit ini

mengakibatkan kandungan air yang berada dibagian permukaan bawah lapisan

keratin menguap lebih cepat, yang selanjutnya mengakibatkan kekeringn pada

kulit yang pada tingkat ekstrem dikenal dengan istilah xerosis. Kulit semacam ini

akan terlihat berkerak disertai rasa gatal. Dalam kondisi demikian kulit akan lebih

mudah terkena infeksi bakteri ataupun jamur (Prianto,2014).

2.3 Patologi Xerosis

Xerosis adalah kondisi yang sangat lazim yang dapat disebabkan oleh

beberapa faktor, di antaranya cuaca (suhu dan kelembaban), perubahan kondisi

lingkungan yang ekstrim, paparan mikroorganisme dan paparan bahan kimia yang

dapat melarutkan lipid stratum korneum dan faktor pelembab alami kulit, proses

penuaan dan stress fisiologi, pengaruh genetik dan berbagai penyakit (Draelos,

2013).

Xerosis dikarakterisasi dengan berkurangnya kelembaban yang mencapai

kadar kelembaban kurang dari 10% di stratum korneum. Hal ini dapat terjadi

karena peningkatan pada transpidermal waterloos (TEWL) karena berkurangnya

Universitas Sumatera Utara

Page 24: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

11

permeabilitas pelindung. Kelembaban yang berkurang akan menyebabkan

terjadinya pemisahan kerneosit. Ketika kulit menjadi terlalu kering, kulit akan

mengeras, memerah, dan berkembang menjadi retak. Bila retakan menjadi

melebar dan semakin dalam akan sampai pada bagian dermis kulit dan dapat

berakibat parah pada daerah tubuh yang dengan relative sedikit kelenjar minyak

seperti tangan dan kaki (Draelos, 2013).

Xerosis pada tumit kaki dapat terjadi pada kulit yang terpapar bahan kimia

seperti detergen yang dapat melarutkan lipid kulit. Kulit yang berminyak memiliki

kemampuan mempertahankan kadar air yang lebih tinggi dari pada kulit yang

kering. Peran kelembaban kulit ini adalah untuk menjaga kadar air yang berada

dalam kulit dalam rangka mempertahankan elastisitasnya (Prianto, 2014).

Gejala awal terjadi kekeringan kulit yaitu munculnya warna suram dan

perubahan topografi kulit. Dengan memburuknya kondisi kulit, akan terjadi

penurunan kohesi antara sel keratinosit. Hal ini menyebabkan ujung sel

keratonosit akan menggulung sehingga muncul ruam kulit, bersisik dan

permukaannya terasa kasar. Retakan dan pecahan akan muncul sebagai hasil dari

penurunan elastisitas (Baumann, 2002). Skala tingkat keparahan xerosis pada

tumit kaki ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

12

Tabel 2.1 Skala penilaian xerosis pada tumit kaki

Tingkata

n

S

kala

Deskripsi

Ringan

0

1

2

Kulit Normal

Penampilan bersisik dengan sedikit

serpihan kulit

Penampilan bersisik dengan banyak

serpihan kulit

Sedang

3

4

Garis-garis tipis dan datar

Garis-garis tebal yang menaik, pecah-

pecah tidak dalam

Parah

5

6

Pecah-pecah besar yang dalam

Pecah-pecah yang besar dan dalam hingga

muncul sedikit eritema

Sumber Rogers, et al., 1989.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

13

Gambar skala tingkat keparahan xerosis pada tumit kaki dapat di lihat pada

Gambar 2.1

Skala 0 ( Kulit Nomal) (Skala 1)

(Skala 2) (Skala 3)

(Skala 4) (Skala 5) (Skala 6)

Gambar 2.1 Skala Tingkat Xerosis

Sumber https: //www.geoogle.com xerosis tumit kaki.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

14

Dehidrasi pada permukaan kulit adalah hal pertama yang terjadi pada kulit

kering.Selanjutnya dehidrasi kulit tersebut di per arah dengan kerusakan barrier di

lapisan super ficial stratum korneum memungkinkan terjadinya pelarutan faktor

pelembab alami dari sel-sel kulit terluar dan berkurangnya jumlah air di stratum

korneum. Kerusakan akut dan kronik barrier stratum korneum akan meningkatkan

proliferasi keratinosit. Akibatnya akan terjadi hyperkeratosis dan inflamasi.

Selanjutnya, hal ini berakibat pada ketidakmampuan sel dalam menjalankan

fungsinya sebagai barrier stratum korneum sebagaimana kulit sehat. Korneosit

dewasa yang seharusnya bersifat sangat hidrofobik pada permukaan kulit akan

menurunkan dan memungkinkan untuk terjadinya peningkatan jumlah air yang

hilang. Pelembab alami kulit bersifat higroskopis dan juga terdapat pada

korneosit. Jumlah pelembab alami kulit lama kelamaan akan menurun sehingga

sifat higroskopis kulit juga akan berkurang ( Rawlings dan Leyden, 2002).

2.4 Kosmetik

Kosmetik berasal dari bahasa Yunani “Kosmetikos” yang berarti

keterampilan menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam peraturan Mentri

Kesehatan RI No.445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut. Kosmetik

adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar

badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagan luar), gigi dan

rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah

penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau

badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu

penyakit. Sementara itu, obat adalah bahan zat, atau benda yang dipakai untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 28: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

15

diagnose, pengobatan, dan pencegahan suatu penyakit atau yang dapat

mempengaruhi struktur dan faal tubuh (Tranggono dan Latifah, 2007).

