Top Banner
Laporan Praktikum Ke-3 Tanggal Mulai :25 November 2015 MK. Dietetik Penyakit Infeksi Tempat :Lab. Kulinari dan Dietetik TATA LAKSANA DIET RENDAH SISA 1 PADA PASIEN TIFUS ABDOMINALIS Oleh: Kelompok 8 B Suci Larasati I14130024 Nur Ayu Syaeftiana I14130105 Asisten Praktikum Wiwi Febriyani S.Gz Dini Kurnianingsih Penanggung Jawab Praktikum Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS
22

Diet Sisa Rendah I

Jan 28, 2016

Download

Documents

Ilmu Gizi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Diet Sisa Rendah I

Laporan Praktikum Ke-3 Tanggal Mulai :25 November 2015MK. Dietetik Penyakit Infeksi Tempat :Lab. Kulinari dan Dietetik

TATA LAKSANA DIET RENDAH SISA 1 PADA PASIEN TIFUS ABDOMINALIS

Oleh:

Kelompok 8 B

Suci Larasati I14130024Nur Ayu Syaeftiana I14130105

Asisten Praktikum

Wiwi Febriyani S.GzDini Kurnianingsih

Penanggung Jawab Praktikum

Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR2015

Page 2: Diet Sisa Rendah I
Page 3: Diet Sisa Rendah I

PENDAHULUAN

Tifus abdominalis merupakan salah satu penyakit menular yang berkaitan dengan lingkungan terutama lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan (Timmreck 2004). Proses infeksi dari penyakit typhoid menurut Rampengan (2001) disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi yang masuk kedalam tubuh manusia melalui mulut dengan perantara makanan dan minuman yang tercemar. Penyakit infeksi akut ini diawali di selaput lebder usus dan jika tidak diobati secara progresif akan menyerbu jaringan diseluruh tubuh (Mansjoer 2000).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2004 dari hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001, Tifus abdominalis menempati urutan ke-8 dari 10 pola penyebab kematian umum di Indonesia dengan proporsi sebesar 4,3% (WHO 2005). Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 Tifus abdominalis menempati urutan ke 3 dari 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit Indonesia dengan CFR 0,67% (KEMENKES 2012).

Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada seseorang dengan demam typhoid yaitu (1) demam, biasanya lebih dari tiga minggu. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Suhu tubuh meningkat dan dapat terjadi serangan kejang. (2) Gangguan sistem pencernaan, mulut berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah. Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue). Ujung dan tepinya kemerahan jarang disertai tremor. Pemeriksaan abdomen di temukan keadaan perut kembung (meteorismus), hati dan limpa membesar di sertai nyeri perabaan. (3)Umumnya kesadaran pasien menurun (Nelson 2003).

Komplikasi infeksi dapat terjadi perforasi atau perdarahan. Salmonella typhi terutama menyerang jaringan tertentu, yaitu jaringan limfoid, seperti limpa yang membesar. Juga jaringan limpoid di usus kecil, yaitu plak peyeri, terserang dan membesar. Membesarnya plak peyeri menyebabkan jaringan ini menjadi rapuh dan mudah rusak oleh gesekan makanan yang melaluinya. Inilah sebabnya pasien tifus harus diberikan makanan lunak hingga cair agar tidak merusak dinding usus setempat yang tipis, karena makin menipisnya dinding usus pembuluh darah setempat ikut rusak dan timbul perdarahan (Tambayong 2000).

Berdasarkan uraian diatas, pasien dengan demam typhoid perlu mendapatkan perhatian dalam konsumsi makanannya untuk menjaga agar berat badan tetap dalam kondisi normal, karena penyakit yang menyerang sistem pencernaan ini dapat menurunkan nafsu makan yang menyebabkan asupan zat gizi berkurang sehingga pasien tersebut kehilangan berat badan hingga mengalami gizi kurang. Selain itu, pemilihan diet untuk pasien juga berfungsi agar sistem pertahanan tubuh lebih kuat, mempercepat pergantian sel dan jaringan yang rusak, serta mempercepat waktu penyembuhan. Oleh karena itu, penting bagi ahli gizi untuk melakukan tata laksana diet pada pasien tifus abdominalis untuk memenuhi kebutuhan gizinya, meningkatkan nafsu makan sehingga tetap menjaga berat badan agar tidak turun, serta fungsi-fungsi lain dari pemberian diet pada pasien

Page 4: Diet Sisa Rendah I

seperti yang telah disebutkan. Patofisiologi penyakit Os dapat dilihat pada diagram berikut.

