perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH BUDAYA TERHADAP KEPUTUSAN ADOPSI IAS (International Accounting Standard) KE DALAM PSAK DI INDONESIA (Survei Terhadap Etnis Aceh ) Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: SHELVY ERSANTI NIM.F1309081 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
80
Embed
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Pengaruh...Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH BUDAYA TERHADAP KEPUTUSAN ADOPSI
IAS (International Accounting Standard) KE DALAM PSAK DI INDONESIA
(Survei Terhadap Etnis Aceh )
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
SHELVY ERSANTI
NIM.F1309081
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Wisuda setelah 13 semester adalah kesuksesan yang tertunda ;
’’ Untuk belajar, anda harus mau dihajar’’
‘’Orang yang cinta kepada pengetahuan senang mendapat teguran;
tetapi orang yang tidak suka ditegur adalah orang dungu’’
Berangkat dengan penuh keyakinan, Berjalan dengan penuh
keikhlasan, Istiqomah dalam menghadapi cobaan
“ YAKIN, IKHLAS, ISTIQOMAH “
( TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid )
Penulis persembahkan kepada:
§ Bapak Ibuku tercinta
§ Adik adikku tersayang
§ Bowylku tercinta
§ Teman-temanku
§ Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Dengan segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul “Pengaruh Budaya Terhadap
Keputusan Adopsi IAS (International Accounting Standard) Ke Dalam PSAK Di
Indonesia: Survei Terhadap Etnis Aceh”.
Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan, arahan, dorongan dan nasehat dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Drs. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Santosa Tri Hananta, M.Si, Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
(International Accounting Standard) KE DALAM PSAK DI INDONESIA
(Survei Terhadap Etnis Aceh)
SHELVY ERSANTI F1309081
ABSTRAKSI
Penelitian ini menguji pengaruh budaya terhadap keputusan adopsi IAS (International Accounting Standards) ke dalam PSAK di Indonesia ditinjau dari etnis Aceh di Indonesia. Dimensi budaya yang digunakan dalam penelitian terhadap survei ini merupakan pengembangan dari konsep budaya Hofstede (1983) yaitu Individualism, Power Distance, Uncertainty Avoidance, Masculinity, dan Confucian Work Dynamism.
Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner yang diberikan kepada mahasiswa jurusan akuntansi dan karyawan (pegawai) perusahaan dan pemerintahan yang berlatar belakang pendidikan (jurusan) akuntansi yang berasal dari etnis Aceh.
Hasil uji t menunjukkan bahwa Uncertainty Avoidance dan Masculinity berpengaruh terhadap keputusan Adopsi IAS (International Accounting Standards) ke dalam PSAK di Indonesia ditinjau dari etnis Aceh, sedangkan Individualism, Power Distance, dan Confucian Work Dynamism tidak berpengaruh. Hasil uji F menunjukkan bahwa Individualism, Power Distance, Uncertainty Avoidance, Masculinity, dan Confucian Work Dynamism secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan Adopsi IAS (International Accounting Standards) ke dalam PSAK di Indonesia ditinjau dari etnis Aceh. Kata Kunci: Budaya, Etnis Aceh, Standar Akuntansi, IAS (International
Accounting Standards), Keputusan Adopsi IAS ke dalam PSAK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
THE EFFECT OF CULTURE TOWARD IAS (International Accounting Standards) ADOPTION DECISION ON PSAK IN INDONESIA
(SURVEY ON ACEH ETHNICS)
SHELVY ERSANTI F1309081
ABSTRACT
This research examines the effect of culture toward IAS (International
Accounting Standards) adoption decision on PSAK in Indonesia viewed from Aceh ethnics. The dimensions of culture used in this survey was developed by Hofstede’s culture dimensions (1980), consist of Individualism, Power Distance, Uncertainty Avoidance, Masculinity, and Confucian Work Dynamism.
The data used in this research were collected through questionnaire distributed to accounting students, and employees on companies and government educational background (majors) accounting ethnic Aceh.
The t-test result indicate that Uncertainty Avoidance and Masculinity influence IAS (International Accounting Standards) adoption decision on PSAK in Indonesia viewed from Aceh ethnics, while Individualism, Power Distance, and Confucian Work Dynamism do not influence. The F-test result show that Individualism, Power Distance, Uncertainty Avoidance, Masculinity, and Confucian Work Dynamism are simultaneous influence IAS (International Accounting Standards) adoption decision on PSAK in Indonesia viewed from Aceh ethnics.
Keyword: Culture, Aceh Etnics, Accounting Standards, IAS (International Accounting Standards), and IAS adoption decision on PSAK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akuntansi keuangan dipengaruhi oleh lingkungan dimana akuntansi
tersebut beroperasi. Negara-negara mempunyai sejarah, nilai, budaya, sistem
ekonomi dan politik yang berbeda, dan mereka juga pada level yang berbeda
dalam hal perkembangan ekonomi.
