perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK HEPATOPROTEKTIF SEDUHAN BEKATUL BERAS HITAM (Oryza sativa L. Japonica) PADA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Vicky Kurniawan Burkie G0007169 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
48
Embed
EFEK HEPATOPROTEKTIF SEDUHAN BEKATUL BERAS HITAM · Tujuan Penelitian: Beras hitam telah lama dikonsumsi sebagai makanan kesehatan karena mengandung antosianin. Tujuan penelitian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EFEK HEPATOPROTEKTIF SEDUHAN BEKATUL BERAS HITAM
(Oryza sativa L. Japonica) PADA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI
PARASETAMOL DOSIS TOKSIK
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Vicky Kurniawan Burkie
G0007169
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul: Efek Hepatoprotektif Seduhan Bekatul Beras Hitam
(Oryza sativa L. Japonica) pada Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol
Prof. Dr. H. AA. Subijanto, dr., M.S. NIP: 19481107 197310 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 22 Desember 2010
Vicky Kurniawan Burkie
NIM. G0007169
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Efek Hepatoprotektif Bekatul Beras Hitam pada Tikus Putih
yang Diinduksi Parasetamol Dosis Toksik
Vicky Kurniawan Burkie, M. Titiek Marminah1, Jarot Subandono1, Setyo Sri Rahardjo1, Subandrio2
Tujuan Penelitian : Beras hitam telah lama dikonsumsi sebagai makanan kesehatan karena mengandung antosianin. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbandingan efek seduhan bekatul beras hitam dengan vitamin E terhadap penurunan SGPT tikus putih yang dipapar parasetamol dosis toksik. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian true experemintal randomized control trial with posttest only group design. Tiga puluh ekor tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar berumur 2-3 bulan dengan berat badan ± 200 gr dibagi secara acak kedalam enam kelompok perlakuan, yaitu: kelompok tanpa parasetamol (K), vitamin E + parasetamol (P1), parasetamol saja (P2), seduhan bekatul dosis 270 mg/200 gr BB + parasetamol (P3), seduhan bekatul dosis 540 mg/200 gr BB + parasetamol (P4) dan kelompok yang diberi seduhan bekatul dosis 1080 mg/200 gr BB + parasetamol (P5). Masing-masing kelompok terdiri atas lima ekor tikus. Pada hari ke-15 tikus diambil darahnya dan diperiksa kadar SGPT. Data dianalisis dengan SPSS versi 17.0 untuk Windows. Hasil Penelitian : Pada penelitian ini diperoleh jumlah rerata SGPT pada kelompok K sebesar 24.63±6.15 IU, P1 58.80±7.09 IU, P2 176.18±118.80 IU, P3 67.93±11.85 IU, P4 56.08±7.50 IU dan P5 sebesar 99.90±42.22 IU. Hasil uji statistik komparatif Kruskal-Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara keenam kelompok penelitian p=0,03 (p<0,05). Setelah itu dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Simpulan Penelitian : Seduhan bekatul beras hitam dosis 270 mg/200 gr BB, 540 mg/200 gr BB dan 1080 mg/200 gr BB berefek hepatoprotektif. Nilai rerata SGPT kelompok tikus yang diberi seduhan bekatul 540 mg/200 gr BB lebih rendah dibandingkan yang diberi vitamin E peroral 100 IU/hari. Kata kunci : beras hitam, vitamin E, keracunan parasetamol, kerusakan hati
1Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia 2SMF Bedah Rumah Sakit Dr. Moewardi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
The Hepatoprotective Effect of Black Rice Bran in White Rats
Induced Toxic Dose of Paracetamol
Vicky Kurniawan Burkie, M. Titiek Marminah1, Jarot Subandono1, Setyo Sri Rahardjo1, Subandrio2
Objective : Black rice has long been consumed as health food because of its anthocyanin. The purpose of this study was to compare the effect of steeping black rice bran with vitamin E toward the decline of SGPT in white rats induced toxic doses of paracetamol.
