perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i EFEK SUPLEMENTASI VITAMIN A DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR BURUNG PUYUH SKRIPSI Oleh : Angger Dewansyah H 0506003 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
47
Embed
EFEK SUPLEMENTASI VITAMIN A DALAM RANSUM … · PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR BURUNG PUYUH SKRIPSI Oleh : Angger Dewansyah H 0506003 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EFEK SUPLEMENTASI VITAMIN A DALAM RANSUM TERHADAP
PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR BURUNG PUYUH
SKRIPSI
Oleh :
Angger Dewansyah
H 0506003
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EFEK SUPLEMENTASI VITAMIN A DALAM RANSUM TERHADAP
PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR BURUNG PUYUH
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Peternakan
Oleh :
Angger Dewansyah
H 0506003
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
EFEK SUPLEMENTASI VITAMIN A DALAM RANSUM TERHADAP
PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR BURUNG PUYUH
yang dipersiapkan dan disusun oleh
Angger Dewansyah
H 0506003
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal : 23 November 2010
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua Anggota I Anggota II
Ir. Sudiyono, MS Dr. Ir. Sudibya, MS Drh. Sunarto, MSi
5. Analisis variansi warna kuning telur .......................................................... 42
6. Analisis variansi haugh unit ....................................................................... 44
7. Data suhu kandang ..................................................................................... 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
EFEK SUPLEMENTASI VITAMIN A DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI
DAN KUALITAS TELUR BURUNG PUYUH
RINGKASAN
oleh
Angger Dewansyah
H 0506003
Burung puyuh merupakan salah satu unggas yang harus dikembangkan dan ditingkatkan produksinya karena sangat potensial untuk cepat menghasilkan kebutuhan protein hewani berupa telur bagi masyarakat. Kelebihan usaha puyuh adalah pada umur enam minggu sudah berproduksi, tidak membutuhkan permodalan yang besar, mudah pemeliharaan serta dapat diusahakan pada lahan yang terbatas. Untuk menghasilkan produksi dan kualitas telur yang baik harus diimbangi dengan kandungan nutrien dalam ransum secara lengkap seperti energi, protein, vitamin, mineral, dan air. Vitamin merupakan salah satu unsur nutrien yang dibutuhkan oleh burung puyuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek suplementasi vitamin A dalam ransum terhadap produksi dan kualitas telur burung puyuh. Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Percobaan Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret bertempat di Desa Jatikuwung Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar Rt/Rw : 001/007 pada tanggal 13 Februari sampai dengan 25 April 2010. Materi yang digunakan adalah 80 ekor puyuh betina Coturnix coturnix japonica fase layer yang berumur 46 hari dengan rata-rata bobot badan 99,9 + 8,09 gram. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Searah dengan 4 perlakuan, 5 ulangan dengan masing-masing ulangan terdiri dari 4 ekor puyuh betina.
Ransum yang digunakan adalah jagung putih, konsentrat Pt. Gold Coin, dedak padi dan mineral dengan perbandingan 36% : 42% : 20% : 2%. Perlakuan yang diberikan yaitu P0 (36% Jagung putih, 42% konsentrat, 20% dedak padi, dan 2% mineral) sebagai kontrol, P1 (Ransum kontrol + 1500 IU Vitamin A), P2 (Ransum kontrol + 3000 IU Vitamin A), P3 (Ransum kontrol + 4500 IU Vitamin A). Parameter yang diamati adalah Produksi Telur, Konversi Pakan, Berat Telur, Tebal Kerabang Telur, Warna Kuning Telur, dan nilai Haugh Unit (HU).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi vitamin A dalam ransum sampai aras 4500 International Unit (IU) berpengaruh tidak nyata terhadap Produksi Telur, Konversi Pakan, Berat Telur, Tebal kerabang Telur dan nilai Haugh Unit (HU), namun berpengaruh sangat nyata terhadap warna kuning Telur. Rerata produksi Telur (HDA%) selama penelitian adalah 75,25; 75,71; 76,81; dan 81,56 (%). Konversi Pakan 5,03; 4,14; 3,64; dan 3,29. Berat Telur 10,84; 10,88; 10,96; dan 11,24 (g). Tebal Kerabang Telur 0,27;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
0,27; 0,28; dan 0,29 (mm). Warna Kuning Telur 1,19; 1,24; 2,35; dan 2,51. Nilai Haugh Unit (HU) 77,61; 77,84; 78,25; dan 78,53.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah suplementasi vitamin A dalam ransum sampai aras 4500 IU belum mampu memperbaiki produksi telur, konversi pakan, berat telur, tebal kerabang telur, dan nilai haugh unit (HU), namun mampu memperbaiki warna kuning telur.
