DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL MAHASISWA SEMESTER TIGA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA TAHUN AJARAN 2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN KEGIATAN BIMBINGAN UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Disusun Oleh : Yoanita Sandry Agustini 01111 4009 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
190
Embed
DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL MAHASISWA … · Indah yang ku dapatkan dari setiap perkataan Bapaku yang disurga ... mengkritisi dan memeriksa skripsi ini. ... BAB I PENDAHULUAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL MAHASISWA SEMESTER TIGA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA TAHUN AJARAN 2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN KEGIATAN BIMBINGAN
UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh :
Yoanita Sandry Agustini
01111 4009
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Aku belajar bahwa tidak selamanya hidup ini indah…
Kadang Tuhan mengijinkan aku melalui derita, tapi aku tahu bahwa ia tidak
pernah meninggalkanku, sebab itu aku belajar menikmati hidup ini, dengan
bersyukur…..
Aku belajar bahwa tidak semua yang aku harapkan akan menjadi
kenyataan…
Kadang Tuhan membelokkan rencanaku, tapi aku tahu itu lebih baik
daripada apa yang kurencanakan, sebab itu aku belajar menerima semua itu,
dengan sukacita…
Aku belajar bahwa percobaan itu pasti datang dalam hidupku….
Aku tidak mungkin berkata “Tidak Tuhan!!” karena aku tahu bahwa semua itu
tidak melampaui kekuatanku, sebab itu aku belajar menghadapinya, dengan
sabar…
Aku belajar bahwa tidak ada kejadian yang harus disesali dan ditangisi….
Karena semua rancangan-Nya indah bagiku, maka dari itu aku akan
bersyukur dan bersukacita dalam segala perkara. Karena dengan bersyukur
dan bersukacita, semua itu menyehatkan jiwaku dan menyegarkan hidupku.
Indah yang ku dapatkan dari setiap perkataan Bapaku yang disurga…
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
v Tuhan Yesus atas semua berkat dan kasih-Nya
v Bunda Maria yang selalu menemani dengan kasih dan kesetiaan-Nya
v Bapak dan Mama tercinta atas semua kasih sayang, cinta dan semangat
yang diberikan.
v Kakak dan adikku tersayang.
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
vi
ABSTRAK
DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL MAHASISWA SEMESTER TIGA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA TAHUN AJARAN 2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN KEGIATAN BIMBINGAN
UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL
Yoanita Sandry Agustini Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitaian ini adalah mahasiswa semester tiga Program studi Bimbingan dan Konseling tahun ajaran 2006/2007 berjumlah 34 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner kecerdasan intrapersonal, yang terdiri dari 90 item yang disusun oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007: (1) 4 orang (11,8%) memiliki tingkat kecerdasan intrapersonal “tinggi”; (2) 26 orang (76,5%) memiliki tingkat kecerdasan intrapersonal “cukup tinggi”; (3) 3 orang (8,8%) memiliki tingkat kecerdasan intrapersonal “rendah”; (4) 1 orang (2,9%) memiliki tingkat kecerdasan intrapersonal “sangat rendah”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007 termasuk dalam kategori “cukup tinggi”. Dari hasil disusun usulan kegiatan bimbingan untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal.
vii
ABSTRACT
INTRAPERSONAL INTELLIGENCE
OF THE THIRD SEMESTER STUDENTS OF GUIDANCE AND COUNSELLING STUDY PROGRAM, FACULTY OF TEACHERS TRAINING AND EDUCATION,
SANATA DHARMA UNIVERSITY, SCHOOL YEAR 2006/2007 AND ITS IMPLICATION FOR THE PROPOSED GUIDANCE ACTIVITY
TO ENHANCE INTRAPERSONAL INTELLIGENCE
Yoanita Sandry Agustini Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
This study aimed to describe the intrapersonal intelligence of the third semester student of the Guidance and Counseling Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta, School Year 2006/2007.
This study was a descriptive study using survey method. There were 34 third semester students of the Guidance and Counseling Study Program involved in this study. The instrument used was a questionnaire on intrapersonal intelligence developed by the researcher. The data was analyzed us ing criterion-referenced measure.
The findings revealed that 4 students (11,8%) showed a high level of intrapersonal intelligence; 26 students (76,5%) showed a sufficient level of intrapersonal intelligence; 3 students (8,8%) showed a low level of intrapersonal intelligence; and 1 student (2,9%) showed a very low level of intrapersonal intelligence. It was concluded that in general, the third semester students of the Guidance and Counseling Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta, School Year 2006/2007 showed a sufficient level of intrapersonal intelligence. Based on these findings, proposed guidance activities to enhance intrapersonal intelligence of these students were developed.
viii
KATA PENGANTAR
Syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus
Kristus atas cinta kasih dan bimbingan-NYA, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan di Program Bimbingan dan Konseling.
Disadari bahwa skripsi ini dapat berjalan dengan baik berkat bantuan,
perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan
dan Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Dra. M. J. Retno Priyani, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
pertama yang telah memberikan perhatian, kesabaran, ide- ide dan
mengarahkan penulis hingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
3. Dra. C. L. Milburga, CB., M. Ed., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
kedua yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran untuk
mengkritisi dan memeriksa skripsi ini.
4. Drs. T. A. Prapancha hary, M. Si., selaku Dosen Penguji yang telah
mengkritisi dan memeriksa skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Bimbingan dan Konseling.
6. Kedua orang tuaku yang dengan cinta, kasih sayang, doa, kesabaran dan
perhatiannya telah merawat, menjaga, membimbing, memberikan
ix
dorongan semangat “saat aku jatuh” dan selalu berusaha memberikan yang
terbaik untukku. Terima kasih atas semua cinta dan kasih sayangnya.
7. Kristiana Sherly (kak Ai) dan Clara Suwastika (dek Lala) yang telah
membuat hidupku jadi lebih berwarna dengan kasih sayangnya, celotehan,
candanya dan semangat yang kalian berikan. Aku sayang kalian!
8. Rahadhian Dedy yang telah menemani dengan perhatian, semangat dan
cintanya dalam berbaga i bentuk dan membuat semuanya jadi
Kemampuan mengenali emosi adalah kemampuan seseorang dalam
mengenali emosinya sewaktu perasaan/emosinya itu muncul,
mengidentifikasi dan menamai emosi-emosi yang sedang timbul. Ini
sering dikatakan sebagai dasar dari kecerdasan intrapersona l. Seseorang
mampu mengenali peraaaan/emosinya sendiri apabila ia memiliki
kepekaan yang tajam atas perasaan/emosinya yang sesungguhnya dan
kemudian mengambil keputusan-keputusan secara mantap, misalnya sikap
21
yang diambil dalam menentukan berbagai pilihan seperti: memilih
sekolah, sahabat, pekerjaan sampai kepada memilih pasangan hidup.
Kemampuan ini membuat orang menjadi mandiri, percaya diri, kesehatan
jiwanya baik, dan cenderung berpendapat dan memandang positif
kehidupan. Apabila suasana hatinya sedang buruk, dia tidak risau dan
tidak larut di dalamnya serta mampu melepaskan diri dari suasana itu
dengan lebih cepat.
b. Mengelola Emosi
Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan untuk menghadapi
keadaan emosional, untuk mengatur kehidupan secara hati-hati dan cerdas,
dan untuk mengendalikan tindakan emosional yang berlebihan. Tujuan
dari penguasaan emosi adalah keseimbangan emosi, bukan menekan
emosi karena setiap emosi mempunyai nilai dan makna. Pengendalian
emosi merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Intinya, bukan
menjauhi perasaan yang tidak menyenangkan dengan selalu bahagia,
namun tidak membiarkan perasaan menderita berlangsung secara tidak
terkendali sehingga menghapus semua suasana hati yang menyenangkan.
