LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) 1. DEFINISI Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341). 2. ETIOLOGI 1. Virus dengue Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36). 2. Vektor Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)
1. DEFINISI
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang
disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000;
419).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan
oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341).
2. ETIOLOGI
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di
Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus
dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer
dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan
baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster
Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
(Soedarto, 1990; 36).
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis
dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan
berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000;
420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui
gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah
perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk
tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada
genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam
rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang –
lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air
bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari
dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka
ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga
ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun
virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika
seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula
terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya
jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
(Soedarto, 1990 ; 38).
3. PATOFISIOLOGI
Infeksi Virus Dengue Perbanyak diri di hepar
Terbentuk komplek antigen-antibodi Hepatomegali
Mengaktivasi sistem komplemen Mual-Muntah
PGE2 Hipotalamus Dilepaskan C3a dan C5a (peptida) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuhMelepaskan histamine
Peningkatan suhu Permeabilitas membran meningkat tubuh Kebocoran plasma
Hipovolemia
Renjatan hipovolemi dan hipotensi Kerusakan endotel
pembuluh darah Kekurangan volume cairan
Agregasi Trombosit
Ke ekstravaskuler Trombositopenia Merangsang dan Mengaktivasi
faktor pembekuan
Efusi pleura dan asites Dalam jangka waktu lama menurun dan terjadi
DIC Gangguan pertukaran gas Perdarahan
Intoleransi activity Gangguan perfusi jaringan
Hipoksia jaringan
Asidosis Metabolik Kematian
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
virtemia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi
komplek imun Antibodi – virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan
melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan
merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil
yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga
terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan
permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma.
Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan Agregasi trombosit
sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati.
Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut
terjadi shock dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan
akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan
karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik
sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya
dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel
manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat
tergantung pada daya tahan tubuh manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi
terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin
yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi
perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi
trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan
fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda
dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan
merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan
permiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh
vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita;
2000; 419).
4. MANIFESTASI KLINIS INFEKSI VIRUS DENGUE
5. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari
kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan
berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya
anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan
rasa lemah dapat menyetainya. (Soedarto, 1990 ; 39).
6. Perdarahan
Perdaran biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan
umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah
terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto,
1990 ; 39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna
bagian atas hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296).
Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut yang
hebat. (Ngastiyah, 1995 ; 349).
7. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun
pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan
tejadi renjatan pada penderita . (Soederita, 1995 ; 39).
8. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit
lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis
disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukan prognosis yang buruk. (soedarto ; 39).
9. KLASIFIKASI DHF
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF)
dibagi menjadi 4 derajat (WHO, 1997) yaitu :
a. Derajat I : Demam dengan test rumple leed positif.
b. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau perdarahan
lain.
c. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
nadi menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan pasien menjadi
gelisah.
d. Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak
dapat diukur.
10. TANDA DAN GEJALA
Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda
dan gejala lain adalah :
- Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.
- Asites
- Cairan dalam rongga pleura ( kanan )
- Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.
- Gejala klinik lain yaitu nyeri epigasstrium, muntah – muntah, diare maupun
obstipasi dan kejang – kejang. (Soedarto, 1995 ; 39).
11. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA
Untuk mendiagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF) dapat dilakukan
pemeriksaan dan didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga
dapat ditegakan dengan pemeriksaan laboratorium yakni :
Abdomen : bentuk normal, kembung, peristaltik lambung 8x/menit,
terdapat nyeri tekan daerah hepar dan asites positif serta klien merasa
mual. Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3 sendok makan,
minum tidak suka, harus dipaksakan baru mau minum.
BAB : 1x /hari, konsistensi lembek, bau khas feses, warna kuning,
6. Sistem muskuloskeletal dan integumen :
Kemampuan pergerakan sendi terbatas dengan dipasang infus.Kulit pucat,
turgor baik,tidak ada oedema, akral hangat, tidak ada deformitas, keempat
ekstremitas simetris, kekuatan otot baik. Pethikae bekas rumple leed, tidak
terdapat perdarahan spontan pada kulit.
7. Sistem pengindraan
Mata : pupil isokor, reflek cahaya positif, konjungtiva pucat, sklera
tidak ikterik, tidak menggunakan kacamata.
Hidung : bentuk normal
Telinga : tidak berbau, pendengaran normal.
8. Sistem Endokrin :
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran kelenjar parotis.
IV. DIAGNOSTIC TEST / PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Tgl 08 Desember 2009
Leukosit : 5000 /mm3
Haemoglobin : 9,2 /g%
Hematokrit : 28,4 %
Trombosit : 130.000 mm3
Tgl 09 Desember 2009
Leukosit : 4200 /mm3
Haemoglobin : 8,6 /g%
Hematokrit : 26,3 %
Trombosit : 120.000 mm3
Eritrosit : 3,34 /mm3
Tgl 10 Desember 2009
Leukosit : 3200 /mm3
Haemoglobin : 8,6 /g%
Hematokrit : 25,7 %
Trombosit : 130.000 mm3
Eritrosit : 3,33 /mm3
V. PROGRAM TERAPI
- Infus D5 ½ 1200 cc /24 jam
- Minum manis
- Vit B compleks 3 x 1
- Diet TKTP 1600 Kkal + 50 gr Protein.
