EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD YANG DILENGKAPI DENGAN NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SAMBI TAHUN PELAJARAN 2007/2008 SKRIPSI Oleh : RATNA KURNIAWATI K1303062 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
87
Embed
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE … · ii eksperimentasi pembelajaran kooperatif tipe stad yang dilengkapi dengan numbered heads together ditinjau dari gaya belajar terhadap
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STAD YANG DILENGKAPI DENGAN NUMBERED
HEADS TOGETHER DITINJAU DARI GAYA BELAJAR
TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 1 SAMBI
TAHUN PELAJARAN 2007/2008
SKRIPSI
Oleh :
RATNA KURNIAWATI
K1303062
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ii
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STAD YANG DILENGKAPI DENGAN NUMBERED
HEADS TOGETHER DITINJAU DARI GAYA BELAJAR
TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 1 SAMBI
TAHUN PELAJARAN 2007/2008
Oleh :
Ratna Kurniawati
K1303062
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi untuk dipertahankan di
hadapan Tim Penguji Skripsi Program Pendidikan Matematika Jurusan P MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Mei 2009
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Gatut Iswahyudi, M. Si Ira Kurniawati, S.Si, M.Pd NIP. 132046014 NIP. 132206585
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program
Pendidikan Matematika Jurusan P MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan
Ratna Kurniawati. EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD YANG DILENGKAPI DENGAN NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SAMBI TAHUN PELAJARAN 2007/2008. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2009.
Tujuan Penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui apakah metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilengkapi dengan Numbered Heads
Together menghasilkan prestasi yang lebih baik daripada metode konvensional,
(2) untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh gaya belajar terhadap prestasi
belajar matematika siswa, (3) untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara
metode pembelajaran dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika
siswa pada materi persamaan garis lurus di kelas VIII SMP Negeri 1 Sambi .
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu. Populasi
penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII semester I SMP Negeri 1 Sambi,
Boyolali tahun pelajaran 2007/2008, yang berjumlah 278 siswa yang terbagi
menjadi 7 kelas. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 kelas, yaitu
kelas VIIIE untuk kelas eksperimen dengan jumlah 40 siswa orang dan kelas
VIIIF untuk kelas kontrol dengan jumlah 40 siswa. Pengambilan sampel
dilakukan secara sampling random kluster. Uji coba instrumen dilaksanakan di
SMP Negeri 1 Simo, Boyolali. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
metode dokumentasi yang berupa data nilai mid semester I mata pelajaran
matematika, metode angket untuk data gaya belajar dan metode tes untuk data
prestasi belajar matematika siswa pada materi persamaan garis. Teknik analisis
yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Sebagai
persyaratan analisis yaitu populasi berdistribusi normal menggunakan uji
Lilliefors dan populasi mempunyai variansi yang sama (homogen) menggunakan
uji Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat dengan taraf signifikansi 5%.
xvi
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) tidak terdapat perbedaan
prestasi belajar matematika antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang dilengkapi dengan Numbered Heads Together dengan
kelas yang menggunakan metode konvensional (Fa = 1.157 < 3.984 = Ftabel pada
taraf signifikansi 5%). (2) tidak terdapat pengaruh gaya belajar terhadap prestasi
belajar matematika siswa (Fb = 0.550 < 3.134 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%).
(3) tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan gaya belajar
terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi persamaan garis lurus (Fab
= 0.024 < 3.134 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%).
xvii
ABSTRACT
Ratna Kurniawati. COOPERATIVE LEARNING EXPERIMENTATION TYPE STAD THAT EQUIPMENTED WITH NUMBERED HEADS TOGETHER OBSERVED FROM LEARNING STYLE TO MATHEMATICS ACHIEVEMENT OF STUDENTS GRADE VIII SMP NEGERI 1 SAMBI IN THE FISCAL YEAR OF 2007/2008. Thesis, Surakarta: The Faculty of Education and Teachers Training, Sebelas Maret University, 2009.
The purpose of this research are: (1) to find out whether cooperative
learning type STAD method that equipmented with Numbered Heads Together
better than convensional method based on student achievement, (2) to be found
the effect learning style on student achievement of mathematics, (3) to be found
the interaction between learning method and learning style on mathematics
achievement at chapter persamaan garis lurus of students grade VIII SMP Negeri
1 Sambi.
This research is using experimental method. Population is all of the
students grade VIII semester I SMP Negeri 1 Sambi, Boyolali in the fiscal year of
2007/2008, totally 278 students that divided on 7 class. This research used 2 class
of sampling, there are VIIIE as research class with 40 students and VIIIF as
control class with 40 students. The sampling technique used cluster random
sampling. This try out held at SMP Negeri 1 Simo, Boyolali. The data collecting
technique used documentation method which are value mid semester I of
mathematics, poll method for style learning data, and test method for students
achievement on chapter persamaan garis lurus. The data analyzing technique used
analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. As basic analysis are normal
distribute population using Lilliefors test and equally varians population
(homogen) using Bartlett test with statistics test Chi Kuadrat on signification 5%.
Based on the research, we can conclude that: (1) there is no difference
distinction students achievement between class that using cooperative learning
type STAD method that equipmented with Numbered Heads Together and class
that using conventional method (Fa = 1.157 < 3.984 = Ftabel on signification 5%).
(2) there is no effect of learning style to students achievement (Fb = 0.550 < 3.134
xviii
= Ftabel on signification 5%). (3) there is no interaction between learning method
and learning style to students achievement on chapter persamaan garis lurus (Fab
= 0.024 < 3.134 = Ftabel on signification 5%).
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu cara yang baik
dalam pembinaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, bidang pendidikan perlu
mendapat perhatian, baik oleh pemerintah, masyarakat, dan para pengelola
pendidikan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah untuk meningkatkan
mutu pendidikan diantaranya penyempurnaan kurikulum, mempersiapkan tenaga
pengajar yang professional, pengadaan buku penunjang pelajaran, dan
peningkatan pengetahuan guru melalui penataran-penataran. Namun demikian
prestasi belajar siswa masih dirasa rendah, khususnya pada bidang studi
matematika.
Dalam dunia pendidikan proses belajar pembelajaran merupakan faktor
penentu yang sangat penting. Proses ini melibatkan berbagai kegiatan maupun
tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keberhasilan
proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi yang diperoleh siswa setelah
proses pembelajaran berlangsung. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar matematika dibedakan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor
aktivitas belajar, dan cara belajar. Faktor ekstern meliputi: faktor keluarga,
keadaan awal, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam
mengajar, kurikulum, dan lingkungan sekolah.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi
siswa adalah melalui kreativitas guru dalam memilih metode pembelajaran. Guru
yang kreatif selalu mencari metode yang sesuai dengan materi pelajaran, sehingga
selalu menarik minat siswa untuk belajar. Namun kenyataan yang terjadi dalam
proses belajar pembelajaran adalah guru cenderung menggunakan pembelajaran
yang monoton yaitu pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional,
pembelajaran didominasi oleh guru, siswa hanya duduk mendengarkan, meniru
pola-pola yang diberikan guru, mencontoh cara-cara guru menyelesaikan soal-soal
1
xx
yang pada akhirnya dapat membuat siswa menjadi pasif dan merasa kesulitan jika
dihadapkan pada soal-soal yang bervariasi.
Persamaan garis lurus merupakan materi matematika yang harus dipelajari
siswa kelas VIII semester I Sekolah Menengah Pertama. Materi persamaan garis
lurus memiliki keterkaitan dengan bidang-bidang lain. Banyak kejadian sehari-
hari yang modelnya dalam bentuk persamaan garis lurus. Namun demikian masih
banyak siswa yang mengalami kendala dalam memahaminya. Dalam menentukan
persamaan garis, siswa sudah hafal rumusnya tetapi setelah diberikan soal yang
bervariasi, siswa sering mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pemahaman konsep dari siswa sehingga mungkin menjadi penyebab
prestasi belajar siswa pada materi persamaan garis lurus kurang baik.