Sejarah akuntansi dan akuntan terus mengalami perubahaan. Pertama kali
akuntansi ditemukan hanya sebagai sistem pencatatan pada jasa perbankan dan
perhitungan pajak. Kemudian terus berkembang menjadi sistem pencatatan
berganda (double entry) untuk memenuhi kebutuhan atas informasi akuntansi.
Sejalan dengan perkembangan industrialisasi, akuntansi pun berkembang pada
analisa perilaku biaya dan akuntansi manajemen. Dengan adanya konsep modern
corporation, untuk menstimulasi diperlukan laporan keuangan dan audit tahunan.
Perkembangan terakhir,akuntansi telah menemukan cara untuk mengukur dan
melaporkan masalah criminal pada perusahaan dan organisasi non-profit lainnya.
Lebih jauh akuntansi juga menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan
di pasar modal baik domestic maupun internasional.
Standar akuntansi di Indonesia saat ini sedang mengalami proses
menggunakan secara penuh (full adoption) standar akuntansi internasional atau
International Financial Reporting Standard (IFRS). Standar akuntansi di Indonesia
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
yang berlaku kemarin mengacu pada US GAAP (United Stated Generally Accepted
Accounting Standard), namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi IFRS yang
sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini sifatnya baru proses
menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
mencanangkan bahwa standar akuntansi internasional (IFRS) akan mulai berlaku di
Indonesia pada tahun 2012 secara keseluruhan atau full adoption (sumber: Ikatan
Akuntan Indonesia, 2009).
Perkembangan akuntansi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah kondisi budaya, ekonomi, hukum, sosial dan politik di lingkungan dimana
akuntansi itu berkembang. Karena setiap negara mempunyai budaya, ekonomi,
sosial, hukum dan politik yang berbeda-beda juga. Negara yang mempunyai
kondisi budaya, ekonomi, sosial, politik dan hukum yang sama akan mempunyai
perkembangan akuntansi yang sama.
Budaya merupakan faktor lingkungan yang paling kuat mempengaruhi
sistem akuntansi suatu negara dan juga bagaimana individu di negara tersebut
menggunakan informasi akuntansi. Banyak di literatur ditemukan argumentasi
bahwa akuntansi sangat dipengaruhi oleh budaya (Violet, 1983), dan kurangnya
konsensus dalam praktik akuntansi antar negara karena tujuannya adalah budaya
bukan masalah teknis (Hofstede, 1986). Argumentasi ini telah membawa
kesepakatan yang tidak tertulis bahwa budaya negara mempengaruhi dalam
memilih teknik akuntansi. Budaya dapat diwakili oleh persepsi tentang kesetiaan
kepada sebuah kelompok etnis di mana kelompok merupakan kumpulan orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
yang berbagi pola perilaku normatif (Cohen, 1974). Budaya merupakan pola pikir
dan persepsi individu atau kelompok masyarakat dengan masyarakat lain, satu
negara dengan negara lainnya.
Pengaruh budaya terhadap sistem akuntansi banyak dibicarakan oleh
kalangan akademisi dan praktisi. Banyak para ahli menawarkan kerangka teori
hubungan budaya dan akuntansi seperti Gray dan Hofstede. Pengujian tentang
kerangka teori ini pun sudah banyak dilakukan. Hasil pengujian menyimpulkan
hasil yang beragam tapi secara keseluruhan kerangka teori Gray dan Hofstede
masih relevan bahkan berguna dalam mendesain standar akuntansi internasional
selain digunakan oleh investor dalam mapping budaya dan disclosure di berbagai
negara, sehingga dibutuhkan harmonisasi akuntansi internasional (Zaitul, 1999).
Nilai-nilai budaya itu sendiri merupakan salah satu karakteristik yang
dimiliki oleh seseorang. Ini berarti bahwa budaya mempengaruhi perilaku yang
dibawanya atau sikap seseorang melalui nilai-nilai yang dibawanya (Amstrong,
1993). Nilai-nilai tersebut berbeda antara suatu daerah dan daerah lain, terutama
dipengaruhi oleh lingkungan geografis daerah yang bersangkutan.
Eddie (1990) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara indeks budaya
akuntansi yang digunakan dengan indeks dimensi budaya yang dikenalkan oleh
Hofstede’s atau dengan kata lain menyatakan bahwa hipotesa yang diajukan oleh
Hoftede’s terbukti. Salter and Niswander (1995) menemukan bahwa ada
hubungan signifikan antara uncertainty avoidance dan indek akuntansi, sedangkan
dimensi lain tidak mempunyai hubungan. Zarzeski (1996), menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
uncertainty avoidance dan masculinity berhubungan dengan disclosure berbeda-
beda tergantung pada perusahaan international.
Banda Aceh merupakan salah kota tua yang ada di Republik Indonesia,
Aceh memiliki letak yang sangat strategis, yaitu berada di pintu gerbang masuk
wilayah Indonesia bagian barat. Di daerah tersebut terdapat selat Malaka yang
merupakan jalur pelayaran internasional. Semua kapal yang akan menuju Samudra
Hindia akan melalui Selat Malaka, apalagi tatkala pelabuhan Malaka jatuh ke
tangan Portugis pada tahun 1511. Pedagang yang sebelumnya berniaga di Malaka
menyingkir ke Banda Aceh. Dengan demikian, sangat strategis, baik dari segi
kemiliteran maupun dari segi perekonomian. Oleh karena itu, tidak mengherankan
Aceh menjadi daerah terbuka dan menjadi tempat persinggahan kapal-kapal
berbagai bangsa dalam aktivitas perdagangan.
