Top Banner
KAJIAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN BERDASARKAN KEPMENKES RI NOMOR 1027/MENKES/SK/IX/2004 DI APOTEK -APOTEK KABUPATEN KULON PROGO SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Ignasius Totok Tri Prasetyo NIM : 038114025 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

Jul 31, 2019

Download

Documents

lyphuc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

KAJIAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

BERDASARKAN KEPMENKES RI NOMOR 1027/MENKES/SK/IX/2004

DI APOTEK -APOTEK KABUPATEN KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Ignasius Totok Tri Prasetyo

NIM : 038114025

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

Ojo rumongso,

ning ngrumangsanono…!!!

Semuanya aku serahkan ke dalam tanganMu,

semoga menjadi berkat melimpah bagiku.

Kupersembahkan buat :

Jesus Christ

Keluargaku (Ibu-Bapak, mas Didik, Danu)

No’e

almamaterku

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

PRAKATA

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan

karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian

Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Berdasarkan Kepmenkes RI

Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 di Apotek – Apotek Kabupaten Kulon

Progo”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat

untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt selaku pembimbing I yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing, memotivasi, memberikan kritik dan

saran hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Sulasmono, Apt. selaku pembimbing II yang juga telah bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing, memotivasi, memberikan kritik dan

saran hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

4. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku pencetus ide awal penelitian ini dan

selaku dosen penguji. Terimakasih atas kritik dan saran yang telah diberikan.

5. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., selaku dosen penguji. Terima kasih atas

kritik dan saran yang telah diberikan.

6. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo yang telah memberikan izin sehingga

penelitian ini dapat terlaksana.

7. Seluruh Apoteker Kabupaten Kulon Progo yang telah bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini.

8. Ibu dan Bapak, inilah anakmu!

9. Mefta, terima kasih Tuhan atas kasih yang Kau berikan melalui dia. You are

the best I ever had.

10. Rm. Ant. Budi Wihandono, Pr., atas segala doa dan Berkah Dalem.

11. Teman – teman kost: Adit dan Yuda, kebersamaan selama kost; Basil, cartride

dan printernya; Mamat, ayo wisuda; Fetzo, atas servis virusnya.

12. Sahabat terbaik: Ratih, Wati, Nella, Tina, Bambang, Bangun; kita bukan

gerombolan yang tidak berpendidikan!

13. Rekan seperjuangan : Monika, atas semangatnya; Adi, revisiannya, Bambang

dan Bangun, akhirnya kita lulus.

14. Teman - teman senasib : Vian, Rosa, Tata, Syu, Ratih, Andi, Vera; terima

kasih atas solidaritas, sharing dan kebersamaannya.

15. Teman-teman Fakultas Farmasi Sanata Dharma angkatan 2003 kelas A

terutama kelompok B; Nella, Mita, Bambang, Vera, Ana, Angger, Sari, Obe,

Rosa, Andika; kapan kita ngrumpi sambil praktikum lagi?

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dan telah

memberikan bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Dalam kesempatan ini, penulis juga memohon maaf kepada semua pihak

atas kekurangan dan kesalahan yang mungkin dilakukan penulis. Oleh karena itu

dengan rendah hati penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik yang

membangun.

Yogyakarta, 31 November 2007

Penulis

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

INTISARI

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke

pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) bekerjasama dengan Departemen kesehatan Republik Indonesia mencoba menanggapi hal tersebut dengan cara merumuskan suatu standar pelayanan kefarmasian di apotek seperti termuat dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004. Standar tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman praktik Apoteker dalam menjalankan profesi, untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional, dan melindungi profesi dalam menjalankan praktik kefarmasian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 di Kabupaten Kulon Progo dan sedikit mengkaji pemahaman apoteker mengenai pengertian medication record dan konseling. Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif. Responden dalam penelitian ini adalah Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang merupakan instrumen penelitian ini. Analisis yang dilakukan adalah statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 belum dilaksanakan secara menyeluruh oleh Apoteker di apotek-apotek Kabupaten Kulon Progo.

Kata kunci : Standar Pelayanan Kefarmasian, Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, Apotek.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

ABSTRACT

Pharmaceutical care orientation has changed from drug oriented to patient

oriented which refers to pharmaceutical care. The Pharmaceutical care activities has, which previously only focused on the drugs management as a commodity, become more focused in to a comprehensive care that aimed at increasing the quality of patient’s life. Indonesian Pharmacist Graduated Assosiation( ISFI) work along with Health Department of Indonesia try to answer the mentioned by the way of formulating an pharmaceutical care in dispensary like included in Kepmenkes RI number 1027/MENKES/SK/IX/2004. The standard is expected serve the purpose of guidance of Pharmacist’s practice in implementing profession, to protect public from unprofessional service, and protect profession in implementing practice of pharmacy

This research aimed at knowing the description of the implementation of Pharmaceutical Care Standards in Dispensary based on the Kepmenkes RI Number 1027/MENKES/SK/IX/2004 in Kulon Progo and briefly studying the pharmacist’s comprehension concerning the definition of medication record and counseling. This respondent’s were Administrator Pharmacist or Co-Pharmacist who willing to fills the questionnaire, which was instruments of the research. The analysis performed was descriptive statistic.

Result of the study suggesting that the Pharmaceutical Care Standards in Dispensary based on the Kepmenkes RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 in Kulon Progo was not well performed yet by pharmacists in dispensaries in Kulon Progo.

Key words : Pharmaceutical Care Standard, Kepmenkes RI Number 1027/MENKES/SK/IX/2004, Dispensary.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………...…... i

HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………...…... ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………........... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………... v

PRAKATA…………………………………………...…………………. vi

INTISARI…………………………………………...………………....... ix

ABSTRACT………………………………………………...……………. x

DAFTAR ISI…………………………………………………...……….. xi

DAFTAR TABEL…………………………………………...………….. xv

DAFTAR GAMBAR…………………………………………...………. xvi

DAFTAR LAMPIRAN………………………...……………………….. xix

BAB I PENGANTAR………………………...……...………………… 1

A. Latar Belakang…………………………………...………………….. 1

1. Rumusan Masalah………………………………………...……… 4

2. Keaslian penelitian……………………………………………….. 4

3. Manfaat Penelitian……………………………………………….. 6

B. Tujuan Penelitian…………………………………………………….. 7

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA………………………...……....... 8

A. Tinjauan Umum Tentang Apotek………………………….………… 8

B. Tinjauan Umum Tentang Apoteker………………………...………... 10

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

1. Menurut Peraturan Perundang – undangan……………………..... 10

2.Apoteker Sebagai Profesi dan Perannya………………………..… 13

C. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek………………………..... 17

D. Sumpah Apoteker…………………………………………………..... 21

E. Kode Etik Apoteker………………………………………………….. 22

F. Etika Bisnis…………………………………………………………... 22

G. Keterangan Empiris………………………………………………….. 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………. 26

A. Jenis dan Rancangan Penelitian…………………………………....... 26

B. Definisi Operasional Penelitian……………………………………… 26

C. Instrumen Penelitian……………………………………………….... 27

D. Populasi dan Sampel……………………………………………….... 27

1. Popoulasi…………………………………………………………. 27

2. Sampel…………………………………………………………..... 28

E. Tata Cara Penelitian………………………………………………….. 29

1. Pembuatan kuisioner……………………………………………... 29

2. Pengujian kuisioner………………………………………………. 29

3. Penyebaran kuisioner…………………………………………….. 31

4. Pengumpulan kuisioner…………………………………………... 32

5. Wawancara……………………………………………………….. 32

F. Tata Cara Analisis Data…………………………………………….... 32

G. Kesulitan Penelitian…………………………………………………. 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………..……...... 34

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

A. Data Deskripsi Responden…………………………………………... 34

1. Umur responden……………………...…………………………... 34

2. Posisi responden di apotek..……………………………………… 35

3. Pengalaman kerja responden di apotek……………………...…… 35

4. Adanya pekerjaan lain dari responden…………………………… 36

5. Waktu kerja responden…………………………………………… 37

B. Pengelolaan Sumber Daya…………………………………………… 38

1. Sumber daya manusia……………………………………………. 38

2. Sarana dan prasarana……………………………………………... 44

3. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya……………. 50

4. Administrasi…………………………………………………….... 56

C. Pelayanan………………………………………………………...…... 61

1. Skrining resep……………………………………………………. 61

2. Penyiapan obat…………………………………………………… 63

3. Promosi, Edukasi dan Tindak lnajut Terapi……………………… 69

D. Evaluasi Mutu Pelayanan…………………………………………..... 71

1. Tingkat kepuasan konsumen……………………………………... 71

2. Dimensi waktu………………………………………………….... 72

3. Prosedur tetap…………………………………………………….. 73

E. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Kabupaten Kulon Progo………………………………………………....

75

F. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Karakteristik Responden………..

77

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

1. Umur responden………………………………………………….. 77

2. Pengalaman kerja sebagai apoteker……………………………… 80

3. Adanya pekerjaan lain……………………………………………. 83

4. Waktu kerja responden selama satu minggu……………………... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………..………………… 89

A. Kesimpulan………………………………………………………..… 89

B. Saran…………………………………………………………...…….. 90

DAFTAR PUSTAKA…………………………...…………………...… 91

LAMPIRAN…………...……………………………………………..… 95

BIOGRAFI PENULIS………………………………………………… 111

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel I Posisi Responden di Apotek……………………………….. 35

Tabel II Waktu Kerja Responden di Apotek dalam Seminggu……... 38

Tabel III Pengambilan Keputusan di Apotek Selalu Berdasarkan

Persetujuan APA…………………………………………...

39

Tabel IV Informasi Obat yang Diberikan Apoteker……………......... 41

Tabel V Adanya Tempat Khusus untuk Mendisplay Informasi…….. 46

Tabel VI Adanya Ruang Racikan di Apotek…………………............ 47

Tabel VII Tersedianya Keranjang Sampah untuk Staf dan Pasien…… 48

Tabel VIII Latar Belakang Perencanaan Pengadaan Sediaan Farmasi

di Apotek…………………………………….......................

51

Tabel IX Apotek yang Pernah Memindahkan Isi Obat ke Wadah

Lain…………………………………………………………

52

Tabel X Informasi yang Disertakan Pada Wadah Baru ………......... 53

Tabel XI Apoteker yang Memberikan Konseling Secara

Berkelanjutan………………………………………………

67

Tabel XII Apoteker yang Melakukan Tindak Lanjut Terapi ………… 70

Tabel XIII Apotek yang Menetapkan Lama Pelayanan………………… 72

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 1. Umur Responden………...………………………………… 34

Gambar 2. Pengalaman Kerja Responden sebagai Apoteker di Apotek

. 36

Gambar 3. Ada Tidaknya Pekerjaan Lain dari

Responden…………….……………………………………. 36

Gambar 4. Apotek yang Selalu Melakukan Konsultasi dengan Dokter

Apabila Ada Ketidakjelasan pada Resep…………………... 42

Gambar 5. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek bagian Sumber Daya Manusia…………………….. 43

Gambar 6. Adanya Ruang Tunggu bagi Pasien………….…………….. 45

Gambar 7. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek bagian Sumber Daya Manusia…………………….. 49

Gambar 8. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek bagian Pengelolaan Sediaan Farmasi dan

Perbekalan Sediaan Lainnya……………………………… 55

Gambar 9. Apotek yang Selalu Menyertakan Faktur atatu Nota

Penjualan…………………………………………………… 57

Gambar 10. Apotek Yang Selalu Melakukan Pengisian Medication

Record…………………………………………………………….. 58

Gambar 11. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek bagian Administrasi…..…………………………. 60

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

Gambar 12. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek bagian Skrining Resep…….……………………… 63

Gambar 13. Apotek yang Pernah Menerima keluhan Tentang Etiket…... 64

Gambar 14. Apoteker yang Selalu Menyediakan jam Konseling Setiap

Hari di

Apotek…………………………….………………... 67

Gambar 15. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek bagian Penyiapan Obat….….……………………… 68

Gambar 16. Apoteker yang Pernah Melakukan Diseminasi Informasi

Obat………………………………………………………… 69

Gambat 17. Penatalaksanaan Promosi, Edukasi, dan Tidak Lanjut

Terapi………………………………………………………. 71

Gambar 18. Apotek yang Mempunyai Prosedur Tertulis dan Tetap……. 73

Gambar 19. Penatalaksanaan Evaluasi Mutu Pelayanan………………... 74

Gambar 20. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek Kabupaten Kulon Progo……………………...….… 75

Gambar 21 Rata – Rata Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek Kabupaten Kulon Progo

Berdasarkan Umur Responden..……………………...….… 78

Gambar 22 Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Umur

Responden..……………..……………………...….… 79

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

Gambar 23 Rata – Rata Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek Kabupaten Kulon Progo

Berdasarkan Pengalaman Kerja Responden…..……...….… 80

Gambar 24 Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Pengalaman

Kerja Responden …………..…………….…………...….… 82

Gambar 25 Rata – Rata Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek Kabupaten Kulon Progo

Berdasarkan Adanya Pekerjaan Lain Responden….............. 83

Gambar 26 Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Adanya

Pekerjaan Lain Responden..……………..…………....….… 85

Gambar 27 Rata – Rata Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek Kabupaten Kulon Progo

Berdasarkan Waktu Kerja Responden Dalam Satu Minggu. 87

Gambar 28 Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Waktu Kerja

Responden Dalam Satu Minggu …………………......….… 88

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1. Surat Pengantar Kuisioner Penelitian………………………. 95

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian……………………………………….. 96

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian……………………………………….. 102

Lampiran 4. Tabulasi Data………………………………………………. 103

Lampiran 5. Sumpah/Janji Apoteker Indonesia……………………..…… 106

Lampiran 6. Kode Etik Apoteker ….......................................................... 107

Lampiran 7. Contoh Alur Pelayanan Resep …………………………….. 109

Lampiran 8. Hasil Wawancara……………….…………………………. 110

xix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara

sendiri atau bersama – sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat.

Pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta, dalam

bentuk pelayanan kesehatan perorangan atau pelayanan kesehatan masyarakat

(Sirait, 2001)

Dimensi pelayanan farmasi sebagai bagian dari sebagian pelayanan

kesehatan terdiri dari 2 kegiatan utama, yaitu dimensi pelayanan kefarmasian oleh

Apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan, yaitu tenaga kefarmasian dan

dimensi pengelolaan obat sebagai produk barang kesehatan (Anief, 1995).

Pengelolaan apotek menjadi tugas dan tanggung jawab seorang Apoteker.

Saat ini terjadi pergeseran orientasi pelayanan kefarmasian dari drug

oriented menjadi patient oriented. Apoteker yang semula hanya berfokus pada

pengelolaan obat sebagai komoditi berubah menjadi pelayanan yang

komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Dalam

hal ini Apoteker dituntut mampu berkomunikasi dengan pasien untuk memberi

informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui tujuan akhir sesuai

harapan, serta harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadi kesalahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

2

pengobatan (medication error). Disamping itu juga Apoteker harus mampu

berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk

mendukung pengobatan yang rasional (Anonim, 2004a). Dengan demikian terjadi

pelayanan informasi obat dalam bentuk komunikasi, informasi dan edukasi

tentang obat yang merupakan salah satu fungsi pekerjaan kefarmasian.

Meningkatnya arus globalisasi, semakin canggihnya teknologi farmasi

dan kedokteran, pasar terbuka, perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan

tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kefarmasian di apotek yang tidak lagi

hanya berorientasi pada obat tetapi lebih berorientasi kepada pasien, sehingga

apotek diharapkan memberi pelayanan sesuai standar pelayanan kefarmasian.

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) sebagai satu – satunya organisasi

profesi Apoteker di Indonesia bersama dengan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia mencoba untuk menanggapi perubahan peran apoteker dengan cara

merumuskan suatu standar pelayanan kefarmasian di apotek seperti termuat dalam

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 (Anonim, 2004a).

Apoteker di apotek dalam menjalankan praktek kefarmasian mendapatkan

perlindungan hukum bila praktek kefarmasian tersebut dijalankan sesuai standar

yang berlaku, yaitu Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek menurut

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004. Menurut pasal 24 ayat 1

Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan,

perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan

tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

3

Menurut Penjelasan Peraturan Pemerintah no. 32 tahun 1996 pasal 21,

yang dimaksud standar profesi tenaga kesehatan adalah pedoman yang harus

dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan

profesinya secara baik. Standar tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai

pedoman praktik Apoteker dalam menjalankan profesi, untuk melindungi

masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional, dan melindungi profesi dalam

menjalankan praktik kefarmasian. Dalam meningkatkan kualitas pelayanan

farmasi yang berasaskan pharmaceutical care di apotek dibutuhkan Apoteker

yang profesional. Dengan ditetapkannya Standar Pelayanan Kefarmasian di

apotek ini diharapkan tujuan pelayanan kefarmasian dapat dicapai secara

maksimal (Anonim, 2004a).