Tidak pahamnya siswa mengenai konsep persamaan garis lurus mungkin
dikarenakan metode pembelajaran yang kurang sesuai. Banyak guru yang masih
menggunakan metode pembelajaran konvensional, kegiatan dalam proses belajar
mengajar didominasi oleh guru, sedangkan siswa hanya duduk mendengarkan,
meniru pola-pola yang diberikan guru, mencontoh cara-cara guru dalam
menyelesaikan soal-soal yang pada akhirnya siswa menjadi pasif. Untuk itu perlu
dilakukan perbaikan metode pembelajaran.
Selama ini, banyak siswa yang tidak dapat menangkap konsep matematika,
mereka hanya menerima suatu rumus dalam bentuk apa adanya tanpa memahami
menurut pengertian mereka sendiri. Salah satu metode yang dapat digunakan agar
siswa dapat mengkonstruksikan pengertian sendiri terhadap suatu konsep
sekaligus berinteraksi sosial dalam belajar matematika adalah pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang dilengkapi dengan Numbered Heads Together.
Melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilengkapi dengan Numbered
Heads Together siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan
saling membantu satu sama lain. Siswa dilatih untuk bekerja sama dengan baik
dalam kelompoknya seperti menjadi pendengar yang aktif, memberikan
penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, menghargai pendapat teman,
mengajak teman untuk ikut bekerja sama, dan sebagainya. Pada pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang dilengkapi dengan Numbered Heads Together, semua
xxi
siswa dalam setiap kelompok diharapkan memahami materi yang sedang di
pelajari, sehingga setiap anggota kelompok siap ditunjuk untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya. Dengan penguasaan konsep yang telah dimiliki siswa
maka siswa benar-benar mengerti dan paham. Dengan demikian siswa tidak hanya
hafal rumus saja tetapi dapat menggunakan rumus-rumus yang ada untuk
menyelesaikan soal-soal yang bervariasi.
Selain metode pembelajaran, keberhasilan belajar matematika siswa juga
dipengaruhi oleh gaya belajar siswa. Gaya belajar siswa yang berbeda-beda dapat
menghasilkan perbedaan prestasi belajar. Dalam proses pembelajaran, setiap
siswa mempunyai cara yang khas dalam menerima materi pelajaran yang disebut
dengan gaya belajar. Gaya belajar dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu visual,
auditorial, dan kinestetik. Walaupun pada umumnya siswa memiliki ketiga gaya
belajar tersebut, namun pasti ada salah satu yang paling dominan diantara
ketiganya yang dimiliki siswa.
Orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat, orang auditorial
belajar melalui apa yang mereka dengar, sedangkan orang kinestetik belajar
melalui gerakan dan sentuhan. Cara belajar tersebut dipengaruhi oleh banyak
variabel, diantaranya adalah faktor-faktor fisik, emosional, sosiologi dan
lingkungan. Misalnya, sebagian orang dapat belajar paling baik dengan cahaya
yang terang, sedangkan sebagian yang lain dengan cahaya yang agak suram. Ada
orang yang belajar paling baik dengan berkelompok, sedang yang lain memilih
adanya figur otoriter seperti orang tua atau guru, dan yang lain merasa bahwa
belajar sendirilah yang paling efektif bagi mereka, dan sebagainya.
Berangkat dari masalah tersebut, penulis bermaksud mengadakan
penelitian tentang pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
dilengkapi dengan Numbered Heads Together ditinjau dari gaya belajar terhadap
prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sambi, Boyolali
Tahun Pelajaran 2007/2008.
xxii
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi
beberapa masalah, sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang umumnya dialami oleh siswa adalah pembelajaran model
konvensional dengan metode ceramah bervariasi dimana guru bertindak aktif
dan siswa cenderung pasif. Bagi siswa yang aktif akan berusaha untuk
menambah penguasaan materi sendiri sedangkan siswa yang kurang aktif tidak
termotivasi untuk menambah penguasaannya terhadap suatu materi, karena
mereka cenderung hanya menerima materi dari guru. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian tentang pengaruh aktifitas dalam gaya belajar siswa
terhadap prestasi belajar siswa.
2. Prestasi belajar matematika siswa yang rendah salah satunya mungkin
dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang dialami siswa. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian apakah dengan metode pembelajaran yang berbeda
akan dihasilkan prestasi belajar matematika siswa yang berbeda pula.
3. Setiap siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda satu sama lain. Terkait
dengan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa.
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini lebih terarah
dan mendalam, maka perlu dilakukan pembatasan-pembatasan sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang dilengkapi dengan Numbered
Heads Together pada kelas eksperimen dan metode konvensional (ceramah
bervariasi) pada kelas kontrol.
2. Gaya belajar yang dibicarakan adalah cara yang khas dalam belajar
matematika yang dilakukan oleh siswa baik di kelas maupun di luar kelas
yang dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu visual, auditorial, dan kinestetik.
xxiii
3. Prestasi belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
belajar siswa yang dicapai setelah mengalami proses pembelajaran
matematika pada materi persamaan garis lurus.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dapat
disusun perumusan masalah, sebagai berikut:
1. Apakah metode pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilengkapi dengan
Numbered Heads Together menghasilkan prestasi belajar matematika yang
lebih baik daripada metode konvensional (ceramah bervariasi) pada materi
persamaan garis lurus di kelas VIII SMP Negeri 1 Sambi, Boyolali?
2. Apakah terdapat pengaruh gaya belajar matematika siswa terhadap prestasi
belajar matematika siswa pada materi persaman garis lurus di kelas VIII SMP
Negeri 1 Sambi, Boyolali?
3. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran matematika dengan
gaya belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa
pada materi persamaan garis lurus di kelas VIII SMP Negeri 1 Sambi,
Boyolali?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
dilengkapi dengan Numbered Heads Together menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada metode konvensional (ceramah
bervariasi) pada materi persamaan garis lurus di kelas VIII SMP Negeri 1
Sambi, Boyolali.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara gaya belajar matematika
siswa dengan prestasi belajar matematika siswa pada materi persamaan garis
lurus di kelas VIII SMP Negeri 1 Sambi, Boyolali.
xxiv
3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran
matematika dengan gaya belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa pada materi persamaan garis lurus di kelas VIII SMP Negeri
1 Sambi, Boyolali.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi kepada guru matematika tentang pentingnya pemilihan
metode pembelajaran yang tepat pada suatu pokok bahasan matematika dalam
rangka peningkatan kemampuan matematika siswa.
2. Memberikan masukan kepada guru tentang pengaruh gaya belajar matematika
siswa yang bebeda-beda dalam proses pembelajaran matematika.
3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian yang sejenis.
xxv
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Belajar
Belajar merupakan faktor yang penting sebagai upaya mencapai tujuan
pendidikan. Para ahli telah banyak mengemukakan pendapatnya tentang
pengertian belajar. Menurut Slameto (2003: 2), “Belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Winkel (1998: 53), “Belajar adalah
suatu aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan sikap-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif
konstan dan berbekas.”
Sementara itu menurut Purwoto (2003: 21), “Belajar adalah suatu proses
yang berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi tahu atau dari tahu menjadi
lebih tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum cerdas menjadi cerdas,
dari sikap belum baik menjadi bersikap baik, dari pasif menjadi aktif, dari tidak
teliti menjadi teliti dan seterusnya.”
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
b. Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 787), ” Prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan
oleh guru. Sedangkan Sutratinah Tirtonegoro (1984:43) mengemukakan
bahwa.”Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang
7
xxvi
dinyatakaan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.