Sub bagian kosmetik medik bagian/SMF Ilmu penyakit kulit dan

kelaminFKU/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, membagi kosmetik atas:

1. Kosmetik pemeliharaan dan perawatan, yang terdiri atas: a.Kosmetik

pembersih (cleansing); b.Kosmetik pelembab (moisturizing); c.Kosmetik

pelindung (protecting); dan kosmetik penipis (thining)

2. Kosmetika rias/dekoratif, yang terdiri atas: a.Kosmetika rias kulit terutama

wajah; b. Kosmetika rias rambut; c. Kosmetika rias kuku; d. Kosmetika

rias bibir, dan e. Kosmetika rias mata

3. Kosmetika pewangi/parfum, termasuk dalam golongan ini: a. Deodoran dan

antiperspirant; b. After shave lotion; dan c. Parfum dan eau de toilette

(Wasitaatmadja, 1997).

2.5 Pelembab

Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang

bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh

seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit dalam

tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering

(Wasitaatmadja, 1987).

Pelembab bekerja pada bagian kulit lapisan epidermis di stratum

korneum.Beberapa lapis dari sel mati berkreatin sangat hidrofil dan banyak

mengembang bila tercelup dalam air, hal ini menjaga permukaan kulit tetap halus

dan lentur. Bila air yang dikandung stratum korneum hilang, kulit akan menjadi

Universitas Sumatera Utara

Page 29: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

16

kering dan bersisik. Meskipun lapisan film lipid bukan sebagai mantel penutup

yang menolak air, tapi dapat membantu menahan air agar tetap tinggal dalam kulit

(Anief, 2004).

Xerosis dapat diatasi dengan menggunakan pelembab yang berfungsi

menjaga kelembaban kulit dan membuat kulit menjadi lebih lembut.Secara

alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan dengan adanya

tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar

keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar

kulit.Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah tersebut tidak

mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan non alamiah

yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Derajat hidrasi kulit dapat ditingkatkan dengan cara mencegah penguapan

air dari kulit, meningkatkan integritas barrier kulit dan meningkatkan kemampuan

kulit untuk memoertahankan kandungan airnya. (Baumann, 2002).

2.5.1 Emolien

Emolien merupakan bahan-bahan yang ditambahkan pada kosmetik untuk

melembutkan kulit.Emolien bekerja dengan mengisi ruang-ruang antara korneosit

desquamasi untuk menghasilkan permukaan kulit yang halus.Emolien

meningkatkan kohesi, sehingga menyebabkan perataan dari tepi-tepi korneosit

yang keriting.Hasilnya, terbentuk permukaan kulit dengan celah yang sedikit dan

dapat merefrasikan cahaya dengan lebih baik.Banyak emolien yang juga bekerja

sebagai humektan, misalnya lanolin, minyak mineral, dan petrolatum (Bauman,

2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 30: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

17

2.5.2 Oklusif

Bahan-bahan yang bersifat oklusif bekerja dengan cara melapisi stratum

korneum untuk menghambat Transepidermal Water Loss (TEWL). Kolesterol,

seramid, dan beberapa asam lemak esensial dan non esensial yang terdapat dalam

minyak dapat membantu untuk mengisi barrier lamellar alami lipid yang

mengelilingi squamosa di stratum korneum dan membentangi fungsi barrier

kulit.Contoh bahan-bahan bersifat oklusif diantaranya petrolatum, minyak zaitun,

minyak mineral, minyak kedelai dan lanolin (Draelos and Thaman, 2006).

2.5.3 Humektan

Humektan adalah bahan-bahan yang mampu mengabsorbsi sejumlah air

dari atmosfer dan menariknya ke stratum korneum untuk mendapatkan kulit yang

lebih lembut.Contoh bahan-bahan yang bersifat humektan antara lain gliserin,

sorbitol, urea, dan propilen glikol (Draelos and Thaman, 2006).

2.6 Krim

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak

kurang dari 60% air dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Stabilitas krim akan

rusak, jika sistem campurannya ternganggu oleh perubahan suhu dan perubahan

komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau

pencampuran dua tipe krim jika zat penegemulsinya tidak tercampurkan satu sama

lain (Ditjen POM, 1979).

Krim merupakan sistem emulsi sediaan semi padat dengan penampilan

tidak jernih, berbeda dengan salep yang tembus cahaya.Konsistensi dan sifat

rheologisnya tergantung pada jenis emulsinya, apakah jenis air dalam minyak atau

Universitas Sumatera Utara

Page 31: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

18

minyak dalam air, dan juga pada sifat zat padat dalam fase internal.Basis yang

dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak di dalam air, dan dikenal sebagai

krim.Basis vanishing cream termasuk dalam golongan ini, diberi istilah demikian

karena waktu krim digunakan dan digosokkan pada kulit, hanya sedikit atau tidak

terlihat bukti nyata tentang adanya krim tersebut.Sehingga tidak terlihat kulit

sedang diolesi krim tersebut, Basis krim pendingin yang dilaporkan sebagai

penemuan Galen, merupakan pelopor pembawa emulsi air di dalam pembawa

emulsi air di dalam minyak.Emulsi jenis krim pendingin sering menggunakan

kombinasi boraks-malam tawon sebagai pengemulsi, dengan minyak mineral atau

minyak nabati sebagai fase kontinu. (Lachman,dkk.,1994).

2.7 Emulsi

Menurut Ditjen POM (1995) emulsi adalah sistem dua fase, yang salah

satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan

kecil.Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang

mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan-tetesan kecil menjadi besar dan

akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah.Dikenal dua macam tipe emulsi

yaitu emulsi tipe minyak dalam air dimana tetesan minyak terdispersi dalam fase

air dan tipe air dalam minyak dimana tetesan air terdispersi dalam fase minyak

(Anief, 2004).

Dalam sediaan kosmetik, biasanya fase air dan fase minyak bukan

merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan

mengandung beberapa komponen (Ansel, 1989).