Demikian juga, konsumen mendapatkan perlindungan dari pelaku usaha

yang bekerja tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang

dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan; sesuai yang

tercantum dalam Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen.

Kabupaten Kulon Progo, menurut pokok-pokok pikiran DPRD Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam rangka penyusunan arah dan kebijakan

umum APBD Propinsi DIY Tahun 2006, merupakan kabupaten di Propinsi DIY

yang memiliki status kesehatan paling rendah. Hal ini ditunjukkan dengan masih

rendahnya status gizi yang ditandai dengan tingginya penderita anemia gizi besi

atau kurang darah pada ibu hamil yang mencapai 73,9 %; gizi kurang pada balita

14%; anemia pada balita 20-30 %; kekurangan energi kronis pada wanita hamil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

4

dan menyusui 26,9 % dan juga masih tingginya angka KLB seperti demam

berdarah dan malaria ditambah problem sanitasi yang masih buruk.

Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan yang dapat digunakan

untuk meningkatkan status kesehatan. Apotek akan memberi pengarahan kepada

masyarakat tentang pemilihan obat, konseling kesehatan dan sanitasi lingkungan.

Melihat hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui

bagaimana pelaksanaan pelayanan kefarmasian Apoteker di apotek menurut

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, terutama apotek - apotek di

Kabupaten Kulon Progo, yang disesuaikan dengan perlindungan konsumen.

1. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

a. Apakah apotek-apotek di Kabupaten Kulon Progo telah memenuhi Standar

Pelayanan Kefarmasian berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 ?

b. Parameter manakah dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 telah terlaksana dengan

baik, cukup dan kurang sesuai dengan persentase masing - masing ?

c. Parameter manakah dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 yang hasilnya berbeda

berdasarkan karakteristik responden, pada pelaksanaan standar pelayanan

kefarmasian di apotek?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

5

2. Keaslian penelitian

Sejauh yang peneliti ketahui belum pernah dilakukan penelitian mengenai

Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Berdasarkan

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 di Kabupaten Kulon

Progo. Beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya, yaitu :

a. Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Berdasarkan

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 di Kota Yogyakarta

(Sukmajati, 2007)

Perbedaan penelitian Sukmajati dengan penelitian ini adalah :

1) Daerah penelitian Sukmajati (2007) berada di Kota Yogyakarta

dengan periode September-November 2006, sedangkan pada

penelitian ini daerah penelitian di Kabupaten Kulon Progo dengan

periode Juli-November 2007.

2) Penelitian Sukmajati (2007) tidak mencantumkan hasil

pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek berdasarkan

karakteristik responden, sedangkan penelitian ini mencantumkan

hasil pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek

berdasarkan karakteristik responden berikut dengan

pembahasanannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

6

b. Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Berdasarkan

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 di Kabupaten Sleman

(Soedarsono, 2007)

Perbedaan penelitian Soedarsono dengan penelitian ini adalah :

1) Daerah penelitian Soedarsono (2007) berada di Kabupaten Sleman

dengan periode Oktober-Desember 2006, sedangkan pada

penelitian ini daerah penelitian di Kabupaten Kulon Progo dengan

periode Juli-November 2007.

2) Penelitian Soedarsono (2007) tidak mencantumkan hasil

pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek berdasarkan

karakteristik responden, sedangkan penelitian ini mencantumkan

hasil pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek

berdasarkan karakteristik responden berikut dengan

pembahasanannya.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat Teoritis

Memberi gambaran mengenai Pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefarmasian berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 di Apotek – Apotek Kabupaten Kulon

Progo.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

7

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai :

1) Bahan evaluasi bagi Apoteker Pengelola Apotek (APA) dalam

pengelolaan apotek

2) Bahan acuan bagi mahasiswa farmasi atau para calon apoteker yang

tertarik dalam pelayanan perapotekkan.

3) Bahan evaluasi bagi pihak-pihak yang terkait berkenaan dengan

pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Apotek.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui apakah apotek-apotek di Kabupaten Kulon Progo telah

memenuhi Standar Pelayanan Kefarmasian berdasarkan Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004.

2. Untuk mengetahui parameter manakah dari Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 telah terlaksana

dengan baik, cukup dan kurang sesuai dengan persentase masing – masing.

3. Untuk mengetahui parameter manakah dari Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 yang hasilnya

berbeda pada pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek

berdasarkan karakteristik responden.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

8

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Apotek

Peraturan perundang-undangan yang penting mengenai apotek adalah

Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 yang kemudian diubah dengan Peraturan

Pemerintah nomor 25 tahun 1980. Apabila Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun

1980 ditelaah secara seksama, maka apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat

dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat

(pasal 1). Tugas dan fungsi apotek (pasal 2) adalah

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan;

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat;

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. (Anonim, 1980)

Menurut KepMenKes RI nomor 1332/MENKES/SK/X/2002, maka izin

apotek diberikan oleh Menteri. Menteri melimpahkaan wewenang pemberian izin

apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Selanjutnya Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin,

pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada

kepada menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan (pasal

4).

Persyaratan apotik menurut KepMenKes di atas adalah (pasal 6) :

(1) Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

9

perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain

(2) Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi

(3) Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. (Anonim,2002)

Selanjutnya Peraturan Menteri Kesehatan nomor 922/MENKES/PER/1993

pasal 10 menyebutkan, yang dimaksud dengan pengelolaan apotek adalah

pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk pencampuran,

penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat. Selanjutnya pengelolaannya

adalah pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi

lainnya. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi merupakan juga

pengelolaan apotik. Kemudian pasal 11 menyebutkan yang dimaksud dengan

pelayanan informasi , meliputi :

a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat.

b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat, danperbekalan farmasi lainnya.

(Anonim, 1993b)

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 apotek adalah

tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan

farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Anonim, 2004a).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

10

B. Tinjauan Umum Tentang Apoteker

1. Menurut peraturan perundang-undangan

Menurut KepMenKes RI nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 pasal 1

menyebutkan bahwa apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan

telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan

kefarmasian di Indonesia (Anonim, 2002).

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 922/MENKES/PER/X/1993

menyebutkan syarat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai apoteker

(pasal 5) adalah :

a. Ijazah telah terdaftar pada Departemen kesehatan. b. Telah mengucapkan Sumpah/Janji sebagai Apoteker. c. Memiliki Surat Ijin Kerja dari Menteri. d. Memenuhi syarat-sayarat kesehatan fisik dan mental untuk

melaksakan tugasnya, sebagai Apoteker. e. Tidak bekerja di suatu Perusahaan farmasi dan tidak menjadi

apoteker Pengelola Apotik di Apotik lain. Menurut KepMenKes RI nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

menyebutkan bahwa apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus

pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan

perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di

Indonesia sebagai apoteker (Anonim, 2004a).

Di Indonesia pemberian izin menjalankan pekerjaan apoteker

pendamping, diatur oleh KepMenKes RI nomor 279/MENKES/SK/V/1981.

Surat persetujuan sebagai Apoteker Pendamping dapat dicabut apabila, apabila

(pasal 31) :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

11

a. apoteker yang berkepentingan melakukan atau telah melakukan suatu perbuatan pidana

b. melakukan atau telah melakukan perbuatan yang melanggar susila kefarmasian

c. kesehatan fisik maupun mental terganggu sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan dengan baik

d. membuat kesalahan-kesalahan teknis dalm bidang tugas/pekerjaan yang berbahaya

e. melakukan hal-hal yang membahayakan kepentingan umum. (Anonim, 1981a)

Menurut KepMenKes RI nomor 1332/MENKES/SK/X/2002, maka

apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sedian

farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin. Sediaan Farmasi

yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan,

harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau, dengan cara lain

yang ditetapkan oleh Menteri. Pemusnahan dilakukan Apoteker Pengelola

Apotek atau Apoteker Pengganti dibantu oleh sekurang-kurangnya seorang

karyawan Apotek. (Anonim, 2002)

Apoteker pengelola apotek adalah apoteker yang telah diberi Surat

Izin Apotek (SIA). Surat Izin Apotik atai SIA adalah Surat izin yang diberikan

oleh Menteri kepada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik

sarana untuk menyelenggarakan Apotek di suatu tempat tertentu. Apabila

apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka

apotek, apoteker pengelola apotek harus menunjuk apoteker pendamping.

Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping

apoteker pengelola apotek dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu

pada hari buka apotek. Apabila apoteker pengelola apotek dan apoteker

pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

12

apoteker pengelola apotek menunjuk apoteker pengganti. Apoteker pengganti

adalah apoteker yang menggantikan apoteker pengelola apotek selama

apoteker pengelola apotek tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan

secara terus-menerus dan telah memiliki surat izin kerja serta tidak bertindak

sebagai apoteker pengelola apotek di apotek lain (Anonim, 2002).

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 922/MENKES/PER/X/1993

menyebutkan bahwa apoteker wajib memberikan informasi (pasal 15) :

a. yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien.

b. penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat.

Dalam Kode Etik apoteker Indonesia pasal 7 juga menyatakan bahwa

seorang apoteker hendaknya menjadi sumber informasi sesuai dengan

profesinya bagi masyarakat dalam rangka pelayanan dan pendidikan

kesehatan.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa salah

satu tugas apoteker adalah memberikan informasi kepada pasien yang datang

ke apotek, sehingga kewajiban apoteker, baik apoteker pengelola apotek atau

apoteker pendamping atau apoteker pengganti adalah berada di apotek selama

jam buka apotek dan memberikan informasi kepada pasien yang datang ke

apotek. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 pasal 35 (d) menyatakan

berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang

kesehatan, pada pasal 86 yaitu barang siapa dengan sengaja tidak

melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat 1,

dipidana denda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

13

2. Apoteker sebagai profesi dan perannya

Profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut suatu pengetahuan

dan keterampilan yang sangat khusus yang diperoleh melalui pelajaran yang

bersifat teoritis dan praktek dan diuji oleh lembaga perguruan tinggi dan kepada

yang bersangkutan diberi kewenangan guna pemberian layanan konsumen atau

kliennya (Harding, 1993).

Menurut ISFI (2004) profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. memiliki tubuh pengetahuan yang berbatas jelas.

2. pendidikan khusus berbasis “keahlian” pada jenjang pendidikan tinggi.

3. memberi pelayanan kepada masyarakat, praktek dalam bidang keprofesian.

4. memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian yang bersifat otonom.

5. memberlakukan kode etik keprofesian.

6. memiliki motivasi altruistik dalam memberikan pelayanan.

7. proses pembelajaran seumur hidup.

8. mendapat jasa profesi.

Mengacu pada definisi apoteker di Kepmenkes no. 1027 tahun 2004

maka untuk menjadi seorang apoteker, seseorang harus menempuh pendidikan

diperguruan tinggi farmasi baik dijenjang S-1 maupun jenjang pendidikan

profesi. Lulusan perguruan tinggi farmasi ini tentunya akan memenuhi ciri

profesi yang pertama dan kedua. Ciri ketiga terpenuhi ketika seorang apoteker

melakukan praktek profesi dalam arti kemudian melakukan pelayanan kepada

masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

14

Berdasarkan Kepmenkes no. 41846/KB/121 tanggal 16 September

1965, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) merupakan satu – satunya

organisasi sarjana farmasi / apoteker yang bersifat otonom yang menghimpun

seluruh tenaga kesehatan sarjana dibidang farmasi.

Kode Etik Apoteker Indonesia adalah suatu aturan moral sebagai

rambu-rambu yang membatasi seorang apoteker dalam menjalankan pekerjaan

keprofesiannya dari perbuatan tercela dan merugikan martabat profesi apoteker

dan organisasi profesi. Berdasarkan Permenkes Nomor 184 tahun 1995 pasal 18

disebutkan bahwa apoteker dilarang melakukan perbuatan yang melanggar

Kode Etik Apoteker oleh sebab itu seorang apoteker perlu memahami isi dari

Kode Etik Apoteker. Kode Etik Apoteker Indonesia disusun oleh Ikatan Sarjana

Farmasi Indonesia (ISFI). Kode Etik Apoteker Indonesia menurut ISFI hasil

Keputusan Kongres Nasional XVII ISFI tahun 2005 nomor 007/2005 tanggal

18 Juni 2005.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka proses

pembelajaran seumur hidup merupakan tuntutan bagi Apoteker, hal ini

mendukung ciri profesi yang pertama dan kedua sehingga tujuan profesionalnya

dapat tercapai karena tanpa belajar terus menerus maka tidak akan dapat

memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat.

Satu – satunya ciri yang belum terpenuhi oleh apoteker di Indonesia

adalah mendapat jasa profesi. Hal ini dikarenakan balas jasa pelayanan

berdasarkan kemampuan apotek “menggaji” apoteker. Dalam hal ini apoteker

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

15

masih bekerja sebagai seorang yang bekerja bagi kehidupan apotek untuk

mendapatkan imbal baliknya (Hartini dan Sulasmono,2006).

Di tingkat dunia, International Pharmaceutical Federation

mengidentifikasi bahwa profesi adalah kemauan individu farmasis untuk

melakukan praktek kefarmasian sesuai syarat legal minimun yang berlaku

serta mematuhi standar profesi dan etik kefarmasian. Peran Apoteker yang

digariskan oleh WHO yang dikenal dengan istilah “Seven Stars of

Pharmacist” meliputi :

1. Care Giver. Apoteker sebagai pemberi pelayanan dalam bentuk pelayanan

klinis, analitis, teknis, sesuai peraturan perundang-undangan. Dalam

memberikan pelayanan, apoteker harus berinteraksi dengan pasien secara

individu maupun kelompok, apoteker harus mengintegrasikan

pelayanannya pada sistem pelayanan kesehatan secara berkesinambungan

dan pelayanan apoteker yang dihasilkan harus bermutu tinggi.

2. Decision-maker. Apoteker mendasarkan pekerjaannya pada kecukupan,

keefikasian dan biaya yang efektif dan efisien terhadap seluruh

penggunaan sumber daya misalnya sumber daya manusia, obat, bahan

kimia, peralatan, prosedur, pelayanan dan lain-lain. Untuk mencapai

tujuan tersebut kemampuan dan keterampilan apoteker perlu diukur untuk

kemudian hasilnya dijadikan dasar dalam penentuan pendidikan dan

pelatihan yang diperlukan.

3. Comunicator. Apoteker mempunyai kedudukan penting dalam

berhubungan dengan pasien maupun profesi kesehatan yang lain, oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

16

karena itu harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup baik.

Komunikasi tersebut meliputi komunikasi verbal, non verbal, mendengar

dan kemampuan menulis, dengan menggunakan bahasa sesuai dengan

kebutuhan.

4. Leader. Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi

pemimpin. Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian

mengambil keputusan yang empati dan efektif, serta kemampuan

mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan.

5. Manager. Apoteker harus efektif dalam mengelola sumber daya (manusia,

fisik, anggaran) dan informasi, juga harus dapat dipimpin dan memimpin

orang lain dalam tim kesehatan. Lebih jauh lagi apoteker mendatang harus

tanggap terhadap kemajuan teknologi informasi dan bersedia berbagi

informasi mengenai obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan obat.

6. Life-long learner. Apoteker harus senang belajar sejak dari kuliah dan

semangat belajar harus selalu dijaga walaupun sudah bekerja untuk

menjamin bahwa keahlian dan keterampilannya selalu baru (up-date)

dalam melakukan praktek profesi. Apoteker juga harus mempelajari cara

belajar yang efektif.

7. Teacher. Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan

melatih apoteker generasi mendatang. Partisipasinya tidak hanya dalam

berbagai ilmu pengetahuan baru satu sama lain, tetapi juga kesempatan

memperoleh pengalaman dan peningkatan keterampilan.

(Anonim, 2004b)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

17

C. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek

Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek disusun dengan tujuan sebagai

pedoman praktik apoteker dalam menjalankan profesi, untuk melindungi

masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional serta melindungi profesi dalam

menjalankan praktik kefamasian (Anonim, 2004a)

Adapun Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek menurut KepMenKes No.

1027/MENKES/SK/IX/2004 antara lain:

a. Pengelolaan sumber daya 1) Sumber daya manusia

Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku Apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional . Dalam pengelolaan Apotek, Apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier, dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan.

2) Sarana dan prasarana Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh

masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas dari hewan pengerat, serangga/pest. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin.

Apotek harus memiliki : 1. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien. 2. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk

penempatan brosur/materi informasi. 3. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi

dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

18

4. Ruang racikan. 5. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.

Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.

3) Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya.

Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi : perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistim FIFO (first in first out) dan FEFO (first expire first out) 3.1 Perencanaan.

Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan :

a. Pola penyakit. b. Kemampuan masyarakat. c. Budaya masyarakat. 3.2 Pengadaan.

Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi.

3.3 Penyimpanan. 1.Obat / bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.

Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru, wadah sekurang–kurangnya memuat nomor batch dan tanggal kadaluarsa.