Dari pengertian di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa prestasi belajar
adalah hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf,
simbol maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh
setiap siswa dalam periode tertentu.
c. Hakikat Matematika
Matematika timbul karena pemikiran manusia yang berhubungan dengan
ide, proses dan penalaran yang terbagi menjadi empat wawasan yang luas yaitu
aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Ada beberapa pendapat tentang definisi
matematika. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 506) dinyatakan
bahwa, “Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar
bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah
mengenai bilangan”. Sedangkan menurut Purwoto (2003: 12-13), “Matematika
adalah pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang
terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak terdefinisikan ke unsur yang
terdefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil”. Soedjadi (2000:11)
menyatakan bahwa definisi matematika beraneka ragam tergantung pada sudut
pandang pembuat definisi. Di bawah ini beberapa definisi matematika menurut
Soedjadi (2000: 11) :
1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.
2) Matematika adalah pengetahuan bilangan dan kalkulasi. 3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan. 4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk. 5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak tentang bilangan, kalkulasi,
penalaran logik, fakta-fakta kuantitatif, penalaran logik, dan struktur yang
terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak terdefinisikan ke unsur yang
terdefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil.
xxvii
d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan hakikat matematika yang telah
diuraikan, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika
adalah hasil yang dicapai oleh siswa sebagai usaha yang telah dilakukan yaitu
dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika.
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Ngalim Purwanto (2006:102), faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar matematika dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1) Faktor intern, yaitu faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri.
Faktor dari dalam ini antara lain adalah perhatian, kesehatan, intelegensi,
minat, motivasi, aktivitas belajar, dan cara belajar.
2) Faktor ekstern
Yang termasuk ke dalam faktor ekstern antara lain faktor keluarga, keadaan
awal, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam mengajar,
kurikulum, dan lingkungan sekolah.
Dalam penelitian ini, akan dilihat dua faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar, yaitu metode pembelajaran (cara guru mengajar) dan gaya belajar (cara
belajar).
2. Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam metode mengajar terdapat dua unsur pokok yaitu unsur kegiatan
guru dan unsur kegiatan murid. Dalam proses belajar mengajar, disatu pihak guru
melakukan kegiatan atau perbuatan-perbuatan untuk membawa murid ke arah
tujuan, dimana murid melakukan serangkaian kegiatan atau perbuatan yang
disediakan oleh guru, yaitu kegiatan belajar yang terarah pada tujuan yang hendak
dicapai
Menurut Purwoto (1998:70) beberapa arti metode mengajar antara lain :
1. Metode mengajar adalah suatu cara mengajarkan topik tertentu agar proses dari pengajaran tersebut berhasil dengan baik.
2. Metode mengajar adalah cara-cara yang tepat dan serasi dengan sebaik-baiknya, agar guru berhasil dalam mengajarnya, agar mengajar mencapai tujuan atau mengenai sasarannya.
xxviii
3. Metode mengajar adalah cara mengajar yang umum yang dapat diterapkan atau dipakai untuk semua bidang studi.
Tardif dalam Muhibin Syah (1995: 202) mengatakan bahwa, “Metode
mengajar ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar
adalah suatu cara mengajarkan topik tertentu sedemikian hingga topik yang
diajarkan itu bisa diterima oleh siswa dengan mudah dan dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Banyak metode mengajar yang telah dikembangkan, antara lain metode
konvensional (metode ceramah), metode ekspositori, metode tanya jawab, metode
diskusi, metode pemberian tugas, metode eksperimen, metode demonstrasi dan
lain-lain. Karena pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilengkapi dengan
Numbered Heads Together merupakan suatu cara untuk menyampaikan topik
tertentu kepada siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan maka
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilengkapi dengan Numbered Heads
Together bisa dianggap sebagai suatu metode mengajar. Di era sekarang ini guru
sudah melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga metode
mengajar akan lebih tepat dikatakan sebagai metode pembelajaran. Untuk
selanjutnya dalam penulisan, metode mengajar akan disebut sebagai metode
pembelajaran. Dalam penelitian ini, yang akan diuraikansebagai metode
pembelajaran adalah metode konvensional untuk kelas kontrol dan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilengkapi dengan Numbered Heads
Together untuk kelas eksperimen.
b. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang dilengkapi dengan
Numbered Heads Together
1) Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Belajar kooperatif merupakan belajar yang mana siswa bekerja dalam satu
tim (kelompok kecil) yang saling berinteraksi antar anggota kelompok dengan
cara saling membantu satu sama lainnya dalam dunia pendidikan (Slavin, 1995:2).
Sedangkan menurut Lundgren dalam Ati S dan Sumartono (2004:140), belajar
xxix
kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil
yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dalam membantu memahami suatu
bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok
belum menguasai bahan pembelajaran. Art dan Newman dalam Usman (2001)
menegaskan bahwa belajar kooperatif adalah suatu pendekatan yang melibatkan
kelompok kecil pembelajar untuk bekerja bersama sebagai suatu tim untuk
memecahkan masalah, menyelesaikan tugas atau mencapai tujuan bersama.
Belajar kelompok memungkinkan berkembangnya daya kreatif dan sifat
kepemimpinan pada siswa. Implikasi positif penerapan pendekatan belajar
kooperatif untuk pembelajaran matematika dikemukakan oleh Prichard dan
Bingaman dalam Usman (2001) yang menyatakan bahwa metode belajar
kooperatif adalah metode pembelajaran yang efektif terhadap belajar siswa dari
semua tingkat kemampuan dan dalam semua bidang matematika, mulai dari
matematika remedial hingga pelajaran kalkulus dan diatasnya. Sejalan dengan itu
Davidson dalam Usman (2001) menegaskan bahwa pengaruh belajar kooperatif
terhadap ketrampilan matematika betul-betul positif karena ada suatu kombinasi
sumbangan-sumbangan individu dan pemahaman bersama terhadap hasil yang
dicapai.
Banyak metode pembelajaran kooperatif yang berbeda yang telah
dikembangkan dan diteliti. Ada 5 model pembelajaran kooperatif yang paling luas
dievaluasi (Slavin,1995:5) yaitu :
1. Student Teams Achievement Divisions (STAD)
2. Teams-Games-Tournament (TGT).
3. Jigsaw II
4. Cooperative Inegrated Reading And Composition (CIRC)
5. Team Accelerated Instruction (TAI)
Dalam STAD, siswa dikelompokkan dalam tim-tim pembelajaran dengan
empat-anggota, anggota tersebut campuran ditinjau dari tingkat kinerja, jenis
kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja di
dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim mereka telah
xxx
menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa dikenakan kuis individual
tentang materi itu. Pada waktu kuis siswa tidak boleh saling membantu
(Slavin,1995:5).
STAD disusun atas lima komponen utama (Slavin, 1995:71) yaitu :
1. Presentasi Kelas
Materi pokok STAD diuraikan dalam presentasi kelas. Dalam presentasi
kelas ini, guru mengajarkan materi secara langsung dalam pertemuan kelas.
Presentasi kelas dalam STAD berbeda dengan presentasi kelas yang dilakukan
guru pada umumnya. Hal ini disebabkan karena dalam presentasi kelas dalam
STAD hanya dilakukan pada hal-hal pokok saja. Kemudian siswa harus
mendalaminya melalui pembelajaran dalam kelompok, sehingga siswa
memperhatikan dengan baik selama presentasi kelas, karena hal tersebut juga akan
membantu mereka dalam mengerjakan tes dimana hasil tesnya akan menentukan
skor dalam kelompoknya.
2. Kelompok
Kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa yang mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda atau heterogen baik dalam penguasaan materi, jenis kelamin
maupun keturunan. Fungsi utama dari kelompok adalah memastikan bahwa semua
anggota kelompok dapat belajar dan juga untuk mempersiapkan anggota
kelompok dalam menghadapi tes.