Kata kunci : puyuh Coturnix coturnix japonica, Vitamin A, Produksi dan kualitas telur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
THE EFFECT OF VITAMIN A SUPPLEMENTATION IN RATION ON PRODUCTION AND QUALITY OF QUAIL EGG
SUMMARY
by
Angger Dewansyah
H 0506003
Quail is one poultry necessary to be developed and improved for its production because it is very potential to produce animal protein in the form of egg. The advantage of quail cultivation is that the quail produces egg in six-week age, do not need large capital, is easily to care, and can be done in limited area. In order to produce the good production and quality of egg, the complete nutrients content such as energy, protein, vitamin, mineral and water in the ration are needed. Vitamin is one of nutrient elements needed by the quail.
This research aimed to find out the effect of vitamin A supplementation in the ration on the production and quality of quail egg. This study was carried out in Experimental cage of Animal Husbandry Department of Agricultural Faculty of Sebelas Maret University located in Jatikuwung Village of Gondangrejo, Karanganyar Regency from February 13 to April 25, 2010. The material used included female Coturnix coturnix japonica quail at 46 days age with the average body weight of 99.9 ± 8.09 gram. The design used was One-Way Completely Random Design (CRD) with 4 treatments, 5 repetitions consisted of 4 female quails each.
The ration used consisted of white corn, concentrate produced of Pt. Gold Coin, rice bran, and mineral with the ratio of 36% : 42% : 20% : 2%. The treatment given included P0 (36% white corn, 42% concentrate, 20% rice bran, and 2% mineral) as the control, P1 (control ration + 1500 IU vitamin A), P2 (Control ration + 1500 IU vitamin A), P3 (Control ration + 4500 IU vitamin A). The parameters observed were egg production, feed conversion, egg weight, eggshell thickness, yolk color, and Haugh Unit (HU) value.
The result of research showed that vitamin A supplementation up to 4500 international unit (IU) in the ration affected insignificantly the egg production, feed conversion, egg weight, eggshell thickness, and Haugh Unit value (HU) but affected significantly the yolk color. The mean egg productions (HDA) during the research were 75.25, 75.71, 76.81, and 81.56 (%); feed conversions were 5.03, 4.14, 3.64, and 3.29; egg weight were 10.84, 10.88, 10.96, and 11.24 (g); eggshell thickness were 0.27, 0.27, 0.28, and 0.29 (mm); yolk color were 1.19, 1.24, 2.35, and 2.51; and Haugh Unit (HU) value were 77.61, 77.84, 78.25, and 78.53.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
The conclusion of research was that the vitamin A supplementation up to 4500 international unit (IU) in the ration could not improve the egg production, feed conversion, egg weight, eggshell thickness, and Haugh Unit value (HU) but improved the yolk color. Keywords: Coturnix coturnix japonica quail, vitamin A, production and quality of egg.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EFEK SUPLEMENTASI VITAMIN A DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR BURUNG
PUYUH Angger Dewansyah1) Ir. Sudiyono, MS2) Dr. Ir. Sudibya, MS3)
ABSTRAK Burung puyuh merupakan salah satu unggas yang harus dikembangkan dan
ditingkatkan produksinya karena sangat potensial untuk cepat menghasilkan kebutuhan protein hewani berupa telur bagi masyarakat. Kelebihan usaha puyuh adalah pada umur enam minggu sudah berproduksi, tidak membutuhkan permodalan yang besar, mudah pemeliharaan serta dapat diusahakan pada lahan yang terbatas. Untuk menghasilkan produksi dan kualitas telur yang baik harus diimbangi dengan kandungan nutrien dalam ransum secara lengkap seperti energi, protein, vitamin, mineral, dan air. Vitamin merupakan salah satu unsur nutrien yang dibutuhkan oleh burung puyuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek suplementasi vitamin A dalam ransum terhadap produksi dan kualitas telur burung puyuh. Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Percobaan Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret bertempat di Desa Jatikuwung Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar Rt/Rw : 001/007 pada tanggal 13 Februari sampai dengan 25 April 2010. Materi yang digunakan adalah 80 ekor puyuh betina Coturnix coturnix japonica fase layer yang berumur 46 hari dengan rata-rata bobot badan 99,9 + 8,09 gram. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Searah dengan 4 perlakuan, 5 ulangan dengan masing-masing ulangan terdiri dari 4 ekor puyuh betina.
