EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DI KELAS VIII MTsN TANJUNG TANI PRAMBON NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pendidikan Matematika Oleh: Eni Rahmawati 053511100 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
124
Embed
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/93/jtptiain-gdl... · SOLVING DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DI KELAS VIII
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM
SOLVING DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN
LINIER DUA VARIABEL DI KELAS VIII MTsN TANJUNG
TANI PRAMBON NGANJUK TAHUN PELAJARAN
2009/2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Ilmu Pendidikan Matematika
Oleh:
Eni Rahmawati
053511100
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
ii
KEMENTRIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAHJl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp/Fax 7601295, 7615387 Semarang 50185
PENGESAHAN
Skripsi saudara : Sri Nurrohmatin
NIM : 063511018
Judul : Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving Dalam
Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di Kelas VIII
MtsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk Tahun Pelajaran
2009/210
Telah dimunaqasahkan oleh dewan penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat
cumlaude/baik/cukup, pada tanggal :
Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana strata 1 tahun
mama Irma, Abdul Mu id, Arifiranto yang telah mendukungku selalu.
6. Teman-teman Pendidikan Matematika 05.
7. Pembaca yang budiman.
vi
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian
juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang
terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan..
Semarang, 28 Juni 2010
Deklarator,
Eni RahmawatiNIM. 053511100
vii
ABSTRAK
Eni Rahmawati (NIM. 053511100). Efektivitas Model Pembelajaran ProblemSolving Dalam Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabeli di Kelas VIII MTs NegeriTanjung TaniPrambon Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Semarang: Program Strata 1Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Walisongo, 2010.
Berdasarkan penuturan salah satu guru matematika di MTs Negeri Tanjung TaniPrambon Nganjuk menyatakan bahwa pada pembahasan materi pokok SPLDV yang soalcerita sebagian peserta didik cenderung bosan dan kurang aktif dalam proses kegiatanbelajar mengajar berlangsung serta peserta didik belum memahami konsep dari SPLDVitu sendiri. Berbagai upaya telah dilakukan tetapi hasilnya belum optimal. Salah satumodel pembelajaran yang diduga dapat mengaktifkan peserta didik dan melatih dayanalar untuk memahami konsep adalah model pembelajaran Problem Solving. Melaluipenelitian ini diimplementasi model tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang berdesain “posttest-onlycontrol design . Permasalahan dalam penelitian ini yaitu apakah implementasi modelpembelajaran Problem Solving efektif terhadap hasil belajar matematika peserta didikpada materi pokok fungsi kelas VIII MTs Negeri Tanjung Tani Prambon tahun pelajaran2009/2010?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas implementasimodel pembelajaran Problem Solving terhadap hasil belajar matematika peserta didikpada materi pokok Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII MTs NegeriTanjung Tani Prambon tahun pelajaran 2009/2010.
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII semester I MTsNegeri Tanjung Tani Prambon Tahun Pelajaran 2009/2010 yang terbagi dalam 9 kelassebanyak 381 peserta didik. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik randomcluster. Terpilih peserta didik kelas VIII-G sebagai kelas eksperimen dan peserta didikkelas VIII-H sebagai kelas kontrol. Pada akhir pembelajaran kedua kelas diberi tesdengan menggunakan instrumen yang sama yang telah diuji validitas, taraf kesukaran,daya pembeda, dan reliabilitasnya. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalahmetode wawancara, observasi terbuka, dokumentasi dan tes. Data dianalisis dengan ujiperbedaan rata-rata (uji t) pihak kanan. Berdasarkan penelitian diperoleh t = 2,568sedangkan nilai t )77)(95,0( = 1,66. Karena t > t )82)(95,0( maka H 0 ditolak. Artinya rata-ratahasil belajar matematika peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran ProblemSolving lebih besar dari pada rata-rata hasil belajar matematika peserta didik yang diajardengan pembelajaran langsung dengan metode ekspositori.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil tes kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol sehingga dapatdikatakan pembelajaran Problem Solving lebih efektif daripada pembelajaran langsungdengan metode ekspositori terhadap hasil belajar peserta didik kelas VIII MTs NegeriTanjung Tani Prambon pada materi pokok Simtem Persamaan Linier Dua variabel, dandisarankan guru dapat terus mengembangkan pembelajaran Problem Solving danmenerapkan pada pembelajaran materi pokok yang lainnya.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih, tercurahkan
kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta inayah-Nya
sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas
Model Pembelajaran Problem Solving Dalam Materi Sistem Persamaan Linier Dua
Variabeli di Kelas VIII MTs Negeri Tanjung TaniPrambon Tahun Pelajaran
2009/2010” dengan baik.
Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar
Sarjana S-1 pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
jurusan Tadris Matematika. Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan
baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan rasa
hormat yang dalam penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. DR. H. Ibnu Hajar, M.Ed., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam
rangka penyusunan skripsi ini.
2. Abdul Wahid, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Tadris Matematika Fakultas Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberikelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Makaberdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. danAllah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadalah: 11)2
Proses mencari dan memberi ilmu, atau yang lebih dikenal sebagai
proses belajar mengajar (baca: pendidikan) yang ditetapkan, bagi islam tidak
lain merupakan kerangka dalam upaya menjalankan perintah agama di
samping juga meninggikan derajat manusia sesuai dengan derajat tinggi
kemulyaan ilmu itu sendiri. Beberapa tokoh pendidikan islam klasik beraneka
macam pendapatnya mengenai pengejawantahan sesungguhnya tentang tujuan
pengajaran dan pendidikan tersebut. Al-Qabisi, misalnya, menghendaki agar
1 Lihat hadits yang dinukil al-Zarnuji sebagai dasar kewajiban mencari ilmu dalam Ta limal-Muta allim (Semarang: CV. Toha Putra, tt.), hlm. 2. Bandingkan pula dengan Abu HamidMuhammad al-Ghazali, al-Mursyid al-Amiin ila Mau idhati al-Mu minin (Kairo, MaktabahMusthafa al-Baby, Cet. III, 1979) hlm. 9
