Top Banner
Hand Out Etika, Sebuah Pengantar Oleh: Dody Setyawan MK FILSAFAT, ETIKA, DAN PATOLOGI ORGANISASI
15

Etika sebuah pengantar (5)

Jun 24, 2015

Download

Documents

Allo Martins
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Etika sebuah pengantar (5)

Hand OutEtika, Sebuah PengantarOleh:

Dody Setyawan

MK FILSAFAT, ETIKA, DAN PATOLOGI ORGANISASI

Page 2: Etika sebuah pengantar (5)

Etika = Ethos (Yunani)

• ETHOS: yang berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; watak; perasaan, sikap, cara berpikir.

• dalam bentuk jamak Ta Etha artinya adat kebiasaan. Dalam arti terakhir inilah terbentuknya istilah “etika” yang oleh Aristoteles (384-322 S.M)dipakai untuk menunjukkan filsafat moral.

(K. Bertens, 2007:4)

Page 3: Etika sebuah pengantar (5)

Secara Etimologis,

• ETIKA berarti: ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.

• Ada juga kata MOS (Jamak: Mores) dari bahasa Latin yang artinya juga; adat, kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bhs Indonesia (1988) berarti MORAL sama artinya dengan etika.

Page 4: Etika sebuah pengantar (5)

Secara istilah etika memunyai tiga arti:

1. Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini bisa disebut sistem nilai. Exp; etika Protestan, etika Islam, etika Hindu (Dharma), dll.

2. Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral (kode etik). Exp; kode etik kedokteran, kode etik peneliti, dll

3. Etika berati ilmu tentang yang baik atau buruk. Etika menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Di sini sama artinya dengan filsafat moral.

“Etika berbeda dengan Etiket”

Page 5: Etika sebuah pengantar (5)

Etika VS Etiket

ETIKET, berasal dari bahasa Inggris etiquette, yang berarti SOPAN SANTUN.

• Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan.

• Etiket hanya berlaku dalam pergaulan.

• Etiket bersifat relatif, tergantung pada kebudayaan.

• Etiket hanya berkaitan dengan segi lahiriyah.

• Etika menunjukkan norma tentang perbuatan itu.

• Etika berlaku baik saat sendiri maupun dalam kaitannya dg lingkup sosial.

• Etika lebih absolut.• Etika menyangkut segi

batiniah.

Page 6: Etika sebuah pengantar (5)

Moralitas• Moralitas merupakan suatu fenomena

manusiawi yang universal, menjadi ciri yang membedakan manusia dari binatang.

• Pada binatang tidak ada kesadaran tentang baik dan buruk, yang boleh dan yang dilarang, tentang yang harus dan tidak pantas dilakukan.

• Keharusan memunyai dua macam arti: keharusan alamiah (terjadi dengan sendirinya sesuai hukum alam) dan keharusan moral (hukum yang mewajibkan manusia melakukan atau tidak melakukan sesuatu).

Page 7: Etika sebuah pengantar (5)
Page 8: Etika sebuah pengantar (5)

Macam-macam Etika

• Hanya melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat kebiasaan suatu kelompok, tanpa memberikan penilaian.

• Etika deskriptif memelajari moralitas yang terdapat pada kebudayaan tertentu, dalam periode tertentu.

• Etika ini dijalankan oleh ilmu-ilmu sosial: antropologi, sosiologi, psikologi, dll,.

• Jadi termasuk ilmu empiris, bukan filsafat.

1. EtikaDeskriptif

Page 9: Etika sebuah pengantar (5)

• Etika yang tidak hanya melukiskan, melainkan melakukan penilaian (preskriptif: memerintahkan).

• Untuk itu ia mengadakan argumentasi, alasan-alasan mengapa sesuatu dianggap baik atau buruk.

• Etika normatif dibagi menjadi dua, etika umum yang mempermasalahkan tema-tema umum, dan etika khusus yang menerapkan prinsip-prinsip etis ke dalam wilayah manusia yang khusus, misalnya masalah kedokteran, penelitian.

• Etika khusus disebut juga etika terapan.

2. Etika Normatif

Page 10: Etika sebuah pengantar (5)

• Meta berati melampaui atau melebihi. Yang dibahas bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan kita di bidang moralitas.

• Metaetika bergerak pada tataran bahasa, atau memelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis.

• Metaetika dapat ditempatkan dalam wilayah filsafat analitis, dengan pelopornya antara lain filsuf Inggris George Moore (1873-1958).

• Filsafat analitis menganggap analisis bahasa sebagai bagian terpenting, bahkan satu-satunya, tugas filsafat.

3. MetaEtika

Page 11: Etika sebuah pengantar (5)

Lanjutan METAETIKA

1. Pluralisme moral, yang timbul berkat globalisasi dan teknologi komunikasi. Bagaimana seseorang dari suatu kebudayaan hrs berprilaku dlm kebudayaan lain. ini menyangkut lingkup pribadi.

2. Masalah etis baru yang dulu tidak terduga, terutama yang dibangkitkan oleh adanya temuan-temuan dalam teknologi, misalnya dalam dunia maya/internet.

3. Ketiga, adanya kepedulian etis yang universal, misalnya dengan dideklarasikannya HAM oleh PBB pada 10 Desember 1948

“Dalam dunia modern terdapat terutama tiga situasi etis yang menonjol”.

Page 12: Etika sebuah pengantar (5)

Moral dan Hukum

• Hukum dijiwai oleh moralitas. • Dalam kekaisaran Roma terdapat

pepatah quid leges sine moribus (apa arti undang-undang tanpa moralitas?).

• Moral juga membutuhkan hukum agar tidak mengawang-awang saja dan agar berakar kuat dalam kehidupan masyarakat.

Page 13: Etika sebuah pengantar (5)

4 Perbedaan antara Moral dan Hukum

1. Hukum lebih dikodifikasi daripada moralitas, artinya dituliskan dan secara sistematis disusun dalam undang-undang. Karena itu hukum memunyai kepastian lebih besar dan lebih objektif.

2. Hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah.

3. Sanksi dalam hukum dapat dipaksakan, misalnya orang yang mencuri dipenjara.

4. Hukum dapat diputuskan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara.

1. Moral lebih subjektif dan perlu banyak diskusi untuk menentukan etis tidaknya suatu perbuatan.

2. Sedangkan moral menyangkut juga aspek batiniah.

3. Sedangkan moral sanksinya lebih bersifat ke dalam, misalnya hati nurani yang tidak tenang, biarpun perbuatan itu tidak diketahui oleh orang lain. Kalau perbuatan tidak baik itu diketahui umum, sanksinya akan lebih berat, misalnya rasa malu.

4. Tetapi moralitas tidak dapat diputuskan baik-buruknya oleh masyarakat. Moral menilai hukum dan bukan sebaliknya.

Page 14: Etika sebuah pengantar (5)

Daftar Pustaka

• Bertens, K, 2007. ETIKA. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Page 15: Etika sebuah pengantar (5)

Terima kasih