Ransum yang digunakan adalah jagung putih, konsentrat Pt. Gold Coin, dedak padi dan mineral dengan perbandingan 36% : 42% : 20% : 2%. Perlakuan yang diberikan yaitu P0 (36% Jagung putih, 42% konsentrat, 20% dedak padi, dan 2% mineral) sebagai kontrol, P1 (Ransum kontrol + 1500 IU Vitamin A), P2 (Ransum kontrol + 3000 IU Vitamin A), P3 (Ransum kontrol + 4500 IU Vitamin A). Parameter yang diamati adalah Produksi Telur, Konversi Pakan, Berat Telur, Tebal Kerabang Telur, Warna Kuning Telur, dan nilai Haugh Unit (HU).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi vitamin A dalam ransum sampai aras 4500 International Unit (IU) berpengaruh tidak nyata terhadap Produksi Telur, Konversi Pakan, Berat Telur, Tebal kerabang Telur dan nilai Haugh Unit (HU), namun berpengaruh sangat nyata terhadap warna kuning Telur. Rerata produksi Telur (HDA%) selama penelitian adalah 75,25; 75,71; 76,81; dan 81,56 (%). Konversi Pakan 5,03; 4,14; 3,64; dan 3,29. Berat Telur 10,84; 10,88; 10,96; dan 11,24 (g). Tebal Kerabang Telur 0,27; 0,27; 0,28; dan 0,29 (mm). Warna Kuning Telur 1,19; 1,24; 2,35; dan 2,51. Nilai Haugh Unit (HU) 77,61; 77,84; 78,25; dan 78,53.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah suplementasi vitamin A dalam ransum sampai aras 4500 IU belum mampu memperbaiki produksi telur, konversi pakan, berat telur, tebal kerabang telur, dan nilai haugh unit (HU), namun mampu memperbaiki warna kuning telur.
Kata kunci : puyuh Coturnix coturnix japonica, Vitamin A, Produksi dan kualitas telur 1) Mahasiswa Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta 2) Dosen Pembimbing Utama 3) Dosen Pembimbing Pendamping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
THE EFFECT OF VITAMIN A SUPPLEMENTATION IN RATION ON PRODUCTION AND QUALITY OF QUAIL EGG
Angger Dewansyah1) Ir. Sudiyono, MS2) Dr. Ir. Sudibya, MS3)
ABSTRACT
Quail is one poultry necessary to be developed and improved for its production because it is very potential to produce animal protein in the form of egg. The advantage of quail cultivation is that the quail produces egg in six-week age, do not need large capital, is easily to care, and can be done in limited area. In order to produce the good production and quality of egg, the complete nutrients content such as energy, protein, vitamin, mineral and water in the ration are needed. Vitamin is one of nutrient elements needed by the quail.
