LAPORAN AKHIR TAHUN DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU (PSDSK) PENANGGUNG JAWAB PENELITI UTAMA SYARIFAH RAIHANAH BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012
32
Embed
DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNG SWASEMBADA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/06...teknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN AKHIR TAHUN
DISEMINASI TEKNOLOGI MENDUKUNGSWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU
(PSDSK)
PENANGGUNG JAWABPENELITI UTAMA
SSYYAARRIIFFAAHH RRAAIIHHAANNAAHH
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHBALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN
2012
KKAATTAA PPEENNGGAANNTTAARR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadhirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan
Kemajuan Tahun 2012.
Program Diseminasi Teknologi Mendukung Swasembada Daging Sapi dan Kerbau
bertujuan Meningkatkan populasi sapi potong di Provinsi Aceh dengan dukungan IPTEK
untuk memenuhi kebutuhan daging sapi.
Oleh karena itu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh selaku
lembaga yang berwenang melakukan teknologi mendukung swasembada daging sapi
dan kerbau mencoba melalui kegiatan Program Diseminasi Teknologi Mendukung
Swasembada Daging Sapi dan Kerbau untuk memfasilitasi ketersediaan daging sapi dan
kerbau sekaligus membina petani peternak sapi dan kerbau yang ada di Provinsi Aceh
dengan harapan dapat menyediakan daging sapi dan kerbau yang bermutu di tingkat
petani peternak.
Ucapan terima kasih kepada Bapak Kepala Balai dan teman-teman yang terlibat
dalam tim kegiatan ini yang telah banyak membantu dalam melaksanakan kegiatan ini
dilapangan sejak dari awal sehingga kegiatan Program Diseminasi Teknologi Mendukung
Swasembada Daging Sapi dan Kerbau, terlaksana dengan baik hingga siapnya laporan
akhir ini.
Demikian laporan ini kami buat dan kami sampaikan, segala kritikan dan saran
yang membangun sangat kami harapkan agar laporan ini menjadi lebih baik dan kami
ucapkan terima kasih.
Banda Aceh, Desember 2012Penanggung Jawab Kegiatan,
Ir. Syarifah RaihanahNIP. 196106031996032001
RINGKASAN
Mulai tahun 2010 dan 2011 BPTP Aceh telah melakukan program pendampinganteknologi di tiga lokasi kabupaten/kota yaitu: (1) Aceh Besar (2) Bireun dan (3) Aceh Utara.Kegiatan yang telah dilakukan antara lain (1) Identifikasi kebutuhan pendampingan dandiseminasi, (2) pembinaan petani dan (3) implementasi teknologi sesuai kebutuhan teknologidimasing-masing kabupaten. Pada tahun 2012 kegiatan pendampingan dilaksanakan di kabupatenAceh Timur. Tiga Kabupaten terdahulu yaitu Aceh Besar, Biruen dan Aceh Utara tetap akan didampingi walaupun tidak kontinyu, dengan implementasi teknologi yang lebih diintensifkanterhadap pengaruh implementasi teknologi yang diterapkan pada tahun 2010 dan 2011. Tujuan2012 meliputi yaitu: (1) Melakukan diseminasi dan pendampingan teknologi dalam pelaksanaanPSDSK pada dua kelompok di satu kabupaten (2) Meningkatkan keterampilan para peternak danpenyuluh/petugas lapang sapi potong dalam teknologi pakan (feeding), reproduksi (breeding),manajemen (cara pemeliharaan, veteriner dan sanitasi lingkungan), dan limbah kotoran sapi dan(3) Memperbaiki angka Servis per Conception (S/C), Conception Rate (C/R), Calving Internal (CI)dan estrus post Partus (Epp) sapi menjadi lebih baik.