Method : This is a true experimental randomized control trial with posttest only group design. Thirty male white rats (Rattus norvegicus) strain Wistar 2-3 months old and weighed about 200 g were randomly divided into six treatment groups, they are: without paracetamol group (K), vitamin E + paracetamol group (P1), paracetamol only (P2), black rice bran doses 270 mg/200 g BB + paracetamol (P3), black rice bran doses 540 mg/200 g BB + paracetamol (P4) and black rice bran doses 1080 mg/200 g BB + paracetamol (P5). Each groups consist five male rats. On the 15th day, the rat’s blood were collected and tested for ALT levels. Data were analyzed by SPSS version 17.0 for Windows. Result : The data showed that average number of ALT serum group K is 24.63±6.15 IU, P1 58.80±7.09 IU, P2 176.18±118.80 IU, P3 67.93±11.85 IU, P4 56.08±7.50 IU and P5 is 99.90±42.22 IU. The results of comparative Kruskal-Wallis statistical test showed a significant difference among the six study groups p=0,03 (p <0,05). Then, The result analyzed with Mann-Whitney Test. Conclusion : The experiment shows steeping black rice bran doses 270 mg/200 g BW, 540 mg/200 g BW and 1080 mg/200 g BW have hepatoprotective effect. The mean of ALT level doses 540 mg/200 g BW is lower than vitamin E orally 100 IU/day Key words : black rice, vitamin E, paracetamol poisoning, liver damage
1Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta, Indonesia 2Department of Surgery Dr. Moewardi Hospital
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan karuniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Efek Hepatoprotektif Seduhan Bekatul Beras Hitam (Oryza sativa L. Japonica) pada Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol Dosis Toksik.” Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan baik moril maupun materil yang telah diberikan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian ini kepada:
1. Prof. DR. AA. Subijanto, dr., M.S. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes. selaku Ketua Tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staf.
3. M. Titiek Marminah, Dra., Apt., S.U. selaku pembimbing utama yang telah berkenan meluangkan waktu untuk mengarahkan serta memberikan masukan kepada penulis.
4. Jarot Subandono, dr., M.Kes. selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan arahan, kritik dan saran demi sempurnanya penulisan skripsi ini.
5. Setyo Sri Rahardjo, dr., M.Kes. selaku penguji utama yang telah berkenan menguji dan memberikan masukan bagi penulis.
6. Subandrio, dr., Sp.BTKV selaku anggota penguji yang telah berkenan menguji dan memberikan masukan bagi penulis.
7. Prof. Dr. Bhisma Murti, MPH, M.Sc., Ph.D sebagai penasehat dalam penyusunan statistika dan metodologi penelitian.
8. Staf Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu penulis dalam memperlancar penyusunan skripsi.
9. Orang tua penulis Bapak Jimmy Kurniawan. dan Ibu Lanny yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu-persatu yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun kepada penulis selama masa penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta menjadi sumbangan bagi ilmu kedokteran selanjutnya.
Surakarta, 22 Desember 2010
Vicky Kurniawan Burkie
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI PRAKATA ...................................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Perumusan Masalah ...................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 5 A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 5
1. Beras Hitam (Oryza sativa L. Japonica) ................................ 5 2. Hepar ....................................................................................... 9 3. Farmakologi Parasetamol ........................................................ 11 4. Vitamin E dan Antioksidan Lainnya ....................................... 15 5. Serum Glutamic Pyruvat Transaminase (SGPT) .................... 17 6. Mekanisme Perlindungan Seduhan Bekatul Beras Hitam
terhadap Kerusakan Sel Hepar Akibat Paparan Parasetamol .. 19 B. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 20 C. Hipotesis........................................................................................ 21
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 22 A. Jenis Penelitian .............................................................................. 22 B. Lokasi Penelitian ........................................................................... 22 C. Subjek Penelitian........................................................................... 22 D. Teknik Sampling ........................................................................... 23 E. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................... 23 F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 23 G. Rancangan Penelitian .................................................................... 27 H. Instrumentasi dan Bahan Penelitian .............................................. 28 I. Cara Kerja ..................................................................................... 28 J. Analisis Statistik ........................................................................... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 31 A. Hasil Penelitian ............................................................................. 31 B. Analisis Data ................................................................................. 32
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 34 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 38
A. Simpulan ....................................................................................... 38 B. Saran.............................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 39 LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Kimiawi Fraksi Pigmen pada Beras Hitam .................. 7
Tabel 2.2 Fungsi Utama Hepar ........................................................................ 10
Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Rerata SGPT Tikus .................................... 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1a Oryza satia ................................................................................. 6
Gambar 2.1b Bulir Beras ................................................................................. 6
Gambar 2.2 Parasetamol ................................................................................ 11
Gambar 2.3 Mekanisme Aksi Antioksidan Vitamin E .................................. 16
Gambar 2.4 Reaksi Transminasi Dikatalis oleh Aspartat
Komponen utama pigmen beras adalah glikosida seperti
sianidin-3-glukosid dan malvidin-3-glukosid. Xia et al. (2003)
melaporkan bahwa penambahan Beras Hitam atau bekatul Beras
Hitam, dapat mengurangi pembentukan plak aterosklerotik pada
mencit yang diberi diet tinggi kolestrol secara bermakna. Mekanisme
utama aksi tersebut karena peningkatan status antioksidan mencit yang
diberi makanan Beras Hitam; karena tingginya kandungan senyawa
phenolic, vitamin E, selenium, besi, dan zinc dalam Beras Hitam
(Ling et al., 2002). Meskipun asam ferulat diketahui sebagai salah
satu senyawa antioksidan pada bekatul Beras Putih, tetapi senyawa
tersebut tidak ditemukan pada ekstrak bekatul Beras Hitam. (Kaneda
et al., 2006)
Kaneda et al., 2006 menemukan bahwa eksrak bekatul Beras
Hitam mempunyai scavenging activities yang kuat atas Reactive
Oxygen Species (ROS). Mereka menegaskan scavenging activity
ekstrak bekatul Beras Hitam bervariasi berdasarkan tempat
memanennya. Mereka melaporkan bahwa zat aktif di bekatul Beras
Hitam identik dengan antosianin. Pada studi terkini, mereka
menemukan kandungan sianidin-3-glukosid dan sianidin berperan
utama sebaga zat antioksidan dalam bekatul Beras Hitam. Sedangkan
rasa yang terdapat pada lapisan luar beras berpigmen adalah berasal
dari zat yang mudah menguap (seperti ethalediol dan guaiakol), keton
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
(seperti heksanal dan asam asetat), asam-asam organik dan aldehid
(Kim et al., 2006).
