BAB I
PENDAHULUAN1.1Latar BelakangSekarang tingkat teknologi sudah
maju dan canggih sehingga kegiatan pengukuran dalam pemetaan juga
dapat dilakukan dengan mudah, karena sudah ada alat yang
mempermudah kegiatan lapangan seperti theodolite, waterpass dan
total station. Pengukuran lubang bukaan yang telah dipelajari
selama praktikum perpetaan dapat diaplikasikan langsung sebagai
gambaran kegiatan lapangan yang sesungguhnya. Dalam praktikum
perpetaan ini mahasiswa dan mahasiswi berlatih untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan survey, dengan tujuan agar ilmu pengukuran yang
didapat diterapkan di lapangan.
Lokasi pengukuran lubang bukaan dilakukan di lantai tiga kampus
I Universitas Islam Bandung karena praktikum dilakukan di kampus I
Universitas Islam Bandung. Dimana pengukuran lubang bukaan
dilakukan untuk mengetahui keamanan dari lubang bukaan, dapat
pengukur penyanggaan, dapat mengetahui pengukuran dan selanjutnya
dapat memperkirakan berapa banyak tanah yang harus di bongkar.
Pengukuran di lorong lantai tiga dilakukan karena dapat mewakili
keadaan pada lantai tiga yang menyerupai lorong itu merupakan
lubang bukaan yang diukur mulai dari tinggi dinding hingga atap
terowongan.1.2Perumusan Masalah
Pengukuran yang dilakukan dikampus Universitas Islam Bandung
Jl.Tamansari No.1 Bandung dilakukan untuk mengetahui cara
pengukuran lubang bukaan guna meningkatkan faktor kemanan dan
keselamatan dalam kinerja tambang bawah tanah. Input yang diambil
dari pengukuran lubang bukaan ini adalah data zenit, azimuthbenang,
zenit kawat, serta tinggi dinding kanan dan kiri.
1.3Pembatasan MasalahMasalah yang akan dibahas berkaitan dengan
hasil pengukuran lubang bukaan yang dilakukan di Kampus I
Universitas Islam Bandung Jl.Tamansari No.1 Bandung, mulai dari
pengukuran hingga pengolahan data dari hasil pengukuran.
1.4Maksud dan Tujuan
1.4.1 Maksud
Maksud diadakannya praktikum ini adalah agar praktikan dapat
memenuhi tugas guna mengaplikasikan teori yang didapat selama
praktikum pengukuran.1.4.2 Tujuan Mendapatkan data primer berupa
hasil pengukuran. Mengetahui dan menggambarkan keadaan lokasi
pengukuran. Membuat Peta Situasi Membuat Sketsa 3D Membuat sketsa
rebahan1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAULUAN
Dalam bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, maksud
dan tujuan pengukuran dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM
Bab ini menjelaskan tentang faktor faktor yang berhubungan
dengan keadaan dari laporan pengukuran situasi, seperti ; (a)
Lokasi dan Kesampaian Daerah; (b) Keadaan Iklim dan Cuaca; (c)
Flora dan Fauna, (d) Keadaan Topografi dan Morfologi Daerah, (e)
Keadaan Sosial Penduduk, (f) Keadaan Geologi Daerah. BAB III
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini menjelaskan tentang peta, dasar-dasar pengukuran,
metode pengukuran, alat yang dipakai dalam pengukuran. Dan
rumus-rumus yang digunakan dalam melakukan pengolahan data
pengukuran. BAB IV KEGIATAN LAPANGAN DAN PEMBAHASANDalam bab ini
menjelaskan tentang kegiatan yang dilakukan saat pengukuran dan
tugas yang diberikan oleh instruktur. Dan membahas tentang hasil
perhitungan dari data yang diperoleh dari pengukuran
dilapangan.
BAB V ANALISA
Dalam bab ini membahas tentang hasil perhitungan dari data yang
diperoleh dari pengukuran dilapangan dan berisi tentang hal-hal
yang telah di analisa pada saat pengukuran sampai pengolahan
data.
BAB VI KESIMPULAN
Dalam bab ini berisi tentang inti inti permasalahan dari
kegiatan lapangan dan hasil perhitungan serta pendapat dan gagasan
yang berupa rekomendasi.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1Keadaan Umum
2.1.1Lokasi dan Kesampaian Tempat Pengukuran
Kegiatan pengukuran lubang bukaan dilakukan di kampus
Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari no. 1 Bandung Jawa Barat.
