EMFISEMA PARU Nurul Fitri, Alfa Gracely Einstein Rondo, Erlin Syahril I. PENDAHULUAN Emfisema paru adalah suatu kelainan anatomik paru yang ditandai oleh pelebaran secara abnormal saluran napas bagian distal bronkus terminalis, disertai dengan kerusakan dinding alveolus yang ireversibel. Dalam keadaan lanjut, penyakit ini sering menyebabkan obstruksi saluran napas yang menetap dan dinamakan penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), perokok dan penembang batu bara memiliki insiden lebih tinggi. (1,2,3) Emfisema paru diklasifikasikan atas dasar pola keikutsertaan unit pertukaran gas (asinus) paru bagian distal bronkiolus terminalis. Walapun hanya beberapa pola morfologik telah dijelaskan, ada dua hal yang paling penting , yaitu perubahan morfologik yang meliputi bronkiolus pernapasan dan duktus alveolaris di pusat asinus (emfisema sentriasinar) dan perubahan di seluruh asinus (emfisema panasinar). (4) Emfisema sentriasinar sering ditemukan pada pasien pria perokok, 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EMFISEMA PARU
Nurul Fitri, Alfa Gracely Einstein Rondo, Erlin Syahril
I. PENDAHULUAN
Emfisema paru adalah suatu kelainan anatomik paru yang ditandai
oleh pelebaran secara abnormal saluran napas bagian distal bronkus
terminalis, disertai dengan kerusakan dinding alveolus yang ireversibel.
Dalam keadaan lanjut, penyakit ini sering menyebabkan obstruksi saluran
napas yang menetap dan dinamakan penyakit paru obstruksi kronik
(PPOK), perokok dan penembang batu bara memiliki insiden lebih tinggi.
(1,2,3)
Emfisema paru diklasifikasikan atas dasar pola keikutsertaan unit
pertukaran gas (asinus) paru bagian distal bronkiolus terminalis. Walapun
hanya beberapa pola morfologik telah dijelaskan, ada dua hal yang paling
penting , yaitu perubahan morfologik yang meliputi bronkiolus pernapasan
dan duktus alveolaris di pusat asinus (emfisema sentriasinar) dan
perubahan di seluruh asinus (emfisema panasinar).(4) Emfisema
sentriasinar sering ditemukan pada pasien pria perokok, biasanya pada
lobus atas paru dan menyertai pasien bronkitis kronik. Emfisema
panasinar terdapat pada pasien defisiensi α1 anti tripsin dan sering
menyertai proses degeneratif atau pasien bronkitis kronik. Timbul pada
lobus bawah paru.(5)
Di negara-negara Barat seperti Inggris dan Amerika Serikat
penyakit paru kronik merupakan salah satu penyebab utama kematian
1
dan ketidakmampuan pasien untuk bekerja. Di Indonesia penyakit
emfisema paru meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah orang
yang mengisap rokok dan pesatnya kemajuan industri. Sesuai dengan
gagasan WHO, yaitu “kesehatan bagi semua di tahun 2000”, disamping
meningkatkan pelayanan kesehatan juga harus mengaktifkan penyuluhan
terhadap bahaya rokok dan polusi yang dapat menyebabkan penyakit
paru obstruksi kronik. (1)
II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia tidak ada data yang akurat tentang kekerapan PPOK.
Pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 asma, bronkitis
kronik dan emfisema menduduki peringkat ke-5 sebagai penyebab
kematian terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. Penyakit bronkitis
kronik dan emfisema di Indonesia meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah orang yang mengisap rokok dan pesatnya kemajuan
industri. (6)
Di negara-negara barat ilmu pengetahuan dan industri telah maju
dengan mencolok tetapi telah pula menimbulkan pencemaran lingkungan
dan polusi. Ditambah lagi dengan masalah merokok yang dapat
menyebabkan penyakit bronkitis kronis dan emfisema paru.(1) Diperkirakan
16,2 juta orang amerika menderita bronkitis kronik dan emfisema atau
keduanya, yang bertanggung jawab dalam menyebabkan 112.584
kematian pada tahun 1998. Insiden COPD meningkat 450% sejak tahun
2
1950, dan sekarang merupakan kematian terbanyak ke empat. COPD
menyerang pria dua kali lebih banyak daripada wanita, diperkirakan
karena pria adalah perokok berat; tetapi insiden pada wanita meningkat
600% sejak tahun 1950 dan diperkirakan akibat perilaku merokok mereka.