Kemampuan mengelola emosi juga meliputi kemampuan mengendalikan
dorongan hati, menjaga kondisi emosi sehingga tidak sebegitu
mempengaruhi pikiran, berpikir positif, serta memiliki sikap optimis.
Kegembiraan dan kesedihan yang dialami tidak melumpuhkan
kemampuan berpikir. Kemampuan membuat takaran yang seimbang
22
antara apa yang dirasakan dan apa yang dipikirkan dan kemampuan
menghadapi segala keadaan dengan pikiran positif dan tetap optimis saat
mengalami kegagalan, adalah termasuk inti dari kecerdasan intrapersonal.
c. Memotivasi Diri Sendiri
Kemampuan memotivasi diri adalah kemampuan memberikan semangat
kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat.
Dalam hal ini terkandung unsur harapan dan optimisme yang tinggi,
sehingga orangnya memiliki kekuatan, semangat untuk melakukan
aktivitas tertentu, misalnya: belajar, bekerja, menolong orang lain, dan
sebagainya. Orang yang mampu memotivasi dirinya sendiri akan lebih
berhasil dalam kehidupannya dibandingkan dengan orang yang menunggu
orang lain untuk memperhatikan dirinya. Ciri ini juga meliputi ketahanan
dalam menghadapi frustasi dan menjaga agar beban stress tidak
melumpuhkan kemampuannya berpikir. Tetap bertahan pada tujuan
semula dalam keadaan apapun merupakan inti dari aspek kecerdasan
intrapersonal.
Ketiga pendapat ahli yang telah dikemukakan diatas menjabarkan
masing-masing aspek dengan bahasa yang berbeda, akan tetapi masing-
masing menunjukkan maksud yang sama dari kecerdasan intrapersonal yaitu
individu perlu memiliki kesadaran untuk menyadari setiap emosinya, tahu
apa yang dirasakan, dan bertindak sesuai dengan apa yang dirasakannya.
23
3. Manfaat Kecerdasan Intrapersonal
Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang baik akan dapat
memetik manfaatnya, yaitu:
a. Menjadikan Hidup Bahagia
Semakin baik kecerdasan intrapersonal yang dimiliki oleh seseorang
semakin luas orang itu dapat meraih kebahagiaan dalam hidupnya.
Kebahagiaan adalah hasil yang menunjukkan derajat kecerdasan dan
kinerja emosional dalam diri seseorang (Stein dan Book, 2002). Orang
akan merasa senang dan nyaman, baik selama bekerja maupun pada saat
memiliki waktu luang. Ia dapat menikmati hidupnya penuh dengan rasa
syukur berdasarkan setiap pengalaman hidup yang telah ditempuhnya
karena semua itu merupakan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang
sebagai diri sejati dari interaksi dengan lingkungan dan orang tertentu.
Diri sejati merupakan sumber kreativitas batin, vitalitas, spontanitas, dan
kesejahteran emosi seseorang (Armstrong, 2002). Orang dengan
kecerdasan intrapersonal rendah dapat dengan mudah menderita depresi,
cenderung merasa cemas, merasa tak pasti akan masa depannya, menarik
diri dari pergaulan, kurang semangat, merasa bersalah, tidak puas atas
kehidupan yang dialaminya, mereka merasa tidak sejahtera secara
emosional. Sebaliknya bagi orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal
yang tinggi memandang hidup sebagai kesempatan untuk
mengembangkan diri dan bersyukur sehingga dapat lebih menikmati hidup
24
bersama dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Jika seseorang
berhasil mengembangkan dirinya maka ia akan memperoleh kebahagiaan
baik bagi dirinya maupun bagi orang disekitarnya.
b. Menjadikan Hidup lebih Produktif
Hidup orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi diwarnai
oleh produktivitas. Orang yang produktif akan mampu meningkatkan
potensi-potensinya sehingga bisa berkembang secara lebih utuh. Orang
yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi mampu
berkonsentrasi dengan baik (Suparno, 2004). Konsentrasi diri yang baik
dapat menunjang produktifitas kerja seseorang. Seseorang yang memiliki
kecerdasan intrapersonal akan mampu mendaftar sasaran tertentu dan
mengarahkan emosinya untuk mencapai sasaran tersebut (Armstrong,
2002). Produktivitas kerja seseorang dapat diukur dari tujuan atau sasaran
yang ditetapkannya. Dalam menentukan sasaran, ia akan memilih sasaran
yang dapat dicapai. Dengan memilih sasaran pada tingkat kesulitan yang
dapat diatasi, ia dapat menjamin bahwa ia akan dapat mengatasi kesulitan
yang dihadapinya dan dapat mencapai sasaran yang ia tentukan. Di
samping itu ia juga akan memilih sasaran yang pantas diharapkan,
maksudnya tidak mustahil untuk diraihnya. Jika seseorang berhasil
mengembangkan kapasitas sasarannya secara optimal, maka ia akan
menjadi warga masyarakat yang produktif.
25
B. Kegiatan Bimbingan
1. Bimbingan
Bimbingan membantu individu mencapai suatu kehidupan yang lebih
bermakna dan memberikan kepuasan pribadi dan bermakna bagi masyarakat
(Sukardi, 1988). Menurut Prayitno dan Amti (2004) bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau
beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang
yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan
mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan
dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan merupakan suatu proses yang terus menerus dalam
membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara
maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi
dirinya sendiri maupun bagi masyarakat sekitarnya (Stoops dan Walquist
dalam Surya, 1988).
Pelayanan bimbingan dilaksanakan dengan mengadakan sejumlah
kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan dilaksanakan sejalan dengan program
yang telah direncanakan dan disepakati bersama oleh pihak-pihak terkait.
Kegiatan bimbingan yang disusun untuk periode waktu tertentu,
menjadi pegangan bagi pelaksana bimbingan dalam memberikan layanan
bimbingan. Kegiatan bimbingan yang tertulis secara jelas akan memudahkan
26
pelaksana bimbingan untuk mengadakan penilaian atau evaluasi terhadap
pencapaian tujuan pelayanan kegiatan bimbingan.
Sebuah program atau kegiatan bimbingan harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan permasalahan orang yang akan dilayani. Prayitno, dkk (1997)
mengemukakan syarat-syarat yang hendaknya diperhatikan dalam menyusun
suatu program kegiatan bimbingan sebagai berikut:
a. Berdasarkan masalah binimbing, sesuai dengan kondisi pribadinya serta
tugas-tugas perkembangannya.
b. Lengkap dan menyeluruh, memuat segenap fungsi bimbingan, meliputi
semua jenis layanan, dan kegiatan pendukung, serta menjamin
dipenuhinya prinsip-prinsip dan asas-asas bimbingan.
c. Sistematis, dalam arti program kegiatan disusun menurut urutan logis,
tersinkronisasi dengan menghindari tumpang tindih yang tidak perlu.
d. Terbuka dan luwes, sehingga mudah menerima masukan untuk
mengembangkan dan menyempurnakan program tanpa harus merombak
program itu secara menyeluruh.
e. Memungkinkan kerjasama dengan semua pihak yang terkait.
f. Memungkinkan diselenggarakannya penilaian lebih lanjut untuk
penyempurnaan program.
Program kegiatan bimbingan yang disusun kemungkinan akan selalu
mengalami perubahan dan penyempurnaan dari waktu ke waktu. Apabila
27
terdapat kelemahan-kelemahan dalam program tersebut, maka program
kegiatan bimbingan dapat diubah dalam periode selanjutnya.
Kegiatan bimbingan merupakan suatu kegiatan yang berkelanjutan,
bukan merupakan kegiatan yang dilakukan secara kebetulan. Kegiatan
bimbingan membantu dan mengarahkan individu ke arah suatu tujuan yang
sesuai dengan potensinya secara optimal. Yang menentukan pilihan dalam
pemecahan masalah adalah individu sendiri, sedangkan pembimbing hanya
membantu. Jadi, proses bimbingan merupakan kegiatan yang bersifat
kerjasama secara demokratis dan tidak otoriter dari pihak pembimbing.