Metodelogi pelaksanaan Lingkup kegiatan tahun 2012 yang akan dilaksanakan di duakelompok di satu kabupaten binaan yaitu Aceh Timur. Didampingi oleh koordinator wilayah yangdibantu oleh penyuluh pendamping ditingkat kabupaten. Pelaksanaan kegiatan dimulai bulanJanuari sampai dengan bulan Desember 2012. Kegiatan ini meliputi : a) Temu Teknis teknologiPKP (Penunjang Keberhasilan Pembibitan), b) Bimbingan penerapan teknologi PKP, c) Pelatihanpetani dan petugas, dan d) Penyiapan materi penyuluhan dalam bentuk juknis untuk menunjangpeningkatan kinerja reproduksi induk melalui teknologi reproduksi, dan manejemen pemeliharaanuntuk mencapai S/C > 1,55 , CR>70%, estrus post partus partus < 90 hari, dan PBBH anak prasapih > 0,4 kg. Persiapan awal kegiatan dilakukan melalui survey dengan metode pemahamanpedesaan dalam waktu singkat secara partisipatif (Participatory Rural Appraisal). Pengumpulandata dilakukan melalui studi kepustakaan/desk study/review dan survey di lapangan serta teknikwawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang telah disiapkan. Data yangdikumpulkan terdiri dari biofisik wilayah pengkajian, sosial ekonomi, dan budaya setempat.Bimbingan penerapan teknologi PKP terhadap sapi potong yang dilakukan oleh peneliti BPTPAceh, bersama-sama dengan petugas dinas setempat yang dilakukan secara partisipatif.Bimbingan tersebut dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilan terhadap peternak dalamhal manajemen pemeliharaan induk bunting, penggunaan pakan, serta teknologi reproduksi untukmenunjang peningkatan angka kebuntingan (S/C < 1,55, CR > 70%, estrus post partus < 90hari, dan PBBH anak pra sapih > 0,4 kg). Bimbingan penerapan teknologi dilakukan baik secarateori di dalam kelas maupun praktek di lapangan. Teknologi introduksi yang diterapkan adalahsebagai berikut: (1) Pemberian Urea Molases Block (UMB) menggunakan sebagai sumber protein,vitamin dan mineral, (2) Pemberian konsentrat 1 % dari berat badan (dedak dan sagu), (3)Pembuatan dan pemberian jerami padi fermentasi untuk penyediaan pakan serat, (4) Treatmentflushing pada induk bunting dua bulan sebelum dan dua bulan sesudah melahirkan, (5)Pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) dari bahan lokal, dan (6) Pembuatan kompos darikotoran sapi dengan menggunakan EM 4 sebagai decomposer.
Hasil dari kegiatan-kegiatan bimbingan penerapan PKP, pelatihan petani dan petugas,serta bimbingan manajemen pemeliharaan di lokasi pendampingan, ternyata dapat meningkatkanketerampilan peternak dan produktivitas ternak. Hal ini terlihat dari adanya perubahan nilaiService Per Conception (S/C), Conception Rate (C/R), Calving Internal (CI) dan Estrus Post Partus(Epp) menjadi lebih baik yaitu 1.8, 60%, 12 bulan dan 40 hari. Selain itu PBBH anak prasapihmencapai 0.38 kg/hari, untuk jenis sapi aceh dan untuk jenis sapi peranakan bali 0.42 kg/hari
I. PENDAHULUAN ......................................................................... 11.1. Latar Belakang ....................................................................... 11.2. Tujuan .................................................................................... 1
1.2.1. Tujuan Tahun 2012 ....................................................... 21.3. Keluaran ................................................................................. 2
1.3.1. Keluaran Tahun 2012..................................................... 21.4. Hasil yang diharapkan .............................................................. 21.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 32.1. Peran Sapi Potong dalam Pemenuhan Konsumsi Daging di Aceh ... 32.2. Pola Usaha Ternak Sapi Potong.................................................. 32.3 Peran Teknologi dalam Menunjang Swasembada Daging Sapi ...... 4
III. METODE PENELITIAN ............................................................... 53.1. Ruang Lingkup.......................................................................... 53.2. Pendekatan .............................................................................. 53.3. Tahapan Pelaksanaan................................................................ 5
IV. HASIL PEMBAHASAN ................................................................. 84.1. Gambaran Umum Lokasi............................................................ 8
4.1.1. Karakteristik Biofisik....................................................... 84.1.2. Karakteristik Sosial Ekonomi ........................................... 84.1.3. Keragaan Usaha Tanaman dan Usaha Ternak .................. 10