2.Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan bahan.

4) Administrasi.

Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi : 4.1. Administrasi umum.

Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4.2. Administrasi pelayanan. Pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

19

b. Pelayanan 1) Pelayanan resep.

1.1. Skrining resep. Apoteker melakukan skrining resep meliputi : 1.1.1. Persyaratan administratif :

- Nama,SIP dan alamat dokter. - Tanggal penulisan resep. - Tanda tangan/paraf dokter penulis resep. - Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien. - Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta. - Cara pemakaian yang jelas. - Informasi lainnya.

1.1.2. Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

1.1.3. Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

1.2. Penyiapan obat.

1.2.1. Peracikan. Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.

1.2.2. Etiket. Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

1.2.3. Kemasan obat yang diserahkan. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.

1.2.4. Penyerahan obat. Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.

1.2.5. Informasi obat. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

20

1.2.6. Konseling. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

1.2.7. Monitoring penggunaan obat. Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti cardiovascular, diabetes ,TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya.

2) Promosi dan edukasi.

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi . Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet / brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya.

3) Pelayanan residensial (Home Care).

Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

c. Evaluasi mutu pelayanan

Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan adalah : 1) Tingkat kepuasan konsumen : dilakukan dengan survey berupa angket

atau wawancara langsung. 2) Dimensi waktu : lama pelayanan diukur dengan waktu (yang telah

ditetapkan). 3) Prosedur tetap : untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang

telah ditetapkan. Disamping itu prosedur tetap bermanfaat untuk : • Memastikan bahwa praktik yang baik dapat tercapai setiap saat; • Adanya pembagian tugas dan wewenang; • Memberikan pertimbangan dan panduan untuk tenaga .kesehatan

lain yang bekerja di apotek; • Dapat digunakan sebagai alat untuk melatih staf baru; • Membantu proses audit. Prosedur tetap disusun dengan format sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

21

• Tujuan : merupakan tujuan protap. • Ruang lingkup : berisi pernyataan tentang pelayanan yang

dilakukan dengan kompetensi yang diharapkan. • Hasil : hal yang dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan

dinyatakan dalam bentuk yang dapat diukur. • Persyaratan : hal-hal yang diperlukan untuk menunjang pelayanan. • Proses : berisi langkah-langkah pokok yang perlu diikuti untuk

penerapan standar. • Sifat protap adalah spesifik mengenai kefarmasian.

(Anonim, 2004a)

D. Sumpah Apoteker

Sumpah adalah ikrar yang diucapkan dengan sungguh-sungguh dan

akan melaksanakannya sesuai dengan yang telah diucapkan (Salim, 1991). Selain

terikat secara horizontal dengan masyarakat, Profesi Apoteker terikat pula secara

vertikal dengan Tuhan.

Tujuan mengucapkan suatu sumpah atau janji adalah untuk menyadarkan

bagi yang disumpah bahwa dalam menjalankan tugas dan kewajiban atau

pekerjaannya mengharapkan tanggung jawab yang besar terutama tanggung jawab

kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena apoteker di dalam mengamalkan

keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan keridhaan-Nya,

sehingga bilamana menyalahgunakan jabatan dari pekerjaannya itu akan

membawa bahaya bagi keselamatan masyarakat yang dilayaninya dan harus

dipertanggung jawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa baik dunia maupun

akhirat (Budiharjo, 1981).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

22

E. Kode Etik Apoteker

Etika profesi yaitu suatu aturan yang mengatur suatu pekerjaan itu boleh

atau tidak dilakukan oleh pelaku profesi sewaktu menjalankan praktek profesinya

(Anonim, 2003). Kode etik merupakan salah satu pedoman untuk membatasi,

mengatur dan sebagai petunjuk bagi profesi secara baik dan benar serta tidak

melakukan perbuatan tercela dan juiga sebagai aturan – aturan norma yang

menjadi ikatan moral profesi..

Kode Etik Apoteker Indonesia adalah suatu aturan moral sebagai rambu-

rambu yang membatasi seorang apoteker dalam menjalankan pekerjaan

keprofesiannya dari perbuatan tercela dan merugikan martabat profesi apoteker

dan organisasi profesi (Sulasmono, 1997). Berdasarkan Permenkes Nomor 184

tahun 1995 pasal 18 disebutkan bahwa apoteker dilarang melakukan perbuatan

yang melanggar Kode Etik Apoteker oleh sebab itu seorang apoteker perlu

memahami isi dari Kode Etik Apoteker (Hartini dan Sulasmono, 2006).

F. Etika Bisnis

Menurut J.W. Weiss, etika bisnis adalah seni dan disiplin dalam menerapkan

prinsip etika dalam mengkaji dan memecahkan berbagai masalah moral yang

kompleks. Meski belum ada definisi terbaik dari etika bisnis, namun telah muncul

konsensus bahwa etika bisnis adalah studi yang mensyaratkan penalaran dan

penilaian, baik berdasarkan atas prinsip maupun kepercayaan dalam proses

pengambilan keputusan dalam menyeimbangkan kepentingan ekonomi terhadap

tuntutan sosial dan kesejahteraan (Isdaryadi, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

23

Etika bisnis mengajari para pelaku bisnis untuk melakukan refleksi tentang

dunia bisnis dari sudut etika karena keberhasilan suatu bisnis tidak semata – mata

dilihat dari sudut keuntungan yang dapat diraih tetapi dari nilai – nilai luhur yang

dilakukan para pelaku bisnis. Ciri – ciri bisnis beretika adalah:

a. memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen untuk mendapatkan laba

yang wajar dan tidak meneksploitasi konsumen.

b. memberikan barang dan jasa kepada konsumen dengan cara yang

bertanggung jawab dan jujur.

c. peduli pada kepentingan pekerjaannya, pemegang saham dan pihak –

pihak lain yang terlibat didalamnya.

d. berproduksi dengan cara yang paling aman.

e. memberi sumbangan terhadap pembangunan berkelanjutan dan keadilan

sosial, berperan aktif dalam membentuk kepuasan dan kesejahteraan

masyarakat.

Bisnis mempunyai etika, dan lima prinsip yang berlaku dalam kegiatan

bisnis adalah :

1. prinsip otonomi. Yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak

berdasarkan kesadarannya sendiri, disertai kebebasan untuk mengambil

keputusan dan bertindak menurut keputusan itu dan juga harus disertai dengan

tanggung jawab, baik kepada diri sendiri/hati nuraninya, kepada pemilik

perusahaan, pihak yang dilayaninya dan kepada pemerintah dan mayarakat

yang langsung menerima dampak keputusan bisnisnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

24

2. prinsip kejujuran. Yaitu pemenuhan syarat dalam perjanjian dan kontrak,

mutu produk yang ditawarkan, hubungan kerja dalam perusahaan.

3. prinsip tidak berbuat jahat (non-maleficence) dan berbuat baik (beneficence).

Hal ini mengarahkan tindakan bisnis yang baik secara aktif dan maksimal,

minimal tidak merugikan orang lain.

4. prinsip keadilan. Prinsip ini mengharuskan pelaku bisnis untuk memberikan

sesuatu yang menjadi hak orang lain/mitra.

5. prinsip hormat kepada diri sendiri. Artinya memperlakukan diri sendiri dan

orang lain sebagai pribadi yang memiliki nilai yang sama dengan pribadi lain.

(Isdaryadi, 2005)

Apotek merupakan bagian dari bisnis, selayaknya apotek menerapkan pula

prinsip – prinsip etika dalam bisnis. Terlebih pelayanan di apotek menerapkan

pelayanan yang berhubungan langsung dengan manusia sehingga aspek moral dan

kemanusiaan benar – benar dijunjung tinggi. Pasien menghendaki pelayanan yang

cepat, tepat dan benar. Kejujuran, keramahan dan rasa kekeluargaan dengan

pasien dapat memperkuat hubungan pihak apotek dan pasien. Pelayanan yang

terbaik sejak awal hingga akhir proses akan meningkatkan kepuasan pasien

sehingga aspek loyal terhadap apotek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

25

G. Keterangan Empiris

Standar pelayanan kefarmasian di apotek berdasarkan KepMenKes RI nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 mempunyai tiga parameter utama yaitu :

pengelolaan sumber daya, pelayanan dan evaluasi mutu pelayanan. Dari hasil

penelitian diharapkan dapat diperleh gambaran mengenai pelaksanaan standar

pelayanan kefarmasian di apotek berdasarkan KepMenKes RI nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 di Kabupaten Kulon Progo.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan

penelitian deskriptif. Penelitian non eksperimental adalah penelitian yang

observasinya dilakukan terhadap sejumlah ciri subjek menurut keadaan apa

adanya, tanpa ada manipulasi atau intervensi peneliti (Praktiknya, 2001).

Sedangkan rancangan penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang

memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada

perlakuan terhadap obyek yang diteliti (Kontour, 2003).

Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau

keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk

mengungkapkan fakta. Hasil penelitian ditekankan pada penggambaran secara

obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diselidiki (Nawawi, 1998).

B. Definisi Operasional Penelitian

1. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah ukuran tertentu yang digunakan

sebagai patokan dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian, dalam penelitian

ini berdasarkan pada Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004.

2. Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan

tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

27

3. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 dikatakan telah dilaksanakan apabila

persentasenya lebih dari 50%. Bila persentasenya kurang dari 50% maka

dikatakan belum dilaksanakan.

4. Apotek adalah delapan apotek yang berada di wilayah Kabupaten Kulon

Progo.

5. Responden adalah Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pendamping

yang bersedia mengisi kuisioner.

6. Periode adalah periode penelitian untuk pengambilan data, yaitu dilakukan

selama bulan Juli 2007.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang berisi tentang :

1. Karakteristik responden.

2. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan penelitian yang terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-

peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

28

suatu penelitian (Nawawi, 1998). Populasi dari penelitian ini adalah semua

apotek yang ada di Kabupaten Kulon Progo.

Menurut data terakhir yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Kulon Progo, diketahui bahwa jumlah apotek di Kabupaten Kulon Progo pada

bulan Juni 2007 berdasarkan data terakhir bulan Agustus 2006 adalah

sebanyak 8 apotek. Sampel

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi sumber data

sebenarnya dalam penelitian. Menurut Gay (1976), penelitian deskriptif

ukuran minimum yang dapat diterima adalah 10 persen dari populasi. Untuk

populasi yang sangat kecil diperlukan minimum 20 persen (Sevilla, dkk,

1993). Namun demikian tidak ada satu formula pun yang dapat digunakan

secara umum untuk semua penelitian (Pratiknya, 2001).

Ada dua pertimbangan pokok untuk penetapan besar sampel, yaitu

pertimbangan representativitas dan pertimbangan analisis. Pertimbangan

representativitas ialah pertimbangan yang menyangkut jumlah minimum

sampel yang masih menjamin representativitasnya terhadap populasi.

Pertimbangan analisis ialah pertimbangan yang menyangkut jumlah minimum

sampel sehingga dapat dilakukan analisis kuantitatif terhadap data (hasil

penelitian) secara adekuat (Pratiknya, 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

29

E. Tata Cara Penelitian

1. Pembuatan kuesioner

Kuesioner merupakan suatu instrumen pengumpulan data dalam

penelitian sosial. Dengan kuesioner tersebut peneliti menggali informasi dari

responden (orang yang menjadi subjek penelitian) (Adi, 2004).

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang

di dalamnya memuat sejumlah pertanyaan yang harus dijawab secara tertulis

oleh responden. Kuesioner terbagi menjadi empat bagian yaitu : deskripsi

responden, pengelolaan sumber daya, pelayanan dan evaluasi mutu pelayanan.

2. Pengujian kuesioner

a. Uji pemahaman bahasa

Uji pemahaman bahasa berfungsi untuk mengetahui sejauh mana

bahasa penyusun pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner

dapat dipahami oleh responden, termasuk di dalamnya kesalahan

pengetikan, pengejaan kata-kata dan susunan kalimat. Uji pemahaman

bahasa dilakukan dengan cara menyebar kuesioner tersebut kepada lima

apotek di luar populasi penelitian.

b. Uji validitas isi

Validitas berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen

pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

30

tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang

sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2003).

Suatu alat ukur dikatakan valid (benar/sahih) jika alat ukur tersebut jitu

untuk mengukur konsep/variabel yang diukur (Adi, 2004).

Validitas yang diukur dalam kuesioner ini adalah validitas isi.

Validitas isi merupakan tingkat representativitas isi atau substansi

pengukuran terhadap konsep (pengertian) variabel sebagaimana

dirumuskan (Praktiknya, 1991). Validitas isi kuesioner ini diuji dengan

analisis rasional atau lewat Professional Judgement, yaitu bahwa estimasi

validitas isi tidak melibatkan perhitungan statistik apapun, melainkan

hanya dengan analisis teoritik. Maka tidaklah diharapkan setiap orang

akan sama atau sependapat mengenai sejauh mana validitas isi kuesioner

akan tercapai.

c. Uji reliabilitas

Suatu alat ukur dikatakan reliable (dapat dipercaya) jika alat ukur

tersebut mantap, tepat dan homogen. Suatu alat ukur dikatakan mantap

apabila dalam mengukur sesuatu berulang kali, alat ukur tersebut

memberikan hasil yang sama, dengan syarat kondisi pengukuran tidak

berubah. Suatu pertanyaan (alat ukur) dikatakan tepat apabila pertanyaan

tersebut mudah dimengerti dan terperinci. Suatu alat ukur dikatakan

homogen apabila pertanyaan-pertanyaan yang dibuat untuk mengukur

suatu karakteristik mempunyai kaitan yang erat satu sama lain (Adi, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

31

Reliabilitas kuesioner penelitian ini tidak perlu diuji lagi karena

pertanyaan dalam angket/kuesioner berupa pertanyaan yang langsung

terarah pada informasi mengenai data yang hendak diungkap. Reliabilitas

data yang diperoleh terletak pada terpenuhinya asumsi bahwa responden

menjawab dengan jujur seperti apa adanya. Hal ini berkaitan dengan

asumsi dasar penggunaan kuesioner yaitu subjek merupakan orang yang

mengetahui tentang dirinya, sehingga data hasil tidak perlu diuji lagi

reliabilitas secara statistik (Azwar, 1999).

3. Penyebaran kuesioner

Kuesioner langsung disebarkan kepada responden dan peneliti akan

mendampingi dalam pengisian kuesioner agar dapat menjelaskan kepada

responden jika responden mengalami kesulitan dalam mengisi kuesioner

tersebut. Peneliti harus bertemu langsung dengan responden untuk

memastikan bahwa yang menerima kuisioner adalah apoteker. Jika responden

berhalangan mengisi saat itu juga, maka kuesioner tersebut akan ditinggal

selama beberapa waktu untuk kemudian diambil kembali setelah diisi oleh

responden. Periode penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan Juli 2007.

Pada penelitian ini ada satu apotek yang apotekernya tidak bisa ditemui

secara langsung dalam beberapa kali rencana pertemuan karena suatu hal

sehingga peneliti tidak dapat meninggalkan kuisioner di apotek. Dengan

demikian pada penelitian ini, apotek yang menjadi objek penelitian hanya

tujuh apotek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

32

4. Pengumpulan kuesioner

Kuesioner langsung dikumpulkan saat itu juga dan ada yang diambil

setelah ditinggal selama beberapa waktu. Jumlah kuesioner yang

dikembalikan sama dengan jumlah kuesioner yang disebarkan yaitu sebanyak

tujuh apotek.

5. Wawancara

Wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan

sejumlah pertanyaan lisan, untuk dijawab secara lisan pula (Nawawi, 1985).

Wawancara dapat dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh (Mardalis,

2006). Pada penelitian ini, wawancara yang dilakukan bertujuan untuk

mengetahui kesesuaian pemahaman apoteker dengan Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004.

Wawancara yang dilakukan mengenai pengertian konseling, pengertian

medication record dan alasan tidak adanya ruang konseling. Wawancara

dilakukan terhadap beberapa responden yang bersedia untuk diwawancarai,

hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran 8.

F. Tata Cara Analisis Data

Teknik analisis yang umumnya digunakan untuk menganalisis data pada

penelitian-penelitian deskriptif ialah dengan menggunakan tabel dan grafik

(Kontour, 2003). Penelitian ini menggunakan analisis data statistik deskriptif

dalam bentuk persentase dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik/diagram.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

33

Analisis data dimulai dengan mengelompokkan data berdasarkan tiga

parameter utama Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 kemudian

menghitung jumlah total untuk tiap alternatif jawaban. Dikatakan telah

melaksanakan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes

RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 apabila persentasenya lebih dari 50% dan

jika kurang dari 50% maka dikatakan belum melaksanakan Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2007 tersebut.

G. Kesulitan Penelitian

Terdapat beberapa kesulitan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Peneliti dan responden sulit menentukan waktu bertatap muka secara

langsung dalam pengisian kuisioner.