Setelah guru mempresentasikan materi, anggota kelompok bersama-sama
mempelajari lembar tugas atau materi lain yang diberikan guru. Bila terdapat
kesulitan maka anggota kelompok secara bersama mendiskusikan kesulitan
tersebut, membandingkan jawaban-jawaban dari masing-masing anggota dan
membetulkan kesalahan-kesalahan konsep dari anggota kelompok.
Kelompok adalah hal yang sangat penting dalam STAD. Pada setiap
pendapat, tekanan diberikan pada anggota kelompok yang terbaik dan anggota
kelompok yang terbaik tersebut harus membantu anggota lain dalam penguasaan
materi.
xxxi
3. Tes Individu (Kuis)
Setelah kurang lebih satu atau dua pertemuan guru mempresentasikan
materi kelas, dan satu atau dua kali kelompok melakukan latihan dalam
kelompoknya, siswa diberi tes secara individu. Siswa tidak boleh saling
membantu selama tes. Jadi setiap siswa bertanggung jawab secara individu dalam
menguasai materi pelajaran yang diberikan. Hasil selanjutnya diberi skor.
4. Skor Perkembangan Individu
Dibalik ide skor perkembangan individu adalah untuk menyampaikan
tujuan prestasi masing-masing siswa yang dapat dicapai jika siswa bekerja lebih
keras dan mengerjakan lebih baik dari pada materi yang telah lampau.
Keadaannya mungkin siswa mengalami peningkatan skor atau bahkan menurun.
Kemudian guru menghitung besarnya skor perkembangan yaitu dengan
membandingkan skor tes materi yang lalu dengan skor yang baru. Untuk skor tes
dengan skala 100 berlaku ketentuan sebagai berikut:
Tabel 2.1: Tabel Skor Perkembangan Individu
Skor Individu Skor Perkembangan Individu
Turun lebih dari 10 5
Turun sampai dengan 10 10
Tetap atau naik sampai dengan 10 20
Naik lebih dari 10 30
Tetap di puncak/maksimal 30
5. Penghargaan Kelompok
Kelompok akan mendapat penghargaan atau hadiah berdasarkan skor rata-
rata kelompok dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 2.2: Tabel Penghargaan Kelompok
Rata-rata skor kelompok Penghargaan
X £20 Good Team ( Tim Baik )
20< X £25 Great Team ( Tim Hebat )
X >25 Super Team ( Tim Istimewa )
xxxii
2) Numbered Heads Together
Spencer Kagan (1992) dalam Slavin (1995:131) mendeskripsikan struktur
informal untuk pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam pelajaran sehari-
hari. Sebagian dari struktur tersebut adalah sebagai berikut:
1) Diskusi Kelompok Spontan
2) Numbered Heads Together
3) Team Product
4) Cooperative Review
5) Think-Pair-Share
Pada Numbered Heads together, setiap siswa dalam kelompok memiliki
satu nomor dan siswa itu juga mengetahui bahwa hanya seorang siswa yang akan
dipanggil untuk mewakili kelompoknya. Kesempatan diskusi dan berbagi ide
haruslah digunakan untuk memperoleh berbagai informasi sehingga setiap
anggota kelompok mengetahui jawabannya.
Numbered Heads Together pada dasarnya merupakan sebuah varian
diskusi kelompok, ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang
mewakili kelompoknya, tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan
mewakili kelompoknya itu. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa.
Cara ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung
jawab individual dalam diskusi kelompok.
3) Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang dilengkapi dengan
Numbered Heads Together
Berdasarkan kajian teori tersebut maka yang dimaksud dengan
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilengkapi dengan Numbered Heads
Together adalah metode pembelajaran yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4 atau 5 siswa yang heterogen, setiap
siswa dalam kelompok memiliki satu nomor yang suatu saat akan dipanggil oleh
guru untuk mewakili kelompoknya. Hal ini akan meningkatkan tanggung jawab
individual dalam diskusi kelompok, sehingga setiap siswa terlibat total dalam
kegiatan kelompoknya.
xxxiii
Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
dilengkapi dengan Numbered Heads Together adalah :
1. Membentuk kelompok beranggotakan 4 siswa yang heterogen. Setiap siswa
dalam kelompok mendapat sebuah nomor.
2. Guru memperkenalkan materi melalui presentasi.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota
kelompok. Anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota
lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memanggil salah satu nomor, siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama kelompok.
5. Guru memberi kuis kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis, siswa
tidak boleh saling membantu.
6. Memberikan penghargaan kepada kelompok sesuai dengan rata-rata skor
perkembangan individu.
c. Metode Pembelajaran Konvensional
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 459), “Konvensional
adalah tradisional”. Sedangkan tradisional diartikan sebagai sikap atau cara
berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat
kebiasaan yang ada secara turun temurun. Jadi, pembelajaran konvensional adalah
pembelajaran dimana guru memiliki sikap, cara berfikir dan bertidak yang selalu
berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun.
Pembelajaran matematika yang pada umumnya digunakan para guru
matematika adalah metode ekspositori/ ceramah bervariasi. Dalam pembelajaran
ini, guru memegang peran aktif sedangkan siswa cenderung pasif. Pembelajaran
berpusat pada guru. Guru yang memegang peran dalam menentukan isi dan
langkah-langkah dan kegiatan yang harus dilakukan dalam pembelajaran. Peran
siswa adalah mendengarkan dan mencatat pokok-pokok materi yang diberikan
oleh guru. Keaktifan siswa hanya sebatas bertanya kepada guru terhadap materi
yang belum dipahami, bila diperlukan dan menjawab pertanyaan dari guru, bila
ditunjuk. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang tidak begitu aktif tersebut
xxxiv
mengakibatkan siswa mudah jenuh, sangat bergantung pada guru, kurang
berinisiatif dan tidak terlatih untuk mandiri dalam belajar.
Ada beberapa ciri dari pembelajaran konvensional diantaranya adalah:
1. Siswa adalah penerima informasi secara pasif 2. Siswa belajar secara individu 3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis 4. Perilaku dibangun atas kebiasaan 5. Ketrampilan dikembangkan atas dasar latihan 6. Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka raport) 7. Siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah (membaca,
mendengarkan, mencatat, menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran
8. Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep atau hukum yang berada di luar dari manusia
9. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final 10. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
(Nur Hadi, 2002: 7-8)
3. Gaya Belajar
Setiap siswa mempunyai cara-cara yang berbeda-beda yang sering
dilakukan dalam aktifitas belajarnya. Gaya belajar merupakan cara yang
cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan
memprosesnya. Sesuai dengan pernyataan Bobbi DePorter dan Mike Hernacki
(1990:110-112) bahwa, “Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana
ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi”. Sedangkan
Winkel (1996:147) mengemukakan bahwa, “Gaya belajar merupakan cara belajar
yang khas bagi siswa. Cara yang khas ini bersifat individual yang kerapkali tidak
disadari dan sekali terbentuk dan cenderung bertahan terus”. Nasution (2004:94)
menyatakan bahwa, “Gaya belajar adalah cara yang dengan konsisten dilakukan
oleh seorang siswa dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat,
berfikir dan memecahkan soal”.
Dari beberapa pengertian yang disebutkan di atas dapat disimpulkan
bahwa gaya belajar siswa adalah cara belajar yang khas, bersifat konsisten,
seringkali tidak disadari yang merupakan kombinasi dari bagaimana siswa
tersebut menyerap dan mengatur serta mengolah informasi.
xxxv
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (1999:112-113) menggolongkan gaya
belajar berdasarkan cara menerima informasi dengan mudah ke dalam tiga tipe
yaitu gaya belajar tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik. Selanjutnya,
sesuai dengan pembagian tipe gaya belajar, orang dapat diklasifikasikan menjadi
tiga macam yaitu orang bertipe visual, auditorial, dan kinestetik.
a. Visual
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (1999:116) mengemukakan bahwa orang
visual belajar melalui apa yang mereka lihat.
