perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, EFISIENSI MANAJEMEN DAN KINERJA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : VERIAN WINDI ASTARI NIM. F0307091 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
91
Embed
MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, EFISIENSI …/Mekanisme-Corporate...Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, EFISIENSI
MANAJEMEN DAN KINERJA PERUSAHAAN PUBLIK DI
INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
VERIAN WINDI ASTARI NIM. F0307091
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul:
MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, EFISIENSI
MANAJEMEN DAN KINERJA PERUSAHAAN PUBLIK DI
INDONESIA
Surakarta, Januari 2012
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing Skripsi
Arif Lukman Santoso, SE., M.Si., Ak.
NIP. 198005232005011003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
4.1 Tampilan Output Model Struktural............................................. 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRAKSI
MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, EFISIENSI MANAJEMEN DAN KINERJA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA
VERIAN WINDI ASTARI
NIM: F0307091
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui bukti empiris adanya
pengaruh antara struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, karakteristik komite audit, efisiensi manajemen, dan kinerja keuangan perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi); 2) penggunaan metode DEA untuk mengukur efisiensi manajemen; dan 3) penggunaan metode analisis SEM untuk menguji pengaruh antara struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, karakteristik komite audit, efisiensi manajemen, dan kinerja keuangan perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi). Populasi dalam penelitian ini sebesar 68 perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode pengamatan (2008-2010). Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 24 perusahaan yang dapat dianalisis selama tahun pengamatan.
Metode analisis menggunakan Struktural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan program VPLS. Statistik nonparametrik dari SEM (alternatif statistik parametrik) digunakan dalam penelitian ini karena sampel tidak memenuhi syarat kecukupan sampel untuk parametrik (data dibawah 100) serta tidak terdistribusi normal.
Hasil dari analisis diperoleh bahwa: 1) Struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, dan karakteristik komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi manajemen karena t-statistik pada struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, dan karakteristik komite audit berada di dalam daerah kritis yaitu antara -1,96 dan 1,96. Nilai koefisien beta sebesar 0,047 dan t-statistik 0,3291 untuk struktur kepemilikan, koefisien beta sebesar 0,071 dan t-statistik 0,6381 untuk struktur dewan komisaris, dan koefisien beta sebesar 0,321 dan t-statistik 1,6786 untuk karakteristik komite audit; 2) Efisiensi manajemen, karakteristik komite audit dan struktur dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan karena uji signifikansi t-statistiknya sebesar 1,8548 untuk efisiensi manajemen, -0,0957 untuk karakteristik komite audit, dan -0,3861 untuk struktur dewan komisaris berada diantara nilai tabel -1,96 dan 1,96; 3) Sedangkan struktur kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan dengan koefisien beta sebesar -0,35 dan t-statistik -2,2791 < -1,96 (tingkat signifikansi 5%). Kata Kunci: Struktur Kepemilikan, Struktur Dewan Komisaris, Karakteristik
Komite Audit, Efisiensi Manajemen, Kinerja Keuangan Perusahaan, DEA, SEM, dan VPLS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
ABSTRACT
MECHANISM OF CORPORATE GOVERNANCE, MANAGEMENT EFFICIENCY AND PERFORMANCE PUBLIC COMPANIES IN
INDONESIA
VERIAN WINDI ASTARI NIM: F0307091
This study aims to: 1) find empirical evidence of the influence of ownership structure, board structure, characteristics of audit committees, management efficiency and financial performance of public companies (banks, credit agencies, securities, and insurance); 2) measure of management efficiency using DEA method, and 3) examine the effect of ownership structure, board structure, characteristics of audit committees, management efficiency and financial performance of public companies (banks, credit agencies, securities, and insurance) using SEM analysis method. The population in this study is 68 public companies (banks, credit agencies, securities, and insurance) that are listed in Indonesian Stock Exchange (BEI) in the observation period (2008-2010). The amount samples used in this study is 24 companies that could be analyzed during the years of observation.
Method of analysis using Structural Equation Modeling (SEM) with VPLS software. Nonparametric statistical programs of the SEM (statistical parametric alternative) is used in this study because the adequacy of the sample did not qualify for parametric samples (data below 100) and not normally distributed.
