2016
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 i
RINGKASAN EKSEKUTIF
1. Pengamanan produksi tanaman pangan mencakup seluruh areal pertanaman.
Operasional kegiatan diarahkan dalam rangka penguatan perlindungan tanaman
pangan dari gangguan OPT dan DPI. Indikator kinerja utama kegiatan perlindungan
tanaman pangan sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2015-2019 adalah mengamankan areal tanaman
pangan dari serangan OPT dan terkena DPI (banjir dan kekeringan) dengan rincian :
pemantapan penerapan PHT seluas 3.795 ha, penerapan penangangan DPI seluas 100
ha, gerakan pengendalian OPT sebanyak 115 kali, sarana penanggulangan OPT/DPI
sebanyak 1 paket dan terlaksananya pembinaan dan pengawalan di 32 provinsi
sebanyak 1 paket.
2. Target pengamanan produksi tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI yaitu
pemantapan penerapan PHT dengan capaian 97,62% dari target dengan kategori
capaian berhasil, penerapan penanganan DPI dengan capaian 80,00% dari target
dengan kategori capaian berhasil, gerakan pengendalian OPT dengan capaian 96,52%
dengan kategori capaian berhasil, sarana penanggulangan OPT/DPI dengan capaian
100,00% dari target dengan kategori capaian berhasil dan terlaksananya pembinaan
dan pengawalan dengan capaian 100,00% dari target dengan kategori capaian berhasil.
3. Areal tanam padi yang dapat diamankan dari serangan OPT dan DPI Tahun 2015 sebesar
95,92% dari target 93% (capaian kinerja sebesar 103,14% dengan kategori sangat
berhasil). Sedangkan untuk capaian kinerja pengamanan pada tanaman jagung sebesar
100,45% (sangat berhasil), kedelai sebesar 100,52% (sangat berhasil), kacang tanah
sebesar 101,13% (sangat berhasil), kacang hijau sebesar 101,64% (sangat berhasil), ubi
kayu sebesar 101,75% (sangat berhasil) dan ubi jalar sebesar 101,76% (sangat berhasil).
4. Upaya pengendalian serangan OPT utama dan penanganan DPI (banjir dan kekeringan)
pada tanaman pangan Tahun 2015 dilakukan secara intensif dan berkelanjutan. Hal ini
dapat dilihat dari luas pengendalian Tahun 2015 pada komoditas padi seluas 1.049.956
ha, jagung seluas 31.882 ha, kedelai seluas 10.282 ha, kacang tanah seluas 1.681 ha,
kacang hijau seluas 1.504 ha, ubi kayu seluas 2.145 ha, dan ubi jalar seluas 1.422 ha.
5. Luas pertanaman yang terserang OPT yang dapat diselamatkan (sembuh) pada tanaman
pangan Tahun 2015 yaitu pada komoditas padi seluas 190.347 ha, jagung seluas 10.847
ha, kedelai seluas 2.136 ha, kacang tanah seluas 484 ha, kacang hijau seluas 412 ha dan
ubi kayu seluas 420 ha. Luas pertanaman yang pertumbuhannya kembali normal
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 ii
setelah dilakukan upaya penanganan banjir (surut) pada tanaman pangan Tahun 2015
yaitu pada komoditas padi seluas 57.952 ha, jagung seluas 1.677 ha dan kedelai seluas
75 ha. Luas pertanaman yang pertumbuhan kembali normal setelah dilakukan upaya
penanganan kekeringan (pulih) pada tanaman pangan Tahun 2015 yaitu pada
komoditas padi seluas 80.652 ha, jagung seluas 2.933 ha dan kedelai seluas 1.716 ha.
6. Total anggaran yang tertuang dalam DIPA penguatan perlindungan tanaman pangan
dari serangan OPT dan DPI (Pusat dan Dekonsentrasi) Tahun 2015 sebesar Rp. Rp.
103.998.736.000,- (seratus tiga milyar sembilan ratus sembilan puluh delapan juta tujuh
ratus tiga puluh enam ribu rupiah). Sampai dengan akhir Desember 2015, realisasi
anggaran mencapai 97.738.905.489,- (sembilan puluh tujuh milyar tujuh ratus tiga
puluh delapan juta sembilan ratus lima ribu empat ratus delapan puluh sembilan
rupiah) atau 93,98% dari total anggaran.
7. Dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, berbagai permasalahan masih
menjadi kendala antara lain: i) Tindakan pengendalian dini pada umumnya terlambat
dilaksanakan karena belum optimalnya koordinasi tripartit yaitu antara Mantri Tani,
POPT-PHP dan Penyuluh Lapangan. Disamping itu, kelembagaan perlindungan tanaman
yang berwenang dalam melaksanakan pengendalian belum satu komando, serta belum
optimalnya peran dan fungsi Brigade Proteksi Tanaman. Untuk itu, perlu advokasi
kepada Gubernur, Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai pemegang komando dalam
pelaksanaan pengendalian OPT. ii) Terbatasnya sarana pengendalian OPT dan DPI
menghambat kelancaran pelaksanaan tugas POPT-PHP sehingga peran daerah harus
lebih ditingkatkan dalam pemenuhan sarana tersebut. iii) Terbatasnya jumlah POPT-
PHP mengakibatkan kegiatan pengamatan dan pengendalian/penanggulangan OPT
belum optimal, sehingga perlu penambahan petugas lapangan baik dari APBN maupun
APBD. iv) perubahan iklim berdampak pada luas banjir dan kekeringan serta
perkembangan OPT.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
KATA PENGANTAR
Kinerja pemerintah harus dilaporkan setiap tahunnya sesuai dengan Instruksi Presiden
Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan telah
menyusun Laporan Kinerja Tahun 2015 yang didasarkan atas tugas pokok dan fungsi serta
kewenangan sesuai dengan program dan rencana kinerja Tahun 2015.
Laporan Kinerja ini merupakan evaluasi pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan dan
sasaran perlindungan tanaman pangan sesuai dengan Rencana Kinerja Tahun 2015. Sasaran
strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yaitu mengamankan produksi tanaman
pangan dari serangan OPT dan terkena DPI. Hasil evaluasi kinerja tersebut dapat dijadikan
sebagai acuan untuk lebih menyempurnakan program dan kegiatan pengamanan produksi
tanaman pangan di masa mendatang.
Jakarta, Januari 2016
Direktur Perlindungan Tanaman Pangan,
Dr.Ir. Dwi Iswari, M.Sc.P
NIP 195912121987032002
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 iii
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 iv
DAFTAR ISI
Hal.
RINGKASAN EKSEKUTIF...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. v
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................................vi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ vii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................... 1 1.2. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan ............................................................ 2 1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja .......................................................................... 2 1.4. Sumber Daya Manusia ............................................................................................... 5 1.5. Dukungan Anggaran .................................................................................................. 6 1.6. Permasalahan ............................................................................................................ 6
II. PERENCANAAN KINERJA ............................................................................................... 8
2.1. Rencana Strategis Tahun 2015-2019 ......................................................................... 8 2.2. Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2015 ........................................................................ 10
III. AKUNTABILITAS KINERJA ........................................................................................... 12
3.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Kinerja ................................................... 12 3.2. Capaian Kinerja Organisasi Tahun 2015 .................................................................. 13 3.3. Evaluasi dan Analisis Kondisi Iklim di Indonesia ...................................................... 14 3.4. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Tahun 2015 ................................................. 14 3.5. Kegiatan dalam Rangka Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 ............................................................................... 29 3.6. Realisasi Anggaran ................................................................................................ 30
IV. PENUTUP .................................................................................................................. 32
LAMPIRAN ............................................................................................................................... 33
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 v
DAFTAR TABEL
Hal.
1. Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ................. ............................. 6
2. Sasaran Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 ............... 10
3. Capaian Indikator Kinerja Utama Sasaran Strategis Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan Tahun 2015 .................................................................................... 13
4. Perbandingan Indikator Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Tahun 2014 dan Tahun 2015 ...................................................................................... 15
5. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Padi
Tahun 2014 dan 2015................................................................................................... 21
6. Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Padi di Indonesia
Tahun 2011-2015 ........................................................................................................ 22
7. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Jagung
Tahun 2014 dan Tahun 2015 ..................................................................................... 24
8. Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Jagung di Indonesia
Tahun 2011-2015......................................................................................................... 25
9. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kedelai
Tahun 2014 dan Tahun 2015....................................................................................... 27
10. Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kedelai di Indonesia
Tahun 2011-2015......................................................................................................... 28
11. Rencana dan Realisasi Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 ......... 29
12. Akuntabilitas Keuangan Terhadap Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2015......... 31
13. Realisasi Anggaran Program Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan
Tahun 2015................................................................................................................. 31
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 vi
DAFTAR GRAFIK
Hal.
1. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan
pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun 2011-2015................................................. 23
2. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan
pada Tanaman Jagung di Indonesia Tahun 2011-2015............................................ 26
3. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan
pada Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun 2011-2015........................................... 29
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 vii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
1. Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.............................. 34
2. Penetapan Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Tahun 2015............................................................................................................... 35
3. Pengukuran Kinerja Tahun 2015.............................................................................. 37
4. Pengukuran Pencapaian Sasaran............................................................................. 38
5. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Pangan di Indonesia Tahun 2009-2013,
Rerata 5 Tahun, Tahun 2014, & Tahun 2015............................................................ 39
6. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Padi di Indonesia
Tahun 2010 – 2014................................................................................................... 40
7. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung di Indonesia
Tahun 2010 – 2014................................................................................................... 41
8. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai di Indonesia
Tahun 2010 – 2014................................................................................................... 42
9. Luas Banjir pada Tanaman Pangan di Indonesia Tahun 2009 - 2013
Rerata 5 Tahun, Tahun 2014 dan Tahun 2015.......................................................... 43
10. Luas Kekeringan pada Tanaman Pangan di Indonesia Tahun 2009 – 2013,
Rerata 5 Tahun, Tahun 2014 dan Tahun 2015......................................................... 44
11. Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Padi di Indonesia
Tahun 2011 – 2015................................................................................................... 45
12. Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Jagung di Indonesia
Tahun 2011 – 2015.................................................................................................. 46
13. Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kedelai di Indonesia
Tahun 2011 – 2015.................................................................................................. 47
14. Luas Pengendalian dan Sembuh pada Tanaman Pangan di Indonesia
Tahun 2014 dan Tahun 2015 ................................................................................... 48
15. Rencana dan Realisasi PPHT DIPA APBN Tahun 2015.............................................. 49
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 viii
16. Rencana dan Realisasi PPHT DIPA APBN-P Tahun 2015........................................... 50
17. Rencana dan Realisasi PPDPI DIPA APBN DAN APBN-P Tahun 2015 ........................ 51
18. Rencana dan Realisasi Gerakan Pengendalian OPT DIPA APBN Tahun 2015 ............ 52
19. Rencana dan Realisasi Gerakan Pengendalian OPT DIPA APBN-P Tahun 2015 ......... 53
20. Rencana dan Realiasasi Sarana Pengendalian OPT DIPA APBN-P Tahun 2015............ 54
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 1
I. P E N D A H U L U A N
1.1. Latar Belakang
Sesuai Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019, sasaran produksi
padi sebagai komoditas dengan target swasembada berkelanjutan, pada Tahun 2015
mencapai 73,44 juta ton gabah kering giling (GKG), serta surplus beras 10 juta ton di
tahun 2015. Sedangkan jagung dengan target produksi pada Tahun 2015 ditargetkan
mencapai 20,54 juta ton pipilan kering. Serta kedelai ditargetkan mencapai sasaran
1,29 juta ton biji kering.
Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019 menetapkan 6 sasaran yaitu: swasembada
padi, jagung, dan kedelai; peningkatan produksi daging dan gula; peningkatan
diversifikasi pangan; peningkatan komoditas nilai tambah, berdaya saing dalam
memenuhi pasar ekspor, dan subtitor (pengganti) impor; penyediaan bahan baku
bioindustri dan bioenergi; peningkatan pendapatan keluarga petani; dan akuntabilitas
kinerja aparatur negara yang baik. Berkaitan dengan hal tersebut, Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan memiliki peran strategis dalam rangka pengamanan
produksi guna pencapaian produksi sesuai dengan target yang sudah ditetapkan oleh
Kementerian Pertanian.
Target atau sasaran yang ingin dicapai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
adalah mengamankan areal tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI
(banjir dan kekeringan) dengan rincian : pemantapan penerapan PHT seluas 3.795 ha,
penerapan penangangan DPI seluas 100 ha, gerakan pengendalian OPT sebanyak 115
kali, sarana penanggulangan OPT/DPI sebanyak 1 paket dan terlaksananya pembinaan
dan pengawalan di 32 provinsi sebanyak 1 paket. Guna mencapai target sasaran
tersebut, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menggerakkan seluruh elemen
kelembagaan perlindungan baik di pusat maupun daerah sesuai tugas dan fungsinya.
Untuk mengamankan areal pertanaman dari serangan OPT, telah diterapkan kebijakan
“SPOT-STOP”, yaitu kebijakan gerakan pengendalian dini terhadap titik sumber
serangan, agar serangan tidak meluas.
Upaya pengamanan produksi dari serangan OPT dilaksanakan dengan menerapkan
Pengendalian Hama Terpadu (PHT), sedangkan penanganan DPI diupayakan melalui
antisipasi dan mitigasi terhadap terjadinya banjir, kekeringan dan bencana alam
lainnya. Oleh karena itu, peningkatan sumber daya manusia, inovasi dan diseminasi
teknologi, penguatan kelembagaan, serta pembinaannya perlu ditingkatkan dan
dikembangkan secara terus menerus.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 2
1.2. Kedudukan, Tugas , Fungsi, dan Kewenangan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/OT.140/10/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang perlindungan tanaman pangan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme
pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian OPT,
dan pengelolaan PHT;
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan data OPT, DPI, teknologi
pengendalian OPT, dan pengelolaan PHT;
3) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan data
OPT, DPI, teknologi pengendalian OPT, dan pengelolaan PHT;
4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data OPT, DPI,
teknologi pengendalian OPT, dan pengelolaan PHT; dan
5) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/OT.140/10/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan terdiri atas 4 (empat)
Subdirektorat, yaitu:
1) Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan.
2) Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim.
3) Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan.
4) Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu.
Dalam melaksanakan kegiatan perlindungan tanaman pangan, Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan juga didukung oleh Subbagian Tata Usaha, dan
Kelompok Jabatan Fungsional.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 3
Adapun tugas masing-masing bagian organisasi adalah:
1) Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan
Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan.
Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme
Pengganggu Tumbuhan menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang monitoring dan analisis data serta
evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang monitoring dan analisis data serta
evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme
pengganggu tumbuhan;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang monitoring
dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu
tumbuhan.
2) Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim
Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
dampak perubahan iklim.
Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim
menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi dampak
perubahan iklim;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi dampak
perubahan iklim;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang adaptasi dan
mitigasi dampak perubahan iklim.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 4
3) Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan.
Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Teknologi Pengendalian
Organisme Pengganggu Tumbuhan menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi
teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi
teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu
tumbuhan;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi
dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan.
4) Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu
Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu
serta analisis dampak lingkungan.
Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian
Hama Terpadu menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan
kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan
kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis
dampak lingkungan;
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 5
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis
dampak lingkungan.
5) Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,
keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat serta kearsipan
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.
6) Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Upaya meningkatkan kegiatan peramalan OPT dan pengembangannya serta
memperoleh rujukan di bidang perlindungan tanaman, Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan didukung oleh 1 (satu) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu Balai
Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) yang
berkedudukan di Jatisari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sementara itu,
pelaksanaan pengujian mutu pestisida, pupuk, dan produk tanaman, didukung
oleh Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) yang berkedudukan di
Jakarta. Sedangkan pelaksanaan tugas dan fungsi perlindungan tanaman pangan
di daerah dilaksanakan oleh UPTD-Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura (UPTD-BPTPH) atau Sub Dinas Pertanian yang menangani
perlindungan tanaman pangan. Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan dapat dilihat pada Lampiran1.