This research aimed to find out the effect of vitamin A supplementation in the ration on the production and quality of quail egg. This study was carried out in Experimental cage of Animal Husbandry Department of Agricultural Faculty of Sebelas Maret University located in Jatikuwung Village of Gondangrejo, Karanganyar Regency from February 13 to April 25, 2010. The material used included female Coturnix coturnix japonica quail at 46 days age with the average body weight of 99.9 ± 8.09 gram. The design used was One-Way Completely Random Design (CRD) with 4 treatments, 5 repetitions consisted of 4 female quails each.
The ration used consisted of white corn, concentrate produced of Pt. Gold Coin, rice bran, and mineral with the ratio of 36% : 42% : 20% : 2%. The treatment given included P0 (36% white corn, 42% concentrate, 20% rice bran, and 2% mineral) as the control, P1 (control ration + 1500 IU vitamin A), P2 (Control ration + 1500 IU vitamin A), P3 (Control ration + 4500 IU vitamin A). The parameters observed were egg production, feed conversion, egg weight, eggshell thickness, yolk color, and Haugh Unit (HU) value.
The result of research showed that vitamin A supplementation up to 4500 international unit (IU) in the ration affected insignificantly the egg production, feed conversion, egg weight, eggshell thickness, and Haugh Unit value (HU) but affected significantly the yolk color. The mean egg productions (HDA) during the research were 75.25, 75.71, 76.81, and 81.56 (%); feed conversions were 5.03, 4.14, 3.64, and 3.29; egg weight were 10.84, 10.88, 10.96, and 11.24 (g); eggshell thickness were 0.27, 0.27, 0.28, and 0.29 (mm); yolk color were 1.19, 1.24, 2.35, and 2.51; and Haugh Unit (HU) value were 77.61, 77.84, 78.25, and 78.53.
The conclusion of research was that the vitamin A supplementation up to 4500 international unit (IU) in the ration could not improve the egg production, feed conversion, egg weight, eggshell thickness, and Haugh Unit value (HU) but improved the yolk color. Keywords: Coturnix coturnix japonica quail, vitamin A, production and quality of egg. 1) University Student of Study Program Animal Husbandry Faculty of Agriculture Sebelas
Maret University Surakarta. 2) Lecturer Examiners. 3) Lecturer Guide.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun selalu
meningkat, hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia
selama dua puluh lima tahun mendatang meningkat dari 205,1 juta pada tahun
2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025 (Data Statistik Indonesia, 2010).
Peningkatan pertumbuhan penduduk memaksakan penyediaan pangan produk
peternakan harus dihasilkan dengan cepat agar dapat mengimbangi kebutuhan
masyarakat tersebut. Sektor peternakan yang paling cepat menghasilkan
produk pangan adalah dunia perunggasan karena memerlukan waktu yang
singkat untuk menghasilkan produk pangan berupa telur dan daging. Salah
satu contohnya adalah burung puyuh.
Burung puyuh merupakan salah satu unggas yang harus dikembangkan
dan ditingkatkan produksinya karena produksinya cepat, dalam waktu kurang
lebih 41 hari puyuh mampu menghasilkan telur, dalam setahun puyuh mampu
menghasilkan 250-300 butir telur. Telur puyuh mempunyai kandungan gizi
yang tinggi, karena telur puyuh mengandung 13,1% protein dan lemak sebesar
11,1%, ini lebih baik daripada telur ayam ras dimana mengandung 12,7%
protein dan 11,3% lemak. (Listiyowati dan Roospitasari, 1992). Untuk
memperoleh produksi dan kualitas telur yang baik maka kebutuhan nutrien
yang dibutuhkan puyuh di dalam ransum harus lengkap diantaranya kebutuhan
protein, energi, vitamin, mineral, dan air harus tersedia (Rasyaf, 1983).
Vitamin masuk kedalam salah satu nutrien yang dibutuhkan puyuh.
