SKRINING FITOKIMIABAB IPendahuluanA. Latar BelakangUsaha
penelitian ke arah pencarian obat baru semakin berkembang pesat
seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta peningkatan
jumlah dan jenis penyakit. Tumbuhan sebagai sumber senyawa bioaktif
alami merupakan bahan baku yang potensial yang menunjang usaha
pencarian senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas biologik terhadap
sel hidup, khususnya sebagai senyawa bioaktif medisinal. Munculnya
berbagai dampak negatif dari pemakaian zat-zat kimia sintetik atau
sering disebut dengan pengobatan kemoterapi, menyebabkan penggunaan
bahan alam saat ini lebih banyak dilakukan.Obat tradisional adalah
bahan obat-obat yang berasal dari alam misalnya dari
tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik (sarian). Dalam
bahan obat tradisional tersebut umumnya terdiri dari beberapa jenis
simplisia yang berkhasiat farmakologis, baik dalam bentuk rajangan
kasar dan rajangan halus. Bahkan beberapa sediaan bahan alam telah
berbentuk sediaan fitofarmaka (seperti temulawak dan daun
jambu).Perbedaan kondisi lingkungan tempat tumbuh dapat menyebabkan
perbedaan jenis dan jumlah dari metabolit sekunder yang terkandung
dalam tanaman (Kardono, 2003). Selain itu hal yang menyebabkan
perbedaan kandungan metabolit sekunder yaitu genetik, metode
budidaya, waktu pengumpulan, serta pengolahan pasca panen (Biradar,
2010). Analisis suatu obat tradisional yaitu dengan mengetahui
komponen kimia yang terdapat dalam bahan alam tersebut dengan
melakukan beberapa pengujian pertama dengan melakukan pemeriksaan
organoleptis, lalu dilakukan uji pendahuluan, ektraksi, penguapan
pelarut, partisi ektrak, dan identifikasi bercak dengan KLT.
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu
penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang
diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi
pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna. Hal
penting yang berperan penting dalam skrining fitokimia adalah
pemilihan pelarut dan metode ekstraksi (Kristianti dkk., 2008).
Salah satu tumbuhan berkhasiat yang sering digunakan sebagai sumber
obat adalah tumbuhan petai cina (Leucaena glauca L.). Bagian yang
digunakan sebagai obat adalah daun, akar, biji, dan seluruh bagian
tanaman. Keseluruhan tanaman ini dapat digunakan sebagai sumber
bahan obat-obatan tradisional (Dalimartha, 2000).Tumbuhan petai
Cina atau lamtoro (Leucaena glauca L.) merupakan tumbuhan yang
diminati masyarakat karena mempunyai banyak manfaat. Bagian dari
tanaman lamtoro yang paling banyak dimanfaatkan adalah bijinya.
Manfaat utama biji lamtoro adalah sebagai aenthelmintikum (obat
cacing), biji petai cina juga bermanfaat sebagai peluruh air seni,
peluruh haid, penawar racun serangga serta pengobatan untuk
penyakit kencing manis. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
mengenai pemeriksaan identitas dan kemurnian simplisia biji petai
cina pada pengeringan oven dan sinar matahari, sehingga diperoleh
informasi teknik pengeringan mana yang terbaik.Dari penelitian
terdahulu diketahui bahwa pada batang petai cina terdapat senyawa
tannin dan pada daunnya dilakukan analisa Karotenoid .Penelitian
menunjukkan bahwa infusa daun petai cina dengan konsentrasi 40%
mempunyai efek antiinflamasi pada tikus jantan galur Wistar yang
diinduksi dengan 0,1 ml karagenin 1% dengan nilai AUC (ml.Jam)
sebesar 0,24 ( Fauziyah, 2008 ).B. Maksud dan TujuanB.1Maksud
PraktikumUntuk menentukan skrining fitokimia dari tanaman
lamtoroB.2Tujuan PraktikumMenentukan kandungan kimia dari tanaman
dengan cara melakukan suatu reaksi kimia.