2. Tidak dilakukannya wawancara kepada responden berkaitan dengan alasan

responden terhadap tiap jawaban yang diberikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Deskripsi Responden

Karakteristik responden yang ditanyakan meliputi : umur, posisi di apotek,

pengalaman kerja sebagai apoteker di apotek yang sekarang, adanya pekerjaan

lain, waktu kerja di apotek dalam seminggu dan waktu kerja di apotek dalam

sehari.

1. Usia responden

Gambaran mengenai rentang usia responden dapat dilihat pada Gambar

1 berikut.

UMUR RESPONDEN

21-35 th57%

> 50 th29%

36-50 th14%

Gambar 1. Diagram Umur Respoden

Gambar 1 di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden,

yaitu sebanyak 57% berada dalam rentang usia antara 21-35 tahun yang mana

rentang usia tersebut merupakan usia produktif untuk masa kerja seseorang.

Berdasarkan keterangan tersebut diharapkan responden dapat memahami dan

mengisi kuesioner dengan lebih baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

35

2. Posisi responden di apotek

Tabel I. Posisi Responden di Apotek

No Posisi responden di apotek Jumlah Persentase (%) n = 7

1 Apoteker Pengelola Apotek 6 86

2 Apoteker Pendamping 1 14 Total 7 100

Tabel I di atas memperlihatkan bahwa seluruh responden merupakan

apoteker, baik Apoteker Pengelola Apotek maupun Apoteker Pendamping.

Hal ini sesuai dengan yang diharapkan peneliti karena apoteker sangat paham

mengenai semua sistem dan pengelolaan kinerja apotek dibandingkan dengan

staf lainnya.

3. Pengalaman kerja responden sebagai apoteker di apotek yang sekarang

Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki pengalaman

kerja sebagai apoteker di apotek yang sekarang selama kurang dari 1 tahun

sebesar 14%, 1-5 tahun sebesar 43%, 6-10 tahun sebesar 14% dan yang

bekerja lebih dari 10 tahun sebesar 29%.

LAMA BEKERJA DI APOTEK

< 1 th14%

1-5 th43%

> 10 th29%

6-10 th14%

Gambar 2. Diagram Pengalaman Kerja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

36

Dari data tersebut, yang telah memiliki pengalaman kerja sebagai

apoteker di apotek yang sekarang selama lebih dari 1 tahun sebesar 86%, di

diharapkan bahwa responden telah memahami sistem dan pengelolaan kinerja

apotek mereka yang sekarang dan dapat mengisi kuesioner dengan baik

sehingga dapat diketahui mengenai pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek mereka.

4. Adanya pekerjaan lain dari responden

Hasil penelitian dapat dilihat pada gambar 3 berikut.

A D A T ID A KN YA P EKER JA A N LA IN

TIDAK71%

YA29%

Gambar 3. Ada Tidaknya Pekerjaan Lain dari Responden

Adanya pekerjaan lain, apapun jenisnya dan berapapun frekuensi

pekerjaan tersebut, akan mengganggu kehadiran dan kinerja apoteker di

apotek. Menurut Permenkes No. 26 tahun 1981 pasal 18, yang ditegaskan

dalam KepMenKes No. 1332 tahun 2002, menyatakan bahwa selama apotek

tersebut buka maka Apoteker Pengelola Apotek harus berada di apotek.

Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan, maka ia dapat digantikan

oleh Apoteker Pendamping.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

37

Menurut Surat Kepmenkes RI Nomor 831/Ph/64/b apotek-apotek yang

didirikan berdasarkan ijin Departemen Kesehatan yang dikeluarkan sesudah

tanggal 1 September 1964 harus dipimpin oleh seorang apoteker yang bekerja

penuh (full-time). Demikian juga dalam Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa apotek harus dikelola oleh

seorang apoteker yang profesional. Berdasarkan keterangan tersebut, apoteker

diharapkan dapat tetap bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya

sebagai apoteker di apotek walaupun memiliki pekerjaan lainnya.

5. Waktu kerja responden di apotek

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden bekerja di apotek

selama 4 – 6 jam dalam sehari, sedangkan waktu kerja dalam seminggu

ditunjukkan dalam tabel berikut ini:

Tabel II. Waktu Kerja Responden di Apotek dalam Seminggu

No Waktu kerja di apotek dalam seminggu Jumlah Persentase (%)

n = 7 1 < 40 jam 7 100 2 40 jam 0 0 3 > 40 jam 0 0

Total 7 100

Menurut pasal 77 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan, waktu kerja dalam sehari adalah 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari

dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1

(satu) minggu; atau 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1

(satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Hasil

penelitian tersebut menujukkan bahwa waktu kerja apoteker dalam satu hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

38

belum sesuai dengan Undang – Undang Ketenagakerjaan. Hasil yang sama

didapatkan dari perhitungan waktu kerja dalam satu minggu disesuaikan

dengan jam kerja dalam satu hari.

Bila apotek buka dari pukul 8.00 sampai 22.00 (Permenkes nomer 244

tahun 1990), maka untuk enam hari kerja dalam seminggu apotek buka 84

jam; sehingga setiap apotek harus mempunyai lebih dari dua apoteker.

B. Pengelolaan Sumber Daya

1. a. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia di apotek meliputi apoteker, asisten apoteker,

pemilik sarana apotek dan juru resep. Dalam struktur organisasi apotek,

Apoteker Pengelola Apotek menempati posisi tertinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab

penuh dalam menjalankan tugasnya di apotek serta mengawasi kinerja

Asisten Apoteker dan karyawan lainnya (Hartini dan Sulasmono, 2006).

Salah satu peran Apoteker dalam pelayanan kesehatan adalah sebagai

leader, dimana diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi

pemimpin. Kepemimpinan yang yang diharapkan meliputi keberanian

mengambil keputusan yang empati dan efektif, serta kemapuan

mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan. Hal ini diperkuat

dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 yang

menyebutkan bahwa apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang

profesional. Apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

39

mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi

dan menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner.

Karena itulah sudah seharusnya keputusan yang diambil di apotek selalu

berdasarkan persetujuan Apoteker Pengelola Apotek.

Tabel III menunjukkan persentase pengambilan keputusan di Apotek

berdasarkan persetujuan APA. Keputusan yang diambil berdasarkan

persetujuan APA dalam penelitian ini mencakup perencanaan, pengadaan

dan penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya.

Tabel III. Pengambilan Keputusan di Apotek Selalu Berdasarkan Persetujuan APA

No Berdasarkan persetujuan APA Jumlah Persentase (%) n = 7

1 Ya 5 71

2 Tidak 2 29

Total 7 100

b. Penyerahan obat dan informasi obat

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian

informasi obat dan konseling kepada pasien. Hal ini juga tertera pada

Standar Kompetensi Farmasis Indonesia hal asuhan kefarmasian yang

menyebutkan bahwa salah satu standar prosedur operasional apoteker di

apotek adalah memberikan pelayanan informasi obat dan memberikan

konsultasi obat. Pasal 7 Kode Etik Apoteker Indonesia menyebutkan

bahwa seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

40

profesinya. Berdasarkan keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa

salah satu kewajiban apoteker adalah memberikan informasi mengenai

obat kepada pasien, yang berinteraksi secara langsung dengan pasien

untuk memberikan bentuk pelayanan klinis, analitis sesuai peraturan

perundangan, untuk mewujudkan salah satu perannya yaitu sebagai care

giver. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 juga menyebutkan

bahwa jika apoteker tidak melaksanakan kewajibannya dalam memberikan

informasi kepada pasien maka akan dikenakan pidana denda paling banyak

Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

Namun dari hasil penelitian tidak ada satupun apoteker yang selalu

terlibat langsung dalam penyerahan obat ke pasien. Selama peneliti

mengamati, yang menyerahkan obat ke pasien adalah karyawan apotek

selain Apoteker. Sehingga dalam hal ini apoteker tidak bisa menjalankan

kewajibannya untuk memberikan informasi kepada pasien.

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa informasi obat yang harus diberikan kepada pasien sekurang-

kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka

waktu pengobatan, makanan dan minuman yang harus dihindari dan

aktivitas yang harus dihindari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

41

Tabel IV. Informasi Obat yang Diberikan Apoteker

No Informasi Obat yang diberikan Jumlah Persentase (%) n = 7

1 Cara pemakaian obat+cara penyimpanan obat+jangka waktu pengobatan

4 43

2

Cara pemakaian obat+cara penyimpanan obat+jangka waktu pengobatan+ makanan dan minuman yang harus dihindari+aktivitas yang harus dihindari

3 57

Total 7 100

Tabel IV menunjukkan bahwa apoteker yang memberikan informasi

kepada pasien meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat,

jangka waktu pengobatan, makanan dan minuman yang harus dihindari

dan aktivitas yang harus dihindari sesuai Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 sebesar 57%, selebihnya belum memberikan

informasi secara menyeluruh kepada pasien.

Pemberian informasi ini seharusnya lebih diperhatikan oleh apoteker

karena melalui pemberian informasi apoteker dapat meminimalisasi

terjadinya medication error yang mungkin dilakukan oleh pasien pada saat

pasien mengkonsumsi obat.

c. Konsultasi dengan dokter penulis resep

Permenkes Nomor 26 tahun 1981 pasal 10 menyebutkan bahwa

resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap. Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 menyatakan bahwa jika ada keraguan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

42

terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep

dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu

menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. Hal ini bertujuan untuk

meminimalisasi terjadinya medication error. Konsultasi dengan dokter

penulis resep juga dapat dimanfaatkan untuk membangun dan

meningkatkan hubungan dengan rekan sejawat petugas kesehatan. Hal ini

sesuai dengan pasal 13 Kode Etik Apoteker Indonesia dan juga perannya

sebagai communicator antara pasien dengan profesi kesehatan lainnya.

KONSULTASI DOKTER

TIDAK14%

YA86%

Gambar 4. Apotek yang Selalu Melakukan Konsultasi dengan

Dokter Apabila Ada Ketidakjelasan Pada Resep

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

43

d. Hasil pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian

sumber daya manusia.

71.00%57.00%

86.00%

0.00%0%

50%

100%

Pengambilan keputusan di apotek selalu berdasarkan persetujuan APA

Informasi obat yang diberikan

Konsultasi dengan dokter penulis resep

Penyerahan obat

Gambar 5. Hasil pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Bagian Sumber Daya Manusia

Berdasarkan keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian pengelolaan sumber daya

manusia sebagian besar telah dilaksanakan dengan cukup baik. Bagian

pengelolaan sumber daya manusia yang telah dilaksanakan adalah

pengambilan keputusan di apotek selalau berdasarakan persetujuan APA

sebesar 71%, informasi obat yang diberikan sebesar 57% dan konsultasi

dengan dokter penulis resep sebesar 86%. Sedangkan bagian yang belum

dilaksanakan adalah penyerahan obat yang selalu dilakukan oleh apoteker,

yaitu sebesar 0%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

44

2. Sarana dan prasarana

a. Papan petunjuk apotek

Dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

disebutkan bahwa apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota

masyarakat. Pemudahan akses ini ditunjukkan dengan adanya papan nama.

Peraturan lebih detail mengenai papan nama disebutkan dalam lampiran

Form Apt-3 Kepmenkes Nomor 1332 tahun 2002 antara lain bahwa papan

nama berukuran minimal panjang 60 cm, lebar 40 cm dengan tulisan hitam

di atas dasar putih; tinggi huruf minimal 5 cm, tebal 5 cm. Selanjutnya

pasal 6 ayat 3 Kepmenkes Nomor 278 tahun 1981 tentang persyaratan

apotek menyebutkan bahwa papan nama harus memuat : nama apotek,

nama Apoteker Pengelola Apotek, nomor surat izin apotek dan nomor

telepon, kalau ada.

Namun penelitian ini mengacu pada Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 yang hanya menyebutkan bahwa pada

halaman apotek terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata

apotek dan tidak membahas lebih lanjut mengenai syarat-syarat lainnya

seperti yang tersebut diatas.

Hasil penelitian menujukkan bahwa semua apotek (100%)

mempunyai papan yang tertulis kata apotek pada halaman depan apotek

mereka sesuai Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

45

b. Tempat yang terpisah antara produk kefarmasian dengan produk lainnya

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah

dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna

untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko

kesalahan penyerahan. Contoh produk noin kefarmasian yang dijual

diapotek adalah makanan bayi, susu, alat kesehatan dan food supplement.

Hasil penelitian menunjukkan bahawa tidak ada satupun apotek (0%)

yang menempatkan produk kefarmasian terpisah dari produk lainnya

sesuai Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004.

c. Ruang tunggu bagi pasien

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa apotek harus memiliki ruang tunggu yang nyaman bagi pasien,

yaitu yang bersih dan bebas dari hewan pengerat, serangga/pest. Hal ini

juga diatur dalam Kepmenkes Nomor 278 tahun 1981 pasal 4 yang pada

salah satu syaratnya menyebutkan bahwa apotek harus memiliki ruang

tunggu.

Hasil penelitian dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini: RUANG TUNGGU

YA57%

TIDAK43%

Gambar 6. Adanya Ruang Tunggu Bagi Pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

46

d. Tempat untuk display informasi bagi pasien

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa apotek harus memiliki tempat untuk mendisplay informasi bagi

pasien, termasuk penempatan materi informasi tersebut. Informasi disini

contohnya berupa brosur, leaflet atau poster.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua apotek (100%)

menyediakan informasi mengenai kesehatan kepada pasien. Namun

demikian tidak semua apotek menyediakan tempat khusus untuk display

informasi.

Tabel V. Ketersediaan Tempat Khusus untuk Display Informasi

No Tempat khusus untuk display Jumlah Persentase (%) n = 7

1 Ada 6 86

2 Tidak Ada 1 14

Total 7 100

Tabel V menunjukkan persentase dari apotek yang menyediakan dan

tidak menyediakan tempat khusus untuk display informasi.

e. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa apotek harus memiliki ruangan tertutup untuk konseling bagi

pasien.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satupun apotek (0%)

yang mempunyai ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien Ruang

tertutup ini berfungsi untuk menjaga privacy dan kenyamanan pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

47

selama konseling berlangsung sehingga konseling dapat berjalan dengan

baik.

Dari hasil wawancara, diperoleh alasan mengapa mereka tidak

menyediakan ruang konseling. Sebagian besar dari mereka berpendapat

bahwa ruang konseling yang telah mereka sediakan sebelumnya tidak

berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan tidak ada pasien

yang konseling dalam kurun waktu tertentu. Dengan pertimbangan

tertentu, akhirnya mereka mengubah ruangan tersebut menjadi ruang lain

yang lebih berfungsi. Salah satu dari responden mengubah ruang konseling

menjadi ruang kerja pribadi dan juga ruang konseling.

f. Ruang racikan

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa apotek harus memiliki ruang racikan. Hal ini juga diatur pada

Kepmenkes Nomor 278 tahun 1981 pasal 4 dan pada lampiran Form Apt-3

Kepmenkes Nomor 1332 tahun 2002 yang menyebutkan bahwa apotek

harus memiliki ruang peracikan.

Hasil penelitian ditunjukkan dalam tabel VI:

Tabel VI. Ketersediaan Ruang Racikan di Apotek

No Ruang racikan Jumlah Persentase (%) n = 7

1 Kering saja 2 28 2 Basah saja 1 14 3 Kering+Basah 3 42 4 Tidak punya 1 14

Total 7 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

48

g. Keranjang sampah untuk staf maupun pasien

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa apotek harus memiliki keranjang sampah yang tersedia untuk staf

maupun pasien. Persyaratan lain tercantum dalam lampiran Form Apt-3

Kepmenkes Nomor 1332 tahun 2002 yang menyebutkan bahwa apotek

harus memiliki sanitasi yang baik serta memenuhi persyaratan hygiene

lainnya. Keranjang sampah merupakan salah satu fasilitas untuk menjaga

sanitasi di apotek agar dapat terjaga dengan baik.

Hasil penelitian untuk tersedianya keranjang sampah untuk staf dan

pasien ditunjukkan dalam tabel VII berikut ini:

Tabel VII. Ketersediaan Keranjang Sampah untuk Staf dan Pasien

No Keranjang sampah Jumlah Persentase (%) n = 7

1 Staf saja 4 57 2 Pasien saja 1 14 3 Staf +pasien 2 28

Total 7 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

49

h. Hasil pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian

sarana dan prasarana

100%

0.00%

57%

86.00%

0.00%

86.00%100.00%

0%

50%

100%

papan petunjuk apotektempat produk kefarmasian yang terpisah dengan produk lainnyaruang tunggutempat display informasiruang konseling tertutupruang racikankeranjang sampah untuk staf+pasien

Gambar 7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana di Apotek

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian pengelolaan sarana dan

prasarana sebagian besar telah dilaksanakan dengan baik. Pengelolaan

sarana dan prasarana yang telah dilaksanakan, yaitu yang memiliki

persentase pelaksanaan di atas 50%, meliputi adanya papan petunjuk

apotek (100%), tersedianya ruang tunggu (57%), tersedianya tempat

display informasi (86%), dan tersedianya keranjang sampah untuk staf dan

pasien (100%) Namun demikian masih terdapat pengelolaan sarana dan

prasarana yang tidak dilaksanakan, yaitu yang memiliki persentase

pelaksanaan di bawah 50%, meliputi tersedianya ruang konseling tertutup

(0%) dan penempatan produk kefarmasian yang terpisah dengan produk

lainnya (0%) sehingga perlu ditingkatkan lagi pelaksanaannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

50

3. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya

dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi : perencanaan,

pengadaan, penyimpanan dan pelayanan.