Aceh adalah bangsa yang unik yang terdiri dari multikultur suku dan
bahasa serta budaya, Aceh adalah negeri yang penuh julukan...Aceh negeri
serambi mekkah, Aceh negeri tanah rencong, Aceh negeri syariat Islam, Aceh
negeri sejuta warung kopi dan sebagainya. Selain Aceh sendiri telah menjalin
kerjasama perdagangan dengan berbagai daerah di Semenanjung Malaya dan
India (Abdullah, 2007). Sekilas gambaran di atas menunjukkan posisi yang begitu
penting yang dimiliki oleh Aceh sejak zaman dahulu. Dengan posisi yang strategis
tersebut suatu yang wajar bahwa dikatakan sejak zaman dahulu Aceh merupakan
suatu daerah yang sangat ramai dalam dunia perdagangan di Selat Malaka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “PENGARUH BUDAYA TERHADAP KEPUTUSAN
ADOPSI IAS (International Accounting Standard) KE DALAM PSAK DI
INDONESIA (Survei Terhadap Etnis Aceh)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis memberi
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Individualism (individualisme) mempengaruhi Keputusan adopsi
IAS ke dalam PSAK di Indonesia dalam sudut pandang etnis Aceh?
2. Apakah Power Distance (jarak kekuasaan) mempengaruhi Keputusan
adopsi IAS ke dalam PSAK di Indonesia dalam sudut pandang etnis Aceh?
CONSEQUENCES Structure and functioning of instituions: Family patterns Role of differentiation Social stratification Socialization Emphases Education Religion
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dengan orang lain. Hofstede (1991:10) mengkategorikan lapisan budaya untuk
mengelompokkan kebiasaan orang sesuai dengan lingkungannya:
a. Tingkatan nasional (national level), berdasarkan suatu negara.
b. Tingkatan daerah (regional), dan/atau suku (ethnic), dan atau agama
(religion), dan atau bahasa (lingistic).
c. Tingkatan perbedaan jenis kelamin (gender).
d. Tingkatan generasi, misalnya orang tua dengan anak-anak.
e. Tingkatan sosial, dihubungkan dengan pendidikan, dan pekerjaan atau
profesi.
f. Tingkatan organisasi atau perusahaan.
Budaya berdasarkan tingkatan-tingkatan tersebut, dalam kenyataannya
sering terjadi ketidak harmonisan, misalnya adanya konflik dalam tingkatan-
tingkatan jender dalam budaya organisasi, konflik antara tingkatan-tingkatan
generasi dalam budaya daerah.
Hofstede (1991) mendefinisikan budaya adalah daerah program mental
yang mempengaruhi cara berfikir dan perilaku manusia, secara kolektif. Hofstede
(1980; 1983) meneliti dimensi budaya di 39 negara. Dia mendefinisikan budaya
sebagai “The collective programming of the mind which distinguishes the
members of one human group from another’ (Hofstede, 1983) dan membagi
dimensi budaya menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Individualism merupakan dimensi kebudayaan yang menunjukkan adanya
sikap yang memandang kepentingan pribadi dan keluarga sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
kepentingan utama atau sebagai kepentingan bersama di dalam suatu
kelompok. Dimensi ini dapat terjadi di masyarakat, dan organisasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat individualisme diantaranya
adalah tingkat pendidikan, sejarah organisasi, besarnya organisasi, teknologi
yang digunakan dalam organisasi, dan subkultur yang dianut oleh organisasi
yang bersangkutan.
2. Power Distance (Jarak kekuasaan) merupakan dimensi budaya yang
menunjukkan adanya ketidaksejajaran (inequality) bagi anggota yang tidak
mempunyai kekuatan dalam suatu institusi (keluarga, sekolah, dan
masyarakat) atau organisasi (tempat bekerja). Perbedaan kekuasaan ini
berbeda-beda tergantung dari tingkatan sosial, tingkat pendidikan, dan
jabatan. Ukuran-ukuran yang digunakan oleh Hosftede dalam mengukur
tingkat perbedaan kekuasaan adalah:
a) Luasnya geografis (makin luas makin rendah tingkat perbedaan
kekuasaan)
b) Besarnya populasi (makin besar makin tinggi tingkat perbedaan
kekuasaan).
c) Kesejahteraan (makin sejahtera makin rendah tingkat perbedaan
kekuasaan).