Lokasi pengukuran berada di lorang-lorong lantai tiga gedung
perkuliahan Universitas Islam Bandung.
2.1.2 Keadaan Geografi Administrasi Daerah
Kampus I UNISBA ini secara geografis terletak pada koordinat X =
757,9073538 m 737,5913077 dan Y = 778,6080066 m 748,01052471021,358
m Secara administrative Kampus UNISBA memiliki batasan batasan
wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara: Kecamatan Coblong Sebelah
Barat: Kecamatan Cicendo Sebelah Selatan: Kecamatan Sumur Bandung
Sebelah Timur: Kecamatan Cibeunying Kaler2.1.3Cuaca dan Waktu
PengukuranPengukuran lubang bukaan dilakukan pada hari kamis
tanggal 10 April 2014, pukul 19.30 WIB sampai pukul 24.00 WIB.
Waktu pengukuran dapat dilihat dari tabel 2.1Tabel 2.1
Kegiatan PengukuranLokoasi
pengukuranWaktu
Pengukuran
Px20.00 21.00
P121.00 21.55
Z10121.55 22.30
Z10222.30 23.10
Z10323.10 23.45
Z10423.45 - 12.00
Sumber : Data Pengukuran Lapangan 20142.1.4Keadaan Sosial
Penduduk
Berdasarkan penganalisaan secara langsung dilapangan, keadaan
sosial di wilayah pengukuran sebagian besar penduduk sekitar
terdiri dari mahasiswa, staf pengajar (Dosen), pekerja kaki lima
serta beberapa penjaga keamanan kampus (satpam).
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1Pengertian
Ilmu ukur tanah adalah suatu ilmu yang mempelajari sebagian
bentuk dari permukaan bumi yang dilakukan dengan cara mengukur
tanah. Proses perhitungan dan penggambaran pada suatu bidang datar
dengan menggunakan skala tertentu.
Ilmu ukur tambang adalah suatu kegiatan kerja yang dilakukan
dalam beberapa pekerjaan tambang bawah tanah untuk mengetahui dan
memperoleh data kedudukan lubang bukaan terhadap peta topografi,
karena dalam tambang bawah tanah bearing yang menjadi patokan untuk
sudut selanjutnya kecuali sudut awal azimuth. Bearing sendiri
adalah sudut yang diukur ke kiri ataupun ke kanan garis utara
maupun garis selatan dengan titik tertentu dan azimuth adalah sudut
yang dibentuk dari utara menuju objek.
Lubang bukaan adalah sebuah tembusan di bawah permukaan tanah
atau gunung yang secara umum tertutup diseluruh sisi kecuali kedua
ujungnya yang terbuka pada lingkungan luar. Biasanya terowongan
digunakan untuk lalu lintas kendaraan baik itu mobil , kereta api
maupun juga pejalan kaki dan pengendara sepeda. Selai untuk lalu
lintas, terowngan juga digunakan untuk saluran air, saluran
pembuangan, atau uga digunakan untuk kabel-kabel telekomunikasi.Ada
dua cara yang dapat digunakan untuk memindahkan titik dari
permukaan tanah, yaitu dengan cara berikut:
1. One shaft methode Co planning (wiggling atau figgling)
Triangulator Gabungan cara co planning dengan triangulator2. Two
shaft methodTwo shaft method adalah metode dengan cara
menggantungkan kabel pada setiap shat atau raise dan terus
menyusuri antara kedua shaft atau raise tersebut.Tambang bawah
tanah mengacu pada metode pengambilan bahan mineral yang dilakukan
dengan membuat terowongan menuju lokasi mineral tersebut. Berbagai
macam logam bisa diambil melalui metode ini seperti emas, tembaga,
seng, nikel, dan timbal. Karena letak cadangan yang umumnya berada
jauh dibawah tanah, jalan masuk perlu dibuat untuk mencapai lokasi
cadangan. 3.3Langkah-Langkah Pengukuran Lubang Bukaan
Langkah-langkah dalam pengukuran lubang bukaan adalah sebagai
berikut:
a. Dirikan alatb. Centering alat
c. Catat tinggi alat (HI = Height of Instrumen)
d. Catat jarak kanan dan kiri alate. Mulai pada 0 dan mengambil
BS dengan jarak perlahan-lahanf. Lepaskan penggerak atas dan bidik
FS
g. Baca dan catat HA; lepaskan penggerak bagian bawah dan putar
lingkaran vertikalkedapan operator ; dan baca VA.