1.4. Sumber Daya Manusia
Pada Tahun 2015, jumlah sumber daya manusia lingkup Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan sebanyak 80 orang pegawai dan 11 orang Tenaga Harian Lepas.
Secara rinci, keadaan pegawai di Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dapat
dilihat pada Tabel 1.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 6
Tabel 1. Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015
No. Unit Golongan
THL Jml IV III II I
1 Direktur 1 - - - - 1
2 Sub Bagian Tata Usaha 1 9 9 - 11 30
3 Subdit. Pengelolaan Data OPT 1 10 2 - - 13
4 Subdit. DPI 3 10 - - - 13
5 Subdit. Pengelolaan PHT 1 9 1 - - 11
6 Subdit. Teknologi Pengendalian
OPT 1 10 1 - - 12
Jumlah 8 48 13 - 11 80
1.5. Dukungan Anggaran
Jumlah anggaran untuk kegiatan Penguatan Sistem Perlindungan Tanaman dari
Gangguan Serangan OPT dan DPI pada Tahun 2015 terdiri dari Anggaran Refocusing
dan APBN-TP sebesar Rp 103.998.736.000,- (seratus tiga milyar sembilan ratus
sembilan puluh delapan juta tujuh ratus tiga puluh enam ribu rupiah) yang terdiri dari
anggaran: 1) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebesar Rp 11.247.273.000,-,
2) Balai Pengujian Mutu Produk sebesar Rp 4.170.481.000,-, 3) Dekonsentrasi sebesar
Rp 81.605.119.000,- dan 4) Tugas Pembantuan sebesar Rp. 6.975.864.000,-
1.6. Permasalahan
Dalam rangka mencapai tujuan mengamankan produksi, beberapa kendala yang
dihadapi antara lain:
1. Perubahan iklim yang bersifat ekstrim.
2. Luas kerusakan tanaman pangan akibat serangan Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI).
3. Pemanfaatan sarana Automatic Weather System (AWS) dan Observatorium (OBS)
sebagai early warning system serangan OPT dan DPI. Data AWS dan OBS yang
belum dianalisa dan digunakan sebagai sarana early warning system dalam
pengamanan produksi tanaman terhadap serangan OPT dan DPI.
4. Kurangnya Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan - Pengamat
Hama Penyakit (POPT-PHP) dan kurangnya petugas yang memiliki kemampuan di
bidang kepemanduan dan menggerakkan masyarakat. Dari data yang ada, POPT
yang telah dilatih kepemanduan nasional (Tahun 2007, 2012, dan 2013) lebih
kurang sebanyak 83 orang dengan sebaran yang tidak merata di setiap provinsi.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 7
5. Belum memadainya sarana kerja petugas POPT-PHP.
6. Penggunaan pestisida belum bijaksana.
7. Belum optimalnya kelembagaan perlindungan tanaman.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 8
II. PERENCANAAN KINERJA
2.1. Rencana Strategis Tahun 2015-2019
Pengamanan areal tanaman pangan dari serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan
(OPT) dan terkena Dampak Perubahan Iklim/DPI (banjir dan kekeringan) merupakan
bagian penting dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan baik kuantitas
maupun kualitas.
Perlindungan tanaman pangan dilaksanakan dengan Sistem Pengendalian Hama
Terpadu (PHT), sesuai dengan Undang-Undang Nomor : 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun
1995 tentang Perlindungan Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1995. Tambahan
Lembaran Negara Nomor : 258.6) dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
887/Kpts/OT.210/9/1997 tentang Pedoman Pengendalian OPT. Pelaksanaannya
menjadi tanggungjawab masyarakat bersama pemerintah.
Upaya pengamanan luas areal tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI dilakukan
dengan meningkatkan: 1) pengamatan dan sistim peringatan dini OPT/DPI; 2) gerakan
pengendalian OPT dan adaptasi DPI; 3) kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
perlindungan tanaman; 4) peran dan fungsi kelembagaan serta sumberdaya manusia
perlindungan tanaman; 5) menyediakan sarana penanggulangan OPT/DPI. Hal
tersebut diharapkan dapat mendukung pelaksanaan gerakan pengamatan dan
pengendalian dini (SPOT-STOP) sehingga kehilangan hasil dapat ditekan.
Oleh karena itu untuk memberikan arah dalam pelaksanaan upaya tersebut di atas,
perlu disusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2015-2019 Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan. Renstra merupakan dokumen perencanaan lima tahunan yang
memuat Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran yang ingin dicapai, termasuk strategi,
kebijakan, program yang akan dilaksanakan dalam kurun lima tahun serta memberikan
arah pembangunan organisasi jangka menengah.
Keselarasan penyusunan Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Tahun 2015-2019 dengan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
dengan memperhatikan perubahan lingkungan strategis diharapkan dapat mendorong
pencapaian sasaran produksi.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 9
2.1.1. Visi
Visi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan adalah terwujudnya sistem
pengamanan areal tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI (banjir dan
kekeringan) melalui penerapan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan
adaptasi perubahan iklim. 2.1.2. Misi
Misi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ditetapkan sebagai berikut:
a. Meningkatkan pengamatan dan sistem peringatan dini OPT dan DPI.
b. Meningkatkan gerakan pengendalian OPT dan penanganan DPI.
c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia perlindungan
tanaman.
d. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan perlindungan tanaman.
e. Meningkatkan penyediaan sarana penanggulangan OPT dan DPI.
2.1.3. Tujuan
Sesuai dengan visi dan misi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, maka tujuan
yang akan dicapai yaitu meningkatkan kinerja perlindungan tanaman pangan dalam
pengamanan produksi dari gangguan OPT dan DPI untuk mendukung upaya
pencapaian sasaran produksi tanaman pangan.
2.1.4. Sasaran
Guna mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang ditetapkan adalah:
a. Meningkatnya fungsi sistem pengamatan, peramalan, dan pengendalian OPT serta
penanganan DPI;
b. Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan perlindungan tanaman pangan;
c. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia perlindungan
tanaman dalam pemahaman dan penerapan sistem perlindungan tanaman
pangan;
d. Tersedianya informasi teknologi pengendalian OPT berwawasan PHT yang efektif
dan efisien;
e. Terlaksananya gerakan pengendalian OPT dan penanganan DPI secara terpadu
dalam skala luas;
f. Terkendalinya luas serangan OPT dan gangguan DPI pada tanaman pangan;
g. Meningkatnya mutu dan daya saing produk tanaman pangan
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 10
2.2. Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2015
Pada Tahun 2015, upaya pengamanan produksi tanaman pangan dari gangguan OPT
dan terkena DPI dilaksanakan dengan menetapkan target indikator guna mencapai
sasaran strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, sebagai berikut:
Tabel 2. Sasaran Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Mengamankan produksi tanaman
pangan dari serangan OPT dan
terkena DPI
1. Pemantapan Penerapan PHT
2. Penerapan Penanganan DPI
3. Gerakan Pengendalian OPT
4. Sarana Penanggulangan OPT/DPI
5. Terlaksananya Pembinaan dan
Pengawalan
3.795 Ha
100 Ha
115 Kali
1 Paket
32 Prov
(Paket)
Upaya pencapaian pengamanan produksi tanaman pangan dari serangan OPT, banjir
dan kekeringan dilakukan melalui beberapa kegiatan penguatan perlindungan
tanaman pangan baik di daerah maupun di pusat yaitu:
I. Kegiatan Dekonsentrasi:
1. Pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT
2. Dokumen perencanaan perlindungan tanaman pangan
3. Database perlindungan tanaman pangan
4. Bahan informasi perlindungan tanaman pangan (PHT, OPT, dan DPI)
5. Visualisasi kegiatan perlindungan tanaman pangan
6. Rumusan paket teknologi pengendalian OPT berwawasan PHT
7. Gerakan pengendalian OPT tanaman pangan
8. POPT-PHP, LPHP/LAH, Kelompok Tani berprestasi
9. Rapat koordinasi perlindungan tanaman
10. Administrasi pelaksana kegiatan
11. Pelatihan teknis perlindungan tanaman pangan
12. Operasional Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit/Laboratorium Agens
Hayati (LPHP/LAH) sesuai standar
13. Operasional Brigade Proteksi Tanaman (BPT)
14. Laporan kegiatan perlindungan tanaman pangan
15. Pengujian Mutu
16. Sarana penanggulangan OPT/ DPI
17. Koordinasi pengelolaan & penanganan perlindungan Tanaman Pangan
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 11
II. Kegiatan Pusat
a. Pedoman perlindungan tanaman pangan
b. Dokumen perencanaan perlindungan tanaman pangan
c. Database perlindungan tanaman pangan
d. Bahan informasi perlindungan tanaman pangan (PHT, OPT, dan DPI)
e. Visualisasi kegiatan perlindungan tanaman pangan
f. Rumusan paket teknologi pengendalian OPT berwawasan PHT
g. POPT-PHP, LPHP/LAH, Kelompok Tani berprestasi
h. Rapat koordinasi perlindungan tanaman pangan.
i. Laporan kegiatan perlindungan tanaman pangan
j. Pengujian Mutu
k. Pelatihan Instrumen lab dan manajemen
l. Laporan Pelaksanaan Kegiatan BPMPT
m. Sarana prasarana, peralatan laboratorium
n. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
o. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
III. Kegiatan Tugas Pembantuan
a. Sarana penanggulangan OPT/ DPI
b. Pemantapan Penerapan PHT
c. Penerapan Penanganan DPI
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 12
III. AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran
Keberhasilan pencapaian sasaran strategis instansi pemerintah diukur dengan
penilaian capaian sasaran melalui metode scoring yang dibagi dalam kategori:
1. Sangat Berhasil = capaian realisasi >100%
2. Berhasil = capaian realisasi 80 – 100%
3. Cukup Berhasil = capaian realisasi 60 – 79%
4. Kurang Berhasil = capaian realisasi <60%
Pengukuran capaian sasaran kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
diperoleh dari realisasi luas serangan OPT dan terkena DPI dibandingkan dengan luas
areal tanaman pangan. Target atau sasaran Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
tahun 2015 adalah mengamankan areal tanaman pangan dari serangan OPT dan
terkena DPI (banjir dan kekeringan) dengan rincian : (1) pemantapan penerapan PHT
seluas 3.795 ha, (2) penerapan penangangan DPI seluas 100 ha, (3) gerakan
pengendalian OPT sebanyak 115 kali, (4) sarana penanggulangan OPT/DPI sebanyak 1
paket dan (5) terlaksananya pembinaan dan pengawalan di 32 provinsi sebanyak 1
paket.
Data luas serangan OPT dan DPI diperoleh dari hasil pengamatan Pengendali
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) tingkat kecamatan dan dilaporkan ke
koordinator POPT di tingkat kabupaten/kota setiap dua minggu sekali. Setelah direkap
kemudian koordinator POPT melaporkan ke Laboratorium Pengamatan Hama dan
Penyakit (LPHP) selanjutnya disampaikan ke Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPTPH) di tingkat provinsi. Rekap data serangan OPT, banjir dan
kekeringan per kabupaten dilaporkan oleh BPTPH ke Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melalui Sistem Informasi
Manajemen OPT (SIM OPT), fax, email dan pos.
Evaluasi kinerja pelaksanaan kegiatan dan pencapaian sasaran perlindungan tanaman
pangan Tahun 2015 dilaksanakan melalui Pengukuran Kinerja dan Pengukuran
Pencapaian Sasaran (PPS) dengan menetapkan indikator kinerja, rencana tingkat
capaian, realisasi, dan persentase pencapaian indikator kinerja masing-masing
kegiatan dan sasaran, seperti tersaji pada Lampiran 4 dan 5.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 13
3.2 Capaian Kinerja Organisasi Tahun 2015
Berdasarkan Indikator Kinerja Utama Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun
2015 telah ditetapkan target indikator sasaran strategis. Capaian indikator kinerja
utama sasaran strategis tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Capaian Indikator Kinerja Utama Sasaran Strategis Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan Tahun 2015.
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Kategori Capaian
1 2 3 4 5Mengamankan produksi tanaman pangan
dari serangan OPT dan terkena DPI1. Pemantapan Penerapan PHT 3.795 Ha 3.485 Ha 97,62% berhasil
2. Penerapan Penanganan DPI 100 Ha 80 Ha 80,00% berhasil
3. Gerakan Pengendalian OPT 115 Kali 111 Kali 96,52% berhasil
4. Sarana Penanggulangan OPT/DPI 1 Paket 1 Paket 100,00% berhasil
5. Terlaksananya Pembinaan dan Pengawalan 1 Paket 1 Paket 100,00% berhasil
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 14
3.3 Evaluasi dan Analisis Kondisi Iklim di Indonesia
Sebagian besar wilayah Indonesia rentan terhadap perubahan iklim/cuaca. Kondisi
iklim di Indonesia di pengaruhi oleh kondisi di equator pasifik tengah (fenomena El -
Nino/La - Nina), kondisi wilayah barat Indonesia (Dipole Mode) dan fenomena regional
serta kondisi suhu permukaan laut.
Kondisi iklim terutama curah hujan sangat berpengaruh terhadap kegiatan budidaya
tanaman pangan seperti penentuan waktu tanam, pola tanam, penggunaan teknologi
yang tepat serta produksi tanaman pangan. Fenomena El - Nino dan La - Nina dapat
mempengaruhi kondisi curah hujan. Curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia
akan berada di bawah normal, apabila dipengaruhi oleh fenomena El - Nino dan
sebaliknya curah hujan akan berada di atas normal apabila di pengaruhi oleh
fenomena La - Nina.
Kondisi iklim Indonesia pada tahun 2013, sebagian besar wilayah Indonesia
dipengaruhi oleh fenomena Normal hingga La - Nina lemah, pada tahun 2014 sebagian
besar wilayah Indonesia berada pada kondisi Normal hingga El - Nino Moderat,
sedangkan pada Tahun 2015 sebagian besar wilayah Indonesia berada pada kondisi El -
Nino Moderat hingga berat.
Peningkatan dan penurunan intensitas curah hujan di beberapa wilayah menyebabkan
atau diikuti adanya peningkatan dan penurunan luas kerusakan akibat DPI (banjir dan
kekeringan) dan serangan OPT di wilayah tertentu. Hal tersebut dapat dilihat dari luas
kerusakan tanaman akibat DPI (banjir dan kekeringan) dan intensitas serangan OPT.
3.4 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Tahun 2015
Komoditas tanaman pangan terdiri dari padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang
hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Pencapaian produksi tanaman pangan masih difokuskan
pada komoditas utama yaitu padi, jagung, dan kedelai. Sementara pencapaian
komoditas lainnya merupakan bagian dari upaya diversifikasi pangan di Indonesia.
Indikator kinerja utama Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan pada Tahun 2015
yaitu mengamankan areal tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI (banjir
dan kekeringan) dengan rincian : pemantapan penerapan PHT seluas 3.795 ha,
penerapan penanganan DPI seluas 100 ha, gerakan pengendalian OPT sebanyak 115
kali, sarana penanggulangan OPT/DPI sebanyak 1 paket dan terlaksananya pembinaan
dan pengawalan sebanyak 1 paket. Capaian kinerja Tahun 2015 yaitu 80,00% -
100,00% dengan kategori capaian berhasil. Secara rinci, capaian kinerja dapat tahun
2015 dapat dilihat pada tabel berikut:
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 15
Tabel 4. Perbandingan Indikator Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Tahun 2014 dan Tahun 2015
Keberhasilan pengamanan produksi tanaman pangan dilakukan melalui kegiatan:
1. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT)
Penerapan Pengendalian Hama Terpadu Skala Luas (PPHT-SL) merupakan implementasi
Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT) melalui pemberdayaan petani
alumni SLPHT dan seluruh petani dalam satu hamparan minimal 25 Ha. Penerapan PHT
skala luas menekankan pentingnya pada pertemuan perencanaan penelusuran
budidaya untuk menggali potensi dan permasalahan yang ada di hamparan tersebut.