BAB IITinjauan PustakaA. Uraian Tanaman LamtoroA.1Klasifikasi
Tanaman lantoroKingdom: PlantaeDivisi : SpermatophytaClass :
DicotyledoneaeOrdo : fabalesFamili : MimosaceaeGenus :
LeucaenaSpesies : Leucaena glauca L.A.2Nama DaerahSumatera: pete
selong, pete Cina; Jawa: lamtoro, kemlandingan; Sunda: peuteuy
selong, kamalandingan.A.3Morfologi TanamanPetai cina merupakan
perdu ataupun pohon kecil dengan tinggi 2-10 m, memiliki batang
pohon keras dan berukuran tidak besar serta batang bulat silindris
dan bagian ujung berambut rapat. Daun majemuk terurai dalam
tangkai, menyirip genap ganda dua sempurna, anak daun kecil-kecil
terdiri dari 5-20 pasang, bentuknya lanset, ujung runcing, tepi
rata, panjang 6-21 mm dan lebar 2-5 mm. Bunga majemuk terangkai
dalam karangan berbentuk bongkol yang bertangkai panjang dan
berwarna putih kekuningan atau sering disebut cengkaruk. Buahnya
mirip buah petai (parkia speciosa ) tetapi ukurannya jauh lebih
kecil dan berpenampang lebih tipis, termasuk buah polong yang
berisi biji biji kecil dengan jumlah cukup banyak, pipih, dan tipis
bertangkai pendek, panjang 10-18 cm, lebar 2 cm dan diantara biji
ada sekat. Biji terdiri dari 15-30 butir, letak melintang, bentuk
bulat telur sungsang, panjang 8 mm, lebar 5 mm, berwarna coklat
kehijauan atau coklat tua dan licin mengkilap.Petai cina dipakai
untuk pupuk hijau dan sering ditanam sebagai tanaman pagar
sedangkan daun muda, tunas bunga, dan polong bisa dimakan sebagai
lalap mentah ataupun dimasak terlebih dahulu. Perbanyakan selain
dengan penyebaran biji yang sudah tua juga dapat dilakukan dengan
cara stek batang (Dalimarta, 2000).A.4Ekologi TumbuhanPetai cina
cocok hidup didataran rendah sampai ketinggian 1500 meter DPL. Di
pedesaan sering ditanam sebagai tanaman pagar, pupuk hijau dan
sebagainya.A.5Manfaat LamtoroBiji, daun, dan seluruh bagian tanaman
dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit. Diantaranya
adalah kencing manis (diabetes melitus), patah tulang, cacingan,
bisul, terlambat haid, radang ginjal ( nephritis ) dan susah tidur
(Dalimarta, 2000).
A.6Kandungan Kimia LamtoroBiji mengandung mimosin, leukanin,
leukanol, dan protein. Daun mengandung alkaloid, saponin,
flavonoida, tanin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, serta
vitamin ( A, B, C ) (Dalimartha, 2000).A.7Efek farmakalogisEfek
farmakologis Petai cina diantaranya adalah menyembuhkan luka luar,
abses paru, meluruhkan urine ( diuretik ), melancarkan darah, dan
anti anti-inflamasi (Dalimartha, 2000).B. Uraian KandunganTanin
merupakan senyawa fenolik yang kerjanya bersifat adstringen
(menciutkan selaput usus/ pengelat) yang dapat mengurangi kontraksi
usus, menghambat diare, mengurangi penyerapan, dan melindungi usus
dengan cara melapisi permukaan lumen (Harbone, 1987).Alkaloid
mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system
siklik. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak
mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol, jadi digunakan secara
luas dalam bidang pengobatan. Uji sederhana, tapi sama sekali tidak
sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa
pahitnya di lidah (Harbone, 1996). Flavonoid sering terdapat
sebagai glikosida, golongan terbesar flavonoid berciri mempunyai
cincin piran yang menghubungkan rantai tiga karbon dengan salah
satu dari cincin benzene. Efek flavonoid terhadap macam - macam
organisme sangat banyak macamnya dan dapat menjelaskan mengapa
tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai dalam pengobatan
tradisional. Flavonoid tertentu merupakan komponen aktif tumbuhan
yang digunakan secara tradisional untuk mengobati gangguan hati
(Robinson, 1995).Dioksiantrakinon bebas adalah senyawa senyawa ini
banyak terdapat dalam bentuk bebas dan berbeda beda, serta derajat
oksidasi yang berbeda pula, seperti antron, oksantron, dan autrano.