Universitas Sumatera Utara

Page 32: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

19

Pada umumnya, sebagian besar sediaan kosmetika yang beredar adalah

sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit.Emulsi

minyak dalam air dapat dengan mudah dicuci dengan air karena sifatnya yang

mudah dibasahi oleh air.Tipe emulsi ini cocok untuk preparat-preparat krim,

lotion yang pada penggunaanya dinginkan dapat dengan mudah dihilangkan dari

kulit (Ditjen POM, 1985).

2.8 Uji Iritasi

Uji iritasi yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan pada kulit

normal panel manusia dengan maksud untuk mengetahui sediaan uji itu dapat

menimbulkan iritasi atau tidak. Umumnya, iritasi akan menimbulkan reaksi kulit

sesaat setelah pelekatan atau penyentuhannya pada kulit, iritasi demikian disebut

iritasi primer. Tetapi jika reaksi itu timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau

peletakan pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder. Tanda-tanda yang

ditimbulkan reaksi kulit tersebut umumnya sama, yaitu kulit kemerahan, gatal-

gatal dan bengkak (Ditjen POM ,1985).

Panel uji tempel meliputi manusia sehat sebaiknya wanita, berbadan sehat

jasmani dan rohani, tidak memiliki riwayat penyakit alergi atau reaksi alergi, dan

menyatakan kesediaannya dijadikan sebagai panel uji tempel.Lokasi uji lekatan

adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi untuk uji tempel. Biasanya

yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel adalah bagian punggung,

lipatan siku, dan bagian kulit di belakang telinga (Ditjen POM, 198

Universitas Sumatera Utara

Page 33: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

20

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksperimental, setelah terlebih dahulu

dilakukan orientasi.Penelitian meliputi pembuatan sediaan krim pelembab minyak

kacang tanah. Evaluasi terhadap mutu fisik sediaan meliputi uji homogenitas,

penentuan tipe emulsi, penentuan pH, pengamatan stabilitas sediaan. Dilanjutkan

dengan uji iritasi terhadap kulit dan pengujian kemampuan sediaan krim untuk

mengatasi xerosis pada tumit kaki dengan menggunakan 12 sukarelawan selama

satu bulan. Pembuatan sediaan dilakukan di Laboratorium Kosmetologi Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitis

(Boeco Germany), cawan porselen, penjepit tabung, lumpang, stamfer, objek

gelas, pH meter (Hanna), pot plastik, penangas air, dan alat-alat gelas

laboratorium.

3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak kacang

tanah(Arachis hypogaea),cera alba, paraffin cair, nipagin, borax, BHT dan air

suling.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

21

3.3 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan

kemampuan sediaan untuk memberikan efek penyembuhan dengan kriteria

sebagai berikut:

1. Wanita berbadan sehat (Berusia 20-50 thn)

2. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi.

3.Bersedia menjadi sukarelawan (Ditjen POM, 1985)

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Identifikasi

Identifikasi sampel dilakukan dengan menganalisis kandungan asam lemak

yang terkandung dalam minyak kacang tanah di Pusat Penelitian Kelapa Sawit,

Medan.

3.4.2 Formula standar krim (Young 1972)

R/ Cera alba 16,0

Paraffin cair 50,0

Borax 1,0

Nipagin qs

Parfum qs

Air suling 33,0

Universitas Sumatera Utara

Page 35: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

22

3.4.3 Formula dasar krim yang digunakan

R/ Cera alba 16,0

Paraffin cair 50,0

Borax 1,0

Nipagin 0,1

BHT 0,1

Air suling ad 100

3.4.4 Prosedur Pembuatan Krim

Cera alba dan paraffin cair dimasukkan ke dalam cawan penguap dan di

lebur diatas penangas air pada suhu 70°C setelah melebur ditambahkan BHT

(massa I).Borax dan nipagin di larutkan dengan air suling yang telah dipanaskan

65ºC (massa II). Dipanaskan lumpang porselen dan alu sampai suhu 70°C pada

water bath dengan mengatur suhu di water bath masukkan massa I kedalam

lumpang dan ditambahkan massa II secara perlahan lalu diaduksecara konstan

sampai terbentuk massa krim yang baik.

3.4.5 Pembuatan sediaan krim pelembab minyak kacang tanah

Ditimbang minyak kacang tanah sesuai dengan konsentrasi kedalam

lumpang, lalu di tambahkan sedikit demi sedikit dasar krim kemudian di gerus

sampai homogen.Kemudian dimasukkan kedalam wadah.

3.4.6 Uji Orientasi

Dari uji orientasi di lakukan untuk melihat aktifitas dari konsentrasi yang

kecil, pada penelitian ini digunakan minyak kacang tanah 1% dan 2,5%, karena

konsentrasi 1% krim pelembab minyak kacang tanah tidak mengalami perubahan

Universitas Sumatera Utara

Page 36: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

23

xerosisterhadap krim,oleh sebab itu penelitian ini di mulai dari konsentari F1

2,5%.

Tabel 3.1 Uji Orientasi

Bahan

Formula

F0 F1 F2

Minyak kacang

tanah

- 1% 2,5%

Basis Krim 100 99 97,5

Tabel 3.2 Formula sediaan krim yang dibuat

Bahan Formula

F0 F

1

F2 F3

Minyakkacan

g tanah

- 2,

5

5 7,5

Basis Krim 100 9

7,5

95 92,5

Keterangan: Formula F0 : Blanko (Dasar krim tanpa minyak)

Formula F1 : Konsentrasi minyak kacang tanah 2,5%

Formula F2 : Konsentrasi minyak kacang tanah 5%

Formula F3 : Konsentrasi minyak kacang tanah 7,5%

Dasar krim dibuat sebanyak 100 g, Pembuatan sediaan krim minyak

kacang tanah dengan konsentrasi 2,5 % dibuat dasar krim sebanyak 97,5 gram,

pembuatan minyak kacang tanah dengan konsentrasi 5 % dibuat dasar krim

sebayanyak 95gram dan pembuatan krim minyak kacang tanah dengan

konsentrasi 7,5% dibuat dasar krim sebanyak 92,5 gram.