Permasalahan yang paling mendasar dalam PPHT adalah pengelolaan usahatani yang
awalnya bersifat individu menjadi pengelolaan bersama di dalam hamparan.
Keberhasilan PPHT sangat tergantung pada kemampuan fasilitator petugas
pendampingan serta petani pengamat sub hamparan dalam memandu, memfasilitasi,
dan menggerakkan masyarakat petani.
Saat ini hampir seluruh provinsi masih kekurangan petugas yang memiliki kemampuan
di bidang kepemanduan dalam menggerakkan masyarakat. Dari data yang ada, POPT
yang telah dilatih kepemanduan nasional (Tahun 2007, 2012, dan 2013) lebih kurang
sebanyak 83 orang dengan sebaran yang tidak merata di setiap provinsi.
Penerapan PHT Skala Luas direncanakan sebanyak 505 unit (12.165 ha) mencakup areal
pertanaman padi seluas 11.675 ha (467 unit), jagung seluas 330 ha (22 unit), dan
kedelai seluas 160 ha (16 unit). Kegiatan PPHT Tahun 2015 berasal dari 2 (dua) sumber
anggaran yaitu PPHT dari APBN DIPA Dekonsentrasi Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan dan APBN-P DIPA Dekonsentrasi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian (Ditjen PSP). Beberapa daerah tidak dapat melaksanakan kegiatan PPHT Skala
Luas antara lain : 1) tidak terpenuhinya persyaratan bantuan sosial (bansos) calon
kelompok tani pelaksana untuk penyediaan sarana pendukung penerapan PHT, 2)
Target RealisasiCapaian
KinerjaTarget Realisasi
Capaian
Kinerja
Mengamankan produksi
tanaman pangan dari
serangan OPT dan terkena
DPI
Sekolah Lapang PHT (SLPHT) 8.912 Ha 8.484 Ha 95,19% Pemantapan Penerapan PHT 3.795 Ha 3.485 Ha 97,62%
Sekolah Lapang Iklim 1.070 Ha 1.030 Ha 96,26% Penerapan Penanganan DPI 100 Ha 80 Ha 80,00%
Gerakan Pengendalian OPT 106 Kali 106 Kali 100,00% Gerakan Pengendalian OPT 115 Kali 111 Kali 96,52%
Sarana Penanggulangan
OPT/DPI1 Paket 1 Paket 100,00%
Sarana Penanggulangan
OPT/DPI1 Paket 1 Paket 100,00%
Terlaksananya pembinaan
dan pengawalan1 Paket 1 Paket 100,00%
Terlaksananya pembinaan
dan pengawalan1 Paket 1 Paket 100,00%
Indikator Kinerja
Tahun 2014 Tahun 2015
Sasaran Indikator Kinerja
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 16
terlambatnya penetapan DIPA PPHT Skala Luas APBN-P dan kurangnya koordinasi
karena DIPA dikelola oleh Bidang PSP Dinas Pertanian dan 3) terjadinya el-nino kuat dan
kekeringan dalam waktu yang cukup lama.
Jumlah unit PPHT Skala Luas setelah direvisi yang diperkirakan dapat dilaksanakan
mencakup areal padi, jagung dan kedelai seluas 7.535 ha atau sebanyak 313 unit (7.535
ha) terdiri dari padi 290 unit, jagung 11 unit dan kedelai 12 unit. Kegiatan PPHT yang
tidak dapat dilaksanakan direvisi menjadi kegiatan lain. Output dari kegiatan PPHT yaitu
terlaksananya kegiatan PPHT sejumlah 296 unit di 21 provinsi. Kegiatan PPHT DIPA
APBN terdiri dari PPHT padi dengan realisasi 132 unit (3.300 ha) atau 97,78% dari target
(135 unit), PPHT jagung dengan realisasi 7 unit (105 ha) atau 100,00% dari target (7
unit) dan PPHT kedelai dengan realisasi 8 unit (80 ha) atau 88,89% dari target (9 unit).
Disamping dari DIPA APBN, kegiatan PPHT juga didukung dari DIPA APBN-P Ditjen PSP
yang terdiri dari kegiatan PPHT padi dengan realisasi 143 unit (3.575 ha) atau 92,26%
dari target (155 unit), PPHT jagung dengan realiasisai 3 unit (45 ha) atau 75,00% dari
target (4 unit) dan PPHT kedelai dengan realisasi 3 unit (30 ha) atau 100,00% dari target
(3 unit).
Capaian kinerja kegiatan PPHT tahun 2015 yaitu 97,62% dengan kategori capaian
berhasil. Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, kegiatan PPHT berhasil dengan
capaian kinerja 95,19%.
Hasil (outcome) dari kegiatan PPHT tahun 2015 adalah (a) menurunnya penggunaan
pestisida kimia sintetis, meningkatnya perkembangan musuh alami dan meningkatnya
penggunaan pengendali ramah lingkungan di 275 hamparan pertanaman padi, 10
hamparan pertanaman jagung dan 11 hamparan pertanaman kedelai, (b)
tersosialisasinya PPHT kepada masyarakat di sekitar hamparan dan (c) ditetapkannya
Rencana Tindak Lanjut (RTL) untuk Musim Tanam (MT) berikutnya.
Kegiatan PPHT memberikan dampak seperti membudayanya PHT di masyarakat,
berkembangnya pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan, ekosistem terjaga dan
produk pangan aman dari bahan berbahaya/beracun serta meningkatnya kesejahteraan
petani.
2. Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (PPDPI)
Penerapan Penanganan DPI (PPDPI) merupakan implementasi/penerapan pengetahuan
mengenai upaya-upaya antipasi penanganan dampak perubahan iklim (DPI) pada
daerah-daerah rawan terkena DPI (banjir dan kekeringan). Beberapa upaya antisipasi
penanganan dampak perubahan iklim (banjir/kekeringan) antara lain Kalender Tanam
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 17
(pola tanam berdasarkan pola curah hujan dan ketersediaan air irigasi), Varietas
Unggul Baru yang adaptif (toleran kegaraman, tahan kering, umur genjah dan tahan
genangan), strategi pengelolaan sumber daya air (teknologi identifikasi potensi
ketersediaan air, teknologi panen hujan dan aliran permukaan, teknologi prediksi curah
hujan dan teknologi irigasi) serta strategi pengelolaan sumber daya lahan/tanah seperti
pemupukan.
Kegiatan PPDPI bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petani
melakukan antisipasi dan adaptasi dampak perubahan iklim, mengurangi resiko
kehilangan hasil akibat dampak perubahan iklim, meningkatkan efisiensi dan efektifitas
usaha tani melalui pengelolaan budidaya sesuai iklim setempat, dan meningkatkan
pengamanan produksi tanaman padi dari dampak perubahan iklim.
Kegiatan PPDPI tahun 2015 berasal dari 2 (dua) sumber anggaran yaitu PPDPI dari DIPA
APBN Ditjen TP dan DIPA APBN-P Ditjen PSP. Output dari kegiatan PPDPI tahun 2015
yaitu terlaksananya kegiatan PPDPI seluas 200 ha di 13 provinsi. Kegiatan PPDPI DIPA
APBN terdiri dari PPDPI padi dengan realisasi 8 unit (80 ha) atau 80,00% dari target 10
unit (100 ha). Disamping dari DIPA APBN Ditjen TP, kegiatan PPDPI juga didukung dari
DIPA APBN-P Ditjen PSP yang terdiri dari kegiatan PPDPI padi dengan realisasi 12 unit
(120 ha) atau 80,00% dari target 15 unit (150 ha). Hasil (outcome) adalah meningkatnya
pengetahuan dan kemampuan antisipasi dan adaptasi dampak perubahan iklim, sudah
menerapkan upaya antisipasi dan adaptasi dampak perubahan iklim pada 200 ha
hamparan dan sudah menerapkan budidaya tanaman sehat sesuai iklim setempat pada
20 kelompok tani.
Capaian kinerja kegiatan PPDPI tahun 2015 yaitu 80,00% dengan kategori capaian
berhasil. Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, kegiatan PPDPI juga berhasil
apabila dibandingkan dengan tahun 2014 dengan capaian kinerja 96,26%.
Hasil (outcome) dari kegiatan PPDPI tahun 2015 yaitu (a) mampu menerapkan upaya
antisipasi dan adaptasi dampak perubahan iklim atau mengatur pola tanam, waktu
tanam, teknologi adaptasi dan lain-lain oleh 40% anggota kelompok tani, (b)
mengurangi 80% kerusakan tanaman akibat dampak perubahan iklim atau hanya 20%
pertanaman yang rusak, (c) mampu mengamankan usahatani dan dampak perubahan
iklim oleh 20 kelompok tani dan (d) mampu mengamankan 75% produksi tanaman padi.
3. Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
Peningkatan produksi dipengaruhi oleh berbagai faktor baik secara langsung maupun
tidak langsung. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengamanan produksi adalah
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 18
serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang sering mengakibatkan puso.
Oleh karena itu upaya pengamanan produksi dari gangguan OPT dan dampak
perubahan iklim perlu dilakukan mulai dari pratanam sampai panen.
Pengamanan produksi dari serangan OPT tidak selalu bertumpu pada penggunaan
pestisida kimiawi, namun dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai teknologi
pengendalian lainnya, seperti pemanfaatan agensia hayati, dan pestisida nabati, serta
teknologi spesifik lokasi yang ada di daerah. Sedangkan untuk pengendalian penyakit
perlu dilakukan tindakan secara preventif.
Perlindungan tanaman merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem dan usaha
agribisnis. Perlindungan tanaman berperan dalam menjaga kuantitas, kualitas,
kontinuitas dan efisiensi produksi. OPT merupakan resiko yang harus dihadapi dan
diperhitungkan dalam setiap usaha budidaya tanaman untuk meningkatkan produksi
yang sesuai dengan yang diharapkan. Risiko ini merupakan konsekuensi dari setiap
perubahan ekosistem sebagai akibat budidaya tanaman yang dilakukan. Sedangkan
ketidaktentuan iklim merupakan suatu hal yang harus diterima sebagai fenomena alam.
Perubahan atau ketidaktentuan iklim sangat berpengaruh terhadap perkembangan OPT
dan berpengaruh langsung terhadap usaha budidaya tanaman.
Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) masih merupakan resiko yang harus dihadapi
dan diperhitungkan dalam setiap budidaya tanaman untuk meningkatkan produksi yang
sesuai dengan harapan. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh OPT setiap tahunnya
cenderung meningkat bahkan di beberapa lokasi sering menimbulkan kegagalan panen
dengan kerugian yang cukup besar. Perubahan iklim yang terjadi belakangan ini
menyebabkan mundurnya waktu tanam di sentra produksi yang akan berdampak pada
peningkatan serangan OPT terutama tikus, penggerek batang, wereng batang coklat,
penyakit tungro, blas dan BLB.
Pengendalian OPT adalah tanggung jawab petani dan masyarakat, dalam kondisi
eksplosi pemerintah dapat membantu sarana pengendalian (pestisida) melalui stok
cadangan nasional. Untuk mengantisipasi meluasnya serangan OPT pada tanaman
pangan maka dilaksanakan gerakan pengendalian. Gerakan pengendalian dilaksanakan
melalui pertemuan koordinasi dan perencanaan yang ditindaklanjuti dengan aksi
pengendalian. Gerakan pengendalian melibatkan petugas dari Dinas Pertanian Propinsi,
BPTPH, Dinas Pertanian Kabupaten, aparat kecamatan, kelurahan, petani, dan
instansi/aparat terkait termasuk TNI.
Tujuan dilaksanakannya Gerakan Pengendalian OPT adalah merupakan salah satu upaya
meminimalkan kerusakan serangan dan memberdayakan serta meningkatkan
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 19
kepedulian masyarakat tani akan pentingnya pengendalian OPT, dan memupuk
kerjasama antar kelompok pengendalian di daerah endemis serangan OPT. Gerakan ini
dimaksudkan sebagai stimulus bagi para petani untuk terus mengendalikan OPT yang
menyerang di daerahnya.
Kepedulian petani terhadap keberadaan OPT di areal usaha tani merupakan salah satu
kunci keberhasilan pengendalian OPT. Upaya pengendalian yang dilakukan selama ini
masih terbatas pada lahan usahatani dengan wilayah yang terbatas, namun jika
dilakukan secara serentak bersama-sama dalam suatu wilayah yang luas akan
memberikan hasil yang baik.
Gerakan pengendalian OPT tahun 2015 berasal dari 2 (dua) sumber anggaran yaitu
gerakan pengendalian dari DIPA APBN dan DIPA APBN-P. Output gerakan pengendalian
OPT tahun 2015 yaitu terlaksananya gerakan pengendalian 605 unit di 33 provinsi.
Gerakan pengendalian OPT dari DIPA APBN yang telah dilaksanakan pada tanaman
pangan (padi, jagung dan kedelai) sebanyak 111 kali (96,41%) dari target 115 kali
dengan rincian sebagai berikut : gerakan pengendalian OPT padi 90 kali (95,74%) dari
target 94 kali; gerakan pengendalian OPT jagung 17 kali (100%) dari target 17 kali dan
gerakan pengendalian kedelai 4 kali (100%) dari target 4 kali. Sedangkan gerakan
pengendalian dari DIPA APBN-P Ditjen PSP telah dilakukan gerakan pengendalian
sebanyak 494 kali (96,86%) dari target 510 kali dengan rincian sebagai berikut : gerakan
pengendalian OPT padi 396 kali (98,75%) dari target 401 kali; gerakan pengendalian
OPT jagung 70 kali (89,74%) dari target 78 kali; gerakan pengendalian OPT kedelai 19
kali (90,48%) dari target 21 kali dan gerakan pengendalian OPT bersama TNI 9 kali
(90,00%) dari target 10 kali. Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan OPT utama
tanaman pangan, berasal dari bantuan dana pusat yang pengadaannya oleh provinsi
maupun dari stok cadangan nasional yang dialokasikan ke propinsi.
Capaian kinerja gerakan pengendalian OPT tahun 2015 yaitu 96,52% dengan kategori
capaian berhasil. Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, gerakan pengendalian OPT
berhasil dengan capaian kinerja 100,00%.
Hasil (outcome) dari gerakan pengendalian OPT dapat mengamankan produksi
pertanaman padi seluas 18.660 ha, jagung seluas 3.060 ha dan kedelai seluas 395 ha.