h. Arahkan teleskop ke BS dengan menggerakkan penggerak bagian
bawah
i. Lepaskan penggerak bagian atas dan bidik FS
j. Baca HA dan VA; pada sudut datar pembacaan VA untuk kedua
kalinya tidak perlu.Jika HA dibaca dua kali , ulangi proses setelah
posisi 0 dan tempatkan teleskop dalamposisi langsung.
k. Setelah semua pengukuran reguler lengkap, pembantu membawa
ujung 0 dari pita kepatok FS dan diukur SD. Sebelum memulai
pengukuran instrumen harus ditetapkankearah patok FS.
l. Gerakkan ke patok FS dan catat HS.
Istilah Dalam Pengukuran Lubang Bukaan
Istilah istilah ini digunakan dalam pengukuran perlu diketahui
dan perlu diingat.,Beberapa tanda dan istilah dibawah ini merupakan
tanda dan istilah dalam hal pengukuran yang akan digunakan di dalam
pengukuran :
FS (Front Sight)FS adalah merupakan arah tembak depan dari
theodolit
BS (Back Sight)BS adalah merupakan arah tembak belakang dari
theodolit
IS (Instrumental Station)IS adalah merupakan tempat theodolit
berdiri
AR (Angle Right)AR adalah merupakan selisih BS dengan FS
HS (High Of Shot)HS adalah merupakan jarak dari unting-unting ke
titik pengamatan
HD (Horizontal Distance)HD adalah merupakan jarak datar
VA (Vertikal Angle/Zenith)VA adalah merupakan sudut pertikal
dari pembacaan instrument pada T.03.4 Perlengkapan dan Peralatan
Alat-alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran poligon ini
adalah perlengkapan umum dan perlengkapan khusus. Perlengkapan umum
yang diperlukan adalah seperti :
Alat tulis
Alat tulis sangat berguna pada saat kegiatan pengukuran karena
banyak hal yang harus dicatat seperti data primer, menggambar
sketsa juga membutuhkan alat tulis seperti pensil, penghapus, busur
dan lain-lain.
Sumber: tokomodis.blogspot.com/2010/04
Gambar 3.1Alat Tulis
Jas HujanJas ujan dibutuhkan pada saat kegiatan pengukuran.
Karena cuaca sekarang sulit diprediksi, maka dari itu harus dibawa
saat kegiatan lapangan menjaga-jaga terjadi hujan ketika sedang
pengukuran.
Sumber: http://indahkreasipromosindo.blogspot.com/2013/03Gambar
3.2Jas Hujan Payung
Pada saat kegiatan lapangan payung berguna untuk melindungi alat
apabila terjadi hujan di lokasi pengukuran.
Sumber:indahkreasipromosindo.blogspot.com/2013/03
Gambar 3.3
Payung
Sedangkan alat khusus yang dipergunakan dalam pengukuran adalah
sebagai berikut :
Theodolite (To)Theodolite adalah alat ukur yang digunakan untuk
menentukan suatu ketinggian tanah dengan sudut vertikal dan
horizontal. Sudut yang dapat dibaca pada theodolite itu sampai pada
satuan detik. Selain itu kegunaan dari theodolite yang lainnya
adalah dapat mengukur suatu poligon dan pemetaan situasi. Namun
disuatu ketika itheodolite dapat berubah fungsi menjadi pensawat
penyipat datar apabila sudut vertikalnya dibuat menjadi sebesar 90.
Theodolite memiliki teropong yang dapat digunakan untuk memebidik
kesegala arah.
Sumber: aramcoexpats.comGambar 3.4
Theodolite
Keterangan gambar 3.1 Theodolit (To) :
1. Sekrup penyetel
2. Waterpas kontak
3. Sekrup pengencang
4. Sekrup penggerak halus
5. Sekrup pengencang teropong
6. Sekrup penyetel halus
7. Sekrup penyetel lingkaran tengah
8. Waterpas tabung
9. Teropong okuler
10. Teropong diagfragma
11. Okuler pembaca nonius lingkaran tegak
12. Okuler pembaca nonius lingkaran datar
13. Sekrup pengatur sinar
14. Kaca penerang
Statif (Kaki tiga)
Statif ( kaki tiga ) dibuat dari kayu yang kering dan dicat
kuning dihubungkan dengan alat-alat sambungan besi. Kegunaan dari
statip ini yaitu sebagai penyangga atau kaki pesawat.
