Top Banner
KONSEP STRES 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu tentunya pernah mengalami stress. Walaupun stress terlihat sebagai suatu hal yang negatif, tapi sebenarnya stress juga bisa menjadi hal yang positif. Hal ini bergantung dari jenis stressnya. Beberapa orang mengalami stres yang berat yang mungkin menguras tenaga dan membuat fisik seseorang tersebut lemah sehingga orang tersebut mudah jatuh sakit. Apabila kondisi sudah sangat ekstrem maka mungkin seseorang terseut bisa mengalami sakit jiwa. Tapi beberapa orang juga mampu menghadapi stresor yang dihadapinya dan meningkatkan performanya. Dapat dilihat, bahwa stress memiliki efek yang berbeda kepada setiap individu. Oleh karena itu konsep stress penting untuk dipahami secara mendalam sehingga stress yang terjadi tidak akan merugikan individu tersebut. B. Tujuan Penulisan a. Menjelaskan definisi stress b. Menjelaskan sumber stress c. Menjelaskan jenis stress
34

Fix Konsep Stres

Aug 12, 2015

Download

Documents

Chaocha Itu Oka

jiwa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu tentunya pernah mengalami stress. Walaupun stress

terlihat sebagai suatu hal yang negatif, tapi sebenarnya stress juga bisa

menjadi hal yang positif. Hal ini bergantung dari jenis stressnya. Beberapa

orang mengalami stres yang berat yang mungkin menguras tenaga dan

membuat fisik seseorang tersebut lemah sehingga orang tersebut mudah jatuh

sakit. Apabila kondisi sudah sangat ekstrem maka mungkin seseorang terseut

bisa mengalami sakit jiwa. Tapi beberapa orang juga mampu menghadapi

stresor yang dihadapinya dan meningkatkan performanya. Dapat dilihat,

bahwa stress memiliki efek yang berbeda kepada setiap individu. Oleh karena

itu konsep stress penting untuk dipahami secara mendalam sehingga stress

yang terjadi tidak akan merugikan individu tersebut.

B. Tujuan Penulisan

a. Menjelaskan definisi stress

b. Menjelaskan sumber stress

c. Menjelaskan jenis stress

d. Menjelaskan anatomi dan fisiologi respon tubuh terhadap stress

e. Menjelaskan indikator stress

C. Rumusan Masalah

a. Apa saja definisi stress?

b. Apa saja yang bisa menjadi sumber stress?

c. Apa saja jenis stress?

d. Bagaimana anatomi dan fisiologi respon tubuh terhadap stress?

e. Bagaimana indikator stress?

Page 2: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 2

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode

kajian pustaka yaitu metode dengan menggunakan literatur seperti buku.

Buku tersebut digunakan sebagai sumber ide untuk menggali sebuah

pemikiran maupun gagasan baru yang akan dituangkan dalam setiap bab pada

makalah. Selain buku penulis juga menggunakan referensi yang berasal dari

internet yang menyediakan website terpercaya sebagai sumber sebagai

sumber pengetahuan terbaru, sehingga dapat melengkapi dan membangun

kerangka teori baru yang dapat dikembangkan.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisannya, makalah ini dibagi ke dalam empat bab. Bab I

pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, rumusan masalah, metode

penulisan dan sistematika penulisan. Kemudian Bab II tinjauan pustaka yang

menjelaskan mengenai konsep stress.. Kemudian Bab IV penutup yang

meliputi kesimpulan dan saran.

Page 3: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Stress

1. Soeharto Heerdjan (1987) berpendapat stress adalah suatu keadaan yang

mendesak atau mencekam yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri

seseorang.

2. Maramis (1999) berpendapat stress adalah segala maasalah atau tuntutan

penyesuaian diri terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan,

ketegangan emosi dan lain – lain.

3. Vincent Cornelli berpendapat bahwa stress adalah gangguan pada tubuh

dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang

dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu.

4. Chapplin (1999) berpendapat stres juga adalah suatu keadaan

tertekan, baik secara fisik maupun psikologis

5. Lazarus & Folkman (1986) berpendapat stres adalah keadaan

internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau

kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan,

tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk

mengatasinya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa stress adalah tekanan yang terjadi pada

diri individu karena adanya perubahan eksternal maupun internal yang

menjadi sebuah ancaman dan mengganggu ketenangan individu.