3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan

3.5.1 Pemeriksaan homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas

yaitu dengan cara sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 37: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

24

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen

dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.5.2 Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim

Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan larutan metilen biru sebanyak

1 tetes dengan 1 tetes sediaan lalu diaduk. Bila metilen biru tersebut merata

berarti sediaan tersebut emulsi tipe m/a, tetapi bila metilen biru tersebar tidak

merata berarti sediaan tersebut emulsi tipe a/m (Ditjen POM, 1985).

3.5.3 Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter yaitu

dengan cara sebagai berikut:

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar

standar netral (pH 7,0) dan larutan dapar pH asam (4,0) hingga alat menunjukkan

harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan

dengan menggunakan tissue, Sampel dibuat dalam konsentrasi 5% yaitu

ditimbang 0,50 gram sediaan dan dilarutkan dalam air suling hingga 50 ml.

Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat

menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter

merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.5.4 Pengamatan stabilitas sediaan

Pengamatan stabilitas dilakukan pada penyimpanan suhu kamar.Masing-

masing formula sediaan dimasukkan kedalam pot plastik, ditutup bagian

atasnya.Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah selesai di buat,

penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu dilakukan pada suhu kamar. Bagian yang

Universitas Sumatera Utara

Page 38: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

25

diamati berupa pemisahan fase, perubahan warna dan bau dari sediaan

(Ansel,2008).

3.5.5 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan dengan tujuan untuk mengetahui

sifat iritasi sediaan.Sediaan yang dipilih untuk uji iritasi ini adalah sediaan terbaik

dari hasil formulasi.

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji pakai (usage test).Uji

iritasi dilakukan pada 12 orang sukarelawan. Caranya, krim dengan konsentrasi

tertinggi yaitu 7,5% dioleskan di bagian kulit belakang telinga sukarelawan

kemudian dibiarkan 24 jam. Setelah 24jam dihitung reaksi pengolesan pertama,

diamati reaksi yang terjadi.Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan,

gatal-gatal, atau bengkak pada kulit belakang telinga atau bagian bawah lengan

yang diberikan perlakuan (Wasitaatmadja, 1997).

3.5.6 Uji Efek Krim Pada Penderita Xerosis Tumit Kaki

Sebanyak 12 orang sukarelawan yang terdiri dari wanita berumur 20-50

tahun. Kriteria sukarelawan memiliki tumit kaki pecah-pecah dengan tingkat

keparahan ringan, sedang dan parah, tetapi tidak sampai mengalami pendarahan.

Setiap sukarelawan dinilai tingkat keparahan xerosis pada kedua tumit

kaki, dimana setiap sukarelawan diberikan konsentrasi yang berbeda-bedadan

kemudian difoto kondisi awal keadaan tumit kaki.Pengolesan krim dilakukan dua

kali sehari yakni di pagi hari, kira-kira dua puluh menit sebelum beraktivitas dan

di malam hari sebelum tidur selama empat minggu.Pemeriksaan dilakukan dua

minggu sekali, setelah pemakaian dua minggu keadaan tumit kaki sukarelawan

Universitas Sumatera Utara

Page 39: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

26

dinilai tingkat keparahan xerosis nya serta difoto dan setelah empat minggu

keadaan tumit kaki sukarelawan dinilai kembali tingkat keparahan xerosis nya dan

difoto kembali.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pemeriksaan Kandungan Asam Lemak Minyak kacang tanah

Identifikasi sampel dilakukan dengan menganalisis kandungan asam lemak

yang terkandung dalam minyak kacang tanah di Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Medan. Hasil penelitian identifikasi sampel dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.2 Penentuan Mutu Fisik Sediaan

4.2.1 Pemeriksaan Homogenitas

Dari uji homogenitas yang dilakukan pada sediaan krim blanko dan krim

dengan konsentrasi 2,5% , 5%, dan 7,5% semua sediaan krim tidak terdapat

butiran-butiran kasar pada objek gelas, maka sediaan krim dikatakan homogen.

Hasil uji homogenitas menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada objek gelas

(Ditjen POM RI, 1985).

4.2.2 Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim

Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan sedikit metil

biru ke dalam sediaan yang diletakkan pada objek gelas, jika homogen sewaktu

diaduk, maka emulsi tersebut ada tipe m/a, jika tidak homogen sewaktu diaduk,

maka emulsi tersebut adalah tipe a/m.(Ditjen POM RI,1985).

Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sediaan krim minyak kacang

tanah dengan pewarnaan menggunakan metilen biru terhadap pada Tabel 4.1.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

28

Tabel 4.1 Data hasil pengujian tipe emulsi sediaan krim minyak kacang tanah

dengan pewarnaan menggunakan metilen biru

Formula Kelarutan Metilen Biru Dalam Sediaan

Ya Tidak

F0 -

F1 -

F2 -

F3 -

Keterangan: Formula F0 : Blanko (dasar krim tanpa minyak)

Formula F1 : Konsentrasi minyak kacang tanah 2.5%

Formula F2 : Konsentrasi minyak kacang tanah 5%

Formula F3 : Konsentrasi minyak kacang tanah 7,5%

Berdasarkan hasil uji tipe emulsi dengan pengujian cara pewarnaan dengan

metilen biru. Pengujian dilakukan menambahkan larutan metilen biru pada

sediaan diuji.Apabila dapat memberikan warna biru pada emulsi maka emulsi

tersebut adalah tipe m/a. Berdasarkan hasil yang dilakukan bahwa formula F0, F1,

F2, dan F3 tipe a/m karena metilen biru dapat terlarut dan memberikan warna biru

yang homogen.

