DOKUMENTASI KEBIDANAN PERSALINAN PADA GRANDE MULTIPARA A. Prinsip Dasar Grande Multipara Menurut www.grandemultipara.com 1. Grande multipara adalah kehamilan lebih dari 4 kali 2. Grande multipara termasuk dalam kehamilan dengan resiko tinggi 3. Ibu hamil dengan resiko tinggi memiliki bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan bila di bandingkan dengan ibu hamil normal. 4. Kehamilan resiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan. 5. Grande multipara memiliki komplikasi dalam kehamilan dan persalinan, antara lan : Dalam kehamilan : a. Perdarahan ante partum b. Solusio plasenta c. Plasenta previa d. Abortus Dalam persalinan : e. Atonia uteri f. Ruptur uteri
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DOKUMENTASI KEBIDANAN
PERSALINAN PADA GRANDE MULTIPARA
A. Prinsip Dasar Grande Multipara Menurut www.grandemultipara.com
1. Grande multipara adalah kehamilan lebih dari 4 kali
2. Grande multipara termasuk dalam kehamilan dengan resiko tinggi
3. Ibu hamil dengan resiko tinggi memiliki bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan
maupun persalinan bila di bandingkan dengan ibu hamil normal.
4. Kehamilan resiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga
dapat dilakukan tindakan perbaikan.
5. Grande multipara memiliki komplikasi dalam kehamilan dan persalinan, antara lan :
Dalam kehamilan :
a. Perdarahan ante partum
b. Solusio plasenta
c. Plasenta previa
d. Abortus
Dalam persalinan :
e. Atonia uteri
f. Ruptur uteri
B. Hubungan Grande Multipara Dengan Atonia Uteri
1. Pengertian
Menurut Wiknjosastro H (2005) “Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600
cc dalam masa 24 jam setelah anak lahir”. Perdarahan terutama perdarahan post partum masih
merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu dalam persalinan.
Berdasarkan penyebabnya adalah sebagai berikut :
a. Atonia uteri 50%-60%
b. retensio plasenta 16%-17%
c. sisa plasenta 23%-24%
d. laserasi 4%-5%
e. kelainan darah 0,5%-0,8% (Roestam, 1988)
atonia uteri jika uterus tidak berkontraksi secara terkoordinasi sehingga ujung pembuluh darah
ditemapt implantasi plasenta tidak dapat dihentikan (kolusi) sehingga perdarahan menjadi tidak
terkendali.
Pada grande mulitpara, fungsi otot-otot uterus dalam melakukan kontraksi menurun, sehingga
pada grande multipara sering didapati his yang lemah, bahkan tidak ada (atonia uteri)
2. Tanda atau Gejala Atonia Uteri
a. Perdarahan pasca persalinan
b. Uterus lembek dan tidak berkontraksi
C. Penatalaksanaan Atonia Uteri dikutip dari Modul APN Edisi Revisi (2007)
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkonraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
rangsangan taktil (massase) fundus uteri :
1. Segera lakukan kompresi bimanual internal
a. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan secara
obstetric (menyatakan kelima ujung jari) melalui introitus kedalam vagina ibu.
b. Periksa vagina dan serviks, jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kovum uteri
mungkin hal ini menyebabkan uterus tidak dapt berkonraksi secara penuh.
c. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding anterior uterus
kearah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior uterus ke arah depan
sehingga uterus ditekan dari ara depan dan belakang.
d. Tekan kuat uterus diantara kedua tangan. Kompresi uteru sini memberikan tekanan langsung
pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga
merangsang miometrium untuk berkonraksi.
e. Evaluasi keberhasilan :
1) Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2 menit,
kemudian perlahan keluarkan tangan dan pantau ibu secara melekat selama kala IV.
2) Jika uterus berkontraksi tapi perdaraan masih berlangsung, periksa ulang perineum, vagina dan
serviks apakah terjadi laserasi. Jika demikian, segera lakukan penjahitan untuk menghentikan.
3) Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi
bimanual eksternal, kemudian lakukan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya,
kemudian untuk mulai menyiapkan rujukan.
2. Berikan 0,2 mg ergometris IM atau misoprostol 600-1000 per rectal, jangan berikan ergo
metrium kepada ibu dengan hipertensi karena ergometrin dapat menaikkan tekanan darah.
3. Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infuse dan berikan 500 cc larutan
RL yang mengandung 20 unit oksitoxin (guyur dalam 10 menit)
4. Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI
5. Jika uterus tidak berkonraksi dalam waktu (sampai 2 menit, segera rujuk ibu karena hal ini
bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan gawat darurat difasilitasi kesehatan
rujukan yang mampu melakukan tindakan operasi dan tranfusi darah.