2. Bagian-bagian dalam Kegiatan Bimbingan
Kegiatan bimbingan dapat dilaksanakan dalam bentuk bimbingan
individual maupun bimbingan kelompok. Kegiatan bimbingan individual
dilakukan bila yang dilayani hanya satu orang, bilamana yang dilayani lebih
dari satu orang maka disebut bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok
dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk, salah satunya dengan kegiatan
bimbingan yang telah dirancang untuk meningkatkan kecerdasan
intrapersonal.
Kegiatan bimbingan terdiri dari tiga bagian utama yaitu: pembukaan,
inti, dan penutup. Untuk mengawali sebuah kegiatan biasanya dibuka dengan
memberikan pengantar berupa penjelasan tujuan diadakannya kegiatan, tata
tertib, perkenalan, dan pemanasan (ice breaking). Kegiatan perkenalan sangat
28
membantu para peserta untuk saling mengenal satu sama lain, termasuk
dengan fasilitator. Hal ini bertujuan agar para peserta tidak merasa asing satu
sama lain, sehingga dapat berkomunikasi dan bersedia bekerjasama selama
kegiatan berlangsung. Apabila para peserta sudah saling mengenal satu sama
lain, maka dapat digunakan metode pemanasan sebagai acara pengganti
perkenalan. Pemanasan bertujuan membangkitkan perhatian dan minat peserta
terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan, membuat mereka untuk mulai
terlibat dalam kegiatan, dan melepaskan beban mental yang menghambat
keikutsertan mereka dalam kegiatan. Bentuk kegiatan perkenalan dan
pemanasan dapat disesuaikan dengan keadaan peserta dan tujuan kegiatan
(Hardjana, 2001).
Bagian inti merupakan bagian yang digunakan untuk menyampaikan
materi kegiatan yang dibagi dalam beberapa sesi. Menurut Hardjana (2001),
metode yang dapat digunakan dalam penyampaian materi kegiatan ada empat,
yaitu:
a. Metode informatif merupakan metode yang bertujuan untuk menyampaikan informasi, penjelasan, data, fakta dan pemikiran. Bentuknya dapat berupa pengajaran atau kuliah (lecture), bacaan terarah (directed reading). Ataupun diskusi panel (panel discussion).
b. Metode partisipatif digunakan untuk melibatkan peserta dalam pengolahan materi kegiatan. Bentuknya dapat berupa pernyataan (statement), curah pendapat (brainstorming), audio-visual (audio visual), diskusi kelompok (group discussion), kelompok bincang-bincang (buzz group), forum (forum), kuis (quiz), studi kasus (case study), peristiwa (incident), atau peragaan peran (role play).
c. Metode partisipatif-eksperiensial merupakan metode yang bersifat partisipatif sekaligus eksperensial dengan mengikutsertakan peserta dan memberikan kemungkinan kepada pesera untuk ikut mengalami apa yang
29
diolah dalam kegiatan. Bentuknya dapat berupa pertemuan (meeting), latihan simulasi (simulation exercise), atau demonstrasi (demonstration).
d. Metode eksperensial adalah metode yang memungkinkan peserta untuk ikut terlibat dalam kegiatan untuk “belajar sesuatu” daripadanya. Bentuknya dapat berupa ungkapan kreatif (creative ekspression), penugasan (assignment installment), lokakarya (workshop), kerja proyek (work project ), tinggal di tempat (field placement), hidup di tempat (live in), permainan manajemen (management game), atau latihan kepekaan (laboratory atau sensitivity training).
Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan bimbingan sebaiknya:
a. Berpusat pada peserta, bukan pada materi atau isi kegiatan.
b. Pengolahan materi menyangkut pengolahan secara keseluruhan dan bukan
dibatasi pada salah satu seginya saja.
c. Pengalaman dan pengetahuan para peserta didayagunakan dan
diintegrasikan ke dalam pengolahan kegiatan.
Menurut Hardjana (2001), dari keempat metode yang telah diuraikan
di atas, metode eksperensial merupakan metode utama. Metode-metode lain
hanya digunakan pada bagian-bagian tertentu, seperti misalnya penggunaan
metode informatif untuk memberikan pemahaman tentang kegiatan yang
dilaksanakan, penggunaan metode partisipatif untuk pengolahan dalam
kelompok kecil (diskusi kelompok), dan metode partisipatif-eksprensial untuk
kegiatan yang melibatkan peserta dan memberi kesempatan kepada mereka
untuk mengalami kegiatan yang dilaksanakan.
Selain kegiatan-kegiatan pemanasan, perkenalan, dan pengolahan
materi, dapat pula diadakan permainan (game) dalam kegiatan. Seperti yang
terlihat dari namanya, permainan adalah kegiatan yang dinilai dapat
30
mendatangkan kesegaran dan memulihkan minat, semangat, dan tenaga.
Bentuknyapun dapat berupa permainan di dalam gedung (indoors games)
maupun di luar gedung (outdoors games). Jenis permainan yang bermacam-
macam harus dapat melibatkan peserta kegiatan secara perorangan, kelompok
kecil, kelomok besar, atau bahkan seluruh peserta. Permainan hendaknya
tidak merupakan kegiatan tersendiri dan terlepas dari sesi sebelum atau
sesudahnya. Sebab jika diadakan secara tersendiri, permainan dapat
mengganggu atau mengalihkan perhatian peserta dari tujuan tiap sesi atau
bahkan seluruh kegiatan. Secara nyata permaianan dapat dipergunakan
sebagai “gong” untuk menutup atau mengawali suatu sesi supaya peserta
terlibat secara penuh dan memahami materi acara yang akan mereka ikuti
lebih mendalam. Oleh karena itu, sesudah permainan dilaksanakan maka
harus diadakan penjelasan tentang makna permainan dan kaitannya dengan
sesi yang sudah atau akan dilaksanakan (Hardjana, 2001).
Menurut Hardjana (2001) hal-hal yang terdapat dalam bagian penutup
adalah kesimpulan kegiatan dan evaluasi. Kesimpulan merupakan uraian
singkat tentang seluruh kegiatan, terkait dengan setiap sesi dalam kegiatan
yang telah diolah bersama, kemungkinan-kemungkinan follow-up, serta
harapan-harapan terhadap peserta. Bentuk uraian dalam menarik kesimpulan
adalah informatif. Kesimpulan merupakan “gong” keseluruhan kegiatan dan
bekal bagi para peserta. Dalam kesimpulan diuraikan semua materi yang telah
diolah dalam kegiatan. Selain itu disebutkan pula urutan sesi atau proses
31
pengolahannya, tujuan masing-masing sesi dan keseluruhan rangkaian sesi,
ringkasan seluruh hasil kegiatan yang yang dicapai, dan follow-up yang
sebaiknya dilakukan oleh peserta. Kesimpulan perlu disiapkan dengan baik
dan dipresentasikan dengan mantap dan penuh motivasi.
Evaluasi merupakan metode untuk mengumpulkan bahan yang akan
dianalisis dan disimpulkan guna melihat segala sesuatu yang terjadi dalam
training dan pengaruhnya bagi peserta dalam perluasan pengetahuan,
pembentukan sikap, perubahan perilaku, peningkatan kecakapan dan
keterampilan. Bentuk evaluasi dapat berupa pertanyaan-pertanyaan reflektif
yang perlu dijawab oleh peserta baik secara lisan maupun tulisan.
3. Hal-hal yang pe rlu diperhatikan dalam Menyusun Kegiatan Bimbingan
Penyusunan rancangan kegiatan bimbingan harus memperhatikan
pihak-pihak yang akan terlibat dalam kegiatan (peserta, penyelenggara, dan
fasilitator), tujuan yang akan dicapai, materi yang akan diolah, metode dan
peralatan yang hendak dipakai, tempat pelaksanaan, jadwal kegiatan untuk
setiap sesi atau secara keseluruhan. Semuanya itu diatur secara efisien, lancar
dan efektif untuk mencapai tujuan diadakannya kegiatan.