2 Al-Qur an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah / PentafsirAl-Qur’an, 1971), hlm. 910.
68
pendidikan dan pengajaran dapat menumbuh-kembangkan pribadi anak sesuai
dengan nilai-nilai Islam yang benar. Dalam hubungan ini Ali al-Jumbulati
mengatakan bahwa tujuan umum pendidikan yang dipegang oleh al-Qabisi
adalah mengembangkan kekuatan akhlaq anak, menumbuhkan rasa cinta
agama, berpegang teguh kepada ajaran-ajarannya, serta berperilaku yang
sesuai dengan nilai-nilai agama yang murni. Namun demikian al-Qabisi juga
menghendaki tujuan pendidikan yang mengarahkan agar anak dapat memiliki
keterampilan dan keahlian pragmatis yang dapat mendukung kemampuannya
mencari nafkah (baca: life skill).3
Senada dengan al-Qabisi, Ibnu Sina berpendapat bahwa tujuan
pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki
seseorang ke arah perkembangan yang sempurna, yaitu perkembangan fisik,
intelektual dan budi pekerti. Selain itu tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina
harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup di
masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian
yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan, dan potensi
yang dimilkinya.4 Baik al-Qabisi maupun Ibnu Sina sama-sama sepakat
menekankan pentingnya mempersiapkan dan mengembangkan seluruh potensi
yang ada dalam diri anak didik, agar kelak di kemudian hari mampu mendaya-
gunakannya sesuai tuntutan dengan agama, keilmuwan serta bangsa dan
negaranya. Karena itulah maka dibutuhkan perangkat pembelajaran, metode,
teknik, kurikulum, sarana prasarana serta seluruh hal yang berkaitan dengan
proses belajar mengajar agar terarah untuk mewujudkan kecakapan potensial
anak didik atau yang biasa dikenal dengan life skill.
Dalam pada itu dewasa ini diketahui bahwa secara umum tujuan
pendidikan, seperti halnya yang telah dikatakan oleh al-Qabisi maupun Ibnu
3 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo,Cet. I, 2000), hlm. 27-28
4 Ibid., hlm. 67
69
Sina di atas, biasa digolongkan ke dalam tiga domain atau ranah, yaitu
domain “kognitif”, “afektif”, dan “psikomotorik”.5
Domain kognitif menunjukkan tujuan pendidikan yang terarah kepada
kemampuan-kemampuan intelektual, kemampuan berpikir maupun kecerdasan
yang akan dicapai. Domain kognitif oleh Bloom 1956 (dalam Calmorin
Lourentina P. 1994), dibedakan atas 6 kategori yang cenderung hirarkhis.
Keenam kategori itu adalah (1) Ingatan, (2) Pemahaman, (3) Aplikasi, (4)
Analisis, (5) Sintesis, dan (6) Evaluasi. Keenam kategori itu yang hingga kini
masih digunakan sebagai rujukan utama dalam pembuatan rancangan
pembelajaran matematika termasuk pembuatan alat ukur berupa tes. Tujuan
kognitif inilah yang selama ini sangat diutamakan dalam pendidikan di
Indonesia, kurang memperhatikan domain yang lain. Apabilahal tersebut
dibiarkan terus menerus tanpa sama sekali memperhatikan domain yang lain,
kiranya mudah dipahami kalau hasil pendidikan kita sangat mungkin
mencapai tingkat kecerdasan tinggi, tetapi tidak menunjukkan sikap-sikap
yang diharapkan dalam pergaulan sehari-hari.6
Domain afektif menunjukkan tujuan pendidikan yang terarah kepada
kemampuan-kemampuan bersikap dalam menghadapi realitas-realitas atau
masalah-masalah yang muncul di sekitarnya. Domain afektif ini oleh David R.
Krathwohl dkk. 1964 (dalam Calmorin Lourentina P. 1994), dikembangkan
menjadi 5 kategori, yaitu (1) Penerimaan, (2) Penanggapan, (3) Penilaian, (4)
Pengorganisasian, dan (5) Pemeranan.7
Domain psikomotor menunjukkan tujuan pendidikan yang terarah
kepada keterampilan-keterampilan. Khusus untuk pelajaran matematika
pengertian keterampilan tidak hanya dapat diartikan keterampilan yang
bersifat fisik, misalnya melukis suatu bangun. Tetapi juga keterampilan
melakukan algoritma-algoritma tertentu yang adaklanya hanya terdapat dalam
pikiran. Domain psikomotor oleh Elizabeth Simpson, 1967 (dalam Calmorin
5Abuddin Nata, Kiat Pendidikan Matematika diIndonesia, (Jakarta: Dirjen DiktiDepdiknas, th. 1999/2000), hlm. 62
6 Ibid., hlm. 62-637 Ibid., hlm. 63
70
Lourentina P. 1994) dibedakan menjadi (1) Persepsi, (2) Kesiapan, (3)
Respon terpimpin, (4) Mekanisme, (5) Respon yang jelas dan komplek, (6)
adaptasi/penyesuaian, dan (7) Penciptaan/keaslian.8
Di sisi yang lain, matematika sendiri pada dasarnya mendorong peserta
didik untuk jeli, cermat dan mempercayai bahwa realitas alam dan social
memiliki kepastian hukum.9 Kepastian hukum ini dalam pelajaran matematika
sering ditetapkan sebagai rumus-rumus. Rumus-rumus ini bersifat pasti, tetapi
penerjemahannya ke dalam bentuk penyelesaian soal-soal membutuhkan
pemahaman yang komprehensif.10 Namun dalam proses pembelajaran
seringkali terjebak ke dalam pengajaran yang lebih berorientasi kepada operasi
matematika belaka, yang hanya berkutat dalam prosedur rumus-soal.
Proses pembelajaran yang langsung berorientasi pada operasi
matematika memiliki beberapa kerugian bagi peserta didik. Di antaranya
:Pertama, mereka tidak memiliki basis pemahaman untuk kelak
mengembangkan matematika dan ilmu-ilmu lain karena masing-masing ilmu
bukan disiplin yang berdiri sendiri dan terpisah. Kedua, sebagai konsekwensi
mereka kurang mampu mengkomunikasikan rumusan matematika ke dalam
realitas psikis, sejarah dan social. Ketiga, mereka yang menyukai matematika
akan cenderung memiliki pola berpikir yang rigid.11
Selain itu peserta didik juga tidak dapat berkomunikasi dengan rumus-
rumus matematika yang mereka hadapi. Ini menimbulkan jarak psikis antara
peserta didik dan matematika, sehingga mereka sulit menyukai matematika.
