BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka kematian di rumah sakit rujukan propinsi di Indonesia mencapai 41,94%. Data mengungkapkan bahwa sekitar 10% bayi baru lahir di rumah sakit membutuhkan bantuan bantuan bernafas, dari yang ringan hingga resusitasi ekstensif. Perinatal asfiksia (berasal dari bahasa Yunani sphyzein yang artinya "denyut yang berhenti") merupakan kondisi kekurangan oksigen pada pernafasan yang bersifat mengancam jiwa. Keadaan ini bila dibiarkan dapat mengakibatkan hipoksemia dan hiperkapnia yang disertai dengan metabolik asidosis. Asfiksia timbul karena adanya depresi dari susunan saraf pusat (CNS) yang menyebabkan gagalnya paru-paru untuk bernafas. Ada berbagai macam penyebab terjadinya asfiksia dan salah satunya adalah disebabkan karna air ketuban yang bercampur meconium akibat Kondisi stres yang dialami seorang ibu yang berakibat fatatal yang akan membuat bayi menghirup dengan kuat cairan amnion berisi mekonium sehingga masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan pembengkakan (pneumonitis). Ini mengakibatkan penyumbatan saluran pernapasan dan membuat bayi mengalami kesulitan bernapas. Bila tidak mendapat penanganan yang tepat dan cepat, kondisi ini dapat berakibat fatal. Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Angka kematian di rumah sakit rujukan propinsi di Indonesia mencapai 41,94%.
Data mengungkapkan bahwa sekitar 10% bayi baru lahir di rumah sakit membutuhkan
bantuan bantuan bernafas, dari yang ringan hingga resusitasi ekstensif.
Perinatal asfiksia (berasal dari bahasa Yunani sphyzein yang artinya "denyut yang
berhenti") merupakan kondisi kekurangan oksigen pada pernafasan yang bersifat mengancam
jiwa. Keadaan ini bila dibiarkan dapat mengakibatkan hipoksemia dan hiperkapnia yang
disertai dengan metabolik asidosis. Asfiksia timbul karena adanya depresi dari susunan saraf
pusat (CNS) yang menyebabkan gagalnya paru-paru untuk bernafas.
Ada berbagai macam penyebab terjadinya asfiksia dan salah satunya adalah
disebabkan karna air ketuban yang bercampur meconium akibat Kondisi stres yang dialami
seorang ibu yang berakibat fatatal yang akan membuat bayi menghirup dengan kuat cairan
amnion berisi mekonium sehingga masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan
pembengkakan (pneumonitis). Ini mengakibatkan penyumbatan saluran pernapasan dan
membuat bayi mengalami kesulitan bernapas. Bila tidak mendapat penanganan yang tepat
dan cepat, kondisi ini dapat berakibat fatal.
Olehnya itu pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang keadaan janin
yang air ketubannya bercampur mekonium
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan asfiksia ?
2. Apa pengertian dari janin yang Air ketubannya bercampur meconium sehingga
menyebabkan asfiksia ?
3. Apa tanda dan gejala dari janin yang air ketubannya bercampur meconium sehingga
menyebabkan asfiksia ?
4. Ape saja penyebab-penyebab sehingga air ketuban janin bercampur meconium
sehingga menyebabkan asfiksia ?
5. Bagaimana Hubungan Bayi asfiksia dan Janin yang Air ketubannya bercampur
meconium ?
6. Bagaimana penanganan pada janin yang Air ketubannya bercampur meconium sehingga
menyebabkan asfiksia ?
1.3. Tujuan Makalah
1. Agar Mahasiswa mengetahui tentang pengertian asfiksia
2. Agar mahasiswa mengetahui tentang pengertian dari janin yang Air ketubannya
bercampur meconium sehingga menyebabkan asfiksia
3. Agar Mahasiswa mengetahui tentang tanda dan gejala dari janin yang air ketubannya
bercampur meconium sehingga menyebabkan asfiksia
4. Agar Mahasiswa mengetahui tentang penyebab-penyebab sehingga air ketuban janin
bercampur meconium sehingga menyebabkan asfiksia
5. Agar Mahasiswa mengetahui tentang Hubungan Bayi asfiksia dan Janin yang Air
ketubannya bercampur meconium
6. Agar Mahasiswa mengetahui tentang penanganan pada janin yang Air ketubannya
bercampur meconium sehingga menyebabkan asfiksia
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan
bayi selama atau sesudah persalinan
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan
hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan,
atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila
penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada
bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut
yang mungkin timbul.