Pada saat menyusun rancangan kegiatan, hal-hal yang perlu
dipertimbangkan adalah kebutuhan, tujuan, materi, metode-strategi-teknik,
susunan sesi dan jadwalnya, petugas, dan evaluasi kegiatan (Hardjana, 2001:
32
34). Di bawah ini akan diuraikan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
penyusunan kegiatan menurut Hardjana (2001):
a. Kebutuhan Kegiatan
Kebutuhan kegiatan adalah kekurangan dalam bidang pengetahuan, sikap,
perilaku, kecakapan, dan keterampilan pada peserta yang hendak dipenuhi
melalui kegiatan. Kebutuhan kegiatan dapat diketahui dari kuesioner yang
diedarkan.
b. Tujuan Kegiatan
Kegiatan terdiri dari serangkaian sesi yang disusun untuk mencapai tujuan
kegiatan. Oleh karena itu, setiap sesi mempunyai tujuan tersendiri.
Melalui pencapaian tujuan tiap sesi itu, maka diharapkan tujuan seluruh
kegiatan dapat tercapai. Dengan demikian, dalam kegiatan bimbingan
dibuat tujuan untuk setiap sesi dan tujuan kegiatan bimbingan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, penetapan tujuan sebaiknya menganut
prinsip SMART yaitu:
S = Specific, yang berarti khusus, terbatas dan jelas.
M = Measurable, yang berarti dapat diukur secara kuantitatif.
A = Achievable, yang berarti dapat dicapai oleh peserta, fasilitator,
penyelenggara, berdasarkan waktu, tempat dan fasilitas yang
tersedia.
R = Realistic, berarti memenuhi kebutuhan kegiatan yang sebenarnya,
bukan hanya berdasarkan keinginan penyelenggara atau fasilitator.
33
T = Timebound, yang berarti waktu pencapaian tujuan, dibatasi misalnya
3 hari, 2 minggu, 1 bulan, atau 2 tahun.
c. Materi Kegiatan
Materi kegiatan adalah bahan, topik, atau hal yang dibicarakan dan diolah
dalam kegiatan bimbingan. Materi umum yang dapat diolah dalam
kegiatan dapat dibagi menjadi tiga bidang, yaitu pribadi-sosial,
akademik/belajar, serta karier. Dari hasil analisis kuesioner yang diberikan
pada peserta, kita dapat mengetahui materi yang sesuai bagi mereka.
d. Metode, Strategi, dan Teknik Kegiatan
Metode, strategi, dan teknik ditetapkan berdasarkan tujuan kegiatan. Hal
ini berlaku untuk seluruh kegiatan maupun masing-masing sesi. Strategi
adalah cara penggunaan metode yang dipilih dan dirancang khusus agar
tujuan kegiatan tercapai, baik secara keseluruhan maupun per sesi. Agar
pelaksanaan kegiatan dapat berhasil, metode harus betul-betul dikuasai
sehingga dapat dilaksanakan dengan lancar, inovatif, dan dinamis. Cara
melaksanakan suatu metode disebut teknik. Kemampuan dalam teknik
tersebut dapat membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan.
e. Susunan dan Jadwal Sesi dalam Kegiatan Bimbingan
Susunan sesi dibuat berdasarkan seluruh kegiatan. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam menyusun sesi, yaitu:
1) Alur, yaitu arah, gerak, dan kelanjutan dari satu sesi ke sesi yang lain. Artinya acara yang terdahulu, misalnya, sesi I mengarah dan berlanjut ke sesi II, sesi II k sesi III, dan seterusnya. Jadi sangat perlu
34
diperhatikan agar sesi dalam seluruh kegiatan arahnya jelas, dan tidak terpisahkan satu dengan yang lain.
2) Jarak, yaitu tenggang waktu antara satu sesi dengan sesi lain. Artinya antara sesi satu dengan acara lain tidak berdesak-desakan atau dijejal-jejalkan sehingga menciptakan suasana kegiatan yang padat. Oleh karena itu antara dua sesi perlu diberi jeda yang cukup, misalnya untuk minim atau snack, makan, atau waktu kosong.
3) Nada, yaitu tekanan pada masing-masing sesi. Untuk kelancaran dan efektivitas seluruh kegiatan, maka masing-masing sesi diberi tekanan yang berbeda. Ada sesi berat, ringan, dan ada yang sedang. Demikian juga tekanan pada pelaksanaan masing-masing sesi dibuat tidak sama. Kadang tekanan pada metode, kadang pada isi, kadang pada follow-up, dan sebagainya.
4) Warna, yaitu suasana kegiatan. Agar tidak menjemukan, penyampaian tiap sesi dan bagian-bagiannya diberikan dalam suasana yang bervariasi antara suasana yang serius dan santai.
5) Jalinan, yaitu jalannya seluruh kegiatan dan hubungan sesi yang satu dengan sesi yang lain. Jalinan itu dibuat kadang menyentak, kadang halus, kadang mendadak, kadang dengan persiapan, kadang terpotong-potong, kadang berhubungan erat. Jadi hubungan antara sesitidak terus menerus halus atau seluruhnya kasar tetapi bervariasi.
Jadwal kegiatan bimbingan disusun berdasarkan kelima prinsip seperti
yang telah diuraikan di atas.
f. Petugas yang Bertanggungjawab dan Perlengkapannya
Setelah menyusun sesi per sesi dengan baik dan jadwal yang telah
tersusun rapi, maka dapat diatur petugas/fasilitator yang bertanggung
jawab atas pelaksanaannya. Hal ini berlaku jika fasilitator tidak bekerja
sendiri, melainkan dengan fasilitator lain yang bekerja dalam satu tim,
yang didalamnya terdapat pembagian tanggungjawab. Oleh karena itu
masing-masing fasilitator dapat menyiapkan sesi dengan baik dan dalam
pelaksanaannya sehingga dapat berkonsentrasi dengan penuh, sedangkan
fasilitator lain yang tidak bertugas dapat membantu, menjadi pengamat,
35
atau pelengkap pada saat dibutuhkan. Bersama dengan penentuan
tanggung jawab tersebut, ada baiknya jika ditetapkan pula peralatan dan
perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya.
g. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk seluruh sesi kegiatan maupun masing-masing
sesi yang dapat dibuat dalam bentuk tulisan maupun lisan. Materi yang
dikumpulkan untuk dievaluasi yaitu mengenai isi, proses, manfaat,
fasilitas akomodasi, konsumsi, manfaat, partisipasi peserta, dan peran
fasilitator. Cara pelaksanaan evaluasi bisa dilaksanakan secara tertulis,
lisan, kelompok kecil, atau secara pleno dengan seluruh peserta. Cara
menganalisis, penyimpulan dan pemanfaatannya akan berguna untuk
perbaikan kegiatan di masa yang akan datang.
4. Unsur-unsur Kegiatan Bimbingan
Unsur-unsur kegiatan secara keseluruhan meliputi:
a. Topik dan tema
b. Tujuan
c. Materi
d. Metode
e. Jadwal
f. Fasilitator
g. Bahan, peralatan, dan perlengkapan
36
h. Evaluasi
i. Tindak lanjut (follow-up)
Sedangkan unsur-unsur dalam setiap sesi adalah:
a. Judul
b. Tujuan
c. Materi atau isi
d. Metode, strategi, dan teknik
e. Suasana
f. Bahan atau peralatan-peralatan
g. Waktu
h. Tahap-tahap dan langkah- langkah pelaksanaan
i. Fasilitator yang bertanggungjawab
j. Hal-hal yang perlu diamati dan dipraktekkan selama sesi berlangsung
k. Evaluasi
5. Kecakapan yang diperlukan untuk Menyusun Kegiatan Bimbingan
Menurut Hardjana (2001: 43) kecakapan yang diperlukan seorang
fasilitator untuk menyusun paket kegiatan secara keseluruhan adalah sebagai
berikut:
a. Menemukan dan merumuskan kebutuhan kegiatan yang berupa
pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan yang kurang atau perlu
ditingkatkan.