Bila dibandingkan dengan data pengendalian yang dilaporkan dari daerah untuk padi
seluas 1.049.956 ha, jagung seluas 31.882 ha dan kedelai seluas 10.282 ha, maka dapat
diasumsikan bahwa dari kegiatan gerakan pengendalian tersebut dapat memotivasi
petani mengendalikan areal pertanaman padi dengan swadaya seluas 1.031.296 ha,
jagung seluas 28.822 ha dan kedelai seluas 9.887 ha.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 20
4. Penyediaan Sarana Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
Serangan OPT tidak mengenal batas geografi maupun wilayah administrasi, sehingga
untuk mencegah penyebarannya serta upaya pengendalian daerah sumber serangan
diperlukan operasional pengendalian secara terkoordinasi. Dalam situasi perubahan
iklim global yang terjadi saat ini, peluang terjadinya peningkatan (status) OPT sekunder
menjadi OPT utama sangat dimungkinkan. OPT utama yang sering mengakibatkan
kehilangan hasil yaitu wereng batang coklat (WBC), penggerek batang padi (PBP), blas,
tungro, kresek/BLB dan tikus. Pengendalian OPT tidak harus menggunakan bahan kimia,
melainkan dapat dikombinasikan dengan agens hayati, yaitu salah satu bentuk upaya
preemtif dalam mengaplikasikan SPOT-STOP. Apabila serangan sudah melampaui
Ambang Pengendalian dilakukan pengendalian dengan bahan pengendali kimia (upaya
responsif). Stok pestisida di daerah merupakan persediaan pestisida (insektisida,
fungisida, rodentisida dan bakterisida) yang pengadaannya bersumber dari APBN dan
APBD yang diperuntukan bagi program pengamanan produksi dari serangan OPT yang
bersifat mobil yang sewaktu-waktu dapat didistribusikan ke daerah apabila terjadi
serangan OPT berdasarkan rekomendasi dari POPT.
Tujuan dilaksanakannya pengadaan sarana pengendalian OPT adalah untuk
menyediakan sarana (bahan dan alat) pengendalian OPT sebagai stok/cadangan untuk
antisipasi bila terjadi sumber serangan OPT di lapangan yang melebihi ambang
pengendalian. Sasaran yang akan dicapai adalah (1) optimalnya gerakan pengendalian
OPT di lapangan dan (2) sumber serangan OPT terkendali sehingga tidak meluas.
Output dari sarana pengendalian OPT pada tahun 2015 Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan adalah mengalokasikan dana APBN-P dari DIPA Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian ke 31 provinsi untuk pengadaan alat dan sarana
penanggulangan OPT dan DPI sebesar Rp. 90.636.614.000,- realisasi sebesar Rp.
87.817.522.205,- (96,89%). Dengan realisasi dana tersebut diperkirakan di daerah telah
tersedia 585.450 kg pestisida dan diharapkan dapat membantu mengamankan 585.450
ha terutama padi, jagung dan kedelai. Pada tahun 2014 stok yang ada di daerah dan
cadangan nasional masih dinilai cukup sehingga tidak diadakan sarana (bahan)
pengendalian OPT.
Disamping itu , indikator kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan pada Tahun
2015 dapat dilihat dari pengamanan areal tanaman pangan dari serangan OPT dan
terkena DPI (banjir dan kekeringan) dengan rincian : padi 93%, jagung 98% dan kedelai
97% dari luas areal pertanaman.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 21
Secara rinci, data luas serangan OPT utama, banjir dan kekeringan dapat dilihat pada
sebagai berikut:
I. Padi
a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Padi dari Serangan OPT Utama dan Terkena
DPI Tahun 2015
Pada tahun 2015, luas areal pertanaman padi yang terkena serangan OPT utama,
banjir dan kekeringan seluas 570.643 Ha atau mencapai 4,08% dari total luas tanam
padi seluas 13.981.580 Ha. Dari total luas terkena OPT dan DPI tersebut seluas
250.296 Ha diantaranya mengalami puso (1,79% dari luas tanam). Dengan
demikian, realisasi luas areal pertanaman padi yang dapat diamankan dari terkena
serangan OPT dan DPI pada tahun 2015 seluas 13.410.937 Ha atau mencapai
95,92% dari total luas tanam. Bila dibandingkan dengan target sebesar 93%,
realisasi tersebut mencapai 103,14% dan capaiannya disimpulkan sangat berhasil.
Tabel 5. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Padi
Tahun 2014 dan 2015
Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, areal tanaman yang terkena serangan
OPT dan DPI tahun 2015 lebih rendah 429.080 ha (42,92%) akan tetapi luas puso
lebih tinggi 71.404 ha (39,91%). Luas serangan OPT dan banjir turun sedangkan luas
kekeringan meningkat.
Serangan OPT tahun 2015 lebih rendah 262.218 ha (58,93%) namun puso lebih
tinggi 4.445 ha (183,35%). Luas tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat (48.159 ha),
Sumatera Selatan (42.658 ha, puso : 6.358 ha), Jawa Tengah (22.590 ha, puso : 41
ha), Jawa Timur (18.701 ha, puso : 70 ha) dan Aceh (8.657 ha, puso: 9 ha).
Luas terkena banjir lebih rendah 290.048 ha (85,72%) dan luas puso lebih rendah
115.549 ha (81,92%). Luas banjir tertinggi terjadi di Povinsi Aceh (10.398 ha, puso:
Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso
1 Total Luas Tanam (Ha)
2 Luas OPT Utama (Ha) 445.001 2.424 182.782 6.869 (262.218) 4.445
3 Luas Terkena DPI (Ha) 554.723 176.468 387.861 243.427 (166.862) 66.959
- Banjir (Ha) 338.378 141.045 48.330 25.496 (290.048) (115.549)
- Kekeringan (Ha) 216.345 35.423 339.531 217.931 123.186 182.508
4 Total Luas OPT Utama + Terkena DPI (Ha) 999.724 178.892 570.643 250.296 (429.080) 71.404
- % Thd Total Luas Tanam (%) 7,37 1,32 4,08 1,79 (3,29) 0,47
5,63
13.981.580
13.410.937
95,92
Capaian Kinerja 97,51 103,14
Luas Areal yang Aman dari OPT dan DPI (Ha)
- % Thd Total Luas Tanam (%)
12.569.757
92,63
Tahun 2014 Selisih 2015 Thd 2014No Uraian
412.099
841.179
3,29
13.569.481
Tahun 2015
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 22
5.791 ha), Banten (6.505 ha, puso: 5.041 ha), Jawa Tengah (5.761 ha, puso: 1.526
ha), Jawa Timur (5.501 ha, puso: 2.560 ha) dan Lampung (3.819 ha, puso : 1.935 ha)
dan.
Luas terkena kekeringan meningkat 123.186 ha (56,94%) dan puso lebih tinggi
182.508 ha (515,22%). Luas terkena kekeringan terutama terjadi di Provinsi Jawa
Barat (80.476 ha, puso: 47.244 ha), Sulawesi Selatan (63.960 ha, puso: 50.828 ha),
Sumatera Selatan (34.727 ha, puso: 22.204 ha), Jawa Tengah (29.847 ha, puso:
18.280 ha) dan Lampung (23.061 ha, puso: 13.592 ha).
Namun demikian, luas puso tahun 2015 paling tinggi diakibatkan oleh kekeringan
seluas 217.931 ha. Puso akibat kekeringan terutama terjadi di Provinsi Sulawesi
Selatan (50.828 ha), Jawa Barat (47.244 ha), Sumatera Selatan (22.204 ha), Jawa
Tengah (18.280 ha) dan Lampung (13.592 ha). Tingginya puso akibat kekeringan
karena dipengaruhi oleh el-nino moderat hingga kuat sehingga musim kemaraunya
lebih panjang.
b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Padi Tahun
2011-2015
Upaya pengamanan produksi dari serangan OPT, banjir dan kekeringan terus
dilaksanakan untuk menekan potensi kehilangan hasil. Luas serangan OPT, banjir
dan kekeringan berfluktuasi dari tahun ke tahun seperti terlihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 6. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun 2011-2015
Selama Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015, luas terkena serangan OPT utama,
banjir dan kekeringan terendah terjadi pada Tahun 2012 (922.477 ha) dan tertinggi
tejadi pada Tahun 2011 (1.132.942 ha). Luas areal tanaman yang mengalami puso
TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO
1 Total Luas Tanam (Ha)
2 Luas OPT Utama (Ha) 712.642 40.526 461.821 2.225 510.090 4.422 445.001 2.424 182.782 6.869
3 Luas Terkena DPI (Ha) 420.300 82.510 460.656 88.439 459.303 92.333 554.724 176.468 387.861 243.427
- Banjir (Ha) 169.464 29.383 177.861 40.866 408.961 88.265 338.378 141.045 48.330 25.496
- Kekeringan (Ha) 250.836 53.127 282.795 47.573 50.342 4.067 216.345 35.423 339.531 217.931
4 Total Luas OPT Utama + Terkena DPI (Ha) 1.132.942 123.036 922.477 90.665 969.393 96.754 999.724 178.892 570.643 250.296
- % Thd Total Luas Tanam (%) 8,55 0,93 6,78 0,67 6,97 0,70 7,37 1,32 4,08 1,79
Luas Areal yang Aman dari OPT dan DPI (Ha)
- % Thd Total Luas Tanam (%) 91,45
OPT/DPI
TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015NO
13.243.302 13.602.690 13.907.248 13.569.481 13.981.580
12.110.360 12.680.213 12.937.855 12.569.757 13.410.937
93,22 93,03 92,63 95,92
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 23
terendah terjadi pada Tahun 2012 (90.665 ha) dan tertinggi terjadi pada Tahun
2015 (250.296 ha).
Grafik 1. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Padi di
Indonesia Tahun 2011-2015
Luas serangan OPT tertinggi terjadi pada Tahun 2011 (712.642 ha) dan terendah
terjadi pada Tahun 2015 (182.782 ha). Luas terkena banjir tertinggi terjadi pada
Tahun 2013 (408.961 ha) dan terendah terjadi pada Tahun 2015 (48.330 ha).
Sedangkan luas kekeringan tertinggi terjadi pada Tahun 2015 (339.531 ha) dan
terendah terjadi pada Tahun 2013 (50.342 ha).
Tingginya luas serangan OPT pada Tahun 2011 secara tidak langsung dipengaruhi
oleh dampak perubahan iklim ekstrim yang terjadi pada Tahun 2010. Pada akhir
Tahun 2010, kondisi iklim di sebagian besar wilayah Indonesia dipengaruhi oleh
fenomena La-Nina (lemah-moderat). Fenomena ini mengakibatkan curah hujan di
sebagian besar wilayah Indonesia berada di atas normal, sehingga terjadi
peningkatan luas banjir pada Tahun 2010.
Upaya yang dilakukan dalam menangani kerusakan tanaman akibat banjir dengan
melakukan penanaman kembali (replanting). Namun hal tersebut mengakibatkan
mundurnya waktu tanam sehingga sumber makanan bagi OPT tersedia secara terus
menerus.
Selain waktu tanam yang mundur, dampak perubahan iklim juga menyebabkan
petani menanam padi sepanjang tahun karena air masih tersedia. Hal ini
mengakibatkan tidak adanya pergantian jenis tanaman sehingga siklus hidup OPT
tidak dapat diputus.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 24
II. Jagung
a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Jagung dari Serangan OPT Utama dan
Terkena DPI Tahun 2015
Pada tahun 2015, luas areal pertanaman jagung yang terkena serangan OPT utama,
banjir dan kekeringan seluas 62.716 ha atau mencapai 1,55% dari total luas tanam
padi seluas 4.035.257 ha. Dari total luas terkena OPT dan DPI tersebut seluas
23.566 ha diantaranya mengalami puso (0,58% dari luas tanam). Dengan demikian,
realisasi luas areal pertanaman jagung yang dapat diamankan dari terkena
serangan OPT dan DPI pada tahun 2015 seluas 3.972.541 ha atau mencapai 98,45%
dari total luas tanam. Bila dibandingkan dengan target sebesar 98%, realisasi
tersebut mencapai 100,45% dan capaiannya disimpulkan sangat berhasil.
Tabel 7. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Jagung
Tahun 2014 dan 2015
Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, total luas serangan OPT dan terkena DPI
lebih tinggi 6.471 ha (11,51%) dan luas puso lebih tinggi 17.918 ha (317,27%). Luas
serangan OPT dan banjir pada tanaman jagung tahun 2015 turun, sedangkan luas
kekeringan meningkat.
Serangan OPT tahun 2015 lebih rendah 12.266 ha (49,12%) namun puso lebih tinggi
27 ha (64,72%). Luas tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Tengah (1.780 ha), Jawa
Timur (1.593 ha), Nusa Tenggara Timur (1.451 ha), Sumatera Selatan (1.211 ha) dan
Aceh (1.011 ha).
Luas terkena banjir lebih rendah 8.158 ha (76,29%) dan luas puso lebih rendah
1.732 ha (52,47%). Luas banjir tertinggi terjadi di Povinsi Aceh (1.391 ha, puso: 811
ha), Sumatera Utara (525 ha, puso: 444 ha), Sulawesi Selatan (166 ha, puso : 162
ha), Sumatera Barat (166 ha, puso: 56 ha) dan Gorontalo (83 ha, puso: 36 ha).
Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso
1 Total Luas Tanam (Ha)
2 Luas OPT Utama (Ha) 24.971 42 12.705 68 (12.266) 27
3 Luas Terkena DPI (Ha) 31.274 5.606 50.011 23.497 18.737 17.891
- Banjir (Ha) 10.693 3.300 2.535 1.568 (8.158) (1.732)
- Kekeringan (Ha) 20.581 2.306 47.476 21.929 26.895 19.623
4 Total Luas OPT Utama + Terkena DPI (Ha) 56.245 5.648 62.716 23.566 6.471 17.918
- % Thd Total Luas Tanam (%) 1,42 0,14 1,55 0,58 0,13 0,44
No Uraian Tahun 2014 Tahun 2015 Selisih 2015 Thd 2014
3.960.885 4.035.257 74.372
Luas Areal yang Aman dari OPT dan DPI (Ha) 3.904.640 3.972.541 67.901
- % Thd Total Luas Tanam (%) 98,58 98,45 (0,13)
Capaian Kinerja 103,77 100,45 (3,31)
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 25
Luas terkena kekeringan meningkat 26.895 ha (130,68%) dan puso lebih tinggi
19.623 ha (850,95%). Luas terkena kekeringan terutama terjadi di Provinsi
Gorontalo (21.900 ha, puso: 12.700 ha), Sumatera Selatan (6.652 ha, puso: 1.164
ha), Sulawesi Selatan (6.429 ha, puso: 4.640 ha), Jawa Tengah (3.545 ha, puso: 185
ha) dan Jawa Timur (1.582 ha, puso: 195 ha).
Namun demikian, luas puso tahun 2015 paling tinggi diakibatkan oleh kekeringan
seluas 21.929 ha. Puso akibat kekeringan terutama terjadi di Provinsi Gorontalo
(12.700 ha), Sulawesi Selatan (4.640 ha), Sumatera Selatan (1.164 ha), Sulawesi
Tengah (999 ha) dan Sulawesi Utara (897 ha).
b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Jagung
Tahun 2011-2015
Serangan OPT dan dampak perubahan iklim berupa banjir dan kekeringan
merupakan salah satu faktor penghambat dalam upaya pencapaian produksi
tanaman pangan. Selama Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015, perkembangan
luas serangan OPT, banjir dan kekeringan setiap tahunnya berfluktuasi seperti
terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 8. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Jagung di
Indonesia Tahun 2011-2015
Selama Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015, luas terkena serangan OPT utama,
banjir dan kekeringan terendah terjadi pada Tahun 2013 (56.130 ha) dan tertinggi
tejadi pada Tahun 2011 (77.958 ha). Luas areal tanaman yang mengalami puso
terendah terjadi pada Tahun 2012 (4.388 ha) dan tertinggi terjadi pada Tahun 2015
(23.566 ha).
TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO
1 Total Luas Tanam (Ha)
2 Luas OPT Utama (Ha) 38.852 236 26.195 52 26.302 127 24.971 42 12.705 68
3 Luas Terkena DPI (Ha) 39.106 9.486 33.347 4.336 29.828 8.501 31.274 5.606 50.011 23.497
- Banjir (Ha) 16.462 8.045 11.661 2.828 18.097 8.136 10.693 3.300 2.535 1.568
- Kekeringan (Ha) 22.644 1.441 21.686 1.508 11.731 365 20.581 2.306 47.476 21.929
4 Total Luas OPT Utama + Terkena DPI (Ha) 77.958 9.722 59.542 4.388 56.130 8.628 56.245 5.648 62.716 23.566
- % Thd Total Luas Tanam (%) 1,83 0,23 1,49 0,11 1,42 0,22 1,42 0,14 1,55 0,58
NO OPT/DPI
TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015
4.253.714 3.994.370 3.939.471 3.960.885 4.035.257
3.972.541
- % Thd Total Luas Tanam (%) 98,17 98,51 98,58 98,58 98,45
Luas Areal yang Aman dari OPT dan DPI (Ha) 4.175.756 3.934.828 3.883.341 3.904.640
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 26
Grafik 2. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Jagung
di Indonesia Tahun 2011-2015
Luas serangan OPT tertinggi terjadi pada Tahun 2011 (38.852 ha) dan terendah
terjadi pada Tahun 2015 (12.705 ha). Luas terkena banjir tertinggi terjadi pada
Tahun 2013 (18.097 ha) dan terendah terjadi pada Tahun 2015 (2.535 ha).
Sedangkan luas kekeringan tertinggi terjadi pada Tahun 2015 (47.476 ha) dan
terendah terjadi pada Tahun 2013 (11.731 ha).
Luas serangan OPT pada Tahun 2011 lebih tinggi dibandingkan dengan luas banjir
dan kekeringan. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan iklim yang dipengaruhi
oleh fenomena El-Nino di awal tahun dan La-Nina di akhir tahun. Fenomena El-Nino
di awal Tahun 2010 menyebabkan di sebagian besar wilayah Indonesia mengalami
kondisi curah hujan di bawah normal sehingga terjadi kekeringan yang cukup tinggi.
Akibat dari El-Nino ini dapat dilhat bahwa perkembangan serangan OPT utama
pada padi terjadi peningkatan pada tahun berikutnya.
III. Kedelai
a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Kedelai dari Serangan OPT Utama dan
Terkena DPI Tahun 2015
Pada tahun 2015, luas areal pertanaman kedelai yang terkena serangan OPT utama,
banjir dan kekeringan seluas 17.178 ha atau mencapai 2,49% dari total luas tanam
padi seluas 689.141 ha. Dari total luas terkena OPT dan DPI tersebut seluas 6.392
ha diantaranya mengalami puso (0,93% dari luas tanam). Dengan demikian,
realisasi luas areal pertanaman kedelai yang dapat diamankan dari terkena
serangan OPT dan DPI pada tahun 2015 seluas 671.963 ha atau mencapai 97,51%
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 27
dari total luas tanam. Bila dibandingkan dengan target sebesar 97%, realisasi
tersebut mencapai 100,52% dan capaiannya disimpulkan sangat berhasil.
Tabel 9. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kedelai
Tahun 2014 dan 2015
Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, total luas serangan OPT dan terkena DPI
lebih rendah 759 ha (4,23%) dan luas puso lebih tinggi 3.937 ha (160,38%). Luas
serangan OPT dan banjir pada tanaman kedelai tahun 2015 turun, sedangkan luas
kekeringan meningkat.
Serangan OPT tahun 2015 lebih rendah 4.251 ha (45,02%) dan puso lebih rendah 22
ha (77,39%). Luas tertinggi terjadi di Provinsi Aceh (1.421 ha)Jawa Tengah (927 ha),
Jawa Timur (476 ha), Sulawesi Selatan (327 ha) dan Sulawesi Tenggara (290 ha).
Luas terkena banjir lebih rendah 1.772 ha (50,30%) dan luas puso lebih rendah 648
ha (31,88%). Luas banjir tertinggi terjadi di Povinsi Aceh (504 ha, puso: 193 ha),
Riau (835 ha, puso : 830), Nusa Tenggara Barat (195 ha, puso : 195), Jambi (124 ha,
puso: 94 ha) dan Bengkulu (51 ha, puso : 50 ha).
Luas terkena kekeringan meningkat 5.265 ha (105,95%) dan puso lebih tinggi 4.607
ha (1.166,23%). Luas terkena kekeringan terutama terjadi di Provinsi Sulawesi
Selatan (1.902 ha, puso: 1.753 ha), Kalimantan Selatan (1.377 ha, puso : 683 ha),
Nusa Tenggara Barat (1.342 ha, puso : 376 ha), Sumatera Selatan (1.028 ha, puso:
489 ha), dan Jambi (1.010 ha, puso: 489 ha).
Namun demikian, luas puso tahun 2015 paling tinggi diakibatkan oleh kekeringan
seluas 5.002 ha. Puso akibat kekeringan terutama terjadi di Provinsi Sulawesi
Selatan (1.753 ha), Kalimantan Selatan (683 ha), Sumatera Selatan dan Jambi
masing-masing seluas (489 ha) dan Nusa Tenggara Barat (376 ha).
Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso
1 Total Luas Tanam (Ha)
2 Luas OPT Utama (Ha) 9.444 29 5.193 7 (4.251) (22)
3 Luas Terkena DPI (Ha) 8.492 2.426 11.985 6.385 3.493 3.959
- Banjir (Ha) 3.523 2.031 1.751 1.384 (1.772) (648)
- Kekeringan (Ha) 4.969 395 10.234 5.002 5.265 4.607
4 Total Luas OPT Utama + Terkena DPI (Ha) 17.936 2.455 17.178 6.392 (759) 3.937
- % Thd Total Luas Tanam (%) 2,94 0,40 2,49 0,93 (0,45) 0,53
No Uraian Tahun 2014 Tahun 2015 Selisih 2015 Thd 2014
610.359 689.141 78.782
Luas Areal yang Aman dari OPT dan DPI (Ha) 592.423 671.963 79.541
- % Thd Total Luas Tanam (%) 97,06 97,51 0,45
Capaian Kinerja 102,17 100,52 (1,65)
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 28
b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Kedelai
Tahun 2011-2015
Salah satu faktor penghambat produksi tanaman pangan adalah OPT, banjir dan
kekeringan. Perkembangan luas serangan OPT dan terkena DPI dari Tahun 2011
sampai 2015 mengalami fluktuasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 10. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Kedelai
di Indonesia Tahun 2011-2015
Selama Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015, luas terkena serangan OPT utama,
banjir dan kekeringan terendah terjadi pada Tahun 2012 (10.124 ha) dan tertinggi
tejadi pada Tahun 2011 (19.859 ha). Luas areal tanaman yang mengalami puso
terendah terjadi pada Tahun 2012 (1.489 ha) dan tertinggi terjadi pada Tahun 2015
(6.392 ha).
Grafik 3. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kedelai di
Indonesia Tahun 2011-2015
TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO
1 Total Luas Tanam (Ha)
2 Luas OPT Utama (Ha) 9.956 - 6.183 15 8.336 1 9.444 29 5.193 7
3 Luas Terkena DPI (Ha) 9.903 3.905 3.942 1.474 5.234 1.800 8.492 2.426 11.985 6.385
- Banjir (Ha) 7.674 3.751 2.396 1.344 5.112 1.790 3.523 2.031 1.751 1.384
- Kekeringan (Ha) 2.229 154 1.546 130 123 10 4.969 395 10.234 5.002
4 Total Luas OPT Utama + Terkena DPI (Ha) 19.859 3.905 10.124 1.489 13.570 1.801 17.937 2.454 17.178 6.392
- % Thd Total Luas Tanam (%) 3,08 0,61 1,65 0,24 2,31 0,31 2,94 0,40 2,49 0,93
NO OPT/DPI
TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015
645.173 613.825 587.485 610.359 689.141
671.963
- % Thd Total Luas Tanam (%) 96,92 98,35 97,69 97,06 97,51
Luas Areal yang Aman dari OPT dan DPI (Ha) 625.314 603.701 573.915 592.422
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 29
Luas serangan OPT tertinggi terjadi pada Tahun 2011 (9.956 ha) dan terendah
terjadi pada Tahun 2015 (5.193 ha). Luas terkena banjir tertinggi terjadi pada Tahun
2011 (7.674 ha) dan terendah terjadi pada Tahun 2015 (1.751 ha). Sedangkan luas
kekeringan tertinggi terjadi pada Tahun 2015 (10.234 ha) dan terendah terjadi pada
Tahun 2013 (123 ha).
Tahun 2015 merupakan tahun dengan luas serangan OPT dan terkena DPI yang
paling tinggi. Pada tanaman kedelai, luas serangan OPT dari tahun ke tahun cukup
rendah apabila dibandingkan dengan luas banjir dan kekeringan. Hal ini disebabkan
perubahan iklim ekstrim sehingga luas pertanaman yang mengalami kerusakan pun
lebih tinggi.
3.5 Kegiatan Dalam Rangka Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015
Secara keseluruhan, capaian kinerja pengamanan produksi tanaman pangan dari
potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT dan terkena DPI berhasil dilaksanakan
dengan capaian 80,00% – 100,00% dengan kategori berhasil. Upaya tersebut
dilaksanakan melalui berbagai kegiatan baik di pusat maupun di daerah, sebagai
berikut:
Tabel 11. Rencana dan Realisasi Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan
Tahun 2015
Kegiatan pengamanan produksi dilaksanakan melalui dana Dekonsentrasi dan Pusat.
Secara keseluruhan, realisasi fisik pelaksanaan kegiatan penguatan perlindungan
Volume Satuan Volume %
(1) (2) (6) (7) (8) (9)=(8):(7)
1764PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI
GANGGUAN OPT DAN DPI4.001 3.974 99,33
Dana Dekonsentrasi 3.998 3.971 99,32
I Pedoman dan Dokumentasi 849 Pedoman/Doku
men/Database 838 98,70
II Koordinasi Pelaksanaan 11 Kali/paket 11 100,00
III Sarana dan Prasarana 2 Unit 2 100,00
IV Pengembangan Teknologi 1.813 Paket 1.803 99,45
V Penerapan Teknologi 292 Paket 286 97,95
VI Penghargaan 21 Orang 21 100,00
VII Pelaporan 1.010 Laporan 1.010 100,00
Pusat 2 Paket 2 100,00
1 Kegiatan Ditlind Pusat 1 Paket 1 100,00
2 BPMPT 1 Paket 1 100,00
Tugas Pembantuan 1 Paket 1 100,00
1 Tugas Pembantuan 1 Paket 1 100,00
Target RealisasiNo Kegiatan/Sub Kegiatan/Uraian/Indikator Output
Fisik Kegiatan
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 30
tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI sebesar 3.974 unit/paket/OB dari target
4.001 unit/paket/OB (99,33%).
Dukungan kegiatan perlindungan tanaman pangan Tahun 2015 dilaksanakan dengan
tingkat capaian 99,33%.
3.6 REALISASI ANGGARAN
Pada Tahun 2015, pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan didukung dengan anggaran pembangunan, yang tertuang dalam
program Ketahanan Pangan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan
Kerja (Satker) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sedangkan untuk pelaksanaan
program dan kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan di daerah didukung dengan
anggaran yang tertuang dalam DIPA Dana Dekonsentrasi melalui Satker BPTPH.
Total anggaran yang tertuang dalam DIPA penguatan perlindungan tanaman pangan
dari serangan OPT dan DPI (Pusat, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan) Tahun 2015
sebesar Rp. 103.998.736.000,- (seratus tiga milyar sembilan ratus sembilan puluh
delapan juta tujuh ratus tiga puluh enam ribu rupiah). Sampai dengan akhir Desember
2015, realisasi anggaran mencapai Rp. 97.738.905.489,- (sembilan puluh tujuh milyar
tujuh ratus tiga puluh delapan juta sembilan ratus lima ribu empat ratus delapan puluh
sembilan rupiah) atau 93,98% dari total anggaran.
Realisasi anggaran yang tertuang dalam DIPA dekonsentrasi yang dilaksanakan oleh
Satker Dinas Pertanian Tahun 2015 sebesar Rp 77.742.971.046,- ( tujuh puluh tujuh
milyar tujuh ratus empat puluh dua juta sembilan ratus tujuh puluh satu ribu empat
puluh enam rupiah) atau 95,27% dari total anggaran Rp 81.605.119.000,- (delapan
puluh satu milyar enam ratus lima juta seratus sembilan belas ribu rupiah). Sedangkan
realisasi anggaran Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan pada Tahun 2015 sebesar
9.536.657.222,- (sembilan milyar lima ratus tiga puluh enam juta enam ratus lima
puluh tujuh ribu dua ratus dua puluh dua rupiah) atau 84,79% dari total anggaran
11.247.272.000 ,- (sebelas milyar dua ratus empat puluh tujuh juta dua ratus tujuh
puluh dua ribu rupiah), sedangkan BPMPT sebesar Rp. 3.894.207.901- (tiga milyar
delapan ratus sembilan puluh empat juta dua ratus tujuh ribu sembilan ratus satu
rupiah) atau 93,98% dari target Rp. 4.170.481.000,- (empat milyar seratus tujuh puluh
juta empat ratus delapan puluh satu ribu rupiah) dan Tugas Pembantuan sebesar Rp.
6.565.069.320,- (enam milyar lima ratus enam puluh lima juta enam puluh sembilan
ribu tiga ratus dua puluh rupiah) atau 94,11% dari target Rp. 6.975.864.000,- (enam
milyar sembilan ratus tujuh puluh lima juta delapan ratus enam puluh empat ribu
rupiah).
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 31
Tabel 12. Akuntabilitas Keuangan terhadap Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas, akuntabilitas keuangan dinilai berhasil dalam pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi Perlindungan Tanaman Pangan. Hal ini ditunjukkan dengan
realisasi anggaran sebesar 93,98% dengan capaian indikator kinerja sasaran 100,45% –
103,14%.