Adapun ciri-ciri orang yang bertipe visual adalah: 1. Rapi dan teratur 2. Teliti terhadap detail 3. Lebih mudah dalam mengingat apa yang dilihat dari pada yang didengar. 4. Mengingat dengan asosiasi visual. 5. Lebih suka membacakan dari pada dibacakan.
Sejalan dengan tipe visual, siswa yang memiliki gaya belajar tipe penglihatan
dapat menerima informasi dengan baik bila ia melihat langsung (Sriyono, 1992:4)
b. Auditorial
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (1999:118) mengemukakan bahwa pelajar
auditorial belajar melalui apa yang mereka dengar.
Orang-orang yang bertipe auditorial memiliki cirri-ciri perilaku sebagai berikut: 1. Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja 2. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan. 3. Mudah terganggu oleh keributan 4. Suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar 5. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
daripada yang dilihat. Sriyono (1992:4) menyatakan bahwa, “Siswa yang bertipe mendengarkan dapat
menerima dengan baik setiap informasi dengan mendengarkan ”
c. Kinestetik
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (1999:118-120) mengemukakan bahwa
pelajar kinestetik belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh.
Adapun ciri-ciri perilaku dari orang-orang yang bertipe kinestetik adalah sebagai berikut: 1. Selalu berorientasi pada fisik
xxxvi
2. Belajar melalui manipulasi dan praktek 3. Tidak dapat duduk diam untuk waktu yang lama 4. Menyukai buku-buku yang berorientasi pada alur atau isi 5. Ingin melakukan segala sesuatu
Sriyono (1992:4) menyatakan bahwa, “Siswa yang bertipe motorik akan
menerima informasi dengan baik bila ia melakukan sendiri secara langsung”.
4. Tinjauan tentang Materi Persamaan Garis Lurus
Materi persamaan garis lurus merupakan salah satu materi yang diajarkan
pada siswa kelas VIII SMP semester I berdasarkan kurikulum tahun 2006 (KTSP).
Adapun materi yang diajarkan adalah:
Menentukan gradien, persamaan, dan grafik garis lurus :
1) Siswa dapat mengenal persamaan garis lurus dalam berbagai bentuk dan
variabel.
2) Siswa dapat menyusun tabel pasangan dan menggambar grafik pada
bidang Cartesius.
3) Siswa dapat mengenal pengertian dan menentukan gradien persamaan
garis lurus.
4) Siswa dapat menentukan persamaan garis lurus.
5) Siswa dapat menentukan koordinat titik potong dua garis.
6) Siswa dapat menggunakan konsep persamaan garis lurus untuk
memecahkan masalah.
B. Kerangka Pemikiran
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi yang
diperoleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar matematika dibedakan menjadi dua golongan yaitu
faktor intern yang meliputi perhatian, kesehatan, intelegensi, minat, motivasi,
aktivitas belajar, dan cara belajar serta faktor ekstern yang meliputi: faktor
keluarga, keadaan awal, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan
dalam mengajar, kurikulum, dan lingkungan sekolah. Dalam penelitian ini
beberapa hal yang diperhatikan adalah metode pembelajaran kooperatif tipe
xxxvii
STAD yang dilengkapi dengan Numbered Heads Together, metode konvensional,
dan gaya belajar siswa.
Dalam metode konvensional guru memegang peranan utama dalam
menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi pelajaran, siswa
hanya mendengar dan mencatat penjelasan dari guru. Siswa hanya akan
mengingat materi yang ada dengan menghafal bukan memahami, sehingga
pengetahuan yang diperoleh akan mudah terlupakan dan tujuan pembelajaran
tidak tercapai.
Pada dasarnya belajar matematika merupakan penanaman konsep. Hal
yang terpenting dalam belajar matematika adalah bagaimana siswa dengan
mudah memahami konsep-konsep dasar yang ada dalam matematika. Sehingga
pendekatan pembelajaran konvensional tersebut seharusnya diubah.
Metode pembelajaran kooperatif model STAD adalah metode
pembelajaran yang lebih menekankan pada kegiatan belajar kelompok, di mana
siswa secara aktif melakukan diskusi, kerja sama, saling membantu, dan semua
anggota kelompok mempunyai peran dan tanggung jawab yang sama. Pada
Numbered Heads Together setiap siswa dalam kelompok memiliki satu nomor
yang suatu saat akan dipanggil oleh guru untuk mewakili kelompoknya. Hal ini
akan meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok, sehingga
setiap siswa terlibat total dalam kegiatan kelompoknya. Metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang dilengkapi dengan Numbered Heads Together
dimaksudkan dalam proses pembelajaran siswa ditempatkan dalam kelompok
dengan setiap anggota kelompok memiliki satu nomor, dalam kegiatan kelompok
semua siswa secara aktif melakukan diskusi dan berbagi ide sehingga setiap
anggota kelompok memahami materi yang dipelajari.
Pada proses pembelajaran, setiap siswa mempunyai cara yang khas
dalam menerima materi pelajaran yang disebut dengan gaya belajar. Gaya belajar
dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik.
Walaupun pada umumnya siswa memiliki ketiga gaya belajar tersebut, namun ada
salah satu yang paling dominan diantara ketiganya yang dimiliki siswa. Gaya
xxxviii
belajar ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar
matematika.
Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki ketiga tipe gaya belajar, siswa yang
bertipe kinestetik termasuk siswa yang aktif. Oleh karena itu siswa bertipe
kinestetik akan lebih mudah memahami konsep persamaan garis lurus daripada
siswa bertipe visual dan auditorial. Dengan demikian, perbedaan gaya belajar
mengakibatkan perbedaan prestasi belajar siswa pada materi persamaan garis
lurus.
Selain itu, dalam pembelajaran kooperatif siswa diarahkan untuk
bekerjasama, saling membantu memecahkan masalah, berdiskusi, menilai
kemampuan sendiri dan mengisi kekurangan anggota lainnya sampai siswa
memastikan bahwa setiap orang dalam kelompoknya telah menguasai konsep
yang diajarkan yaitu persamaan garis lurus. Berdasarkan karakteristik yang
dimiliki pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan pada keaktifan siswa,
maka siswa yang bertipe kinestetik akan lebih mudah memahami konsep pelajaran
yang disampaikan dengan metode pembelajaran STAD yang dilengkapi dengan
Numbered Heads Together. Jadi siswa yang bertipe kinestetik akan memiliki
prestasi yang lebih tinggi daripada siswa yang bertipe visual maupun auditorial.
Dengan kata lain, penggunaan metode pembelajaran STAD yang dilengkapi
dengan Numbered Heads Together dan perbedaan gaya belajar mempengaruhi
secara bersama-sama terhadap prestasi belajar matematika siswa.
Diagram 2. Diagram Kerangka Pikir Penelitian
Metode pembelajaran
Gaya Belajar
Prestasi Belajar Matematika
xxxix
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran tersebut di atas
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang dilengkapi dengan
Numbered Heads Together menghasilkan prestasi belajar matematika yang
lebih baik dari pada metode konvensional pada materi persamaan garis
lurus.
2. Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya
belajar visual, auditorial, dan kinestetik pada materi persamaan garis lurus.
3. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran matematika dengan gaya
belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi
persamaan garis lurus.
xl
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sambi, Boyolali pada kelas
VIII semester I tahun pelajaran 2007/2008. Sedangkan tempat untuk
melaksanakan uji coba (try out) instrumen maupun angket adalah di SMP Negeri
1 Simo, Boyolali pada kelas VIII semester I tahun pelajaran 2007/2008.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanakan penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
a. Tahap Persiapan
1) Bulan Juli 2007 : penyusunan proposal skripsi
2) Bulan Juli - Agustus 2007 : pengajuan instrumen penelitian
b. Tahap Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2007 sampai dengan bulan
Desember 2007 dengan perincian sebagai berikut:
1) Pelaksanaan eksperimen metode pembelajaran dilaksanakan pada bulan
November dan Desember 2007.