Penempatan statif ditempatkan sebaiknya didaerah yang datar,
agar mempermudah dalam pengaturan nivo horizontal. Apabila statif
telah didirikan dan theodolite sudah di pasang maka diusahan agar
statif ini tidak tergoyangkan karena sedikit jika tergoyang sedikit
maka sudut-sudutnya akan berubah begitupun dengan nivo akan berubah
dan harus dilakukan pengaturan ulang.
Sumber: zulzulaidy.blogspot.comGambar 3.5
Statif
Rambu Ukur
Rambu ukur merupakan suatu batang yang didalamnya terdapat
satuan ukuran, biasanya dalam satuan desimeter (dm). Rambu ukur
sangat diperlukan dalam pengukuran, karena saat pengukuran
theodolite akan menembak kearah rambu ukur untuk mengetahui besar
dari benang bawah, benang tengah dan benang atas.
Pada rambu ukur juga terdapat skala. Skala yang digunakan pada
rambu ukur di setiap garis E berukuran satu dm, maka dapat langsung
dibaca garis benang tengah, benang atas dan benang bawah.
Sumber:alatsurveyor.com
Gambar 3.6
Rambu Ukur Unting-Unting
Unting-unting terbuat dari besi atau kuningan berbentuk kerucut
dengan ujung bawah lancip dan di ujung atas digantungkan pada
seutas tali. Unting-unting berguna untuk memproyeksikan suatu titik
di permukaan tanah. Arah unting-unting pada berbagai tempat adalah
sejajar dan mengarah ke titik pusat bumi. Unting-unting cukup
digantungkan pada instrumen yang akan ditentukan kedataran atau
kevertikalannya, atau bahkan untuk memindahkan suatu titik tegak
lurus dari atas ke bawah atau sebaliknya.
Sumber: indonetwork.co.id
Gambar 3.7
Unting-Unting
Patok KayuPatok dalam pekerjaan survei berfungsi untuk memberi
tanda batas jalan, dimana titik setelah diukur dan akan diperlukan
lagi pada waktu lain, misalnya tanda bangunan, jalan raya,
pengairan dan sebagainya. Patok biasanya ditanam di dalam tanah dan
menonjol antara 5 10 cm, dengan maksud agar tidak lepas atau mudah
dicabut, dan mudah dilihat dari jauh maupun dengan tanda yang lain.
Patok umumnya ujungnya dibuat runcing untuk memudahkan
pemasangan.
Patok kayu Patok yang terbuat dari kayu, berpenampang bujur
sangkar atau persegi dengan ukuran 50 mm x 50 mm, dan bagian atas
diberi cat. Titik ukur yang akan ditentukan ditandai pada kepala
patok dengan titik potong diagonal yang akan ditarik atau dengan
menancapkan paku. Patok kayu sifatnya sementara.
Sumber: isfajrincivil.blogspot.com
Gambar 3.8Patok
KawatPada pengukuran lubang bukaan digunakan kawat untuk
menentukan zenith kawat dan HS.