6. Sambil membawa ibu ketempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan infuse cairan hingga ibu tiba
di tempat rujukan
a. Infus 500 ml pertama dihabiskan dalam waktu 10 menit
b. Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba ditempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang
diinfuskan mencapai 1,5 L dan kemudian lanjutkan dalam jumlah 125 cc/jam
c. Jika cairan infuse tidak cukup, infuskan 500 ml (botol kedua) cairan infuse dengan tetesan
sedang dan ditambah pemberian cairan secara oral untuk rehidrasi.
ASUHAN KEBIDANAN BESALIN PATOLOGIS
PADA GRANDE MULTIPARA TERHADAP Ny. J DI BPS
TAHUN 2007
I. PENGUMPULAN DATA DASAR
A. Anamnesa pada tanggal 13 Februari 2008 pukul 11.00 WIB
Ibu hamil anak ke enam, usia kehamilan 9 bulan, mengeluh nyeri pinggang dan terkadang mulas,
pada pukul 10.00 WIB keluar lendir.
3. Riwayat kebidanan
a. Riwayat haid
1) Menarche : 15 tahun
2) Lama haid : 7 hari
3) Siklus : 30 hari
4) Banyak darah : 2-3 x ganti pembalut
5) Sifat darah : encer
6) Keluhan : tidak ada
b. Riwayat persalinan yang lalu
No Umur JK Persalinan BB/TB Penolong Penyulit Keadaan 1. 10 thn L Normal 2900/45 Bidan Tidak ada Baik
2. 8 thn P Normal 3000/45 Bidan Tidak ada Baik 3. 6 thn P Normal 3100/43 Bidan Tidak ada Baik 4. 4 thn L Normal 2800/42 Bidan Tidak ada Baik 5. 2 thn P Normal 3000/46 Bidan Tidak ada Baik
c. Riwayat kehamilan
1) HPHT : 01-05-2007
2) TP : 08-02-2008
3) Imunisasi
TT1 usia kehamilan 16 minggu, di bidan
TT2 usia kehamilan 20 minggu, di bidan
4) ANC :
TM I : 2 x dibidan
Keluhan : mual, muntah
TM II : 3 x di bidan
Keluhan : tidak ada
TM III : 2 x di bidan
Keluhan : tidak ada
4. Riwayat kesehatan keluarga
a. Kesehatan ibu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular dan penyakit keturunan, serta tidak pernah
mengkonsumsi alkohol.
b. Kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada riwayat anak kembar, tidak ada yang menderita penyakit yang dapat
mempengaruhi kehamilan.
5. Pola hidup sehari-hari
a. Nutrisi
Makan 3 x sehari porsi cukup : nasi, lauk, sayur, buah kadang-kadang dan susu 2 x 1 gelas
b. Eliminasi
BAB 1 x sehari, BAK 3-4 x sehari
c. Istirahat dan tidur
Siang + 1 jam, malam 6-8 jam
d. Personal hygiene
Mandi 2 x sehari dan ganti pakaian setiap habis mandi
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Pols : 34 x/mnt
RR : 22 x/mnt
Temp : 36,50C
4. Tinggi badan : 163 cm
5. Berat badan : Sebelum hamil : 45 kg
Setelah hamil : 55 kg
6. Ukuran Lila : 21,5 cm
7. Inspeksi
Rambut : Bersih, tidak ada ketombe dan tidak mudah dicabut
Wajah : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterik, fungsi baik, reflek baik
Hidung : Simetris, keadaan bersih, tidak ada polip, fungsi penciuman baik.
Gigi dan mulut : Keadaan bersih, tidak ada caries, lidah bersih, tidak ada stomatis
Telinga : Semetris, bersih, tidak ada serum, fungsi pendengaran baik.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.
: Payudara simetris, puting susu menonjol, hiperpigmentasi, kolostrum sudah keluar sedikit.
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, tidak ada strie, pembesaran sesuai kehamilan.
Ekstermitas :
Atas : Tidak ada oedema, simetris kanan dan kiri
Bawah : Tidak ada oedema, simetris kanan dan kiri, tidak ada varices, reflek patella (+)
Genetalia : Tidak ada oedema dan varices pada vulva dan vagina, perineum elastis tidak ada pengeluaran
lendir pada saat kontraksi, ada bekas luka perineum dari persalinan yang lalu.