2. Hepar
Hati adalah organ terbesar dalam tubuh, berat hati pada orang
dewasa normal lebih dari 1 kg. Fungsi hati dapat dibagi menjadi dua
kategori umum.
a. Pertama, hati terlibat dalam proses zat-zat yang diabsorpsi, baik
nutrien maupun toksik. Dengan kata lain, hati bertanggung jawab
terhadap metabolisme berbagai zat yang dihasilkan dari pencernaan
dan absorpsi makanan dari usus.
b. Kedua, hati memiliki fungsi eksokrin penting yang terlibat dalam:
1) Produksi asam empedu dan cairan alkali yang digunakan untuk
pencernaan dan absorpsi lemak dan untuk netralisasi asam
lambung di usus.
2) Pemecahan dan produksi produk buangan metabolisme setelah
pencernaan.
3) Detoksifikasi zat-zat beracun/berbahaya.
4) Ekskresi produk buangan dan detoksifikasi zat-zat di empedu.
(Ward et al., 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Sumber: Price dan Lorraine, 2005
Tabel 2. Fungsi Utama Hepar Fungsi Keterangan
a. Pembentukan dan ekskresi empedu
1) metabolisme garam empedu
2) metabolisme pigmen empedu
Garam empedu penting untuk pencernaan dan
absorpsi lemak serta vitamin larut-lemak di dalam usus.
Bilirubin produk akhir metabolisme pemecahan eritrosit tua; proses konjugasi berlangsung dalam hati dan diekskresi ke dalam empedu.
b. Metabolisme karbohidrat 1) glukoneogenesis 2) glikogenolisis 3) glukoneogenesis
Hati berperan penting dalam mempertahankan kadar glukosa darah normal dan menyediakan energi untuk tubuh. Karbohidrat disimpan dalam hati sebagai glikogen.
c. Metabolisme protein 1) sintesis protein
2) pembentukan urea 3) penyimpanan asam
amino
d. Metabolisme lemak 1) ketogenesis
2) sintesis kolestrol 3) penimbunan lemak
e. Penimbunan vitamin dan
mineral
f. Metabolisme steroid
g. Detoksifikasi
h. Gudang darah dan filtrasi
Protein serum yang disintesis oleh hati adalah
albumin serta globulin alfa dan beta (gamma globulin tidak).
Faktor pembekuan darah yang disintesis oleh hati adalah fibrinogen, protrombin, dan faktor V, VII, IX, dan X. Vitamin K merupakan kofaktor yang penting dalam sintesis semua faktor ini kecuali faktor V.
Urea dibentuk semata-mata dalam hati dari amoniak (NH3), yang kemudian diekskresi dalam urin dan feses; NH3 dibentuk dari deaminasi asam amino dan kerja bakteri usus terhadap asam amino.
Hidrolisis trigliserida, kolesterol, fosfolipid, dan
lipoprotein (diabsorpsi dalam usus) menjadi asam lemak dan gliserol.
Hati memegang peranan utama dalam sintesis kolestrol, sebagian besar diekskresi dalam empedu sebagai kolestrol atau asam kolat.
Vitamin larut lemak (A,D,E,K) disimpan dalam
hati; jga vitamin B12, tembaga, dan besi. Hati berperan dalam menginaktifkan dan
mensekresi glukokortikoid, aldosteron, estrogen, progesteron, dan testosteron.