4.2. Koordinasi Kegiatan dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten .. 104.3. Data Induk Produktif dan Kondisi Kesehatan Reproduksi .............. 114.4. Bimbingan Penerapan Teknologi PKP .......................................... 124.5. Demplot PKP ............................................................................ 14
4.5.1. Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Induk Sapi PotongPra dan Post Partus/Flushing .......................................... 14
untuk Penyediaan Pakan Serat ....................................... 144.5.4. Pencegahan Penyakit pada Sapi Potong .......................... 15
4.5.5. Demplot Kebun Rumput................................................. 154.5.6. Pengolahan Pupuk Organik ............................................ 17
4.6. Keragaan Reproduksi Ternak di Lokasi Pendampingan ................ 17
V. KESIMPULAN ............................................................................. 20VI. KINERJA HASIL KEGIATAN ........................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 22LAMPIRAN ....................................................................................... 24
DDAAFFTTAARR TTAABBEELL
No. Judul Hal.1. Keragaan Luas Lahan Menurut Penggunaan di Desa Alue Nibong
Kecamatan Peureulak, Kabupaten Aceh Timur ...................................... 82. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Aloe Nibong Kecamatan
Peureulak Kabupaten Aceh Timur ........................................................ 93. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Aloe
Nibong Kecamatan Peureulak Kabupaten Aceh Timur ............................ 94. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Aloe
Nibong Kecamatan Peureulak Kabupaten Aceh Timur ............................ 95. Populasi Ternak di Desa Aloe Nibong Kecamatan Peureulak
Kabupaten Aceh Timur ....................................................................... 106. Induk Produktif di Lokasi Pendampingan PSDS Tahun 2012 ................... 117. Materi Bimbingan Penerapan Teknologi PKP dan Penguatan
Kelompoktani ..................................................................................... 128. Keragaan Ternak yang Diberi Perlakuan Flushing di Kelompok Nibong
Raya dan kelompok Nalueng Raja, Desa Alue Nibong, KecamatanPeurelak, Kabupaten Aceh Timur ......................................................... 14
9. Keragaan Reproduksi Induk Sapi Potong di Lokasi PendampinganPSDS di Desa Alue Nibong Kecamatan Peureulak .................................. 18
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara nasional kebutuhan daging sapi di Indonesia masih kurang sekitar 135
juta ton (35%) dari jumlah kebutuhan 385 juta ton per tahun. Sedangkan di Provinsi
Aceh kebutuhan daging sapi sekitar 30.210 ton yang dapat dipenuhi secara internal dari
sapi lokal hanya 87,25%, sisanya sekitar 4000 ton didatangkan dari luar Provinsi Aceh
(Badan investasi dan promosi Aceh, 2009). Padahal populasi sapi di Provinsi Aceh
mencapai 462.840 ekor (BPS Aceh, 2011). Apabila 25% saja dari jumlah tersebut bisa
sebagai sumber daging dan rata-rata minimal dapat menghasilkan 250 kg per ekor,
sebenarnya Aceh tidak kekurangan daging bahkan dapat mengekspo, salah satu
penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan daging di Provinsi Aceh adalah kondisi ternak
kurang baik, produktivitas HMT rendah, SDM peternak dan petugas yang kurang
menunjang sehingga mengakibatkan angka service per conception (S/C >2) conception
rate (CR) kurang dari 70%, Calving Internal (CI) diatas 16 bulan, Estrus post partus
masih diatas 90 hari. Oleh karena itu Pemerintah Aceh secara positif merespon program
Kementerian Pertanian dalam rangka Program Swasembada Daging Sapi Kerbau
(PSDSK) pada tahun 2014, dengan membangun kawasan-kawasan sentra produksi sapi
potong, sehingga BPTP Aceh sebagai salah satu UPT Badan Litbang Pertanian
berkewajiban dan berperan untuk mendukung keberhasilan program tersebut.
Mulai tahun 2010 dan 2011 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh
telah melakukan program pendampingan teknologi di 3 lokasi kabupaten/kota yaitu: (1)
Aceh Besar (2) Bireuen dan (3) Aceh Utara. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain (1)
Identifikasi kebutuhan pendampingan dan diseminasi, (2) pembinaan petani dan (3)
implementasi teknologi sesuai kebutuhan teknologi dimasing-masing kabupaten. Pada
tahun 2012 kegiatan pendampingan dilaksanakan di kabupaten Aceh Timur. Tiga
Kabupaten terdahulu yaitu Aceh Besar, Bireuen dan Aceh Utara tetap akan di dampingi
walaupun tidak kontinyu, dengan implementasi teknologi yang lebih diintensifkan
terhadap pengaruh implementasi teknologi yang diterapkan pada tahun 2010 dan 2011.
1.2. Tujuan
Meningkatkan populasi sapi potong di Provinsi Aceh dengan dukungan IPTEK
untuk memenuhi kebutuhan daging sapi.