B. Sumber Stress

Sumber stress atau sesuatu yang dapat menyebabkan stress disebut

sebagai stresor. Berdasarkan penyebabnya, stresor dibagi menjadi 3 jenis yaitu

fisik, psikologis, dan sosial. Stressor fisik merupakan stresor eksternal, berasal

dari luar diri individu seperti kebisingan suara, polusi udara, zat kimia, dan

Page 4: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 4

lain – lain. Sedangkan stresor psikologis merupakan stres yang berasal dari

dalam diri individu, seperti frustasi, rasa bersalah dan kecemasan yang

berlebihan, rasa rendah diri, cemburu, dan lain – lain. Kemudian stresor sosial

merupakan jenis stres yang disebabkan karena adanya tekanan dari luar yang

disebabkan oleh interaksi individu dan lingkungannya, contohnya adalah

kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, masalah keuangan dan

lain – lain.

C. Anatomi dan Fisiologi Stres

Sebuah persepsi awam sering menyamakan stres dengan sakit gila,

padahal keduanya itu berbeda. Normalnya, stres diperlukan oleh tubuh karena

dapat memberikan stimulus terhadap pertumbuhan dan perubahan. Dalam hal

tersebut, stres bersifat positif. Namun, stres juga dapat bersifat negatif jika

terlalu lama dan banyak. Biasanya hal tersebut berpengaruh pada penyakit

fisik dan ketidakmampuan koping. Jika sudah seperti itu, pola pikir seseorang

terhadap masalah, pola hubungan dengan orang lain, pandangan terhadap

hidup, bahkan status kesehatan dapat terganggu.

Stres muncul dan terlihat dari luar fisik manusia sebagai suatu

perubahan akibat adanya sebuah stimulus, yaitu stresor. “Stres adalah segala

situasi di mana tuntutan non spesifik mengharuskan seorang individu untuk

berespon atau melakukan tindakan.” (Selye, 1976 dalam Potter & Perry,

2005). Perubahan yang tampak dari luar tersebut mengindikasi adanya suatu

mekanisme yang berbeda pula dari dalam diri seseorang ketika terjadi stres.

Hal tersebut berkaitan dengan adaptasi fisiologis

yang selalu mempertahankan homeostatis tubuh.

Oleh sebab itu, akan dibahas lebih lanjut

mengenai anatomi dan fisiologi respon stres pada

manusia.

Mekanisme fisiologis akan memantau

organ tubuh dan mengontrol fungsi tubuh. Ketika

stres, sebagian besar mekanisme tersebut

dikontrol oleh sistem saraf dan endokrin.

Page 5: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 5

Penyesuaian pada frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, suhu tubuh,

tekanan darah, sekresi hormon, keseimbangan cairan, maupun tingkat

kesadaran pun dilakukan. “Ketiga dari mekanisme utama yang digunakan

dalam mengadaptasi stresor dikontrol oleh madula oblongata, formasi

retikular, dan kelenjar hipofisis.” (Potter&Perry, 2005:477).

1. Medula oblongata

Organ ini mengontrol fungsi vital tubuh, seperti frekuensi jantung,

frekuensi pernapasan, dan tekanan darah.

2. Formasi retikular

Formasi ini merupakan kelompok kecil neuron dalam batang otak

dan medula spinalis. Formasi retikular ini juga mengontrol fungsi vital dan

memantau status fisiologis tubuh dengan tersambung pada traktus sensorik

dan motorik.

Page 6: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 6

3. Kelenjar hipofisis

Kelenjar ini melekat pada hipotalamus. Hormon-hormon yang

mengontrol fungsi vital tubuh dan digunakan untuk beradaptasi terhadap

stres diproduksi di kelenjar ini.

Ketika stres terjadi, hipotalamus akan menerima rangsang stres dari

korteks serebral. Hipotalamus membuat medula adrenal simpatik merespon

stres dengan menskresi CRH (Corticotrophin Releasing Hormone). CRH

menstmulasi sel di hipofisis anterior untuk mensekresi ACTH

(Adrenocorticotropic Hormone). ACTH menstimulasi sekresi kortisol dari

korteks adrenal bersamaan dan sekresi ephinephrine dari medula adrenal.

Kortisol akan meningkatkan glukosa, asam amino, dan asam lemak dalam

darah untuk mengatasi stres. Sedangkan ephinephrine akan mengefektifkan

stimulasi saraf simpatis selama merespon stres.