Konsumsi makanan/minuman tercemar↓

Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh↓

Menginveksi

Gambar 1 Diagram patofisiologi tifus abdominalis (Rampengan 2001)

Jaringan limfoid Jaringan hati Selaput lebder usus

Plek peyeri

Limfa membesar Hati membesarTyfus

abdominalis

Rapuh dan mudah rusak

Dinding usus dan pembuluh darah

rusak

Feses bedarah

Endotoksin

Sintesis zat pirogen ↑ pada jaringan yang meradang

Demam

Kesadaran ↓

Page 5: Diet Sisa Rendah I

TATALAKSANA DIET PADA PASIEN DEMAM DAN DISFAGIA

NRM : 00303Nama : Tn. MJenis Kelamin : Laki-lakiTanggal lahir : N/AUsia : 20 tahunDiagnosis Medis : Tifus Abdominalis

Assessment Gizi

Antropometri

BB :60 kg Lingkar Lengan Atas : N/A cmTB :175 cm Tinggi Lutut : N/AcmIMT :19.6 kg/cm2

Status gizi : normal (Depkes 2003)

Biokimia

Tabel 1 Hasil pengamatan biokimia OsParameter Hasil lab Nilai rujukan InterpretasiHb 11 g/dL 13-16 g/dL Rendah Leukosit 4500 mm3 5000-10000 mm3 Rendah Hematokrit 34% RendahUrin - NormalTes Widal + Positif

Klinik/fisik

Tabel 2 Tabel hasil pengamatan klinik dan fisik OsParameter Hasil lab Nilai rujukan InterpretasiSuhu tubuh 40ºC 36.5-37.5ºC TinggiTekanan darah 100/80 mmHg 120/80 mmHg RendahDenyut nadi 80x/menit 60-80x/menit NormalJantung dan paru normal (+)Hati dan limfa membesar (+)Feses terdapat darah samar (+) Kesadaran menurun (+)

Page 6: Diet Sisa Rendah I

Riwayat Gizi

Alergi makanan : N/ALainnya : N/APola makan : Pola makan Os kurang baik, Os memiliki kebiasaan

mengonsumsi makanan di warteg pinggir jalan. Tabel asupan Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS) Os disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Asupan SMRS OsZat Gizi Kebutuhan SMRS % SMRSEnergi (kkal) 2494 282 11.3Protein (gram) 93.5 3.0 3.2Lemak (gram) 41.6 0.0 0.0KH (gram) 436.5 66.0 15.1

Tabel 3 menunjukkan bahwa asupan Os sebelum masuk rumah sakit untuk energi sebesar 11.3%, protein 3.2 %, lemak 0%, dan karbohidrat sebesar 15.1%. Menurut WNPG (2004) parameter tingkat kecukupan zat gizi makro yang meliputi energi, protein, lemak, dan karbohidrat diklasifikasikan baik jika presentasenya antara 80-110% AKG, kurang jika < 80% AKG, dan lebih jika >110% AKG . Berdasarkan pada literatur tersebut, maka asupan SMRS Os pada keempat zat gizi makro tergolong kurang.

Riwayat Personal

Riwayat penyakit keluarga : N/ARiwayat penyakit pribadi :Os mendapat infus dekstrosa, antibiotik kloramfenikol empat kali sehari dan suplemen vitamin.

Diagnosis Gizi

Domain Intake

NI 2.1 : Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan terbatasnya daya terima makanan akibat tifus abdominalis ditandai oleh asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS) < 70%.

Domain Clinis

NC 1.4 : Perubahan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan tifus abdominalis yang ditandai oleh feses yang tedapat darah samar dan diare berdarah.

Page 7: Diet Sisa Rendah I

Domain Behaviour

NB 1.7 : Pemilihan makanan yang salah berkaitan dengan kurangnya informasi tentang gizi seimbang yang ditandai oleh kebiasaan konsumsi makanan di warteg pinggir jalan.