(2,4)
Data epidemiologis di Indonesia sangat kurang. Nawas dkk
melakukan penelitian di poliklinik paru RS Persahabatan Jakarta dan
mendapatkan prevalensi PPOK sebanyak 26%, kedua terbanyak setelah
tuberkulosis paru (65%). Di Indonesia belum ada data mengenai
emfisema paru. (1)
III. ETIOLOGI
a. Merokok
Secara patologis merokok dapat menyebabkan gangguan
pergerakan silia pada jalan napas, menghambat fungsi makrofag alveolar,
menyebabkan hipertrofi dan hiperplasi kelenjar mukus bronkus. Gangguan
pada silia, fungsi makrofag alveolar akan mempermudah terjadinya
peradangan pada bronkus dan bronkiolus, serta infeksi pada paru-paru.
Peradangan bronkus dan bronkiolus akan mengakibatkan obstruksi
saluran napas, dinding bronkiolus melemah dan alveoli pecah. Di samping
itu, merokok akan merangsang leukosit polimorfonuklear melepaskan
enzim protease (proteolitik), dan menginaktifasi antiprotease (Alfa-1 anti
tripsin), sehingga terjadi ketidakseimbangan antara aktifitas keduanya.(1,2)
3
b. Polusi Udara
Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan terjadinya
emfisema. Insiden dan angka kematian emfisema dapat lebih tinggi di
daerah yang padat industrialisasi. Polusi udara seperti halnya asap
tembakau juga menyebabkan gangguan pada silia, menghambat fungsi
makrofag alveolar. (1,2)
c. Infeksi
Infeksi saluran napas akan menyebabkan kerusakan paru lebih
berat. Penyakit infeksi saluran napas seperti pneumonia, bronkitis akut,
asma bronkial dapat mengarah pada obstruksi jalan napas, yang pada
akhirnya dapat menyebakan terjadinya emfisema. (1,2)
d. Fakto Genetik
Defisiensi Alfa-1 anti tripsin, kurangnya enzim yang diperlukan untuk
metabolisme tripsin sebagai enzim pencernaan. Jika tripsin tidak
dimetabolisme akan menyebabkan destruksi pada jaringan paru
normal. Cara yang tepat bagaiman defisiensi antitripsin dapat
menimbulkan emfisema masih belum jelas. (1,2)
Di dalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik
elastase dan antielastase supaya tidak terjadi kerusakan jaringan.
Perubahan keseimbangan akan menimbulkan kerusakan jaringan
elastik paru. Arsitektur paru akan berubah dan menimbulkan emfisema.
Sumber elastase yang penting adalah pancreas. Perangsangan pada
paru antara lain oleh asap rokok dan infeksi menyebabkan elastase
4
bertambah banyak. Aktifitas sistem antielastase yaitu sistem alfa-1
protease inhibitor terutama enzim alfa-1 antitripsin (alfa-1 globulin)
menjadi menurun. Akibat tidak ada lagi keseimbangan antara elastase
dan antielastase akan terjadi krusakan jaringan elastik paru dan
kemudian emfiema. (1)
e. Obstruksi Jalan Napas
Emfisema terjadi karena tertutupnya lumen bronkus atau bronkiolus,
sehingga terjadinya mekanisme ventil. Udara dapat masuk ke dalam
alveolus pada waktu inspirasi akan teapi tidk dapat keluar pada waktu
ekspirasi. Etiologinya adalah benda asing di dalam lumen dengan
reaksi lokal, tumor intrabronkial di mediastinum, kongenital.(1,2)
IV. KLASIFIKASI
Menurut The Amerika Thoracic Sosciety, emfisema paru dibagi atas:
(1)
1. Paracicatrial : terdapat pelebaran saluran udara dan kerusakan
dinding alveolus di tepi suatu lesi fibrotik paru.
2. Lobular : pelebaran saluran udara dan kerusakan dinding alveolus di
asinus/ lobules sekunder.
Emfisema paru dibagi lagi menurut tempat proses terjadinya,