Bahkan ketidak sukaan ini bisa berimbas kepada ilmu-ilmu kealaman yang
memiliki unsur matematika dalam kadar yang tinggi.12 Oleh sebab itu mesti
ada satu terobosan dalam pembelajaran matematika, terutama agar tidak
terjebak ke dalam pembelajaran yang berkutat dan terjebak hanya dalam ranah
8 Ibid.9 Mohammad Fauzil Adhim, Mendidik Anak Menuju Taklif (Yogyakarta, Pustaka Pelajar,
Cet. I, 1996) hal. 6410 Ibid.11 Ibid., hal. 6512 Ibid.
71
kognitif peserta didik saja. Penting pula digali potensi-potensi afektif dan
psikomotorik dalam pembelajaran matematika.
Nah, dalam pada itu materi system persamaan linier dua variable
(SPLDV) yang biasa disajikan dalam bentuk soal cerita seringkali membuat
peserta didik kesulitan untuk menemukan penyelesaian, terutama karena
materi SPLDV tidak hanya melulu berkutat dalam teori atau rumus-rumus dan
pada umumnya peseta didik sulit menterjemahkan soal cerita yang disajikan
ke dalam model matematika untuk menemukan hasilnya. Kenapa soal cerita
dipilih? Karena soal cerita atau essay menuntut siswa untuk menganalisis,
mengorganisir, menginterpretasikan dan menghubungkan pengertian-
pengertian yang dimiliki. Dan biasanya dalam SPLDV yang dalam bentuk
soal cerita menyangkut kehidupan atau masalah yang ada di sekitar. Dalam
materi ini pemahaman dan responsibility peserta didik dituntut untuk meluas
kepada persoalan-persoalan kehiduapan di sekitar mereka di samping juga
rumus-rumus yang berkaitan tentunya dan penyelesaiaannya melalui beberapa
tahapan atau proses.
Dalam mengatasi masalah tersebut penulis tertarik untuk menggunakan
model pembelajaran problem solving dalam materi SPLDV, yang lebih
menuntut peserta didik untuk teliti, kreatif dan mandiri dalam menemukan
suatu jawaban. Peserta didik dapat merangkai sendiri modelnya dan
memasukkan ke dalam rumus, bila tidak cocok peserta didik bisa mengganti
dengan yang lain. Pembelajaran model ini mengarahkan peserta didik untuk
lebih mandiri dan kreatif dalam menemukan jawaban dari pelbagai persoalan.
Ada sejumlah alasan kuat mengapa problem solving perlu digunakan.
Pertama, harapan agar matematika lebih dapat diterapkan dalam kehidupan.
Kedua, memberikan kesempatan dan dapat mendorong peserta didik untuk
berdiskusi dengan peserta didik lain dalam menemukan jawaban dari
permasalahan. Ketiga, problem solving dapat mendorong peserta didik untuk
72
menyusun torinya sendiri, mengujinya, menguji teori temannya atau bahkan
tidak menggunakan teori tersebut bila tidak konsisten dan mencoba lainnya.13
Pemaparan di atas merupakan permasalahan yang penulis temukan di
MtsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk. Di mana setidaknya dalam 2 (dua)
tahun terakhir, yaitu tahun pelajaran 2007-2008 dan 2008-2009, terlihat
peserta didik kesulitan berkomunikasi dengan materi SPLDV. Di samping
karena bentuk soal yang berupa cerita, tidak dapat dipungkiri jika jarak psikis
antara peserta didik dengan mata pelajaran matematika ini benar-benar ada.
Terbukti, meski sebatas pada ranah kognitif, Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) 5,00 sangat sulit dicapai oleh para peserta didik. Atas dasar itulah
maka penelitian penulis ini mengambil judul “ Efektvitas Model
Pembelajaran Problem Solving dalam Materi Sistem Persamaan Linier Dua
Variabel di Kelas VIII MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk Tahun
Pelajaran 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah
Matematika dianggap sesuatu yang abstrak, sulit, dan menakutkan
dimata peserta didik sehingga mengakibatkan rendahnya output atau hasil
belajar dalam mata pelajaran matematika. Hal ini setidaknya disebabkan oleh:
1. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional.
2. Suasana pembelajaran yang kurang menyenangkan.
3. Kurangnya minat dan motivasi terhadap mata pelajaran matematika.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah ini bertujuan agar penelitian yang akan dilakukan
dapat tercapai pada sasaran dan tujuan dengan baik. Batasan masalah dalam
penelitian ini adalah hasil belajar model pembelajaran Problem Solving pada
materi pokok Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII semester I
MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk.
13 Mutadi, Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran Matematika (Semarang, PusdiklatTenaga Teknis Keagamaan DEPAG, 2007), hal. 25-26.
73
D. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran
problem solving dalam materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel efektif
meningkatkan hasil belajar peserta di kelas VIII di MTsN tanjung Tani
Prambon Nganjuk tahun pelajaran 2009/2010?
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis: untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan yang luas dan
memberikan pengalaman ketrampilan dalam menerapkan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran problem solving dalam
pengajaran matematika.
2. Bagi akademik: diharapkan dapat dijadikan acuan sebagai tolak ukur
dalam keberhasilan selama ini dalam mendidik dan membekali ilmu bagi
penulis sebelum terjun ke dunia pendidikan.
3. Bagi sekolah: dapat digunakan sebagai masukan bagi MTsN Tanjung Tani
Prambon Nganjuk dalam proses penggunaan model pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran problem solving sebagai sumber
belajar.
4. Bagi peserta didik: dapat meningkatkan prestasi belajar dan menambah
motivasi untuk belajar matematika.
F. Penegasan Istilah
1. Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata “efektif” yang artinya ada efeknya, ada
pengaruhnya14. Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
keberhasilan tentang usaha atau tindakan dalam penggunaan model
pembelajaran problem solving. Dikatakan berhasil dan efektif jika hasil
14 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPusataka,2002), hal. 981
74
belajar peserta didik lebih baik atau meningkat jika dibandingkan belajar
konvensional.
2. Model Pembelajaran Problem Solving
Problem solving dalam matematika adalah proses dimana seorang
peserta didik atau kelompok (cooperative group) menerima tantangan
yang berhubungan dengan persoalan matematika dimana penyelesaiannya
dan caranya tidak langsung bisa ditentukan dengan mudah, dan
penyelesaiannya memerlukan ide matematika. Dalam problem solving,
biasanya permasalahan-permasalahan tidak tersajikan dalam peristilihan
matematika. Permasalahan yang digunakan dapat diangkat dari
permasalahan kehidupan nyata (real life situation) yang pemecahannya
memerlukan ide matematika sebagai sebuah ide. 15
3. Materi SPLDV
Materi SPLDV adalah salah satu materi pelajaran matematika bagi
siswa kelas VIII semester 1 MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk tahun
pelajaran 2009/2010 dengan standar kompetensi memahami sistem
persamaan linier dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah dan kompentensi dasar yang terakir yaitu menyelesaikan model
matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier
dua variabel dan penafsirannya.