Sumber: koleksikikie.comGambar 3.9
Kawat3.5 Rumus yang DigunakanSetelah kegiatan pengukuran selesai
dan ketika sudah mendapatkan data primer maka dilakukan pengolahan
dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut: Jarak Miring
Jarak Miring = (BB - BA) x 100 x Sin VA
Keterangan :
BB = Benang Bawah
BA = Benang Atas
VA = Vertical Angel/Sudut Zenit
Jarak Datar
Jarak Datar = Jarak Miring x Sin VA
Keterangan :
VA = Vertical Angel/Sudut Zenit
Beda Tinggi
Beda Tinggi = Jarak Miring x Cos VA
Sudut Dalam
AR = Tembak Depan (FS) Tembak Belakang (BS)
Azimuth
= awal + Sudut Dalam 180
Koordinat X
X = 1000 + (Jarak Datar x Sin )
Koordinat Y
Y = 1000 + (Jarak Datar x Cos Ketinggian
Z = Z awal + Beda Tinggi
Keterangan:
Z = Ketinggian
Z Atap Terowongan
Z101 = ZA + HI + VD +HS
BAB IVKEGIATAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN4.1Kegiatan Lapangan
4.1.1Kegiatan Sebelum Pengukuran
Sebelum melakukan kegiatan pengukuran ada beberapa hal yang
harus dipersiapkan yaitu sebai berikut:
PerlengkapanSebelum melakukan kegiatan kita harus mendata
kembali perlengkapan apa saja yang harus dibawa pada saat
pengukuran. perlengkapan kelompok yang harus dipersiapkan adalah
alat tulis, benang kasur dan patok kayu, dan kawat. Sedangkan
perlengkapan pribadi adalah obat-obatan dan perlengkapan lainnya
sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
PeralatanPeralatan yang digunakan pada saat pengukuran adalah
rambu ukur, theodolite, kaki tiga, dan unting-unting.
Tempat PengukuranSebelum melakukan pengukuran harus ditentukan
terbih dahulu tempat atau lokasi yang akan dipetakan. Setelah
menentukan tempat maka selanjutnya adalah menentukan titik-titik
patok serta titik-titik detail yang akan diambil pada saat
pengukuran.
Pembagian TugasPengukuran lubang bukaan harus dilakukan secara
team, kerja sama dan kekompakan team sangat dibutuhkan dalam
melakukan kegiatan pengukuran. Tujuan pengukuran dibuat kelompok
yaitu agar semua tugas terselaikan dengan baik. Adapun pembagian
tugas pada pengukuran situasi ini sebagai berikut : Febby : Pembaca
Alat
Bryan : Pemegang Rambu Ukur
Fitria : Pencatat Data
Deri : Penggambar Sketsa Sementara
Ismail Yudantara : Dokumentasi
Iqbal : Mengukur Jarak Manual4.1.2Kegiatan Pengukuran
Kegiatan pengukuran ini berlokasi di lantai tiga Unversitas
Islam Bandung jalan Tamansari No.1 Bandung Pada pengukuran kali ini
digunakan pesawat theodolite dan rambu ukur dan tambahan benang
untuk mengetahui zenith kawat dan HS. Selain itu dengan alat ini
dapat di ukur benang tengah, benang atas, benang bawah, zenith
serta azimuth. Saat melakukan pengukuran dilakukan juga
penggambaran sketsa situasi lokasi pengukuran dan sketsa
rebahan.
Titik P1 ke PxPengukuran pertama di mulai dari titik Px.
Pengukuran ini dilakukan dengan searah jarum jam, dengan front side
berada di titik P2 dan back side berada di titik Px. Lokasi
pengukuran ini berada di tengah-tengah ruang kelas 301 A dan 301 B
dengan pengambilan detail sebanyak 12, dengan arah azimuth sebesar
210.0208333
Sumber: kegiatan Pengukuran Underground
Gambar 4.1
Titik P1 Titik P1 ke Z01Pengukuran kedua dilakukan dari P1
menuju Z01 dimana Z01 itu diasumsikan menjadi lubang bukaan. Karena
pengukuran dilakukan searah jarum jam maka back side berada di
titik Px dan front side berada di titik Z01. Dari titik P1 ke Z01
di dapat sebanyak 6 detail yang mewakili bentuk terowongan dengan
arah azimuth 30.70972222.
Sumber: kegiatan Pengukuran Underground
Gambar 4.2Titik Z01
Titik Z01 ke Z02
Pengukuran kedua dilakukan dari Z01 menuju Z02. Karena
pengukuran dilakukan searah jarum jam maka back side berada di
titik P1 dan front side berada di titik Z02. Dari titik P1 ke Z01
di dapat sebanyak 6 detail yang mewakili bentuk terowongan, dengan
arah azimuth sebesar 214.7305556
Sumber: kegiatan Pengukuran Underground
Gambar 4.3Titik Z01
Titik Z02 ke Z03Pengukuran kedua dilakukan dari Z02 menuju Z03.
Karena pengukuran dilakukan searah jarum jam maka back side berada
di titik Z01 dan front side berada di titik Z03. Dari titik Z02 ke
Z03 di dapat sebanyak 8 detail yang mewakili bentuk terowongan.