Serbuk dalam tabung reaksi ditambahkan kalium hidroksida etanol LP,
warna merah.Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat
menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang
rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Saponin
digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang
digunakan dalam bidang kesehatan. Dua jenis saponin yang sering
dikenal yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur
steroid tertentu yang mempunyai rantai samping spiroketal. Kedua
jenis saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut
dalam eter (Robinson, 1995).Steroid adalah terpenoid yang kerangka
dasarnya terbentuk dari sistem cincin siklopentana
prehidrofenantrena. Steroid merupakan golongan senyawa metabolik
sekunder yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Hormon steroid pada
umumnya diperoleh dari senyawa senyawa steroid alam terutama dalam
tumbuhan (Djamal, 1988).
BAB IIIPROSEDUR KERJAA. Alat dan BahanA.1Alat Alat alat yang
digunakan adalah Aluminium Foil, Blender, Bunsen, Cawan Porselin,
Headrayer, Kertas Saring, Korek, Pipet Tetes, Rak Tabung, Sendok
Tanduk, Tabung Reaksi.A.2BahanBahan bahan yang digunakan adalah Air
Panas, AlCl3, Brom, Etanol 95%, Eter, FeCl3, HCL, KOH 10%,
Liebermann-Buchard Pereaksi Mayer/Bauchardat/Dragendorff.B. Cara
KerjaB.1Reaksi Identifikasi Golongan Tanina. Reaksi identifikasi
terhadap katekolSampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika
mengandung katekol akan menghasilkan warna hijau. Untuk sampel yang
ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung katekol akan
terjadi endapan.b. Reaksi identifikasi terhadap pirogalotaninSampel
dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika mengandung pirogalotanin
akan menghasilkan warna biru. Jika sampel ditambahkan dengan
larutan Brom, jika mengandung pirogalotanin maka tidak terjadi
endapan.B.2Reaksi identifikasi Golongan DioksiantrakinonSedikit
serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditetesi dengan KOH
10 % P b/v dalam etanol 95% P, jika mengandung dioksiantrakinon
akan menghasilkan warna merah.B.3Reaksi Identifikasi Golongan
AlkaloidEkstrak metanol dimasukkan kedalam masing-masing tabung
reaksi kemudian ditetesi HCl 0,5 N dan pereaksi Mayer, jika
mengandung alkaloid maka akan menghasilkan endapan kuning. Untuk
HCl 0,5 N dan pereaksi Bauchardat, jika mengandung alkaloid akan
menghasilkan endapan coklat. Dan HCl 0,5 N dan pereaksi
Dragendroff, jika mengandung alkaloid akan menghasilkan endapan
warna jingga.B.4Reaksi Identifikasi Golongan SteroidSerbuk
dihaluskan dengan etanol kemudian didihkan selama 15 menit lalu
disaring, filtrat diuapkan sampai kering. Ekstrak kering
ditambahkan eter setelah terlebih dahulu disuspensikan dengan
sedikit air, bagian yang larut dalam eter dipisahkan. Lapisan eter
kemudian ditetesi dengan pereaksi Liebermann-Burchard jika
mengandung steroid akan menghasilkan warna merah jambu.
B.5Reaksi Identifikasi Golongan SaponinSerbuk dimasukkan kedalam
tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air panas, didingankan kemudian
kocok kuat-kuat selama 10 deetik, terbentuk buih, lalu tambahkan 1
tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang.B.6Reaksi Identifikasi
Golongan FlavonoidSerbuk ditambahkan dengan FeCl3 dan HCl P, jika
terjadi warna merah menunjukkan adanya flavonoid.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil PengamatanNOGolonganKomponen
tumbuhanPereaksi/PerlakuanPENGAMATAN
DAUNKOMARALENGKUASLAMTOROLOBE-LOBE
1TANINKatekolFeCl3+ taninkatekol-++
Brom
PirogalotaninFeCl3----
Brom
2DIOKSIANTRAKINONKOH 10%-++-
3ALKALOIDMayer + HCl--+-
Bauchardat + HCl--++
Dragendroff + HCl-+++
4FLAVONOIDFeCL3 + HCl----
AlCl3 + HCl+-++
5SAPONINAir Panas + HCl+---
6STEROIDEstrak etanol + eter--+-
Lapisan eter + B.Lieberman
Ket :Sampel I= Bagian tumbuhan dengan tekstur lunak / daun
komaraSampel II= Bagian tumbuhan dengan tekstur keras /
lengkuasSampel III= biota laut / lamtoroSampel IV= Lobe - lobeB.