Mekanisme respons stress secara lengkap sebagai berikut:

Stress fisik atau emosional mengaktivasi amygdala yang merupakan

bagian dari sistem limbik yang berhubungan dengan komponen emosional

dari otak. Respon emosional yang timbul ditahan oleh input dari pusat yang

lebih tinggi di forebrain. Respon neurologis dari amygdala ditransmisikan

dan menstimulasi respon hormonal dari hipotalamus. Hipotalamus akan

melepaskan hormon CRF (corticotropin- releasing factor) yang

menstimulasi hipofisis untuk melepaskan hormon lain yaitu ACTH

(adrenocorticotropic hormone) ke dalam darah. ACTH sebagai gantinya

Page 7: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 7

menstimulasi kelenjar adrenal, suatu kelenjar kecil yang berada di atas

ginjal.

Kelenjar adrenal berisi dua daerah yang berbeda, bagian dalam atau

medulla yang mensekresi adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin

(norepinefrin) dan lapisan luar atau korteks yang mensekresi kortikosteroid

mineral (aldosteron) dan glukokortikoid (kortisol). Secara simultan,

hipotalamus bekerja secara langsung pada sistem otonom untuk

merangsang respon yang segera terhadap stress. Sistem otonom sendiri

diperlukan dalam menjaga keseimbangan tubuh. Sistem otonom terbagi dua

yaitu sistem simpatis dan parasimpatis. Sistem simpatis bertanggung jawab

terhadap adanya stimulasi atau stress. Reaksi yang timbul berupa

peningkatan denyut jantung, napas yang cepat, penurunan aktivitas

gastrointestinal. Sementara sistem parasimpatis membuat tubuh kembali ke

keadaan istirahat melalui penurunan denyut jantung, perlambatan

pernapasan, meningkatkan aktivitas gastrointestinal. Perangsangan yang

berkelanjutan terhadap sistem simpatis menimbulkan respon stress yang

berulang-ulang dan menempatkan sistem otonom pada ketidakseimbangan.

Keseimbangan antara kedua sistem ini sangat penting bagi kesehatan tubuh.

Dengan demikian tubuh dipersiapkan untuk melawan atau reaksi

menghindar melalui satu mekanisme rangkap: satu respon saraf, jangka

pendek, dan satu respon hormonal yang bersifat lebih lama.

Seseorang yang mengalami stres juga menampilkan perubahan pada

kondisi fisiknya, beberapa dapat dicontohkan sebagai berikut:

1. perubahan warna rambut menjadi kusam, kecoklatan, memutih sebelum

waktunya, bahkan kerontokan rambut;

2. ketajaman mata terganggu;

3. timbul suara berdenging (tinitis) pada telinga;

4. kemampuan berpikir, konsentrasi, dan mengingat menurun;

5. wajah tegang, dahi berkerut, mimik serius, sukar senyum, dan kulit muka

kedutan (tic facialis);

6. mulut kering dan susah menelan;

Page 8: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 8

7. kulit panas atau dingin, keringat berlebih, gatal-gatal, timbul jerawat

berlebihan;

8. sistem pernapasan terganggu (penyempitan saluran napas, otot-otot rongga

dada kurang elastis);

9. sistem kardiovaskular terganggu (jantung berdebar-debar, pembuluh darah

melebar atau menyempit, wajah merah atau pucat);

10. sistem pencernaan terganggu (lambung kembung, mual, dan perih);

11. sistem perkemihan terganggu (frekuensi air seni bertambah);

12. sistem otot dan tulang terganggu (otot sakit, pegal, dan tegang);

13. sistem endokrin terganggu (kadar gula tinggi, menstruasi tidak teratur dan

sakit); serta

14. libido menurun atau meningkat dari biasanya.

Biasanya, manusia terkena stres berkepanjangan akibat dari

tekanan pekerjaan, ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup,

ataupun masalah social. Akan tetapi, mekanisme adaptasi fisiologis ini

hanya dapat memberikan kontrol jangka pendek. Oleh karena itu, stres

yang berkepanjangan dapat menurunkan kapasitas adaptif yang

menyebabkan stres semakin memburuk. Hal tersebut mengakibatkan

terjadinya penyimpangan dan penurunan fungsi tubuh.

D. Jenis Stres

Dinamika kehidupan seringkali membuat manusia menjadi budah

goyah dalam berpikir dan bertindak. Seringkali manusia mempunyai mimpi

atau harapan yang tidak sesuai atau jauh sekali darikenyataan seolah-olah

terdapat jurang pemisah antara mimpi atau harapan tersebut dengankenyataan,

sehingga mimpi atau harapan tersebut tidak tercapai. Contohnya adalah mimpi

atau harapan menjadi pengusaha yang kaya raya dan terkenal, namun pada

kenyataannya adalah hanya sebagai Office Boy di sebuah perusahaan. Contoh

tersebut merupakan contoh yang menunjukkan suatu harapan yang tidak

sesuai atau didasari pada kenyataan. Ketika kenyataan tersebut tidak sesuai

dengan mimpi atau harapan, maka muncullah stress.