Tabel 13. Realisasi Anggaran Program Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan
Tahun 2015
Volume Satuan Volume %
(1) (2) (3) (4) (5)=(4):(3) (6) (7) (8) (9)=(8):(7)
1764PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN
DARI GANGGUAN OPT DAN DPI4.001 3.974 99,33
Dana Dekonsentrasi 81.605.119 77.742.970 95,27 3.998 3.971 99,32
I Pedoman dan Dokumentasi 47.244.215 46.089.706 97,56 849 Pedoman/Doku
men/Database 838 98,70
002 Pedoman Perlindungan Tanaman Pangan 313.477 281.107 89,67 94 Pedoman 86 91,49
003 Dokumen Perencanaan Perlindungan Tanaman Pangan 691.862 649.814 93,92 21 Dokumen 22 104,76
004 Database Perlindungan 1.322.927 1.233.337 93,23 179 Database 176 98,32
005 Bahan Informasi Perlindungan TP (PHT,OPT,DPI) 767.090 704.176 91,80 125 Bahan 124 99,20
006 Visualisasi Kegiatan Perlindungan TP 2.144.393 2.082.399 97,11 44 Kali 44 100,00
007 Rumusan Paket Teknologi Pengendalian OPT Berwawasan PHT 31.000 30.835 99,47 2 Rumusan 2 100,00
011 Administrasi Pelaksanaan Kegiatan 41.973.466 41.108.038 97,94 384 Bulan 384 100,00
II Koordinasi Pelaksanaan 367.219 338.739 92,24 11 Kali/paket 11 100,00
010 Rapat Koordinasi Perlindungan Tanaman 223.335 197.030 88,22 9 Rapat 9 100,00
032 Koordinasi Pengelolaan dan Penanganan Perlindungan TP 143.884 141.709 98,49 2 Kali/paket 2 100,00
III Sarana dan Prasarana 75.000 71.565 95,42 2 Unit 2 100,00
030 Sarana Penanggulangan OPT/DPI 75.000 71.565 95,42 2 Paket 2 100,00
IV Pengembangan Teknologi 2.372.769 2.232.403 94,08 1.813 Paket 1.803 99,45
012 Pelatihan Teknis Perlindungan Tanaman Pangan 1.545.205 1.470.468 95,16 902 Orang 902 100,00
020 Pengujian Mutu 827.564 761.935 92,07 911 LHP/Sertifikasi 901 98,90
V Penerapan Teknologi 15.049.732 13.611.180 90,44 292 Paket 286 97,95
008 Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Pangan 2.875.000 2.757.273 95,91 115 Kali 111 96,52
015 Operasional LPHP/Lab AH sesuai standar 9.587.345 8.544.315 89,12 100 Unit 98 98,00
016 Operasional Brigade Proteksi Tanaman (BPT) 2.587.387 2.309.592 89,26 77 Unit 77 100,00
VI Penghargaan 328.209 295.630 90,07 21 Orang 21 100,00
009 POPT-PHP, LPHP/LAH, Kelompok Berprestasi 328.209 295.630 90,07 21 Paket 21 100,00
VII Pelaporan 16.167.975 15.103.748 93,42 1.010 Laporan 1.010 100,00
017 Laporan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan 16.167.975 15.103.748 93,42 1.010 Laporan 1.010 100,00
Pusat 15.417.753 13.430.865 87,11 2 2 100,00
1 Kegiatan Ditlind Pusat 11.247.272 9.536.657 84,79 1 Paket 1 100,00
2 BPMPT 4.170.481 3.894.208 93,38 1 Paket 1 100,00
Tugas Pembantuan 6.975.864 6.565.069 94,11 1 1 100,00
1 Tugas Pembantuan 6.975.864 6.565.069 94,11 1 Paket 1 100,00
No Kegiatan/Sub Kegiatan/Uraian/Indikator OutputFisik Kegiatan
Target Realisasi%PAGU
ANGGARAN
(Rp.000)
REALISASI
ANGGARAN
(Rp.000)
Pagu Realisasi %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mengamankan
produksi tanaman
pangan dari serangan
OPT dan terkena DPI
Luas areal tanaman pangan aman dari
gangguan OPT dan DPI, meliputi
komoditas :
Penguatan
Sistem
Perlindungan TP
dari Serangan
OPT dan DPI
103.998.736.000 97.738.905.489 93,98
1. Pemantapan Penerapan PHT 3.795 Ha 3.485 Ha 97,62%
2. Penerapan Penanganan DPI 100 Ha 80 Ha 80,00%
3. Gerakan Pengendalian OPT 115 Kali 111 Kali 96,52%
4. Sarana Penanggulangan OPT/DPI 1 Paket 1 Paket 100,00%
5. Terlaksananya Pembinaan dan
Pengawalan1 Paket 1 Paket 100,00%
Anggaran (Rp.)Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Program
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 32
III. P E N U T U P
Capaian kinerja pengamanan produksi tanaman pangan dari potensi kehilangan hasil akibat
serangan OPT dan terkena DPI berhasil dilaksanakan dengan capaian 80,00% – 100,00%
dengan kategori berhasil. Pencapaian sasaran mengamankan areal tanaman pangan dari
serangan OPT dan Terkena DPI (banjir dan kekeringan) dengan rincian Padi 93%, Jagung 98%
dan Kedelai 97% dari luas tanam pada Tahun 2015 dinilai berhasil. Hal ini terlihat dari luas
serangan OPT utama dan DPI (banjir dan kekeringan) pada tanaman pangan dengan capaian
berhasil untuk komoditas padi dan sangat berhasil untuk komoditas jagung, kedelai, kacang
tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar.
Disamping pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan, upaya pengamanan
areal tanaman pangan dari serangan OPT dan DPI, dilakukan melalui berbagai kegiatan.
Kegiatan tersebut meliputi penyebarluasan informasi prakiraan iklim dan serangan OPT ke
daerah, konsolidasi petugas lapangan (POPT-PHP, Penyuluh Lapangan, dan petugas LPHP),
dan pembentukan POSKO pengendalian OPT di berbagai tingkatan.
Dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, berbagai permasalahan masih menjadi
kendala antara lain belum optimalnya koordinasi antara Mantri Tani, POPT-PHP, dan
Penyuluh Lapangan dalam penanganan OPT di daerah sumber serangan dan penanganan
DPI di daerah rawan banjir dan kekeringan, terbatasnya jumlah dan kompetensi SDM
perlindungan tanaman pangan, belum optimalnya fungsi kelembagaan perlindungan
tanaman di daerah, belum optimalnya peran PPAH dalam pemanfaatan agens hayati, dan
terbatasnya sarana kerja lapangan petugas POPT-PHP. Sehubungan dengan hal tersebut,
perlu dilakukan berbagai upaya peningkatan, koordinasi, advokasi, dan pendampingan serta
pengawalan secara berkelanjutan.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 33
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 34
Lampiran 1.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 35
Lampiran 2.
PENETAPAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 36
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 37
Lampiran 3.
PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2015
Unit Eselon II : Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun : 2015
Pagu Realisasi %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mengamankan
produksi tanaman
pangan dari serangan
OPT dan terkena DPI
Luas areal tanaman pangan aman dari
gangguan OPT dan DPI, meliputi
komoditas :
Penguatan
Sistem
Perlindungan TP
dari Serangan
OPT dan DPI
103.998.736.000 97.738.905.489 93,98
1. Pemantapan Penerapan PHT 3.795 Ha 3.485 Ha 97,62%
2. Penerapan Penanganan DPI 100 Ha 80 Ha 80,00%
3. Gerakan Pengendalian OPT 115 Kali 111 Kali 96,52%
4. Sarana Penanggulangan OPT/DPI 1 Paket 1 Paket 100,00%
5. Terlaksananya Pembinaan dan
Pengawalan1 Paket 1 Paket 100,00%
Anggaran (Rp.)Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Program
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 38
Lampiran 4.
PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN
Unit Eselon II : Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun : 2015
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Kategori Capaian
1 2 3 4 5Mengamankan produksi tanaman pangan
dari serangan OPT dan terkena DPI1. Pemantapan Penerapan PHT 3.795 Ha 3.485 Ha 97,62% berhasil
2. Penerapan Penanganan DPI 100 Ha 80 Ha 80,00% berhasil
3. Gerakan Pengendalian OPT 115 Kali 111 Kali 96,52% berhasil
4. Sarana Penanggulangan OPT/DPI 1 Paket 1 Paket 100,00% berhasil
5. Terlaksananya Pembinaan dan Pengawalan 1 Paket 1 Paket 100,00% berhasil
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 39
Lampiran 5.
LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PANGAN DI INDONESIA TAHUN 2009 – 2013, RERATA 5 TAHUN, TAHUN 2014, DAN TAHUN 2015
Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso
1 2009 448.206 3.143 14.623 13 4.903 11 3.435 2 555 - 1.053 4 356 0
2 2010 682.683 10.166 16.315 42 5.247 8 4.210 0 555 - 1.967 2 528 0
3 2011 712.642 40.526 38.852 236 9.956 - 7.567 13 2.312 2 4.958 12 729 5
4 2012 461.821 2.225 26.195 52 6.183 15 5.187 7 1.077 - 2.740 16 538 0
5 2013 510.090 4.422 26.302 127 8.336 1 3.728 2 997 - 3.242 8 536 0
Rerata 563.088 12.096 24.457 94 6.925 7 4.825 5 1.099 0 2.792 8 537 1
6 2014 445.001 2.424 24.971 42 9.444 29 3.101 3 955 - 4.819 14 607 -
7 2015 182.782 6.869 12.705 68 5.193 7 2.256 1 653 17 1.537 9 265 0
Ubi Jalar
Komoditas
No Tahun Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 40
Lampiran 6.
LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI DI INDONESIA TAHUN 2011 – 2015
Ket: OPT Utama : penggerek batang, WBC, tikus, blas, BLB/kresek, tungro
Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso
1 Aceh 37.994 198 22.693 1 14.416 14 3.124 - 8.657 9
2 Sumatera Utara 5.043 87 7.808 44 5.589 4 5.917 15 769 43
3 Sumatera Barat 2.078 154 2.621 178 2.490 35 2.682 107 2.308 42
4 R i a u 2.234 2 2.097 34 2.333 - 1.426 4 1.028 1
5 J a m b i 899 14 863 8 905 5 612 22 287 1
6 Sumatera Selatan 9.100 19 8.735 90 19.854 44 14.346 362 42.658 6.358
7 Bengkulu 1.960 88 2.188 1 2.986 8 3.166 - 2.711 -
8 Lampung 19.768 35 12.759 14 14.071 5 15.963 37 1.812 -
9 Kep. Bangka 19 - 719 - 5.439 1 1.419 10 247 -
10 Kep. Riau - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta 233 - 329 - 408 - 45 - 45 -
12 Jawa Barat 137.742 7 105.967 7 102.286 - 111.679 - 48.159 -
13 Jawa Tengah 131.969 3.604 100.469 704 91.728 881 117.645 1.014 22.590 41
14 DI Yogyakarta 15.535 2.570 9.815 62 12.589 - 5.344 9 836 -
15 Jawa Timur 203.258 31.543 65.551 253 93.867 3.052 57.838 132 18.701 70
16 Banten 24.048 871 11.902 - 17.854 72 12.717 284 3.018 46
17 B a l i 9.545 152 4.519 - 5.042 - 3.285 1 2.226 -
18 Nusa Tenggara Barat 9.801 1 6.976 - 11.691 8 7.161 - 2.553 16
19 Nusa Tenggara 8.022 18 10.739 158 11.673 12 4.974 70 209 0
20 Kalimantan Barat 4.913 119 2.856 20 4.485 61 2.370 - 527 14
21 Kalimantan Tengah 3.304 85 3.583 35 2.589 0 1.713 4 197 -
22 Kalimantan Selatan 891 - 1.103 4 1.021 1 3.708 1 154 -
23 Kalimantan Timur 2.474 7 884 15 3.733 16 5.670 89 229 5
24 Sulawesi Utara 2.324 10 3.148 9 3.075 38 2.322 - 947 9
25 Sulawesi Tengah 8.677 87 8.427 5 15.756 - 5.901 - 6.325 28
26 Sulawesi Selatan 40.872 461 22.335 72 25.651 10 21.915 46 4.491 1
27 Sulawesi Tenggara 16.943 121 22.731 480 20.008 131 19.062 120 4.211 140
28 Gorontalo 1.365 1 2.538 - 2.083 - 2.041 - 559 38
29 Sulawesi Barat 6.322 5 13.534 - 13.147 5 7.116 5 2.590 4
30 M a l u k u 1.743 - 992 - 901 - 460 - 800 -
31 Maluku Utara 844 32 962 30 629 - 1.016 - 311 -
32 Papua Barat 1.156 3 1.008 - 468 3 1.088 16 1.081 3
33 Papua 1.569 233 972 2 1.323 15 1.278 78 1.547 -
712.642 40.526 461.821 2.225 510.090 4.421 445.001 2.424 182.782 6.869 Jumlah
TAHUN
No Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 41
Lampiran 7.
LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN JAGUNG DI INDONESIA TAHUN 2011 – 2015
Ket: OPT Utama : penggerek batang, penggerek tongkol, ulat grayak, lalat bibit, bulai, tikus
Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso
1 Aceh 939 3 608 - 701 - 1.037 - 1.011 -
2 Sumatera Utara 366 - 585 - 850 - 1.022 - 938 0
3 Sumatera Barat 75 2 54 - 108 0 45 - 21 2
4 R i a u 261 - 174 - 186 2 236 - 189 -
5 J a m b i 89 0 54 0 58 0 52 - 51 0
6 Sumatera Selatan 187 - 174 - 244 - 277 - 1.211 -
7 Bengkulu 60 - 67 - 135 - 18 - 77 -
8 Lampung 3.312 24 1.729 - 1.447 2 1.762 - 224 -
9 Kep. Bangka 0 - - - 42 - 17 - 1 -
10 Kep. Riau - - - - - - 10 - - -
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 3.305 - 3.589 - 1.322 - 1.462 - 933 -
13 Jawa Tengah 3.541 7 3.743 7 3.815 116 4.303 - 1.780 -
14 DI Yogyakarta 668 - 299 - 241 - 204 - 95 -
15 Jawa Timur 5.831 179 2.917 19 3.140 6 3.379 13 1.593 0
16 Banten 2 - - - - - - - - -
17 B a l i 6 - 2 - 10 - 1 - 6 -
18 Nusa Tenggara Barat 965 - 570 - 776 - 816 - 348 23
19 Nusa Tenggara 942 - 667 27 1.322 - 1.981 28 1.451 -
20 Kalimantan Barat 587 1 241 - 465 - 148 - 186 4
21 Kalimantan Tengah 132 - 49 - 5 - - - - -
22 Kalimantan Selatan 4 - 34 - 5 - - - - -
23 Kalimantan Timur 212 - 121 - 414 1 224 - 151 -
24 Sulawesi Utara 1.361 - 1.404 - 1.261 - 972 - 425 27
25 Sulawesi Tengah 800 1 446 - 788 - 378 - 442 -
26 Sulawesi Selatan 9.558 9 2.915 - 2.577 - 1.146 - 268 8
27 Sulawesi Tenggara 1.351 10 775 - 1.040 - 870 1 235 4
28 Gorontalo 2.171 - 3.401 - 1.930 - 1.824 - 540 -
29 Sulawesi Barat 1.383 - 1.094 - 2.730 - 2.084 - 93 -
30 M a l u k u 70 - 76 - 84 - 114 - 19 -
31 Maluku Utara 216 - 9 - 61 0 140 0 82 0
32 Papua Barat 44 - 21 - 15 - 24 - 69 -
33 Papua 412 - 376 - 532 - 426 - 266 -
38.852 236 26.195 2.225 26.302 127 445.001 42 12.705 68 Jumlah
No Provinsi
TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 42
Lampiran 8.
LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN KEDELAI DI INDONESIA TAHUN 2011 – 2015
Ket: OPT Utama : ulat grayak, penggulung daun, lalat kacang, penggerek polong, ulat jengkal, tikus
Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso
1 Aceh 1.758 - 1.408 - 911 - 3.534 10 1.421 -
2 Sumatera Utara 87 - 301 - 39 - 104 - 94 -
3 Sumatera Barat 2 - 2 - 5 - 0 - 4 -
4 R i a u 110 - 36 - 14 - 3 - 12 -
5 J a m b i 52 - 15 - 46 - 42 - 173 -
6 Sumatera Selatan 73 - 10 - 1 - 158 - 222 -
7 Bengkulu - - - - 2 - 1 - 80 3
8 Lampung 66 - 92 - 69 - 118 - 64 -
9 Kep. Bangka - - - - - - - - - -
10 Kep. Riau - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 1.276 - 705 - 274 - 935 9 233 1
13 Jawa Tengah 1.179 - 1.296 15 623 - 961 - 927 -
14 DI Yogyakarta 631 - 213 - 110 - 121 - 46 -
15 Jawa Timur 2.297 - 462 - 647 - 846 - 476 -
16 Banten - - - - - - - - 20 -
17 B a l i 93 - 57 - 7 - 14 - 18 -
18 Nusa Tenggara Barat 831 - 762 - 1.845 - 1.277 10 285 -
19 Nusa Tenggara 8 - 2 - 146 - 79 - 6 -
20 Kalimantan Barat 26 - 4 - 103 - 201 - 8 -
21 Kalimantan Tengah 7 - - - - - - - - -
22 Kalimantan Selatan 1 - - - - - - - - -
23 Kalimantan Timur 9 - 4 - 11 - 3 - 2 -
24 Sulawesi Utara 13 - 4 - 2 - 18 - 5 3
25 Sulawesi Tengah 213 - 130 - 2.510 - 144 - 85 -
26 Sulawesi Selatan 670 - 104 - 113 - 307 - 327 -
27 Sulawesi Tenggara 221 - 128 - 637 - 340 - 290 -
28 Gorontalo 3 - 14 - 1 - 7 - 4 -
29 Sulawesi Barat 12 - 101 - 10 - 42 - 44 -
30 M a l u k u 0 - - - 0 - - - 43 -
31 Maluku Utara 107 - 85 - 46 1 9 - 7 -
32 Papua Barat 100 - 128 - 1 - 78 - 114 -
33 Papua 113 - 121 - 165 - 103 - 182 -
9.956 - 6.183 15 8.336 1 9.444 29 5.193 7 Jumlah
No Provinsi
TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 43
Lampiran 9.