PembahasanLamtoro (Leucaena leucocephala) sudah dikenal di
Indonesia sejak dulu dengan nama petai Cina. Tanaman ini termasuk
kacang-kacangan yang berasal dari Amerika Tengah. Tanaman ini
dibawa ke Indonesia pada abad ke-20 sebagai tanaman peneduh di
perkebunan-perkebunan (Budiman dkk, 1994). Sekarang tanaman ini
tersebar di seluruh pelosok pedesaan karena mudah tumbuh hampir di
semua tempat yang mendapat curah hujan cukup.Lamtoro memiliki rasa
agak pahit dan bersifat netral. Beberapa bahan kimia yang
terkandung dalam daun lamtoro di antaranya protein, lemak, kalsium,
fosfor, besi, serta vitamin (A,B1, dan C). Sementara bijinya
mengandung mimosin, leukanin, protein, dan leukanol.Pengambilan
sampel dari daun petai cina yaitu dengan mengambil daun kelima dari
pucuk daun, diambil dari daun kelima karena pada daun kelima
diperkirakan mengandung senyawa kimia yang kompleks. Daun ini
diambil pada pukul 09.00-11.00, karena pada waktu tersebut terjadi
proses fotosintesis yang sempurna. Dalam pengambilan, tidak
digunakan alat logam, karena bahan logam tersebut dapat bereaksi
dengan senyawa-senyawa kimia yang terkandung di dalam daun . Daun
yang telah diambil dikumpulkan, lalu dibersihkan dari kotoran yang
melekat. Kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan sehari
diruang terbuka kemudian dirajang halus atau digunting kecil kecil
dengan ukuran tertentu, lalu dimasukkan dalam wadah. Pengolahan
sampel ini dilakukan dengan cara yaitu sampel daun petai cina
dikumpulkan, kemudian dilakukan sortasi basah yaitu membersihkannya
dari kotoran yang melekat hingga semua kotoran yang melekat dapat
hilang. Setelah itu digunting kecil kecil kemudian dikeringkan
dengan cara mengangin-anginkan daun petai cina. Tujuan pengeringan
adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga
dapat disimpan dalam waktu yang lama. Mengurangi kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik bisa mencegah penurunan mutu atau
kerusakan mutu. Air yang masih tersisa dalam simplisia dalam kadar
tertentu dapat menjadi media pertumbuhan kapang dan jasad renik
lainnya. Setelah itu dilakukan sortasi kering. Sortasi setelah
pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan
sortasi ialah memisahkan benda-benda asing, seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran lain yang masih ada
dan tertinggal. Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus
atau dikemas dan disimpan. Setelah itu lalu dimasukkan ke dalam
wadah sebagian sampel dapat diserbukkan untuk melakukan uji
pendahuluan.Skrining fitokimia ditujukan sebagai langkah awal untuk
menentukan kandungan kimia dari tanaman dengan cara melakukan suatu
reaksi warna. Metode yang digunakan dalam skrining fitokimia harus
memiliki persyaratan seperti metodenya sederhana dan cepat,
peralatan yang digunakan sesedikit mungkin, selektif dalam
mengidentifikasi senyawa-senyawa tertentu, dan dapat memberikan
informasi tambahan mengenai keberadaan senyawa tertentu dalam
kelompok senyawa yang diteliti.Sebagai informasi awal dalam
mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas biologi dari
suatu tanaman. Informasi yang diperoleh dari pendekatan ini juga
dapat digunakan untuk keperluan sumber bahan yang mempunyai nilai
ekonomi lain seperti sumber tani, minyak untuk industri sumber gum,
dll. Metode yang telah dikembangkan dapat mendeteksi adanya
golongan senyawa alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat, tanin,
saponin, steroid/ terpenoid.Adapun alat-alat yang digunakan pada
praktikum skrining fitokimia adalah : Aluminium Foil, Blender,
Bunsen, Cawan Porselin, Headrayer, Kertas Saring, Korek, Pipet
Tetes, Rak Tabung, Sendok Tanduk, Tabung ReaksiBahan-Bahan yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut : Air Panas, AlCl3, Brom, Etanol
95%, Eter, FeCl3, HCL, KOH 10%, Liebermann-Buchard Pereaksi
Mayer/Bauchardat/Dragendorff.Pertama-tama sampel di haluskan dengan
menggunakan Blender. Untuk Reaksi Identifikasi Golongan Tanin
dibedakan menjadi Katekol dan Pirogalotanin. Untuk Reaksi
identifikasi terhadap Katekol : Sampel dibasahi dengan larutan
FeCl3 1 N, jika mengandung katekol akan menghasilkan warna hijau.