37
b. Menetapkan topik dan tema kegiatan.
c. Merumuskan tujuan kegiatan.
d. Menetapkan jumlah sesi dan menentukan materi yang akan diolah dalam
setiap sesi itu.
e. Menetapkan metode yang digunakan untuk setiap sesi maupun untuk
seluruh kegiatan.
f. Menetapkan evaluasi untuk seluruh kegiatan dan untuk setiap sesi.
g. Untuk masing-masing sesi:
1) Menyiapkan uraian tertulis yang berisi judul, tujuan, langkah-langkah
pelaksanaan, input yang akan disampaikan, dan cara evaluasi.
2) Menyiapkan peralatan/perlengkapan yang diperlukan untuk
pelaksanaannya.
h. Menyiapkan pelaksanaan kegiatan dengan merumuskan kerjasama dengan
penyelenggara danmembagi tugas dengan para fasilitator lain atau asistan
fasilitator yang ada dalam tim.
C. Kegiatan Bimbingan untuk Meningkatkan Kecerdasan Intrapersonal
Mahasiswa
Untuk mencapai pengetahuan yang dalam mengenai diri sendiri yang
terdalam, dan untuk mencapai kedamaian dengan pengetahuan itu dituntut
pengalaman hidup yang sungguh-sungguh. Proses mencapai kecerdasan
intrapersonal membutuhkan waktu, perencanaan, pengajaran bagi pribadi yang
38
bersangkutan. Berusaha menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan
tentang diri sendiri adalah sangat penting karena merupakan dasar/titik tolak
dalam mencapai kesuksesan dan kepenuhan hidup. Berikut ini disajikan upaya-
upaya yang diperlukan untuk mengembangkan kecerdasan intrapersonal:
a. Merasakan dan Menyadari Perasaan
Merasakan dan menyadari setiap perasaan, seperti marah, bingung, jenuh,
bosan, atau tidak sabar dan sebagainya dapat membantu orang untuk lebih
mengenal dan mengembangkan kepekaan kecerdasan intrapersonal yang
dimilikinya (Lazear dalam Suparno, 2004). Orang dapat menyadari dan
mengenali keadaan emosinya dengan cara melatih diri untuk mengetahui apa
yang dirasakannya, seberapa kuat emosi itu muncul dan apa alasannya. Orang
yang memahami bagaimana emosinya berhubungan dan kadang-kadang
disertai gelombang perasaan yang dapat menimbulkan ketegangan dengan
orang lain. Dengan demikian, orang akan menjadi lebih bijaksana dalam
menanggapi perasaannya dan perasaan orang disekitarnya.
b. Merefleksikan Perasaan yang dialami
Meluangkan waktu beberapa menit untuk merefleksikan diri dengan mencoba
menyadari pola-pola pikir yang dilakukan sehari-hari terlebih yang berbeda-
beda, dapat membantu mengembangkan kepekaan intrapersonal (Lazear
dalam Suparno, 2004). Tanyakan pada diri sendiri sebagai latihan mengasah
kepekaan intrapersonal perasaan apa yang telah dirasakan pada hari ini?
Mengapa itu terjadi dan bagaimana prosesnya? Apakah itu berdampak positif?
39
Evaluasikan setiap jawaban itu, mana yang kurang tepat dan mana yang perlu
dikembangkan lebih lanjut. Merefleksikan diri penting untuk melatih
konsentrasi diri karena hal ini berkaitan dengan kesadaran akan diri, pikiran
dan perasaan kita.
c. Temukan Keseimbangan
Dalam situasi yang padat dengan beragam aktivitas, suara, bisnis, dan
kegiatan lainnya penting bagi kita untuk menemukan keseimbangan,
ketenangan dan kedamaian lagi (Lazear dalam Suparno, 2004). Meluangkan
waktu untuk menarik napas dan berkonsentrasi untuk sekedar menyingkirkan
berbagai aktivitas rutin kita, dapat membuat kita menemukan keseimbangan
hidup ditengah banyaknya aktivitas yang harus kita lakukan. Kemampuan
untuk menemukan keseimbangan, ketenangan dan kedamaian dapat
membantu kita untuk menyadari diri, pikira dan perasaan kita. Kemampuan
akan kesadaran diri dan ekspresi perasaan yang berbeda akan membantu
untuk menguasai dinamika perasaan kita. Kemampuan membuat takaran yang
seimbang antara apa yang dirasakan dan apa yang dipikirkan dan kemampuan
menghadapi segala keadaan dengan pikiran positif dan tetap optimis saat
mengalami kegagalan dalam hidup adalah termasuk inti dari kecerdasan
interpersonal.
Masa dewasa merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola
kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Orang dewasa muda diharapkan
memainkan peranan baru, seperti pencari nafkah, peran menjadi suami/istri, orang
40
tua, dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan serta nilai-nilai
baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang akan dialaminya. Penyesuaian diri ini
menjadikan periode ini suatu periode yang khusus dan sulit dari rentang hidup
seseorang (Hurlock, 2004).
Mahasiswa pada umumnya sedang berada pada fase perkembangan akhir
masa remaja dan awal masa dewasa. Mereka sedang dalam masa transisi dari
masa remaja yang penuh goncangan ke permukaan dewasa yang menuntut
kemandirian. Pada masa ini mereka dituntut untuk mempersiapkan dirinya
menjadi manusia dewasa yang mandiri. Mereka dituntut mencapai kematangan
baik secara fisik, intelektual, emosional, moral dan sosial (Surya, 1988).
Periode ini dikatakan sulit karena di sini seseorang diharapkan bisa
mengadakan penyesuaian diri secara mandiri, padahal pada masa sebelumnya
mereka banyak memperoleh bantuan dari orang lain. Pada masa ini apabila
seseorang mengalami kesulitan yang sukar untuk diatasi, rasa ragu-ragu untuk
meminta pertolongan dan nasehat dari orang lain muncul, karena mereka takut
jika dianggap belum dewasa.
Mahasiswa perlu melakukan penyesuaian dengan lingkungan perguruan
tinggi dan sebaliknya perguruan tinggi perlu mempersiapkan program kegiatan
dengan memperhatikan keadaan mahasiswa. Tugas utama mahasiswa di
perguruan tinggi adalah belajar untuk mengembangkan diri sepenuhnya dan
khususnya untuk menyelesaikan program belajar yang sedang diikutinya.
Mahasiswa sebagai subjek didik akan dididik dan dikembangkan untuk
41
mewujudkan menjadi manusia yang mandiri, menyadari diri dan kehadirannya di
lingkungan masyarakat, serta mampu melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.
Oleh karena itu, peran kompetensi kemanusiaan dapat membantu mahasiswa
untuk melakukan tranformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri (Surya,
1988).
Mahasiswa sebagai orang dewasa mengalami suatu periode penyesuaian
diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru, dimana
proses penyesuaian diri yang sangat besar dan mempengaruhi hidup orang dewasa
menuntut individu dewasa memiliki kecerdasan intrapersonal yang cukup untuk
menjadi bekal bagi hidupnya.
Kegiatan bimbingan dapat membantu mahasiswa untuk melakukan
tranformasi diri kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Kegiatan bimbingan
dapat membantu para mahasiswa memperoleh pemahaman tentang dirinya, orang
lain dan lingkungan sekitarnya sehingga kelak dapat membuat suatu keputusan
yang tepat bagi dirinya sendiri yang mengarahkan diri kekehidupan yang lebih
baik dari sebelumnya serta akhirnya dapat mewujudkan diri secara bebas dan
mantap (Surya, 1988).