Dengan arah azimuth sebesar 272.0833333
Sumber: kegiatan Pengukuran Underground
Gambar 4.4Titik Z02
Titik Z03 ke Z04Pengukuran kedua dilakukan dari Z03 menuju Z04.
Karena pengukuran dilakukan searah jarum jam maka back side berada
di titik Z02 dan front side berada di titik Z04. Dari titik Z03 ke
Z04 di dapat sebanyak detail yang mewakili bentuk terowongan.
Dengan arah azimuth sebesar 147.3069444
Sumber: kegiatan Pengukuran Underground
Gambar 4.5Titik Z034.1.3Kegiatan Setelah Pengukuran
Setelah melakukan kegiatan pengukuran dilakukan pengolahan data
untuk mencari azimuth, jarak datar pengukuran, jarak miring, beda
tinggi, dan titik koordinat (X, Y, Z). Dari hasil pengolahan data
ini kemudian dibuat peta rebahan dan peta situasi dalam millimeter
blok A0.
4.2Pembahasan
Dari hasil pengukuran didapat beberapa data pengukuran seperti
azimuth, zenith, benang tengah, benang atas dan benang bawah.
Benang tengah didapat dari pengukuran tinggi alat sedangkan benang
atas dan benang bawah didapat dari hasil pengukuran menggunakan
theodolite terhadap rambu ukur. Pengukuran azimuth dan zenith
menggunakan theodolite. Pembacaan azimuth dibaca dari kiri bawah,
kanan atas dan harus memiliki selisih sebesar 180. Sedangkan
pembacaan zenith pada theodolite dibaca dari kiri atas dan kanan
bawah.4.2.1Data Pengamatan
Kegiatan lapangan pengukuran situasi dengan menggunakan metoda
polygon tertutup di sekitar daerah gedung student centre kampus I
UNISBA yang dimaksudkan untuk membentuk bangunan atau gedung
tersebut beserta situasi bangunan disekitarnya. Data hasil
pengukran yang didapatkan yang diukur sebanyak 9 titik. Data yang
didapat saat pengukuran sebelum melakukan pengolahan data yaitu
benang tengah, benang atas, benang bawah, azimuth, zenith dan jarak
datar pengukuran. Dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Data Hasil Pengukuran
TitikBenangAzimuthZenithZenit Kawat
BawahTengahAtas
PX1.381.431.48211.02083
89.83333
-
P11.425
1.45
1.475
207.73194
90-
Z1011.4
1.43
1.46
30.709722
9092,3333333
Z1021.361.451.5429.0180569090,75
Z1031.427
1.46
1.493
298.083339091
Z1041.5951.481.595206.065289090,66666667
Setelah mendapatkan data-data dari hasil pengukuran maka
dilakukan pengolahan data dengan menggunakan rumus-rumus yang sudah
ditentukan sehingga didapatkan hasil perhitungan sebagai
berikut:
4.2.1Contoh Perhitungan P2- P3 (Z102)
Jarak miring (SD)
Jarak miring = (BB BA) x 100 x sin VA
SD = (1,54 1,36) x 100 x sin 90 = 18 m Jarak datar
Jarak datar = Jarak miring x sin VAJarak Datar = 18 x sin 90 =
18 m Beda tinggi
Beda tinggi = Jarak miring x cos VABeda Tinggi = 18 x cos 90 =
0,000000 m
Sudut dalam (AR) Sudut dalam = FS - BS
AR = 29.018056 207,73194 = -178,713884 + 360 = 181,286Pada
pehitungan sudut dalam apabila hasilnya negatif maka harus ditambah
360. Azimuth ()
= awal + sudut dalam 180o = 30.70972222 o + 181,286o - 180o =
31.99583333o Koordinat X
X = 1000 + (Jarak Datar x Sin )
X = 1000 +( 18 x Sin 31.99583333) = 1012.602 Koordinat YY = 1000
+ (Jarak Datar x Cos
Y = 1000 +( 18 X Cos 31.99583333) = 1020.424 Ketinggian
Z = Z awal + Beda Tinggi
Z = 500 + (0) = 500.0000000000000000000 Z Atap TerowonganZ101 =
ZA + HIZ = 500.0000000000000000000 + 0.0000000000000004043 =
500.00000000000004.2.3Gambaran Hasil Pengukuran Pada Titik
Patok
Data yang didapat dari hasil pengukuran theodolite di lapangan
diolah menjadi sebuah data dengan menggunakan rumus-rumus yang
telah dijelaskan sebelumnya. Dari pengolahan data-data tersebut
dapat digambarkan pada sebuah grafik yang nantinya akan menampilkan
sebuah gambaran poligon dari data yang diambil dari hasil
pengukuran. Dari grafik tersebut dapat dilakukan koreksi terhadap
data yang salah, baik kesalahan dalam pengukuran ataupun kesalahan
dari hasil pengolahan data.