2) Pelaksanaan uji coba instrumen dilaksanakan pada minggu ke II bulan
Desember 2007.
3) Pengambilan data prestasi belajar dilaksanakan pada minggu ke III bulan
Desember 2007.
c. Tahap Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan
1) Bulan Januari 2009 : pengolahan data hasil penelitian
2) Bulan Februari-Maret 2009 : penyusunan laporan
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
semu (quasi-experimental research). Hal itu dikarenakan penelitian ini tidak
memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Seperti yang
22
xli
dikemukakan Budiyono (2003:82) bahwa, “Tujuan eksperimental semu adalah
untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang
dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang
relevan”. Dalam penelitian ini dilakukan pengontrolan variabel untuk dilihat
pengaruhnya terhadap prestasi belajar matematika. Variabel yang dimaksud
adalah variabel bebas, yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
dilengkapi dengan Numbered Heads Together pada kelas eksperimen, dan metode
pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
Sebelum eksperimen dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji
keseimbangan yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah keadaan kelas
eksperimen dan kelas kontrol dalam keadaan setimbang atau tidak. Data yang
digunakan untuk menguji keseimbangan tersebut adalah nilai ujian mid semester I
kelas VIII mata pelajaran matematika.
Dalam penelitian ini, kedua kelas diasumsikan sama dalam semua segi
yang sesuai dan hanya berbeda dalam penggunaan jenis pembelajaran. Pada akhir
eksperimen, kedua kelas diukur dengan menggunakan alat ukur yang sama yaitu
soal-soal tes prestasi belajar matematika pada materi persamaan garis lurus. Hasil
pengukuran tersebut digunakan sebagai data eksperimen, kemudian data yang
diperoleh diolah dan hasilnya dibandingkan dengan tabel uji statistiknya.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Suharsimi Arikunto (1998:115) menyatakan bahwa "Populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian". Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sambi tahun pelajaran 2007/2008.
2. Sampel Penelitian
Dalam suatu penelitian, tidak perlu melakukan penelitian terhadap semua
anggota populasi, karena disamping memerlukan biaya yang sangat besar juga
membutuhkan waktu yang relatif lama. Dengan penelitian yang dilakukan
terhadap sebagian dari anggota populasi, diharapkan hasil yang diperoleh dapat
xlii
menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Sebagian populasi yang
diambil tersebut disebut sebagai sampel. Suharsimi Arikunto (2002:109)
mengemukakan, ”Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak dengan cara
undian (sampling random kluster). Budiyono (2003: 37) menyatakan, “Sampling
random kluster adalah sampling random yang dikenakan berturut-turut terhadap
unit-unit atau sub-sub populasi. Unit-unit atau sub-sub populasi ini disebut
kluster. Undian dilakukan sebanyak satu tahap dengan dua kali pengambilan.
Nomor undian yang keluar pertama ditetapkan sebagai kelas kontrol yaitu kelas
VIIIF sedangkan nomor undian yang keluar berikutnya ditetapkan sebagai kelas
eksperimen yaitu kelas VIIIE.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Identifikasi Variabel
Untuk keperluan pengumpulan data, dalam penelitian ini terdapat dua
variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu:
a. Variabel Bebas
1) Metode Pembelajaran
a) Definisi Operasional: metode pembelajaran adalah suatu cara yang
digunakan untuk menyampaikan materi persamaan garis lurus kepada
siswa. Adapun kelas eksperimen menggunakan metode kooperatif tipe
STAD yang dilengkapi dengan Numbered Heads Together dan kelas
kontrol menggunakan metode konvensional (ceramah bervariasi).
b) Skala Pengukuran : nominal dengan dua kategori yaitu metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilengkapi dengan Numbered
Heads Together dan metode konvensional.
c) Indikator : metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar
mengajar pada materi persamaan garis lurus.
d) Simbol : ai, i = 1, 2
xliii
2) Gaya belajar matematika
a) Definisi Operasional
Gaya belajar matematika adalah cara khas yang bersifat konsisten yang
dimiliki oleh setiap siswa dalam menerima atau menangkap informasi
matematika.
b) Skala pengukuran: nominal yang dibagi menjadi tiga tipe gaya belajar
yaitu tipe visual, auditorial, dan kinestetik. Penggolongan gaya belajar
matematika siswa didasarkan pada kecenderungan skor siswa pada tipe
yang sesuai. Siswa mempunyai skor tertinggi pada tipe tertentu
menunjukkan bahwa siswa tergolong tipe tersebut. Apabila terdapat
dua tipe yang memiliki skor tertinggi maka siswa tidak tergolong tipe
manapun.
c) Indikator : Skor angket gaya belajar matematika
d) Simbol : bj, j = 1, 2, 3
b. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar matematika siswa
pada materi persamaan garis lurus.
a) Definisi Operasional : prestasi belajar matematika adalah hasil belajar
matematika siswa pada materi persamaan garis lurus setelah diberi
perlakuan
b) Skala pengukuran : interval
c) Indikator : nilai tes prestasi belajar matematika pada materi persamaan
garis lurus
d) Simbol : aibj, i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3
2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian faktorial 2 x 3, dengan
maksud untuk mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat.
xliv
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
Gaya Belajar
Visual
(b1)
Auditorial
(b2)
Kinestetik
(b3)
STAD yang
dilengkapi dengan
Numbered Heads
Together (a1)
a1b1 a1b2 a1b3 Metode
Pembelajaran
Konvensional (a2) a2b1 a2b2 a2b3
3. Metode Pengumpulan Data dan Penyusunan Instrumen
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah:
a. Metode Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (1998:234) menyatakan bahwa, “…, metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,
agenda dan sebagainya”.
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nilai ujian mid
semester I kelas VIII mata pelajaran matematika yang selanjutnya akan digunakan
untuk menguji keseimbangan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Metode Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (1998:127), “Tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang diliki oleh
individu atau kelompok”. Selanjutnya dijelaskan bahwa, “Tes prestasi yaitu tes
yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari
sesuatu” (1998: 128).
Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai prestasi
belajar siswa pada materi persamaan garis lurus. Langkah-langkah membuat tes
ini adalah:
A
B
xlv
1. membuat kisi-kisi tes
2. menyusun butir-butir tes
3. menguji validitas isi
4. mengadakan uji coba tes
5. menguji reliabilitas
6. revisi butur-butir tes
Uji coba instrumen tes dilaksanakan di SMP Negeri 1 Simo tahun
pelajaran 2007/2008 berdasarkan kesamaan karakteristik antara subjek uji coba
dan subjek sampel penelitian. Tujuan uji coba instrumen ini adalah untuk
mengetahui konsistensi internal dan reliabilitas instrumen tes tersebut.
Analisis item soal meliputi uji validitas, konsistensi internal, dan uji
reliabilitas.
1. Uji Validitas
Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa”Untuk menilai apakah suatu
intrumen mempunyai validitas yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah
melalui expert judgement ( penilaian yang dilakukan oleh para pakar)”.
Suatu instrument valid menurut validitas isi apabila instrument tersebut
telah merupakan sample yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan
diukur.
Dalam penelitian ini, instrument dikatakan valid jika masing-masing butir
tes sudah sesuai dengan semua kriteria dalam lembar validitas tes.
2. Konsistensi Internal
Sebuah instrumen terdiri dari sejumlah butir-butir instrumen. Menurut
Budiyono (2003: 65), “Kesemua butir itu harus mengukur hal yang sama dan
menunjukkan kecenderungan yang sama pula”. Konsistensi internal masing-
masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir-butir tersebut dengan skor total.