3. Uncertainty Avoidance (Penghindaran ketidakpasian) merupakan
dimensi budaya yang menunjukkan sifat masyarakat dalam menghadapi
lingkungan budaya yang tidak terstruktur, tidak jelas, dan tidak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
diramalkan. Ketidakpastian dalam suatu organisasi berkaitan dengan konsep
dari lingkungan yang selalu dikaitkan dengan sesuatu yang diluar kendali
perusahaan. Dalam organisasi pengelakan ketidakpastian ini dilakukan
dengan teknologi, aturan, dan tatacara (ritual). Teknologi digunakan untuk
menciptakan prediksi jangka pendek sebagai pencapaian hasil. Sedangkan
aturan dan tata cara digunakan untuk mengurangi ketidakpastian akibat
tidak dapat diprediksinya perilaku dari anggota organisasi.
4. Maskulinity merupakan dimensi kebudayaan yang menunjukkan bahwa
dalam tiap masyarakat memiliki peran yang berbeda-beda tergantung
perbedaan jenis para anggotanya. Pada masyarakat maskulin, menganggap
pria harus lebih berambisi, suka bersaing, dan berani menyatakan
pendapatnya, dan cenderung berusaha mencapai keberhasilan material.
Dalam masyarakat feminin, kaum pria diharapkan untuk lebih
memperhatikan kualitas kehidupan dibandingkan dengan keberhasilan
materalitas.
Empat dimensi budaya diatas mengidenfikasi nilai dasar yang mencoba
untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan budaya secara umum di
seluruh dunia. Hofstede dan Bond (1988) menambahkan dimensi budaya
kelima yaitu Confucian Dynamism (orientasi jangka panjang).
5. Confucian Work Dynamics
Hofstede dan Bond (1988) menemukan sebuah dimensi baru dan
diberi nama Confucian Work Dynamics, untuk menekankan pentingnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
etika dalam bermasyarakat berdasarkan prinsip-prinsip berikut: (1)
keharmonisan hubungan antar masyarakat tergantung pada hubungan
seimbang menyatakan kewajiban bersama dan saling melengkapi antara
ayah dan anak, kakak tua dan muda, penguasa dan subjek, (2) perilaku
berbudi luhur terhadap orang lain memerlukan tidak memperlakukan orang
lain sebagai salah satu tidak ingin diperlakukan oleh mereka; (3) keluarga
adalah pondasi dan pola dasar dari semua organisasi sosial; individualitas
harus ditundukkan jika mengurangi harmoni, dan sangat penting untuk
menjaga wajah setiap orang dengan menjaga martabat orang lain; (4)
kebajikan dalam kehidupan melibatkan memperoleh keterampilan dan
pendidikan, bekerja keras, hemat menjadi, memiliki rasa malu, dan
bersabar dan sabar, dan (5) individu harus memiliki rasa komitmen dan
identitas organisasi dan loyalitas.
B. Etnis Aceh
Suku Aceh adalah nama sebuah suku yang mendiami ujung utara
Sumatra. Bangsa Aceh adalah satu bangsa yang membangun negeri di sebelah
barat Pulau Ruja (Sumatera). Bangsa ini asalnya dari bangsa Achemenia, bangsa
Achemenis berasal dari sebuah bukit Kaukasus di Eropa Tengah. Bangsa
Achemenia hidup sekitar 2500 Tahun sebelum Masehi. Bangsa Achemenia
merupakan satu bangsa yang suka merantau, sampai bangsa ini tersebar di
seluruh Asia, Afrika, Eropa dan juga Pulau Ruja. Satu keturunan pindah ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
tanah Persia, kemudian menjadi bangsa Persia, yang satu suku lagi pindah ke
Pulau Ruja, kemudian lahir bangsa Aceh.
Aceh adalah bangsa yang unik yang terdiri dari multikultur suku dan
bahasa serta budaya, Aceh adalah negeri yang penuh julukan...Aceh negeri
serambi mekkah, Aceh negeri tanah rencong, Aceh negeri syariat Islam, Aceh
negeri sejuta warung kopi dan sebagainya. Sebagian besar bangsa aceh
beragama Islam. Bahasa yang dipertuturkan adalah bahasa Aceh yang masih
berkerabat dengan bahasa Mon Khmer (wilayah Champa). Bahasa Aceh
merupakan bagian dari bahasa Melayu-Polynesia barat, cabang dari keluarga
bahasa Austronesia.
Suku Aceh memiliki sejarah panjang tentang kegemilangan sebuah
kerajaan Islam hingga perjuangan atas penaklukan kolonial Hindia Belanda.
Banyak dari budaya Aceh yang menyerap budaya Hindu India, dimana kosakata
bahasa Aceh banyak yang berbahasa Sanskerta. Suku Aceh merupakan suku di
Indonesia yang pertama memeluk agama Islam dan mendirikan kerajaan Islam.
Masyarakat Aceh mayoritas bekerja sebagai petani, pekerja tambang, dan
nelayan.
Aceh banyak memiliki kekhasan dan keunikan. Kekhasan orang Aceh jika
diperbandingkan dengan kultur masyarakat lain di Indonesia adalah sikap
militansi dan loyal atau patuh kepada pemimpin. Itulah gambaran singkat
masyarakat Aceh, Menurut Dr. Mohd Harun lewat ‘Memahami orang Aceh’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(April 2009) Kajiannya atas masyarakat Aceh dari penggalan syair hadih maja.