LUAS BANJIR PADA TANAMAN PANGAN DI INDONESIA TAHUN 2009 – 2013, RERATA 5 TAHUN, TAHUN 2014, DAN TAHUN 2015
Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso
1 2009 222.481 67.821 12.331 3.201 12.946 6.572 185 67 782 492 594 242 11 11
2 2010 307.810 93.929 40.463 17.778 17.012 11.782 929 284 19.908 11.335 303 43 164 11
3 2011 169.464 29.383 16.462 8.045 7.674 3.751 963 146 1.636 1.037 175 90 9 4
4 2012 177.861 40.866 11.661 2.828 2.396 1.344 84 29 121 39 204 13 4 2
5 2013 408.961 88.265 18.097 8.136 5.112 1.790 445 133 791 233 395 259 11 -
Rerata 257.315 64.053 19.803 7.998 9.028 5.048 521 132 4.647 2.627 334 129 40 6
6 2014 338.378 141.045 10.693 3.300 3.523 2.031 243 37 36 33 259 123 - -
7 2015 48.330 25.496 2.535 1.568 1.751 1.384 170 10 97 3 23 3 30 30
No Tahun
Komoditas
Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 44
Lampiran 10.
LUAS KEKERINGAN PADA TANAMAN PANGAN DI INDONESIA TAHUN 2009 – 2013, RERATA 5 TAHUN, TAHUN 2014, DAN TAHUN 2015
Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso
1 2009 231.912 18.975 112.218 12.679 8.005 1.534 10.394 210 726 7 10 - 52 19
2 2010 96.721 20.856 82.875 20.724 5.014 643 2.703 1.164 2.747 1.380 803 204 - -
3 2011 250.836 53.127 22.644 1.441 2.229 154 222 29 2.458 419 1.365 - 1 -
4 2012 282.795 47.573 21.686 1.508 1.546 130 161 - 131 93 5 4 1 -
5 2013 50.342 4.067 11.731 365 123 10 151 - 8 - 1 - 2 -
Rerata 182.521 28.920 50.231 7.343 3.383 494 2.726 281 1.214 380 437 42 11 4
6 2014 216.345 35.423 20.581 2.306 4.969 395 353 18 6 - 434 - 101 -
7 2015 339.531 217.931 47.476 21.929 10.234 5.002 766 156 118 30 18 0 1 0
No Tahun
Komoditas
Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 45
Lampiran 11.
LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN PADI DI INDONESIA TAHUN 2011 – 2015
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
1Pe
mer
inta
h Ac
eh16
.172
5.34
324
.364
6.75
639
.574
9.93
352
.460
23.2
1010
.398
5.79
117
.342
1.89
027
.044
6.10
05.
114
502
65.9
346.
389
1.16
278
2Su
mat
era U
tara
8.63
861
810
.396
1.33
018
.581
3.87
99.
987
1.16
53.
124
2.50
71.
458
122
6.63
139
54.
550
012
.878
282
969
76
3Su
mat
era B
arat
2.07
956
81.
365
471
3.27
645
72.
314
351
1.24
644
84.
112
735
361
737
36
6.21
01.
093
2.91
91.
062
4Ri
au6.
498
1.45
42.
262
896.
532
1.18
14.
497
1.38
41.
194
438
4.93
21.
579
1.04
665
970
283
4.63
319
1.51
766
4
5Ja
mbi
1.82
840
45.
942
687
10.0
362.
667
4.32
190
511
189
9.22
61.
234
8.02
61.
290
138
05.
161
385
8.43
05.
633
6Su
mat
era S
elat
an7.
601
1.01
35.
033
785
13.3
121.
740
27.2
294.
558
2.40
469
220
.913
1.67
36.
852
463
00
701
1534
.747
22.2
04
7Be
ngku
lu72
2861
3038
211
746
091
241.
546
2826
615
00
100
951
167
8La
mpu
ng1.
852
284
5.27
42.
752
17.5
075.
289
8.62
54.
709
3.81
91.
935
25.0
908.
469
20.9
266.
639
2.78
314
2.66
713
823
.061
13.5
92
9Ke
pula
uan
Bang
ka B
elitu
ng0
00
00
029
00
248
940
00
00
061
034
026
1
10Ke
pula
uan
Riau
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
11DK
I. Ja
karta
00
00
121
7726
314
054
00
00
00
00
02
0
12Ja
wa B
arat
15.6
141.
217
15.8
9066
239
.529
4.99
696
.004
51.6
471.
447
170
51.9
3414
.855
76.2
633.
642
8.99
716
812
.995
1.77
080
.476
47.2
44
13Ja
wa T
enga
h27
.250
7.50
512
.791
1.52
743
.789
13.3
1060
.514
33.7
925.
761
1.52
610
.296
811
45.7
7711
.595
3.14
522
413
.507
3.45
529
.847
18.2
80
14DI
. Yog
yaka
rta2.
248
139
1.21
913
891
172
178
2430
010
656
273
2.59
315
339
057
1.07
711
113
037
15Ja
wa T
imur
24.0
295.
832
18.7
265.
128
54.9
6212
.017
16.1
795.
263
5.50
12.
560
9.07
81.
372
16.8
031.
551
8.72
71.
806
8.08
272
713
.361
5.67
8
16Ba
nten
10.5
9940
918
.273
2.62
830
.411
8.45
416
.572
5.78
96.
505
5.04
13.
436
722
40.8
3112
.353
188
114
941
302
13.1
069.
426
17Ba
li19
1610
719
447
00
00
111
066
416
018
20
1.72
067
767
459
18Nu
sa Te
ngga
ra B
arat
1.77
176
110
.075
2.13
74.
547
1.91
24.
207
350
659
103
1.09
321
25.
062
404
5.24
218
012
.711
557
2.68
995
4
19Nu
sa Te
ngga
ra Ti
mur
1.06
048
063
49
1.02
667
637
241
131
528
954
3679
94
5.84
082
213
927
20Ka
liman
tan
Bara
t11
.443
813
2.29
31.
154
15.0
5631
720
298
600
558
2.54
412
129
01.
830
019
.975
9.16
193
296
21Ka
liman
tan
Teng
ah74
626.
893
2.71
54.
011
613
1.71
915
641
1.31
021
280
01.
028
315.
941
506
527
109
22Ka
liman
tan
Sela
tan
8.14
990
76.
554
1.55
817
.629
210
.049
1.72
251
339
65.
180
305
5.01
816
25
02.
403
598
11.2
716.
218
23Ka
liman
tan
Tim
ur1.
694
277
1.20
538
82.
123
502
1.75
065
926
754
1.31
736
51.
332
166
580
505
526.
021
3.91
4
24Su
law
esi U
tara
159
140
012
727
384
291
10
00
09
010
69
1.14
469
1
25Su
law
esi T
enga
h1.
104
3387
731
412
316
4.87
121
550
525
00
057
379
199
654.
615
1.26
39.
272
6.37
7
26Su
law
esi S
elat
an18
.733
815
23.9
128.
258
66.4
1019
.029
15.0
664.
925
3.07
92.
561
70.8
4216
.036
13.9
5189
74.
214
346
18.7
692.
910
63.9
6050
.828
27Su
law
esi T
engg
ara
165
492.
063
756
15.9
3991
433
674
184
436.
687
1.50
11.
701
536
712
119
5.71
63.
099
12.0
4610
.906
28Go
ront
alo
613
342
393
198
2.28
412
244
017
510
70
03
03
01.
114
351
7.36
24.
659
29Su
law
esi B
arat
00
658
294
00
00
30
1.51
263
274
626
90
099
103.
719
2.20
7
30M
aluk
u0
060
284
535
3320
080
40
064
40
01.
339
1.31
962
161
5
31M
aluk
u Ut
ara
00
00
3718
160
00
00
00
10
549
150
0
32Iri
an Ja
ya B
arat
00
00
10
00
00
00
00
00
910
120
33Pa
pua
00
00
149
00
00
00
00
095
334
90
08.
034
5.47
2
Jum
lah
169.
464
29.3
8317
7.86
140
.866
408.
962
88.2
6533
8.37
814
1.04
548
.330
25.4
9625
0.83
653
.127
282.
795
47.5
7350
.342
4.06
721
6.34
535
.423
339.
531
217.
931
NoPr
opin
si
BANJ
IR
2011
2012
2013
2014
2015
2011
KEKE
RING
AN
2012
2013
2014
2015
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 46
Lampiran 12.
LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN JAGUNG DI INDONESIA TAHUN 2011 – 2015
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
1Pe
mer
inta
h Ac
eh99
844
354
246
913
175
2.01
951
81.
391
811
191
192
3536
20
1.23
20
370
2Su
mat
era U
tara
2.17
31.
443
1.37
31.
087
521
7839
392
525
444
2.28
612
885
2.09
50
2.76
20
660
0
3Su
mat
era B
arat
2.42
11.
782
169
6444
416
713
510
166
5679
1310
227
00
6616
197
4Ri
au23
417
447
710
821
9215
140
103
00
260
20
617
397
5Ja
mbi
286
7346
2510
049
150
743
31
032
170
038
072
514
0
6Su
mat
era S
elat
an3
038
015
225
208
345
013
586
197
00
20
6.65
21.
164
7Be
ngku
lu0
00
05
00
00
075
834
60
00
00
048
25
8La
mpu
ng50
501.
277
6538
851
265
410
6.57
127
34.
820
511
364
016
06
473
180
9Ke
pula
uan
Bang
ka B
elitu
ng0
00
00
00
00
00
00
00
00
048
35
10Ke
pula
uan
Riau
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
11DK
I. Ja
karta
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
12Ja
wa B
arat
3820
21
00
00
00
247
28
00
00
022
114
13Ja
wa T
enga
h1.
066
151
451
2144
412
51.
057
335
7934
6.71
521
310
.037
119
5.86
50
1.98
74
3.54
518
5
14DI
. Yog
yaka
rta6
60
00
00
00
010
80
00
110
960
186
15Ja
wa T
imur
1.35
91.
098
495
107
4.44
91.
930
530
444
198
3.52
738
51.
014
107
1.17
021
269
436
91.
582
195
16Ba
nten
00
00
00
00
00
00
00
00
00
20
17Ba
li73
50
00
00
00
00
765
055
90
00
8932
116
5
18Nu
sa Te
ngga
ra B
arat
00
413
131
508
129
1.16
06
10
290
2.80
839
066
723
1.13
31
849
127
19Nu
sa Te
ngga
ra Ti
mur
6362
1.66
539
1.52
51.
326
9445
00
340
140
01.
148
130
5.21
345
376
31
20Ka
liman
tan
Bara
t3
00
00
00
00
020
00
08
00
06
0
21Ka
liman
tan
Teng
ah0
013
124
40
010
634
026
00
01
014
853
22Ka
liman
tan
Sela
tan
415
383
517
045
1111
654
90
540
60
560
271
46
23Ka
liman
tan
Tim
ur0
00
00
00
00
020
036
00
022
150
0
24Su
law
esi U
tara
00
00
10
2814
00
00
00
90
00
979
897
25Su
law
esi T
enga
h0
00
023
321
710
30
00
00
084
01.
435
999
26Su
law
esi S
elat
an5.
719
2.27
95.
234
977
7.09
43.
682
4.73
51.
692
166
162
811
188
897
200
00
1.15
125
26.
429
4.64
0
27Su
law
esi T
engg
ara
00
62
390
330
00
130
10
00
00
177
2816
654
28Go
ront
alo
1.26
285
840
4050
840
00
8336
430
130
00
00
21.9
0012
.700
29Su
law
esi B
arat
50
00
00
00
00
50
00
00
5.60
21.
539
155
30
30M
aluk
u0
03
20
00
00
00
01
00
00
00
0
31M
aluk
u Ut
ara
00
00
22
00
00
00
00
20
00
00
32Iri
an Ja
ya B
arat
00
00
00
00
00
00
00
00
130
00
33Pa
pua
00
00
20
00
00
00
00
00
20
00
Jum
lah
16.4
628.
045
11.6
612.
828
18.0
978.
136
10.6
933.
300
2.53
51.
568
22.6
441.
441
21.6
861.
508
11.7
3136
520
.581
2.30
647
.476
21.9
29
NoPr
opin
si
BANJ
IR
2011
2012
2013
2014
2015
2011
KEKE
RING
AN
2012
2013
2014
2015
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 47
Lampiran 13.
LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN KEDELAI DI INDONESIA TAHUN 2011 – 2015
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
1Pe
mer
inta
h Ac
eh1.
513
379
942
411
211
742.
259
1.16
450
419
311
65
341
404
083
255
560
2Su
mat
era U
tara
5.02
53.
001
4712
736
282
194
140
169
00
00
00
870
150
3Su
mat
era B
arat
99
00
00
30
00
00
00
00
00
00
4Ri
au22
315
910
042
538
610
927
835
830
00
940
150
175
5673
51
5Ja
mbi
1111
2611
6048
172
8912
494
150
252
00
632
1.01
048
9
6Su
mat
era S
elat
an0
00
019
190
00
00
074
00
027
015
1.02
848
9
7Be
ngku
lu0
00
00
00
051
500
00
00
00
097
622
6
8La
mpu
ng0
00
00
05
50
00
046
00
016
50
5716
9Ke
pula
uan
Bang
ka B
elitu
ng0
00
00
00
00
00
00
00
00
00
0
10Ke
pula
uan
Riau
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
11DK
I. Ja
karta
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
12Ja
wa B
arat
153
00
226
300
00
01.
383
30
00
00
068
70
13Ja
wa T
enga
h15
832
212
767
240
631
912
015
010
299
037
1043
29
269
0
14DI
. Yog
yaka
rta0
00
052
140
00
091
118
03
00
00
0
15Ja
wa T
imur
271
150
022
51
4538
00
8828
129
00
060
013
632
16Ba
nten
00
00
00
218
55
00
00
00
108
30
17Ba
li0
00
00
00
00
00
00
00
00
00
0
18Nu
sa Te
ngga
ra B
arat
6060
9693
781
685
00
195
195
266
6027
288
00
2.35
429
1.34
237
6
19Nu
sa Te
ngga
ra Ti
mur
125
150
00
00
00
00
00
00
00
00
0
20Ka
liman
tan
Bara
t0
00
00
00
00
044
300
00
00
03
1
21Ka
liman
tan
Teng
ah0
030
040
100
00
00
00
00
059
504
0
22Ka
liman
tan
Sela
tan
11
20
140
5946
30
507
90
30
111
21.
377
683
23Ka
liman
tan
Tim
ur0
00
00
00
00
00
00
00
00
00
0
24Su
law
esi U
tara
00
00
00
280
00
00
00
00
20
428
263
25Su
law
esi T
enga
h0
00
00
040
350
00
00
00
044
4446
939
9
26Su
law
esi S
elat
an23
841
1.20
781
51.