Hati bertanggung jawab atas biotransformasi
zat-zat berbahaya (missal: obat) menjadi zat-zat yang tidak berbahaya yang kemudian diekskresi oleh ginjal.
Sinusoid hati merupakan depot darah yang
mengalir kembali dari vena kava; kerja fagositik sel kupffer membuang bakteri dan debris dari darah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Gb 2. Parasetamol
3. Farmakologi Parasetamol
Parasetamol di Indonesia lebih dikenal dengan nama parasetamol,
dan tersedia sebagai obat bebas. Parasetamol merupakan metabolit
fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak
tahun 1893. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen.
(Wilmana dan Sulistia, 2007). Parasetamol adalah salah satu obat yang
terpenting untuk pengobatan nyeri ringan sampai sedang. Obat ini adalah
penghambat prostaglandin yang lemah pada jaringan perifer (Katzung,
1997).
a. Farmakodinamik
Efek analgesik parasetamol dan fenastatin serupa dengan
salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai
sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang
diduga berdasarkan efek sentral seperti salisilat (Wilmana dan Sulistia
2007).
b. Farmakokinetik
Parasetamol peroral, absorbsinya tergantung pada kecepatan
pengosongan lambung, dan kadar puncak di dalam darah biasanya
tercapai setelah 30 menit. Parasetamol sedikit terikat dengan protein
plasma dan sebagian dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
diubah menjadi asetaminofen sulfat dan glukuronida, yang secara
farmakologi tidak aktif. Kurang dari 5% diekskresikan dalam bentuk
tidak berubah. N-asetil-p-benzokuinon, suatu metabolit minor tetapi
sangat aktif, pada dosis besar bersifat toksik terhadap hati dan ginjal.
Waktu paruh parasetamol 2-3 jam dan relatif tidak dipengaruhi oleh
fungsi ginjal. Pada kadar toksik atau adanya penyakit hati, waktu
paruhnya bisa meningkat dua kali lipat atau lebih (Katzung, 1997).
c. Indikasi
Walaupun efek analgesik dan antipiretiknya setara dengan
aspirin (Styrt, 1990), parasetamol berbeda karena tidak mempunyai
efek anti-inflamasi. Obat ini tidak mempengaruhi kadar asam urat dan
tidak mempunyai sifat menghambat trombosit. Obat ini berguna untuk
nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri
pascapersalinan, dan keadaan lain, sedangkan aspirin efektif sebagai
analgesik.
Untuk analgesia ringan, parasetamol merupakan obat yang
lebih disukai pada penderita yang alergi dengan aspirin atau jika
salisilat tidak dapat ditoleransi. Obat ini lebih disukai daripada aspirin
untuk penderita hemofilia atau dengan riwayat tukak lambung dan
pada penderita yang mendapat bronkospasme yang dipicu aspirin.
Perbedaan dengan aspirin adalah parasetamol tidak mengantagonis
efek obat urikosurik; dapat diberikan bersama dengan probenesid pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pengobatan gout. Pada anak-anak, aspirin lebih disukai pada infeksi
virus (Katzung, 1997).
d. Efek samping
Pada dosis terapi, kadang-kadang timbul sedikit peningkatan
enzim hati tanpa ikterus; reversibel bila obat dihentikan. Pada dosis
yang lebih besar menimbulkan pusing, mudah terangsang, dan
disorientasi. Pemakaian 15 gram parasetamol bisa berakibat fatal;
kematian disebabkan oleh hepatotoksisitas yang berat dengan nekrosis
lobulus sentral, kadang berhubungan dengan nekrosis tubulus ginjal
akut. Gejala dini kerusakan hati meliputi mual, muntah, diare, dan
nyeri abdomen. Kerusakan hati karena parasetamol dapat dicegah
dengan gugus sulfhidril dari asetilsistein yang menetralkan metabolit
toksik N-asetil-p-benzokuinon.
Fenasetin dilaporkan dapat menimbulkan anemia hemolitik
dan methemoglobinemia yang jarang ditemukan pada parasetamol.
Nefritis interstisialis dan nekrosis papiler yang merupakan komplikasi
berat fenasetin tidak terjadi pada pemakaian parasetamol yang luas
dan menahun, meskipun kenyataannya sekitar 80% fenasetin cepat
dimetabolisme menjadi parasetamol. Penggunaan fenasetin tidak
menyebabkan perdarahan saluran cerna dan harus diperhatikan pada
penderita penyakit hati.