Kegiatan bertujuan untuk membantu peserta dalam hal:
1. Mengajak mahasiswa untuk berterima kasih kepada Tuhan yang telah
memberi hidup dan menciptakan dirinya dengan segala kelebihan dan
kekurangannya.
42
2. Membantu mahasiswa untuk mempelajari, memahami diri, dan mendapatkan
kecakapan-kecakapan dalam berbagai aspek kecerdasan intrapersonal.
3. Membantu mahasiswa untuk menemukan dan menyadari kualitas-kualitas
yang ia miliki agar dapat dikembangkan secara optimal.
Adapun materi yang akan disampaikan kepada mahasiswa adalah sebagai
berikut:
a. Ekspresi perasaan, meliputi perasaan-perasaan yang timbul pada situasi
tertentu.
b. Penyadaran sikap dan reaksi-reaksi emosional, meliputi kesadaran diri
emosional yang timbul pada saat dan situasi tertentu.
c. Jadilah pribadi yang asertif, meliputi perilaku sikap asertif, dan manfaat
bersikap asertif.
d. Pribadi yang mandiri, meliputi arti kemandirian dan tanggung jawab.
e. Mengambil keputusan, meliputi gaya seorang pemimpin dalam mengambil
keputusan.
f. Pemeriksaaan sikap diri, meliputi arti penghargaan diri dan upaya-upaya agar
dihargai oleh orang lain.
g. Pribadi yang berkembang, meliputi arti aktualisasi diri dan upaya-upaya yang
dapat dilakukan untuk mengaktualisasikan diri.
Kegiatan Bimbingan dapat diberikan oleh siapa saja, termasuk orang yang
diberi tugas oleh penyelenggara kegiatan atau pun oleh seorang yang ahli di
bidang pengembangan kepribadian.
43
Kegiatan Bimbingan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan
intrapersonal mahasiswa sehingga terbuka wawasannya tentang dunia “diri” yang
tampak dalam perubahan sikap dan perkembangan pribadinya. Materi dalam
kegiatan bimbingan disusun berdasarkan aspek-aspek yang terkandung dalam
kecerdasan intrapersonal dan disesuaikan juga dengan kebutuhan mahasiswa.
Untuk menghilangkan kejenuhan dalam pelaksanaan kegiatan maka
penyampaian materi dapat dilakukan dengan cara yang bervariasi, antara lain
dengan cara Tanya jawab, ceramah, diskusi kelompok, sharing, refleksi pribadi,
pemutaran slide, pemberian peneguhan dan lain sebagainya. Dinamika kelompok
dapat dilaksanakan sebagai langkah awal penyampaian materi, karena selain
dapat melibatkan peserta, dinamika kelompok juga dapat menghilangkan
kejenuhan peserta.
Rancangan kegiatan bimbingan yang telah disusun memuat lima tema
dalam aspek kecerdasan intrapersonal, yaitu aspek kesadaran diri emosional,
aspek sikap asertif, aspek kemandirian, aspek penghargaan diri dan aspek
aktualisasi diri. Kelima tema tersebut disampaikan dalam satu kali week end.
Akan tetapi dapat juga dibuat tema yang berbeda dalam setiap week end, dan
fasilitator dapat bebas memilih tema yang sesuai dengan waktu dan kebutuhan.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan
metodologi penelitian, yaitu jenis penelitian, subjek penelitian, instrument
penelitian, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2005). Tujuan penelitian ini adalah
untuk melukiskan variable atau kondisi “apa yang ada” dalam suatu situasi
(Furchan, 1982). Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
tentang kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester III Bimbingan
Konseling tahun ajaran 2006/2007.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester III Bimbingan
Konseling tahun ajaran 2006/2007. responden yang akan dijadikan subjek
penelitian berjumlah 34 mahasiswa. Menurut Arikunto (1991) penelitian
yang melibatkan seluruh individu dalam suatu kelompok untuk menjadi
subjek penelitian disebut penelitian populasi.
45
C. Instrumen Penelitian
1. Alat Pengumpul Data
Dalam penelitian ini digunakan kuesioner sebagai alat pengumpul
data. Kuesioner adalah metode pengumpul data dengan menggunakan
sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi
dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan responden yang
sebenarnya.
Kuesioner kecerdasan intrapersonal terdiri dari dua bagian yaitu:
(1) bagian pengantar, identitas, dan petunjuk pengisian, dan (2) bagian
pernyataan yang mengungkap kecerdasan intrapersonal yang terdiri dari
90 item pernyataan.
Item-item pernyataan dalam kuesioner terdiri dari lima aspek
kecerdasan intrapersonal menurut Stein dan Book yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, yaitu: (1) kesadaran diri emosional, (2) sikap
terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya.
48
2. Validitas dan Reabilitas Kuesioner
a. Validitas instrument
Validitas suatu alat ukur adalah derajat ketepatan dan ketelitian alat
tersebut. Hajar (1996) mendefinisikan validitas sebagai
kemampuan alat ukur untuk mengukur apa yang dimaksudkan
untuk diukur. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan untuk
menganalisis item adalah validitas isi. Arikunto (1991) mengatakan
bahwa sebuah tes dapat dikatakan valid apabila butir-butir soal
yang dibuat dapat mengukur setiap aspek berpikir. Penggunaan
validitas isi disini bertujuan untuk melihat sejauh mana alat ukur
yang digunakan dapat memerinci setiap aspek yang telah
dijabarkan dalam indikator kecerdasan intrapersonal. Teknik
statistik yang digunakan untuk menganalisis item-item dari
penelitian ini adalah teknik korelasi Product Moment dari Pearson.
Rumus Product Moment dari Pearson adalah:
r])(][)([
))((2222 yyNxxN
yxxyNxy
∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
r =xy Koefisien korelasi antara X dan Y
X = Skor item tertentu yang akan diuj i validitasnya.
Y = Skor total sub aspek yang memuat item yang diuji
valisitasnya.
N = Jumlah responden
49
Penentuan kesahihan item kuesioner menggunakan kriteria Azwar
(2003) yang mengatakan bahwa untuk skala psikologi sebaiknya
digunakan patokan koefisien korelasi minimal 0,30. Dengan
demikian item yang koefisien korelasinya < 0,30 dinyatakan gugur,
sedangkan item yang koefisien korelasinya ≥ 0,30 dianggap valid.
Proses perhitungan taraf validitas dilakukan dengan cara memberi
skor pada masing-masing item dan mentabulasi data uji coba (lihat
lampiran 2). Selanjutnya proses perhitungan dilakukan dengan
computer melalui program SPSS (hasil perhitungan dapat dilihat
dilampiran 4). Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan
terhadap 90 item kuesioner, diperoleh 56 item yang taraf
validitasnya ≥ 0,30. Rekapitulasi hasil perhitungan validitas uji
coba alat ukur disajikan dalam tabel 3.
50
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba
No. Aspek
Kecerdasan Intrapersonal
Indikator Jml Item
Jml Item yang valid
Jml item yang gugur
1 Kesadaran Diri Emosional
a. Kenali emosi diri 10 4 6
2 Sikap Asertif a. Mampu mengekspresikan perasaannya.
b. Mampu mempertahankan pendapat dan pemikirannya.
c. Mampu mempertahankan hak-hak pribadinya.
7 8 4
5 6 2
2 2 2
3 Kemandirian a. Mampu mengendalikan emosi
b. Sikap mandiri c. Mampu merencanakan
dan membuat keputusan
9 5 7
6 4 5
3 1 2
4 Penghargaan Diri
a. Penerimaan diri b. Percaya diri
10 8
6 5
4 3
5 Aktualisasi Diri a. Memiliki motivasi untuk berkembang.
b. Mampu memperjuangkan tujuan hidupnya.
c. Memiliki inisiatif.