Page 9: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 9

Seyle dalam Green (2002) menyatakan jenis stress berdasarkan sifatnya

antara lain:

1. Eustress

Eustress merupakan stress yang positif, yang mana eustress ini

merupakan bentuk stress yang memberikan efek positif kepada seseorang,

yaitu biasanya memberikan tenaga kepada seseorang tanpa disadari, dan

orang-orang menggunakan stress ini untuk keberuntungan. Contohnya adalah

seorang anak kecil yang berlatih sepeda namun mengalami kegagalan terus

menerus. Tetapi, dia melihat teman-temannya hamper semua mahir

mengendarai sepeda, akhirnya karena melihat hal itu, dia terpacu untuk bisa

mengendarai sepeda. Pada contoh tersebut, sebenarnya anak kecil tersebut

mengalami stress yaitu karena kegagalannya dalam berlatih, namun ketika itu

muncullah motivasi yang memacunya untuk terus berusaha berlatih sampai

dia benar-benar mahir mengendarai sepeda seperti teman-temannya.

2. Distress

Distress merupakan kebalikan dari Eustress yaitu stress yang bersifat

negative. Inilah stress yang dimaksudkan oleh sebagian orang ketika mereka

menggunakan kata stress. Pada distress ini, lebih mengacu pada hal-hal yang

negative, menggunakan emosi-emosi negative seperti marah, kesal, dendam,

dan sebagainya daripada menggunakan akal sehat untuk berpikir. Seseorang

yang mengalami distress, cenderung mengasihani diri sendiri, mudah lelah

dan tidak dapat berpikir dengan jernih.

3. Hyperstress

Hyperstress merupakan kondisi dimana seseorang mengalami stress

yang berlebihan, dan stress ini sangat merugikan bagi seseorang yang tidak

bisa mengendalikan stress ini. Bila jumlah stressnya masih bisa dikendalikan,

maka orang yang mengalami stress ini dapat belajar untuk menghindari

distress, bahkan jika mampu maka dapat mengubahnya menjadi eustress.

Page 10: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 10

Akan tetapi, bila jumlahnya berada pada tingkat hyperstres, maka mengurangi

stress lebih penting daripada mengelola stress.

American Psichology Association menyatakan ada tiga jenis stress, yaitu:

1. Stress akut

Stress akut disebabkan oleh sesuatu yang mengecewakan atau membuat

khawatir pada masa lalu dan membuat tekanan atau kekhawatiran di masa

depan. Contohnya, peserta lomba akan lebih bersemangat saap melihat peserta

lain. Hal ini menyebabkan mereka mengalami stress akut yang akan memicu

produksi adrenalin dan mendorong untuk menghasilkan energy lebih banyak

demi hasil akhir yang terbaik. Namun, stress ini dalam jangka pendek dan

akan menyebabkan kelelahan. Gejala akibat stress akut meliputi distress emosi

(mudah marah, depresi dan kecemasan), rasa sakit dan nyeri pada otot

(ketegangan otot, sakit kepala, punggung dan rahang), masalah pada perut dan

usus seperti konstipasi, diare, perut kembung, irritable bowel syndrome, mual

dan mulas). Situasi stress saat ini dapat mengarah pada naiknya detak jantung,

migraine, telapak tangan berkeringat dan nyeri dada.

2. Stress Akut Episodik

Stress ini disebabkan karena kekhawatiran yang terjadi secara terus

menerus dan menilai segala sesuatu dengan negative. Akhirnya yang

mengalami stress ini akan merasa tegang, cemas tanpa alasan jelas. Gejalanya

berupa sakit kepala yang menetap, migraine, hipertensi, dan jantungan.

Terkadang banyak orang dalam kondisi ini merasa hubungan interpersonal,

pekerjaan mereka dan rumah menjadi hal yang sangat menegangkan.

Seseorang dengan kondisi ini cenderung bereaksi berlebihan, mudah marah,

emosi, mudah tersingggung, dan tegang. Orang yang mengalami kondisi

seperti ini beranggapan bahwa hal ini adalah normal. Hal ini akan menjadi

kebiasaan, kepribadian, dan gaya hidup mereka padahal seharusnya mereka

segera membuat perubahan positif pada dirinya.