Intervensi Gizi

Tujuan

Tujuan pemberian diet sisa rendah 1 adalah:

1. Memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan gizi Os.2. Memberikan makanan dengan sedikit mungkin meninggalkan sisa

sehingga dapat membatasi volume feses3. Meringankan kerja saluran pencernaan.4. Meningkatkan pengetahuan terkait pedoman gizi seimbang.

Syarat Diet

Syarat diet rendah sisa 1 untuk pasien tifus abdominalis adalah :1. Energi cukup sesuai dengan umur, gender, dan aktivitas2. Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total3. Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total5. Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat

maksimal 4 g/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi perorangan6. Menghindari susu, produk susu, dan daging berserat kasar sesuai dengan

toleransi perorangan.

Perhitungan Kebutuhan GiziAMB = (10 x BB) + (6.25 x TB) – (5 X U) + 5

= (10 x 60) + (6.25 x 175) – (5 X 20) + 5= 1598.75

Kebutuhan Energi = AMB x FA x FSKebutuhan Energi = 1598.75 x 1.2 x 1.3

= 2494 kkal

Diberikan secara bertahap sebesar 70% dari kebutuhan, dengan bantuan infus 800 kkal.

Kebutuhan Energi = (70% x 2494) - 800 kkal= 946 kkal

Kebutuhan Protein = (70% x 15% x Kebutuhan Energi) : 4= (70% x 15% x 2494 kkal) :4= 65.5 g

Page 8: Diet Sisa Rendah I

Kebutuhan Lemak = (70% x 15% x Kebutuhan Energi) : 9= (70% x 15% x 2494) : 9= 29.1 g

Kebutuhan KH = (70% x 70% x Kebutuhan Energi) : 4= (70% x 70% x 2494 kkal) : 4= 305.5 g

Implementasi

Diberikan diet rendah sisa 1 2494 kkal dalam bentuk makanan saring secara bertahap sebesar 70% dengan energi 946 kkal ditambah cairan dekstrosa 800 kkal, protein 65.5 gram, lemak 29.1 gram, dan karbohidrat 305.5 gram. Diet diberikan melalui jalur per oral sebanyak enam kali waktu makan dengan ketentuan tiga kali makan utama dan tiga kali selingan. Selain itu, juga diberikan edukasi mengenai pemilihan makanan yang benar dalam bentuk leaflet yang disampaikan melalui konsultasi gizi. Pembagian makan Os dalam sehari disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4 Distribusi menu sehari

GolonganSP

PagiSelingan

1Siang

Selingan 2

MalamSelingan

3Makanan pokok

1.41 0.5 - 0.375 - 0.285 0.25

Lauk hewani 3.5 1 - 1.5 - 1 -Lauk nabati 2.36 - 0.5 0.2 1.5 0.16 -Sayur 0.2 - - 0.2 - - -Buah 1.5 - - - - 1 0.5Susu 0 - - - - - -Gula 2.75 - 1 0.25 0.5 0.5 0.5Minyak 2 0.5 - 0.5 - 1 -

Tabel 5 Menu diet Os menurut satuan penukar

Waktu Makan

Menu Makanan

Bahan Makanan

Ukuran Kandungan Zat Gizi

URTBerat (g)

E (kkal

)

P (g)

L (g)

KH (g)

Serat (g)

Pagi 20%

Roti bakar telur mata

sapi

Roti putih 2 lbr 35 88 2 0 20 0,35

Telur 1 btr 55 75 7 5 0 0

Mentega 0.5 sdt 2,5 25 0 2,5 0 0

Total Makan Pagi 188 9 7,5 20 0,35Selinga

n 1 10%

Susu Kedelai

Kedelai 1 sdm 15 45 3 1,8 21 0

Gula 1 sdm 13 50 0 0 12 0

Page 9: Diet Sisa Rendah I

Waktu Makan

Menu Makanan

Bahan Makanan

Ukuran Kandungan Zat Gizi

URTBerat (g)

E (kkal)

P (g)

L (g)

KH (g)

Serat (g)