(Katzung, 1997)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
e. Dosis
Nyeri akut dan demam dapat ditanggulangi dengan
parasetamol dosis 325-400 mg 4 kali sehari dan untuk anak-anak
dalam dosis yang lebih kecil yang sebanding. Kadar efektif dalam
darah dicapai dalam satu hari. (Katzung, 1997)
f. Dosis toksik
Parasetamol dapat menimbulkan hepatotoksisitas pada
pemberian dosis tunggal 10-15 gr (200-250 mg/kg BB) (Wilmana dan
Sulistia, 2007). Toksisitas dapat juga terjadi pada pemberian dosis
yang lebih kecil berkali-kali dalam 24 jam sampai melebihi batas
dosis yang seharusnya atau bahkan dengan pemberian jangka panjang
dosis serendah 4 gr/hari. Parasetamol dapat menimbulkan kematian
pada pemberian 6 gr/hari secara kronis (Arnita, 2006).
g. Detoksifikasi
Pada umumnya terapi yang diberikan bagi penderita
keracunan parasetamol meliputi tiga hal, yaitu: mengurangi absorbsi
parasetamol dengan menggunakan arang aktif (activated charcoal),
menggganti penurunan glutation hepar dengan menggunakan N-
asetilsistein, dan terapi suportif dalam kasus gagal hati (Salgia dan
Kosnik, 1999).
Studi telah membuktikan bahwa N-asetilsistein, baik oral
atau secara intravena, dapat mencegah kerusakan hepar akibat
keracunan parasetamol. Antidotum ini bekerja dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
menggantikan glutation sebagai prekursor sistein. Rekomendasi
regimen dosis untuk N-asetilsistein peroral adalah dengan loading
dose sebesar 140 mg/kg BB, diikuti dengan 70mg/kg BB setiap 4 jam
untuk 17 kali dosis, dengan total durasi terapi adalah 72 jam.
Asetilsistein oral memiliki bau menyengat yang sering menyebabkan
muntah sehingga banyak pasien yang menolak untuk menyelesaikan
terapinya, jika tanpa obat anti-emetik (Megarbane et al., 2008).
4. Vitamin E dan Antioksidan Lainnya
Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk
menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan
olehnya. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi
kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan menghambat
terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat
menimbulkan stres oksidatif.
Antioksidan dikenal ada yang berupa enzim dan mikronutrien.
Enzim antioksidan dibentuk dalam tubuh, yaitu super oksida dismutase
(SOD), glutation peroksida, katalase dan glutation reduktase. Antioksidan
mikronutrien dikenal tiga zat utama, yaitu: β-karoten, vitamin C dan
vitamin E (Hariyatmi, 2004).
Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang
terdiri dari campuran substansi tokoferol (α, β, γ , dan δ) dan
tokotrietinol (α, β, γ, dan δ). Pada manusia α-tokoferol merupakan
vitamin E yang paling penting untuk aktifitas biologis tubuh. Bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
vitamin ini dibedakan berdasarkan letak berbagai gugus metil pada
cincin fenil rantai cabang molekul dan ketidakjenuhan rantai cabang
vitamin E. Selenium (suatu mineral esensial yang merupakan komponen
dari enzim antioksidan) mempunyai sifat yang sama (Frei, 1994).
Vitamin E berada di dalam lapisan fosfolipid membran
sel. Vitamin E berfungsi melindungi asam lemak jenuh ganda dan
komponen membran sel lain dari oksidasi radikal bebas dengan
memutuskan rantai peroksida lipid yang banyak muncul karena adanya
reaksi antara lipid dan radikal bebas.
G b 3 . M e k a n i s m e A k s i A n t i o k s i d a n V i t a m i n E
V i t a m i n E menyumbangkan satu atom hidrogen dari gugus
OH pada cincinnya ke radikal bebas sehingga terbentuk radikal-vitamin
E yang stabil dan tidak merusak seperti pada gambar 3. Mekanisme kerja
α-tokoferol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
vitamin E dalam mendonorkan ion hidrogen untuk menetralkan atau
mengurangi kadar lemak peroksida darah dimulai dengan kerja α-
tokoferol radikal yang kemudian berubah menjadi α-tokoferol
peroksida. Dari dua α-tokoferol radikal berubah menjadi α-tokoferol
dimer dan akhirnya menjadi α-tokokuinon yang oleh vitamin C dapat
diregenerasi kembali menjadi α-tokoferol (Hariyatmi, 2004).
Vitamin E juga berfungsi mencegah penyakit hepar,
mengurangi kelelahan, membantu memperlambat penuaan karena
oksidasi, mensuplai oksigen ke darah sampai dengan ke seluruh organ
tubuh. Vitamin E juga menguatkan dinding pembuluh kapiler darah dan
mencegah kerusakan sel darah merah akibat racun. Vitamin ini juga
membantu mencegah sterilitas dan distrofi otot. (National Institute of
Health, 2010; Mateljan, 2007).