5
11 6
3 7 3
2 4 3
Secara nyata item yang digunakan dalam penelitian adalah item
yang koefisien korelasinya ≥ 0,30, apabila koefisien korelasinya ≤
0,30 maka akan digugurkan. Berdasarkan perhitungan koefisien
korelasi menggunakan SPSS, dari 90 item terdapat 34 item yang
digugurkan. Hasil koefisien sebanyak 56 item dijadikan alat ukur
penelitian yang komposisinya dapat dilihat pada tabel 4 ,
sedangkan kuesioner kecerdasan intrapersonal mahasiswa
(kusioner penelitian) dapat dilihat pada lampiran 1.
51
Tabel 4 Komposisi Kuesioner Penelitian
Pernyataan No Aspek Indikator No
Item + - ∑
1. Kesadaran diri emosional
b. Kenali emosi diri 6-9 7,9 6,8 4
2. Sikap asertif a. Mampu mengekspresikan perasaannya
b. Mampu mempertahankan pendapat dan pemikirannya
c. Mampu mempertahankan hak-hak pribadi
16-20
10-15
51-52
16,17,20
14,15 -
18,19
10,11,12,13
51,52
5 6 2
3.
Kemandirian d. Mampu mengendalikan Emosi
e. Sikap Mandiri f. Mampu
merencanakan dan membuat keputusan penting
37-42
53-56 43-47
39,40,41,42
53,54,56 43,44,45,46
37,38
55 47
6 4 5
4. Penghargaan diri
c. Penerimaan Diri d. Percaya diri
31-36
1-5
31,33 3
32,34,35,36
1,2,4,5
6 5
5. Aktualisasi diri
d. Memiliki motivasi untuk berkembang
e. Mampu memperjuangkan tujuan hidupnya
f. Memiliki inisiatif
28-30 21-27 48-50
29,30
21,22,23,24,25,27
48,50
28
26
49
3 7 3
Jumlah 31 25 56
b. Reliabilitas instrumen
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Menurut
Sugiyono (2005) reliabilitas berarti sejauh mana alat ukur yang
dipakai dapat mengukur objek yang sama dan akan menghasilkan
data yang sama pula. Sejalan dengan pendapat tersebut Arikunto
(1991 : 81) mengatakan bahwa suatu tes dapat dinyatakan
mampunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
52
memberikan hasil yang tetap. Adapun pengukuran uji reliabilitas
adalah untuk mengetahui sejauh mana pengukuran variabel dapat
memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan kembali
pada subjek yang sama.
Untuk mamperoleh koefisien reliabilitas digunakan metode belah
dua (Split-half method) berdasarkan belahan item dengan nomor
gasal (X) dan belahan item dengan nomor genap (Y). Metode ini
digunakan untuk menguji reliabilitas suatu alat ukur dengan satu
kali pengukuran pada suatu kelompok.
Proses perhitungan reliabilitas dilakukan dengan memberi skor
pada masing-masing item dan membuat tabulasi data uji coba.
Selanjutnya skor-skor dari belahan pertama (X) dikorelasikan
dengan belahan kedua (Y). Perhitungan koefisien korelasi
dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS. Koefisien
korelasi yang diperoleh sebesar 0,8661. Selanjutnya untuk
memperoleh koefisien korelasi seluruh tes digunakan formulasi
korelasi dari Spearman Brown (Masidjo, 1995) dengan rumus
sebagai berikut :
gg
ggtt r
xrr
+=
1
2
Keterangan :
ttr = koefisien reliabilitas
ggr = koefisien gasal-genap
53
Hasil perhitungan uji reliabilitas instrument dapat dilihat pada
lampiran 6. Koefisien reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu
bilangan koefisien antara -1,00 sampai dengan 1,00 yang
dikelompokkan ke dalam beberapa klasifikasi dari sangat rendah
sampai sangat tinggi. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam
koefisien reliabilitas atau r tt . Derajat reliabilitas ditentukan dengan
berpedoman pada Klasifikasi Koefisien Reliabilitas. Garrett (1967:
176) mengemukakan suatu deskripsi mengenai koefisien sebagai
berikut :
Tabel 5 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas dan Validitas suatu tes
Koefisien Korelasi Klasifikasi ± 0,70 - ± 1,00 Tinggi – Sangat tinggi ± 0,40 - ± 0,70 Cukup ± 0,20 - ± 0,40 Rendah 0,00 - ± 0,20 Tidak ada –Sangat rendah
Berdasarkan kriteria hasil perhitungan analisis reliabilitas uji coba
menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
memenuhi kualitas keterandalan dengan hasil hitung 0,9282 yang
termasuk dalam koefisien korelasi dengan kriteria ± 0,70 - ± 1,00
sebagai reliabilitas tinggi – sangat tinggi.
54
D. Prosedur Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
Adapun tahap persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
Waktu Kegiatan Hari I 16.00-16.30 16.30-17.00 17.00-17.45 17.45-18.00 18.00-18.45 18.45-19.30 19.30-19.45 19.45-20.45 20.45-21.00 21.00-21.30 21.30-22.00 22.00-…….
Minum + snack Pembukaan: perkenalan/pemanasan, penjelasan tujuan, tata tertib, mengisi angket awal. Sesi I: Ekspresi Perasaan Ice Breaker 1 Sesi II: Penyadaran Sikap dan Reaksi Emosional Makan malam Ice Breaker 2 Sesi III: Jadilah Pribadi yang Asertif Ice Breaker 3 Persiapan untuk renungan malam Renungan malam Tidur…… (Konsultasi bagi yang memerlukan)
Hari II 05.00-06.00 06.00-06.30 06.30-07.00 07.00-07.45 07.45-08.30 08.30-08.45 08.45-09.45 09.45-10.00 10.00-10.15 10.15-11.15 11.15-11.30 11.30-12.30 12.30-13.00 13.00
Bangun pagi dan bersih-bersih Renungan pagi dan doa Sarapan pagi Sesi IV: Pribadi yang Mandiri Sesi V: Mengambil Keputusan Ice Breaker 4 Sesi VI: Pemeriksaan Sikap Diri Minum + snack Ice Breaker 5 Sesi VII: Pribadi yang Berkembang Ice Breaker 6 Penutup: Kesimpulan dan evaluasi Makan Siang Sayonara…..
VI. Fasilitator : Tim Weekend
VII. Bahan, peralatan, dan perlengkapan:
Handout materi, alat tulis, buku/kertas/karton, bahan diskusi.
69
VIII. Evaluasi:
A. Evaluasi pada akhir sesi dibuat dalam bentuk tertulis.
B. Evaluasi seluruh kegiatan dalam bentuk tertulis ditambah denga n
membaca hasil evaluasi beberapa orang peserta (2-3 orang).
IX. Follow up
A. Menyusun evaluasi seluruh kegiatan.
B. Layanan konseling individual bagi mahasiswa yang membutuhkan.
70
BAB VI
PENUTUP
Pada bab ini akan disajikan ringkasan, kesimpulan dan saran. Bagian
ringkasan memuat masalah, metodologi dan hasil penelitian. Bagian kesimpulan
memuat kesimpulan akhir dari penelitian. Kesimpulan yang diambil dalam penelitian
ini hanya sebatas populasi yang digunakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di
Program Studi Bimbingan Konseling Universitas Sanata Dharma tahun ajaran
2006/2007. Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian, ditujukan kepada
pihak yang terkait serta usulan untuk penelitian berikutnya.
A. Ringkasan
Penelitian ini untuk mendeskripsikan tingkat kecerdasan intrapersonal
mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan Konseling jurusan Ilmu
Pengetahuan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Uiversitas Sanata Dharma
tahun ajaran 2006/2007 dan usulan kegiatan bimbingan untuk meningkatkan
kecerdasan intrapersonal mahasiswa.