Analysis results obtained showed that: 1) The ownership structure, board structure, and characteristics of audit committees has no significant effect on the management efficiency because of t-statistics on ownership structure, board structure, and characteristics of audit committees being in a critical area that are between -1.96 and 1.96. Beta coefficient is 0.047 and t-statistics is 0.3291 for ownership structure, the beta coefficient is 0.071 and t-statistics is 0.6381 for the board structure, and the beta coefficient is 0.321 and t-statistics is 1.6786 for the characteristics of audit committees; 2) The management efficiency, characteristics of audit committees and board structure has no significant effect on financial performance because the t-statistic significance test are 1.8548 for management efficiency, -0.0957 for the characteristics of audit committees, and -0.3861 for the board structure, suit to t-statistic table values between -1.96 and 1.96; 3) the ownership structure significantly influence the financial performance of the beta coefficient -0.35 and t-statistic -2.2791 <-1.96 (5% significance level). Keywords: Ownership Structure, Board Structure, Characteristics of Audit
Committees, Management Efficiency, Corporate Financial Performance, DEA, SEM, and VPLS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi di Indonesia pada kurun
waktu 1997-1998 merupakan pukulan yang sangat berat bagi sistem
perekonomian Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya
perusahaan di Indonesia yang tidak menjalankan prinsip-prinsip
pengelolaan perusahaan yang baik (Pieris dan Jhon, 2007). Hal ini terlihat
dari banyaknya praktek-praktek pengelolaan perusahaan secara tidak sehat
pada berbagai sektor di perusahaan-perusahaan Indonesia. Oleh karena itu
diperlukan adanya perbaikan-perbaikan secara terus-menerus. Dari
perbaikan ini diharapkan adanya pembenahan pengelolaan dalam
perusahaan untuk meningkatkan kualitas dari produk yang ditawarkan.
Produk yang berkualitas ini ditujukan untuk pencapaian tujuan perusahaan,
baik tujuan jangka panjang maupun tujuan jangka pendek.
Indonesia menerapkan Corporate Governance (CG) sejak
menandatangani Letter of Intent dengan International Monetery Fund yang
salah satu bagian terpentingnya adalah pencantuman jadwal perbaikan
pengelolaan perusahaan di Indonesia. Sebagai bagian dari upaya tersebut,
Komite Nasional telah mengeluarkan Pedoman umum Good Corporate
Governance (GCG) Indonesia 2006. Melalui Keputusan Menteri
Negara/Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN Nomor:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Kep-23/M-PM.PBUMN/2000 tanggal 31 Mei 2000, Pemerintah Indonesia
telah menerbitkan aturan tentang Pengembangan Praktek GCG di
perusahaan-perusahaan Indonesia. Dengan aturan tersebut, berbagai
perusahaan termasuk perbankan diharapkan mampu menerapkan prinsip-
prinsip GCG ke dalam struktur dan juga proses di perusahaan, yang
meliputi transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, kemandirian dan
keadilan. Keputusan ini kemudian disempurnakan dengan Surat Keputusan
No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan
Praktek GCG. Ketentuan peraturan ini dimaksudkan untuk memberikan
pedoman yang lebih rinci dalam menerapkan GCG pada perusahaan
masing-masing.
Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI)
Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance
bagi Bank Umum. Adanya pengelolaan perbankan yang baik melalui
aplikasi GCG akan meningkatkan efisiensi perbankan dan pertumbuhan
ekonomi. Perbankan yang efisien akan memberikan dampak positif bagi
peningkatan keuntungan bank, membaiknya kualitas pelayanan kepada
nasabah, mendorong keamanan operasional, kesehatan perbankan serta
meningkatkan keuntungan kepada shareholder dan stakeholder. GCG juga
dikukuhkan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API) sebagai pilar
keempat dengan landasan berpikir bahwa aplikasi GCG akan memperkuat
kondisi internal perbankan nasional. Ada baiknya GCG dijadikan budaya
perusahaan maupun pemerintahan yang terintegrasi dalam keseharian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
karena inti dari GCG adalah moral dan etika yang ditunjang dengan
perangkat hukum yang baik.