Menurutnya ada lima (5) prototipe watak orang Aceh :
1. Reaktif artinya sebagai sebuah sikap awas atas harga diri yang
keberadaanya dipertaruhkan dalam konstelasi sosial budaya.
2. Militan artinya memiliki semangat juang yang tinggi, bukan hanya dalam
memperjuangkan makna hidup tetapi juga dalam mempertahankan harga
diri atau eksistensinya.
3. Optimis hal ini tampak dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu. Orang
Aceh beranggapan bahwa setiap pekerjaan yang kelihatan sulit dan berat
harus dicoba dan dilalui.
4. Konsisten. Hal ini tampak dalam sikap dan pendirian yang tidak plin
plan, tegas, taat asas apalagi jika berkaitan dengan harga diri dan
kebenaran.
5. Loyal. Hal ini amat berkaitan dengan kepercayaan. Jika seseorang ,
lebih-lebih pemimpin, menghargai, mempercayai, tidak menipu, tidak
mencurigai orang Aceh maka mereka akan mebaktikan diri sepenuhnya
kepada sang pemimpin.
C. Standar Akuntansi
Dewasa ini, standar akuntansi memiliki peranan penting bagi pihak
penyusun dan semua pemakai laporan keuangan agar timbul keseragaman atau
kesamaan intepretasi atas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
(Chariri, 2009). Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia saat ini sedang
mengalami konvergensi dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
menuju International Accounting Standards (IAS). Standar akuntansi yang
digunakan sebelumnya adalah PSAK. PSAK dikeluarkan oleh IAI (Ikatan
Akuntan Indonesia), Ikatan Akuntan Indonesia adalah organisasi profesi akuntan
yang ada di Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) di
Indonesia mengacu pada Standar Akuntansi International (IAS) yang
dikeluarkan Dewan IAS. Secara umum standar akuntansi mengatur empat hal
pokok yaitu mengenai definisi elemen laporan keuangan atau informasi lain
yang berkaitan, pengukuran dan penilaian, pengakuan, penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan.
IAS (International Accounting Standards) diterbitkan oleh IASC
(International Accounting Standards Committee) pada tahun 1973. IAS adalah
standar yang digunakan oleh perusahaan multinasional untuk menjembatani
perbedaan-perbedaan antar negara dalam perdagangan multinasional. Tujuan
dibentuknya IASC adalah memformulasi standar dan mendorong keberterimaan
dan ditaatinya IFRS secara luas di dunia (Solomons 1986: 60).
George dan Timothy (2009) menyatakan bahwa IAS (International
Accounting Standards) merupakan standar akuntansi internasional yang
diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar
Akuntansi Internasional (International Accounting Standards/IAS) disusun oleh
empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
(IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal
(IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC). Badan Standar
Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar
Akuntansi Internasional (AISC), merupakan lembaga independen untuk
menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan
dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi,
dapat dipahami dan dapat diperbandingkan. Choi dan Mueller (1998),
mendefinisikan IAS sebagai suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan
global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi
informasi keuangan. Tujuan IAS adalah memastikan laporan keuagan
perusahaan mengandung informasi berkualitas tinggi yang;
1. Menghasilkan transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan
sepanjang periode yang disajikan.
2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan
pada IAS atau IFRS.
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para
pengguna.
D. Keputusan Adopsi IAS ke dalam PSAK
Seiring dengan perkembangan kegiatan ekonomi dan globalisasi
menuntut adanya suatu standar akuntansi internasional yang dapat diterima dan
dapat dipahami secara internasional, oleh karena itu muncullah suatu standar
internasional yaitu IFRS. Dimana tujuan dari konvergensi ini adalah agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
informasi keuangan yang dihasilkan dapat diperbandingkan, mempermudah
dalam melakukan analisis kompetitif dan hubungan baik dengan pelanggan,
supplier, investor dan kreditor. Indonesia sebagai negara yang terus berkembang
dan banyaknya transaksi internasional yang dilakukan mengharuskan Indonesia
untuk melakukan konvergensi terhadap IFRS.
Standar Akuntansi Keuangan Indonesia perlu mengadopsi IAS karena
kebutuhan akan informasi keuangan secara global, serta agar dapat bersaing dan
dapat menarik investor. Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK),
tingkat pengadopsian IAS dapat dibedakan menjadi 5 tingkat, yaitu:
1. Full Adoption
Suatu negara mengadopsi seluruh produk IAS dan menerjemahkan
IAS word by word ke dalam bahasa yang negara tersebut gunakan.
2. Adopted
Mengadopsi seluruh IFRS namun disesuaikan dengan kondisi di
negara tersebut.
3. Piecemeal (Sedikit Demi Sedikit)
Suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor IAS yaitu
nomor standar tertentu dan memilih paragraf tertentu saja.
4. Referenced
Sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya mengacu pada
IAS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan
pembuat standar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
5. Not adopted at all
Suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IAS.