Total Selingan 1 95 3 1,8 33 0

Siang 25%

Bubur Manado

Bubur nasi

1.5 gls 150 66 1,5 0 15 0,4

Labu siam

1/10 gls

10 2,5 0,1 0 0,5 0,3

Bayam1/10 gls

10 2,5 0,1 0 0,5 0,3

Tahu putih

1/5 bj bsr

22 15 1 0,6 1,4 0,1

Hati ayam

1.5 bh sdg

  11310,

57,5 0 0

Minyak kelapa Sawit

1/2 sdt

2,5 25 0 2.5 0 0

Gula1/4 sdm

3,3 13 0 0 3 0

Total Makan Siang 23713,

210

20,4

1,1

Selingan 2

10%Tahu Tim

Tahu1/2 ptg

55 38 2,5 1,5 3,5 0,5

Telur (putih)

1/2 btr 15 25 5,4 0 0,4 0

Gula1/2 sdm

6,5 25 0 0 6 0

Total Selingan 2 88 7,9 1,5 9,9 0,5

Makan malam 25%

Bubur berasBubur beras

1/40 gls

114 50 1,1 011,

40,5

Tumis tahu ikan kecap

Ikan fillet1 ptg kcl

40 50 7 2 0 0

Tahu 1/5 bj sdg

18 12 0,8 0,5 1,2 0

Minyak kelapa sawit

1 sdt 5 50 0 5 0 0

Sari semangka

Semangka

1 bh 180 50 0 0 12 0

Gula pasir

½ sdt 7 25 0 0 6 0

Total Makan Malam 237 8,9 7,530,

60,5

Selingan 3 10%

Bubur Pisang Coklat

Pisang 1/2 bh 25 25 0 0 6 0,75Tepung Beras

2 sdm 25 52 1,2 0 12 0

Gula1/2 sdm

6,5 25 0 0 6 0

Total Selingan 3 102 1,2 0 24 0,75TOTAL 947 43, 28, 13 3,2

Page 10: Diet Sisa Rendah I

2 3 7,9

Perencanaan yang dilakukan berdasarkan Daftar Bahan Makanan Penukar untuk Os telah memenuhi syarat diet rendah sisa 1. Energi yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan Os, protein dan karbohidrat kurang dari kebutuhan Os, dan lemak melebihi kebutuhan Os. Pemberian serat juga telah memenuhi syarat diet rendah sisa 1 yaitu kurang dari 4 gram/hari dan tidak diberikannya susu, produk susu, maupun daging dengan serat kasar pada menu sehari.

MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring

Monitoring AntropometriMonitoring antropometri bertujuan untuk memantau berat badan Os,

yaitu untuk mencegah penurunan berat badan dan mencapai berat badan ideal. Selain itu juga perlu melakukan monitoring terhadap status gizi Os berdasarkan indikator IMT agar tetap dalam kategori normal.

Monitoring BiokimiaPemeriksaan biokimia pada Os menunjukkan kadar hemoglobin,

hematokrit, dan leukosit yang rendah, serta adanya tes widal (+) terkait dengan tifus abdominalis. Monitoring biokimia dilakukan dengan pengecekan secara rutin terhadap hasil lab dengan tujuan agar kadar hemoglobin, hematokrit, dan leukosit menjadi normal.

Monitoring KlinisHasil pengukuran klinis dan fisik menunjukkan bahwa Os memiliki

tekanan darah rendah dan suhu tubuh yang tinggi, hati dan limfa membesar (+), feses terdapat darah samar (+), dan kesadaran Os menurun (+). Monitoring klinis dilakukan untuk mengontrol tekanan darah dan suhu tubuh agar normal kembali serta mengurangi keluhan-keluhan yang Os alami terkait tifus abdominalis tersebut.

Monitoring BehaviorOs memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan di warteg yang terdapat

di pinggir jalan. Monitoring behavior bertujuan untuk memberikan penjelasan agar tidak mengonsumsi makanan sembarangan dan memerhatikan sanitasi.

Monitoring AsupanAsupan zat gizi Os seperti energi, protein, lemak, dan karbohidrat

SMRS <70% sehingga perlu dilakukan monitoring asupan. Monitoring asupan bertujuan untuk memantau asupan zat gizi dan daya terima Os agar sesuai dengan kebutuhan.