Good Corporate Governance (GCG) merupakan suatu proses dan
struktur yang digunakan oleh RUPS, Direksi dan Komisaris untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perseroan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan para stakeholders lainnya, berlandaskan
peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Tujuannya adalah
mengarahkan dan mengontrol perusahaan melalui distribusi hak dan
tanggungjawab semua pihak dalam perusahaan (PPM Institut of
Manajement, 2007).
Penerapan good corporate governance juga menjadi permasalahan
yang penting dalam dunia perbankan. Krisis keuangan yang melanda
Indonesia tahun 1997 telah menghancurkan berbagai sendi perekonomian,
salah satunya perbankan yang mengakibatkan krisis perbankan terparah
dalam sejarah perbankan nasional, yang menyebabkan penurunan kinerja
perbankan nasional. Penerapan GCG dalam jangka panjang mempunyai
relevansi terhadap kinerja atau performance di perbankan karena GCG
merupakan landasan bagi proses penyelenggaraan perusahaan. GCG
sangat diperlukan untuk penyelenggaraan suatu Bank yang harus
mempertanggungjawabkan tindakan dan pekerjaannya kepada publik dan
perusahaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance juga penting
bagi perusahaan-perusahaan keuangan lainnya seperti agen kredit, sekuritas,
dan asuransi. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut lebih banyak
berinteraksi langsung dengan pelayanan terhadap konsumen mereka, sehingga
sangat diperlukan suatu tata kelola perusahaan yang baik untuk tetap
mempertahankan konsumen mereka. Bagi perusahaan asuransi, saat ini telah
memasuki era baru dengan diperkenalkannya Pedoman Good Corporate
Governance Sektor Perasuransian yang dikeluarkan oleh Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG) bekerjasama dengan Indonesian Senior
Executive Association (ISEA). Penerbitan pedoman ini, yang nantinya akan
ditindaklanjuti oleh regulator, menjadikan perusahaan asuransi perlu
memastikan bahwa proses bisnis yang dilakukan telah berdasarkan pada
ketentuan ini.
Pedoman Good Corporate Governance perasuransian yang telah
diterbitkan merupakan langkah awal yang patut dihargai dan memerlukan
penjabaran dalam implementasinya. Jika ternyata pada awalnya perusahaan
asuransi tersebut belum terkelola dengan baik, maka dengan adanya Good
Corporate Governance akan menunjukkan adanya perubahan. Diharapkan
pula suatu saat nanti penerapan Good Corporate Governance bisa dijadikan
salah satu faktor dalam menilai peringkat (rating) perusahaan asuransi serta
menjadi bahan pertimbangan bagi calon pemegang polis dalam memilih suatu
perusahaan asuransi (Astanti, 2007).
Perusahaan-perusahaan keuangan dituntut untuk dapat
menyalurkan dana dari konsumen yang kelebihan dana kepada konsumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
yang membutuhkan dana secara efektif dan efisien. Efektif lebih memiliki
arti sebagai ketepatan pemberian pembiayaan kepada pihak yang
membutuhkan, sedangkan efisien lebih memiliki arti kesesuaian hasil
antara input yang digunakan dan output yang dihasilkan. (Atmawardhana,
2006).
Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara
teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja
sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal
dengan input yang ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada
saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi
bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input
yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat
output tertentu. Dengan diidetifikasikannya alokasi input dan output, dapat
dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab ketidakefisiensian.
Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter
kinerja yang cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban
atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja
perbankan. Sering kali, perhitungan tingkat keuntungan menunjukkan
kinerja yang baik, tidak masuk dalam kriteria “sehat” atau berprestasi dari
sisi peraturan. Sebagaimana diketahui, industri perbankan adalah industri
yang paling banyak diatur oleh peraturan-peraturan yang sekaligus
menjadi ukuran kinerja dunia perbankan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Bank harus menerapkan GCG secara serius dan efektif untuk
berkembang dan maju. Pedoman GCG Perbankan Indonesia menyatakan
bahwa untuk terciptanya kondisi yang mendukung implementasi GCG
yang efektif, salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab pemerintah
dan otoritas terkait adalah penerbitan peraturan perundang-undangan yang
memungkinkan dilaksanakannya GCG secara efektif. Selain itu,
pemerintah dan otoritas terkait harus mampu menjamin dan membuktikan
bahwa law enforcement dilakukan secara serius.