5. Serum Glutamic Pyruvat Transaminase (SGPT)
Hati adalah organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Hati
melakukan berbagai proses metabolik terhadap molekul-molekul produk
sisa atau zat gizi dalam darah. Sebaliknya aktivitas hati banyak secara
langsung tercermin dalam beberapa zat yang beredar dalam darah dan juga
terdapat di cairan tubuh lain. Beberapa uji memanipulasi enzim-enzim hati
berkorelasi baik dengan integritas sruktural dan fungsional hati.
Pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium darah secara biokimia ini disebut
test fungsi hati (Sacher dan Richard, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Dua enzim yang paling sering berkaitan dengan kerusakan
hepatoseluler adalah aminotransferase yang mengkatalis pemindahan
reversibel satu gugus amino antara sebuah asam amino dan sebuah asam
alfa-keto.
Gb 4. Reaksi Transminasi Dikatalis oleh Aspartat Aminotransferase
Aspartat aminotransferase/SGOT memperantarai reaksi antara
asam aspartat dan asam alfa-ketoglutamat seperti pada gambar 4.
Gb 5. Reaksi Transminasi Dikatalis oleh Alanin Aminotransferase
Alanin aminotransferase/SGPT memindahkan satu gugus amino
antara alanin dan asam alfa-ketoglutamat seperti pada gambar 5.
SGOT dan SGPT sering dianggap sebagai enzim hati karena
tingginya konsentrasi keduanya dalam hepatosit, tetapi hanya SGPT yang
spesifik; SGOT terdapat juga di miokardium, otot rangka, otak, dan ginjal
(Sacher dan Richard, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Secara kasar ada korelasi antara peningkatan kadar
aminotransferase dengan luas kerusakan sel-sel hepar. Nilai SGPT
tertinggi (sering lebih dari 10.000 U/L) atau 20 kali nilai normal biasanya
ditemukan pada pasien dengan keracunan akut (seperti overdosis
parasetamol) atau iskemik akut pada hepar (Sacher dan Richard, 2004;
David, 1999).
6. Mekanisme Perlindungan Seduhan Bekatul Beras Hitam terhadap
Kerusakan Sel Hepar Akibat Paparan Parasetamol
Pada kondisi normal, parasetamol dikonjugasi dengan asam
glukoronat dan asam sulfat. Sebagian kecil paracetamol dihidroksilasi
dengan sitokrom P450 membentuk N-asetil-p-benzokuinon (NAPQI),
yang kemudian oleh glutation hepar dirubah menjadi metabolit sistein dan
metabolit merkapturat yang diekskresi lewat urin (Wilmana dan Sulistia,
2007).
Jika jumlah parasetamol yang dikonsumsi berlebih (dosis toksik),
jalur konjugasi asam glukoronat dan asam sulfat menjadi jenuh sehingga
terjadi peningkatan fraksi parasetamol yang diaktivasi oleh sistem
sitokrom P450 membentuk NAPQI yang terlalu banyak. Jumlah simpanan
glutation hepar tidak sebanding dengan jumlah produksi NAPQI sehingga
NAPQI bebas mengikat secara kovalen dengan komponen membran lipid
bilayer sel hepar, menimbulkan kerusakan dan kematian akut sel lobus
sentral hepar (Defendi, 2009; Goodman dan Gilman’s, 2001).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Fraksi antosianin dari bekatul Beras Hitam berefek
hepatoprotektif pada tikus yang diinduksi parasetamol. Antosianin
mencegah pengosongan glutation hepar juga meningkatkan aktivitas enzim
glutation hepar dan glutation S-transferase. Selanjutnya, antosianin
melindungi hepar dari toksisitas parasetamol dengan memblokir sitokrom
P4502E1 (CYP2E1), suatu isozim mayor dalam bioaktivasi parasetamol,
melalui peningkatan glutation hepar serta bertindak sebagai suatu free
radical scavenger (Choi et al., 2009)
B. Kerangka Pemikiran
Keterangan Gambar
: Merangsang : Menghambat
Parasetamol Dosis Toksik
Seduhan Bekatul Antosianin
N-Asetil-p-Benzokuinon (Metabolit Reaktif)
Diikat Asam Glukoronat dan Asam Sulfat
Ikatan Kovalen dengan
Makromolekul
Nekrosis Sentrolobular
Glutation
P450
Metabolit Sistein dan Merkapturat
Metabolit Inaktif
Asetilsistein Gugus
Sulfhidril
Vit E
Peroksidasi Membran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
C. Hipotesis
Pemberian seduhan bekatul Beras Hitam (Oryza sativa L. Japonica)
dapat mengurangi kerusakan sel hepar tikus putih (Rattus norvegicus) akibat
induksi parasetamol dosis toksik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian true experemintal
randomized control trial with posttest only group design. (Arief, 2004)
B. Lokasi Penelitian
Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
C. Subjek Penelitian
1. Subjek
Tikus Putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar berusia 2–3
bulan dengan berat badan ± 200 g.