Gambar 4.2Gambaran pengukuran underground
BAB V
ANALISA
Dari hasil pengukuran lubang bukaan di Kampus I UNISBA dapat
dianalisa bahwa terdapat perbedaan antara pengukuran surface dengan
pengukuran underground yang dimana dalam pengukuran lubang bukaan
ada istilah HI dan HS, pengambillan HI diukur dari atap dan lantai
lubang. HS merupakan pengukuran dari atap menuju kawat, jika dari
titik awuranal kawat berada di bawah alat maka untuk titik
selanjunya kawat berikutnya diletakkan di bawah alat pula. Dari HS
kita dapat megetahui jarak miring dan jarak datar.
Pengukuran jarak dari alat menuju kiri ataupun kanan dinding
perlu diambil karena untuk mengetahui lebar dari terowongan
tersebut. Pengukuran rebahan dilakukan untuk mengetahui bentuk dari
penapang 2 dimensi terowongan tersebut. Penembakan detail diambil
guna mengetahui bentuk dari terowongan tersebut secara
menyeluruh.
Pada saat pengukuran lubang bukaan magnet pada theodolite harus
ditutup dikarenakan dalam suatu lubang bukaan kemungkinan ada
logam-logam disekitar lokasi pengukuran yang dapat mempengaruhi
magnet dari alat sehingga data menjadi tidak akurat. Selain
kesalahan pada alat serig kali kesalan ada pada pembaca alat yang
kurang teliti dalam pemacaan data benangazimuth maupun zenit. Untuk
mengetahui kesalahan pembacaan alat maka harus diiringi dengan
pembuatan sketsa sehingga dapat diketahui secara langsung letak
kesalahannya.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN6.1 Kesimpulan Data primer yang didapat dari
hasil pengukuran lubang bukaan adalah data benang, azimuth, zenit,
jarak datar pengukuran, zenit kawat, HI, HS, jarak antar dinding
menuju alat, tinggi dinding kanan dan kiri.
Output yang didapat dari pengukuran lubang bukaan adalah
gambaran peta situasi, gambaran 3D dimensi terowongan dan gambaran
sketsa 2D dari rebahan terowongan.
Peta situasi dibuat dengan tujuan untuk menggambarkan situasi di
terowongan. Data yang digunakan untuk peta situasi ada detail, maka
pengambilan detail pun tidak boleh sembarangan harus diambil sudut
yang mewakili bentuk terowongan tersebut.
Sketsa 3D dibuat untuk mengetahui bentuk dari ruangan terowongan
pada saat pengukuran lubang bukaan.
Saat pengukuran diambil data dinding kanan dan kiri untuk
membuat sketsa rebahan.
Pehitungan dan pengolahan data sangat penting peranannya dan
harus dilakukan secara teliti. Kesalahan dalam perhitungan dan
pengolahan data berarti kesalahan dalam tahap selanjutnya.
Kesalahan informasi yang diberikan sebuah peta baik itu peta
situasi maupun peta rencana akan mengakibatkan kerugian dan bahkan
kegagalan dalam proses penambangan
6.2 Saran
Sebaiknya sebelum melakukan kegiatan pengukuran lubang bukaan
alangkah baiknya dilakukan terlebih dahulu kegiatan survey untuk
mengetahui keadaan lokasi dan tak lupa juga untuk menentukan
titik-titik patok yang dijadikan acuan pada saat pengukuran. Pada
pengukuran lubang bukaan untuk mengurangi kecelakaan makan harus
membawa peralatan dan perlengkapan yang seharusnya.Untuk
menghasilkan data yang baik diusahakan agar memakai rambu ukur yang
terdapat nivo tabunga