Untuk mencapai good corporate governance dibutuhkan suatu
mekanisme cara kerja secara tersistem untuk memantau terhadap seluruh
kebijakan yang diambil. Mekanisme corporate governance merupakan
suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang
mengambil keputusan dengan baik yang melakukan control atau
pengawasan terhadap keputusan tersebut (Arifin, 2005).
Pengawasan merupakan bagian integral dari proses manajemen.
Mengawasi berarti melihat dan memperhatikan apakah yang dilaksanakan
(kenyataan) sesuai dengan yang seharusnya dilaksanakan (rencana).
Mekanisme dalam pengawasan corporate governance dibagi dalam dua
kelompok yaitu internal dan eksternal mechanism. Internal mechanism
adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan
struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham,
komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan
dengan board of director. Sedangkan external mechanism adalah cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme
internal, seperti pengendalian perusahaan dan mekanisme pasar (Iskandar
dan Chamlao, 2000).
Penelitian tentang good corporate governance telah banyak
dilakukan. Destefanis dan Sena (1997) menganalisis hubungan antara
sistem corporate governance (CG) dengan efisiensi teknikal pada
perusahaan manufaktur Italia. Hasilnya menunjukkan bahwa persentase
kepemilikan saham terbesar serta fakta perusahaan termasuk grup piramid
berhubungan positif terhadap efisiensi teknikal.
Lin, et.al. (2002) meneliti 461 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di China tahun 1999-2002. Mereka menguji apakah corporate
governance mempengaruhi efisiensi perusahaan, dimana efisiesi
perusahaan dihitung menggunakan DEA. Hasilnya menunjukkan bahwa
efisiensi berhubungan negatif terhadap kepemilikan saham negara, tetapi
hubungan positif terhadap kepemilikan saham publik dan karyawan,
proporsi direksi luar, jumlah rapat dewan, dewan independen,
pengembangan pasar provinsi, serta restrukturisasi BUMN dengan CG.
Ying Huang, et.al. (2004) menggunakan sampel perusahaan
asuransi di U.S tahun 2000-2004 untuk menguji hubungan antara CG
dengan efisiensi kinerja. Hasilnya yaitu jumlah rapat dewan, proporsi
auditor independen, kompensasi komite independen berhubungan positif
terhadap efisiensi alokasi dan biaya. Dewan independen berhubungan
positif terhadap efisiensi biaya tetapi negatif terhadap efisiensi teknikal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Pembedaan komisaris dengan CEO memiliki hubungan negatif dengan
efisiensi alokasi dan biaya.
Sukamulja (2004) meneliti dampak good corporate governance
terhadap kinerja. Hasil penelitian ini menunjukan pelaksanaan good
corporate governance tidak berpengaruh terhadap kinerja yang tercermin
dari nilai pasar perusahaan dilihat dari segi profitabilitas, umur perusahaan
dan ukuran perusahaan. Meskipun demikian, penelitian sebelumnya
menemukan perbedaan dalam praktik tata kelola perusahaan di berbagai
industri, khususnya di pasar negara berkembang.
Lehmann, et.al. (2004) menguji 361 perusahaan yang terdaftar di
Jerman dari tahun 1991-1996. Mereka bertujuan untuk menggabungkan
hubungan antara struktur governance dan efisiensi perusahan pada
profitabilitas perusahaan (ROA). Hasilnya menunjukkan bahwa skor
efisiensi sangat signifikan untuk menjelaskan perbedaan profitabilitas
antar perusahaan.