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan

harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan

jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta menghindari

kekosongan obat (Hartini dan Sulasmono, 2006).

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 dalam

membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi yang perlu diperhatikan

adalah pola penyakit, kemampuan masyarakat dan budaya masyarakat.

a) Pola penyakit. Perlu memperhatikan dan mencermati pola penyakit

yang timbul di sekitar masyarakat sehingga apotek dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat tentang obat-obatan untuk penyakit tersebut.

b) Tingkat perekonomian masyarakat. Tingkat ekonomi masyarakat di

sekitar apotek juga akan mempengaruhi daya beli terhadap obat-

obatan.

c) Budaya masyarakat. Pandangan masyarakat terhadap obat, pabrik obat,

bahkan iklan obat dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan obat-

obatan khususnya obat-obat tanpa resep.

(Hartini dan Sulasmono, 2006)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

51

Hasil penelitian mengenai latar belakang apotek dalam perencanaan

pengadaan sediaan farmasi yang memperhatikan pola penyakit,

kemampuan masyarakat dan budaya masyarakat ditunjukkan dalam tabel

VIII berikut ini:

Tabel VIII. Latar Belakang Perencanaan Pengadaan Sediaan Farmasi di Apotek

No Latar Belakang Perencanaan Jumlah Persentase (%) n = 7

1 Pola penyakit 0 0

2 Pola penyakit dan kemampuan masyarakat 0 0

3 Kemampuan masyarakat dan budaya masyarakat 2 28

4 Pola penyakit, kemampuan masyarakat dan budaya masyarakat

5 72

Total 7 100

b. Pengadaan

Persediaan barang di apotek diadakan berdasarkan perencanaan yang

telah dibuat dan disesuaikan dengan anggaran keuangan yang ada.

Pengadaan barang meliputi proses pemesanan, pembelian dan penerimaan

barang (Hartini dan Sulasmono, 2006). Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan bahwa untuk menjamin

kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus

melalui jalur resmi.

Pengadaan sediaan farmasi apotek termasuk di dalamnya golongan

obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, psikotropika dan narkotika

dapat berasal langsung dari pabrik farmasi, Pedagang Besar Farmasi (pasal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

52

3 Permenkes 918 Nomor 918 tahun 1993 tentang Pedagang Besar

Farmasi) maupun apotek lain (Hartini dan Sulasmono, 2006). Berdasarkan

penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jalur pengadaan sediaan

farmasi yang resmi hanya melalui pabrik farmasi, PBF dan apotek lain.

Bagan jalur distribusi dapat dilihat pada lampiran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua apotek (100%) dalam

pengadaan sediaan farmasi melalui jalur resmi dan tidak ada satupun

apotek yang membeli di swalayan (tidak resmi).

c. Penyimpanan

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.

Tabel IX. Pemindahkan Isi Obat ke Wadah Lain

No Pernah memindahkan isi ke wadah lain Jumlah Persentase (%)

n = 7 1 Ya 4 57

2 Tidak 3 43

Total 7 100

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada

wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis

informasi yang jelas pada wadah baru, wadah sekurang–kurangnya

memuat nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.

Apotek memindahkan obat ke dalam wadah baru dengan alasan

untuk mempercepat proses pelayanan. Pemindahan ke dalam wadah baru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

53

tersebut berdasarkan kebiasaan dokter meresepkan obat dalam jumlah

tertentu. Pasien juga lebih efisien karena dapat membeli obat dalam jumlah

yang dibutuhkan dengan waktu yang cepat dan tidak harus membeli

seluruh obat dalam wadah asli.

Gambaran mengenai informasi yang disertakan apoteker pada wadah

baru dapat dilihat pada Tabel X berikut.

Tabel X. Informasi yang Disertakan pada Wadah Baru

No Informasi yang disertakan Jumlah Persentase (%) n = 7

1 Tidak ada informasi 4 58 2 Nomor batch+tanggal kadaluarsa 1 14 3 Tanggal kadaluarsa+aturan pakai 1 14 4 Aturan pakai 1 14

Total 7 100

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, informasi yang harus

dicantumkan pada wadah baru sekurang-kurangnya memuat nomor batch

dan tanggal kadaluwarsa. Tabel X menunjukkan bahwa apotek yang

mencantumkan nomor batch dan tanggal kadaluwarsa sesuai Kepmenkes

RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 hanya satu apotek (14%),

selebihnya tidak mencantumkan nomor batch dan tanggal kadaluwarsa

seperti yang telah ditentukan.

Pencantuman ini dimaksudkan bilamana terjadi penarikan suatu obat

karena sub standard dan bila apoteker tidak menyediakan, menyimpan dan

menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan yang

keabsahannya terjamin, maka Surat Izin Apotek yang bersangkutan akan

dicabut. Hal ini sesuai dengan pasal 25 Permenkes Nomor 922 tahun 1993.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

54

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 juga

menyebutkan bahwa semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang

sesuai, layak dan menjamin kestabilan bahan. Kepmenkes Nomor 278

tahun 1981 pasal 4 menyebutkan bahwa apotek harus mempunyai ruang

penyimpan obat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua apotek (100%) memiliki

tempat penyimpanan khusus untuk obat-obat tertentu. Tempat

penyimpanan khusus yang dimaksud dalam penelitian ini contohnya

adalah tempat penyimpanan khusus untuk narkotika (pasal 7 Kepmenkes

Nomor 278 tahun 1981) dan lemari pendingin yang digunakan untuk

menyimpan obat-obat tertentu yang mudah rusak atau meleleh pada suhu

kamar seperti suppositoria, serum dan vaksin (pasal 9 Kepmenkes RI

Nomor 278 tahun 1981). Dengan mengetahui adanya tempat penyimpanan

khusus di apotek tersebut secara tidak langsung dapat menggambarkan

apakah apotek tersebut memperhatikan kesesuaian dan kelayakan tempat

dengan kestabilan obat pada saat penyimpanan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

55

d. Hasil pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian

pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya

72.00%100.00%

57.00% 43.00%

0.00%

50.00%

100.00%

150.00%

perencanaan meliputi : pola penyakit+kemampuan masyarakat+budayamasyarakatpengadaan melalui jalur resmi

penyimpanan dalam wadah asli pabrik

informasi yang disertakan pada wadah baru meliputi : tgl kadaluwarsa+nmrbatch

Gambar 8. Pelaksanaan Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya

Berdasarkan keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian pengelolaan sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan lainnya sebagian besar telah dilaksanakan dengan

baik. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya yang

telah dilaksanakan, yaitu yang memiliki persentase pelaksanaan di atas

50%, meliputi perencanaan (72%), penyimpanan dalam wadah asli pabrik

(57%) dan pengadaan (100%). Namun demikian masih terdapat

pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya yang belum

dilaksanakan, yaitu yang memiliki persentase pelaksanaan di bawah 50%,

meliputi penyertaan informasi pada wadah baru (43%) sehingga perlu

ditingkatkan lagi pelaksanaannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

56

4. Administrasi

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu

dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi administrasi umum dan

administrasi pelayanan.

1) Administrasi umum

Administrasi umum ini meliputi pencacatan, pengarsipan, pelaporan

narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

a. Pencatatan dan pengarsipan transaksi pembelian

Kepmenkes Nomor 278 tahun 1981 pasal 13 (e) menyebutkan

bahwa dalam apotek harus tersedia buku pembelian dan penerimaan.

Pencatatan ini bertujuan untuk memperudah proses pengecekan jika

terjadi keraguan terhadap obat yang telah dibeli.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua apotek (100%)

selalu menyertakan bukti/faktur pembelian untuk setiap obat yang

mereka pesan/beli dan selalu dicatat dalam buku penerimaan.

b. Pencatatan dan pengarsipan transaksi penjualan

Pasal 12 Kepmenkes RI Nomor 280 tahun 1981 menyebutkan

bahwa setiap penjualan harus disertai dengan nota penjualan. Pasal 13

(d) menyebutkan bahwa dalam apotek harus tersedia blangko faktur

dan blangko nota penjualan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

57

PENJUALAN DENGAN NOTA

TIDAK43%

YA57%

Gambar 9. Penyertaan Faktur/Nota Penjualan

Kepmenkes Nomor 278 tahun 1981 pasal 13 (e) menyebutkan bahwa

dalam apotek harus tersedia buku penjualan dan penerimaan obat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak setiap transaksi penjualan

selalu dicatat dalam buku penjualan.

Namun demikian, walaupun dalam setiap penjualan tidak disertai

faktur/nota penjualan, semua apotek (100%) selalu mencatat setiap

transaksi penjualan yang terjadi.

Adanya faktur/nota penjualan bisa menjadi bukti bagi

konsumen/pembeli terhadap penjual bila suatu saat ada ketidakcocokan

dengan barang yang dibeli. Sedangkan catatan penjualan sangat

berguna bagi penjual sebagai laporan terhadap manajemen keuangan

dan juga perdagangan dalam apotek tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

58

c. Pengeluaran narkotika dan psikotropika

Kepmenkes Nomor 278 tahun 1981 pasal 13 (g) menyebutkan

bahwa dalam apotek harus tersedia buku pencatatan obat narkotika dan

psikotropika. Pasal 33 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 juga

menyebutkan bahwa apotek wajib membuat dan menyimpan catatan

mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan pada

pasal 11 Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 disebutkan bahwa

apotek wajib membuat laporan berkala mengenai pengeluaran

narkotika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua apotek (100%)

selalu melakukan pencatatan setiap pengeluaran narkotika dan

psikotropika dalam buku pencatatan narkotika dan psikotropika.

2) Administrasi pelayanan

Administrasi pelayanan ini meliputi pengarsipan resep, pengarsipan

cacatan pengobatan pasien dan pengarsipan hasil monitoring penggunaan

obat.

a. Pengarsipan resep

Pasal 7 Kepmenkes Nomor 280 tahun 1981 menyebutkan bahwa

Apoteker Pengelola Apotek mengatur resep yang telah dikerjakan

menurut urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep dan harus

disimpan sekurang-kurangnya selama tiga tahun. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa semua apotek (100%) selalu menyimpan resep

menurut urutan tanggal dan nomor resep.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

59

b. Medication record

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

medication record adalah catatan pengobatan setiap pasien.

CATATAN PENGOBATAN PASIEN

TIDAK71%

YA29%

Gambar 10. Ketersediaan Medication Record

Melalui wawancara lepas kepada beberapa responden, responden

mempunyai persepsi yang hampir sama mengenai pengisian

medication record, yaitu catatan pengobatan setiap pasien yang

memuat antara lain data pribadi pasien (nama, usia, jenis kelamin,

alamat), nomor resep, nama dokter, riwayat obat yang pernah

digunakan pasien dan riwayat penyakit pasien. Berdasarkan hasil

wawancara pada salah satu responden yang menyatakan tidak selalu

melakukan pengisian medication record, diketahui bahwa pelaksanaan

pengisian medication record hanya dilakukan pada pasien tertentu,

yaitu pasien yang lansia dan pasien dengan penyakit tertentu seperti

TBC dan diabetes. Berdasarkan hasil wawancara tersebut terlihat

bahwa pemahaman apoteker mengenai medication record sudah sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

60

dengan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, tetapi

belum dalam pelaksanaannya.

3) Hasil pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian

administrasi

100% 100.00%

57.00%

100% 100%

29.00%

0%

50%

100%

pencatatan&pengarsipan pembelianpenyertaan bukti/faktur penjualanpencatatan penjualanpencatatan narkotika&psikotropikapengarsipan reseppelaksanaan pengisian medication record

Gambar 11. Pelaksanaan Kegiatan Administrasi

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian administrasi, meliputi

administrasi umum dan administrasi pelayanan sebagian besar telah

dilaksanakan dengan baik. Kegiatan administrasi yang telah dilaksanakan,

yaitu yang memiliki persentase pelaksanaan di atas 50%, meliputi

pencatatan dan pengarsipan pembelian (100%), pencatatan narkotika dan

psikotropika (100%), pengarsipan resep (100%), pencatatan penjualan

(95,65%), penyertaan bukti/faktur penjualan (57%). Namun demikian,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

61

masih terdapat kegiatan administrasi yang belum dilaksanakan, yaitu yang

memiliki persentase pelaksanaan di bawah 50%, meliputi pengisian

medication record (29%) sehingga perlu ditingkatkan lagi pelaksanaannya.

C. Pelayanan

1. Skrining resep

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 apoteker

melakukan skrining resep meliputi persyaratan administratif, kesesuaian

farmasetik dan pertimbangan klinis. Skrining resep dilakukan dengan tujuan

untuk meminimalisasi terjadinya medication error. Menurut Kepmenkes RI

Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 medication error adalah kejadian yang

merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga

kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah. Medication error yang berusaha

diminimalisir melalui skrining resep ini adalah dispensing error yang

merupakan lingkup tanggung jawab farmasis.

a. Persyaratan administratif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua apotek (100%) selalu

melakukan skrining resep persyaratan administratif.

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

persyaratan administratif meliputi : nama, SIP dan alamat dokter; tanggal

penulisan resep (inscriptio); tanda tangan/paraf dokter penulis resep

(subsciptio); nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

62

nama obat (invocatio), potensi, dosis, jumlah yang minta; cara pemakaian

yang jelas (signature) dan informasi lainnya.

Pada penelitian ini tidak dijabarkan mengenai persyaratan

administratif yang dilakukan karena responden dianggap sudah

mengetahui dan memahami mengenai persyaratan administratif beserta

cakupannya.

b. Kesesuaian farmasetik

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

kesesuaian farmasetik meliputi : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua apotek melakukan

skrining resep sesuai Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

sehingga kemungkinan terjadinya medication error relatif kecil.

c. Pertimbangan klinis

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

pertimbangan klinis meliputi alergi, efek samping, interaksi, durasi dan

jumlah obat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua apotek melakukan

skrining resep pertimbangan klinis meliputi alergi, efek samping, interaksi,

durasi dan jumlah obat sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 sehingga kemungkinan terjadinya medication

error relatif kecil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

63

e. Hasil pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian

skrining resep.

100.00% 100.00% 100.00%

0.00%

50.00%

100.00%

persyaratan administratif

kesesuaian farmasetik meliputi : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,inkompatibilitas, cara pemberian dan lama pemberianpertimbangan klinis meliputi : alergi, efek samping, interaksi, durasi danjumlah obat

Gambar 12. Pelaksanaan Skrining Resep Berdasarkan keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian skrining resep semuanya telah

dilaksanakan dengan baik. Pelayanan skrining resep yang telah

dilaksanakan, yaitu yang memiliki persentase pelaksanaan di atas 50%,

meliputi skrining resep persyaratan administratif (100%), konsultasi

dengan dokter penulis resep (86%) skrining resep kesesuaian farmasetik

(100%) dan skrining resep pertimbangan klinis (100%).

2. Penyiapan obat

a. Etiket

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 bahwa

etiket harus jelas dan dapat dibaca. Etiket yang tidak jelas dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

64

menyebabkan terjadinya medication error karena pasien salah

membaca/mengartikan apa yang tertulis di etiket, karena itulah maka etiket

harus jelas dan dapat dibaca.

KELUHAN PASIEN TENTANG ETIKET

TIDAK71%

YA 29%

Gambar 13. Penerima Keluhan Tentang Etiket Oleh Pasien

Gambar menunjukkan bahwa terdapat 71% apotek yang tidak

pernah menerima keluhan tentang etiket oleh pasien dan 29% sisanya

pernah menerima keluhan tentang etiket oleh pasien karena tidak jelas atau

sulit dibaca sehingga dapat menyebabkan terjadinya medication error.

b. Pengecekan kesesuaian resep dengan obat

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir

terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Menurut UU RI nomer 8

tahun 1999 pasal 7, salah satu kewajiban pelaku usaha adalah menjamin

mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan atau diperdagangkan

berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan atau jasa yang berlaku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

65

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua apotek (100%) selalu

melakukan pengecekan terhadap kesesuaian obat dan etiket terhadap resep

sebelum diserahkan kepada pasien. Pemeriksaan akhir (medication review)

dilakukan dengan tujuan untuk menghindari terjadinya medication error

terutama dispensing error yang merupakan tanggung jawab pihak

apoteker.

c. Konseling

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara

apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah

yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 juga menyebutkan bahwa apoteker harus

memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan

perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup

pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau

penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya.