Biasanya untuk menghitung konsistensi internal untuk butir ke-i, rumus yang
digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari karl Pearson berikut.
=xyr( )( )
( )( ) ( )( )2222 YYnXXn
YXXYn
S-SS-S
SS-S
dengan:
xlvi
xyr : indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n : banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor butir ke-i (dari subjek uji coba)
Y : total skor (dari subjek uji coba )
Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir
tersebut tidak dipakai.
(Budiyono, 2003: 65)
Dalam penelitian ini soal yang digunakan adalah soal yang konsisten, yaitu
yang memiliki xyr ³0,3 sedangkan soal yang memiliki xyr < 0,3 tidak dipakai.
3. Uji Reliabilitas
Budiyono (2003:65) menyatakan bahwa, “Suatu instrumen disebut reliabel
apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya
pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan
atau pada orang-orang yang berlainan pada waktu yang sama atau pada waktu
yang berlainan”. Reliabilitas instrumen tes diuji dengan perhitungan
menggunakan rumus KR-20, yaitu:
÷÷ø
öççè
æ -÷øö
çèæ
-= å
2
2
11 1 t
iit
s
qps
NN
r
dengan :
11r : indeks reliabilitas instrumen
N : cacah butir instrumen
pi : proporsi cacah subjek yang menjawab benar pada butir ke-i
qi : 1- pi, i : 1, 2, 3, … , N
st2 : variansi total
(Budiyono, 2003:69)
Dalam penelitian ini, soal digunakan jika memiliki indeks reliabilitas 0,70
atau lebih.
c. Metode Angket
Pengertian angket sama dengan kuesioner. Suharsimi Arikunto (2002:128)
memberikan pengertian bahwa, “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis
xlvii
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal lain yang ia ketahui”.
Dalam penelitian ini, metode angket digunakan untuk memperoleh data
mengenai gaya belajar siswa. Jawaban-jawaban angket menunjukkan gaya belajar
siswa.
Prosedur pemberian skor berdasarkan gaya belajar matematika siswa, yaitu
1. Untuk instrumen positif
Jawaban a, skor 4 menunjukkan gaya belajar matematika sangat sesuai pada
tipe tertentu.
Jawaban b, skor 3 menunjukkan gaya belajar matematika sesuai pada tipe
tertentu
Jawaban c, skor 2 menunjukkan gaya belajar matematika kurang sesuai pada
tipe tertentu
Jawaban d, skor 1 menunjukkan gaya belajar matematika tidak sesuai pada
tipe tertentu
2. Untuk instrumen negatif
Jawaban a, skor 1 menunjukkan gaya belajar matematika tidak sesuai pada
tipe tertentu
Jawaban b, skor 2 menunjukkan gaya belajar matematika kurang sesuai pada
tipe tertentu
Jawaban c, skor 3 menunjukkan gaya belajar matematika sesuai pada tipe
tertentu
Jawaban d, skor 4 menunjukkan gaya belajar matematika sangat sesuai pada
tipe tertentu.
Setelah butir soal dibuat, angket diuji validitas isi kemudian diuji cobakan
pada siswa SMP Negeri 1 Simo kelas VIII tahun pelajaran 2007/2008.
Selanjutnya, diuji konsistensi internal dan reliabilitas angket tersebut.
1. Uji Validitas
Budiyono (2003:59) menyatakan bahwa”Untuk menilai apakah suatu
intrumen mempunyai validitas yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah
melalui expert judgement ( penilaian yang dilakukan oleh para pakar)”.
xlviii
Suatu instrument valid menurut validitas isi apabila instrument tersebut
telah merupakan sample yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan
diukur.
Dalam penelitian ini, instrument dikatakan valid jika masing-masing butir
tes sudah sesuai dengan semua kriteria dalam lembar validitas tes.
2. Konsistensi Internal
Sebuah instrumen terdiri dari sejumlah butir-butir instrumen. Menurut
Budiyono (2003: 65), “Kesemua butir itu harus mengukur hal yang sama dan
menunjukkan kecenderungan yang sama pula”. Konsistensi internal masing-
masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir-butir tersebut dengan skor total.
Biasanya untuk menghitung konsistensi internal untuk butir ke-i, rumus yang
digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari karl Pearson berikut.
=xyr( )( )
( )( ) ( )( )2222 YYnXXn
YXXYn
S-SS-S
SS-S
dengan:
xyr : indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n : banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor butir ke-i (dari subjek uji coba)
Y : total skor (dari subjek uji coba )
Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir
tersebut harus dibuang
(Budiyono, 2003:65)
Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket yang konsisten,
yaitu yang memiliki xyr ³0,3.
3. Uji Reliabilitas
Untuk menguji reliabilitas angket, perhitungan indeks reliabilitasnya
menggunakan rumus Alpha yaitu:
÷÷ø
öççè
æ-÷
øö
çèæ
-= å
2
2
11 11 t
i
s
s
nn
r
Dengan :
xlix
11r : indeks reliabilitas instrumen
n : cacah butir instrumen
2is : variansi
2ts : variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba
Suatu instrumen dikatakan reliabel jika indek reliabilitasnya 0, 70 atau lebih.
(Budiyono, 2003: 70)
Dalam penelitian ini angket digunakan jika memiliki indeks reliabilitas
0,70 atau lebih.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan anava dua jalan dengan ukuran sel 2 x 3.
Faktor yang digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan efek baris, efek
kolom, dan kombinasi efek baris dan efek kolom terhadap prestasi belajar
matematika siswa adalah metode pembelajaran (faktor A) dan gaya belajar
matematika siswa (faktor B). Teknik analisis data ini digunakan untuk menguji
ketiga hipotesis yang diajukan sebelumnya.
1. Uji keseimbangan
Uji ini dilakukan pada saat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
belum dikenai perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
tersebut seimbang. Secara statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang
berarti dari dua sampel yang independen. Statistik ujinya adalah uji-t. Sebelum
dilakukan perhitungan, diuji terlebih dahulu apakah kedua kelompok
berdistribusi normal.
1) Hipotesis
Ho : µ1= µ2 (kedua sampel berasal dari populasi yang seimbang)
H1 : µ1≠ µ2 (kedua sampel berasal dari populasi yang tidak seimbang)
2) Taraf Signifkansi (α) = 0,05
3) Statistik Uji yang digunakan :
l
t = ( ) ( )2nnt~
n1
n1
s
XX21
21p
21 -++
-
dengan sp2=
2nns)1n(s)1n(
21
222
211
-+-+-
Keterangan :
1X : nilai ujian mid semester I kelas VIII mata pelajaran matematika
kelompok eksperimen
2X : nilai ujian mid semester I kelas VIII mata pelajaran matematika
kelompok kontrol
21s : variansi dari kelompok eksperimen
22s : variansi dari kelompok kontrol
n1 : ukuran sampel kelompok eksperimen
n2 : ukuran sampel kelompok kontrol
4) Daerah kritik
DK: 2/tt|t{ a< atau }2/tt a>
5) Keputusan Uji
H0 ditolak jika t ε DK
6) Kesimpulan
a. Kedua sampel berasal dari populasi yang seimbang jika Ho
diterima.
b. Kedua sampel berasal dari populasi yang tidak seimbang jika Ho
ditolak
(Budiyono,2003: 151)
2. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini
dari populasi distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini
digunakan metode Lilliefors dengan prosedur :
li
1) Hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi normal
2) Statistik Uji
L = max │F(Zi) - S (Zi)│
Dengan:
F(Zi) : P(Z≤Zi)
Z ~ N(0,1)
Zi : skor standar, s
XXZ i
i
)( -=
s : standar deviasi
S(Zi) : proporsi cacah Z≤Zi terhadap seluruh cacah Zi
Xi : skor responden
3) Taraf Siginifikansi (α) = 0,05
4) Daerah Kritik (DK)
DK = {L│L > Lα:n } dengan n adalah ukuran sampel.