Darmawati, dkk (2005) meneliti hubungan antara corporate
governance dengan kinerja perusahaan. Hasil penelitian menunjukan
bahwa variabel corporate governance secara statistik signifikan
mempengaruhi ROE namun tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Cheng Hsu, et.al. (2006) menguji pengaruh CG terhadap efektifitas
manajemen dengan menggunakan metode SEM, dan untuk menghitung
efisiensi manajemen digunakan metode DEA. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa struktur kepemilikan (proporsi kepemilikan saham
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
direksi dan komisaris, proporsi kepemilikan saham institusi, proporsi
kepemilikan saham manajer, proporsi saham kolateral dimiliki oleh direksi
dan komisaris) dan struktur dewan komisaris (komisaris sama dengan
CEO, ukuran dewan direksi, proporsi direksi dan komisaris independen,
proporsi gaji dan kompensasi direksi dan komisaris) sebagai indikator CG
berpengaruh signifikan pada efisiensi manajemen.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul : “Mekanisme
Corporate Governance, Efisiensi Manajemen, Dan Kinerja Perusahaan
Publik Di Indonesia.”
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang
diangkat pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh struktur kepemilikan, dalam hal ini proporsi
kepemilikan saham manajer dan komisaris, proporsi kepemilikan
saham institusional, terhadap efisiensi manajemen dan kinerja
keuangan perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan
asuransi)?
2. Bagaimana pengaruh struktur dewan komisaris, dalam hal ini
pembedaan CEO dengan komisaris, ukuran dewan komisaris, proporsi
komisaris independen, proporsi gaji dan kompensasi direktur dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
komisaris, terhadap efisiensi manajemen dan kinerja keuangan
perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi)?
3. Bagaimana pengaruh karakteristik komite audit, dalam hal ini proporsi
anggota komite audit dengan keahlian akuntansi, jumlah rapat komite
audit, terhadap efisiensi manajemen dan kinerja keuangan perusahaan
publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi)?
4. Bagaimana pengaruh efisiensi manajemen dengan kinerja keuangan
perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi)?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui bukti empiris adanya pengaruh antara struktur
kepemilikan, struktur dewan komisaris, karakteristik komite audit,
efisiensi manajemen, dan kinerja keuangan perusahaan publik
(perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi).
2. Penggunaan metode DEA untuk mengukur efisiensi manajemen.
3. Penggunaan metode analisis SEM untuk menguji pengaruh antara
struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, karakteristik komite
audit, efisiensi manajemen, dan kinerja keuangan perusahaan publik
(perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
banyak pihak sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan
perbankan, asuransi, dan jasa keuangan yang terdaftar di BEI dalam
menyikapi fenomena yang terjadi terkait good corporate governance
serta pengaruhnya terhadap efisiensi manajemen dan kinerja keuangan
perusahaan.
2. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang akuntansi
keuangan khususnya tentang good corporate governance, efisiensi
manajemen, dan kinerja keuangan.
3. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan
dan praktisi penyelenggara perusahaan untuk memahami mekanisme
good corporate governance serta efisiensi manajemen, sehingga dapat
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
4. Sebagai referensi dan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang
akan meneliti pengaruh mekanisme good corporate governance
terhadap efisiensi manajemen, dan kinerja keuangan perusahaan di
masa mendatang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
E. SISTEMATIKA PENELITIAN
Sistematika penelitian ini dibagi menjadi 5 bab, yaitu
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TINJUAN PUSTAKA
Berisi tinjauan pustaka yang memuat landasan teori yang terkait
dengan topik penelitian, beberapa penelitian terdahulu, kerangka
pemikiran, dan pengembangan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisi tentang desain penelitian, populasi, sampel
dan teknik pengambilan sampel, pengukuran variabel, sumber data,
serta metode analisis data yang terdiri dari pengujian data dan
pengujian hipotesis.
BAB IV ANALISIS PENELITIAN
Menguraikan hasil pengumpulan data, analisis variabel independen
dan variabel dependen, pengujian data, pengujian hipotesis, dan
pembahasan hasil analisis.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan keterbatasan
serta saran bagi penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Dalam rangka memahami corporate governance maka
digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling
(1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak
antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik
kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak
tidak sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya
keagenan (agency cost).
Penyebab timbulnya manajemen laba akan dapat dijelaskan dengan
menggunakan teori agensi. Sebagai agen, manajer bertanggung jawab
secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal)
dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian
terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana
masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan
tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali, 2002).
