Top Banner
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI 1. Sistem Imonologi Imunologi adalah suatu ilmu yang mempelajari antigen, antibody, dan fungsi pertahanan tubuh penjamu yang diperantarai oleh sel, terutama berhubungan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologi hipersensitif, alergi dan penolakan jaringan. Sistem imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor. Fungsi Sistem Imun a. Sumsum Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalma sumsum tulang. Sumsum tulang adalah tempat asla sl darah merah, sel darah putih, (termasuk limfosit dan makrofag) dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh juga terdapat di tempat lain. b. Thymus Glandula thymus memproduksi dan mematurasi/mematangkan T limfosit yang kemudian bergerak ke jaringan limfatik yang lain, dimana T limfosit dapat berespon terhadap benda asing. Thymus mensekresi 2 hormon thymopoetin dan
60

Dhf

Jan 18, 2017

Download

Health & Medicine

Lilin Rosyanti
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Dhf

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI

1. Sistem Imonologi

Imunologi adalah suatu ilmu yang mempelajari antigen, antibody, dan fungsi

pertahanan tubuh penjamu yang diperantarai oleh sel, terutama berhubungan imunitas

terhadap penyakit, reaksi biologi hipersensitif, alergi dan penolakan jaringan.

Sistem imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap

infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri,

protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap

protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas dan melawan

sel yang teraberasi menjadi tumor.

Fungsi Sistem Imun

a. Sumsum

Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalma sumsum

tulang. Sumsum tulang adalah tempat asla sl darah merah, sel darah putih,

(termasuk limfosit dan makrofag) dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan

tubuh juga terdapat di tempat lain.

b. Thymus

Glandula thymus memproduksi dan mematurasi/mematangkan T limfosit yang

kemudian bergerak ke jaringan limfatik yang lain, dimana T limfosit dapat

berespon terhadap benda asing. Thymus mensekresi 2 hormon thymopoetin dan

thymosin yang menstimulasi perkembangan dan aktivitas T limfosit.

1) Limfosit T sitotoksik

Limfosit yang berperan dan imunitas yang diperantai sel. Sel T sitotoksik

memonitor sel di dalam tubuh dan menjadi aktif bila menjumpai sel dengan

antigen permukaan yang abnormal. Bila telah aktif sel T sitotoksik

menghancurkan sel abnormal.

2) Limfosit T helper

Limmfosit yang dapat meningkatkan respon sistem imun normal. Ketika

distimulasi oleh antigen presenting sel seperti makrofag, T helper melepas

faktor yang yang menstimulasi proliferasi sel B limfosit.

3) Limfosit B

Page 2: Dhf

Tipe sel darah putih ,atau leukosit  penting untuk imunitas yang diperantarai

antibodi/humoral. Ketika  di stimulasi  oleh antigen spesifik limfosit B akan 

berubah menjadi sel memori dan sel plasma  yang  memproduksi antibodi.

4) Sel plasma

Klon limfosit  dari sel B yang terstimulasi. Plasma sel berbeda dari limfosit

lain ,memiliki  retikulum endoplamik kasar dalam jumlah yang banyak ,aktif

memproduksi antibodi.

c. Getah Bening

Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang perjalanan

limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan, dan

para- aorta daerah.

d. Nodus Limfatikus

Nodus limfatikus  (limfonodi) terletak sepanjang  sistem limfatik. Nodus

limfatikus mengandung limfosit dalam jumlah banyak  dan makrofag yang

berperan melawan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Limfe bergerak

melalui sinus,sel fagosit menghilangkan benda asing. Pusat germinal merupakan

produksi  limfosit.

e. Tonsil

Tonsil adalah sekumpulan besar limfonodi terletak pada rongga mulut dan

nasofaring. Tiga kelompok tonsil adalah tonsil palatine, tonsil lingual dan tonsil

pharyngeal.

f. Limpa/Spleen

Limpa mendeteksi dan merespon terhadap benda asing dalam darah, merusak

erotrosit tua dan sebagai penyimpan darah. Parenkim limpa terdiri dari 2 tipe

jaringan, yaitu pulpa merah dan pulpa putih.

1. Pulpa merah terdiri dari sinus dan di dalamnya terisi eritrosit

2. Pulpa putih terdiri limfosit dan makrofag

Benda asing di dalam darah yang melalui pulpa putih dapat menstimulasi

limfosit.

2. Sistem Hematologi

Page 3: Dhf

Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yg mempelajari darah, organ

pembentuk darah dan penyakitnya.

Hematologi berasal dari bahasa Yunani “haima” yang artinya darah. Darah

manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen

yg diperlukan oleh se-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai tubuh dengan

nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan

penyusun sistem imun yg bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.

Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.

Hematopoisis adalah proses pembentukan darah dan system imun,

menghasilkan semua sel darah tubuh, termasuk sel darah unutk pertahanan

imunologis. Terjadi di sumsum tulang, dimana sel batang multipotensial

memunculkan 5 jenis sel yang berbeda yang dikenal sebagai sel batang unipotensial.

Terdiri dari dua komponen:

1. Korpuskuler adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah Eritrosit, Lekosit,

Trombosit.

2. Plasma Darah adalah cairan darah.

Fungsi Umum Darah:

1. Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sampah dan air)

2. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)

3. Imunologi (mengandung antibodi tubuh)

4. Homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator)

Eritrosit (Sel Darah Merah):

Merupakan bagian utama dari sel darah

Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta

sel/cc darah

Berbentuk Bikonkaf, warna merah disebabkan oleh Hemoglobin (Hb) fungsinya

adalah untuk mengikat Oksigen

Kadar Hb inilah yang dijadikan patokan dalam menentukan penyakit Anemia

Page 4: Dhf

Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di Limpa.

Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin (pigmen empedu)

Lekosit (Sel Darah Putih)

Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc darah

Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/

benda asing yang masuk ke dalam tubuh

Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk

tubuh

Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc darah

Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/

benda asing yang masuk ke dalam tubuh

Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk

tubuh.

Peningkatan jumlah lekosit merupakan petunjuk adanya infeksi (misalnya radang

paru-paru).

Lekopeni

Berkurangnya jumlah lekosit sampai di bawah 6000 sel/cc darah.

Lekositosis

Bertambahnya jumlah lekosit melebihi normal (di atas 9000 sel/cc darah).

Fungsi fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai benda asing/kuman

jauh di luar pembuluh darah

Kemampuan lekosit untuk menembus dinding pembuluh darah (kapiler) untuk

mencapai daerah tertentu disebut Diapedesis.

Gerakan lekosit mirip dengan amoeba Gerak Amuboid.

Jenis-jenis Lekosit

a. Granulosit

Lekosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar (granula).

Jenisnya adalah eosinofil, basofil dan netrofil.

b. Agranulosit

Page 5: Dhf

Lekosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granola. Jenisnya adalah

limfosit dan monosit.

c. Eosinofil

Mengandung granola berwama merah (Warna Eosin) disebut juga

Asidofil. Berfungsi pada reaksi alergi (terutama infeksi cacing).

d. Basofil

Mengandung granula berwarna biru (Warna Basa). Berfungsi pada reaksi alergi.

e. Netrofil

(ada dua jenis sel yaitu Netrofil Batang dan Netrofil Segmen). Disebut

juga sebagai sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear). Berfungsi sebagai fagosit.

f. Limfosit

(ada dua jenis sel yaitu sel T dan sel B). Keduanya berfungsi untuk

menyelenggarakan imunitas (kekebalan) tubuh.

Sel T4 = imunitas seluler

Sel B4 = imunitas humoral

g. Monosit

Merupakan lekosit dengan ukuran paling besar

Disebut pula sel darah pembeku

Jumlah sel pada orang dewasa sekitar 200.000 – 500.000 sel/cc

Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku (Hemostasis)

antara lain adalah Faktor VIII (Anti Haemophilic Factor)

Jika seseorang secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut,

maka orang tersebut menderita Hemofili.

Plasma Darah

Terdiri dari air dan protein darah Albumin, Globulin dan Fibrinogen

Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut Serum Darah

Protein dalam serum inilah yang bertindak sebagai Antibodi terhadap adanya

benda asing (Antigen)

Zat antibodi adalah senyawa Gama Globulin

Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam

Page 6: Dhf

Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen = Presipitin

Antibodi yang dapat menguraikan antigen = Lisin

Antibodi yang dapat menawarkan racun = Antitoksin

3. Biokimia

Antibodi/Immunoglobilin/Ig

1. Bentuk seperti huruf Y

2. Terdiri dari 4 rantai polipeptida simetria antara lain: 2 rantai berat/heavy dan 2

rantai ringan/light

3. Mempunyai regio

Constasn: urutan AA nya pada terminal C/karboksil

Variable: urutan AA nya bervariasi pada terminal N/Amino yang berfungsi

untuk mengikat antigen (Ag)

4. Pemecahan IgG

Oleh enzim papain/papaya (dengan adanya sistem) pada regio hinge menjadi

2Fab + 1Fc. Dimana F (fragmen) BM Fab = 52.000;Fc = 48.000

Oleh pepsin/lambung di Regio Non hinge

Kalsifikasi Antibodi (Ab)/Ig

Berdasarkan macam rantai H:

1. Ig G

a. Terdiri dari 80% globulin gamma

b. Merupakan globulin gamma : 7 S/sedimentasi

c. BM = 150.000-160.000

d. Mengandung 2-4% Kh

e. Distribusi CES

f. Mampu menembus plasenta

g. Albumin, fibrinogen, globulin dihasilkan di hepar

Page 7: Dhf

h. Immunoglobulin : glikoprotein

2. Ig A

a. BM = 140.000-400.000

b. Kecepatan sedimentasi 6,6-13%

c. Mengandung 5-10%Kh

d. Kadar tinggi : darah, secret serumukosal (selaput lender yang jernih), saliva,

kolostrum, air mata, secret bronkus, traktus gastrointestinal/TGI

e. Ig As(sekretori) untuk pertahanan terhadap infeksi virus dan bakteri

f. Tidak mampu menembus plasenta

3. Ig M

a. Protein terbesar (576 AA) Bm = 950.000

b. Antibodi pertama yang dibentuk pada bayi lahir (manusia/hewan). Kemudian

sel-sel yang memproduksi Ig M membagi diri menjadi sel anak dan menjadi

Ig G

c. Ig M (Ig D) terdapat di permukaan limfosit B

d. Mengandung 10-12% Kh

e. Dapat disodiasi/pecah menjadi 2 L+2H dengan 2 sisi kombinasi yaitu 1

molekul untuh punya 10 sisi kombinasi

f. Tak mampu menembus plasenta

4. Ig D

Terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan sel B. Mereka tidak

mampu untuk bertindak sendiri-sendiri. Dengan menempelkan dirinya pada

permukaan sel-sel T, mereka membantu sel T menangkap antigen.

5. Ig E

a. Bm = 190.000 (8S)

b. 50% penderita alergi Ig E naik

Page 8: Dhf

c. Antibodi sensitif di kulit (reagenik di sel mast) sisi ikatnya pada regio C rantai

H e

d. Mast cell terdapat di kulit

e. Ikatan Ig E dan Ag di kulit mengakibatkan : pelepasan produk inflamasi dari

sel mast/serotonin, histamin berakibat reaksi kulit berat bronkospasme,

CTM(Chlor Tri Methon) alergi

DHF

a. Pengertian DHF

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui

gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang

dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau

tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh

penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman, 1990).

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain

yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik.

(Sir, Patrick manson, 2001).

b. Etiologi

1. Virus dengue sejenis arbovirus

2. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, dengue 1

dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang ke II, sedangkan dengue 3 dan

4 ditemukaan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk

batang, bersifat termoragil, sensitive terhadap aktivitas oleh diatiter dan natrium

diaksikolat, stabil pada suhu 70oC.

Keempat serotif tersebut telah di temuka pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan

serotif yang paling banyak.

c. Tanda dan Gejala DHF

Meningkatnya suhu tubuh

Nyeri pada otot seluruh tubuh

Page 9: Dhf

Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita

Suara serak

Batuk

Epistaksis

Disuria

Nafsu makan menurun

Muntah

Ptekie

Ekimosis

Pendarahan gusi

Muntah darah

Hematuria massif

Melena

Page 10: Dhf

d. WOC

Page 11: Dhf

e. Klasifikasi DHF Menurut WHO

1. Derajat I

Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet

positif).

2. Derajat II

Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.

3. Derajat III

Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20mmHg,

kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi)

4. Derajat IV

Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur

f. Pemeriksaan Diagnostik

Darah lenkap = Hemokonsentrasi (Hemaokrit meningkat 20% atau lebih)

Thrombocitopeni (100.000/mm3 atau kurang)

Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test)

Rontgen Thorac = Efusi Pleura

B. PENGKAJIAN SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI

I. Identitas Klien

Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir,

alamat.

II. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang seperti gelisah, bingung, cemas dan demam, nyeri sendi,

kemerahan pada kulit, nodul di kulit, nyeri abdomen, hipertensi, pucat (anemia),

ganggguan pada jantung, ( gagal jantung), edeme pada kaki dan tangan, kelainan

fungsi ginjal.

a. Riwayat Kesehatan dahulu

Apakah pernah mangalami asma, pneumonia, dan lain-lain.

b. Riwayat Kesehatan keluarga

Page 12: Dhf

Apakah ada diantara anggota keluarga pasien mengalami penyakit yang sama

sengan pasien.

III. Kebiasaan Sehari-hari

a. Biologis

Pola makan : frekuensi, jumlah porsi yang habis, cara makan, makanan yang

disukai dan tidak disukai

Pola minum : frekuensi

Pola tidur : jumlah jam tidur, kesulitan dalam tidur

Aktivitas sehari-hari : kegiatan yang dilakukan dari bangun tidur sampai mau

tidur kembali

b. Psikologis

Keadaan emosi : kondisi psikologis

IV. Pemeriksaan Fisik

a. TTV :

TD : 130/90 mmHg

ND : 120 x/menit

RR : 15 x/menit

S : 39oC

b. Sistem Integument (kulit) :

Turgor kulit buruk

Terdapat ruam macula dan perpera pada kulit

Eritema (+)

Udema (+)

Kulit berisi air

Lesi kulit (+)

Suhu kulit hangat

Tekstur lunak

Kulit sedikit menonjol

Lesi datar dan timbul pada berbagai ukuran

Page 13: Dhf

Kuku : kuku pucat dan sedikit sianosis

Hidung : penafasan koping hidung

Mulut : mukosa bibir kering

Paru : Inspeksi : RR:15 x/menit, penggunaan alat bantu pernapasan (+),

hipernea (+)

Takipnea (+), dispnea (+), perubahan kedalaman pernapasan

V. Pemeriksaan Penunjang

a. AGD: menunjukkan laju endapan darah >50mm/jam

Pemeriksaan darah didapat:

Penurunan Hb

Penurunan eritrosit

Hipergamaglobulin

Granulosit pada pebuluh darah tinggi

Leukosit normal

Trombosit normal

Peningkatan eosinofil

b. Hasil foto rotgen: menunjukkan foto dada abnormal, ada nodul, kafitas, dan

infiltrate paru yang tidak menetap

c. Pemeriksaan urine: di temukan hematuri, sendimen urin

Dasar-dasar pengkajian pada pasien dengan vaskulitis

1. Aktivitas/Istirahat

Gejala: limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, kelemahan,

kelelahan

Tanda: penurunan toleransi terhadap aktivitas, keterbatasan rentang gerak,

kelainan pada kulit dan pembuluh darah

2. Sirkulasi

Gejala: proses penyembuhan luka yang lambat

Tanda: sianosis

3. Intergritas Ego

Page 14: Dhf

Gejala: faktor-faktor stress akut/kronis, situasi ketidakmampuan dan ancaman

pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi

4. Makanan/Cairan

Gejala : tidak napsu makan, mual, anoreksia

Tanda : penurunan BB, kekeringan pada membran mukosa, dan dapat

menunjukkan adanya bising usus hiperaktif.

5. Hygiene

Gejala: kesulitan untuk melaksanakan aktifitas perawatan diri.

6. Neurosensori

Gejala: perubahan status mental, kehilangan kemampuan diri untuk

mengatasi  masalah, konsentrasi menurun

Tanda: perubahan status mental, konsentrasi buruk, ansietas yang

berkembang  bebas  dan menurunya kekuatan otot.

7. Pernapasan

Gejala: batuk, sesak napas

Tanda: distress pernapasan

8. Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Nyeri local, sakit, rasa terbakar pada daerah yang terkontaminasi,

sertarasa    nyeri yang kronis.

Tanda : penurunan rentang gerak, gerak otot melindungi bagian yang sakit.

9. Keamanan

Gejala : kulit mengkilat, tegang, lesi kulit, ruam

Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga Demam

ringan   menatap.

10. Interaksi Sosial

Gejala: kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain

Tanda: perubahan peran, isolasi

11. Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala : Riwayat makanan kesahatan, vitamin, penyembuhan vaskulitis

tanpapengujian.

Page 15: Dhf

Rencana pemulangan: mungkin membutuhkan bantuan pada transportasi,

aktivitas    perawatan diri, dan tugas/pemeliharaan rumah tangga.

12. Pemeriksaan Diagnostik

a. Factor rheumatoid: positif pada 80%-95% kasus

b. LED: umumnya meningkat pesat

c. C-reaktif protein: positif selama masa eksaserbasi

d. SDP: meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1. DS:

-Klien mengatakan ketidaknyamanan

disekitar abdomennya.

-Klien mengatakan nyeri disekitar

abdomennya.

DO:

-   Klien tampak kesakitan

  - Klien tampak memegang bagian

     Tubuh yang sakit

 -   Ekspresi wajah klien menahan

      nyeri

- Adanya penegangan abdomen

- Adanya kelainan umbilicus

- TTV:

  TD : 130/90 mmHg

  ND:  120 x/i

  RR:32x/i

Radang pada dinding

usus dan stenosis arteri

mesentrika

Gangguan rasa

nyaman (nyeri kronik)

2. DS:

-Klien mengatakan sangat mudah

kelelahan.

-Klien mengatakan tidak mampu

melakukan aktivitas secara efektif.

Ketidakseimbangan

antara suplai dan

kebutuhan oksegen

(anemia)

Intoleransi aktivitas

Page 16: Dhf

DO:

- Klien tampak lemah

- Klien tampak keletihan

- Klien tampak pucat

- Klien mengalami penurunan

  toleransi aktivitas/latihan

- Klien banyak tidur/istirahat

- Palpitasi (+)

- Takikardia (+)

- Respon pernafasan dengan kerja

  ringan

-TTV:

  TD : 130/90 mmHg

  RR : 15 x/i

3. DS:

-Klien mengatakan gelisah.

-Klien Mengatakan kesulitan bernafas

karena nyeri.

-Klien mengatakan hanya dapat

bernafas dengan dangkal karena nyeri

pada dadanya.

DO:

- Klien tampak lemah

- Klien tampak kesulitan bernafas

- Klien tampak gelisah

- Klien tampak nyeri dada setiap kali

  bernafas

- Klien tmpak menahan nafas

- Terjadi perubahan kedalaman

  pernafasan

- Pernafasan cuping hidung

Nyeri dada yang

diakibatkan oleh sesak

nafas

Pola nafas tidak

efektif

Page 17: Dhf

- TTV:

  TD  : 100/80 mmHg

  ND :  60 x/i

  RR  :  15 x/i

- Penggunaan otot Bantu pernafasan

  (+)

- Bunyi nafas terdengar

- Dispenea (+)

- Hipernea (+)

- Takipnea (+)

- Perubahan kedalaman pernafasan

- Penurunan kapasitas vital

- Mukosa bibir kering dan pucat

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM IMUN DAN

HEMATOLOGI

1. Kecemasan berhubungan dengan perubahan lingkungan dan status kesehatan

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi

3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakseimbangan nutrisi

4. Perubahan nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual

dan nafsu makan yang menurun

5. Defisit volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat

sekunder akibat penguapan cairan permukaan tubuh meningkat.

6. Nyeri akut berhubungan dengan penumpukan asam laktat di otak dan sendi

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

D. DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian

Page 18: Dhf

1. Identitas

DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak,

remaja dan dewasa (Effendy, 1995).

2. Keluhan Utama

Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan

menurun.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh

tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.

4. Riwayat Penyakit Terdahulu

Tidak ada penyakit yang diderita secara spesifik.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat

menentukan, karena penyakt DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui

gigitan nyamuk aides aigepty.

6. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Biiasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng

bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi

jarang dibersihkan.

7. Riwayat Tumbuh Kembang

8. Pengkajiian Per Sistem

1. Sitem pernapasan yaitu sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan

dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi

terdengar ronchi, krakles.

2. Sitem persyarafan yaitu pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan

kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS.

3. Sistem kardiovaskuler yaitu pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji

tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan

sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-

jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darahtak dapat diukur.

Page 19: Dhf

4. Sistem pencernaan yaitu selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri

tekan pada epigastrik, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen teregang,

penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat

hematemesis, melena.

5. Sistem perkemihan yaitu produksi urine menurun, kadang kurang dari

30cc/jam, akan mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah.

6. Sistem integument yaitu terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada

grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III

dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai:

1) Ig G dengue positif

2) Trombositopenia

3) Hemoglobin meningkat >20%

4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)

5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,

hipokloremia

Pada hari ke 2 dan ke 3 terjadi leucopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan

limfosit, monosit, dan basofil.

1) SGOT/SGPT mungkin meningkat

2) Ureum dan pH darah mungkin meningkat

3) Waktu perdarahan memanjang

4) Asidosis metabolic

5) Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan

II. Diagnose

1. Kecemasan berhubungan dengan perubahan lingkungan dan status kesehatan

2. Defit volume cairan berhungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat sekunder

akibat penguapan cairan permukaan tubuh meningkat

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

III. Intervensi

DX Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

Page 20: Dhf

1 Tujuan:

Setelah di lakukan tindakan

keperawatan dalam waktu

1x24 jam di harapkan ansietas

pada pasien dapat berkurang.

KH:

Ansietas berkurang

Mandiri:

1. Pada ansietas berat,

damping pasien, bicara

dengan tenang dan

berikan ketenangan serta

rasa nyaman.

2. Beri dorongan kepada

pasien untuk

mengungkapkan secara

verbal pikiran dan

perasaan untuk

mengeksternalisasikan

ansietas.

3. Sediakan pengalihan

melalui televise dan radio

untuk menurunkan

ansietas dan memperluas

focus.

4. Bantu pasien untuk

memfokuskan pada

situasi saat ini sebagai

cara untuk

mengidentifikasi

mekanisme koping yang

dibutuhkan untuk

mengurangi ansietas

Mandiri:

1. Situasi tenang dapat

mengurangi

kecemasan pada

pasien.

2. Pengungkapan pikiran

perlu di lakukan

supaya pasien dapat

merasa tenang dan

tidak cemas

3. Pengalihan dapat

mengalihkkan

perhatian pasien dari

rasa cemasnya.

4. Focus pada situasi

saat ini di perlukan

untuk mengontrol

pikiran-pikiran pasien

yang dapat

menimbulkan

kecemasan.

5. Relaksasi untuk

Page 21: Dhf

5. Coba teknik, seperti

imajinasi bimbingan dan

relaksasi progresif

6. Berikan penguatan positif

ketika pasien mampu

meneruskan aktifitas

sehari-hari dan aktifitas

lainnya meskipun

mengalami ansietas

7. Yakinkan kembali pasien

melalui sentuhan, dan

sikap empatik secara

verbal dan nonverbal

secara bergantian

8. Dorong pasien untuk

mengekspresikan

kemarahan dan iritasi,

serta izinkan pasien untuk

menangis

Kolaboratif:

9. Berikan obat untuk

ketenangan pasien di

perlukan untuk

mengurangi

kecemasan

6. Dorongan dari pihak-

pihak tertentu sangat

di perlukan untuk

memotivasi pasien

dalam melakuan

aktivitasnya.

7. Pasien perlu

keyakinan dari orang-

orang di sekitarnya

untuk membantu

mengalihkan

kecemasannya

8. Pasien perlu

mengekspresikan

kemarahan

menghilang pikiran

negative yang dapat

meningkatkan

kecemasan.

Kolaboratif:

9. Pemberian obat di

harapkan dapat

Page 22: Dhf

menurunkan ansietas jika

perlu

membantu

mengurangi ansietas

pada pasien

2 Tujuan:

Setelah di lakukan tindakan

keperawatan 1x24 jam di

harapkan kekurangan volume

cairan dapat berkurang.

KH:

volume cairan dapat

berkurang

Mandiri:

1. Tentukan jumlah cairan

yag masuk dalam 24 jam,

hitung asupan yang di

inginkan sepanjang shift

siang, sore dan malam

2. Pastikan bahwa pasien

terhidrasi dengan baik

sebelum pembedahan

3. Ubah posisi pasien

trendenburg atau

tinggikan tungkai pasien

bila hipotensi, kecuali di

kontraindikasikan

4. Tingkatkan asupan bila

perlu

Mandiri:

1. Cairan yang masuk ke

dalam tubuh pasien

perlu di kontol untuk

mengetahui berapa

banyak cairan yang

masuk dalam 24 jam

2. Sebelum di adakan

pembedahan,

sebaiknya pasien

dalam kondisi yang

terhidrasi untuk

mencegah pasien

kekurangan cairan

3. Pasien dalam posisi

trendenburg dapat

mencagah terjadinya

kekurangan cairan

4. Asupan cairan perlu

di tingkatkan untuk

menambah cairan

yang masuk ke dalam

tubuh pasien

Page 23: Dhf

5. Pasang kateter urin bila

perlu

6. Berikan cairan sesuai

dengan kebutuhan

Kolaboratif:

7. Berikan terapi IV sesuai

program

5. Bila terjadi kelebihan

cairan selama

perawatan maka perlu

di pasang kateter

untuk mengurangi

cairan tersebut

6. Antara cairan dengan

kebutuhan perlu di

sesuaikan agar cairan

yang masu kedalam

tubuh pasien dapat

seimbang

Kolaboratif:

7. Terapi IV di berikan

kepada pasien untuk

menambah asupan

cairan pada pasien

3 Tujuan:

Setelah di lakukan tindakan

keperawatan 1x24 jam di

Mandiri:

1. Hindari menjadwalkan

pelaksanaan aktivitas

Mandiri:

1. Istirahat di perlukan

agar pasien dapat

Page 24: Dhf

harapkan pasien dapat

menunjukkan toleransi

aktivitas

KH:

Pasien menunjukkan toleransi

aktivitas

perawatan selama periode

istirahat

2. Bantu pasien untuk

mengubah posisi secara

berkala, bersandar,

duduk, berdiri, dan

ambulasi sesuai toleransi

3. Pantau TTV sebelum,

selama dan setelah

aktivitas, hentikan

aktivitas TTV tidak

dalam rentang normal

bagi pasien atau jika ada

tanda-tanda bahwa

aktivitas tidak dapat di

toleransi

4. Rencanakan aktivitas

bersama pasien dan

keluarga yang

meningkakan

kemandirian dan

ketahanan

5. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi pilihan

aktivitas

toleran terhadap

aktivitas

2. Posisi pasien perlu di

ubah agar pasien tidak

merasa bosan dengan

posisi utamanya

3. Pemantauan TTV di

lakukan untuk

menghindari

kemungkinan kondisi

pasien yang lemah

selama menjalani

aktivitas

4. Aktivitas yang di

rencanakan untuk

pasien agar pasien

mempunyai

kemandirian dalam

melakukan

aktivitasnya

5. Agar aktivitas yang di

lakukan pasien dapat

berjalan dengan baik

maka pasien perlu

Page 25: Dhf

6. Rencanakan pada periode

saat pasien memiliki

energy paling banyak

7. Bantu dengan aktivitas

fisik teratur

8. Batasi pasangan

lingkungan untuk

memfasilitasi relaksasi

9. Bantu pasien untuk

melakukan pemantauan

mandiri dengan membuat

dan menggunakan

dokumentasi tertulis yang

mencatat asupan kalori

mengidentifikasi

aktivitasnya

6. Pada saat pasien

memeliki energy yang

banyak berarti pasien

dapat melakukan

aktivitas yang

berbeda sesuai energy

yang di milikinya

7. Pasien pelu bantuan

untuk melakukan

aktivitas selama

perawatan

8. Untuk memperoleh

ketenangan pasien

maka pasangan

lingkungan perlu di

batasi

9. Untuk memantau

asupan energy dan

kalori perlu di

lakukan dokumentasi

tertulis

Page 26: Dhf

dan energy

Kolaboratif:

10. Berikan pengobatan nyeri

sebelum aktivitas, apabila

nyeri merupakan salah

satu faktor penyebab.

11. Kolaborasikan dengan

ahli terapi okupasi, fisik

untuk merencanakan dan

memantau program

aktivitas

12. Rujukk pasien ke pusat

rehabilitasi jantung jika

keletihan berhubungan

dengan penyakit jantung

Kolaboratif:

10. Apabila pasien

merasa nyeri maka

pengobatan perlu di

lakukan sebelum

melakukan aktivitas.

11. Untuk mengetahui

sejauh mana kekuatan

pasien maka perlu di

lakukan kolaborasi

dengan ahli terap dan

okupasi

12. Untuk pasien dengan

penyakit jantung erlu

rujukan ke pusat

rehabilitasi jantung

untuk menghindari

komplikasi lanjutan

IV. Implementasi

No Tanggal

dan jam

Implementasi Respon

1 1 Mandiri: Mandiri:

Page 27: Dhf

1. Mendampingi pasien, bicara dengan

tenang dan memberikan ketenangan

serta rasa nyaman

2. Memberi dorongan kepada pasien

untuk mengungkapkan secara verbal

pikiran dan perasaan untuk

mengeksternalisasikan ansietas

3. Menyediakan pengalihan melalui

televise dan radio untuk menurunkan

ansietas dan memperluas focus

4. Membantu pasien untuk

memfokuskan pada situasi saat ini

sebagai cara untuk mengidentifikasi

mekanisme koping yang dibutuhkan

untuk mengurangi ansietas

5. Mencoba teknik, seperti imajinasi

bimbingan dan relaksasi progresif

6. Memberikan penguatan positif ketika

pasien mampu meneruskan aktifitas

sehari-hari dan aktifitas lainnya

meskipun mengalami ansietas

7. Meyakinkan kembali pasien melalui

sentuhan, dan sikap empatik secara

1. Pasien merasa tenang dan tidak

cemas lagi

2. Pasien dapat mengungkapkan

pikirannya kepada orang-orang

yang ada di sekitarnya

3. Pasien merasa terhibur dengan

melihat atau mendengar media

yang di sediakan

4. Pasien dapat focus pada situasi

saat ini

5. Setelah dilakukan imajinasi

terbimbing dan relaksasi

progresif, pasien merasakan

ketenangan

6. Pasien mampu melakukan

aktivitas sehari-hari nya karena

adanya penguatan positif yang

di lakukan

7. Pasien memiliki kepercayaan

Page 28: Dhf

verbal dan nonverbal secara

bergantian

8. Mendorong pasien untuk

mengekspresikan kemarahan dan

iritasi, serta mengizinkan pasien

untuk menangis

Kolaboratif:

9. memberikan obat untuk menurunkan

ansietas

diri setelah mendapatkan

keyakinannya kembali

8. Pasien menjadi lebih nyaman

setelah menangis

Kolaboratif:

9. Setelah di berikan obat, pasien

merasa lebih tenang

2 2 Mandiri:

1. Menentukan jumlah cairan yang

masuk dalam 24 jam , menghitung

asupan yang di inginkan sepanjang

shift siang, sore dan malam

2. Memastikan bahwa pasien terhidrasi

dengan baik sebelum pembedahan

3. Mengubah posisi pasien trendenburg

atau meninggikan tungkai pasien bila

hipotensi, kecuali di

kontraindikasikan

4. Meningkatkan asupan.

5. Memasang kateter urin

Mandiri:

1. Cairan yang masuk kedalam

tubuh pasien bertambah

2. Selama pembedahan terjadi,

pasien memiliki asupan cairan

yang memadai

3. Pasien merasa nyaman dengan

posisi trendenburg

4. Asupan cairan yang masuk ke

dalam tubuh pasien bertambah

5. Pasien mengatakan tidak perlu

bolak balik ke kamar mandi

Page 29: Dhf

Kolaboratif:

6. Memberikan terapi IV sesuai

program

Kolaboratif:

6. Pasien merasa kebutuhan

cairan dalam tubuhnya

terpenuhi

3 3 Mandiri:

1. Menghindari menjadwalkan

pelaksanaan aktivitas perawatan

selama periode istirahat

2. Membantu pasien untuk mengubah

posisi secara berkala, bersandar ,

duduk, berdiri, dan ambulasi sesuai

toleransi

3. Merencanakan aktivitas bersama

pasien dan keluarga yang

meningkatkan kemandirian dan

ketahanan

4. Membantu pasien untuk

mengidentifikasi pilihan aktivitas

5. Membantu dengan aktivitas fisik

teratur

6. Membantu pasien untuk melakukan

pemantauan mandiri dengan

membuat dan menggunakan

Mandiri:

1. Pasien tidak terganggu saat

istirahat

2. Pasien tidak merasa sakit dan

bosan setelah di bantu

mengubah posisinya

3. Pasien merasa memiliki

ketahanan dan kemandirian.

4. Aktivitas yang di lakukan

pasien tidak membosankan dan

sesuai keinginan

5. Pasien tidak merasa lelah

setelah beraktivitas secara

teratur

6. Asupan kalori dan energi

tercukupi dengan baik

Page 30: Dhf

dokumentasi tertulis yang mencatat

asupan kalori dan energi

Kolaboratif:

7. Memberikan pengobatan nyeri

sebelum aktivitas

Kolaboratif:

7. Pasien merasa nyeri nya

berkurang selama melakukan

aktivitas

V. Evaluasi

No Tanggal dan jam Evaluasi

1 1 S: Pasien mengatakan bahwa merasa tenang dan tidak

cemas lagi

O: mimic wajah pasien tidak menunjukkan kecemasan.

A: masalah teratasi

P: intervensi di hentikan

2 2 S: pasien mengatakan cairan terpenuhi

O:cairan yang masuk kedalam tubuh pasien sesuai

dengan kebutuhan

A: masalah teratasi

P: intervensi di hentikan

3 3 S: pasien merasa sudah dapat bergerak secara perlahan

O: aktivitas dapat dilakukan secara mandiri

A: masalah teratasi

P:intervensi di hentikan

E. SISTEM LAYANAN KESEHATAN UNTUK PASIEN DHF

a. Sistem Rujukan

Menurut SK Menteri Kesehatan RI No 32 tahun 1972 sistem rujukan adalah suatu

sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan

tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus masalah kesehatan secara vertical

Page 31: Dhf

dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau

secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuanya. Dari

batasan tersebut dapat dilihat bahwa hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja tapi

juga masalah-masalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium,

dan sebagainya. Disamping itu rujukan tidak berarti berasal dari fasilitas yang lebih

rendah ke fasilitas yang lebih tinggi tetapi juga dapat dilakukan diantara fasilitas-

fasilitas kesehatan yang setingkat.

Tujuan

Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam

rangka penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna.

Tujuan Sistem Rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada

fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat

terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan angka kematian.

Jenis Rujukan

Sistem Kesehatan Nasional membedakannya menjadi dua macam yaitu:

1) Rujukan Kesehatan

Rujukan ini berkaitan dengan upaya pelayanan kesehatan dalam pencegahan

penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Rujukan ini dibedakan menjadi tiga

yaitu :

Rujukan teknologi

Rujukan sarana

Rujukan operasional

2) Rujukan Medik

Rujukan ini berkaitan dengan upaya pelayanan kedokteran dalam penyembuhan

penyakit serta pemulihan kesehatan. Rujukan medic terdiri dari penderita,

pengetahuan, dan bahan laboratorium :

Transfer of patient : konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik,

pengobatan, tindakan operatif dll

Transfer of knowledge : pengiriman tenaga kesehatan yang lebih kompeten

atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat

Page 32: Dhf

Transfer of specimen : pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium

yang lebih lengkap

Jalur Rujukan

Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai

berikut :

1. Dari kader dapat langsung merujuk ke Puskesmas Pembantu, Pondok bersalin

atau Bidan Desa, Puskesmas Rawat Inap, dan Rumah sakit pemerintah atau

swasta

2. Dari posyandu dapat langsung menuju ke Puskesmas Pembantu, Pondok bersalin

atau Bidan Desa, Puskesmas Rawat Inap, dan Rumah sakit pemerintah atau

swasta

3. Dari Puskesmas Pembantu dapat langsung merujuk ke Rumah Sakit tipe D/C atau

Rumah Sakit Swasta

4. Dari Praktik dr. swasta, Praktik bidan, Praktik perawat, Puskesmas, RB, BP dapat

langsung merujuk ke Rumah Sakit tipe D/C atau Rumah Sakit Swasta

5. Dari Rumah Sakit tipe D/C bila tidak bisa menangani dapat langsung merujuk ke

Rumah Sakit tipe A/B

Persiapan Rujukan

Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan :

Bidang : Pastikan pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan

memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan

Alat : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus

set, tensimeter, dan stetoskop

Keluarga : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir pasien dan alasan mengapa

ia dirujuk. Anggota keluarga yang lain harus menerima pasien ke tempat rujukan

Surat : Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi pasien, alasan

rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat-obat yang telah diterima pasien

Obat : Bawa obat-obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk

Page 33: Dhf

Kendaraan : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan pasien

dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat tujuan dalam waktu cepat

Uang : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah cukup untuk

membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempat rujukan.

b. Gakin

Jaminan pemeliharan kesehatan bagi keluarga miskin dan kurang mampu (GAKIN)

adalah jaminan pemeliharaan kesehatan yang diberikan kepada keluarga miskin dan

kurang mampu yang membutuhkan pelayanan kesehatan meliputi rawat jalan dan

rawat inap sebagaimana yang ditetapkan, baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit

yang ditunjuk di Wilayah.

Paket Pelayanan Esensial (PPE) Yang Didapatkan Paket Pelayanan Esensial

(PPE) Yang Didapatkan

Ruang Rawat Inap Kelas III

Konsultasi Medik

Penunjang Medik

Operasi

Pelayanan Rehabilitasi Medik

Perawatan Intensif ( ICU, PICU/ICU )

Obat Dan Alat Kesehatan

Pelayanan Darah

Kegawat Daruratan

Hemodialisa

Prosedur Mendapatkan Layanan Program JPK GAKIN

Page 34: Dhf

Pemegang Kartu GAKIN

Kartu GAKIN, RASKIN, BLT PKH, Kader Kesehatan (Program Pemerintah

lainnya)

Foto kopi kartu keluarga (KK)

Rujukan dari puskesmas, tidak perlu apabila emergensi

KTP

Pasien Panti

Sertifikat panti

Surat keterangan kepalah panti atau rumah singgah

Daftar nama penghuni panti

KLB/Kebanjiran/Kebakaran

Surat keterangan dari posko atau Puskesmas

Orang Terlantar

Surat keterangan Polisi

Surat keterangan dari direktur Rumah Sakit

Surat keterangan dari Dinas Bintal dan Kessos

Rujukan

Pasien SKTM

Kartu BBM (BLT/PKH)

Surat keterangan tidak mampu

Rujukan

Prosedur rawat jalan bagi peserta JPK GAKIN/SKTM di RSUD Kota

Page 35: Dhf

Prosedur rawat inap bagi peserta JPK GAKIN/SKTM di RSUD Koja

c. Jamkesmas

Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) adalah sebuah program jaminan

kesehatan untuk warga Indonesia yang memberikan perlindungan sosial dibidang

kesehatan untuk menjamin masyarakat miskin dan tidak mampu yang iurannya

dibayar oleh pemerintah agar kebutuhan dasar kesehatannya yang layak dapat

terpenuhi.Program ini dijalankan oleh Departemen Kesehatan sejak 2008. Program

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) diselenggarakan berdasarkan konsep

asuransi sosial.

Tujuan

Page 36: Dhf

1) Mewujudkan portabilitas pelayanan sehingga pelayanan rujukan tertinggi yang

disediakan Jamkesmas dapat diakses oleh seluruh peserta dari berbagai wilayah

2) Agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang

menyeluruh bagi masyarakat miskin

Kepesertaan Jamkesmas

Peserta Program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidakmampu yang

terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Jumlah

sasaran peserta sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta

jiwa. Jumlah tersebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009, yang

dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara nasional oleh Menkes.

Berdasarkan Jumlah Sasaran Nasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran

kuota Kabupaten/Kota.

Bupati/Walikota wajib menetapkan peserta Jamkesmas Kabupaten/Kota

dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk Keputusan

Bupati/Walikota. Administrasi kepesertaan Jamkesmas meliputi: registrasi,

penerbitan dan pendistribusian kartu kepada peserta. Untuk administrasi kepesertaan

Depkes menunjuk PT Askes (Persero), dengan kewajiban melakukan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry oleh PT

Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan di Kabupaten/Kota

2. Entry data setiap peserta

3. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dan didistribusikan

kepada peserta

4. PT Askes (Persero) menyerahkan kartu peserta kepada yang berhak, mengacu

kepada penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yang ditanda tangani/cap

jempol peserta atau anggota keluarga peserta

5. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada

Bupati/Walikota, Gubernur, Depkes, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi dan

Kabupaten/Kota serta rumah sakit setempat.

Page 37: Dhf

Prosedur jamkesmas

Ketentuan umum

Hak pelayanan kesehatan dasar meliputi:

1. Pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap

Tingkat Pertama (RITP)

2. Pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dan Rawat Inap

Tingkat Lanjutan (RITL)

3. Pelayanan gawat darurat

Manfaat jaminan berbentuk pelayanan kesehatan menyeluruh (komprehensif)

berdasarkan kebutuhan medic sesuai dengan standar pelayanan medik

Pemberi pelayanan kesehatan (PPK):

1. Pelayanan kesehatan dasar (RJTP dan RITP) diberikan di puskesmas dan

jaringannya

2. Persalinan normal dapat dilayani oleh tenaga kesehatan yang berkopeten

(praktek dokter dan bidan swasta) dan biayanya diklaimkan ke puskesmas

setempat sebagaimana diatur dalam juknis pelayanan dasar

3. Pelayanan tingkat lanjut (RJTL dan RITL) diberikan di PPK lanjutan jaringan

jamkesmas (Balkesmas, Rumah Sakit Pemerintah termasuk RS Khusus, RS

TNI/Polri dan RS Swasta

4. Pelayanan RITL diberikan di ruang rawat inap kelas III (tiga). Apabila tidak

tersedianya tempat tidur, peserta dirawat di kelas III, biaya pelayanannya tetap

diklaimkan menurut biaya kelas III.

5. RS khusus (RS Jiwa, RS Kusta, RS Paru, dll) yang juga melayani pasien

umum, klaim pelayanan kesehatan dilaksanakan secara terpisah antara pasien

umu, klaim pelayan kesehatan dilaksanakan secara terpisah antara pasien

khusus sesuai dengan ke khususannya dan pasien umum.

Gawat darurat (EMERGENCY) seluruh PPK wajib memberikan pelayanan

penanganan pertama walaupun tidak sebagai PPK jaringan jamkesmas.

Selanjutnya PPK tersebut segera merujuk ke PPK jaringan PPK jamkesmas untuk

penanganan lebih lanjut

Peserta jamkesmas tidak boleh dikenakan iuran dengan alas an apapun

Page 38: Dhf

Pemberian pelayanan kepada peserta oleh PPK lanjutan harus dilakukan secara

efisien dan efektif dengan menerapkan prinsip kendali biaya dan kendali mutu

Prosedur pelayanan

Pelayanan kesehatan dasar

1. Peserta membawa kartu Jamkesmas

a. Peserta gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, manggunakan surat

keterangan/rekomendasi Dinas/Instansi Sosial setempat

b. Peserta PKH yang belum memiliki kartu Jamkesmas, menggunakan kartu

PKH

2. Pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya

a. Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP), dilaksanakan pada puskesmas dan

jaringannya meliputi pelayanan:

Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan

Laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin)

Tindakan medis kecil

Pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk cabut/ tambal

Pemeriksaan ibu hamil/nifas/menyusui, bayi dan balita

Pelayanan KB dan penanganan efek samping (alat kontrasepi disediakan

BKKBN)

Pemberian obat

b. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), dilaksanakan pada puskesmas

perawatan, meliputi pelayanan :

Akomodasi rawat inap

Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan

Laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin)

Tindakan medis kecil

Pemberian obat

Persalinan normal dan dengan penyulit (PONED)

c. Persalinan normal dilakukan di puskesmas/bidan di desa/polindes/dirumah

pasien fasilitas kesehatan tingkat pertama swasta.

Page 39: Dhf

d. Pelayanan gawat darurat (emergency). Kriteria gawat darurat tercantum dalam

Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Rumah Sakit (Nomor 856 tahun 2009).

3. Bila (menurut indikasi medis) peserta memerlukan pelayanan tingkat lanjut, maka

dapat merujuk peserta ke PPK lanjutan

a. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) di RS dan Balkesmas meliputi:

Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan oleh

dokter spesialis/umum

Rehabilitasi medic

Penunjang diagnostik: laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik

Tindakan medis

Pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjutan

Pelayanan KB, termasuk kontap efektif (sterilisasi dan alat kontrasepsi

dalam rahim), kontap pasca persalinan/keguguran, penyembuhan efek

samping dan komplikasinya (alat/obat KB (kontrasepsi) disediakan

BKKBN)

Pemberian obat yang mengacu pada daftar obat (Formularium)

Pelayanan darah

Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi dan penyulit.

b. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), dilaksanakan pada ruang perawatan

kelas III (tiga) RS, meliputi:

Akomodasi rawat inap pada kelas III

Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan

Penunjang diagnostik: patologi klinik, patologi anatomi, laboratorium

mikro patologi, patologi radiologi dan elektromedik

Tindakan medis

Operasi sedang, besar dan khusus

Pelayanan rehabilitasi medis

Perawatan intensif (ICU/Intensive Care Unit, ICCU/Intensive Cardiac

Care Unit, PICU/Pediatric Care Unit, NICU/Neonatal Care Unit, PACU)

Pemberian obat mengacu padaFormularium

Page 40: Dhf

Pelayanan darah

Bahan dan alat kesehatan habis pakai

Persalinan dengan risiko tinggi dan penyulit (Pelayanan Obstetri-Neonatus

Esensial Komprehensif/PONEK)

Pelayanan Tingkat Lanjut

1. Peserta Jamkesmas yang dirujuk ke PPK tingkat lanjut membawa kartu perserta

Jamkesmas/identitas kepersertaan lainnya dan surat rujukan dibawa ke loket Pusat

Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS) untuk diverifikasi

kebenaran dan kelengkapannya

2. Diberikan Surat Keabsahan Peserta (SKP) oleh petugas PT. ASKES

3. Peserta memeperoleh pelayanan kesehatan

4. Jenis Pelayanan:

Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit dan Balkesmas

Pelayanan rawat inap kelas III (tiga) di Rumah Sakit

Pelayanan obat-obatan dan alat/bahan medis habis pakai

Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya

5. Kasus kronik (perawatan berkelanjutan dala waktu lama)

Diabetes Mellitus, Gagal Ginjal, Kanker, dll, surat rujukan berlaku selama 1

bulan

Gangguan jiwa, kusta, kasus paru dengan komplikasi, surat rujukan dapat

berlaku selama 3 bulan

6. Peserta yang berobat lintas daerah, verifikasi kepesertaan dilakukan oleh PT.

Askes (Persero) dengan melihat pada kartu Jamkesmas

7. Rujukan pasien antar RS termasuk rujukan RS antar daerah dilengkapi surat

rujukan dari rumah sakit asal pasien dengan membawa identitas kepesertaannya

untuk dapat dikeluarkan SKP oleh petugas PT. Askes (Persero)

Page 41: Dhf

8. Gawat darurat wajib ditangani langsung tanpa diperlukan surat rujukan. Peserta

diberi waktu 2x24 jam hari kerja untuk melengkapi identitasnya (kartu peserta

disertai KK dan KTP)

9. Kasus-kasus dengan diagnose yang kompleks (severity level-3) harus

mendapatkan pengesahan dari Komite Medik atau Direktur Pelayanan atau

Supervisor yang ditunjuk/diberi tanggungjawab oleh RS

10. Biaya transport rujukan:

Pasien dari Puskesmas ke PPK lanjutan di Kabupaten/Kota setempat menjadi

tanggung jawab Puskesmas yang merujuk

Pemulangan pasien dari RS serta rujukan dari Rumah Sakit ke Rumah Sakit

lainnya tidak ditanggung dan menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah asal

peserta

Daftar Pustaka

Doenges, Marilyn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperatan dan Diagnosa Keperawatan.

Jakarta: EGC

Page 42: Dhf

Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Jilid 2. Jakarta: Salemba

Medika

Satari, I. Hindra. 2004. Demam Berdarah. Jakarta: Puspa Swara

Wilkinson, M. Judith. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 9. Jakarta: EGC