- Nasi 3 x sehari
- Susu : 3 x 200 cc
II. ANALISA DAN SINTESA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. S : Ibu klien mengatakan badan anaknya panas.
O : Akral hangatPanas hari ke 4TTV : S : 38ºC, Nadi 116 x/mnt, TD : 110/70, RR 28x/mnt.
Proses infeksi virus dengue
Viremia
Thermoregulasi
Peningkatan suhu tubuh
2. S : Ibu klien mengatakan anaknya tidak mau minum.
O : Turgor kulit baikMukosa bibir keringUrine warna kuning pekat.Panas hari ke 4Trombosit ; 130.000 /mm3 TD : 110/70 mmHg, N ; 116x/mnt.
Peningkatan suhu tubuh
Volume plasma berkurang
Kekurangan volume cairan
Kekurangan volume cairan
3. S : Ibu klien menyatakan anaknya tidak mau makan, dan terasa mual.
O : KU lemahMakan pagi hanya mau 3 sendok. BB : 14 kg.
Nafsu makan menurun
Intake nutrisi tidak adekuat
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan
menurun
.
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien : Anak ”A” No. Rekam Medis : 312914 Hari Rawat ke : 2.
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI RASIONAL
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan jangka panjang : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1x24 jam suhu tubuh dalam batas normal Tujuan jangka pendek : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1x3 jam suhu tubuh turun
Kriteria : TTV khususnya suhu dalam batas normal (360C – 370C), Membran mukosa basah, nadi dalam batas normal (80-100 x/mnt).
1. Berikan kompres air biasa / kran
2. Anjurkan klien untuk banyak minum 1500 – 2000 ml
3. Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan menyengat keringat.
4. Observasi intake dan out put
5. Observasi TTV setiap 1 jam
6. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik
Kompres akan memberikan pengeluaran panas secara induksi.Mengganti cairan tubuh yang keluar karena panas dan memacu pengeluaran urine guna pembuangan panas lewt urine.Memberikan rasa nyaman dan memperbesar penguapan panasDeteksi terjadinya kekurangan volume cairan tubuh.Menentukan intervensi lanjutan bila terjadi perubahan Antipireik berguna bagi penurunan panas.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
Tujuan : Tidak terjadi devisit
Kriteria : Input dan output seimbang,
1. Observasi Vital sign setiap jam atau lebih.
Mengetahui kondisi dan mengidentifikasi
peningkaran suhu tubuh.. voume cairan / Tidak terjadi syok hipovolemik.Tujuan jangka panjang :Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 2x24 jam input dan output volume cairan seimbang.Tujuan jangka pendek : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1x24 jam klien mau minum.
Vital sign dalam batas normal (TD 110/70 mmHg, N: 80-120x/mnt), Tidak ada tanda presyok, Akral hangat, Capilarry refill < 3 detik, Pulsasi kuat.
2. Observasi capillary refill
3. Observasi intake dan output, catat jumlah, warna, konsentrasi dan BJ urine.
4. Kolaborasi pemberian cairan intra vena, plasma atau darah.
5. Anjurkan anak untuk banyak minum 1500-2000 ml /hari (sesuai toleransi)
fluktuasi cairan intra vaskuler.Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer.Penurunan haluaran urine / urine yang pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.Untuk pemenuhan kebutuhan ciran tubuh peroral.Meningkatkan jumlah cairan tubuh untuk mencegah terjadinya hipovolemik syok
3.Resiko nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nafsu makan yang
menurun.
Tujuan jangka panjang : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 2x24 jam nutrisi dapat terpenuhiTujuan jangka pendek :
Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, tidak terjadi penurunan berat badan, Nafsu makan meningkat, porsi makanan yang disajikan mampu dihabiskan klien,
1 Kaji keluhan mual, muntah atau penurunan nafsu makan
2 Berikan makanan yang mudah ditelan mudah cerna
3 Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
Menentukan intervensi selanjutnya.
Mengurangi kelelahan klien dan mencegah perdarahan gastrointestinal. Menghindari mual dan muntah
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1x24 jam klien mau makan.
mual dan muntah berkurang.
4 Hindari makanan yang merangsang (pedas / asam) dan mengandung gas.
5 Kolaborasi pemberian cairan parenteral
6 Beri makanan kesukaan klien
Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat menstimulasi muntah.Memungkinkan pemasukan yang lebih banyakNutrisi parenteral sangat diperlukan jika intake peroral sangat kurang.
V. IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Anak ”A” No. Rekam Medis : 312914 Hari Rawat ke : 2.
NO.
DXTANGGAL JAM IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP)
R/ : Klien kooperatif2. Mengkaji saat timbulnya demam.
R/ : Ibu klien mengatakan saat siang hari suhu tubuh anaknya naik, dan turun pada sore hari.