Eisenhardt (1989) menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia
guna menjelaskan tentang teori agensi yaitu: (1) manusia pada umum nya
mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir
terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat
dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan
bertindak berdasarkan sifat opportunistic, yaitu mengutamakan
kepentingan pribadinya (Haris, 2004).
Sebagai pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu akan
lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di
masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh
karena itu manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal mengenai
kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan oleh
manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan
keuangan. Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi
para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada
dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002).
Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi ini akan memicu
munculnya kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information
asymmetry). Dengan adanya asimetri informasi antara manajemen (agent)
dengan pemilik (principal) akan memberi kesempatan kepada manajer
untuk melakukan manajemen laba (earnings management) sehingga akan
menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi
perusahaan. Penelitian Richardson (1998) menunjukkan adanya hubungan
positif antara asimetri informasi dengan manajemen laba.
Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan
pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate
governance sangat berkaitan dengan bagaimana membuat para investor
yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin
bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan
ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan
dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor.
Selain itu Corporate Governance juga berkaitan dengan bagaimana
para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997).
Dengan kata lain yakni corporate governance diharapkan akan dapat
berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost).
2. Good Corporate Governance (GCG)
2.1. Definisi Good Corporate Governance
Menurut Tangkilisan (2003), GCG adalah sistem dan struktur
untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai
pemegang saham serta mengalokasi berbagai pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders) seperti kreditor,
supplier, asosiasi usaha, konsumen, pekerja, pemerintah dan
masyarakat luas.
World Bank mendefinisikan GCG sebagai kumpulan hukum,
peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat
mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan
bagi stakeholder dan shareholder maupun masyarakat sekitar secara
keseluruhan. Sedangkan menurut United Nation Development
Program (UNDP), GCG adalah kerangka, struktur, pola, dan sistem
yang menjelaskan, mengarahkan dan mengendalikan hubungan antara
shareholders, manajemen, kreditor, pemerintah dan stakeholders
lainnya dalam hak-hak dan kewajiban masing-masing pihak tersebut.
Dan IIGC mendefinisikan CG sebagai proses dan struktur yang
diterapkan dalam menjalankan perusahaan dengan tujuan utama
meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan
tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya. (www.nccg-
indonesia.org, 2007).
GCG dalam terjemahannya sering disebut “tata kelola
korporasi yang baik”, dijabarkan secara longgar sebagai suatu pola
hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan
dan rapat umum pemegang saham guna memberikan nilai tambah
secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang
saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya,
berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. GCG
dapat disimpulkan menjadi, pertama, suatu struktur yang mengatur
pola hubungan harmonis tentang peran dewan komisaris, dewan
direksi, pemegang saham dan stakeholder lainnya. Kedua, suatu sistem
pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
perusahaan yang dapat membatasi peluang pengelolaan yang salah dan
peluang penyalahan penggunaan aset perusahaan. Ketiga, suatu proses
yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian dan
pengukuran kinerjanya.
2.2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
a. Transparency (Keterbukaan Informasi)
Menurut Syakhroza (2005), transparansi adalah pengungkapan
informasi penting bagi semua pihak berkepentingan agar mengetahui
dengan pasti apa yang telah dan bisa terjadi. Inti dari transparansi
yaitu:
1. Meningkatkan keterbukaan dari kinerja perusahaan secara teratur
dan tepat waktu serta benar.
2. Perusahaan harus mengungkapkan informasi secara tepat waktu,
memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah
diakses oleh stakeholders sesuai dengan haknya.
3. Informasi yang harus diungkapkan tidak terbatas pada hal-hal yang
bertalian dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan,
kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang
saham, pengendalian intern, sistem dan pelaksanaan GCG serta
kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.
Menurut Komisi nasional Hak Asasi Manusia (2000),
transparansi berkaitan dengan keterbukaan yang menyangkut kondisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
keuangan dan pengelolaan perusahaan yang ditujukan kepada lembaga
yang berwenang dan publik.
b. Accountable (Akuntabilitas)
Inti dari akuntabilitas yaitu terciptanya sistem pengendalian
yang efektif didasarkan atas distribusi dan keseimbangan kekuasaan
diantara anggota direksi, pemegang saham, komisaris dan pengawas.