Page 11: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 11

3. Stress Kronis

Jenis stress ini kaan meningkat sewaktu-waktu dan dapat menghasilkan

efek jangka panjang. Sebagian besar stress kronis disebabkan oleh trauma

yang mereka temukan sulit untuk dilupakan sehingga terus mengganggu

kehidupan sehari-hari. Penyebab lain yang memicu terjadinya stress ini karena

kemiskinan, disfungsional kehidupan keluarga, hubungan yang tidak bahagia

dan perasaan tertipu. Stress kronis berasal dari perasaan putus asa dan

menyerah atau trauma dimasa kecil yang mempengaruhi sisa hidupnya. Hal

paling buruk dan stress kronin ini adalah orang menjadi terbiasa dan berpikir

bahwa perilaku itu normal. Stress kronik ini dapat melemahkan mental dan

fisik serta membutuhkan komitmen ditambah dengan kerja keras serta waktu

untuk pulih kembali. Stress ini dapat diobatidengan bantuan aktif pemeriksaan

diri dan bantuan professional.

Menurut Heyle, Rosenmeh dan Chesney dalam Sunaryo (2002) meninjau

jenis stress berdasarkan tipe kepribadian individu yaitu, Tipe A (vulnerable)

dan Tipe B (immune).

1. Tipe A

Tipe A ini merupakan tipe yang rentan/vurnerable, coro-cirinya

a. Cita-cita tinggi (ambisius)

b. Suka menyerang, bersaing

tapi tidak sehat

c. Banyak jabatan rangkap

d. Cakap memimpin dalam

berorganisasi

e. Mudah empati tetapi

mudah musuhan

f. Suka bekerja sendiri ketika

ada tantangan

g. Emosional

h. Terlalu percaya diri

i. Mudah tersinggung

j. Kurang ramah

Page 12: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 12

k. Sulit dipengaruhi

l. Berusaha kear

m. Self control kuat

n. Terlalu waspada

o. Disiplin waktu ketat

p. Kurang rileks

q. Tidak mudah bergaul

r. Sifatnya kaku

2. Tipe B

Tipe B ini merupakan tipe yang kebal/immune, cirri kepribadiannya:

a. Cita-cita yang wajar, berkompetisi secara sehat, tidak memaksakan diri,

emosi terkendali

b. Self confident wajar

c.Cara bicara tenang

d. Ada keseimbangan waktu dan istirahat

e.Tidak merasa paling benar

f. Bertindak tenang pada waktu yang tepat

g. Mudah bekerjasama dan bergaul

h. Sikap memimpin akomodatif dan manusiawi

i. Melepaskan masalah pekerjaan saat libur

j. Mampu bertahan

k. Mampu mengendalikan diri

E. Indikator Stres

Selain jenis-jenis stress, terdapat pula indicator stress yang dapat

diperhatikan ketika mengkaji seseorang yang sedang mengalami stress atau

stress yang berkepanjangan. Adapun beberapa indicator stress yang dimaksud

ialah sebagai berikut (Potter dan Perry, 2005).

Page 13: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 13

1. Indikator Fisologis

Indikator ini timbul dari berbagai system, tiap individu memiliki

indicator fisiologis berbeda-beda. Selama tahap, misalnya terdapat keluhan

fisik seperti mual, muntah, diare, sakit kepala, penampilan fisik berubah,

postur tubuh menjadi tidak tegap, gaya berpakaian dan berdandan berubah.

Hal ini menunjukkan hubungan antara stress berkepanjangan dengan penyakit

kardiovaskuler dan gastrointentinal. Beberapa kasus kanker, gangguan

imunologis juga sakit kepala (migraine), kepenatan dan mudah tersinggung

berkaitan dengan stressor berkepanjangan dan tidak terselesaikan.

2. Indikator Perkembangan

Stress berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk

menyelesaikan tugas perkembangan. Dalam bentuk yang ekstrim, stress yang

berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.

a. Bayi atau Anak Kecil

1) Jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, maka

kehidupan mereka mampu mengembangkan harga diri, rendah hati,

mengembangkan rasa percaya, beradaptasi dengan lingkungan dan

akhirnya belajar respon koping adaptif yang sehat.

2) Jika orang tua atau lingkungan menghambat anak untuk

mengembangkan rasa otonom. Anak dapat mengalami stress yang

ditandai dengan ketergantungan terhadap orang lain dan inaktif pasif

perilakunya.

b. Anak-Anak Usia Sekolah

Mereka menyadari akumulasi dari pengetahuan dan penugasan

keterampilan dapat membantu mereka mencapai tujuan dan harga diri

melalui hubungan. Pada tahap ini, adanya stress ditunjukkan dengan

ketidakmampuan atau ketidakinginan untuk berteman.