1.2.1.Tujuan Tahun 2012
1. Melakukan diseminasi dan pendampingan teknologi dalam pelaksanaan
PSDSK pada dua kelompok di satu kabupaten.
2. Meningkatkan ketrampilan para peternak dan penyuluh/petugas lapang sapi
potong dalam teknologi pakan (feeding), reproduksi (breeding), manajemen
(cara pemeliharaan, veteriner dan sanitasi lingkungan), dan limbah kotoran
sapi.
3. Memperbaiki angka Service per Conception (S/C), Conception Rate (C/R),
Calving Internal (CI) dan Estrus Post Partus (Epp) sapi menjadi lebih baik
1.3. Keluaran
Peningkatan populasi sapi potong mendukung tercapainya swasembada daging
sapi di Provinsi Aceh yang di dukung oleh aspek teknis (teknologi), manajemen serta
kebijakan yang terpadu antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
1.3.1. Keluaran tahun 2012
a. Terlaksananya diseminasi dan pendampingan teknologi dalam pelaksanaan
PSDSK pada kabupaten.
b. Peningkatan ketrampilan para peternak dan penyuluh/petugas lapang sapi
potong dalam manajemen, teknologi pakan, reproduksi, dan pengolahan
limbah kotoran sapi.
1.4. Hasil yang diharapkan
Melakukan pendampingan terhadap dua kelompok di satu kabupaten (Aceh
Timur) diharapkan terjadi percepatan penyebaran teknologi penunjang keberhasilan
pembibitan (pakan, manajemen dan teknologi reproduksi) dari peneliti ke petani,
kemudian terjadi difusi dari petani kooperator ke petani non kooperator.
1.5. Perkiraan Manfaat Dan dampak
Petani memahami dan menerapkan teknologi penunjang keberhasilan pembibitan
(PKP) terdiri dari teknologi pakan, reproduksi, manajemen pemeliharaan dan pengolahan
dan entok, sedangkan menurut kelompok ada 5 kelompok tanaman pangan dan 3
kelompok ternak.
Tabel 5. Populasi Ternak di Desa Aloe Nibong Kecamatan Peureulak Kabupaten AcehTimur
No. Jenis Ternak Jumlah (ekor)
1. Ayam Buras 5.650
2. Sapi 470
3. Kambing 350
4. Itik 340
5. Kerbau 240
6. Domba 214
7. Entok 155
4.2 Koordinasi Kegiatan dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten
Koordinasi dilaksanakan dengan dinas/instansi terkait baik di tingkat provinsi
maupun kabupaten dengan tujuan untuk sinkronisasi program dan mengetahui sejauh
mana perkembangan pelaksanaan program PSDS di tingkat provinsi dan kabupaten,
masalah/hambatan yang dihadapi, serta kebutuhan teknologi untuk mempercepat
tercapainya program swasembada daging sapi.
Hasil koordinasi kegiatan dengan dinas/instansi terkait diantaranya adalah
pelaksanaan identifikasi induk produktif, pengembangan pakan dengan bahan baku
lokal, dan percepatan peningkatan populasi melalui flushing dan sinkronisasi estrus.
Identifikasi induk produktif dilaksanakan untuk mengetahui populasi induk produktif di
setiap lokasi pendampingan, termasuk status fisiologisnya yang terkait dengan
pelaksanaan program sinkronisasi estrus.
Produksi pakan berbasis bahan baku lokal potensial dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan pakan baik secara kualitas maupun kuantitas dengan harga
seefisien mungkin. Beberapa keunggulan dapat diperoleh apabila produksi pakan dengan
bahan baku lokal dapat dikembangkan, diantaranya adalah pendistribusian lebih mudah
karena jarak antara tempat pengolahan dengan lokasi peternak lebih dekat, harga lebih
murah dengan kualitas standar, memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan pakan
komersial buatan pabrik, nilai tambah dari kegiatan pengolahan dan diversifikasi
pemanfaatan limbah menjadi pakan dapat diperoleh langsung oleh para petani/peternak
di pedesaan, dan mendukung program agribisnis ternak pedesaan.
Percepatan peningkatan populasi dapat dilakukan melalui teknologi flushing dan
sinkronisasi estrus. Flushing merupakan pemberian ransum yang mengandung protein
dan energi tinggi (12 dan 65%) untuk mempercepat terjadinya birahi atau
memperpendek days open sapi induk. Pelaksanaan flushing dapat dikombinasikan
dengan tindakan sinkronisasi estrus yaitu induk dibuat mengalami estrus dalam waktu
yang bersamaan agar sapi indukan bunting bersama-sama sesuai jadwal.