Manajemen wajib memiliki kemampuan dan integrasi untuk
menjalankan usaha sesuai aturan dan ketentuan yang berlaku
(Tangkilisan, 2003).
c. Responsible (Tanggungjawab)
Menurut Tangkilisan (2003) inti dari tanggung jawab atau
responsibilitas yaitu selain bertanggungjawab untuk menjalankan
perusahaan kepada pemegang saham, direksi dan komisaris serta
jajarannya juga bertanggung jawab kepada stakeholder lainnya,
termasuk karyawan dan masyarakat. Perusahaan memiliki
tanggungjawab untuk mematuhi hukum dan ketentuan yang berlaku,
termasuk tanggap lingkungan dimana perusahaan berada. Menurut
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (2000), responsibilitas berkaitan
dengan ketaatan suatu perusahaan dalam melaksanakan peraturan dan
Undang-Undang yang berlaku.
d. Independent (Kemandirian)
Tangkilisan (2003), mendefinisikan independent sebagai suatu
keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional diantara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
berbagai benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Berkaitan dengan aspek
kemandirian, manajemen suatu perusahaan memiliki pendapat yang
independen dalam setiap keputusan yang diambil. Selain itu,
dimungkinkan pula untuk memperoleh saran dari konsultan
independen, konsultan legal dan komite audit untuk menunjang
kelancaran tugas manajemen Bank.
e. Fairness (Keadilan dan Kewajaran)
Menurut komisi nasional Hak Asasi Manusia (2000),
kewajaran berkaitan dengan keadilan bagi semua kepentingan
shareholder dan semua transakasi yang berhubungan dengan
stakeholder. Menurut Syafruddin (2004), fungsi dari GCG yaitu:
1. Menyediakan pedoman kerja untuk menetapkan tujuan, sasaran
perusahaan, cara-cara untuk mencapainya, maupun pengukuran
keberhasilannya.
2. Menyediakan sistem insentif untuk dewan direksi dan manajemen
dalam pencapaian tujuan sesuai dengan kinerja perusahaan dan
kepentingan pemegang saham.
3. Memfasilitasi pengawasan yang efektif dan mendukung
perusahaan untuk menggunakan sumberdayanya secara efisien.
4. Memperhatikan kepentingan stakeholders melalui disclosure
informasi yang relevan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2.3. Tujuan dan Manfaat GCG bagi Perusahaan
Menurut Syafruddin (2004), tujuan dan manfaat dari GCG
yaitu:
a. Tujuan GCG bagi perusahaan yaitu:
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.
2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholder non
pemegang saham.
3. Meningkatkan nilai perusahaan dan pemegang saham.
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dan manajemen
perusahaan.
5. Meningkatkan mutu hubungan dewan direksi dengan
manajemen senior.
b. Manfaat GCG bagi perusahaan yaitu:
1. Perbaikan dalam komunikasi.
2. Minimalisasi potensial benturan.
3. Fokus pada strategi-strategi utama.
4. Peningkatan dalam produktifitas dan efisiensi.
5. Kesinambungan manfaat.
6. Promosi citra corporate.
7. Peningkatan kepuasan pelanggan.
8. Perolehan kepercayaan investor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2.4. Penerapan Good Corporate Governance
Keberhasilan penerapan GCG juga memiliki prasyarat
tersendiri. Ada dua faktor yang memegang peranan, yakni faktor
eksternal dan internal.
1. Faktor Eksternal
Yang dimaksud faktor eksternal adalah beberapa faktor yang
berasal dari luar perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan
penerapan GCG.