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya
hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin.
Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di
dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi
baru lahir.
Pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung pada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2
selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia
yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita
asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue
kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan Tekanan Darah.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan
asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 3
berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa
glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan
berkurang.
Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan
oleh beberapa keadaan diantaranya : Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan
mempengaruhi fungsi jantung. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan
kelemahan otot jantung. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan
tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke
sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan.
2.2. Pengertian Dari Janin Yang Air Ketubannya Bercampur Meconium Sehingga
Menyebabkan Asfiksia
Bayi baru lahir atau neonatus adalah bayi yang berumur 0-28 hari bayi baru lahir
dapat dibagi menjadi dua :
a. Bayi normal (sehat) yang memerlukan perawatan biasa.
b. Bayi gawat (high risk baby) yang memerlukan penanggulangan khusus seperti adanya
asfeksia dan pendarahan.
Mekonium adalah tinja pertama bayi matur baru lahir, yang lengket dan berwarna
hijau tua. Jika janin tidak mendapat cukup O2 selama kehamilan dan persalinan, janin akan
mengeluarkan meconium keluarnya mekonium dari vagina ibu merupakan pertanda bahwa
cairan ketuban dan berwarna kekuningan atau hijau muda.
Sedang Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan
bayi selama atau sesudah persalinan salah satu contohnya untuk janin adalah janin yang air
ketubannya bercampur meconium
Olehnya itu janin yang Air ketuban bercampur meconium sehingga menyebabkan
asfiksia adalah suatu keadaan dimana janin mengeluarkan mekonium pada masa kehamilan
atau menjelang persalinan yang kemudian bercampur dengan cairan ketuban (amnion) ,
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 4
akibatnya cairan ketuban menjadi tercemar, yang tadinya jernih dan licin berubah menjadi
hijau keruh. Cairan inilah yang bersifat beracun bila terhirup oleh janin di saat kepala bayi
keluar dari rahim ibu sehingga bisa menyebabkan terjadinya asfiksia. Asfiksia bayi itu
disebut juga dengan Asfiksia neonatorum, yaitu keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk
apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan
pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala
lanjut yang mungkin timbul.
2.3. Tanda Dan Gejala Dari Janin Yang Air Ketubannya Bercampur Meconium Sehingga
Menyebabkan Asfiksia
a. Tanda Dan Gejala Dari Janin Yang Air Ketubannya Bercampur Meconium Sehingga
Menyebabkan Asfiksia
Mekonium adalah tinja janin yang pertama dan merupakan kombinasi dari rambut
janin, garam empedu, enzim pangkreas, dan getah kelenjer usus, serta feses janin dan air
ketuban. Mekonium merupakan bahan yang kental, lengket dan berwarna hijau
kehitaman, mulai bisa terlihat pada kehamilan 34 minggu.
Janin yang mengalami hipoksia (gangguan suplai oksigen) dapat menyebabkan
meningkatnya gerakan usus dan pengenduran otot anus, sehingga mekonium akan
dikeluarkan dari dalam usus ke dalam cairan ketuban yang mengelilingi bayi di dalam
rahim. Mekonium ini lalu bercampur dengan air ketuban dan membuat ketuban berwarna
hijau dengan kekentalan yang bervariasi. Selain itu, ketuban ini dapat membuat kulit
janin juga berwarna hijau.
Olehnya itu sangat penting untuk mengetahui tanda dan gejala dari seorang janin
yang air ketubannya bercampur meconium baik selama kehamilan maupun menjelang
persalinan. Adapun tanda dan gejala pada bayi yaitu :
1. cairan ketuban yang berwarna kehijauan atau jelas terlihat adanya mekonium di
dalam cairan ketuban ketika melakukan VT.