4.3 Data Induk Produktif dan Kondisi Kesehatan Reproduksi
Identifikasi induk produktif untuk mengetahui kondisi induk sapi produktif dan
kinerja reproduksinya telah dilaksanakan di lokasi pendampingan. Kegiatan identifikasi
induk produktif dilaksanakan agar teknologi yang diintroduksikan dapat disesuaikan
dengan kebutuhan, kinerja reproduksi dan kondisi status fisiologis ternak di setiap lokasi
pendampingan. Hasil identifikasi induk produktif di lokasi pendampingan PSDS tahun
2012 disajikan pada Tabel berikut:
Tabel 6. Induk Produktif di Lokasi Pendampingan PSDS Tahun 2012
NoNama Kelompok Jumlah Induk
Produktif (Ekor)Rerata UmurInduk (Thn) Status Fisiologis Induk Terkini
1. Nibong Raya 10 2,9 Menyusui 30% Bunting 10% Sudah di-IB belum di-PKB 20% Kosong 40 %
2. Nalueng Raja 20 2,5 Menyusui 0,2% Bunting 0% Sudah di-IB sebelum di-PKB 96% Kosong 0,2%
Ket: Data bulan Februari-Oktober 2012
Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa populasi induk di lokasi
pendampingan PSDS dengan status fisiologis menyusui adalah 20-30%. Pemeliharaan
sapi induk yang sedang menyusui perlu diarahkan pada kontrol kesehatan, yaitu melalui
kecukupan nutrisi dan pencegahan/pengobatan penyakit yang intensif. Upaya mencukupi
kebutuhan nutrisi pada sapi induk di akhir masa laktasinya dapat dilakukan bersamaan
dengan tindakan flushing (Puslitbangnak, 2007). Selain itu, penyapihan pedet juga
merupakan hal yang harus diperhatikan. Hasil penelitian Affandhy, dkk., 2008
menunjukkan bahwa CR sapi induk pada umur penyapihan 12 minggu lebih tinggi
(81,8%) bila dibandingkan CR sapi induk pada umur sapih 16 minggu (66,7%), selain itu
diperoleh pula CI yang lebih baik.
Populasi induk produktif di lokasi pendampingan dengan status fisiologis bunting
adalah 10-20% dengan umur kebuntingan 8 bulan perlu diberi ransum yang
mengandung protein dan energi tinggi. Pemberian ransum sebelum melahirkan
(steaming up) bertujuan untuk membentuk kondisi badan yang bagus (skor 6-7) dan
memperkecil terjadinya penurunan berat badan induk karena menyusui pedetnya.
Kondisi badan induk yang tetap cukup bagus setelah laktasi sekitar dua bulan, akan
mempercepat terjadinya estrus kembali.
Induk dengan status fisiologis kosong atau tidak bunting di lokasi pendampingan
sebesar 40%. Faktor-faktor yang menyebabkan kondisi induk dalam kondisi kosong atau
tidak bunting perlu diketahui lebih lanjut agar memperoleh solusi yang tepat untuk
penanganannya. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kinerja reproduksi ternak
kurang optimal antara lain adalah: 1) penyakit reproduksi, 2) buruknya sistem
pemeliharaan, 3) tingkat kegagalan kebuntingan, dan 4) masih adanya pengulangan
inseminasi dimana gangguan reproduksi merupakan salah satu penyebabnya.
4.4 Bimbingan Penerapan Teknologi PKP
Bimbingan penerapan teknologi PKP dilaksanakan melalui beberapa kegiatan
yaitu: 1) pembinaan kelompoktani, 2) pertemuan kelompoktani secara berkala, dan 3)
pembinaan langsung di lapangan. Materi yang telah diberikan dalam bimbingan
penerapan teknologi PKP maupun penguatan kelompoktani disajikan pada Tabel berikut:
Tabel 7. Materi Bimbingan Penerapan Teknologi PKP dan Penguatan Kelompoktani
No. Kabupaten Materi1. Aceh Timur Budidaya Hijauan Makanan Ternak, Demontrasi Fermentasi Jerami;
Demonstrasi Pemberian Urea Molases Block, Penanganan reproduksipada induk sapi potong, Pemanfaatan dan pengenalan berbagai jenisleguminos sebagai sumber protein untuk pakan ternak, Pengenalanberbagai penyakit reproduksi pada induk sapi potong, pengenalancara penyusunan ransum dari bahan lokal, demonstrasi pembuatanMOL dan Demonstrasi pembuatan pupuk kompos
Bimbingan penerapan teknologi budidaya hijauan makanan ternak (HMT) dan
Urea Molases Block (UMB) sebagai pakan tambahan sangat dibutuhkan di lokasi
pendampingan. Sebagai tindak lanjut untuk memperkenalkan teknologi tersebut adalah
pelaksanaan demplot penanaman HMT dan demonstrasi pemberian Urea Molases Block
(UMB).