Untuk sampel ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung
katekol akan terjadi endapan. Dari perlakuan untuk golongan Katekol
baik menggunakan pereaksi FeCl3 maupun Brom diperoleh hasil : Untuk
Daun Komara Positif mengandung tanin katekol, untuk Lengkuas
Negatif mengandung tanin katekol, untuk Lamtoro Positif mengandung
tanin katekol, dan untuk Lobe-lobe Positif mengandung tanin
katekol. Untuk Reaksi identifikasi terhadap Pirogalotanin : Sampel
dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika mengandung pirogalotanin
akan menghasilkan warna biru. Untuk sampel ditambahkan dengan
larutan Brom, jika mengandung pirogalotanin tidak terjadi endapan.
Dari perlakuan untuk golongan Pirogalotanin baik menggunakan
pereaksi FeCl3 maupun Brom diperoleh hasil : Untuk Daun Komara
Negatif mengandung tanin pirogalotanin, untuk Lengkuas Negatif
mengandung tanin pirogalotanin, untuk Lamtoro Negatif mengandung
tanin pirogalotanin, dan untuk Lobe-lobe Negatif mengandung tanin
pirogalotanin.Pada Reaksi identifikasi Golongan Dioksiantrakinon
pertama-tama, serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
ditetesi dengan KOH 10 % P b/v dalam etanol 95% P, jika mengandung
dioksiantrakinon akan menghasilkan warna merah. Dan diperoleh hasil
: Untuk Daun Komara dan Lobe-lobe Negatif mengandung
Dioksiantrakinon. Sedangkan Lengkuas dan Lamtoro Positif.Pada
Reaksi Identifikasi Golongan Alkaloid pertama-tama, ekstrak metanol
dimasukkan kedalam masing-masing tabung reaksi kemudian ditetesi
dengan HCl 0,5 N dan pereaksi Mayer, jika mengandung alkaloid maka
akan menghasilkan endapan kuning. Kemudian HCl 0,5 N dan pereaksi
Bauchardat, jika mengandung alkaloid akan menghasilkan endapan
coklat. Yang terakhir HCl 0,5 N dan pereaksi Dragendroff, jika
mengandung alkaloid akan menghasilkan endapan warna jingga. Dan
diperoleh hasil : Untuk Daun Komara baik menggunakan pereaksi
Mayer, Bauchardat, maupun Dragendroff itu Negatif mengandung
Alkaloid. Untuk Lengkuas dengan menggunakan pereaksi Mayer ataupun
Bauchardat adalah Negatif, dan untuk pereaksi Dragendroff itu
Positif mengandung Alkaloid. Untuk Lamtoro baik menggunakan
pereaksi Mayer, Bauchardat, maupun Dragendroff hasilnya Positif
mengandung Alkaloid. Untuk sampel Lobe-lobe dengan menggunakan
pereaksi Mayer adalah Negatif, sedangkan untuk Bauchardat dan
Dragendroff hasilnya Positif mengandung Alkaloid.Pada Reaksi
Identifikasi Golongan Steroid, serbuk dihaluskan dengan etanol
kemudian didihkan selama 15 menit lalu disaring, filtrat diuapkan
sampai kering. Ekstrak kering ditambahkan eter setelah terlebih
dahulu disuspensikan dengan sedikit air, bagian yang larut dalam
eter dipisahkan. Lapisan eter kemudian ditetesi dengan pereaksi
Liebermann-Burchard jika mengandung steroid akan menghasilkan warna
merah jambu. Dan diperoleh hasil : Untuk Daun Komara, Lengkuas dan
Lobe-lobe Negatif mengandung Steroid. Sedangkan untuk Lamtoro
Positif mengandung Steroid.Pada Reaksi Identifikasi Golongan
Saponin, serbuk dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml
air panas, didingankan kemudian kocok kuat-kuat selama 10 deetik,
terbentuk buih, lalu tambahkan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak
hilang. Dan diperoleh hasil: Untuk Lengkuas, Lamtoro dan Lobe-lobe
adalah Negatif mengandung Saponin. Sedangkan untuk Daun Komara
Positif mengandung Saponin.Pada Reaksi Identifikasi Golongan
Flavonoid, serbuk ditambahkan dengan FeCl3 dan HCl P, jika terjadi
warna merah menunjukkan adanya flavonoid, begitupun untuk AlCl3.