Dengan dibuatnya satu standar akuntansi yang sama dan digunakan oleh
seluruh negara akan semakin mendorong investor untuk masuk dalam pasar
modal seluruh dunia, hal ini dikarenakan mutu dari laporan keuangan yang
dihasilkan memiliki kredibilitas tinggi, pengungkapan yang lebih luas, informasi
keuangan yang relevan dan akurat serta dapat diperbandingkan dan satu lagi
yang sangat penting adalah dapat berterima secara internasional dan mudah
untuk dipahami.
Di Indonesia belum dimungkinkan untuk melakukan adopsi secara penuh
terhadap aturan IAS ke dalam PSAK, karena adanya beberapa hambatan antara
lain:
1. Faktor Budaya (Culture)
Faktor budaya di Indonesia yaitu karena kebiasaan menggunakan
standar akuntasi domestik yang sudah menjadi budaya akan sangat sulit
mengubah cara untuk menerapkan Standar International.
2. Faktor Bahasa
Proses terjemahan bahasa juga merupakan faktor kendala dalam
proses penerapan Standar International, karena penafsiran bahasa sedikit
banyak membawa arti yang berbeda dalam konteks pemahaman inti
Standar International.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Hal tersebut di atas merupakan rintangan dalam adopsi sepenuhnya IAS
di Indonesia. Selain itu, untuk mencapai adopsi seutuhnya (full adoption) pada
2012, tantangan terutama dihadapi oleh kalangan akademisi dan perusahaan di
Indonesia. Penyesuaian terhadap perubahan ini memerlukan waktu dan usaha
yang keras, karena penyesuaian terhadap peraturan yang baru menyangkut
banyak aspek dan bukanlah hal yang dapat terjadi dalam waktu yang singkat.
E. Harmonisasi Standar Akuntansi Internasional
Akuntansi sangat diperlukan untuk mereka yang mengadakan transaksi
jual beli atau bergelut dalam dunia bisnis. Akuntansi juga membantu manajemen
dalam pengambilan keputusan. sehingga dapat kita simpulkan bahwa akuntansi
adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan
transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi / entitas yang dijadikan
sebagai informasi dalam rangka mengambil keputusan ekonomi oleh pihak –
pihak yang memerlukan. Pengertian ini juga dapat melingkupi penganalisisan
laporan yang dihasilkan oleh akuntansi tersebut.
Iqbal, Melcher dan Elmallah (1997:18) mendefinisikan akuntansi
internasional sebagai akuntansi untuk transaksi antar negara, pembandingan
prinsip-prinsip akuntansi di negara-negara yang berlainan dan harmonisasi
standar akuntansi di seluruh dunia.Akuntansi harus berkembang agar mampu
memberikan informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan di
perusahaan pada setiap perubahan lingkungan bisnis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Harmonisasi merupakan proses untuk meningkatkan kompatibilitas
(kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan batasan – batasan seberapa
besar praktik–praktik tersebut dapat beragam. Standar harmonisasi ini bebas dari
konflik logika dan dapat meningkatkan komparatibilitas (daya banding)
informasi keuangan yang berasal dari berbagai Negara. Istilah harmonisasi dan
standardisasi berbeda, standardisasi berarti penetapan sekelompok aturan yang
kaku dan sempit dan bahkan mungkin penerapan satu standar atau aturan tunggal
dalam segala situasi. Penerapan standar internasional di dalam akuntansi bersifat
sukarela dan tergantung, untuk diterima, pada niat baik dari mereka yang
menggunakan standar akuntansi. Situasi termudah akan muncul ketika suatu
standar internasional hanya merupakan tiruan dari standar nasional. Ketika
standar nasional dan internasional berbeda satu sama lain praktik yang ada
dewasa ini adalah mengunggulkan standar nasional.
Harmonisasi adalah proses peningkatan komparalititas praktik akuntansi
dengan memberikan batas seberapa banyak variasinya. Harmonisasi standar
meminumkan konflik dan meningkatkan komparabilitas informasi keuangan dari
Negara-negara berbeda. (Choi, et.al, 1999:248). Harmonisasi lebih fleksibel dan
terbuka dan tidak menggunakan pendekatan satu ukuran untuk semua. Konsep
harmonisasi berarti bahwa standar yang berbeda boleh berlaku di masing-masing
Negara anggota selama standar tersebut “selaras” satu sama lain berarti bahwa
standar tersebut secara logis seharusnya tidak boleh bertentangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Seiring dengan perkembangan kegiatan ekonomi dan globalisasi
menuntut adanya suatu standar akuntansi internasional yang dapat diterima dan
dapat dipahami secara internasional. Akuntansi sebagai penyedia informasi bagi
pengambilan keputusan yang bersifat ekonomi juga dipengaruhi oleh lingkungan
bisnis yang terus menerus berubah karena adanya globalisasi. Harmonisasi
menjadi suatu bagian yang penting untuk menghasilkan komunikasi yang lebih
baik atas suatu informasi agar dapat diartikan dan dipahami secara internasional.