4.2.3 Penentuan pH sediaan

pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan

yang dilakukan, diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Data pH pada tiap minggu

Formula

pH per minggu pH Rata-rata

I II IV

F0 6,5 6,5 6,5 6,8

F1 6,5 6,5 6,5 6,5

F2 6,4 6,4 6,3 6,36

F3 6,3 6,3 6,2 6,26

Pada Tabel 4.2 pH yang ditujukan adalah 6,26-6,8, meliputi stratum

koerneum adalah lapisan permukaan film pelindung dengan pH 4,5-6,5, disebut

Universitas Sumatera Utara

Page 42: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

29

mantel asam yang terdiri dari asam laktat dan asam amino dikarbosilat dalam

sekresi keringat tercampur dengan substansi lipoid dari sebasea. Perubahan drastis

pH antel ini menyebabkan meningkatnya pemasukan bakteri dan bermacam-

macam penyakit kulit (Anief, 1977).

4.2.4 Pengamatan stabilitas sediaan

Ketidakstabilan formulasi obat dapat di deteksi dalam beberapa hal dengan

suatu perubahan dalam penampilan fisik, warna, bau, rasa, pemisahan fase, dan

tekstur dari forrmulasi tersebut.Umumnya suatu emulsi dianggap tidak

stabil.Ketidakstabilan formulasi krim dapat dideteksi dalam beberapa hal dengan

suatu perubahan dalam perubahan fisik, warna, bau, rasa, pemisahan fase dan

tekstur dari formula tersebut.Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara

fisik jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsi

danmembentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau dasar emulsi.

Hasil percobaan untuk pengamatan stabilitas sediaan krim minyak kacang

tanah terdapat pada Tabel 4.3

Universitas Sumatera Utara

Page 43: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

30

Tabel 4.3 Data pengamatan selama penyimpanan 12 Minggu pada suhu kamar

Formula Pengamatan selama penyimpanan

Selesai

dibuat

Setelah 1

minggu

Setelah 4

minggu

Setelah 8

minggu

Setelah 12

minggu

x y z x y z x y z x y z x y z

F0 - - - - - - - - - - - - - - -

F1 - - - - - - - - - - - - - - -

F2 - - - - - - - - - - - - - - -

F3 - - - - - - - - - - - - - - -

Keterangan: F0 : Blanko (Dasar krim tanpa minyak)

F1 : Krim minyak kacang tanah 2,5%

F2 : Krim minyak kacang tanah 5%

F3 : Krim minyak kacang tanah 7,5%

x : Perubahan warna

y : Perubahan bau

z : Pemisahan fase

: Terjadi perubahan

- : Tidak terjadi perubahan

Oleh sebab itu perlu dilakukan uji evaluasi selama tiga bulan dan dianggap

sebagai stabilitas minimum yang harus dimiliki oleh suatu emulsi.

Berdasarkan uji hasil stabilitas pada sediaan selama 12 minggu pada suhu

kamar 28°C, maka diperoleh hasil pada Tabel 4.3 yang menunjukkan bahwa

seluruh sediaan dari tiap formulasi atau konsentrasi yang berbeda-beda tidak

mengalami perubahan warna, bau, dan tidak terjadi pemisahaan fase baik pada

pengamatan minggu ke- 1,4,8 dan ke 12 selama penyimpanan pada suhu kamar.

Hal ini menunjukkan bahwa sediaan stabil secara fisik.

4.2.5 Hasil Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan pada sediaan krim minyak kacang

tanah pada Tabel4.4

Universitas Sumatera Utara

Page 44: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

31

Tabel 4.4 Data hasil uji iritasi krim terhadap sukarelawan

NO Sukarelawan Kemarahan

pada kulit

Gatal pada

kulit

Bengkak pada

kulit

1 I - - -

2 II - - -

3 III - - -

4 IV - - -

5 V - - -

6 VI - - -

7 VII - - -

8 VIII - - -

9 IX - - -

10 X - - -

11 XI - - -

12 XII - - -

Keterangan : + : Kemerahan pada kulit

++ : Gatal pada kulit

+++ : Bengkak pada kulit

- : Tidak terjadi reaksi

Uji iritasi dilakukan menggunakan sediaan krim dengan konsentrasi 7,5%,

berrdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 12 orang sukarelawan tidak

menunjukkan terjadinya reaksi alergi. Dari hasil uji iritasi tersebut dapat

disimpulkan bahwa sediaan krim yang dibuat aman untuk digunakan (Tranggono

dan Latifah, 2007).

Hasil persentase perubahan skala penurun xerosis tumit kaki pada

sukarelawan selama empat minggu dengan formula F0, F1, F2, dan F3 pada

Tabel 4.5.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

32

Tabel 4.5 Perubahan skala xerosis tumit kaki pada sukarelawan selama 4

Minggu

Formula Sukarelawan Kondisi

awal

Minggu

ke 2

Minggu

ke 4

Perubahan

Skala

F0

(Blanko)

I

II

III

Rata-rata

3

4

5

4

2

3

4

3

2

2

3

2

33,3

50

40

50

F1

( 2,5%)

IV

V

VI

Rata-rata

3

4

4

3

3

3

3

3

2

1

2

2

66,6

50

50

66,6

F2

(5%)

VII

VIII

IX

Rata- rata

3

4

4

3

3

3

3

3

1

2

1

2

80

50

50

66,6

F3

(7,5%)