2. Jumlah subjek penelitian
Besar sampel tiap kelompok dihitung dengan rumus Federer:
(t-1) (n-1) > 15
Atau bisa juga sebagai berikut:
n > 1 + ( 15 / ( t – 1 ) ) ket
n > 1 + ( 15 / ( 6 – 1) ) n : jumlah sampel
n > 4 t : jumlah perlakuan
(Arkeman dan David, 2006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
D. Teknik Sampling
Tiga puluh ekor tikus putih dibagi secara acak (random sampling)
dalam enam kelompok perlakuan yang masing-masing terdiri atas lima ekor
tikus.
E. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas : Bekatul Beras Hitam.
2. Variabel Terikat : kadar SGPT tikus.
3. Variabel Luar
a. Dapat dikendalikan : jenis makanan, variasi genetik, jenis
kelamin, umur, dan suhu udara.
b. Tidak Dapat dikendalikan : kondisi psikologis tikus, variasi
kepekaan tikus terhadap zat yang
digunakan, keadaan hati tikus,
bioavailibilitas pada tikus.
(Wilmana dan Sulistia, 2007)
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
a. Pemberian seduhan bekatul dengan sonde lambung
Penggunaan bekatul Beras Hitam di masyarakat untuk
terapi yaitu 30 gram.
Konversi dosis dari manusia (70 kg) terhadap tikus putih
(200 gr) adalah 0,018 (Soehardjono, 1990).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Dosis : 30 gr x 0,018 = 0,54 gr
= 540 mg
Maka dosis seduhan bekatul beras hitam untuk tikus putih
Dosis I : ½ x dosis = 270 mg/200 g BB
Dosis II : 1 x dosis = 540 mg/200 g BB
Dosis III : 2 x dosis = 1080 mg/200 g BB
Pemberian: 10 x dosis bekatul dosis I, II, III diseduh
dengan air hangat secukupnya, diaduk rata kemudian disaring. Air
hasil saringan disondekan ke lambung tikus.
b. Pemberian parasetamol
Dosis toksik parasetamol untuk manusia dengan berat 70
kg, yaitu: 250 mg/kg BB x 70 kg/BB = 17.500 mg. Setelah
dikonversi untuk tikus dengan berat 200 gr menjadi 315 mg/200 gr
BB. Parasetamol 500 mg diencerkan dengan 1,3 ml aquades maka
pemberian dosis untuk tikus 0,8 ml/200 gr BB tikus/hari.
c. Pemberian vitamin E
Dosis vitamin E peroral yang berkhasiat hepatoprotektif
adalah 100 IU (mg/kg BB)/hari (Olaleye et al., 2006).
Vitamin E dilarutkan ke dalam minyak goreng kemudian
disondekan ke lambng tikus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2. Variabel Terikat
Kadar SGPT tikus
Skala: rasio.
Parameter kerusakan hati diukur dengan kadar SGPT karena
SGPT terutama paling banyak terdapat dalam sitoplasma sel hati,
sedangkan dalam jaringan tubuh yang lain konsentrasinya rendah.
Perubahan kadar SGPT terhadap kerusakan akibat peradangan akut hati,
memiliki sensitivitas yang sangat tinggi dibandingkan SGOT, sehingga
dapat mengukur sejauh mana efek hepatoprotektif dari eksrak bekatul
beras hitam.
Pengukuran kadar SGPT, menggunakan metode IFCC tanpa
pyroxidal phospat. Aktivitas enzim dibaca pada suhu 370C, dinyatakan
dalam UI / L.
(Widmann, 1996)
3. Variabel luar yang dapat dikendalikan
a. Genetik : galur Wistar.
b. Jenis kelamin : jantan.
c. Umur : ± 2-3 bulan.
d. Jenis makanan : pelet dan minuman dari air PAM
yang tidak terbatas.