Persiapan demplot penanaman HMT telah dilaksanakan diantaranya yaitu
menginventarisir jumlah/luas lahan milik peternak yang dapat ditanami HMT dan rencana
pengelolaan kebun HMT oleh kelompok. Melalui demplot penanaman HMT diharapkan
peternak mengenal dan mengetahui jenis-jenis rumput unggul dan leguminosa serta
tidak ragu-ragu dalam memberikan pakan yang berkualitas tersebut sebagai pakan
ternak, karena selama ini peternak lebih cenderung memberikan jerami dan rumput
lapang pada ternaknya.
Kegiatan diseminasi merupakan tahapan yang sangat penting dalam upaya
mempercepat pemasyarakatan inovasi teknologi (adopsi), terutama yang dihasilkan oleh
Badan Litbang Pertanian, melalui berbagai metoda, seperti: peragaan teknologi,
komunikasi tatap muka, dan pengembangan media informasi. Peragaan teknologi
merupakan kegiatan yang mendemonstrasikan keunggulan teknologi (Hendayana, 2005).
Kegiatan peragaan yang telah dilaksanakan adalah demonstrasi fermentasi jerami,
pembuatan MOL dan pembuatan pupuk kompos.
Pemberian Urea Molases Block secara kontinyu dapat memelihara kondisi rumen
sapi untuk meningkatkan pencernaan pakan berserat tinggi seperti jerami padi. Urea
Molases Block dapat diberikan secara jilatan agar sapi dapat mengatur sendiri
kebutuhannya.
Penguatan kelompoktani merupakan salah satu materi pembinaan agar
kelompoktani mengetahui tujuan dan manfaat kelompok, memahami tugas dan fungsi
organisasi dalam kelompoktani. Selain itu, pembinaan mengenai administrasi kelompok
diberikan dengan tujuan agar petani terutama pengurus kelompok memahami dan dapat
melaksanakan tertib administrasi kelompok. Untuk itu setiap kelompok harus dilengkapi
buku administrasi seperti: susunan pengurus dan anggota, agenda kegiatan, daftar hadir
musyawarah, notulen musyawarah, kas, inventaris, dan buku tamu.
Pembinaan kelompoktani difokuskan kepada peningkatan fungsi dan manfaat
kelompoktani untuk menumbuhkan motivasi berkelompok melalui kegiatan-kegiatan
pembinaan yang bertujuan mengarahkan pembentukan kelompoktani yang sehat, aktif
dan partisipatif. Hasil pembinaan yang telah dilaksanakan diantaranya adalah motivasi
untuk berkelompok dan kemajuan yang dicapai oleh kelompoktani sudah ada, walaupun
belum memuaskan. Pertemuan kelompok dilakukan secara berkala setiap bulan untuk
menentukan berbagai kegiatan usaha ternak, mengantisipasi berbagai permasalahan
yang timbul di lapangan, menambah pengetahuan dan keterampilan peternak, dan topik
lain yang perlu dibahas secara bersama-sama.