Dalam penelitian ini, peneliti sengaja tidak memberikan batasan

mengenai pengertian konseling karena peneliti bermaksud mengetahui

kesesuaian antara pemahaman apoteker dengan Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 mengenai pengertian konseling. Melalui

wawancara lepas kepada beberapa responden, sebagian besar dari mereka

mempunyai pemahaman yang hampir sama mengenai pengertian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

66

konseling yaitu konseling adalah proses tanya jawab searah antara pasien

dengan apoteker, dimana apoteker hanya menjawab pertanyaan yang

diajukan oleh pasien, yang dating kepada mereka. Responden juga

berpendapat bahwa konseling dan konsultasi itu mempunyai pengertian

yang sama, padahal konseling dan konsultasi mempunyai pengertian yang

berbeda. Jika konseling merupakan proses dua arah, konsultasi merupakan

proses satu arah dan ada perbedaan status, baik dalam hal pengalaman

maupun pengetahuan. Dari sini terlihat bahwa apoteker mempunyai

pemahaman yang berbeda/tidak sesuai dengan yang tertera pada

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004. Namun demikian,

walaupun mempunyai pemahaman yang berbeda namun dalam

pelaksanaannya apoteker sering melakukan apa yang disebut konseling

karena mereka juga menerima masukan dari pasien yang lebih mengetahui

keadaan dirinya sendiri dan dari dokter yang menangani pasien tersebut,

terutama tentang obat-obatan yang sering mereka konsumsi.

Menurut Undang – Undang no. 23 tahun 1992 pasal 53 (2)

menyatakan bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya

berkewajiban untuk memenuhi standar profesi dan menghormati hak

pasien. Kode Etik Apoteker Indonesia pasal 9 menyebutkan bahwa

seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus

mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asasi

penderita dan melindungi makhluk hidup insani. Peraturan Pemerintah no.

32 tahun 1996 pasal 22 (1) menyebutkan bahwa tenaga kesehatan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

67

melaksanakan tugasnya berkewajiban menghormati hak pasien; menjaga

kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien; memberikan

informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan

dilakukan; dan meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan

dilangsungkan.

JAM KONSELING SETIAP HARI

TIDAK14%

YA86%

Ganbar 14. Penyediaan Jam Konseling Setiap Hari di Apotek

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa untuk penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes,

TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan

konseling secara berkelanjutan. Gambaran mengenai pelaksanaan

pemberian konseling secara berkelanjutan dapat dilihat pada Tabel XI

berikut.

Tabel XI. Pemberian Konseling Secara Berkelanjutan oleh Apoteker

No Memberikan konseling secara berkelanjutan Jumlah Persentase (%)

n = 7 1 Ya 3 43

2 Tidak 4 57

Total 7 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

68

Penderita penyakit tertentu seperti yang telah disebutkan

membutuhkan jangka waktu pengobatan yang tidak sebentar untuk dapat

sembuh dan harus teratur meminum obat yang telah diberikan, karena

itulah apoteker seharusnya memberikan perhatian khusus kepada mereka,

salah satunya adalah dengan memberikan konseling secara berkelanjutan

guna mendukung proses penyembuhan.

e. Hasil pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian

penyiapan obat

71,00%

100% 86,00%

43,00%

0,00%

50,00%

100,00%

etiket jelas&dapat dibaca

pengecekan resep sebelum diserahkan

jam konseling setiap hari

konseling secara berkelanjutan

Gambar 15. Pelaksanaan Penyiapan Obat

Berdasarkan keterangan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

pelayanan penyiapan obat telah dilaksanakan dengan baik karena memiliki

persentase pelaksanaan di atas 50%, maliputi pengecekan resep sebelum

diserahkan kepada pasien (100%), penulisan etiket yang jelas dan dapat

dibaca (71%), adanya jam konseling setiap hari (86%), dan pemberian

informasi oleh apoteker kepada pasien (57%). Namun demikian hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

69

mendasar yang belum terlaksana justru keterlibatan apoteker secara

langsung dalam penyerahan obat (0%) dan juga adanya konseling secara

berkelanjutan (43%).

3. Promosi, edukasi dan tindak lanjut terapi

a. Diseminasi informasi kesehatan

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, dalam

rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara

aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi

informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster,

penyuluhan dan lain-lainnya. Sumber informasi tersebut berasal dari

pabrik atau distributor obat, sehingga dalam hal ini apotek hanya sebagai

perantara pemberi informasi kepada pasien.

Hasil penelitian ditunjukkan dalam gambar 15 berikut ini

DISEMINASI KESEHATAN

YA 29%

TIDAK71%

Gambar 16. Apoteker yang Pernah Melakukan Diseminasi

Informasi Kesehatan.

b. Tindak lanjut terapi

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 setelah

penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan

penggunaan obat. Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat

melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

70

(pelayanan residensial), khususnya untuk kelompok lansia dan pasien

dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.

Hasil penelitian ditunjukkan dalam Tabel XII berikut:

Tabel XII. Adanya Tindak Lanjut Terapi

No Melakukan tindak lanjut terapi Jumlah Persentase (%)

n = 7 1 Ya 3 43

2 Tidak 4 57

Total 7 100

Selain melakukan konseling secara berkelanjutan, tindak lanjut

terapi dengan kunjungan rumah atau komunikasi dengan telepon

merupakan salah satu bentuk perhatian khusus yang seharusnya dilakukan

apoteker guna mendukung proses penyembuhan pasien, terutama bagi

pasien lansia atau pasien yang karena penyakit yang dideritanya tidak

memungkinkan untuk datang dan melakukan konseling secara langsung ke

apotek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

71

c. Hasil pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian

promosi, edukasi dan tindak lanjut terapi

29.00%43.00%

0.00%

50.00%

100.00%

diseminasi informasi kesehatan tindak lanjut terapi

Gambar 17. Pelaksanaan Promosi, Edukasi dan Tindak Lanjut

Terapi

Berdasarkan keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian promosi, edukasi dan tindak

lanjut terapi belum dilaksanakan dengan baik karena memiliki persentase

dibawah 50% yaitu meliputi diseminasi informasi kesehatan (29%) dan

pelayanan tindak lanjut terapi (43,48%) sehingga perlu ditingkatkan lagi

pelaksanaannya.

D. Evaluasi Mutu Pelayanan

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 indikator yang

digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan adalah :

1. Tingkat kepuasan konsumen : dilakukan dengan survey berupa angket atau

wawancara langsung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

72

Hasil penelitian menunjukkan bahwa apotek yang pernah melakukan

survey mengenai tingkat kepuasan konsumen hanya sebanyak 29%, sedangkan

sebanyak 71% apotek tidak pernah melakukan survey mengenai tingkat

kepuasan konsumen. Survey ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat

pasien/pengunjung apotek mengenai kinerja di apotek dan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi oleh APA agar dapat meningkatkan mutu pelayanan di

apotek mereka. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari apotek yang

pernah melakukan survey tersebut, semuanya dilakukan dengan wawancara

lisan.

2. Dimensi waktu : lama pelayanan diukur dengan waktu (yang telah ditetapkan).

Penetapan lama pelayanan (waktu pelayanan maksimal per pasien)

bertujuan agar apoteker cepat tanggap dalam melayani pasien sehingga pasien

tidak menunggu terlalu lama untuk mendapatkan obat. Salah satu caranya

adalah dengan menetapkan lama waktu untuk tiap pembuatan dan

pengambilan setiap sediaan, misalnya salep, puyer, kapsul, sirup, baik dalam

sediaan tunggal maupun campuran sehingga pasien mendapatkan kepastian

waktu.

Hasil penelitian ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel XIII. Penetapan Lama Pelayanan

No Menetapkan lama pelayanan Jumlah Persentase (%) n = 7

1 Ya 1 14

2 Tidak 6 86

Total 7 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

73

3. Prosedur tetap : untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang telah

ditetapkan.

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 prosedur

tetap ini antara lain bermanfaat untuk memastikan bahwa praktek yang baik

dapat tercapai setiap saat dan adanya pembagian tugas dan wewenang di

apotek. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya alur pelayanan resep di apotek

sehingga pelayanan dapat berjalan dengan baik karena tidak terjadi tumpang

tindih tugas dan wewenang. Contoh alur pelayanan resep dapat dilihat pada

lampiran 8.

Hasil penelitian pada gambar berikut ini

PROSEDUR PELAYANAN

TIDAK71%

YA29%

Gambar 18. Ketersediaan Prosedur Tertulis dan Tetap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

74

4. Hasil pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian evaluasi

mutu pelayanan

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian evaluasi mutu pelayanan belum

dilaksanakan dengan baik karena memiliki persentase pelaksanaan di bawah

50%, yaitu untuk pelaksanaan survey tingkat kepuasan konsumen sebesar

29%, penetapan waktu pelayanan per pasien sebesar 14% dan untuk penetapan

prosedur tetap sebesar 29%, sehingga perlu ditingkatkan pelaksanaannya.

29,00%14,00%

29,00%

0,00%

50,00%

100,00%

Gambar 19. Pelaksanaan Evaluasi Mutu Pelayanan

prosedur tetapwaktu pelayanan per pasiensurvey tingkat kepuasan konsumen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

E. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek - Apotek Kabupaten Kulon Progo

0,00%

50,00%

100,00%

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

pengambilan keputusan di apotek (71%)konsultasi dengan dokter (86%)keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat (0%)informasi yg diberikan pada pasien (100%)papan petunjuk apotek (100%)penempatan produk yg terpisah (0%)ruang tunggu (57%)tempat display informasi (86%)ruang konseling tertutup (0%)ruang racikan (86%)keranjang sampah (100%)perencanaan (72%)pengadaan (100%)penyimpanan (57%)informasi pada wadah baru 43%)pencatatan&pengarsipan pembelian (100%)penyertaan bukti/faktur penjualan (100%)pencatatan penjualan (57%)pencatatan narkotika&psikotropika (100%)pengarsipan resep (100%)pengisian medication record (29%)persyaratan administratif (100%)kesesuaian farmasetik (100%)pertimbangan klinis (100%)etiket jelas&dapat dibaca (71%)pengecekan resep sebelum diserahkan (100%)jam konseling setiap hari (86%)konseling secara berkelanjutan (43%)diseminasi informasi kesehatan (29%)tindak lanjut terapi (43%)survey tingkat kepuasan konsumen (29%)waktu pelayanan per pasien (14%)prosedur tetap (29%)

Gambar 20. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek - Apotek Kabupaten Kulon Progo

75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

76

Berdasarkan hasil penelitian, Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian

di Apotek yang paling rendah tingkat pelaksanaannya berdasarkan tiga parameter

utama Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tersebut adalah bagian

evaluasi mutu pelayanan. Pada parameter ini hanya 24% apotek di Kabupaten

Kulon Progo yang sudah melaksanakannya, sehingga perlu perhatian yang lebih

agar dapat ditingkatkan pelaksanaannya. Parameter kedua yang masih perlu

ditingkatkan lagi pelaksanaannya yaitu pengelolaan sumber daya, dimana hanya

57,39% apotek yang sudah melaksanakannya. Sedangkan pada parameter

pelayanan, 72% apotek sudah melaksanakannya. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 belum dilaksanakan secara

menyeluruh oleh apoteker di apotek-apotek Kabupaten Kulon Progo.

Melihat hasil penelitian tersebut dan juga pengalaman peneliti di lokasi

penelitian, diharapkan adanya sosialisasi dan juga pembinaan mengenai standar

pelayanan kefarmasian oleh pihak – pihak terkait yaitu Departemen dan atau

Dinas Kesehatan, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) dan Balai Besar

Pengawas Obat dan Makanan; dengan harapan adanya peningkatan pelaksanaan

pharmaceutical care yang sesuai standar untuk menghindari medication error

yang merugikan semua pihak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

77

F. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek - Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Karakteristik Responden

1. Umur responden

Umur seseorang akan mempengaruhi kemampuannya dalam bekerja

sesuai dengan fisik dan mentalnya. Menurut penelitian yang dilakukan Harvard

Growth Study, proses pertumbuhan dan perkembangan intelegensi diawali pada

usia remaja dan mencapai puncaknya pada usia 30 tahun. Pada usia tersebut

seseorang mampu berpikir hipotetik dan dapat menguji secara sistematik

berbagai penjelasan mengenai kejadian-kejadian tertentu dan dapat memahami

prinsip-prinsip abstrak yang berlaku (Azwar, 1999). Usia diatas 60 tahun

merupakan masa orang mengundurkan diri dari tahun – tahun yang kreatif dan

berguna dengan melihat kemunduran dari kemampuan fisik dan mentalnya.

Individu akan melihat ke belakang, masa kejayaannya (Sadli, 1991).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berusia 35 sampai

dengan 60 tahun melaksanakan standar pelayanan kefarmasian dengan

persentase yang paling tinggi diantara usia yang lainnya. Hal itu terlihat pada

parameter pengelolaan sumber daya dan pelayanan, sedangkan pada parameter

evaluasi mutu pelayanan tidak ada satupun responden yang sudah

melaksanakannya. Rata – rata hasil pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian

berdasarkan umur responden dapat dilihat pada gambar berikut ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

78

UMUR RESPONDEN

45,8%

70,8%

55,2% 53,0%

75,0%

60,0%

25,0%

33,3%

16,7%

0,00%

50,00%

100,00%

21 s.d. 35(n=4)

35 sd 60(n=1)

> 60 (n=2)

21 s.d. 35(n=4)

35 sd 60(n=1)

> 60 (n=2)

21 s.d. 35(n=4)

35 sd 60(n=1)

> 60 (n=2)

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

Gambar 21. Rata – Rata Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefamasian

di Apotek – Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Umur Responden

Standar pelayanan kefarmasian pada parameter sumber daya yang tidak

pernah dilaksanakan (0%) adalah keterlibatan apoteker pada setiap penyerahan

obat, penempatan produk yang terpisah, adanya ruang konseling tertutup dan

pengisian medication record. Pada parameter pelayanan, jam konseling setiap

hari dan diseminasi informasi belum dilaksanakan responden yang berusia 21

sampai dengan 35 tahun. Responden yang berusia lebih dari 60 tahun belum

melaksanakan konseling secara berkelanjutan dan tindak lanjut terapi.

Responden yang berusia 21 sampai 35 tahun belum melaksanakan

parameter evaluasi mutu pelayanan (25%), sedangkan responden dengan usia

35 sampai 60 tahun tidak pernah menetapkan waktu pelayanan per pasien dan

prosedur tetap tetapi telah melaksanakan survey mengenai tingkat kepuasan

konsumen (100%). Responden yang berusia lebih dari enam puluh tahun baru

melaksanakan prosedur tetap (50%). Hasil pelaksanaan standar pelayanan

kefarmasian berdasarkan umur responden dapat dilihat pada gambar 22.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

UMUR REPONDEN

0,00%

50,00%

100,00%

21 s.d. 35 35 sd 60 > 60 21 s.d. 35 35 sd 60 > 60 21 s.d. 35 35 sd 60 > 60

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

pengambilan keputusan di apotek

konsultasi dengan dokter

keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat

informasi yg diberikan pada pasien

papan petunjuk apotek

penempatan produk yg terpisah

ruang tunggu

tempat display informasi

ruang konseling tertutup

ruang racikan

keranjang sampah

perencanaan

pengadaan

penyimpanan

informasi pada w adah baru

pencatatan&pengarsipan pembelian

penyertaan bukti/faktur penjualan

pencatatan penjualan

pencatatan narkotika&psikotropika

pengarsipan resep

pengisian medication record

persyaratan administratif

kesesuaian farmasetik

pertimbangan klinis

etiket jelas&dapat dibaca

pengecekan resep sebelum diserahkan

jam konseling setiap hari

konseling secara berkelanjutan

diseminasi informasi kesehatan

tindak lanjut terapi

survey tingkat kepuasan konsumen

w aktu pelayanan per pasien

prosedur tetap Gambar 22. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Umur

Responden

79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

80

2. Pengalaman kerja responden sebagai apoteker

Hasil penelitian pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek

berdasarkan pengalaman kerja responden pada parameter pengelolaan sumber

daya, pengalaman kerja lebih dari enam tahun terlaksana paling baik

dibandingkan dengan yang lainnya. Pada parameter pelayanan, pengalaman

kerja satu sampai dengan lima tahun terlaksana paling baik dibandingkan yang

lainnya, sedangkan pada parameter evaluasi mutu pelayanan, pengalaman satu

sampai dengan sepuluh tahun. Rata – rata hasil pelaksanaan standar pelayanan

kefarmasian berdasarkan pengalaman kerja dapat dilihat pada gambar 23

berikut ini.