Dan diperoleh hasil : Untuk Pereaksi FeCL3 baik Daun Komara,
Lengkuas, Lamtoro, maupun Lobe-lobe hasilnya Negatif mengandung
Flavonoid. Sedangkan dengan pereaksi AlCl3 baik Daun Komara,
Lamtoro maupun Lobe-lobe Positif mengandung Flavonoid, sedangkan
Lengkuas Negatif mengandung Flavonoid.Sehingga dapat disimpulkan
bahwa lamtoro sebagai aenthelmintikum (obat cacing), biji petai
cina juga bermanfaat sebagai peluruh air seni, peluruh haid,
penawar racun serangga serta pengobatan untuk penyakit kencing
manis.
BAB VKesimpulan dan SaranA. KesimpulanBerdasarkan dari hasil
pengamatan tentang Skrining Fitokimia maka dapat disimpulkan bahwa
Lamtoro Positif mengandung komponen kimia antara lain Tanin,
Dioksiantrakinon, Alkaloid, Flavonoid, dan Steroid. Dan Negatif
mengandung Saponin.B. SaranMetode tabung merupakan metode yang
paling sederhana karena tidak menggunakan alat yang canggih dan
masih manual. Sebelum melakukan uji tabung terlebih dahulu lakukan
uji pendahuluan dengan menggunakan larutan KOH 5% yang menghasilkan
warna intensif. Selanjutnya melakukan pengujian metode tabung pada
beberapa senyawa misalnya alkaloid, tanin, saponin dll dengan
menggunakan beberapa pelarut diantaranya NaCl 2%, FeCl, NaOH 2N
dll.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia I.
Universitas Muslim Indonesia. Makassar.
Biradar, Y.S. 2010. TLC Densitometric Quantification of
Vasicine, Vasicinone and Embelin from Adhatoda zeylanica Leaves and
Embelia ribes Fruits (Tesis). P. 140.
Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat di Indonesia. Jakarta :
Trubus Agriwidya.
Djamal, R. 1998. Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Pusat
Penelitian. Universitas Negeri Andalas.
Fauziyah, N. 2008. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Petai
Cina (Leucaena glauca, Benth) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar.
Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta.
Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan, Edisi Kedua, Diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soediro, Penerbit ITB, Bandung.
Hariana, A. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Kardono LBS. 2003. Kajian kandungan Kimia Mahkota Dewa (Phaleria
marcocarpa). Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi dan
Obat Tradisional Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
P.56
Kristianti, A. N, N. S. Aminah, M. Tanjung, dan B. Kurniadi.
2008. Buku Ajar Fitokimia. Surabaya: Jurusan Kimia Laboratorium
Kimia Organik FMIPA Universitas Airlangga. P.47-48.
Nararto P. 1995. Penelitian pendahuluan aktivitas biologik
antineoplastik ekstrak herbaL Dendropthoe petandra yang tumbuh pada
pohon mangga. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Surabaya.
Robinson, T. 1991. The Organic Constituen of HigherPlants.
University of Massachusetts
LAMPIRAN
DioksiantrakinonAlkaloid Bauchardat
Alkaloid MayerAlkaloid Dragendroff
Alkaloid
Tanin Flavonoid
Steroid Saponin
Mira ArianaM. Salahuddin150 2012 0391