3. Mengobservasi intake dan out put. R/ : Ibu klien mengatakan anak tidak mau minum 3-4
gelas air putih/hari, BAK ± 500 cc4. Memberikan kompres dingin (air biasa / kran).
R/ : Klien mau dikompres dengan washlap di dahi dan ketiak.
5. Menganjurkan klien untuk banyak minum 6 – 8 gelas/hari.
R/ : Klien mau minum hanya sedikit-sedikit6. Menganjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan
menyengat keringat.R/ : Klien mau diganti bajunya dengan baju yang lebih longgar dan tipis.
7. Menjelaskan pada ibu penyebab timbulnya panas tubuh, panas tubuh disebabkan oleh masuknya virus
S : Ibu klien mengatakan panas badan mulai turun.
O : Suhu : 37 5ºC Nadi :100 x/mt Membran mukosa basah Kompres dingin masih terpasangA : Masalah teratasi sebagianP : Intervensi dilanjutkan
dalam tubuh sehingga tubuh melakukan perlawanan terhadap virus tersebut dengan pengaktifan sistem komlemen sehingga sebagai kompensasi adalah timbulnya demam tubuh.R/ : Ibu klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh perawat.
8. Menjelaskan pentingya tirah baring adalah untuk menghindari berkembangnya invasi virus yang lebih luas.R/ : Ibu klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh perawat
9. Melanjutkan pemberikan cairan perinfus dan memantau tetesan infus D5 ½ 1200 cc / 24jam
10. Melakukan observasi : Suhu : 37 5 0C, Nadi :100 x/mt R/ : Klien kooperatif
2. 09-12-2009 16.00 1. Mengobservasi Vital sign setiap jam R/ : Klien kooperatif2. Mengobservasi capillary refill R/ : Klien kooperatif3. Mengobservasi intake dan output4. Menganjurkan anak untuk banyak minum 6 – 8
gelas /hari (sesuai toleransi), memberikan susu 200 cc.
R/ : Klien mau minum hanya sedikit-sedikit5. Menjelaskan pada ibu tanda kekurangan cairan :
torgor kulit jelek, bibir/ mulut kering.R/ : Ibu klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh perawat
S : Ibu klien mengatakan anaknya sudah mulai mau minum
O :Klien minum habis 5 gelas Tensi : 110/70Nadi :100 x/mtTurgor kulit baik.Kulit tidak kering.Mukosa mulut basah.Tidak ada tanda pre shock.Akral hangat.Capilarry refill < 3 detik.Pulsasi kuat.
A :Masalah teratasi sebagian
6. Melanjutkan pemberikan cairan perinfus dan memantau tetesan infus D5 ½ 1200 cc /24 jam.
P :Intervensi dilanjutkan
3. 09-12-2009 13.00 16. Mengkaji keluhan mual, muntah atau penurunan nafsu makan.R/ : Ibu klien mengatakan anaknnya tetap tidak mau makan karena merasa mual
17. Memberikan makanan yang mudah ditelan mudah cerna.
R/ : Klien mau makan sedikit-sedikit18. Menganjurkan makanan porsi kecil tapi sering, jika
tidak ada mual muntah teruskan makan. R/ : Ibu mengerti penjelasan dari perawat19. Hindari makanan yang merangsang (pedas / asam)
dan mengandung gas. R/ : Ibu mengerti penjelasan perawat.20. Memantau porsi yang dihabiskan klien. R/ : Klien habis porsi makan hanya 3 sendok makan.21. Mejelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh yaitu untuk
mengganti sel yang rusak, memenuhi kebutuhan asupan makanan, mempertahan kan kondisi tubuh.
R/ : Ibu klien mengerti penjelasan klien22. Mengkolaborasikan pemberian cairan parenteral R/ : Klien terpasang infus D5 ½ 1200cc/24 jam
S :Ibu klien mengatakan nafsu makan masih kurang, kadang masih terasa mual.
O :Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.Terjadi penurunan berat badan.Nafsu masih menurunPorsi makanan yang disajikan hanya habis 3 sendok Mual dan muntah berkurang.
A :Masalah teratasi sebagian P :Intervensi dilanjutkan
VI. CATATAN PERKEMBANGAN
NO DX TGL/JAM EVALUASI1.
2.
3.
10-12-200920.00
10-12-200920.00
10-12-2009
S : ibu klien mengatakan panas badan anaknya sudah menurun.
O : S 37 ºC, membran mukosa basah, akral hangatA : Masalah teratasi P : Intervensi dipertahankan. S : Ibu klien mengatakan anaknya sudag mau minum
banyak.O : Klien minum air putih 5 gelas dan 2 gelas
susu/24jamTensi : 110/70Nadi :110 x/mtTurgor kulit baik.Kulit tidak kering.Mukosa mulut basah.Tidak ada tanda pre shock.Akral hangat.Capilarry refill < 3 detik.Pulsasi kuat.
A : masalah teratasi P : intervensi dipertahankan,S :Ibu klien mengatakan nafsu makan mulai meningkat O :Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Nafsu makan meningkatPorsi makanan yang disajikan hampir habis 1 porsiMual dan muntah sudah tidak ada..