PENGALAMAN KERJA

50,0%56,7%

75,0%

60,4%55,6%

81,2%

66,7%72,2%

0,0%

33,0% 33,3%

16,7%

0,00%

50,00%

100,00%

< 1 th(n=1)

1~5 th(n=3)

6~10 th(n=1)

>10 th(n=2)

< 1 th(n=1)

1~5 th(n=3)

6~10 th(n=1)

>10 th(n=2)

< 1 th(n=1)

1~5 th(n=3)

6~10 th(n=1)

>10 th(n=2)

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

Gambar 23. Rata – Rata Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefamasian di Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Pengalaman Kerja Responden.

Hal tersebut dikarenakan pada pengalaman lebih dari enam tahun,

responden dalam tahap menjaga dan mengembangkan relasi yang telah

dibangun dengan lingkungannya pada tahun – tahun sebelumnya. Sehingga

kemampuan responden untuk mengelola dirinya dan apoteknya benar – benar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

81

dikembangkan. Sedangkan pada parameter pelayanan, pengalaman satu sampai

dengan lima tahun menunjukkan bahwa responden harus melakukan banyak hal

untuk menambah pengalaman disesuaikan dengan semangat bekerja yang

masih tinggi dan juga ketentuan yang berlaku.

Keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat, penempatan produk yang

terpisah, ruang konseling tertutup, informasi pada wadah baru dan pengisian

medication record merupakan parameter pengelolaan sumber daya yang tidak

pernah dilaksanakan dengan baik oleh semua responden; sedangkan pada

parameter pelayanan, pengalaman kerja kurang dari satu tahun belum

melaksanakan penulisan etiket yang jelas, konseling secara berkelanjutan,

diseminasi dan tindak lanjut terapi. Pengalaman enam sampai sepuluh tahun

belum melaksanakan penulisan etiket yang jelas, diseminasi dan tindak lanjut

terapi, sedangkan pengalaman lebih sepuluh tahun belum melaksanakan

konseling secara berkelanjutan dan tindak lanjut terapi.

Tidak adanya pengalaman (<1 tahun) menyebabkan responden tidak

melaksanakan parameter evaluasi mutu pelayanan. Minimnya pengalaman (1-5

tahun) menyebabkan belum terlaksananya evaluasi dengan baik (33%). Survey

kepuasan konsumen telah dilaksanakan pada pengalaman 6 sampai 10 tahun

dan prosedur tetap pada pengalaman lebih dari sepuluh tahun, lainnya tidak

pernah dilaksanakan. Hasil pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian

berdasarkan pengalaman dapat dilihat pada gambar 24 berikut ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

PENGALAMAN KERJA

0%

50%

100%

< 1 th(n=1)

1~5 th(n=3)

6~10 th(n=1)

>10 th(n=2)

< 1 th(n=1)

1~5 th(n=3)

6~10 th(n=1)

>10 th(n=2)

< 1 th(n=1)

1~5 th(n=3)

6~10 th(n=1)

>10 th(n=2)

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

pengambilan keputusan di apotek

konsultasi dengan dokter

keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat

informasi yg diberikan pada pasien

papan petunjuk apotek

penempatan produk yg terpisah

ruang tunggu

tempat display informasi

ruang konseling tertutup

ruang racikan

keranjang sampah

perencanaan

pengadaan

penyimpanan

informasi pada w adah baru

pencatatan&pengarsipan pembelian

penyertaan bukti/faktur penjualan

pencatatan penjualan

pencatatan narkotika&psikotropika

pengarsipan resep

pengisian medication record

persyaratan administratif

kesesuaian farmasetik

pertimbangan klinis

etiket jelas&dapat dibaca

pengecekan resep sebelum diserahkan

jam konseling setiap hari

konseling secara berkelanjutan

diseminasi informasi kesehatan

tindak lanjut terapi

survey tingkat kepuasan konsumen

w aktu pelayanan per pasien

prosedur tetap Gambar 24. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan

Pengalaman Kerja Responden.

82

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

83

3. Adanya pekerjaan lain dari responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada parameter pengelolaan

sumber daya dan evaluasi mutu pelayanan, responden yang tidak mempunyai

pekerjaan lain pelaksanaan standar pelayanan kefarmasiannya lebih baik

daripada responden yang mempunyai pekerjaan lain. Sedangkan pada

parameter pelayanan, responden yang memiliki pekerjaan lain, pelaksanaan

standar pelayanan lebih baik daripada responden yang tidak memiliki

pekerjaan lain. Hal ini dikarenakan, dengan tidak adanya pekerjaan lain, fokus

perhatian responden terpusat pada satu objek yaitu apotek dan segala aspek

didalamnya. Tetapi, dengan adanya pekerjaan lain, responden akan banyak

belajar dari tempat ia bekerja dan juga relasi. Hal ini nantinya akan dipilh

mana yang kiranya cocok buat pengembangan apoteknya dan mana yang

tidak.

Rata – rata hasil pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian

berdasarkan adanya pekerjaan lain dapat dilihat pada gambar 25.

ADANYA PEKERJAAN LAIN

46,9%

70,0%77,8%

47,0%

0,0%

33,3%

0,00%

50,00%

100,00%

ya (n=2) tidak (n=5) ya (n=2) tidak (n=5) ya (n=2) tidak (n=5)

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

Gambar 25. Rata – Rata Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefamasian di Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Adanya Pekerjaan Lain Responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

84

Parameter pengelolaan sumber daya manusia yang tidak pernah

dilaksanakan oleh semua responden adalah keterlibatan apoteker dalam

penyerahan obat, penempatan produk yang terpisah, dan ruang konseling

tertutup. Responden yang mempunyai pekerjaan lain juga belum

melaksanakan pencatatan penjualan, pemberian informasi pada wadah baru

dan pengadaan obat melalui jalur resmi.

Jam konseling setiap hari, konseling secara berkelanjutan, diseminasi

informasi dan tindak lanjut terapi merupakan standar yang tidak pernah

dilaksanakan oleh responden yang tidak mempunyai pekerjaan lain, sedangkan

yang mempunyai pekerjaan lain adalah diseminasi informasi kesehatan.

Responden yang mempunyai pekerjaan lain tidak pernah

melaksanakan evaluasi mutu pelayanan (0%) sedangkan responden yang tidak

mempunyai pekerjaan lain sudah melakukan standar pelayanan namun

persentasenya masih dibawah 50%. Hasil pelaksanaan standar pelayanan

kefarmasian berdasarkan adanya pekerjaan lain dari responden dapat dilihat

pada gambar 26 berikut ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

PEKERJAAN LAIN

0,00%

50,00%

100,00%

ya (n=2) tidak (n=5) ya (n=2) tidak (n=5) ya (n=2) tidak (n=5)

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

pengambilan keputusan di apotek

konsultasi dengan dokter

keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat

informasi yg diberikan pada pasien

papan petunjuk apotek

penempatan produk yg terpisah

ruang tunggu

tempat display informasi

ruang konseling tertutup

ruang racikan

keranjang sampah

perencanaan

pengadaan

penyimpanan

informasi pada w adah baru

pencatatan&pengarsipan pembelian

penyertaan bukti/faktur penjualan

pencatatan penjualan

pencatatan narkotika&psikotropika

pengarsipan resep

pengisian medication record

persyaratan administratif

kesesuaian farmasetik

pertimbangan klinis

etiket jelas&dapat dibaca

pengecekan resep sebelum diserahkan

jam konseling setiap hari

konseling secara berkelanjutan

diseminasi informasi kesehatan

tindak lanjut terapi

survey tingkat kepuasan konsumen

w aktu pelayanan per pasien

prosedur tetap Gambar 26. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Adanya

Pekerjaan Lain Responden

85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

86

4. Waktu kerja responden di apotek dalam seminggu

Pelaksanaan standar kefarmasian berdasarkan waktu kerja dalam satu

minggu, waktu kerja enam sampai tujuh hari pada parameter pengelolaan

sumber daya dilaksanakan lebih baik daripada waktu kerja tiga sampai

dengan lima hari. Sedangkan pada parameter pelayanan dan evaluasi mutu

pelayanan waktu kerja tiga sampai lima hari dilaksakan lebih baik daripada

waktu kerja enam sampai tujuh hari. Hal ini dikarenakan waktu kerja enam

sampai tujuh hari dalam satu minggu, responden dapat melihat perkembangan

apoteknya setiap saat sehingga perubahan sedikitpun dapat diamati. Namun

demikian, dalam waktu tersebut responden mempunyai keterbatasan sebagai

seorang manusia yang membutuhkan istirahat. Dengan adanya istirahat dan

juga penenangan diri, responden dapat bekerja dengan lebih segar dalam

pelayanan dan mutunya. Sehingga dalam hal ini, apoteker dituntut untuk

bekerja professional dalam mengembangkan pelayananan kefarmasian.

Rata – rata hasil pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian

berdasarkan waktu kerja dalam satu minggu dapat dilihat pada gambar 27.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

87

WAKTU KERJA DALAM SATU MINGGU

45,8%

73,8% 74,0%

52,8%

33,3%25,0%

0,00%

50,00%

100,00%

3 sd 5 hari(n=3)

6 sd 7 hari(n=4)

3 sd 5 hari(n=3)

6 sd 7 hari(n=4)

3 sd 5 hari(n=3)

6 sd 7 hari(n=4)

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

Gambar 27. Rata – Rata Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefamasian di Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Waktu Kerja Responden Dalam Satu Minggu

Semua responden belum melaksanakan parameter pengelolaan

sumber daya pada bagian keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat,

penempatan produk yang terpisah, dan ruang konseling tertutup. Responden

dengan waktu kerja tiga sampai lima hari juga belum melaksanakan

pemberian informasi pada wadah baru, pencatatan penjualan dan pengisian

medication record.

Responden dengan waktu kerja tiga sampai lima hari belum

melaksanakan tindak lanjut terapi, sedangkan responden ynag bekerja enam

sampai tujuh hari belum melaksanakan konseling secara berkelanjutan,

diseminasi obat dan tindak lanjut terapi pada parameter pelayanan.

Semua responden telah melksanakan evaluasi mutu pelayanan

walaupun persentasenya masih dibawah lima puluh persen. Hasil pelaksanaan

standar pelayanan kefarmasian berdasarkan waktu kerja dalam satu minggu

dapat dilihat pada gambar 28 berikut ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

WAKTU KERJA DALAM SATU MINGGU

0%

50%

100%

3 sd 5 hari(n=3)

6 sd 7 hari(n=4)

3 sd 5 hari(n=3)

6 sd 7 hari(n=4)

3 sd 5 hari(n=3)

6 sd 7 hari(n=4)

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

pengambilan keputusan di apotek

konsultasi dengan dokter

keterlibatan apoteker dalampenyerahan obat informasi yg diberikan pada pasien

papan petunjuk apotek

penempatan produk yg terpisah

ruang tunggu

tempat display informasi

ruang konseling tertutup

ruang racikan

keranjang sampah

perencanaan

pengadaan

penyimpanan

informasi pada w adah baru

pencatatan&pengarsipan pembelian

penyertaan bukti/faktur penjualan

pencatatan penjualan

pencatatan narkotika&psikotropika

pengarsipan resep

pengisian medication record

persyaratan administratif

kesesuaian farmasetik

pertimbangan klinis

etiket jelas&dapat dibaca

pengecekan resep sebelumdiserahkan jam konseling setiap hari

konseling secara berkelanjutan

diseminasi informasi kesehatan

tindak lanjut terapi

survey tingkat kepuasan konsumen

w aktu pelayanan per pasien

prosedur tetap

Gambar 28. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Waktu

Kerja Responden Dalam Satu Minggu

88

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

89

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Apoteker di apotek-apotek di Kabupaten Kulon Progo belum melaksanakan

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 secara menyeluruh.

2. Parameter dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 yang telah terlaksana dengan baik, cukup dan

kurang secara berurutan adalah parameter pelayanan (72%), pengelolaan

sumber daya (57%) dan evaluasi mutu dan pelayanan (24%).

3. Karakteristik responden memberikan hasil yang berbeda (persentase

pelaksanaan >50%) pada parameter pengelolaan sumber daya dan pelayanan

standar pelayanan kefarmasian di apotek - apotek Kabupaten Kulon Progo,

sedangkan parameter evaluasi mutu pelayanan pada semua karakteristik

responden memberikan persentase hasil kurang dari 50%.

4. Standar pelayanan kefarmasian yang sudah terlaksana (100%) adalah

pemberian informasi kepada pasien, papan petunjuk apotek, keranjang

sampah, pencatatan dan pengarsipan pembelian, penyertaan bukti / faktur

penjualan, pencatatan narkotika dan psikotropika, pengarsipan resep, skrining

resep, dan pengecekan resep; sedangkan standar yang belum terlaksana (0%)

adalah keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat, penempatan produk

terpisah, dan ruang konseling tertutup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

90

B. Saran

1. Dalam rangka menindak lanjuti hasil penelitian ini, diharapkan adanya respon

positif dari pihak Departemen Kesehatan, ISFI dan Dinas Kesehatan

Kabupaten Kulon Progo untuk mensosialisasikan pelaksanaan Kepmenkes RI

Nomor 1027/MENKES/IX/2004 dengan mengadakan pelatihan, bimbingan,

penyuluhan dan seminar sehingga apoteker di apotek – apotek Kabupaten

Kulon Progo mendapatkan persepsi dan pemahaman yang sama.

2. Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Balai Besar Pengawasan Obat dan

Makanan dan atau ISFI ,sebagai organisasi profesi, melakukan pembinaan dan

pengawasan pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/IX/2004.

3. Perguruan Tinggi hendaknya memberikan pengetahuan dasar kepada calon

apoteker untuk mempersiapkan pelayanan kefarmasian, antara lain home care

dan medication record.

4. Perlu peningkatan kesadaran Apoteker di apotek-apotek Kabupaten Kulon

Progo akan pentingnya pemahaman dan pelaksanaan perundang-undangan

terutama Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, ruang konseling, evaluasi

mutu pelayanan dan keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat.

5. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan responden pengguna jasa apotek

(pasien) dan atau karyawan apotek (kasir, asisten apoteker) untuk

mendapatkan hasil penelitian yang lebih objektif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

91

DAFTAR PUSTAKA

Adi, R., 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, 79-82, Granit, Jakarta

Anief, M., 1995, Manajemen Farmasi, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta

Anonim, 1962, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1962 Tentang Lafal Sumpah/Janji Apoteker, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1965, Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotek, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1980, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotek, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1981a, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 278/MENKES/SK/V/1981 Tentang Persyaratan Apotik, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1981b, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 280/MENKES/SK/V/1981 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotik, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1981c, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26/MENKES/ PER/I/1981, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cetakan kedua, Balai Pustaka, Jakarta

Anonim, 1992, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1993a, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 918/MENKES/PER/X/1993 Tentang Pedagang Besar Farmasi, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1993b, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tatacara Pemberian Izin Apotek, Depkes RI, Jakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

92

Anonim, 1995, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 184/MENKES/PER/II/1995 Tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti da Izin Kerja Apoteker, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1996, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1997a, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1997b, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1999, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 2002, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Ketentuan dan Tatacara Pemberian Izin Apotek, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 2003, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 2004a, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 2004b, Standar Kompetensi Farmasis Indonesia, Badan Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta

Anonim, 2006, Pokok-pokok Pikiran DPRD Provinsi DIY Dalam Rangka Penyusunan Arah & Kebijakan Umum APBD Provinsi DIY Tahun 2006

http://www.dprd-diy.go.id/index.cfm?x=artikel, diakses tanggal 13 Desember 2007

Azwar, S., 1999, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Azwar, S., 2003, Reliabilitas dan Validitas, 4-8, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Budiharjo, 1981, Kode Etik Kefarmasian, Pembinaan Profesi Apoteker Pengelola Apotek, Jilid B, 4-5, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Pelaksanaan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

93

Hadi, S., 2004, Metodologi Research untuk Penulisan Laporan, Skripsi, Thesis

dan Desertasi, Penerbit Andi, Yogyakarta

Harding, 1993, Sociology for Pharmacists; an Introduction, The Macmillan, London

Hartini, Y.S. dan Sulasmono, 2006, Apotek : Ulasan Beserta Naskah Peraturan Perundang-Undangan Terkait Apotek, Penerbit Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

ISFI, 2001, Draft Hasil Rapat Kerja Nasional I, Badan Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Semarang

Isdaryadi, F.W., 2005, Bisnis Berwawasan Etika, Ombudsman, No.II, 10-11

Kontour, R., 2003, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, 105, PPM, Yogyakarta

Mardalis, 2006, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, 24-69, Bumi Aksara, Jakarta.