Pertanyaan yang dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) seberapa tinggi
tingkat kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi
Bimbingan Konseling jurusan Ilmu Pengetahuan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007?; (2) kegiatan
71
bimbingan yang bagaimana yang sesuai untuk meningkatkan kecerdasan
intrapersonal mahasiswa?
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei.
Populasi penelitian adalah mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan
Konseling jurusan Ilmu Pengetahuan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Uiversitas Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007 sebanyak 34 orang, dengan
rentangan usia 18-40 tahun. Pengumpulan data dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 28 November 2006.
Instrument penelitian adalah kuesioner yang disusun oleh penulis dengan
mengembangkan teori dari Stein dan Book (2002) tentang kecerdasan
intrapersonal. Adapun aspek-aspek yang dijabarkan dalam kuesioner adalah
sebagai berikut: (1) kesadaran diri emosional, (2) sikap asertif, (3) kemandirian,
(4) penghargaan diri, (5) aktualisasi diri. Dari 90 item yang diuji cobakan kepada
mahasiswa semester tiga Program Studi Sejarah dan Pendidikan Bahasa Inggris
di Universitas Sanata Dharma dengan jumlah responden 38 orang, maka
kuesioner yang dipakai sebagai kuesioner final dalam penelitian adalah sebanyak
56 item pernyataan yang telah dinyatakan valid.
Teknik analisis data yang digunakan adalah menskor jawaban masing-
masing subjek, mentabulasi data, menjumlahkan skor total dari masing-masing
subjek, membuat kategorisasi kecerdasan intrapersonal dengan menggunakan
acuan Penilaian Acuan Patokan Tipe I (PAP Tipe I), menghitung persentase
72
kecerdasan intrapersonal, dan menyusun usulan kegiatan bimbingan untuk
meningkatkan kecerdasan intrapersonal mahasiswa.
Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 4 orang (11,8%) memiliki
tingkat kecerdasan intrapersonal “tinggi”, 26 orang (76,5%) memiliki tingkat
kecerdasan intrapersonal “cukup tinggi”, 3 orang (8,8%) memiliki tingkat
kecerdasan intrapersonal “rendah”, dan 1 orang (2.9%) memiliki tingkat
kecerdasan intrapersonal “sangat rendah”.
Dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mahasiswa semester tiga
Bimbingan dan Konseling yang memiliki tingkat kecerdasan intrapersonal yang
tinggi masih sangat sedikit, maka disusun sebuah kegiatan bimbingan yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal mahasiswa, terutama
bagi mahasiswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang cukup tinggi,
rendah dan sangat rendah. Kegiatan bimbingan yang diusulkan disusun
berdasarkan aspek-aspek kecerdasan intrapersonal yang juga dipakai sebagai
acuan dalam pembuatan kuesioner.
B. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan penelitian dan pembahasannya
adalah kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi
Bimbingan Konseling jurusan Ilmu Pengetahuan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007 belum setinggi
yang diharapkan dan masih perlu ditingkatkan. Diharapkan rancangan kegiatan
73
bimbingan yang telah diusulkan dapat membantu mahasiswa untuk meningkatkan
kecerdasan intrapersonal yang dimilikinya.
C. Saran
Ada beberapa hal yang ingin peneliti sampaikan sebagai saran berdasarkan
hasil penelitian ini:
1. Program Studi Bimbingan dan Konseling hendaknya dapat bekerjasama
dengan mahasiswa membuat suatu kegiatan/pelatihan yang menjadi wadah
untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling.
2. Bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini hendaknya dapat
melihat berbagai aspek kecerdasan intrapersonal yang “banyak” dimiliki oleh
mahasiswa dan yang “kurang” dimiliki mahasiswa, agar dapat membuat suatu
hal yang baru untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal mahasiswa
Program Studi Bimbingan dan Konseling.
74
DAFTAR PUSTAKA
Anzwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
1 0.3855 Valid 2 0.3930 Valid 3 0.0227 Tidak valid 4 0.2710 Tidak valid 5 0.3541 Valid 6 0.6193 Valid 7 0.5702 Valid 8 0.1024 Tidak valid 50 0.3149 Valid 51 0.2659 Tidak valid 52 0.3832 Valid
95
53 0.1424 Tidak valid 54 0.2918 Tidak valid 55 0.3006 Valid 56 0.5669 Valid 57 0.3409 Valid 58 0.1284 Tidak valid 59 0.5214 Valid
Aspek Aktualisasi Diri
No. Item
Hasil Hitung Korelasi Pearson
Keterangan
34 0.1669 Tidak valid 35 0.5500 Valid 36 0.2152 Tidak valid 37 0.6825 Valid 38 0.2015 Tidak valid 39 0.2530 Tidak valid 40 0.5521 Valid 41 0.3646 Valid 42 0.6032 Valid 43 0.4652 Valid 44 0.3251 Valid 45 0.4371 Valid 46 0.3736 Valid 47 0.3491 Valid 48 0.1444 Tidak valid 49 -0.0424 Tidak valid 76 0.5414 Valid 77 0.3218 Valid 78 0.1459 Tidak valid 79 0.2893 Tidak valid 80 0.3424 Valid 81 -0.1613 Tidak valid
96
Lampiran 6
Hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut :
=ttr koefisien reliabilitas
=ggr koefisien gasal-genap = 0,8661
9282,0928246074,08661,17322,1
8661,018661,02
1
2
==
=
+=
+=
x
r
xrr
gg
ggtt
Jadi 9282,0=ttr
97
Lampiran 7
Kategorisasi Hasil Penelitian
Kecerdasan Intrapersonal
Aspek Kecedasan Intrapersonal No
Kesadaran diri
emosional
Sikap Asertif
Kemandirian Penghargaan diri
Aktualisasi diri
Skor Total
Deskripsi
1 11 36 33 26 34 140 Rendah 2 11 45 46 34 37 173 Cukup tinggi 3 12 37 40 30 42 161 Cukup tinggi 4 13 36 46 34 37 166 Cukup tinggi 5 12 36 40 33 41 162 Cukup tinggi 6 12 33 56 31 50 182 Tinggi 7 15 41 48 34 44 182 Tinggi 8 14 34 44 37 46 175 Cukup tinggi 9 12 36 39 35 38 160 Cukup tinggi 10 12 33 36 29 29 139 Rendah 11 13 41 41 34 40 169 Cukup tinggi 12 12 43 38 35 33 161 Cukup tinggi 13 10 31 40 25 35 141 Rendah 14 14 39 45 30 48 176 Cukup tinggi 15 14 42 44 36 50 186 Tinggi 16 12 38 39 32 38 159 Cukup tinggi 17 10 37 34 32 35 148 Cukup tinggi 18 13 41 40 37 42 173 Cukup tinggi 19 14 41 47 32 45 179 Tinggi 20 9 36 36 30 37 148 Cukup tinggi 21 12 39 39 33 36 159 Cukup tinggi 22 10 40 45 32 40 167 Cukup tinggi 23 13 38 41 34 43 169 Cukup tinggi 24 12 38 46 30 46 172 Cukup tinggi 25 8 35 42 28 39 152 Cukup tinggi 26 10 37 42 34 44 167 Cukup tinggi 27 11 36 41 30 30 148 Cukup tinggi 28 12 36 44 34 39 165 Cukup tinggi 29 10 34 44 32 38 158 Cukup tinggi 30 12 43 44 32 42 173 Cukup tinggi 31 12 40 42 31 39 164 Cukup tinggi
32 9 35 34 31 35 144 Cukup tinggi 33 14 38 32 34 44 162 Cukup tinggi 34 7 34 33 22 22 117 Sangat rendah
99
Lampiran 8
USULAN
KEGIATAN BIMBINGAN
UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN
INTRAPERSONAL
100
ANGKET AWAL
1. Data diri
a. Nama :
b. Alamat asal :
c. Hobby :
d. Semester :
e. Ttl :
2. Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan week end tentang kecerdasan