Vitamin merupakan komponen zat kimia penyusun kehidupan yang tidak
dapat disintesis oleh tubuh, berperan penting yang dibutuhkan dalam jumlah
kecil, berfungsi sebagai menjaga secara normal jaringan tubuh, untuk
kesehatan, maintenance, dan pertumbuhan jaringan. Secara klasik vitamin
dibagi atas dasar kelarutannya, yaitu vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E,
K) dan vitamin yang larut dalam air (kelompok vitamin B) (Prawirokusumo,
1990). Vitamin A merupakan bagian dari vitamin larut dalam lemak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dibutuhkan oleh puyuh. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kulit telur
puyuh menjadi tipis, tidak berwarna dan bentuknya kecil (Info Agrobisnis,
2009).
Atas dasar pertimbangan tersebut maka perlu dilakukan penelitian
sampai sejauh mana efek penambahan vitamin A di dalam ransum puyuh
periode layer terhadap produksi dan kualitas telur.
B. Rumusan Masalah
Produksi dan kualitas telur yang baik harus diimbangi dengan kualitas
ransum secara lengkap, ransum lengkap merupakan ransum yang mengandung
semua unsur gizi yang dibutuhkan ternak. Unsur gizi tersebut diantaranya
protein, energi, vitamin, mineral, dan air. Sehingga dalam menyusun ransum
perlu diperhatikan kandungan bahan pakannya.
Pada umumnya peternak dalam menyusun ransum menggunakan bahan
pakan jagung kuning yang memiliki kandungan vitamin A yang tinggi
sehingga kebutuhan vitamin A untuk ternak puyuh tercukupi. Namun dalam
penelitian ini penyusunan ransum menggunakan jagung putih kemungkinan
kandungan vitamin A untuk ternak puyuh akan mengalami defisiensi.
Jagung kuning bila digunakan untuk pakan ayam broiler berpengaruh
terhadap warna kuning kulit sehingga disenangi konsumen, bila digunakan
pada ransum ayam petelur biasanya berpengaruh terhadap warna kuning telur
yang berdampak pada lebih disukai oleh konsumen. Saat ini keberadaan
jagung putih di lapangan berkurang bahkan tidak ada karena para petani
enggan menanam jagung putih. Padahal kandungan nutrien antara jagung
putih dan jagung kuning relatif hampir sama hanya yang membedakan adalah
kandungan xantofil. Dengan demikian suplementasi vitamin A dalam ransum
perlu dilakukan karena kemungkinan akan terjadi defisiensi vitamin A.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi
vitamin A dalam ransum terhadap produksi dan kualitas telur burung puyuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Jenis-jenis Puyuh
Coturnix coturnix japonica
Puyuh termasuk family Phasianidae dan ordo Galliformes, dapat
menghasilkan telur sebanyak 250-300 butir per ekor selama setahun.
Betinanya mulai bertelur pada umur 41 hari. Telurnya berwarna coklat tua,
biru, putih dengan bintik-bintik hitam, coklat dan biru. Jantan dewasa
didentifikasikan dengan bulu-bulu berwarna coklat muda pada bagian atas
kerongkongan dan dada yang merata. Betina dewasa warnanya mirip dengan
jantan, kecuali bulu pada kerongkongan dan pada dada bagian atas warna
coklat muda lebih terang, dihiasi totol-totol coklat tua (Listiyowati dan
Roospitasari, 2009).
Coturnix Chinensis (Blue brested Quail)
Di Indonesia dinamakan puyuh pepekoh. Burung puyuh ini termasuk
dalam suku Phasianidae. Puyuh jantan di bagian tenggorokannya terdapat
warna hitam dengan garis lebar berwarna putih. Puyuh betina warnanya lebih
muda, yaitu coklat muda pada muka, dada, dan perut dengan garis kehitaman.
Kerongkongannya keputih-putihan. (Listiyowati dan Roospitasari, 1992).