Diantaranya:
a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin
berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif.
b. Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/lembaga
pemerintahan yang diharapkan dapat pula melaksanakan good
governance dan clean governance yang sebenarnya.
c. Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices)
yang dapat menjadi standar pelaksanaan GCG yang efektif dan
professional. Dengan kata lain semacam brenchmark (acuan).
d. Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan
GCG di masyarakat. Ini penting karena melalui sistem ini
diharapkan timbul partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat
untuk mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG secara sukarela.
e. Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat
keberhasilan implementasi GCG terutama di Indonesia adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
adanya semangat anti korupsi yang berkembang di lingkungan
publik dimana perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah
kualitas pendidikan dan perluasan peluang kerja. Bahkan dapat
dikatakan bahwa perbaikan lingkungan publik sangat
mempengaruhi kualitas dan rating perusahaan dalam
implementasi GCG.
2. Faktor Internal
Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan
pelaksanan praktek GCG yang berasal dari dalam perusahaan.
Beberapa faktor yang dimaksud antara lain:
a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang
mendukung penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja
manajemen di perusahaan.
b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan
mengacu pada penerapan nilai-nilai GCG.
c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada
kaidah-kaidah standar GCG.
d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam
perusahaan untuk menghindari setiap penyimpangan yang
mungkin akan terjadi.
e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu
memahami setiap gerak dan langkah manajemen dalam
perusahaan sehingga kalangan publik dapat memahami dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
mengikuti setiap langkah perkembangan dan dinamika
perusahaan dari waktu ke waktu.
Berdasarkan Bassle Committee on Banking Supervision, 1999
(Oktapiyani, 2009) menerangkan bahwa setidaknya terdapat tujuh
standar yang harus digunakan dalam menerapkan GCG secara efektif
pada industry perbankan, antara lain:
1. Bank harus menerapkan sasaran strategis dan serangkaian nilai
perusahaan yang dikomunikasikan ke setiap jenjang jabatan pada
organisasi.
2. Bank harus menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang
jelas pada setiap jenjang jabatan pada organisasi.
3. Bank harus memastikan bahwa pengurus bank memiliki
kompetensi yang memadai dan integritas yang tinggi. Serta
memahami peranannya dalam mengelola bank yang sehat, dan
independen terhadap pengaruh pihak eksternal.
4. Bank harus memastikan keberadaan pengawasan yang tepat oleh
direksi.
5. Bank harus mengoptimalkan efektifitas peranan fungsi auditor
eksternal dan satuan kerja audit intern.
6. Bank harus memastikan bahwa kebijakan ramunerasi telah
konsisten dengan nilai etik, sasaran, strategi, dan lingkungan
pengendalian bank.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
7. Bank harus menerapkan praktek-praktek transparansi kondisi
keuangan dan non keuangan kepada publik.
2.5. Mekanisme Corporate Governance
Mekanisme merupakan cara kerja sesuatu secara tersistem
untuk memenuhi persyaratan tertentu. Mekanisme corporate
governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan
yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan baik yang
melakukan kontrol/ pengawasan terhadap keputusan tersebut.
Mekanisme corporate governance diarahkan untuk menjamin dan
mengawasi berjalannya sistem governance dalam sebuah organisasi
(Arifin, 2005). Untuk meminimalkan konflik kepentingan antara
principal dan agent akibat adanya pemisahan pengelolaan perusahaan,
diperlukan suatu cara efektif untuk mengatasi masalah
ketidakselarasan kepentingan tersebut. Menurut Boediono (2005),
mekanisme corporate governance merupakan suatu sistem yang
mampu mengendalikan dan mengarahkan kegiatan operasional
perusahaan serta pihak-pihak yang terlibat didalamnya, sehingga dapat
digunakan untuk menekan terjadinya masalah keagenan.
Dalam paper Bassel Committee on Banking Supervision-
Federal Reserve, telah menyoroti fakta bahwa strategi dan teknik yang
didasarkan pada prinsip-prinsip OECD (Brigham dan Erhardt, 2005),
yang merupakan dasar untuk melaksanakan tata kelola perusahaan
meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
a. Nilai-nilai perusahaan, kode etik dan perilaku lain yang sesuai
standar dan sistem yang digunakan untuk memastikan kepatuhan
mereka.
b. Pembentukan mekanisme untuk interaksi dan kerjasama di antara
dewan direksi, manajemen senior, dan para auditor.
c. Sistem pengendalian internal yang kuat, termasuk fungsi-fungsi
audit internal dan eksternal, manajemen risiko fungsi independen