X

XI

XII

Rata-rata

5

3

4

4

3

2

3

2

1

1

1

1

75

66,6

75

75

Keterangan: 0 : Kulit Normal

1 : Penampilan bersisik dengan banyak serpihan kulit

2 : Garis-garis tipis dan datar

3 : Garis-garis tebal yang menarik dan pecah tidak dalam

4 : Pecah-pecah besar dan dalam

5 : Pecah-pecah besar dan dalam

6 : Pecah- pecah besar dan dalam hingga muncul eritema

Dengan Pemilihan tingkat xerosis tumit kaki dengan kondisi sedang

menjadi ringan dengan skala 4 menjadi skala 1 pada tumit kaki. Dengan

perbandingan skala tingkat xerosis menurut Sumber https: //www. geoogle.com

dan hasil xerosis pada tumit kaki dengan minyak kacang tanah.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

33

Tingkat Ringan

Skala 0 ( Kulit Normal)

Skala 1 ( Penampilan bersisik dengan sedikit serpihan kulit)

Skala 2 ( Penampilan bersisik dengan banyak serpihan kulit)

Universitas Sumatera Utara

Page 47: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

34

Tingkat Sedang

Skala 3 (Garis-garis tipis dan datar)

Skala 4 ( Garis-garis tebal yang menaik pecah-pecah tidak dalam)

Data pada Tabel 4.5 menunjukkan selama empat minggu perawatan,

penurunan xerosis pada tumit kaki sukarelawan meningkatkan terutama formula

F4. Data selanjutnya dianalisis dengan uji ANOVA, yaitu uji One Way ANOVA

dengan Post-Hoc Tukey HSD untuk mengetahui efektivitas formula terhadap

sukarelawan dan diperoleh nilai p< 0,05 yaitu adanya perbedaan statistika yang

signifikan.

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji One Way ANOVA, dimana

syarat untuk melakukan uji ANOVA data harus berdistribusi normal dan

dilakukan uji normalitas Kolmogrov-Smirnov didapat nilai p> 0,05 yaitu data

Universitas Sumatera Utara

Page 48: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

35

hasil penelitian berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya, dilakukan uji One

Way ANOVA untuk melihat perbedaan efektifitas tiap formula terhadap

sukarelawan, didapat nilai p< 0,05 yakni terdpat perbedaan yang signifikan antar

tiap formula terdapat presentase penurunan xerosis. Dan untuk melihat formula

mana saja yang memiliki perbedaan yang signifikan dilakukan uji Post-Hoc-

Tukey HSD, didapat nilai p< 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan

pada tiap formula yaitu blanko F0 ; F1; F2; dan F3.

Semakin tinggi konsentrasi minyak kacang tanah yang di tambahkan maka

kemampuan mengatasi xerosis pada tumit kaki meningkat dengan menurunnya

tingkatan xerosis pada tumit kaki. Secara umum, terlihat bahwa setiap formula

menunjukkan penurunan persentase xerosis pada tumit kaki pada kondisi awal,

minggu ke-2 dan minggu ke-4 penggunaan krim, dimana persentase xerosis pada

tumit kaki semakin menurun dengan bertambahnya waktu penggunaan krim, hal

ini dapat dilihat bahwa persentase pada tiap formula menurun pada blanko dan

semakin menurun pada formula 1 sampai 3. Penurunan persentase berbeda

pada tiap formula.Dimana semakin tinggi konsentrasi minyak kacang tanah pada

krim, maka semakin mempercepat penurunanxerosis pada tumit kaki.

Berdasarkan tingkat skala keparahan menurut Rogers et al, terlihat pada

sukarelawan yang diberi sediaan krim minyak kacang tanah dengan konsentrasi

7,5%, dimana pada kondisi awal menggunakan krim minyak kacang tanah tumit

kaki xerosis termasuk tipe xerosis parah yaitu pecah-pecah besar yang dalam,

pada minggu ke-2 tumit kaki belum mengalami perubahan penurunan xerosis dan

pada minggu ke-4 tumit kaki xerosis mengalami peningkatan perubahan

penurunan xerosis yaitu garis-garis tebal yang menarik dan pecah tidak dalam.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

36

Hasil penelitian ini memberikan indikasi bahwa penggunaan krim selama

satu bulan dapat memperbaiki xerosis pada tumit kaki hingga kondisi normal

apabila digunakan secara rutin.Beberapa sukarelawan menyatakan waktu

penggunaan krim pada pagi dan malam hari sudah tepat.Adanya perbedaan sekala

perubahan dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan dan tingkat keparahan xerosis.

Xerosis juga dapat terjadi karena kondisi cuaca lingkungan sekitar musim

kemarau yang akan beralih pada musim hujan dan juga selama musim kemarau.

Terjadi pada orang-orang yang cenderung tidak menggunakan alas kaki atau

hanya menggunakan sandal terbuka setiap harinya akan mengalami xerosis ini.

Pengunaan krim selama empat minggu menunjukkan bahwa krim tersebut dapat

melembabkan xerosis pada tumit kaki serta melembabkan permukaan kulit yang

pecah-pecah. Kulit tumit kaki menjdi lentur,tidak kasar,tidak kering, pecah-pecah

tidak melebar, dan pecah-pecah semakin berkurang. Idealnya suatu formula

pelembab mengandung bahan yang bersifat oklusif, humektan dan emolien agar

dapat memberikan hasil yang maksimal untuk mengatasi kulit kering atau xerosis

(Baumann, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 50: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa:

1. Minyak kacang tanah dapat diformulasikan dalam bentuk sediaankrim

pelembab dengan tipe emulsi a/m dengan konsentrasi 2,5% , 5%, dan 7,5%

untuk mengatasi xerosis pada tumit kaki, tidak menimbulkan iritasi pada kulit,

stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu dengan mempunyai pH 6,26- 6,8.

2. Minyak kacang tanah pada konsentrasi 7,5% dapat mengatasi xerosis lebih

baik dari pada konsentrasi 2,5 dan 5% yang dapat mengurangi pecah-pecah

pada tumit kaki, dari tingkat skala yang sedang menjadi ringan.