Arborophila Javanica (Chesnut bellied Partridge)
Di Indonesia disebut puyuh gonggong Jawa. Puyuh ini berukuran
sedang, panjang badan mencapai 25 cm. Ciri-cirinya mempunyai bulu
kemerah-merahan, pada kepalanya terdapat tanda berbentuk cincin yang
berwarna hitam. Ekornya melengkung ke bawah berwarna keabu-abuan.
Sayapnya berwarna kecoklatan dengan totol-totol hitam (Listiyowati dan
Roospitasari, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Arborophila Orientalis (Grey Bellied Partridge)
Di Indonesia disebut puyuh gonggong biasa, tubuhnya berukuran
medium dengan panjang 25 cm. Ciri-cirinya pada leher bagian samping
terdapat warna coklat gelap dengan strip pada mata, dagu dan kuping yang
letaknya tersembunyi berwarna putih. Punggung berwarna coklat dengan
garis-garis hitam, sayap coklat dengan totol hitam. Dada coklat keabu-abuan
dan perut keputih-putihan. Pinggul berwarna hitam bercampur putih, mata dan
kaki berwarna kuning, paruh coklat kemerahan (Listiyowati dan Roospitasari,
1992).
B. Vitamin A
Vitamin A mempunyai hubungan dengan beberapa macam proses tubuh
yaitu (1) stereoisomer dari retinol, disebut retinen, memegang peranan utama
dalam penglihatan. Vitamin A diperlukan untuk ; (2) mencegah ataxia hebat
pada ayam muda; (3) pertumbuhan; (4) memelihara membran mukosa yang
normal; (5) reproduksi; (6) pertumbuhan yang baik dari matrix tulang; dan (7)
tekanan cairan cerebrospinal yang normal (Wahyu, 1997).
Fungsi vitamin A adalah untuk menjaga struktur dan fungsi normal sel
epithel dan jaringan syaraf, untuk pertumbuhan, menjaga sekresi mukosa dan
menjaga berat badan (Anggorodi, 1995). Sedangkan menurut Rasyaf (1983)
fungsi vitamin A antara lain adalah meningkatkan daya tahan terhadap
penyakit. Selain itu penting dalam metabolisme tubuh (Anggorodi, 1985).
Vitamin A terdiri atas empat macam bentuk, yaitu vitamin A acetate :
retinyl acetat, vitamin A alcohol : retinol, vitamin A aldehyde : retinal,
vitamin A acid : retinoic acid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Unsur-unsur vitamin A adalah
CH3 CH3 CH3 CH3
H2C = C CH = CH2 dan CH = CH C = 0
(isoprene) CH3
-2- methyl butadiene β Ionone
CH3 CH3 CH2
CH = CH C = 0
CH3
2 Ionone. (Prawirokusumo, 1990).
Defisiensi vitamin A pada ayam dewasa, gejalanya timbul dalam dua
sampai lima bulan, apabila defisiensi vitamin A berlangsung terus, ayam
menjadi kurus, lemah dan bulu kusut. Kemudian terjadi penurunan produksi
yang sangat nyata dan lamanya waktu antara keluar telur menjadi meningkat.
Daya tetas menurun dan terjadi posisi salah dari embrio dan kematian embrio
dalam telur meningkat. Gejala utama pada defisiensi vitamin terlihat dengan
Rata-rata nilai Haugh Unit (HU) yang diperoleh selama penelitian untuk
masing-masing perlakuan P0, P1, P2, dan P3 berturut-turut adalah 77,61;
77,84; 78,25; dan 78,53. Hasil analisis variansi nilai HU menunjukan hasil
yang berbeda tidak nyata (P>0,05). Hal ini berarti suplementasi vitamin A
dalam ransum hingga 4500 IU berpengaruh tidak nyata terhadap nilai HU, ini
disebabkan karena nilai haugh unit (HU) merupakan logaritma terhadap tinggi
albumen dan kemudian ditransformasikan ke dalam nilai koreksi dari fungsi
berat telur, sehingga apabila nilai berat telur yang diperoleh berbeda tidak
nyata, maka dapat menyebabkan nilai haugh unit berbeda tidak nyata, seperti
pernyataan Stadelman and Cotterill (1995) faktor yang mempengaruhi nilai
HU adalah tinggi putih telur dan berat telur.