Page 14: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 14

c. Remaja

Biasanya berusaha mengembangkan rasa identitas yang kuat dan

penerimaan dikalangan teman sebaya. Tahap ini memiliki banyak stressor,

seperti konflik dorongan seksual, dan standar perilaku yang diharapkan.

Konflik yang berkepanjangan ini dikarenakan sebagai ketidaktegasan,

kebingungan, pemberontakan, depresi atau ansietas.

d. Dewasa Muda

Tahap ini mengharuskan mereka menyiapkan diri untuk karir, harus

hidup mandiri, memulai hidup untuk berkeluarga. Stressor yang berkembang

antara soal tanggungjawab pekerjaan dan keluarga. Stressor mencakup

konflik antara harapan dan realitas.

e. Usia Setengah Baya

Mampu membangun keluarga, menciptakan karir yang stabil,

merawat orang tua mereka, dapat mengontrol keinginanm stressor yang

dialami, mereka sering mengeluh karena adanya keletihan tubuh, penyakit

ringan (influenza), depresi, ketidakpuasan interaksi keluarga.

f. Usia Lanjut

Mereka harus berusaha beradaptasi terhadap perubahan dalam

keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan/teman hidup.

Usia dewasa tua, harus menyesuaikan diri terhadap perubahan penampilan

fisik dengan fungsi fisiologis. Hal ini tentu akan meneganggkan dapat

memperburuk kesehatan yang ada, ditambah lagi dengan masalah emosional

ketika dipindahkan ke panti jompo.

3. Indikator Perilaku Emosional

Kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks diantara

banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan dilakukan

dengan memeriksa gaya hidup, stressor klien, pengalaman terdahulu dengan

stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu, fungsi peran dan

Page 15: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 15

konsep diri. Indikatornya dapat dilihat dari rasa control terhadap peristiwa

kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari

tantangan sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan.

4. Indikator Intelektual

Indikator yang diamati melalui kemampuan kognitif/pengetahuan

dan keterampilan. Penilaian kognitif individu terhadap situasi juga

memungkinkan menjadi tidak akurat. Stress dapat menghambat komunikasi

antara klien dengan orang lain, sehingga terjadi peningkatan ketergantungan

dengan orang lain.

5. Indikator Sosial

Stressor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang

mempengaruhi klien dan keluarga secara keseluruhan, misalnya suku

Afrika-Amerika lebih memilih untuk mendapat dukungan social dari

anggota keluarga dibandingkan dengan bantuan professional.

6. Indikator Spiritual

Stress yang dapat menimbulkan kemarahan pada Tuhan atau

individu menganggap bahwa stressor yang muncul adalah bagian dari

hukuman. Stressor seperti penyakit akut atau kematian orang-orang

tersayang dapat mengganggu makna hidup seseorang dan menyebabkan

depresi. Hal yang terpenting dalam ndikator ini adalah terjadi perubahan

antara nilai dan keyakinan.

F. Respon Stres

Individu secara keseluruhan terlibat dalam merespons dan mengadaptasi

stress. Namun demikian, sebagian besar dari riset tentang stress berfokus pada

respons psikologis atau emosional dan fisiologis, meski dimensi ini saling

tumpang tindih dan berinteraksi dengan dimensi lain.

Page 16: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 16

1. Respon Fisiologis

Riset klasik yang dilakukan oleh Selye (1946, 1976) telah

mengidentifikasi dua respons fisiologis terhadap stress yaitu local adaptation

syndrome (LAS) dan general adaptation syndrome (GAS) (Potter & Perry,

2005). LAS adalah respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh lainnya

terhadap stres karena trauma, penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya.

Sedangkan GAS adalah respon pertahanan dari keseluruhan tubuh terhadap

stres. Berikut penjelasan lebih mendetail mengenai LAS dan GAS.

a. LAS

LAS memiliki karakter yaitu hanya terjadi setempat,

adaptif/diperlukan stresor untuk menstimulasi, berjangka pendek, serta

restoratif/membantu memulihkan homeostatis region.

Dua respons setempat, yaitu respons refleks nyeri dan respons

inflamasi merupakan bagian dari LAS.

Respons Refleks Nyeri adalah respon setempat dari sistem

saraf pusat nyeri (Potter & Perry, 2005). Respon ini bersifat adaptif

dan melindungi jaringan dari kerusakan lebih lanjut. Respon ini

melibatkan reseptor sensoris, saraf sensoris yang menjalar ke medulla

spinalis, neuron penghubung dalam medulla spinalis, saraf motorik

yang menjalar dari medulla spinalis, serta otot efektor. Contoh respon

refleks nyeri yaitu refleks tangan dari permukaan panas dan keram

otot.