5.2 Saran

Disarankan pada penelitian selanjutnya dapat memformulasikan minyak

kacang hijau untuk mengatasi xerosis tumit kaki.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

38

DAFTAR PUSTAKA

Achroni, K. (2012). Semua Rahasia Kulit Cantik dan Sehat Ada Disini.Jogjakarta:

PT.Buku Kita. Halaman75-77.

Anief, M.(1997).Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit, 31-41,

Gadjah MADA University Press, Yogyakarta

Anief, M. (2004).Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, Halaman 132.

Andaka, G. (2009). Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah

DenganPelarut N-Heksana. Jurnal Teknologi. 2(1): 80-88

Ansel, H.C. (2008).PengantarBentukSediaanFarmasi. Penerjemahan: Farida

Ibrahim. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Halaman376-377,387-388.

Anwar, E. (2012). Ekapisien Dalam Sediaan Farmasi Karakteristik danAplikasi.

Jakarta: Penerbit PT Dian Rakyat. Halaman 190-191, 197, 205.

Baumann, L. (2002). Cosmetic Dermatology Principle and Pratice. Second

edition, New York: Mc Graw Hill. Halaman3-7, 83-90.

Ditjen POM. (1979) Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI. Halaman8, 33

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.

Draelos, Z.D. dan Thaman L.A. (2006).Cosmetic Formulation of Skin

CareProducts.New York Taylor & Francis. Halaman 89, 96-98

Draelos, Z. D. (2013). Modern Moisturizer Myths, Misconceptions, and

Truths.Therapeutics for the Clinician. 91 (2): 308-314

Ditjen POM RI.(1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 6.

Isebhakhomen, E.S. (2013). Vitamin E Content Of Traditionaly Processed

Products Of Two Commonly Consumed Oilseed-groundut (Arachis

hypogea) and Melon seed (Citullus vulgaris) in Negeria. Nigeria: journal

of nutrition&food sciences. 3(1);187.

Ketaren, S. (2008).Pengantar Minyak dan Lemak Pangan. Edisi Pertama. Jakarta:

Universitas Indonesia. Halaman 272-273.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

39

Lachman, L., Liebermen, H.A., dan Kanig, J.L (1994). Teori Dan PraktekFarmsi

Industri. Penerjemahan : Edisi III. Suyanti S. Jakarta: UI Press. Halaman

1082-1083, 1092, 1115-1117.

Prianto.J. (2014).Cantik Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama . Halaman 60, 118-145

Pitijo, S. (2005).Benih Kacang Tanah. Jakarta: Kanisius. Halaman 85

Rawlins, E. A. (2003). Bentley’sTextbook of Pharmaceutics. 18th ed. London:

Bailierre Tindall. Halaman 355

Rogers R, S., J. Callen. R. Wehr, dan L., Krochmal. (1989). Comprative efficacy

of 12% ammonium lactate loion and 15% lactic acid lotion inthe

treatment of moderate to severe xerosis. J. Am. Acad. Dermatol., 21(2);

714-716.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical

Excipients.Edisi Keenam. London: Pharmaceutical Press. Halaman 75,

155, 243,290, 441-442, 428,754.

Santoso, Djoko. (2011). Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit. Jakarta:

Penebar Swadaya, Halaman 1-3.

Tjitrosoepomo, Gembong. (1994).Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta.

Yogyakarta: UGM Press.

Tranggono,R.I.danLatifah,F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Editor. Joshita Djajadisastra, Pharm., MS, Ph.D. Jakarta:

Penerbit PustakaUtama. Halaman11-12, 19-20, 76-77, 90.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press, 3-

6.

Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited.

Halaman 32

Universitas Sumatera Utara

Page 53: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

40

Lampiran 1. Hasil analisis kandungan asam lemak minyak kacang tanah

Universitas Sumatera Utara

Page 54: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

41

Lampiran 2.Surat pernyataan sukarelawan

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yuni

Umur : 37 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Perbaungan

Menyatakan bersedia menjadi sukarelawan untuk uji xerosis pada tumit kaki

Yang dilakukan selama 1 bulan dan uji iritasi selama 2 hari dalam penelitian

dengan judul “ Formulasi dan uji efek krim pelembab minyak kacang tanah

(Peanut oil) untuk mengatasi xerosis pada tumit kaki” dan memenuhi kriteria

sebagaiSukarelawan uji sebagai berikut (Ditjen POM,1985).

1. Wanita berusia 20-50 Tahun

2. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi, dan

3. Bersedia menjadi sukarelawan

Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama uji iritasi,Sukarelawan tidak

akan menuntut kepada peneliti.

Demikian surat pernyataan di buat, atas partisipasinya peneliti

mengucapkan terimah kasih.

Sukarelawan Medan, Maret 2018

Peneliti

( Yuni ) (Putri Ari Budi Arti Penarik)

Universitas Sumatera Utara

Page 55: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

42

Lampiran 3. Gambar kacang tanah

Universitas Sumatera Utara

Page 56: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

43

Lampiran 4. Gambar minyak kacang tanah (peanut oil)

Universitas Sumatera Utara

Page 57: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

44

Lampiran 5. Gambar sediaan krim setelah dibuat dan setelah 12 hari

Sediaan Krim Setelah dibuat

Sediaan Krim Setelah dibuat 12 minggu

Blanko 2,5% 5% 1%

Blanko 2,5% 5% 7,5%

Blanko 2,5% 5% 7,5%

Universitas Sumatera Utara

Page 58: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

45

Lampiran 6. Uji homogenitas

Gambar Uji Homogenitas

Blanko

2,5%

7,5

%3.