Page 11: Diet Sisa Rendah I

Evaluasi

Penyusunan menu sehari yang disajikan untuk Os didasarkan pada Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Berikut adalah tabel susunan menu sehari berdasarkan DKBM tersebut.

Tabel 6. Susunan menu sehari berdasarkan DKBM

Waktu Makan

Menu MakananBahan

Makanan

Ukuran Kandungan Zat Gizi

URTBerat (g)

E (kka

l)

P (g)

L (g)

KH (g)

Serat (g)

Pagi

Roti bakar telur mata sapi

Roti putih 2 lbr 32 792,6

0,4 16 0,32

20% Telur 1 btr 55 806,3

5,7 0,3 0

Mentega0.5 sdt

2,5 18 0 2 0 0

Total Makan Pagi 1788,9

8,1 16,4 0,32

Selingan 1 10%

Susu KedelaiKedelai 1 sdm 15 43

4,5

2,3 4,5 0

Gula 1 sdm 13 47 0 0 12,2 0

Sub Total 904,5

2,3 16,7 0

Siang 25% 

Bubur Manado

Bubur nasi

1.5 gls

150 110 2 0,2 24 0

Labu siam

1/10 gls

10 30,1

0 0,7 0,12

Bayam1/10 gls

10 10,2

0 0,2 0,11

Tahu putih

1/5 bj bsr

22 151,7

1 0,4 0

Hati ayam

1.5 bh sdg

45 71 11 2,5 0,4 0,99

Minyak kelapa Sawit

1/2 sdt

2,5 23 0 2,5 0 0

kecap1/4 sdm

3,3 20,2

0 0,3 0

Total Makan Siang 223 15 6,2 25,9 1,22

Selingan 2 10%

Tahu Tim

Tahu1/2 ptg

55 374,3

2,5 0,9 0,5

Telur (putih)

1/2 btr

15 81,6

0 0,1 0

Gula1/2 sdm

6,5 24 0 0 6,1 0

Page 12: Diet Sisa Rendah I

Sub Total 695,9

2,5 7,1 0,5

Malam Bubur beras Bubur beras1/40 gls

114 831,5

0,1 18,2 0.50 

25%

Tumis tahu ikan kecap

Ikan fillet1 ptg kcl

40 456,8

1,8 0 0.00 

Tahu 1/5 bj sdg

18 121,4

0,8 0,3 0.00 

Minyak kelapa sawit

1 sdt 5 45 0 5 0 0.00 

Sari semangka

Semangka 1 bh 180 500,9

0,4 12,4 0.00 

  Gula pasir ½ sdt 7 25 0 0 6,6 0.00 

Total Makan Malam 26210,6

8,1 37,5 0.50 

Selingan 3 10%

Bubur Pisang Coklat

Pisang1/2 bh

25 250,3

0,1 6,5 0,75

Tepung Beras 2 sdm 25 911,8

0,1 20 0

Gula1/2 sdm

6,5 24 0 0 6,1 0

Total Selingan 3 1402,1

0,2 39,9 0,75

TOTAL 962 4727,

4136,

23.3

Kandungan zat gizi berdasarkan DKBM kemudian dibandingkan dengan kebutuhan Os untuk mengitung presentase ketersediaannya. Berikut adalah tabel perbandingan ketersediaan dan kebutuhan zat gizi energi, protein, lemak, dan karbohidrat.

Gambar 2 Presentase perencanaan ketersediaan dengan kebutuhan Os

Berdasarkan grafik diatas perbandingan ketersediaan dan kebutuhan gizi Os, presentase energi, protein, lemak, dan karbohidrat berturut-turut sebesar 38.6%, 50.3%, 65.9%, dan 31.2%. Presentase zat gizi berada pada kategori rendah

Page 13: Diet Sisa Rendah I

karena menurut WNPG (2004) persentase asupan zat gizi makro dapat dikatakan baik jika berkisar antara 80-110%. Rendahnya kandungan zat gizi disebabkan oleh pemberian diet dilakukan secara bertahap sebesar 70% dari kebutuhan Os, selain itu, adanya pemberian cairan dekstrosa juga mempengaruhi perhitungan kandungan gizi yang diberikan. Perhitungan energi dilakukan dengan mengurangi kebutuhan energi dengan energi yang terdapat dalam dektrosa sebesar 800 kkal, sedangkan perhitungan protein, lemak, dan karbohidrat dilakukan dari kebutuhan energi total tanpa dikurangi dekstrosa. Presentase serat yang diberikan sebesar 82.5%. hal ini telah sesuai karena serat maksimal yang diberikan pada diet rendah sisa 1 sebesar 100% yaitu 4 gram.