IASC (International Accounting Stadard Committe) adalah lembaga
yang bertujuan merumuskan dan menerbitkan standar akuntansi sehubungan
dengan pelaporan keuangan dan mempromosikannya untuk bisa diterima secara
luas di seluruh dunia, serta bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi
standar dan prosedur akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan (Choi &
Mueller, 1998). IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah
suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi
jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan. Tujuan
IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan interim perusahaan untuk
periode-periode yang dimaksudkan dalam laporan keuangan tahunan,
mengandung informasi berkualitas tinggi yang: (1) Menghasilkan transparansi
bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan.,
(2) menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan
pada IFRS., (3) dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat
untuk para pengguna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
F. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual digunakan untuk memberi gambaran tentang
pengaruh budaya terhadap keputusan adopsi IAS (International accounting
Standards) ke dalam PSAK di Indonesia: survei terhadap etnis Aceh, maka
dibuatlah kerangka sebagai berikut:
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual
G. Pengembangan Hipotesis
1. Individualism (Individualisme)
Masyarakat yang mempunyai budaya dengan tingkat
individualisme tinggi akan memberikan kebebasan personal dan otonomi
kepada kepentingan individu. Sebaliknya masyarakat yang mempunyai
Variabel Independen Variabel Dependen
Budaya (X)
Keputusan Adopsi IAS ke dalam
PSAK (Y)
Individualism
Power Distance
Uncertainty Avoidance
Masculinity
Confucian Work Dinamism
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
budaya dengan tingkat collectivism tinggi, individu yang berada dalam
suatu kelompok akan mementingkan kepentingan kelompok dan akan
saling memperhatikan satu individu terhadap individu lainnya (Hofstede,
1983).
Dalam konteks keputusan adopsi IAS, Clement et al. (2010)
menyimpulkan bahwa negara-negara yang sangat individualis akan
enggan untuk menyerahkan kontrol proses penetapan standar akuntansi
kepada organisasi internasional luar, sementara masyarakat kolektivis
akan lebih mungkin untuk menghasilkan suatu pengaturan badan standar
internasional dalam hal ini adalah IAS.
H1: Individualism (Individualisme) berpengaruh terhadap
keputusan adopsi IAS ke dalam PSAK di Indonesia.
2. Power Distance (Jarak Kekuasaan)
Menurut Hofstede (2005), jarak kekuasaan didefinisikan sebagai
sejauh mana anggota atau lembaga dan organisasi dalam suatu negara
mengharapkan dan menerima kekuasaan yang didistribusikan merata di
negara-negara dengan jarak kekuasaan tinggi ada perbedaan yang jelas
antara peran "bawahan" dan "atasan”.
Pada masyarakat yang power distance besar, mengakui adanya
tingkatan di dalam masyarakat dan tidak memerlukan persamaan
tingkatan. Sedangkan pada masyarakat yang power distance kecil, tidak
mengakui adanya perbedaan dan membutuhkan persamaan tingkatan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dalam masyarakat. Suatu negara yang memiliki power distance dengan
skor tinggi, maka dapat dikatakan bahwa di negara tersebut cenderung
sedikit menggunakan partisipasi dalam segala aspek kehidupan.
Dalam konteks keputusan adopsi IAS, Clement et al. (2010)
menyimpulkan IASB dianggap sebagai badan yang mempunyai otoritas
dalam hal penyebarluasan standar-standar akuntansi internasional. Power
distance yang tinggi dalam masyarakat akan lebih besar
kemungkinannya untuk menghasilkan pengendalian pembentukan
standar akuntansi kepada badan internasional yang berwenang.
H2: Power Distance (Jarak Kekuasaan) berpengaruh terhadap
Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa semua item dari keenam
variabel memiliki r positif dan p < 0,05. Hal ini berarti bahwa keseluruhan
item dalam penelitian ini adalah valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten apabila diukur dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,
2006:41).
Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik
Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nunnally, 1967 dalam Ghozali,
2006:42). Hasil uji realibilitas dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel
4.9
Tabel 4.9
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach Alpha
Keterangan
Individualism 0,686 Reliabel Power Distance 0,665 Reliabel Uncertainty Avoidance 0,712 Reliabel Masculinity 0,768 Reliabel Confucian Work Dynamics 0,665 Reliabel Keputusan Adopsi IAS dalam PSAK 0,759 Reliabel Sumber: Data Primer Diolah, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa keenam variabel di atas
memiliki koefisien cronbach alpha > 0,60. Hal ini berarti bahwa semua item
dalam penelitian ini adalah reliabel.
D. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji kesahihan nilai parameter yang
dihasilkan oleh model yang digunakan dalam penelitian ini. Asumsi klasik
menyatakan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar data layak dianalisis dengan
model regresi linier ganda. Apabila data tidak memenuhi syarat tersebut maka
model regresi yang diperoleh beserta analisisnya akan bersifat bias (menyimpang).
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi
variabel-variabel yang dianalisis terdistribusi normal atau tidak (Wijaya,
2009:126). Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali, 2006:147).