4.5 Demplot PKP
4.5.1 Pemberian Pakan Tambahan terhadap Induk Sapi Potong Pra dan PostPartus/Flushing
Pakan tambahan/flushing diberikan terhadap induk sapi potong selama dua bulan
sebelum melahirkan dan dua bulan setelah melahirkan. Pakan tambahan yang diberikan
terdiri dari 1,5 kg dedak, UMB, dan obat cacing. Keragaan ternak yang mendapat
perlakuan flushing dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 8. Keragaan Ternak yang Diberi Perlakuan Flushing di Kelompok Nibong Raya dankelompok Nalueng Raja, Desa Alue Nibong, Kecamatan Peurelak, KabupatenAceh Timur
No. Jenis Sapi Uraian Hasil Rerata1. Sapi Aceh Bobot Lahir Anak 13 kg
PBBH Anak 0,38 kg/hariEPP 97 hari
2. Sapi Peranakan Bali Bobot Lahir Anak 17 kgPBBH Anak 0,42kg/hariEPP 93 hari
4.5.2 Pemberian Urea Molases Block (UMB)
Untuk meningkatkan sumber protein pakan sapi pembibitan sapi potong,
diperlukan pakan suplemen urea molases block yang dibeli, karena dilokasi
pendampingan bahan-bahan untuk pembuatan UMB tidak tersedia jadi untuk saat ini
lebih efisien dibeli hasil buatan pabrik. Jumlah ternak percobaan sebanyak 10 ekor.
Disamping itu, juga diberi pakan berupa jerami fermentasi dan rumput serta leguminosa
gamal yang tumbuh disekitar kandang sapi. Berdasarkan pengamatan selama 3 bulan
diperoleh hasil rerata meningkatkan pertambahan berat badan induk sapi sebesar 58
kg/ekor (0,7 kg/ekor/hari).
4.5.3 Pembuatan dan Pemberian Jerami Padi Fermentasi untuk PenyediaanPakan Serat
Untuk penyediaan pakan serat pada musim kemarau karena produksi rumput
berkurang, ditempuh dengan membuat fermentasi jerami. Tujuan pembuatan fermentasi
jerami adalah meningkatkan kualitas jerami padi dan meningkatkan daya cerna jerami
padi fermentasi jerami diberikan untuk 10 ekor ternak yang ada dilokasi pendampingan
rerata konsumsi adalah 6 kg/hari.
4.5.4 Pencegahan Penyakit pada Sapi Potong
Pada umumnya penyakit yang menyerang sapi adalah mencret dan cacing. Untuk
pencegahan penyakit cacing, dilakukan pemberian obat cacing setiap 6 bulan sekali.
Penyakit mencret banyak menyerang pedet akibat kurang minum kolostrum
setelah beranak. Pencegahannya: setelah beranak, segera pedet mendapat kolostrum
dan pemberian pakan yang baik pada induk, dua bulan sebelum beranak dan 2 bulan
setelah beranak. Pengobatan penyakit mencret menggunakan ½ liter air kelapa.
4.5.5 Demplot Kebun Rumput
a. Persiapan Pembuatan Demplot Kebun Rumput
Persiapan pembuatan demplot kebun rumput atau HMT dilakukan dengan
Apriyantono Anton. 207. Menteri Pertanian Pencanangan PSDS tahun 2010.http://antonapriyantono.com/2007/09/14/mentan-canangkan-percepatan-swasembada-daging-sapi-2010/
Badan Investasi dan Promosi Aceh. 2009. Aceh Dalam Menuju Ketahanan Pangan
Dinas Peternakan (2006), Laporan Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun2006. Dinas Peternakan Provinsi Aceh.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Statistik Peternakan. Direktorat JenderalPeternakan, Jakarta.
Ditjenak (Direktorat Jenderal Peternakan). 2006. Statistik Peternakan Tahun 2005.Ditjenak, Jakarta.
Dirjen Peternakan. 2008. Pedoman Teknis Program Percepatan Pencapaian SwasembadaDaging Sapi. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta.
Hadiana, H., Sri Rahayu, Sondi Kuswaryan, Andre Ravianda, dan Ahmad Firman., 2007,Road Map Pengembangan Peternakan Provinsi Jawa Barat, karja sama FakultasPeternakan Universitas Padjadjaran dengan Dinas Peternakan Provinsi JawaBarat.
Hendraningsih, L. 2004. Pengaruh Pemberian Probiotik Bakteri Selulolitik dan MetodePemberian Pakan Terhadap Penampilan Domba Ekor Gemuk. Laporan PenelitianProgram Dosen Muda. Dirjen Dikti. Jakarta.