Selain membandingkan ketersediaan dengan kebutuhan gizi Os berdasarkan DKBM saat penyajian, perbandingan ketersediaan juga dilakukan antara perhitungan zat gizi menggunakan DKBM (saat penyajian) dengan perhitungan menggunakan DBMP (saat perencanaan). Berikut adalah grafik perbandingan antara keduanya.

Gambar 3 Presentase perencanaan (DBMP) dan yang disajikan (DKBM) dengan kebutuhan Os

Berdasarkan grafik diatas, presentase energi, protein, karbohidrat, lemak dan serat tidak berbeda jauh antara yang direncanakan dengan yang di sajikan. Sehingga dapat dikatakan perencanaan yang dilakukan sudah cukup baik. Namun baik presentase berdasarkan perencanaan maupun yang disajikan masih kurang memenuhi kebutuhan gizi Os karena keduanya masih <80% (WNPG 2004).

Evaluasi dilakukan terhadap diet yang diberikan pada tiap-tiap waktu makan. Evaluasi untuk sarapan adalah sudah baik, dan dapat menarik nafsu makan. Selingan 1 juga sudah baik dalam hal porsi. Evaluasi untuk makan siang yaitu makanan kurang berair, komposisi bubur manado kurang sesuai, namun untuk porsi dan rasa sudah baik. Selingan 2 yaitu tahu tim memiliki rasa yang terlalu asin dan kurang sesuai jika dijadikan sebagai selingan. Evaluasi untuk makan malam adalah memiliki rasa yang terlalu asin, untuk porsi dan tingkat kematangan sudah sesuai. Evaluasi untuk selingan 3 yaitu pisang pada bubur akan lebih baik jika diblender agar konsistensi bubur dan pisang sama.

Page 14: Diet Sisa Rendah I

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Os didiagnosa tifus abdominalis. Os diberikan diet rendah sisa 1 secara bertahap yang memenuhi sebesar 70% kebutuhan energi sehari, dengan kandungan energi sebesar 962 kkal, protein 47 gram, lemak 27.4 gram, karbohidrat 136,2 gram, dan serat 3,3 gram. Diet diberikan dalam bentuk makanan saring melalui jalur per oral sebanyak enam kali dengan ketentuan tiga kali makan utama dan tiga kali selingan. Berdasarkan presentase ketersediaan, diet belum memenuhi kebutuhan Os dan presentase tergolong rendah.

Saran

Variasi menu sehari perlu diperhatikan lagi. Selain itu, pastikan mengetahui kesesuaian fungsi makanan sebagai makanan utama maupun selingan.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI [Departemen Kesehatan Republik Indonesia]. 2003. Pedoman Tatalaksana Kasus Malaria. Jakarta(ID) : Departemen Kesehatan.

Kemenkes [Kementrian Kesehata]. 2012. Buku Panduan Hari Kesehatan Nasional. Jakarta : Kemenkes RI

Mansjoer A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta(ID): Medica Aesculpalus.

Nelson. 2003. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta(ID): EGC.

Rampengan (2001). Penyakit Tropik Anak. Jakarta (ID): EGC.

Tambayong J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta(ID): EGC.

Timmreck T. 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta (ID): EGC.

WHO [World Health Organization]. 2005. Demam Berdarah Dengue Diagnosis pengobatan Pencegahan dan pengendaliuan Edisi 2. Jakarta(ID):EGC.

Page 15: Diet Sisa Rendah I

LAMPIRAN

Gambar 4 Menu makan pagi Gambar 5 Selingan

Gambar 6 Menu makan siang Gambar 7 Menu makan malam

Page 16: Diet Sisa Rendah I