Rektum : Tidak ada hemoroid
8. Palpasi
Mc. Donald : 30 cm
TBJ : (30 – 11) x 155 – 19 x 155 = 2945 gram
Leopold I : TFU pertengahan Px-pusat, pada fundus teraba bagian bulat, lunak, tidak melenting yang berarti
bokong
Leopold II : Perut sebelah kanan ibu teraba paparan panjang dan luar yang berarti punggung. Pada perut
sebelah kiri ibu teraba bagian kecil janin yang berarti ekstermitas.
Leopold III : Bagian terendah janin teraba bagian bulat keras dan melenting yang berarti kepala.
Leopold IV : Kepala sejajar PAP
9. Auskultasi
Dada : paru-paru tidak terdengar ronchi dan wheezing, jantung tidak teraba mur-mur DJJ
terdengar teratur dan kuat dengan frekuensi 140 x/mnt.
10. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan pukul 11.00 WIB dengan hasil :
a. Pengeluaran pervaginam berupa lendir berwarna kekuningan.
b. Dinding vagina normal, tidak ada benjolan atau kelainan.
g. Pasang infuse RL 500 yang mengandung 20 unit oksitosin, guyur dalam waktu 20 menit
h. Bila masih diperlukan, ulangi KBI
i. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1-2 menit, segera rujuk ibu karena hal ini bukan
atonia sederahan.
j. Sambil membawa ibu ketempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan infuse cairan hingga ibu tiba
di tempat tujuan
DAFTAR PUSATA
Oxorn Harry, 1990, Ilmu Kebidanan, Patologi dan Fisiologi Persalinan, Jakarta : Yayasan Essentia medica
Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Asuhan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Winkjosastro, H., 2005, Ilmu Kandungan Edisi 2 Cetakan Ke-4, YBP-SP, Jakarta
www.google.com/grandemultipara
vKONSEP PARITAS / PARTUS
Dr. Suparyanto, M.Kes
KONSEP PARITAS / PARTUS
Pengertian paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara.
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008). Sedangkan menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm.
Klasifikasi Paritas1. Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006).
2. Multipara
Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009).
Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa kali (Manuaba, 2008).
Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih (Varney, 2006).
3. Grandemultipara
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2008).
Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati (Rustam, 2005).
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih (Varney, 2006).
Faktor yang Mempengaruhi Paritas1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak yang ideal adalah 2 orang.
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan. Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari.
3. Keadaan Ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup.
4. Latar Belakang Budaya
Cultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang bersifat universal, ada di dalam semua kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara pergaulan sosial, adat-istiadat, penilaian-penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah.
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok
masyarakat asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.
Latar belakang budaya yang mempengaruhi paritas antara lain adanya anggapan bahwa semakin banyak jumlah anak, maka semakin banyak rejeki.
5. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui (Friedman, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
1. BKKBN. 2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta : BKKBN 2. Bobak, 2000. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC3. Depkes RI, 2004. Penilaian K I dan K IV. Jakarta : Depkes RI4. Depkes RI. 2007. Perawatan Kehamilan (ANC). http://www.depkes.com.id diakses pada
tanggal 15 Maret 2010 5. Depkes RI. 2008. Panduan Pelayanan Antenatal. Jakarta : Depkes RI 6. Effendy. 2005. Keperawatan Keluarga. JAKARTA : EGC 7. Farrer, 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC8. Fitramaya, 2008. Asuhan Ibu Hamil. Yogyakarta : Dian Press9. Friedman, 2004. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC10. Harymawan. 2007. Dukungan Suami Dan Keluarga. http://www.infowikipedia.com.id
diakses pada tanggal 15 Maret 2010 11. Hiudayat. 2009. Metode Persalinan Normal dan Komplikasi Bayi Baru Lahir. Jakarta :
JNPK-KR 12. Mandriwati. 2007. Setiap Jam Dua Ibu Hamil Meninggal. http://www.
Indoskripsi.com.id, diakses pada tanggal 15 Maret 2010-07-22 13. Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC 14. Monika. 2009. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku.
http://www.infowikipedia.cm.id diakses pada tanggal 15 Maret 2010 15. Pranoto. 2007. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo 16. Putriazka. 2007. Angka Kematian Ibu Dan Bayi Tertinggi Di ASEAN. Hidayat. 2006.
Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta : PT. Rineka Cipta 17. Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC 18. Saifudin. 2005. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta :
Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo 19. Sakinah. 2005. Antenatal Care. http://www.info-wikipedia.com. Diakses tanggal 25 April
201020. Sofyan, 2006. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Madika
21. Suririnah. 2008. Tanda Bahaya Pada Kehamilan Trimester I. http://www.kes-pro.coom.id diakses tanggal 15 Maret 2010
22. Verney. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC. Hal : 36-3923. WHO. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal. Jakarta : Media Aesclapius Press