15 Mutadi, Op. Cit., hal. 25
75
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Belajar
Islam amat mendorong kepada tiap-tiap pemeluknya untuk selalu
melakukan upaya-upaya belajar dalam bentuk suatu proses pengembangan
kepribadian sehingga dapat merubahnya menjadi lebih berkualitas
dibanding sebelumnya. Islam juga sangat memperhatikan belajar,
prosesnya dan bahkan sampai kepada bagaimana hasil yang diperoleh dari
belajar itu ditransferkan atau didayagunakan. Sebagaimana firman Allah
“ Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapaorang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untukmemberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembalikepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” 16
Tidak mengherankan pula jika kemudian sahabat Mu’adz bin Jabal
mengemukakan:
...
“Pelajarilah ilmu karena sesungguhnya mempelajari suatu ilmu karenaAllah itu adalah kebaikan, Mencarinya adalah ibadah, Mengulang-
16 Al-Qur an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah / PentafsirAl-Qur’an, 1971), hlm.207
76
ulanginya adalah tasbih, berdiskusi tentang ilmu adalah jihad danmengajarkannya adalah shodaqoh…” 17
Dari sana terlihat bahwa belajar merupakan suatu proses yang aktif.
Belajar juga merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada
di sekitar individu. Atau bisa pula disebutkan belajar merupakan proses
yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai
pengalaman, dan belajar adalah juga proses melihat, mengamati,
memahami sesuatu.18 Banyak sekali teori yang membahas tentang belajar.
Setiap teori mempunyai landasan sebagai dasar perumusan. Bila ditinjau
dari landasan itu, maka teori belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua
macam, yaitu asosiasi dan gestalt 19.
Sebelum muncul dan berkembang kedua teori tersebut, asosiasi
ataupun gestalt, sebenarnya sudah muncul suatu teori tentang belajar; yaitu
teori belajar menurut psikologi daya (faculty theory).20 Apa pengertian dari
ketiga teori belajar tersebut?
a. Teori Daya (Faculty Theory)
Menurut teori ini, pada prinsipnya individu memiliki sejumlah
daya-daya: daya mengenal, mengingat, menanggap, menghayal,
berpikir, merasakan, berbuat dan sebagainya. Daya-daya itu dapat
dikembangkan melalui latihan dalam bentuk ulangan-ulangan. Kalau
anak dilatih banyak mengulang-ulang mengahafal sesuatu, maka ia
akan terus ingat akan hal itu.21
Belajar menurut teori ini adalah meningkatkan kemampuan
daya-daya melalui latihan. Nilai suatu bahan pelajaran terletak pada
nilai formalnya, bukan pada nilai materialnya. Jadi, “apa yang
17 Ibid., hal. 718 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung, Sinar Baru
Algesindo, Cet. IX, 2008), hal.2819 Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung, Sinar Baru
Dengan kata lain istilah pembelajaran digunakan untuk menjelaskan
suatu hasil proses atau fungsi.42
Sedangkan matematika, munurut Johnson dan Myklebust(1967),
sebagimana dikutip oleh Mulyono Abdurrahman, adalah bahasa simbolis
yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk
memudahkan berpikir. Lerner (1988) mengemukakan bahwa matematika
di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang
memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan
ide mengenai elemen dan kuantitas. Kline juga mengemukakan bahwa
matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah
penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan bernalar
induktif.43 Selanjutnya Paling (1982) mengemukakan bahwa matematika
adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang
dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan
pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan
tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam
arti manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-
hubungan.44
Dari berbagai pendapat tentang hakikat matematika yang telah
dikemukakan dapat disimpulkan bahwa definisi tradisional yang
menyatakan bahwa matematika tentang ilmu tentang kuantitas (the science
of quantity) atau ilmu tentang ukuran diskrit dan berlanjut (the science of
discrate and continuous) telah ditinggalkan. Dari berbagai pendapat yang
telah dikemukakan menunjukkan bahwa secara kontemporer pandangan
tentang hakikat matematika lebih ditekankan pada modelnya dari pada
42 Mutadi, Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran Matematika, (Jakarta: PusdikatTenaga Teknis Keagamaan-Depag bekerja sama dengan DIT Bina Widyaiswara LAN-RI, 2007),hlm.13-14
43 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,(Jakarta: PusatPerbukuan Dep. Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan PT. Rineka Cipta, Cet. I,1999), hlm. 252
44 Ibid.
84
pokok persoalan matematika itu sendiri.45 Sementara Mutadi menuliskan
bahwa matematika adalah telaah tentang hubungan, suatu jalan atau pola
pikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.46
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika merupakaan suatu proses pengembangan seluruh potensi
peserta didik yang diarahkan untuk mengembangkan bernalar deduktif dan
induktif mengenai ilmu tentang kualitas dan ukuran, di mana titik tekan
pokoknya terutama pada model pembelajarannya.
Karakteristik matematika sendiri antara lain adalah sebagai
berikut:47
a. Memiliki objek kajian abstrak.
b. Bertumpu pada kesepakatan.
c. Berpola pikir deduktif.
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti.
e. Memperhatikan semesta pembicaraan.
Pembelajaran matematika mempunyai sifat sekrup, atau suatu
materi melandasi materi berikutnya sehingga suatu materi merupakan
prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Untuk mempelajari
matematika hendaklah berprinsip pada hal-hal berikut:
a. Mengulangi pelajaran yang telah dipelajari atau diajarkan merupakan
suatu kebutuhan dan bukan suatu beban sehingga dapat Materi
matematika disusun menurut urutan tertentu atau setiap topik
matematika berdasarkan subtopik tertentu.
b. Seorang peserta didik dapat memahami suatu topik matematika jika
telah memahami subtopik pendukung atau prasyaratnya
c. Perbedaan kemampuan antar peserta didik dalam mempelajari atau
memahami suatu topik matematika dan dalam menyelesaikan
45 Ibid.46 Op. Cit., hlm. 15.47 Departemen Pendidikan Nasional, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, 2000), hal. 13.