Nawawi, H., 1998, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Pratiknya, A.W., 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, 67-68, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Sadli, S., 1991, Di Atas 40 tahun, Kondisi Problematik Pria Wanita, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

Salim, P. dan Salim, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Edisi

III, Modern English Press, Jakarta

Sirait, M., 2001, Tiga Dimensi Farmasi: Ilmu-Teknologi, Pelayanan Kesehatan dan Potensi Ekonomi, Institut Darma Mahardika, Jakarta

Sevilla, C.G., 1993, Pengantar Metode Penelitian, diterjemahkan oleh Alimuddin Tuwu, edisi pertama, 160-163, UI-Press, Jakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

94

Soedarsono, A.K., Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Berdasarkan Kepmenkes RI nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 di Kabupaten Sleman, Skripsi, Fakultas Farmasi USD, Yogyakarta

Sukmajati, M.A., Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Berdasarkan Kepmenkes RI nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 di Kota Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi USD, Yogyakarta

Trisna, Y., 2007, Mencegah Medication Error, Makalah Seminar Patient Safety and Drug Information, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

95

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengantar Kuesioner Penelitian

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Kepada Yth

Apoteker Pengelola Apotek

Kabupaten Kulon Progo

Dengan hormat,

Dalam rangka menyelesaikan jenjang studi S-1, saya bermaksud

mengadakan penelitian dengan judul “Kajian Pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 di Kabupaten Kulon Progo”.

Sehubungan dengan hal itu, saya mohon kerelaan Bapak/Ibu untuk

menjawab pertanyaan berikut dengan lengkap dan sesuai dengan kondisi

yang sebenarnya. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga

kerahasiannya demi kepentingan ilmiah.

Atas bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Ignasius Totok Tri Prasetyo

NIM: 038114025

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

96

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK BERDASARKAN KEPMENKES RI NOMOR 1027/MENKES/SK/IX/2004

DI KABUPATEN SLEMAN

I. Data Responden Petunjuk Pengisian : Lingkarilah jawaban yang benar

No Pertanyaan Jawaban

1. Berapakah umur Anda? a. 21-35 tahun

b. 36-50 tahun

c. >50 tahun

2. Apakah posisi Anda di apotek ? a. APA

b. Apoteker Pendamping

c. Apoteker Pengganti

3. Berapa lama pengalaman Anda bekerja sebagai

Apoteker di apotek yang sekarang?

a. <1 tahun

b. 1-5 tahun

c. 6-10 tahun

d. >10 tahun

4. Apakah Anda memiliki pekerjaan yang lain? a. Ya

b. Tidak

5. Berapa hari rata-rata Anda bekerja di apotek

dalam seminggu?

a. <3 hari

b. 3-5 hari

c. 6-7 hari

6. Berapa lama rata-rata Anda bekerja di apotek

dalam satu hari?

a. <4 jam

b. 4-6 jam

c. >6 jam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

97

II. Kuesioner Tentang Pengelolaan Sumber Daya

Petunjuk Pengisian: Berilah tanda ╳ pada jawaban yang sesuai

No Pertanyaan YA TIDAK

1 Apakah pada halaman depan apotek Anda terdapat

papan yang tertulis kata apotek?

2 Apakah apotek Anda memiliki ruang tunggu bagi

pasien?

a. Apakah di apotek Anda tersedia informasi berupa

brosur, leaflet atau poster mengenai kesehatan

(misalnya obat-obat baru)?

3 b. Jika ya, apakah ada tempat khusus untuk

mendisplay informasi tersebut (misalnya

penempatan brosur dalam suatu wadah)?

4 Apakah apotek Anda memiliki ruangan tertutup untuk

konseling bagi pasien?

Apakah apotek Anda memiliki :

a. ruang racikan kering? 5

b. ruang racikan basah?

6 Apakah apotek Anda memiliki keranjang sampah yang

tersedia untuk staf?

7 Apakah apotek Anda memiliki keranjang sampah yang

tersedia untuk pasien?

Apakah dalam perencanaan pengadaan sediaan

farmasi Anda memperhatikan :

a. pola penyakit?

b. kemampuan masyarakat?

8

c. budaya masyarakat?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

98

1. Dari manakah Anda memperoleh obat-obatan?

a. PBF

b. Pabrik farmasi

c. Apotek lain

d. Toko obat

e. Swalayan

2. Apakah setiap obat yang dipesan/dibeli, selalu

disertai bukti/faktur pembelian?

9

3. Apakah setiap obat yang dipesan/dibeli, selalu

dicatat dalam buku penerimaan?

10

Adakah tempat penyimpanan khusus (misalnya lemari

pendingin atau tempat penyimpanan narkotika dan

psikotropika) untuk obat tertentu (misalnya serum,

vaksin)?

1. Apakah apotek Anda pernah memindahkan isi obat

dari wadah asli ke wadah lain?

2. Jika ya, apakah informasi di bawah ini Anda sertakan

pada wadah baru tersebut?

a.Produsen (pabrik)

b.Nomor batch

c.Tanggal kadaluarsa

d.Aturan pakai

11

e.Cara penyimpanan

12

Apakah pelayanan produk kefarmasian (misalnya

obat, kosmetik, makanan) diberikan pada tempat yang

terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan

produk lainnya (misalnya pembalut wanita, alat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

99

kontrasepsi, popok bayi)?

13 Apakah setiap penjualan selalu dilengkapi dengan

faktur atau nota penjualan?

14 Apakah setiap penjualan selalu dicatat dalam buku

penjualan?

15

Apakah setiap pengeluaran narkotika dan psikotropika

selalu dicatat dalam buku pencatatan narkotika dan

psikotropika?

16 Apakah setiap resep selalu disimpan menurut urutan

tanggal dan nomor urut resep?

17 Apakah Anda selalu melakukan medication record?

III. Kuesioner Tentang Pelayanan

Petunjuk Pengisian: Berilah tanda ╳ pada jawaban yang sesuai

No Pertanyaan YA TIDAK

Apakah Anda selalu melakukan skrining resep, meliputi :

1. PERSYARATAN ADMINISTRATIF

2. KESESUAIAN FARMASETIK :

a. Bentuk sediaan

b. Dosis

c. Potensi

d. Stabilitas

e. Inkompatibilitas

f. Cara pemberian

g. Lama pemberian

3. PERTIMBANGAN KLINIS :

18

a. Alergi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

100

b. Efek samping

c. Interaksi

e. Durasi

f. Jumlah obat

19

Apakah Anda selalu melakukan konsultasi dengan

dokter penulis resep apabila ada ketidakjelasan dalam

penulisan resep?

20

Apakah anda selalu melakukan pengecekan

kesesuaian antara obat dan etiket terhadap resep

sebelum diserahkan kepada pasien?

21 Apakah apoteker selalu terlibat langsung dalam

penyerahan obat kepada pasien?

Apakah Anda selalu memberikan infomasi mengenai:

a. Cara pemakaian obat

b. Cara penyimpanan obat

c. Jangka waktu pengobatan

d. Makanan dan minuman yang harus dihindari

22

e. Aktivitas yang harus dihindari

23 Apakah pernah terjadi keluhan dari pasien mengenai

etiket (tidak jelas/sulit dibaca)?

24

Apakah keputusan yang diambil di apotek (mencakup

perencanaan, pegadaan dan penyimpanan sediaan

farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya) selalu

berdasarkan persetujuan APA ?

25 Apakah Anda menyediakan jam konseling setiap hari

bagi pasien?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

101

26

Apakah Anda juga menyediakan jam konseling secara

berkelanjutan, terutama untuk penderita penyakit

tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC,

asthma, dan penyakit kronis lainnya?

27

Apakah Anda melakukan tindak lanjut terapi (misalnya

melalui komunikasi telepon dengan pasien atau

mengunjungi pasien)?

28

Apakah Anda pernah melakukan diseminasi

(penyebaran) informasi kesehatan (misalnya

penyebaran brosur dan poster, melakukan

penyuluhan)?

IV. Kuesioner Tentang Evaluasi Mutu Pelayanan

Petunjuk Pengisian: Berilah tanda ╳ pada jawaban yang sesuai

No Pertanyaan YA TIDAK

29 1. Apakah pernah dilakukan survey mengenai tingkat

kepuasan konsumen?

2. Jika ya, apakah survey tersebut berupa:

a.Angket

b.Wawancara

30 Apakah Anda menetapkan lama pelayanan (waktu

pelayanan maksimal per pasien)?

31 Apakah ada prosedur yang tertulis dan tetap dalam

pelayanan pasien?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

102

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

Lampiran 4 Tabulasi DataDATA RESPONDEN

apotikumur (thn) lama bekerja (thn) posisi pekerjaan

lainkerja dlm 1 minggu

(hari)kerja dlm 1 hari

(jam)

21-35 36-50 > 50 <1 1~5 6~10 > 10 APA Pend Pengg ya tdk < 3 3~5 6~7 <4 4~6 > 6

nanggulan farma √ √ √ √ √ √

enggal saras √ √ √ √ √ √

tri farma √ √ √ √ √ √

rachmat √ √ √ √ √ √

pengasih √ √ √ √ √ √

hidayat √ √ √ √ √ √

asy-syfa √ √ √ √ √ √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

DATA QUISIONERNo. urut

Quision

Nama Apotik jml

"ya" persenNanggulan Enggal Tri Farma Rachmat Pengasih Hidayat Asy-Syfa

ya tdk ya tdk ya tdk ya tdk ya tdk ya tdk ya tdk t1 √ √ √ √ √ √ √ 7 100%2 √ √ √ √ √ √ √ 4 57%3 a √ √ √ √ √ √ √ 7 100%

b √ √ √ √ √ √ √ 6 86%4 √ √ √ √ √ √ √ 0 0%5 a √ √ √ √ √ √ √ 6 86%

b √ √ √ √ √ √ √ 3 43%6 √ √ √ √ √ √ 6 86%7 √ √ √ √ √ √ √ 3 43%8 a √ √ √ √ √ √ √ 5 71%

b √ √ √ √ √ √ √ 7 100%c √ √ √ √ √ √ √ 7 100%

9 1a √ √ √ √ √ √ √ 6 86%1b √ √ √ √ √ √ √ 3 43%1c √ √ √ √ √ √ √ 7 100%1d √ √ √ √ √ √ √ 5 71%1e √ √ √ √ √ √ √ 0 0%2 √ √ √ √ √ √ √ 6 86%3 √ √ √ √ √ √ √ 7 100%

10 √ √ √ √ √ √ √ 7 100%11 1 √ √ √ √ √ √ √ 7 100%

2 √ √ √ √ √ √ √ 4 57%3a √ √ √ √ √ √ √ 0 0%3b √ √ √ √ √ √ √ 1 14%3c √ √ √ √ √ √ √ 2 29%3d √ √ √ √ √ √ √ 2 29%3e √ √ √ √ √ √ √ 0 0%

12 √ √ √ √ √ √ √ 0 0%13 √ √ √ √ √ √ √ 4 57%14 √ √ √ √ √ √ √ 7 100%15 √ √ √ √ √ √ √ 7 100%16 √ √ √ √ √ √ √ 7 100%17 √ √ √ √ √ √ √ 2 29%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

BAB II18 1 √ √ √ √ √ √ √ 7 100%

2a √ √ √ √ √ √ √ 7 100%2b √ √ √ √ √ √ √ 7 100%2c √ √ √ √ √ √ √ 7 100%2d √ √ √ √ √ √ √ 7 100%2e √ √ √ √ √ √ √ 7 100%2f √ √ √ √ √ √ √ 7 100%2g √ √ √ √ √ √ √ 7 100%3a √ √ √ √ √ √ √ 7 100%3b √ √ √ √ √ √ √ 7 100%3c √ √ √ √ √ √ √ 7 100%3d √ √ √ √ √ √ √ 7 100%3e √ √ √ √ √ √ √ 7 100%3f √ √ √ √ √ √ √ 7 100%

19 √ √ √ √ √ √ √ 6 86%20 √ √ √ √ √ √ √ 7 100%21 √ √ √ √ √ √ √ 0 0%22 a √ √ √ √ √ √ √ 7 100%

b √ √ √ √ √ √ √ 7 100%c √ √ √ √ √ √ √ 7 100%d √ √ √ √ √ √ √ 3 43%e √ √ √ √ √ √ √ 4 57%

23 √ √ √ √ √ √ √ 2 29%24 √ √ √ √ √ √ √ 5 71%25 √ √ √ √ √ √ √ 6 86%26 √ √ √ √ √ √ √ 3 43%27 √ √ √ √ √ √ √ 3 43%28 √ √ √ √ √ √ √ 2 29%

BAB III29 √ √ √ √ √ √ √ 2 29%

a √ √ √ √ √ √ √ 0 0%b √ √ √ √ √ √ √ 2 29%

30 √ √ √ √ √ √ √ 1 14%31 √ √ √ √ √ √ √ 2 29%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

106

Lampiran 5. Sumpah/Janji Apoteker

Lafal Sumpah/Janji Apoteker berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun

1962 pasal 1 :

(1) Sebelum seorang apoteker melakukan jabatannya, maka ia harus

mengucapkan sumpah menurut cara agama yang dipeluknya, atau

mengucapkan janji. Ucapan sumpah dimulai dengan, kata-kata “Demi Allah”

bagi mereka yang beragama Islam, dan sumpah untuk agama lain, pemakaian

kata-kata “Demi Allah”…..disesuaikan dengan kebiasaan agama masing-

masing.

(2) Sumpah/Janji itu berbunyi sebagai berikut :

1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan,

terutama dalam bidang kesehatan;

2. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan

saya dan keilmuan saya sebagai apoteker;

3. Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan

kefarmasian saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum

perikemanusiaan;

4. Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan

martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian;

5. Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar dengan sungguh-

sungguh supaya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan,

kesukuan, politik kepartaian atau kedudukan sosial;

6. Saya ikrarkan sumpah/janji ini dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh

keinsyafan.

(Anonim, 1962)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

107

Lampiran 6. Kode Etik Apoteker Indonesia

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA

Mukadimah

Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa.

Apoteker di dalam pengabdiannya kepada nusa dan bangsa serta di dalam mengamalkan keahliannya selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker.

Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan moral yaitu :

BAB I

Kewajiban Umum

Pasal 1 : sumpah/janji Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Apoteker.

Pasal 2 Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.

Pasal 3 Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.

Pasal 4 Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

Pasal 5 Didalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.

Pasal 6 Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.

Pasal 7 Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.

Pasal 8 Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi khususnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

108

BAB II

Kewajiban Apoteker Terhadap Penderita

Pasal 9 Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarkat dan menghormati hak azasi penderita dan melindungi mahluk hidup insani.

BAB III Kewajiban Apoteker Terhadap Teman Sejawat

Pasal 10 Setiap Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 11 Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik.

Pasal 12 Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.

BAB IV Kewajiban Apoteker Terhadap Teman Sejawat Petugas Kesehatan

Lainnya

Pasal 13 Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan.

Pasal 14 Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lainnya.

BAB V Penutup Pasal 15

Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasian sehari-hari. Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya (ISFI) dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

109

Lampiran 7. Contoh Alur Pelayanan Resep

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

Lampiran 8. Hasil Wawancara

TOPIK NANGGULAN FARMA

ENGGAL SARAS TRI FARMA RACHMAT PENGASIH HIDAYAT ASY-SYFA

1. Pengertian - perbedaan konseling dan konsultasi

Konseling : komunikasi dua arah Konsultasi : komunikasi satu arah

Tidak ada bedanya, yaitu pasien tanya; apoteker jawab

Tidak ada bedanya, yaitu komunikasi

Tidak ada bedanya; komunikasi

Tidak ada bedanya; komunikasi

Konseling : komunikasi. Konsultasi : tanya jawab.

Tidak ada bedanya; komunikasi dan tanya jawab

2. Ada – tidaknya ruang konseling dan alasan

Tidak ada; ruang terbatas

Tidak ada; ruang terbatas

Awalnya ada, sekarang tidak karena tidak ada yang konseling.

Ada, merangkap ruang kerja pribadi apoteker.

Tidak ada; ruang terbatas.

Tidak ada; konseling cukup diatas etalase

Tidak ada; ruang terbatas.

3. Pengertian medication record

Catatan riwayat penyakit pasien

Catatan pasien Riwayat sakit pasien

Catatan riwayat sakit pasien

Catatan pasien Catatan riwayat sakit pasien

Riwayat sakit pasien

4. Pelaksanaan medication record dan alasan

Tidak; karena SDM terbatas

Tidak; SDM dan SDA terbatas

Pasien langganan saja.

Tidak, pasien banyak, tenaga sedikit.

Tidak; SDM terbatas

Tidak; SDM terbatas

Pasien yang sering datang saja.

110

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi

111

BIOGRAFI PENULIS

Ignasius Totok Tri Prasetyo, lahir di Kendal pada 9 Mei

1984. Penulis merupakan anak ketiga dari pasangan

Agustinus Ngaderi dan Christiana Musinem. Pendidikan

yang pernah ditempuh oleh penulis adalah SDN I

Banyuringin Kendal, SLTP Pangudi Luhur Moyudan

Sleman, SMU Seminari Menengah Mertoyudan

kemudian pindah ke SMU Pangudi Luhur Sedayu

Bantul, dan melanjutkan ke Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI