1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia saat ini masuk sebagai negara net importir migas, meskipun sebelumnya sempat menjadi salah satu negara eksportir migas dan menjadi anggota dari Organization Petroleum Exporting Countries (OPEC). Indonesia resmi keluar dari keanggotaan OPEC pada tahun 2008. Jika melihat tren ekspor – impor migas selama 8 tahun terakhir (2007 – 2014) sebagaimana Gambar 1, terlihat Indonesia belum ada tanda - tanda akan keluar sebagai negara net importir migas, bahkan untuk 3 tahun terakhir, rentang antara ekspor dan impor migas semakin melebar. Ekspor/impor memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap cadangan devisa negara (Febriyenti et al. 2013), oleh karena itu permasalahan posisi Indonesia sebagai negara net importir migas perlu ditemukan solusinya secepat mungkin agar tidak membebani cadangan devisa. Sumber : Kemenperin (2014) dan Kemendag (2014) (diolah) Gambar 1 Ekspor - Impor Migas Tahun 2007 – 2014 Apabila dilihat dari sisi penerimaan dan belanja negara, penerimaan migas (PPh Migas dan PNBP Migas) jika dibandingkan dengan belanja subsidi energi (subsidi BBM, BBN, LPG dan Listrik), terlihat tren penerimaan migas dari tahun 2004 - 2014 mengalami kenaikan dan tahun 2015 mengalami penurunan. Dari sisi belanja subsidi energi, dari tahun 2004 - 2014 belanja subsidi energi juga mengalami tren yang sama, bahkan pada tahun 2012 - 2014, tren kenaikan belanja subsidi energi telah melebihi penerimaan migas yang diperoleh negara. Pada tahun 2015, meskipun terjadi penurunan yang signifikan atas belanja subsidi energi akibat dari kebijakan Pemerintah menghapus dan mengurangi subsidi pada beberapa jenis BBM, namun belanja subsidi energi masih lebih besar dari pada penerimaan migas. Penerimaan migas pada tahun 2015 mengalami penurunan yang signifikan diakibatkan terjadinya penurunan yang tajam terhadap harga 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Ekspor 22,088.60 29,126.25 19,018.30 28,039.60 41,477.00 36,977.25 32,633.25 30,331.90 Impor 21,932.82 30,552.90 19,007.70 27,355.50 40,701.70 42,565.70 45,269.00 43,459.90 Surplus/(Defisit) 155.78 (1,426.65) 10.60 684.10 775.30 (5,588.45) (12,635.75 (13,128.00 (20,000.00) (10,000.00) - 10,000.00 20,000.00 30,000.00 40,000.00 50,000.00 Juta US$ Impor Ekspor Surplus/ (Defisit)
9
Embed
Determinan fdi industri hulu migas di indonesia serta dampaknya ... · Latar Belakang Indonesia saat ini masuk sebagai negara net importir migas, meskipun sebelumnya sempat menjadi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia saat ini masuk sebagai negara net importir migas, meskipun
sebelumnya sempat menjadi salah satu negara eksportir migas dan menjadi
anggota dari Organization Petroleum Exporting Countries (OPEC). Indonesia
resmi keluar dari keanggotaan OPEC pada tahun 2008. Jika melihat tren ekspor –
impor migas selama 8 tahun terakhir (2007 – 2014) sebagaimana Gambar 1,
terlihat Indonesia belum ada tanda - tanda akan keluar sebagai negara net importir
migas, bahkan untuk 3 tahun terakhir, rentang antara ekspor dan impor migas
semakin melebar. Ekspor/impor memiliki pengaruh yang sangat signifikan
terhadap cadangan devisa negara (Febriyenti et al. 2013), oleh karena itu
permasalahan posisi Indonesia sebagai negara net importir migas perlu ditemukan
solusinya secepat mungkin agar tidak membebani cadangan devisa.
Sumber : Kemenperin (2014) dan Kemendag (2014) (diolah)
Gambar 1 Ekspor - Impor Migas Tahun 2007 – 2014
Apabila dilihat dari sisi penerimaan dan belanja negara, penerimaan migas
(PPh Migas dan PNBP Migas) jika dibandingkan dengan belanja subsidi energi
(subsidi BBM, BBN, LPG dan Listrik), terlihat tren penerimaan migas dari tahun
2004 - 2014 mengalami kenaikan dan tahun 2015 mengalami penurunan. Dari sisi
belanja subsidi energi, dari tahun 2004 - 2014 belanja subsidi energi juga
mengalami tren yang sama, bahkan pada tahun 2012 - 2014, tren kenaikan belanja
subsidi energi telah melebihi penerimaan migas yang diperoleh negara. Pada
tahun 2015, meskipun terjadi penurunan yang signifikan atas belanja subsidi
energi akibat dari kebijakan Pemerintah menghapus dan mengurangi subsidi pada
beberapa jenis BBM, namun belanja subsidi energi masih lebih besar dari pada
penerimaan migas. Penerimaan migas pada tahun 2015 mengalami penurunan
yang signifikan diakibatkan terjadinya penurunan yang tajam terhadap harga