85
masalahnya ditentukan oleh perbedaan penguasaan subtopik
prasyaratnya.
d. Penguasaan topik baru oleh peserta didik tergantung pada topik
sebelumnya.
e. Dilaksanakan dengan ikhlas dalam mengerjakan tugas yang berupa
latihan soal-soal.
4. Model Pembelajaran Problem Solving
a. Pengertian
Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah
pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi
dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan
lebih efektif dan efesien.48 Suatu kegiatan pembelajaran di kelas
disebut model pembelajaran jika:
1) Kajian ilmiyah dari penemu atau ahlinya
2) Ada tujuannya
3) Ada tingkah laku yang spesifik
4) Ada kondisi spesifik yang diperlukan agar tindakan/kegiatan
pembelajaran tersebut dapat berlangsung secara efektif
Dalam pembelajaran, di samping “model” terdapat istilah lain
yang kerap digunakan yaitu “metode”. Metode adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
kegiatan belajar mengajar, model diperlukan oleh guru dan
penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
setelah pengajaran selesai.49 Terlihat dari devinisi di atas hampir tidak
terdapat perbedaan signifikan mengenai “model” maupun “metode”.
Keduanya sama-sama berbicara mengenai langkah-langkah atau cara-
cara tertentu yang digunakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan
mengujinya, menguji teori temannya, membuangnya jika teori tersebut tidak
konsisten, dan mencoba yang lainnya.63
Model pembelajaran Problem Solving sangat cocok dengan materi
SPLDV. Pada materi ini banyak berhubungan dengan masalah kehidupan
sehari-hari yang membutuhkan penyelesaian dengan langkah-langkah yang
benar, aktif, kreatif, dan inovatif, agar menemukan solusi atas masalah
tersebut. Dalam model ini peserta didik dituntut untuk memahami konsep, dan
tentunya harus banyak-banyak berlatih serta teliti dalam menyelesaikan soal-
soal SPLDV dalam bentuk soal cerita yang kemudian dibawa ke model
matematika. Karena karakteristik seperti itulah sehingga model ini sesuai
untuk materi SPLDV, yang bisa memenuhi penilaian matematika yang terdiri
dari tiga ranah, yaitu pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, serta
pemecahan masalah, sehingga bisa melatih peserta didik untuk lebih kreatif
dalam menelaah materi SPLDV.
Berdasarkan kerangka berfikir diatas, peneliti beranggapan bahwa
model pembelajaran Problem Solving efektif digunakan dalam belajar
mengajar pada materi pokok SPLDV di kelas VIII semester I MTsN Tanjung
Tani Prambon Nganjuk tahun pelajaran 2009/2010.
Bagan kerangka berpikir penelitian pembelajaran Problem Solving
sebagai berikut:
63 Mutadi, Op.cit., hal. 26
96
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka, kerangka berfikir dan penelitian yang
relevan maka hipotesis awal penelitian ini adalah model pembelajaran
Problem Solving efektif meningkatkan hasil belajar
Pembelajaran ProblemSolving
Pembelajaran tidakmenggunakan Problem
Solving
Keterampilan proses pesertadidik selama kegiatan prosesbelajar mengajar berlangsung
Kegiatan berpusat pada gurusebagai pemberi informasi
Tes Tes
Dilakukan uji t satu pihak untuk mengetahuiadakah perbedaan hasil tes
Pembelajaran problem solving memberikan hasil yang lebih tinggidari pada pembelajaran dengan metode ekspositori pada materisistem persamaan linier daua variabel kelas VIII semester I MTsNTanjung Tani Prambon Nganjuk tahun pelajaran 2009/2010.
Pembelajaran matematika dengan materi pokok sistempersamaan linier dua variabel
1.Peserta didik dapat menyusunteorinya sendiri
2.Peserta didik memecahkanmasalah secara individu.
3.Permasalahan yang diangkatdari kehidupan sehari-hari
1.Pembelajaran masihberkutat pada guru
2.Bahan pelajaran diberikansecara urut oleh guru.
3.Guru dapat menentukanmateri pelajaran yangdianggap penting.
97
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
yang mneggunakan model pembelajaran Problem Solving dengan tidak
menggunakan model dalam materi sIstem pokok persamaan linier dua variabel
di kelas VIII semester I MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk tahun
pelajaran 2009/2010.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran
2009/2010.
2. Tempat Penelitian
Berdasarkan observasi lingkungan dan pertimbangan-pertimbangan, maka
penelitian ini dilaksanakan di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian.64 Menurut Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud,
menjelaskan bahwa yang dimaksud variabel penelitian adalah segala sesuatu
yang menjadi objek pengamatan penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang
dimaksud adalah hasil belajar matematika materi pokok system persamaan
linier dua variabel pada peserta didik kelas VIII semester ganjil MTsN
Tanjung Tani Prambon Nganjuk tahun pelajaran 2009/2010.
Berdasarkan perhitungan uji normalitas diperoleh 2hitungχ = 7,7451
dan 2tabelχ = 11,07 dengan dk = 6 – 1= 5 dan %5=α . Jadi
22tabelhitung χχ < berarti data yang diperoleh berdistribusi normal.
Jadi nilai posttest kelas kontrol berdistribusi normal.
b.Uji Homogenitas Nilai
Hipotesis:
222
211
222
210
...:
...:
k
k
HH
ααα
ααα
≠≠≠
===
Dengan kriteria pengujian adalah tolak 2hitungχ < 2
tabelχ untuk taraf
nyata %5=α dengan dk = k – 1 dan 2hitungχ < 2
tabelχ .