542
226
179
156
00
110
249
00
00
01.
902
1.75
3
27Su
law
esi T
engg
ara
00
00
1212
55
00
150
00
00
306
125
209
76
28Go
ront
alo
00
00
00
00
00
00
00
00
00
149
149
29Su
law
esi B
arat
00
00
00
00
88
00
00
00
00
400
30M
aluk
u0
00
00
00
00
00
00
00
00
00
0
31M
aluk
u Ut
ara
00
00
22
00
00
00
00
00
00
00
32Iri
an Ja
ya B
arat
2626
150
00
00
00
00
00
00
00
20
33Pa
pua
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
Jum
lah
7.67
43.
751
2.39
61.
344
5.11
21.
790
3.52
32.
031
1.75
11.
384
2.22
915
41.
546
130
6210
4.96
939
510
.234
5.00
2
NoPr
opin
si
BANJ
IR
2011
2012
2013
2014
2015
2011
KEKE
RING
AN
2012
2013
2014
2015
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 48
Lampiran 14.
LUAS PENGENDALIAN DAN SEMBUH PADA TANAMAN PANGAN DI INDONESIA
TAHUN 2014 DAN 2015
SEMBUH SURUT PULIH
2014 2015 2015 2015 2015
1 Padi 1.086.103 1.049.956 190.347 57.952 80.652
2 Jagung 30.659 31.882 10.847 1.677 2.933
3 Kedelai 15.375 10.282 2.136 75 1.716
1.132.138 1.092.120 203.329 59.704 85.301 INDONESIA
PENGENDALIANNo KOMODITAS
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 49
Lampiran 15.
RENCANA DAN REALISASI PPHT DIPA APBN TAHUN 2015
Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Aceh - - - - - - - - - - - -
2 Sumatera Utara - - - - - - - - - - - -
3 Sumatera Barat - - - - - - - - - - - -
4 R i a u - - - - - - - - - - - -
5 J a m b i - - - - - - - - - - - -
6 Sumatera Selatan - - - - - - - - - - - -
7 Bengkulu - - - - - - - - - - - -
8 Lampung - - - - - - - - - - - -
9 Kep. Bangka Belitung - - - - - - - - - - - -
10 Kep. Riau - - - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 725 725 100,00 - - - - - - 725 725 100,00
13 Jawa Tengah 875 800 91,43 30 30 100,00 20 10 50,00 925 840 90,81
14 DI Yogyakarta 175 175 100,00 - - - 10 10 100,00 185 185 100,00
15 Jawa Timur 900 900 100,00 60 60 100,00 50 50 100,00 1.010 1.010 100,00
16 Banten - - - - - - - - - - - -
17 B a l i - - - - - - - - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat - - - - - - - - - - - -
19 Nusa Tenggara Timur - - - - - - - - - - - -
20 Kalimantan Barat - - - - - - - - - - - -
21 Kalimantan Tengah - - - - - - - - - - - -
22 Kalimantan Selatan - - - - - - - - - - - -
23 Kalimantan Timur - - - - - - - - - - - -
24 Sulawesi Utara - - - - - - - - - - - -
25 Sulawesi Tengah - - - - - - - - - - - -
26 Sulawesi Selatan 700 700 100,00 15 15 100,00 10 10 100,00 725 725 100,00
27 Sulawesi Tenggara - - - - - - - - - - - -
28 Gorontalo - - - - - - - - - - - -
29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - -
30 M a l u k u - - - - - - - - - - - -
31 Maluku Utara - - - - - - - - - - - -
32 Papua Barat - - - - - - - - - - - -
33 Papua - - - - - - - - - - - -
3.375 3.300 97,78 105 105 100,00 90 80 88,89 3.570 3.485 97,62 Jumlah (Unit)
Jumlah (Ha)
TotalPadi Jagung KedelaiNo. Provinsi
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 50
Lampiran 16.
RENCANA DAN REALISASI PPHT DIPA APBN-P TAHUN 2015
Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Aceh 250 250 100,00 - - - - - - 250 250 100,00
2 Sumatera Utara - - - - - - - - - - - -
3 Sumatera Barat 250 250 100,00 - - - - - - 250 250 100,00
4 R i a u - - - - - - - - - - - -
5 J a m b i 125 50 40,00 - - - - - - 125 50 40,00
6 Sumatera Selatan - - - - - - - - - - - -
7 Bengkulu - - - - - - - - - - - -
8 Lampung 350 350 100,00 - - - - - - 350 350 100,00
9 Kep. Bangka Belitung - - - - - - - - - - - -
10 Kep. Riau - - - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat - - - - - - - - - - - -
13 Jawa Tengah - - - - - - - - - - - -
14 DI Yogyakarta - - - - - - - - - - - -
15 Jawa Timur - - - - - - - - - - - -
16 Banten 275 275 100,00 - - - - - - 275 275 100,00
17 B a l i 300 300 100,00 - - - - - - 300 300 100,00
18 Nusa Tenggara Barat 200 200 100,00 - - - 30 30 - 230 230 100,00
19 Nusa Tenggara Timur 250 250 100,00 15 15 100,00 - - - 265 265 100,00
20 Kalimantan Barat 375 325 86,67 - - - - - - 375 325 86,67
21 Kalimantan Tengah 50 50 100,00 - - - - - - 50 50 100,00
22 Kalimantan Selatan 300 300 100,00 - - - - - - 300 300 100,00
23 Kalimantan Timur - - - - - - - - - - - -
24 Sulawesi Utara 125 125 100,00 15 15 100,00 - - - 140 140 100,00
25 Sulawesi Tengah 375 375 100,00 15 15 100,00 - - - 390 390 100,00
26 Sulawesi Selatan - - - - - - - - - - - -
27 Sulawesi Tenggara 275 275 100,00 - - - - - - 275 275 100,00
28 Gorontalo - - - - - - - - - - - -
29 Sulawesi Barat 150 100 66,67 15 - - - - - 165 100 60,61
30 M a l u k u - - - - - - - - - - - -
31 Maluku Utara - - - - - - - - - - - -
32 Papua Barat 100 100 100,00 - - - - - - 100 100 100,00
33 Papua 125 - - - - - - - - 125 - -
3.875 3.575 92,26 60 45 75,00 30 30 100,00 3.965 3.650 92,06 Jumlah (Unit)
No. Provinsi
Jumlah (Ha)
Padi Jagung Kedelai Total
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 51
Lampiran 17.
RENCANA DAN REALISASI PPDPI DIPA APBN DAN APBN-P TAHUN 2015
Rencana Realisasi % Capaian Rencana Realisasi % Capaian
1 Aceh - - - 10 10 100,00
2 Sumatera Utara - - - 10 - -
3 Sumatera Barat - - - 20 20 100,00
4 R i a u - - - - - -
5 J a m b i - - - - - -
6 Sumatera Selatan - - - 20 - -
7 Bengkulu - - - - - -
8 Lampung - - - 10 10 100,00
9 Kep. Bangka Belitung - - - - - -
10 Kep. Riau - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - -
12 Jawa Barat 30 10 33,33 - - -
13 Jawa Tengah 30 30 100,00 - - -
14 DI Yogyakarta 10 10 100,00 - - -
15 Jawa Timur 30 30 100,00 - - -
16 Banten - - - 20 20 100,00
17 B a l i - - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat - - - 10 10 100,00
19 Nusa Tenggara Timur - - - - - -
20 Kalimantan Barat - - - - - -
21 Kalimantan Tengah - - - - - -
22 Kalimantan Selatan - - - 20 20 100,00
23 Kalimantan Timur - - - - - -
24 Sulawesi Utara - - - - - -
25 Sulawesi Tengah - - - - - -
26 Sulawesi Selatan - - - 30 30 100,00
27 Sulawesi Tenggara - - - - - -
28 Gorontalo - - - - - -
29 Sulawesi Barat - - - - - -
30 M a l u k u - - - - - -
31 Maluku Utara - - - - - -
32 Papua Barat - - - - - -
33 Papua - - - - - -
100 80 80,00 150 120 80,00Jumlah (Unit)
No Provinsi
DIPA
APBN APBN-P
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 52
Lampiran 18.
RENCANA DAN REALISASI GERAKAN PENGENDALIAN OPT DIPA APBN TAHUN 2015
1 Pemerintah Aceh 9 9 100,00
2 Sumatera Utara 12 12 100,00
3 Sumatera Barat 12 12 100,00
4 R i a u 2 2 100,00
5 J a m b i 3 3 100,00
6 Sumatera Selatan 6 6 100,00
7 Bengkulu 7 7 100,00
8 Lampung 11 11 100,00
9 Kep. Bangka Belitung 2 0 -
10 Kep. Riau 0 0 -
11 Banten 8 8 100,00
12 DKI Jakarta 0 0 -
13 Jawa Barat 0 0 -
14 Jawa Tengah 0 0 -
15 DI Yogyakarta 0 0 -
16 Jawa Timur 0 0 -
17 Bali 5 5 100,00
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 -
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 -
20 Kalimantan Barat 0 0 -
21 Kalimantan Tengah 2 2 100,00
22 Kalimantan Selatan 0 0 -
23 Kalimantan Timur 0 0 -
24 Sulawesi Utara 2 2 100,00
25 Sulawesi Tengah 6 6 100,00
26 Sulawesi Selatan 2 2 100,00
27 Sulawesi Tenggara 3 3 100,00
28 Gorontalo 2 2 100,00
29 Sulawesi Barat 10 8 80,00
30 Maluku 6 6 100,00
31 Maluku Utara 3 3 100,00
32 Papua Barat 1 1 100,00
33 Papua 1 1 100,00
115 111 96,52
NO PROVINSI
Jumlah
Rencana Realisasi
JUMLAH
% Capaian
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 53
Lampiran 19.
RENCANA DAN REALISASI GERAKAN PENGENDALIAN OPT DIPA APBN-P TAHUN 2015
Rencana Realisasi % Capaian Rencana Realisasi % Capaian Rencana Realisasi % Capaian Rencana Realisasi%
Capaian
1 Pemerintah Aceh 20 20 100,00 4 4 100,00 1 1 100,00 - - -
2 Sumatera Utara 25 25 100,00 4 4 100,00 2 2 100,00 - - -
3 Sumatera Barat 12 12 100,00 3 3 100,00 - - - - - -
4 R i a u 5 5 100,00 - - - - - - - - -
5 J a m b i 5 5 100,00 - - - - - - - - -
6 Sumatera Selatan 20 20 100,00 - - - 1 1 100,00 1 1 100,00
7 Bengkulu 20 20 100,00 - - - - - - - - -
8 Lampung 8 8 100,00 4 4 100,00 1 1 100,00 1 1 100,00
9 Kep. Bangka Belitung 2 0 - - - - - - - - - -
10 Kep. Riau - - - - - - - - - - - -
11 Banten 20 20 100,00 - - - - - - 1 1 100,00
12 DKI Jakarta - - - - - - - - - - - -
13 Jawa Barat 27 27 100,00 2 2 100,00 1 1 100,00 - - -
14 Jawa Tengah 24 24 100,00 12 12 100,00 4 4 100,00 - - -
15 DI Yogyakarta 24 24 100,00 12 8 66,67 4 4 100,00 - - -
16 Jawa Timur 10 10 100,00 2 2 100,00 1 1 100,00 - - -
17 Bali 11 11 100,00 - - - - - - 1 1 100,00
18 Nusa Tenggara Barat 23 23 100,00 2 2 100,00 1 - - 1 1 100,00
19 Nusa Tenggara Timur 16 16 100,00 4 4 100,00 - - - - - -
20 Kalimantan Barat 7 5 71,43 2 1 50,00 - - - 1 - -
21 Kalimantan Tengah 3 3 100,00 - - - - - - 1 1 100,00
22 Kalimantan Selatan 20 20 100,00 4 4 100,00 1 1 100,00 1 1 100,00
23 Kalimantan Timur 7 7 100,00 - - - - - - 1 1 100,00
24 Sulawesi Utara 4 4 100,00 - - - - - - - - -
25 Sulawesi Tengah 20 20 100,00 - - - - - - 1 1 100,00
26 Sulawesi Selatan 28 28 100,00 2 2 100,00 1 1 100,00 - - -
27 Sulawesi Tenggara 6 6 100,00 - - - - - - - - -
28 Gorontalo 12 12 100,00 12 12 100,00 - - - - - -
29 Sulawesi Barat 6 6 100,00 3 - 1 - - - - -
30 Maluku 4 4 100,00 2 2 100,00 - - - - - -
31 Maluku Utara 9 9 100,00 4 4 100,00 2 2 100,00 - - -
32 Papua Barat 2 2 100,00 - - - - - - - - -
33 Papua 1 - - - - - - - - - -
401 396 98,75 78 70 89,74 21 19 90,48 10 9 90,00
Jumlah
TNI
JUMLAH
NO PROVINSIPadi Jagung Kedelai
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja (LAKIN) Tahun 2015 54
Lampiran 20.
RENCANA DAN REALISASI SARANA PENGENDALIAN OPT DIPA APBN-P TAHUN 2015
1 Pemerintah Aceh 1 550.000.000 511.750.000,00 3.412
2 Sumatera Utara 1 1.927.335.000 1.893.153.000,00 12.621
3 Sumatera Barat 1 370.000.000 275.880.000,00 1.839
4 R i a u 1 400.000.000 371.073.200,00 2.474
5 J a m b i 1 4.750.000.000 4.750.000.000,00 31.667
6 Sumatera Selatan 1 1.000.000.000 988.475.000,00 6.590
7 Bengkulu 1 1.025.000.000 1.008.939.250,00 6.726
8 Lampung 1 5.390.600.000 5.306.388.000,00 35.376
9 Kep. Bangka Belitung 1 484.120.000 - -
10 Kep. Riau 0 - -
11 Banten 1 2.150.000.000 2.119.525.000,00 14.130
12 DKI Jakarta 0 - -
13 Jawa Barat 1 46.055.128.000 45.990.483.400,00 306.603
14 Jawa Tengah 1 2.800.000.000 2.787.452.000,00 18.583
15 DI Yogyakarta 1 245.000.000 207.702.000,00 1.385
16 Jawa Timur 1 600.000.000 579.832.000,00 3.866
17 Bali 1 858.171.000 835.725.000,00 5.572
18 Nusa Tenggara Barat 1 1.000.000.000 952.612.050,00 6.351
19 Nusa Tenggara Timur 1 4.900.000.000 4.450.357.000,00 29.669
20 Kalimantan Barat 1 1.894.750.000 1.885.320.000,00 12.569
21 Kalimantan Tengah 1 1.722.000.000 1.632.700.000,00 10.885
22 Kalimantan Selatan 1 750.000.000 733.662.600,00 4.891
23 Kalimantan Timur 1 650.000.000 597.840.705,00 3.986
24 Sulawesi Utara 1 810.000.000 - -
25 Sulawesi Tengah 1 1.667.250.000 1.646.645.000,00 10.978
26 Sulawesi Selatan 1 2.043.000.000 2.027.106.000,00 13.514
27 Sulawesi Tenggara 1 1.650.000.000 1.641.750.000,00 10.945
28 Gorontalo 1 797.260.000 708.426.000,00 4.723
29 Sulawesi Barat 1 975.000.000 940.590.000,00 6.271
30 Maluku 1 650.000.000 598.000.000,00 3.987
31 Maluku Utara 1 677.000.000 676.335.000,00 4.509
32 Papua Barat 1 1.470.000.000 1.325.000.000,00 8.833
33 Papua 1 375.000.000 374.800.000,00 2.499
31 90.636.614.000 87.817.522.205 585.450 JUMLAH
SARANA PENGENDALIAN OPT
FisikNO PROVINSI
Volume Pagu Realisasi