Hasil penelitian nilai haugh unit ini memiliki rata-rata antara 77,61
hingga 78,53 sehingga telur puyuh tersebut tergolong kedalam kualitas A
sesuai pendapat Yuwanta, (2007). Telur yang mempunyai nilai HU>79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
termasuk kelas AA, nilai HU 79>u>55 termasuk kelas A, nilai HU 55>u>31
termasuk klas B, dan nilai HU<31 termasuk kelas C.
Hasil analisis statistik tercantum pada Lampiran 6, sedangkan rata-rata
Nilai Haugh Unit dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik rata-rata nilai haugh unit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah suplementasi vitamin A sampai aras
4500 IU ke dalam ransum belum mampu memperbaiki produksi telur,
konversi pakan, berat telur, ketebalan kerabang telur, dan nilai Haugh Unit,
namun mampu memperbaiki terhadap nilai warna kuning telur (Yolk).
B. Saran
Saran dari penelitian adalah suplementasi vitamin A ke dalam ransum
puyuh dapat dilakukan dengan aras 3300 IU. sampai 4500 IU.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R., 1985. Kemajuan Mutakhir Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Anggorodi, R., 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia. Jakarta. Asiamaya, 2000. Nutrisi. www.Asiamaya.com/ Nutrisi/jagungputih.htm/2000/
oktober /25.
Astuti, M., 1980. Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Data Statistik Indonesia, 2010. Statistik Indonesia. www.Data.Statistik.Indonesia. Com/Pertumbuhan Penduduk.htm/2010/august/03.
Etches, R.J., 1996. Reproduction in Poultry. CAB International. University Press. Cambridge.
Info Agrobisnis, 2009. Pemberian Pakan Pada Puyuh. www.info.Agrobisnis.com/
Info Agrobisnis_ Pemberian Pakan Pada Puyuh _ Info Perikanan, Info Peternakan, Info Pertanian, Info Perkebunan, Info Agribisnis.mht/2009/
Mei/26. Listiyowati, E dan K. Roospitasari, 1992. Puyuh tata Laksana Budidaya Secara
Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. ____________________________, 2009. Beternak Puyuh Secara Komersil.
Penebar Swadaya. Jakarta. Maynard, L. A. and J. K. Loosli, 1975. Animal Nutrition. 7th ed. McGraw-Hill
Book Company. New Delhi. Parkhurst, C. R. and G. J. Mountney, 1995. Poultry Meat and Egg Production.
Third edition Food Product Press An Imprint of the Haworth Press. Inc. New York.
Prawirokusumo, S., 1990. Biokimia Nutrisi (Vitamin). Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Rasyaf, M., 1983. Memelihara Burung Puyuh. Kanisus. Yogyakarta. 1991. Pengelolaan Produksi Telur. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Ratnaningsih, S., 2004. Pengaruh Penggunaan Onggok Fermentasi sebagai Substitusi Jagung Kuning Terhadap Performance Produksi Puyuh. Skripsi Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.
Soemadi, W. dan A. Mutholib, 1995. Pakan Burung. Penebar Swadaya. Jakarta. Stadelman, W. J. and O. J. Cotterill, 1995. Egg Science and Technology. Fourt
Ed. Food Product Press. An Imprint Of The Haworth Press. Inc. New York. London.
Sudibya, 1989. Suplementasi Vitamin A Dalam Ransum Terhadap Produksi dan
Kualitas Telur Itik. Program Pascasarjana Tesis UGM. Yogyakarta Wahyu, J., 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. Wells, R. G. and C.G. Belyavin, 1987. Egg Quality-current Problems and Recent
Advances. Poultry Science Symposium 20. Butterworth and Co. Publ. England.
Yuwanta, T., 2007. Telur dan Produksi Telur. Universitas Gadjah Mada Press.