( )i
ii
EEO 2−
122
rumus:
( ) ( ){ }∑ −−= 22 log110ln ii SnBx
dengan
B ( ) ( )1log 2 −∑= inS dan( )
( )11 2
2
−∑−∑
=i
ii
nSn
S
Data yang digunakan hanya data nilai tes pada tabel 4.1 dan tabel
4.2 dari kelas yang normal. Di bawah ini disajikan sumber data:
Tabel 4.7 Sumber Data Homogenitas
Sumber variasi Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Jumlah 2588 2863
n 42 42
X 61.6190 68.167
Varians (S2) 153.217 119.752Standart deviasi (S) 12.378 10.943
Table 4.8Tabel Uji Bartlett
Sampel
dk = ni - 1 1/dk Si2 Log
Si2
dk.LogSi
2 dk * Si2
1 41 0.0244
153.2172 2.1853 89.5976 6281.9048
2 41 0.0244
119.7520 2.0783 85.2096 4909.8333
Jumlah 82 174.807 11191.738
485,13682
738.11191)1(
)1( 22
=
=
−
−=
∑∑
i
ii
nSn
S
123
( ) ( )[ ]
077,1758213508,2
12
==
−= ∑
BxB
nLogSB i
( ) ( ){ }{ }
62091,0
8072,1740768623,17530259,2
110
2
2
22
=
−=
−−= ∑
hitung
hitung
iihitung
X
X
LogSnBLnX
Berdasarkan perhitungan uji homogenitas diperoleh 2hitungχ =
0.62091 dan 2tabelχ =3,841 dengan dk = k-1 = 2-1 = 1 dan %5=α . Jadi
2hitungχ < 2
tabelχ berarti nilai posttest pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol mempunyai varians yang homogen.
2. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Uji Pihak Kanan)
Karena 2hitungx < 2
tabelx maka 22
21 σσ = atau kedua varians sama (homogen).
Maka uji perbedaan dua rata-rata menggunakan rumus:
Dimana:
Dari data diperoleh:
Tabel 4.9Tabel Sumber Data Untuk Uji T
Sumber variasi KelasEksperimen Kelas Kontrol
Jumlah 2863 2588n 42 42
X 68.167 61.6190Varians (s2) 119.752 153.2172
Standart deviasi (s) 10.943 12.378
( ) ( )2nn
1n1ns
21
222
211
−+−+−
=ss
21 n1
n1s
xxt 21
+
−=
124
682662,114846.136
829052,6281832.4909
242422172,153).142(752,119).142(
==
+=
−+−+−
=s
Dengan s = 11,682662 maka:
56753,255031,2548,6
)2182,0)(6826,11(548,6
421
4216826,11
6190,61167,68
=
=
=
+
−=
t
t
C. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat, pengujian kemudian dilakukan dengan
pengujian hipotesis. Data atau nilai yang digunakan untuk menguji hipotesis
adalah nilai kemampuan akhir (nilai posttest). Hal ini dilakukan untuk
mengetahui adanya perbedaan pada kemampuan akhir setelah peserta didik
diberi perlakuan, dimana diharapkan bila terjadi perbedaan pada kemampuan
akhir adalah karena adanya pengaruh perlakuan. Untuk mengetahui terjadi
tidaknya perbedaan perlakuan maka digunakan rumus t-test (uji pihak kanan)
dalam pengujian hipotesis sebagai berikut.
H0 = 21 µµ ≤ : rata-rata hasil belajar matematika peserta didik yang diajar
dengan pembelajaran Problem Solving tidak lebih besar atau
sama dengan rata-rata hasil belajar matematika peserta didik
yang diajar dengan pembelajaran langsung dengan metode
ekspositori.
125
H1 = 21 µµ > : rata-rata hasil belajar matematika peserta didik yang diajar
dengan pembelajaran Problem Solving lebih besar dari pada
rata-rata hasil belajar matematika peserta didik yang diajar
dengan pembelajaran langsung dengan metode ekspositori.
Berdasarkan perhitungan t-test diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut.
Tabel 4.10Hasil Perhitungan t-test
n X 2S s dk hitungt tabelt
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
42
42
68,167
61,6190
119.752
153,2172
11,44 42+42-
2=82
2,567 1,66
Menurut tabel hasil perhitungan menunjukkan bahwa hasil penelitian yang
diperoleh untuk kemampuan akhir kelas eksperimen dengan model
pembelajaran problem solving diperoleh rata-rata 68,167 dan standar deviasi
(SD) adalah 10,943, sedangkan untuk kelas kontrol dengan model
pembelajaran langsung dengan metode ekspositori diperoleh rata-rata 61,6190
dan standar deviasi (SD) adalah 12,378. Dengan dk = 42 + 42 – 2 = 82 dan
taraf nyata 5% maka diperoleh ttabel = 1,66. Dari hasil perhitungan t-test thitung
= 2,567. Jadi dibandingkan antara thitung dan ttabel maka thitung > ttabel sehingga H0
ditolak dan H1 diterima.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan perhitungan t-test, diperoleh thitung = 2,646 sedangkan ttabel =
1,66. Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel artinya rata-rata hasil belajar
matematika peserta didik pada materi sistem persamaan linier dua variabel
yang diajar dengan pembelajaran Problem Solving lebih besar dari pada rata-
rata hasil belajar matematika peserta didik pada materi sistem persamaan
linier dua variabel yang diajar dengan pembelajaran langsung dengan metode
126
ekspositori. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran
Problem Solving lebih efektif dari pada model pembelajaran langsung dengan
tidak menggunakan model problem solving terhadap hasil belajar matematika
peserta didik pada materi pokok sistem persamaan linier dua variabel di MTs
Negeri Tanjung Tani prambon Nganjuk. Untuk melihat gambaran yang lebih
luas bagaimana perolehan nilai posttest peserta didik pada materi pokok
SPLDV, coba lihat histogram berikut.
Gambar 4.1Histogram Nilai Posttest
2
14 1311
17
12
8
2
02468
1012141618
Frek
uens
i
43-55 56-68 69-81 82-94
Interval Nilai
Kelas EksperimenKelas Kontrol
Diperoleh nilai rata-rata hasil belajar matematika peserta didik kelas
eksperimen 68,167 dan sedangkan kelas kontrol nilai rata-ratanya 61,6190.
Dari histogram di atas juga menunjukkan prosentase keberhasilan belajar
kelas ekperimen lebih besar dari pada kelas kontrol yakni sebesar 95,23% dan
73,8%
.
Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik lebih mudah memahami
konsep-konsep yang sulit dengan proses pembelajaran menggunakan model
problem solving. melalui identifikasi masalah sehari-hari yang berada
disekitarnya. Apalagi model pembelajaran tersebut dipadukan dengan metode
individu dimana peserta didik diberikan kesempatan untuk mengungkapkan
ide/pendapatnya. Dengan belajar individu guru mengetahui sejauh mana
pemahaman anak dalam menyelesaikan soal cerita yang dibawa ke model
matematika. Peningkatan yang terjadi karena adanya proses belajar mengajar
127
yang memuat suatu usaha yang sungguh-sungguh dengan mendayagunakan
semua potensi yang ada baik fisik maupun non fisik. Jadi model pembelajaran
Problem Solving terbukti mampu mewujudkan tujuan pembelajaran
matematika di sekolah/madrasah yang memuat kompentensi life skill yang
ditunjukkan dari proses pembelajaran dan academic skill dengan ditunjukkan
peningkatan hasil belajar matematika peserta didik.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian yang penulis lakukan tentunya mempunyai banyak
keterbatasan-keterbatasan antara lain :
1. Keterbatasan Tempat Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan hanya terbatas pada satu tempat, yaitu
MTs Negeri Tanjung Tani Prambon Nganjuk untuk dijadikan tempat
penelitian. Apabila ada hasil penelitian di tempat lain yang berbeda, tetapi
kemungkinannya tidak jauh menyimpang dari hasil penelitian yang
penulis lakukan.
2. Keterbatasan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama pembuatan skripsi. Waktu yang
singkat ini termasuk sebagai salah satu faktor yang dapat mempersempit
ruang gerak penelitian. Sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil
penelitian yang penulis lakukan.
3. Keterbatasan dalam Objek Penelitian
Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti tentang pembelajaran
dengan menggunakan problem solving pada pembelajaran matematika
materi pokok sistem persamaan linier dua variabel.
Dari berbagai keterbatasan yang penulis paparkan di atas maka dapat
dikatakan bahwa inilah kekurangan dari penelitian ini yang penulis lakukan di
MTs Negeri Tanjung Tani Prambon Nganjuk. Meskipun banyak hambatan
dan tantangan yang dihadapi dalam melakukan penelitian ini, penulis
bersyukur bahwa penelitian ini dapat terselesaikan dengan lancar.
128
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Deskripsi data dan analisis penelitian tentang studi eksperimen model
pembelajaran Problem Solving terhadap hasil belajar matematika materi
pokok sistem persamaan linier dua variabel di MTs Negeri Tanjung Tani
Prambon Nganjuk Tahun ajaran 2009/2010 pada kompetensi dasar
menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linier dua variabel dan penafsirannya pada skripsi ini dapat diambil
kesimpulan bahwa model pembelajaran Problem Solving efektif meningkatkan
hasil belajar matematika peserta didik pada materi pokok sistem persamaan
linier dua variabel.
Ini terbukti berdasarkan perhitungan t-test, diperoleh thitung = 2,646
sedangkan ttabel = 1,66. Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel artinya rata-
rata hasil belajar matematika peserta didik pada materi sistem persamaan linier
dua variabel yang diajar dengan pembelajaran Problem Solving lebih besar
dari pada rata-rata hasil belajar matematika peserta didik pada materi sistem
persamaan linier dua variabel yang diajar dengan pembelajaran langsung
dengan metode ekspositori. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa model
pembelajaran Problem Solving lebih efektif dari pada model pembelajaran
langsung dengan tidak menggunakan model problem solving terhadap hasil
belajar matematika peserta didik pada materi pokok sistem persamaan linier
dua variabel di MTs Negeri Tanjung Tani prambon Nganjuk.
B. Saran-saran
Mengingat pentingnya pendekatan pembelajaran dalam suatu
pembelajaran peneliti mengharapkan beberapa hal yang berhubungan dengan
masalah tersebut di atas sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Problem Solving diharapkan menjadi alternatif model
pembelajaran yang bisa dikembangkan tidak hanya di MTs Negeri
Tanjung Tani Prambon Nganjuk.
129
2. Peserta didik hendaknya berlatih bekerja sama dengan peserta didik lain
yang kemampuannya berbeda ataupun sama agar pembelajaran Problem
Solving dapat berlangsung dengan lebih baik.
3. Pembelajaran Problem Solving melatih daya nalar peserta didik. Selain itu,
peserta didik lebih termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran. Oleh
karena itu, diperlukan kemampuan guru untuk mengelola kelas secara
efektif dan efisien sehingga kondisi kelas menjadi kondusif untuk
melaksanakan pembelajaran.
4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian
ini.
C. Penutup
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
petunjuk yang telah diberikan, sehingga penyusunan skripsi yang sederhana
ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari semua
pihak. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca pada umumnya.
130
DAFTAR PUSTAKA
Adhim, Mohammad Fauzil, Mendidik Anak Menuju Taklif ,Yogyakarta: PustakaPelajar, Cet. I, 1996
Al-Qur an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah /Pentafsir Al-Qur’an, 1971
Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad, al-Mursyid al-Amiin ila Mau idhati al-Mu minin Kairo: Maktabah Musthafa al-Baby, Cet. III, 1979
Ali, Muhammad, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar BaruAlgesindo, Cet. XII, 2004
Alipandie,Imansjah, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, Surabaya: UsahaNasional, 1984
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta:Pusat Perbukuan Dep. Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama denganPT. Rineka Cipta, Cet. I, 1999
_______________, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,2006
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPusataka,2002
___________________________, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia,Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen PendidikanNasional, 2000
Mutadi, Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran Matematika, Semarang:Pusdikat Tenaga Teknis Keagamaan-Depag bekerja sama dengan DITBina Widyaiswara LAN-RI, 2007
Nata, Abuddin, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: PT.RajaGrafindo, Cet. I, 2000
131
_____________, Kiat Pendidikan Matematika diIndonesia, Jakarta: Dirjen DiktiDepdiknas, th. 1999/2000
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar BaruAlgesindo, Cet. IX, 2008
________,Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,Bandung: RemajaRosda Karya, Cet. VI, th. 1999
________, Nana,Metode Statistika, Bandung: PT. Tarsito, Cet.6, 2001
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:Remaja Rosdakarya, Cet. II, 2004
Supranata, Sumarna, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes,implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet.II 2005
Untuk a = 5% dengan dk = k-1 = 7-1 = 6 diperoleh X2tabel = 12.59158724Karena X2 hitung < X2 tabel maka homogen
76
UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA NILAI AWAL ANTARA KELOMPOK EKSPERIMEN (VIII G) DAN KONTROL (VIII H)
Hipotesis
Ho : σ12 = σ2
2
Ha : σ12 = σ2
2
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
Ho diterima apabila F < F 1/2α (nb-1):(nk-1)
F 1/2α (nb-1):(nk-1)
Dari data diperoleh:
Daerahpenerimaan Ho
terkecilVarians terbesarVariansF =
77
Sumber variasi Eksperimen Kontrol
Jumlah 3032.00 2725.00n 42 42
X 72.19 64.88Varians (s2) 88.8209 82.7239
Standart deviasi (s) 9.42 9.095
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
88.8209F =82.7239
= 1.0737
Pada α = 5% dengan:dk pembilang = nb - 1 = 42 - 1 = 41dk penyebut = nk -1 = 42 - 1 = 41F (0.025)(41:41) = 1.86
1.0737 1.8604
Karena F berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang sama.