e. Suhu udara : ruangan dengan suhu ± 25-28oC.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
4. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan
Kondisi psikologis
Lingkungan yang terlalu gaduh atau ramai, pemberian perlakuan
yang berulang kali dan perkelahian antartikus dapat mempengaruhi kondisi
psikologis tikus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
G. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan The posttest only control group design
Populasi (P)
Random Sampling Sederhana
Tikus putih jantan, umur 2-3 bulan, berat ± 200 gr
Sampel (S) N=30
Adaptasi selama 7 hari
Kontrol Normal
Kontrol Positif
Uji Dosis I
Uji Dosis II
Uji Dosis III
Diet
standar
Diet
standar +
Vitamin E 100 IU peroral
+ Parasetamol
315 mg 1 jam
kemudian
Diet
standar +
Seduhan bekatul 270 mg
+ Parasetamol
315 mg 1 jam
kemudian
Diet
standar +
Seduhan bekatul 540 mg
+ Parasetamol
315 mg 1 jam
kemudian
Diet
standar +
Seduhan bekatul
1080 mg +
Parasetamol 315 mg 1 jam
kemudian
Pengukuran akhir kadar SGPT (hari ke-15)
Analisa statistik One Way Anova atau Kruskall Walis
Post Hoc Test atau Mann Whitney Test
Simpulan
Kontrol Negatif
Diet
standar +
Parasetamol 315 mg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
H. Instrumentasi dan Bahan Penelitian
1. Alat :
a. Kandang hewan percobaan
b. Timbangan digital
c. Sonde lambung
d. Alat-alat gelas (gelas beker, gelas ukur, batang pengaduk, tabung
reaksi, pipet kapiler yang dibasahi heparin)
e. Spuit injeksi 1 ml
f. Mesin sentrifuse
g. Mikrokapiler
2. Bahan :
a. Tikus putih jantan galur Wistar, berumur 2-3 bulan, dengan berat
badan ± 200 gr
b. Bekatul Beras Hitam
c. Pelet jenis K-52
d. Senyawa hepatotoksin berupa parasetamol
e. Vitamin E
f. Minyak goreng
g. Aquades
h. Monoreagen untuk pemeriksaan SGPT
I. Cara Kerja
1. Persiapan percobaan
a. Sampel tikus 30 ekor diadaptasikan selama 7 hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
b. Dengan teknik random sampling sederhana, tikus dibagi menjadi 6
kelompok, masing-masing kelompok berisi 5 ekor.
c. Tikus ditimbang dan ditandai untuk menentukan dosis perlakuan.
d. Pembuatan seduhan bekatul.
e. Melarutan parasetamol dalam aquades.
f. Melarutkan Vitamin E dalam minyak goreng.
2. Pelaksanaan percobaan
a. Kelompok K (kontrol normal) diberikan diet standar selama 14
hari.
b. Kelompok P1 (kontrol positif) diberikan diet standar dan Vitamin E
100 IU/200 gr BB tikus/hari peroral dan parasetamol 315 mg/200
gr BB tikus/hari selama 14 hari.
c. Kelompok P2 (kontrol negatif) diberikan diet standar dan
parasetamol 315 mg/200 g BB tikus/hari selama 14 hari.
d. Kelompok P3 (uji dosis I) diberikan diet standar dan seduhan
bekatul 270 mg/200 g BB tikus/hari dan parasetamol 315 mg/200
gr BB tikus/hari setelah satu jam pemberian seduhan, selama 14
hari.
e. Kelompok P4 (uji dosis II) diberikan diet standar dan seduhan
bekatul 540 mg/200 gr BB tikus/hari dan parasetamol 315 mg/200
gr BB tikus/hari setelah satu jam pemberian seduhan, selama 14
hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
f. Kelompok P5 (uji dosis III) diberikan diet standar dan seduhan
bekatul 1080 mg/200 gr BB tikus/hari dan parasetamol 315 mg/200
gr BB tikus/hari setelah satu jam pemberian seduhan, selama 14
hari.
3. Pengukuran hasil
a. Pada hari ke-15 setelah perlakuan, semua tikus kelompok I, II, III,
IV, V, dan VI diambil darahnya dari medial kantus sinus orbitalis
dengan menggunakan tabung mikrokapiler sebanyak 2 ml.
b. Tabung tersebut kemudian disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm
selama 60 menit hingga didapatkan serum dan diukur SGPT tikus.
c. Data SGPT masing-masing kelompok dirata-rata dan dianalisis.
J. Analisis Statistik
Data mengenai kadar SGPT tikus masing-masing kelompok diuji
kenormalannya dengan uji Boxplot. Selanjutnya, untuk mengetahui adanya
pengaruh pemberian seduhan bekatul dalam menghambat peningkatan kadar
SGPT, maka dilakukan uji Anova bila data berdistribusi normal, akan tetapi
bila distribusi data tidak normal dapat dilakukan uji Kruskall Walis sebagai
altenatif uji Anova yang setara. Setelah itu analisis statistik dilanjutkan
dengan Post Hoc Test bila distribusi data normal atau Mann Whitney Test
bila distribusi data tidak normal, kedua uji ini bertujuan untuk mengetahui
kekuatan efek hepatoprotektif kelompok perlakuan. Data hasil penelitian
diolah dengan menggunakan SPSS for Windows versi 17.0 dengan taraf