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik
non-parametrik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Pengambilan
keputusan dilakukan dengan membandingkan p value yang diperoleh dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
hasil pengujian normalitas dengan tingkat signifikansi yang ditentukan yaitu
sebesar 0,05. Kriteria pengujian apabila p value > 0,05 maka data
terdistribusi normal, sedangkan apabila p value < 0,05 maka data tidak
terdistribusi normal. Hasil uji normalitas dalam penelitian ini dapat dilihat
dalam tabel 4.10
Tabel 4.10
Hasil Uji Normalitas
Parameter yang Diuji Z p Keterangan
Unstandardized Residual 0,707 0,700 Normal
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa besarnya nilai Kolmogorov-
Smirnor Z adalah 0,707 dan signifikan (p) pada 0,700. Hal ini berarti bahwa
data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi normal karena p >
0,05.
2. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Wijaya,
2009:119). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel independen (Ghozali, 2006:91). Multikolinieritas antar
variabel independen dapat dilihat dari nilai tolerance dan variances inflation
faktor (VIF) (Ghozali, 2006:91). Nilai tolerance yang rendah sama artinya
dengan nilai VIF yang tinggi (Ghozali, 2006:92). Jika nilai tolerance > 0,1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
(10%) dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil uji
multikolinieritas dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.11
Tabel 4.11
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF Individualisme 0,409 2,447 Power Distance 0,764 1,309 Uncertainty Avoidance 0,537 1,862 Masculinity 0,754 1,326 Confucian Work Dynamics 0,656 1,524
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa hasil nilai secara keseluruhan
menunjukkan bahwa variabel independen memiliki nilai tolerance > 0,1
(10%) dan VIF < 10. Hal ini berarti bahwa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah bebas dari multikolinieritas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada
suatu pengamatan varians variabelnya tidak sama (Wijaya, 2009:124). Uji
heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Ghozali, 2006:125).
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji Glejser yaitu dengan meregres nilai absolut residual
terhadap variabel independen (Gujarati, 2003). Model regresi yang baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
adalah model regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2006:125). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat
kepercayaan 5% (p > 0,05). Hasil uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini
dapat dilihat dalam tabel 4.12
Tabel 4.12
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel t p Keterangan Power Distance -0,693 0,493 Tidak signifikan Uncertainty Avoidance -1,659 0,106 Tidak signifikan Masculinity 0,039 0,969 Tidak signifikan Individualism -0,289 0,775 Tidak signifikan ConfucianWork Dynamics -1,182 0,245 Tidak signifikan
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel
independen yang mempengaruhi variabel dependen nilai absolut. Hal ini
terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%.
Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya
Heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada
korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan periode t-1 pada
persamaan regresi linear (Wijaya, 2009:121). Uji autokorelasi bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2006:99).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Jenis pengujian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
uji Durbin-Watson. Nilai Durbin-Watson hitung (d) diperoleh dari hasil
pengujian akan dibandingkan dengan nilai Durbin-Watson tabel, yaitu batas
lebih tinggi (upper bond atau du) dan batas lebih rendah (lower bond atau
dl). Apabila du < d < 4 - du maka asumsi tidak terjadi autokorelasi terpenuhi
(Ghozali, 2006:100). Model yang baik adalah model yang bebas dari
autokorelasi. Hasil uji autokorelasi dalam penelitian ini dapat dilihat dalam
tabel 4.13 berikut ini :
Tabel 4.13
Hasil Uji Autokorelasi
Durbin-Watson (d) Du 4 – du Keterangan
1,869 1,771 2,229 Tidak Terjadi Autokorelasi
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa hasil nilai Durbin Watson
sebesar 1,869. Hasil tersebut terletak di antara du dan 4 – du yaitu 1,771 <
1,869 < 2,229. Hal ini berarti bahwa data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah bebas dari autokorelasi.
E. Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh lebih dari satu
variabel bebas terhadap variabel terikat (Wijaya, 2009:99). Analisis regresi linear
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
berganda adalah analisis regresi linear yang digunakan untuk menguji hubungan
antara dua atau lebih variabel dependen dengan himpunan variabel independen
yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi kemudian dilakukan pengujian
koefisien regresi secara simultan (uji F), pengujian koefesien determinasi, dan
pengujian koefisien regresi parsial (uji-t).
Dalam penelitian ini, signifikansi (a) diartikan sebagai tingkat kesalahan,
atau seberapa besar tingkat kepercayaan yang dihasilkan. Peneliti menggunakan
angka signifikansi (a) sebesar 0,05. Angka signifikansi sebesar 0,05, maka tingkat
kepercayaan adalah sebesar 95%. Hasil analisis regresi linier berganda dalam
penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.14 berikut ini :
Tabel 4.14
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel B t p
Constant Power Distance Uncertainty Avoidance Masculinity Individualism Confucian Work Dynamics
3,940 -0,114 0,689 0,940 -0,362 0,500
0,474 -0,719 2,220 4,430 -0,896 1,421
0,638 0,477 0,033 0,000 0,376 0,164
Adjusted R Square
F p
0,468 7,854 0,000*
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
1. Persamaan Regresi Linier Ganda
Tabel 4.14 di atas menunjukkan bahwa hasil persamaan regresi