Jasmal A Syamsu. 2010. Edisi Tiga : Swasembada Daging Sapi 2014. http://jasmal.blogspot.com/2010/01/edisi-tiga-swasembada-daging-sapi-2014.html
Mersyah, R. 2005. Desain sistem budi daya sapi potong berkelanjutan untuk mendukungpelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Bengkulu Selatan. Disertasi, SekolahPascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Minish.G.L, and D.G., Fox. 1979. Beef Production and Management. Preston PublishingCo.Incc. A. Pretince Hall Co. Reston, Virginia
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 2007. Petunjuk Teknis SistemPerbibitan Sapi Potong. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Departemen Pertanian. Bogor.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 2010. Rekomendasi TeknologiPeternakan dan Veteriner Mendukung Program Swasembada Daging Sapi (PSDS)Tahun 2014
Preston, TR and R.A. Leng. 1990. Matching Ruminant Production Systems with AvailableResources in The Tropics and Sub-Tropics. Pemenbul Books. Armidale.
Santi, W.P. 2008. Respons Penggemukan Sapi PO dan Persilangannya sebagai Hasil IBterhadap Pcmberian Jerami Padi Fermentasi dan Konsentrat di Kabupaten Blora.Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Setiyono, P.B.W.H.E., Suryahadi, T. Torahmat, dan R. Syarief. 2007. Strategisuplementasi protein ransum sapi potong berbasis jerami dan dedak padi. JurnalIlmu Pengetahuan dan Teknologi Peternakan 30(3): 207−217.
Talib, C. 2001. Pengembangan sistem perbibitan sapi potong nasional. Wartazoa 11(1):10 19.
Wahyudi, A. dan L. Hendraningsih. 2004. Peningkatan Kemampuan Bakteri SelulolitikRumen Sebagai Probiotik Ternak Ruminansia. Laporan Penelitian Program UBER-HAKI. Dirjen DIKTI. Jakarta.
Wallace, R.J., and C. James Newbold. 1992. Probiotics for Ruminant. In Fuller, R.Probiotics The Scientific Basic. Chapman Hall. London. New York. Tokyo.Melbourne. Caracas
Wijono, D.B., Maryono, dan P.W. Prihandini. 2004. Pengaruh stratifikasi fenotipeterhadap laju pertumbuhan sapi potong pada kondisi foundation stock. hlm.16−20. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor,4−5 Agustus 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
Winugroho, M. 2002. Strategi Pemberian Pakan Tambahan Untuk Memperbaiki EfisiensiReproduksi Induk Sapi. Jurnal Litbang Pertanian.
Yusdja, Y. dan N. Ilham. 2004. Tinjauan kebijakan pengembangan agribisnis sapipotong. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian 2(2): 167−182.
Lampiran 1 :
DAFTAR RISIKO
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
UNIT KERJA/UPT : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH
NAMA PIMPINAN : Ir. T. Iskandar, MSi
NIP : 19580121 198303 1 001
KEGIATAN : Diseminasi Teknologi Mendukung Swasembada Daging SapiDan Kerbau (PSDSK)
TUJUAN KEGIATAN : 1. CPCL
2. Penanaman Rumput
3. Manajemen Pemeliharaan
4. Bakalan yang berkualitas baik
No Risiko Penyebab Dampak
1. Petani KurangKoperatif
Kelompok yang kurangaktif atau belum mantap
Informasi tidak sampai(terputus) terutamateknologi anjuran sehinggakegiatan usahatani kurangbaik
2. Bahan dasarpembuatan mineralblok tidak tersediadi lokasi.
Tidak ada limbah pabrikgula di Aceh
Harga pakan yangberkualitas mahal, mineraltidak bisa diberikan dengankontinyu.
3. Bahan dekompuseruntuk pembuatanjerami fermentasitidak tersediadengan mudah danmurah
Jauhnya sumberdekompuser dari lokasi.
Tidak kontinyunyaketersediaan pakanberkualitas.
Disusun Tanggal : Desember 2012Penjab Kegiatan :
Ir. Syarifah RaihanahNIP. 19610603 199603 2 001
Lampiran 2 :PENANGANAN RESIKO
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
UNIT KERJA/UPT : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH
NAMA PIMPINAN : Ir. T. Iskandar, MSi
NIP : 19580121 198303 1 001
KEGIATAN : Diseminasi Teknologi Mendukung Swasembada Daging SapiDan Kerbau (PSDSK)
TUJUAN KEGIATAN : 1. CPCL
2. Penanaman Rumput
3. Manajemen Pemeliharaan
4. Bakalan yang berkualitas baik
No Resiko Penyebab Dampak Upaya Penanganan1. Petani Kurang
KoperatifKelompok yangkurang aktif ataubelum mantap
Informasi tidaksampai (terputus)terutama teknologianjuran sehinggakegiatan usahatanikurang baik