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 5
2. kulit bayi tampak kehijauan, ini terjadi jika mekonium telah dikeluarkan lama
sebelum persalinan,
3. ketika lahir, bayi tampak lemas atau lelah,
4. kulit bayi kebiruan,
5. laju pernafasan bayi yang cepat dan tampak kesulitan bernafas,
6. henti nafas,
7. tampak tanda-tanda post-maturitas atau berat badannya kurang, kulitnya mengelupas,
dan kuku panjang.
8. terdengar DJJ dengan deselerasi lambat saat dalam kehamilan menjelang postpartum.
Namun, untuk menegakkan diagnosis harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
antara lain stetoskop, terdengar suara pernafasan yang abnormal. Pemeriksaan lainnya
yang biasanya dilakukan adalah analisa gas darah (menunjukkan kadar pH yang rendah,
penurunan pO2 dan peningkatan pCO2) dan rontgen dada (menunjukkan adanya
bercakan di paru-paru). Sehingga bisa menyebabkan asfiksia.
b. Tanda dan gejala Asfiksia :
1. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap
2. Denyut jantung kurang dari 100 x/menit
3. Tonus otot menurun,
4. Warna kulit kebiruan kulit sianosis, pucat,
5. Kejang
6. Penurunan kesadaran tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
Diagnosis
- Anamnesis : Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis.
- Pemeriksaan fisik :
- Nilai Apgar
Salah satu cara agar dapat mengetahui secara langsung tentang keadaan seorang
bayi yang mengalami asfiksia adalah dengan memperhatikan nilai APGAR pada seorang
Bayi Baru Lahir. Skor Apgar atau nilai Apgar (Apgar score) adalah sebuah metode yang
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia Apgar sebagai sebuah metode
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 6
sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah
kelahiran.Apgar yang berprofesi sebagai ahli anestesiologi mengembangkan metode skor ini
untuk mengetahui dengan pasti bagaimana pengaruh anestesi obstetrik terhadap bayi.
Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir menggunakan
lima kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan dua. Kelima nilai kriteria tersebut
kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol hingga 10. Kata “Apgar” belakangan
dibuatkan jembatan keledai sebagai singkatan dari Appearance, Pulse, Grimace, Activity,
Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus otot/keaktifan, dan
pernapasan), untuk mempermudah menghafal.
Kriteria Penilaian Skor Apgar:
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Akronim
Warna kulitseluruhnya
biru
warna kulit tubuh
normal merah muda,
tetapi tangan dan kaki
kebiruan
(akrosianosis)
warna kulit tubuh,
tangan, dan kaki normal
merah muda, tidak ada
sianosis
Appearance
Denyut
jantungtidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit Pulse
Respons
reflex
tidak ada
respons
terhadap
stimulasi
meringis/menangis
lemah ketika
distimulasi
meringis/bersin/batuk
saat stimulasi saluran
napas
Grimace
Tonus ototlemah/tidak
adasedikit gerakan bergerak aktif Activity
Pernapasan tidak adalemah atau tidak
teratur
menangis kuat,
pernapasan baik dan
teratur
Respiration
Interpretasi skor
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 7
Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan
dapat diulangi jika skor masih rendah.
Jumlah
skorInterpretasi Catatan
7-10 Bayi normal
4-6 Agak rendah
Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir
yang menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen untuk
membantu bernapas.
0-3Sangat
rendahMemerlukan tindakan medis yang lebih intensif
Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang
baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan
akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes
menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit),
maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka panjang.
Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak. Namun demikian, tujuan tes
Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut
membutuhkan penanganan medis segera; dan tidak didisain untuk memberikan prediksi
jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.
Sekitar sepuluh tahun setelah diperkenalkan oleh Dr. Virgina Apgar, akronim
APGAR dibuat di Amerika Serikat sebagai alat bantu menghafal: Appearance, Pulse,