5) Keputusan Uji
Ho ditolak Jika LÎ DK.
6) Kesimpulan
a). Sampel berasal dari populasi normal jika Ho diterima.
b). Sampel tidak berasal dari populasi normal jika HO ditolak
(Budiyono, 2004 : 170)
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini
digunakan metode Bartlett. dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur
sebagai berikut :
1). Hipotesis
Ho : 22
21 ss = = …= 2
ks
H1 : tidak semua variansi sama
lii
2). Statistik Uji yang digunakan :
úû
ùêë
é-=c å
=
k
1j
2jj
2 SlogfRKGlog.fC303,2
dengan:
χ2~ χ2(k-1)
k : banyaknya sampel
f : derajat kebebasan untuk RKG = N - k
N : banyaknya seluruh nilai ( pengukuran ).
fj : derajat kebebasan untuk Sj2 = nj - 1
j : l, 2, ..., k
nj : cacah pengukuran pada sampel ke-j
c=úúû
ù
êêë
é-
-+ å ffk j
11)1(3
11
RKG = åå
j
i
f
SS
( )å å-=
j
jjj n
XXSS
2
2 = (nj-1)sj2
3). Taraf Signifikansi ( α ) = 0,05
4). Daerah Kritik (DK)
DK={ }1:222
-> kaccc
5). Keputusan Uji
Ho ditolak Jika χ 2ÎDK
6). Kesimpulan
a) Populasi-populasi homogen jika H0 diterima.
b) Populasi-populasi tidak homogen jika H0 ditolak
(Budiyono, 2004 : 176-177)
3. Pengujian Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan
sel tak sama, dengan model data sebagai berikut :
liii
Xijk = µ + αi + βj + (αβ )ij + εijk
dengan :
Xijk : data (nilai) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
µ : rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
αi : efek baris ke-i pada variabel terikat
βj : efek kolom ke j pada variabel terikat
(αβ)ij : kombinasi efek baris ke-i dan kolom k-j pada variabel terikat
εijk :deviasi data Xijk terhadap rataan populasinya (µijk) yang berdistribusi
normal dengan rataan 0
i : 1, 2,...., p ; p : cacah baris (A)
J : 1, 2, ..., q ; q : cacah kolom (B)
k : 1, 2, ..., nij ; nij : cacah data amatan pada setiap sel
(Budiyono, 2004: 228)
Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama, yaitu :
a. Hipotesis
1) H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2, ... p (tidak ada pengaruh metode
pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika)
H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (ada perbedaan efek antar
baris terhadap variabel terikat)
2) H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, ... q (tidak ada perbedaan efek antara
kolom terhadap variabel terikat)
H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (ada perbedaan efek antar
kolom terhadap variabel terikat)
3) H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2, ... p dan j = l, 2, ... q (tidak ada
interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat)
H1AB : paling sedikit ada satu (αβ)ij yang tidak nol (ada interaksi baris
dan kolom terhadap variabel terikat).
(Budiyono, 2004: 228)
liv
b. Komputasi
· Notasi dan Tata Letak Data
Tabel 3.2. Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi
Gaya Belajar Siswa
B1 B2 B3
n11 n12 n13
ΣX11k ΣX12k ΣX13k
X 11 X 12 X 13
ΣX211k ΣX2
12k ΣX213k
C11 C12 C13
Al
SS11 SS12 SS13 n21 n22 n23 ΣX21k ΣX22k ΣX23k
X 21 X 22 X 23 ΣX2
21k ΣX222k ΣX2
23k
C21 C22 C23
Metode
Pembelajaran
A2
SS21 SS22 SS2 3
Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan
B
A b1 b2 b3 Total
a1 11AB 12AB 13AB A1
a2 21AB 22AB 23AB A2
Total B1 B2 B3 G
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan
notasi-notasi sebagai berikut :
nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
= cacah data amatan pada sel ij
= frekuensi sel ij
n h : rataan harmonik frekuensi seluruh sel
B
A
lv
n h =
åji ijn
pq
,
1
N : cacah seluruh data amatan
å=ji
ijnN,
SSij : jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
2
2
ij
ijkk
ijkkij n
X
XSS÷÷ø
öççè
æ
-=å
å
ijAB : rataan pada sel ij = ij
kijk
n
Xå
Ai : Jumlah rataan pada baris ke-i = åj
ijAB
Bi : Jumlah rataan pada kolom ke-j = åi
ijAB
G : Jumlah rataan semua sel = ååå ==j
ji
iji
ij BAAB,
Rerata Harmonik frekuensi seluruh sel
å=
ji ij
h
n
pqn
,
1
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (l), (2),
(3), (4) dan (5) sebagai berikut :
pqG 2
)1( =
å=ji
ijSS,
)2(
å=i
i
q
A2
)3(
lvi
å=j
j
p
B 2
)4(
å=ji
ijAB,
2)5(
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima
jumlah kuadrat, yaitu :
JKA = { })1()3( -hn
JKB = { })1()4( -hn
JKAB = { })4()3()5()1( --+hn
JKG = (2)
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
dengan :
JKA = jumlah kuadrat baris
JKB = jumlah kuadrat kolom
JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris dan
JKG = jumlah kuadrat galat
JKT = Jumlah kuadrat total
Derajat kebebasan (dk) untuk rnasing-masing jumlah kuadrat tersebut
adalah:
dkA = p-1 dkT = N-1
dkB = q-1 dkG = N-pq
dkAB = (p-1)(q-1)
Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing
diperoleh rataan kuadrat berikut
RKA = dkAJKA
RKAB =dkABJKAB
RKB = dkBJKB
RKG = dkGJKG
c. Statistik Uji
· Untuk H0A adalah Fa = RKGRKA
lvii
· Untuk H0B adalah Fb = RKGRKB
· Untuk H0AB adalah Fab = RKGRKAB
d. Taraf Signifikansi (α) = 0,05
e. Daerah Kritik
(1). Daerah kritik untuk Fa adalah DK { Fa│Fa > F α:p-1,N-pq}
(2). Daerah kritik untuk Fh adalah DK { Fb │ Fb > Fα:q-1,N-pq}
(3). Daerah kritik untuk Fab adalah DK { Fab │ Fab > Fα:(p-1)(q-1),N-pq }
f. Keputusan Uji
Ho ditolak jika Fhit ÎDK
Rangkuman analisis
Tabel 3.4. Rangkuman analisis
Sumber jk Dk Rk Fhi t Fα
A (baris) JKA dkA RKA Fa Fα,p-1,N-pq
B (kolom) JKB dkB RKB Fb Fα:q-1,N-pq
AB JKAB dkAB RKAB Fab Fα:(p -1) (q -1) ,N-pq
Galat JKG dkG RKG - - Total JKT dkT - - -
(Budiyono, 2004:228-230)
lviii
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini meliputi data uji coba tes prestasi belajar
matematika pada materi persamaan garis lurus dan data uji coba angket gaya
belajar matematika siswa, data prestasi belajar matematika pada materi persamaan
garis lurus dan data angket gaya belajar matematika siswa. Berikut ini diberikan
uraian mengenai data-data tersebut:
1. Data Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen yang diuji cobakan dalam penelitian ini berupa tes prestasi
belajar matematika siswa pada materi persamaan garis lurus dan angket untuk
mengungkapkan mengenai gaya belajar matematika siswa
a. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar
1) Validitas Isi Uji Coba Tes Prestasi Belajar.
Tes prestasi belajar matematika pada materi persamaan garis lurus
terdiri dari 30 butir. Melalui 2 orang validator, yaitu guru SMP Negeri 1
Sambi dan guru SMP Negeri 1 Simo diperoleh bahwa 30 butir tes prestasi
dinyatakan valid secara validitas isi karena memenuhi kriteria yang
diberikan. (Hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 11)