Respons Inflamasi. Respons inflamasi distimulasi oleh trauma

dan infeksi dimana respon ini menghambat penyebaran inflamasi dan

meningkatkan penyembuhan dengan tanda-tanda kalor, tumor, rubor,

dan dolor. Respon inflamasi terjadi dalam tiga fase yaitu perubahan

dalam sel dan sistem sirkulasi. Pada awalnya, penyempitan pembuluh

darah terjadi pada tempat cedera untuk mengendalikan perdarahan.

Hampir secara bersamaan dilepaskan kinin untuk meningkatkan

permeabilitas kapiler sehingga memungkinkan masuknya protein,

cairan, dan leukosit ke tempat yang mengalami cedera. Pada titik ini

Page 17: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 17

aliran darah setempat menurun, menjaga leukosit di tempat cedera

untuk melawan infeksi.

Fase kedua ditandai oleh pelepasan eksudat dari luka. Eksudat

adalah kombinasi cairan, sel-sel, dan bahan lainnya yang dihasilkan di

tempat cedera. Eksudat biasanya dilepaskan di tempat cedera, yang

mungkin luka terpotong, lecet, atau insisi bedah. Fase terakhir adalah

perbaikan jaringan oleh regenerasi dan pembentukan jaringan parut.

Regenerasi menggantikan sel-sel yang rusak dengan sel-sel identis atau

sel-sel serupa. Selama adaptasi, respon inflamasi melindungi tubuh

dari infeksi dan meningkatkan penyembuhan.

b. GAS

GAS melibatkan sistem tubuh seperti sistem saraf otonom dan

sistem endokrin. GAS dikenal sebagai respon neuroendokrin. GAS

terdiri dari tiga tahap yaitu:

1) Reaksi alarm/reaksi peringatan

Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari

tubuh dan pikiran untuk menghadapi stresor. Secara fisiologi,

respon stres adalah pola reaksi saraf dan hormon yang bersifat

menyeluruh dan tidak spesifik terhadap setiap situasi apapun yang

mengancam homeostatis (Sherwood, 2001).

Terjadi peningkatan hormonal yang luas dalam reaksi ini sehingga

cenderung pada respon melawan dan menghindar, seperti curah

jantung, ambilan oksigen, dan frekuensi pernapasan meningkat,

pupil mata berdilatasi untuk menghasilkan bidang visual yang lebih

besar, dan frekuensi jantung meningkat untuk menghasilkan energi

lebih banyak. Namun, jika stresor terus menetap setelah reaksi

alarm makan individu tersebut akan masuk pada tahap resisten.

2) Tahap resisten

Dalam tahap ini tubuh kembali stabil, kadar hormon, frekuensi

jantung, tekanan darah, dan curah jantung kembali ke tingkat

normal. Individu terus berupaya untuk menghadapi stresor dan

Page 18: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 18

memperbaiki kerusakan. Akan tetapi jika stresor terus menetap

seperti pada kehilangan darah terus menerus, penyakit

melumpuhkan, penyakit mental parah jangka panjang, dan

ketidakberhasilan mengadaptasi maka individu masuk ke tahap

kehabisan energi.

3) Tahap kehabisan tenaga

Tahap kehabisan tenaga terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi

melawan stres dan ketika energi yang diperlukan untuk

mepertahankan adaptasi sudah habis (Potter & Perry, 2005). Jika

tubuh tidak mampu untuk mempertahankan dirinya terhadap

dampak stresor, regulasi fisiologis menghilang, dan stres tahap

berlanjut, maka akan terjadi kematian.

Tabel. Perubahan Hormon Utama selama Respon Stres (Sherwood, 2001)

Hormon Perubahan Tujuan

Epinefrin Naik - Memperkuat sistem

saraf simpatis untuk

mempersiapkan

tubuh “fught in

flight”

- Memobilisasi

simpanan karbohidrat

dan lemak;

meningkatkan kadar

glukosa dan asam

lemak darah

CRH-ACTH-kortisol Naik Memobilisasi simpanan

energi dan bahan

pembangun metabolik

untuk digunakan jika

diperlukan; meningkatkan

Page 19: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 19

glukosa, asam amino

darah, dan asam lemak

darah ACTH;

mempermudah proses

belajar dan perilaku

Glukogen Naik Bekerja bersama untuk

meningkatkan gkukosa

darah dan asam lemak

darah

Insulin Turun

Renin angiotensin

aldosteron

Naik Menahan Garam dan H2O

untuk meningkatkan

volume plasma; membantu

mempertahankan tekanan

darah jika terjadi

pengeluaran akut plasma

Vasopresin Naik Vasopresin dan

angostensin II

menyebabkan

vasokontriksi arteriol

untuk meningkatkan

tekanan darah; Vasopresin

membantu proses belajar

2. Respon Psikologis

Gangguan atau ancaman, baik yang actual atau yang dicerap,

menimbulkan frustasi, ansietas, dan ketegangan (Kline-Leidy, 1990).