5.3

Pen

ent

uan

pH

sedi

aan

….. 18

Blanko 2,5% 5% 7,5%

Universitas Sumatera Utara

Page 59: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

46

Lampiran 7. Uji tipe emulsi dengan pewarnaan metilen biru

Gambar uji tipe emulsi sediaan a/m

Blanko 2,5% 5% 7,5%

Universitas Sumatera Utara

Page 60: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

47

Lampiran 8. Gambar alat pH meter

Universitas Sumatera Utara

Page 61: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

48

Lampiran 9. Bagan Pembuatan Dasar Krim (Blanko)

Dicampur Dicampur

Dipanaskan diatas penangas air 70ºC Dipanaskandiatas

Penangas air 70ºC

Dicampur di dalam lumpang panas

Fase Minyak

- Cera alba

- Parafin cair

- BHT

Fase Air

- Nipagin

- Borax

- Aquades

Massa I Massa II

Krim Dasar

Universitas Sumatera Utara

Page 62: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

49

Lampiran 10.Bagan pembuatan krim pelembab minyak kacang tanah

Diampur Dicampurkan

Dipanaskan diatas penangas air 70°C Dipanaskan diatas

penangas air 70˚C

Ditambahkanminyak kacang tanah

konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%

- Dasar Krim 97,5 Konsentrasi 2,5%

- Dasar Krim 95 Konsentrasi 5%

- Dasar Krim 92,5 Konsentrasi 7,5%

Fase Minyak

- Cera Alba

- Paraffin cair

- BHT

Massa 1

Fase Air

- Nipagin

- Borax

- Aquadest

Massa II

Dasar Krim

Krim Pelembab minyak kacang

tanah 2,5%, 5%, 7,5%

Universitas Sumatera Utara

Page 63: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

49

1. Blanko

Kondisi Awal

Minggu ke 2

Minggu ke 4

Universitas Sumatera Utara

Page 64: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

50

2. Konsentrasi 2,5%

Kondisi Awal

Minggu ke 2

Minggu ke 4

Universitas Sumatera Utara

Page 65: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

51

3. Konsentrasi 5%

Kondisi Awal

Minggu ke 2

Minggu ke 4

Universitas Sumatera Utara

Page 66: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

52

4. Konsentrasi 7,5%

Kondisi Awal

Minggu ke 2

Minggu ke 4

Universitas Sumatera Utara

Page 67: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

49

1. Blanko

Kondisi Awal

Minggu ke 2

Minggu ke 4

Universitas Sumatera Utara

Page 68: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

50

2. Konsentrasi 2,5%

Kondisi Awal

Minggu ke 2

Minggu ke 4

Universitas Sumatera Utara

Page 69: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

51

3. Konsentrasi 5%

Kondisi Awal

Minggu ke 2

Minggu ke 4

Universitas Sumatera Utara

Page 70: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

52

4. Konsentrasi 7,5%

Kondisi Awal

Minggu ke 2

Minggu ke 4

Universitas Sumatera Utara

Page 71: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

57

1. Blanko

Kondisi Awal

Minggu ke 2

Minggu ke 4

Universitas Sumatera Utara

Page 72: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

58

2. Konsentrasi 2,5 %

Kondisi Awal

Minggu ke 2

Minggu ke 4

Universitas Sumatera Utara

Page 73: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

59

3. Konsentrasi 5 %

Kondisi Awal

Minggu ke 2

Minggu ke 4

Universitas Sumatera Utara

Page 74: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

60

4. Konsentrasi 7,5 %

Kondisi Awal

Minggu ke 2

Minggu Ke 4

Universitas Sumatera Utara

Page 75: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

61

Tests of Normality

FORMULA

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

KONDISI_AWAL F0 .253 3 . .964 3 .637

F1 .175 3 . 1.000 3 1.000

F2 .175 3 . 1.000 3 1.000

F3 .175 3 . 1.000 3 1.000

F4 .175 3 . 1.000 3 1.000

MINGGU_KE_2 F0 .175 3 . 1.000 3 1.000

F1 .175 3 . 1.000 3 1.000

F2 .175 3 . 1.000 3 1.000

F3 .175 3 . 1.000 3 1.000

F4 .175 3 . 1.000 3 1.000

MINGGU_KE_4 F0 .253 3 . .964 3 .637

F1 .175 3 . 1.000 3 1.000

F2 .175 3 . 1.000 3 1.000

F3 .253 3 . .964 3 .637

F4 .175 3 . 1.000 3 1.000

a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

KONDISI_AW

AL

.327 4 10 .854

MINGGU_KE_

2

.000 4 10 1.000

MINGGU_KE_

4

.453 4 10 .769

Universitas Sumatera Utara

Page 76: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

62

ANOVA

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

KONDISI_AW

AL

Between Groups 1.067 4 .267 .211 .927

Within Groups 12.667 10 1.267

Total 13.733 14

MINGGU_KE_

2

Between Groups .000 4 .000 .000 1.000

Within Groups 10.000 10 1.000

Total 10.000 14

MINGGU_KE_

4

Between Groups .400 4 .100 .065 .991

Within Groups 15.333 10 1.533

Total 15.733 14

KONDISI_AWAL

FOR

MUL

A N

Subset for

alpha = 0.05

1

Tukey HSDa F0 3 3.3333

F1 3 4.0000

F2 3 4.0000

F3 3 4.0000

F4 3 4.0000

Sig. .946

Means for groups in homogeneous subsets

are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Universitas Sumatera Utara

Page 77: PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI …

63

MINGGU_KE_2

FORMU

LA

Subset for

alpha = 0.05

1

Tukey HSDa F0 3 3.0000

F1 3 3.0000

F2 3 3.0000

F3 3 3.0000

F4 3 3.0000

Sig. 1.000

Means for groups in homogeneous subsets

are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

MINGGU_KE_4

FOR

MUL

A N

Subset for

alpha = 0.05

1

Tukey HSDa F1 3 2.0000

F2 3 2.0000

F4 3 2.0000

F0 3 2.3333

F3 3 2.3333

Sig. .997

Means for groups in homogeneous subsets

are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Universitas Sumatera Utara