Daerahpenerimaan Ho
78
UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA NILAI AWAL ANTARA KELOMPOK EKSPERIMEN (VIII G) DAN KONTROL (VIII H)
HipotesisHo : µ1 = µ2
Ha : µ1 µ2
Uji HipotesisUntuk menguji hipotesis digunakan rumus:
Dimana,
Ho diterima apabila -t(1-1/2α)< t < t(1-1/2α)(n1+n2-2)
Daerahpenerimaan Ho
21 n1
n1s
xxt 21
+
−=
( ) ( )2nn
1n1ns
21
222
211
−+−+−
=ss
79
Dari data diperoleh:
Sumber variasi Eksperimen Kontrol
Jumlah 3032.0 2725.0n 42 42
X 72.19 64.88Varians (S2) 88.8209 82.7239
Standart deviasi (S) 9.42 9.10
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
42 1 88.8209 + 42 1 82.7239s = 42 + 42 2
= 9.26133858
72.19 64.88t =
1 1= 3.617
9.2613385842
+42
Pada α = 5% dengan dk = 42+ 42 - 2 = 82 diperoleh t(0.975)(82) = 1.9893
-1.9893 3.617 1.9893Karena t berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pre test dari kedua kelompok.
Daerahpenerimaan Ho
67
DAFTAR NAMA PERSERTA DIDIKKELOMPOK KONTROL
NO NAMA KODE1 ABDUL FEBRI ANDA C-012 AHMAD FAIS C-023 BINTI LAILATUL FITROH C-034 CHOLID ABDURRUOHMAN C-045 EBIM PRADANA PUTRA C-056 FATMA SILVIANI C-067 HANA YOLANDA ISTI FARIDA C-078 HERDIAN MUHAMAD R C-089 INDRA TAKDIMUL AMRI C-0910 KHARISMA MUTTAQIN C-1011 KURNIATUL LAILIYAH C-1112 LAFIATUN NISAL C-1213 M. EKO WAHYUDI C-1314 M. IRFAN ASANI C-1415 M. NAWA SYARIF FAJAR SAKTI C-1516 MAULANA AZHAR C-1617 MERI RATNA SARI C-1718 MOH CHOIRUL ANAM C-1819 MOH SUPRIYADI C-1920 MOHAMMAD AGUS D C-2021 MOHAMMAD ASYHAR M C-2122 MUHAMAD HABIBI M.H C-2223 MUHAMAD RIFA’I GUSTOMI C-2324 MUHAMMAD FAHIN AL M C-2425 MUKHAMMAD FASIKHUL M C-2526 NANDIFAH C-2627 NOPRI ANDRIANI C-2728 NOVI RETNO ARDIANI C-2829 NURIN NURLINA C-2930 RIESQY SRI UTAMI C-3031 RININKUSRIN C-3132 RIZA NUR FADILLAH C-3233 SITI MASRUROH C-3334 SITI NUR AZIZAH C-3435 SITI NUR ROHMAH C-3536 SITI TSUAIBATUL MAGFIROH C-3637 SUCI SEPTIANINGSIH C-3738 SUMIATI C-3839 USROTUS SA’IDAH SYAH DEWI C-3940 YUNIFA SILVANA ZULFA C-4041 YUNITA MAHARANI C-4142 TITIK WULANDARI C-42
68
DAFTAR NAMA PESERTA DIDIKKELOMPOK EKSPERIMEN
NO NAMA KODE1 AKBAR KAFABIHI E-012 ALFIATUN NI’AMAH E-023 ANA MIFTAQUL JANAH E-034 AYU NAILUL IFLACHAH E-045 BINTI AMILATUS SOLIHAH E-056 BINTI LAILATUL KHASANAH E-067 DEWI AGUSTININGSIH E-078 DEWI MA’RIFATIN E-089 DEWI NURIANA MACHSHUSHOH E-09
10 DIAN ARDANI E-1011 DIKA APRILIASARI E-1112 DIRYO EKO SAPUTRO E-1213 DWI ADI WAHYUNI AINUR H E-1314 DWI FITRIYANI E-1415 DYAH AYU KARTIKA E-1516 ENI FIRUNIKA APRILIA E-1617 ERVIN DWI ANGGUN T E-1718 FARID FERDIANSAH E-1819 FAUZAN AZIZI AHMAD E-1920 FITRIA NURLAILI E-2021 KHOIRUL ANAM E-2122 LAILATUL KARIMAH E-2223 LUTHFI ELVIANA ZAHROIN E-2324 M. ABDUL QOYIN E-2425 M. LUAYYIN WIJAYA E-2526 M. CHILMI MUSHOFA E-2627 M. FAIQ MUJTABA E-2728 M. KHARISUL KHAQ E-2829 M. NISBAKHUL NA’ARIF E-2930 M. MUHLIS RIDOLLOH E-3031 MAKROBIN E-3132 MOH. ASIF AMALUDDIN E-3233 MOH. HASANUDIN E-3334 MOKHAMAMAD FERY Z.A E-3435 MUCH. ALFIN MAULANA E-3536 MUHAMAD ARIFIN E-3637 MUHAMAD SOFIAN HASAN H. E-3738 NAILUL EPIT E-3839 NOVITA LINGGAR E-3940 NUR LAILY GITA SARI E-4041 RINA NOVIANTI E-4142 SAFE’I E-42
69
DAFTAR NAMA PESERTA DIDIKKELOMPOK UJI COBA
NO NAMA KODE1 AGUS TRI PRASETYO U-012 AGUS WAHYUDI U-023 ALI MUSTHOFA U-034 AYU WANDIRA DWI MAULIDA U-045 BIMA ADITYA U-056 BINTI KHURROTUN NI’MAH U-067 CHAYATUL FIRDANINGSIH U-078 DIMAS ADI PRASETYO U-089 ELLA AFPRIYANA U-09