Perilaku adaptif psikologis individu membantu kemampuan seseorang

untuk menghadapi stressor. Perilaku ini diarahkan pada penatalaksanaan

stress dan didapatkan melalui pembelajaran dan pengalaman sejalan

dengan individu mengidentifikasi perilaku yang dapat diterima dan

berhasil.

Page 20: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 20

Perilaku adaptif psikologis dapat konstruktif atau desdruktif.

Perilaku konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk

menyelesaikan konflik. Bahkan ansieta dapat konstruktif; misalnya,

ansietas dapat menjadi tanda bahwa terdapat ancaman sehingga seseorang

dapat melakukan tindakan untuk mengurangi keparahannya.

Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan

pemecahan masalah, kepribadian, dan situasi yang sangat berat,

kemampuan untuk berfungsi. Ansietas dapat juga bersifat desdruktif

(misalnya jika seseorang tidak mampu bertindak melepaskan diri dari

stressor). Sama halnya, penyalahgunaan alcohol atau obat-obatan dapat

dipandang sebagai perilaku adaptif; dalam kenyataanya, hal ini malah

meningkatkan stress dan bukan menurunkan stress.

Page 21: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 21

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Stres adalah segala situasi dengan tuntutan non specific yang

mengharuskan individu untuk berespon atau melakukan tindakan. Stresor adalah

stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stresor menunjukkan suatu

kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa kebutuhan fisiologis,

psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan dan kebutuhan kultural. Stresor

secara umum dapat diklasifikasikan sebagai internal atau eksternal. Stresor

internal berasal dari dalam diri seseorang, sedangkan stresor eksternal berasal dari

luar diri seseorang. Setiap makhluk hidup pernah mengalami stres dalam

hidupnya. Stimulus yang diberikan oleh stres ikut berperan dalam perubahan dan

pertumbuhan individu. Manusia merupakan makhluk yang selalu berespon dan

beradaptasi terhadap stres. Respon stres bersifat adaptif dan protektif. Respon

stres yang melibatkan respon anatomi dan fisiologis perlu dipelajari lebih

mendalam karena pada saat memberikan asuhan keperawatan seorang perawat

tidak hanya memandang stres sebagai bagian dari respon psikologis, sosial, dan

spiritual namun juga respon biologis, yaitu mencakup respon anatomi dan

fisiologis.

B. Saran

Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang berperan dalam

meningkatkan kualitas status kesehatan klien dengan memperhatikan aspek

biopsikososial klien. Penting bagi perawat untuk mengetahui stresor yang menjadi

pencetus perubahan bagi klien. Selain itu perawat harus memperhatikan respon

stres yang ditunjukkan oleh klien yang melibatkan respon anatomi dan fisiologis,

dan membantu klien untuk mengatasi stresor tersebut.

Page 22: Fix Konsep Stres

KONSEP STRES 22

REFERENSI

Crisp, Jackie. (2001). Potter and Perry’s Fundamental of Nursing. Sydney:

Mosby Harcourt Health Science Company

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2007). Basic Nursing Essentials for Practice 6th ed.

St louis, Missouri: Mosby Elsevier

Sunaryo ( 2002). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Montague, S.E., Watson, R., and Herbert, R.A. (2005). Physiology for Nursing

Practice, 3rd edition. Philadelphia: Elsevier.

Potter, P.A., dan Perry, A.G. (2005). Fundamentals of Nursing: Concepts,

Process, and Practice, 4th edition, diterjemahkan oleh Yamin Asih. Jakarta:

EGC.

Rhoades, R.A., and Tanner, G,A. (1995). Human Physiology. United States of

America: Little, Brown, and Company.

Seeley, R.R., Stephens, T.D., and Tate, P. (2002). Essentials of Anatomy and

Physiology, 4th edition. New York: McGraw-Hill Higher Education.

Sherwood, L. (2001). Human Physiology: from Cell to Systems, 2nd edition,

diterjemahkan oleh Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC.

Shier, D., Butler, J., and Lewis, R. (2000). Hole’s Essentials of Human Anatomy

and Physiology, 7th edition. New York: McGraw-Hill Higher Education.

Utama, H., dkk. (2010). Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.